bab i pendahuluan 1.1. latar belakangscholar.unand.ac.id/34766/2/bab i.pdf · c. pengaturan tata...

28
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504 pulau dan luas perairan laut 5,8 juta km² (terdiri dari luas laut teritorial 0,3 juta km², luas perairan kepulauan 2,95 juta km² dan luas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia 2,55 juta km²). Potensi luas areal budidaya air tawar saat ini tercatat 2.830.540 Ha, termasuk potensi di perairan umum daratan (danau dan waduk), luas secara keseluruhan tercatat 518.240 Ha. Bila diasumsikan 10% dari luasan tersebut dapat dimanfaatkan untuk perikanan budidaya, maka akan dapat luasan potensial budidaya air tawar di waduk dan danau sebesar 51.824 Ha. Luasan budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) di perairan umum saat ini tercatat 1.563 Ha atau 3%. Kecilnya pemanfaatan potensi budidaya air tawar disebabkan karena belum terkelolanya secara optimal potensi tersebut akibat tumpang tindihnya pemanfaatan potensi lahan budidaya air tawar, serta belum terbukanya secara mudah akses budidaya air tawar tersebut 1 . Perairan Indonesia tidak hanya laut, tetapi ada perairan darat juga. Dimana terdiri dari danau, telaga, kolam, daerah aliran sungai, dan lain-lain. Luasnya perairan Indonesia yang akan perikanannya menjadi daya tarik luar biasa bagi Masyarakat Indonesia sendiri negara asing yang berada dekat negara Indonesia. Letak negara Indonesia yang strategis diapit perairan yang kaya menjadikan 1 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 25/PERMEN-KP/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2015-2019, hal 7.

Upload: truongtuyen

Post on 20-Jun-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504

pulau dan luas perairan laut 5,8 juta km² (terdiri dari luas laut teritorial 0,3 juta km²,

luas perairan kepulauan 2,95 juta km² dan luas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)

Indonesia 2,55 juta km²). Potensi luas areal budidaya air tawar saat ini tercatat

2.830.540 Ha, termasuk potensi di perairan umum daratan (danau dan waduk), luas

secara keseluruhan tercatat 518.240 Ha. Bila diasumsikan 10% dari luasan tersebut

dapat dimanfaatkan untuk perikanan budidaya, maka akan dapat luasan potensial

budidaya air tawar di waduk dan danau sebesar 51.824 Ha. Luasan budidaya

Keramba Jaring Apung (KJA) di perairan umum saat ini tercatat 1.563 Ha atau 3%.

Kecilnya pemanfaatan potensi budidaya air tawar disebabkan karena belum

terkelolanya secara optimal potensi tersebut akibat tumpang tindihnya pemanfaatan

potensi lahan budidaya air tawar, serta belum terbukanya secara mudah akses

budidaya air tawar tersebut1.

Perairan Indonesia tidak hanya laut, tetapi ada perairan darat juga. Dimana

terdiri dari danau, telaga, kolam, daerah aliran sungai, dan lain-lain. Luasnya

perairan Indonesia yang akan perikanannya menjadi daya tarik luar biasa bagi

Masyarakat Indonesia sendiri negara asing yang berada dekat negara Indonesia.

Letak negara Indonesia yang strategis diapit perairan yang kaya menjadikan

1 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 25/PERMEN-KP/2015

tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2015-2019, hal 7.

2

perairan Indonesia sangat menggiurkan untuk dinikmati kekayaannya terutama

ikannya.

Kekayaan sumber daya perikanan Indonesia merupakan sebuah keuntungan

yang dimiliki Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan. Sumber daya tersebut

kemudian dikelola sedemikian rupa hingga nantinya mampu memberikan manfaat

bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Tidak hanya itu, disamping aspek

pengelolaan yang mampu mendatangkan keuntungan secara materil, hal lain yang

patut diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya perikanan adalah aspek

perlindungan lingkungan hidup kelautan dan perikanan yang akan berdampak pada

kesinambungan kelautan dan perikanan di masa yang akan datang.

Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan

dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,

produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu

sistem bisnis perikanan2. Kehadiran Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang

Perikanan yang telah disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun

2009 diharapkan dapat mengantisipasi sekaligus sebagai solusi terhadap perubahan

yang sangat besar di bidang perikanan, baik yang berkaitan dengan ketersediaan

sumber daya ikan, kelestarian lingkungan sumber daya ikan, maupun

perkembangan metode pengelolaan perikanan yang semakin efektif, efisien, dan

modern.

Di sisi lain, terdapat masalah dalam pembangunan perikanan yang perlu

mendapatkan perhatian dari semua pihak, baik Pemerintah, Masyarakat maupun

pihak lain yang terkait dengan pembangunan perikanan. Isu-isu tersebut

2 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan pasal 1

3

diantaranya adanya gejala penangkapan ikan yang berlebihan (over fishing),

pencurian ikan, dan tindakan illegal fishing dengan menggunakan cara, alat dan

bahan terlarang lainnya yang tidak hanya menimbulkan kerugian bagi negara, tetapi

juga mengancam kepentingan nelayan dan pembudidaya ikan, iklim industri, dan

usaha perikanan nasional bahkan dapat menghilangkan beberapa plasma nutfah

jenis ikan yang telah langka.

Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu Provinsi di Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang terletak di Pesisir Barat bagian tengah pulau Sumatera

yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang

dibentuk oleh Bukit Barisan. Secara geografis Provinsi Sumatera Barat terletak

antara 0º54’ LU dan 3º30’ LS serta 98º36’ BT dan 101º53’ BT dan dilalui garis

khatulistiwa (garis lintang nol derajat/ garis equator). Luas daratan provinsi

Sumatera Barat adalah 42.297,30 km², sedangkan luas perairan laut Provinsi

Sumatera Barat diperkirakan ±186.580 km. Sumatera Barat mempunyai luas

perairan umum 64.200 Ha3.

Danau Singkarak merupakan danau terluas kedua di Pulau Sumatera. Danau

Singkarak ini terletak diantara Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar,

Provinsi Sumatera Barat4. Untuk Kabupaten Solok Danau Singkarak mempunyai

luas 129,69 km² dengan panjang 20,750 km² dan lebar 6.250 km². Sedangkan

Danau Singkarak untuk di Kabupaten Tanah Datar mempunyai luas 6.420 km².5

3 Diakses dalam “kerjasamamarantau.sumbarprov.go.id” Tanggal 21 September 2016, pukul

11.12 WIB. 4 Data Perairan Umum Kabupaten Solok Tahun 2016. 5 Data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tanah Datar, Tahun 2015

4

Kehadiran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah yang telah disempurnakan dengan Undang-Undang 23 Tahun 2014.

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat daerah menurut asas otonomi

dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pemerintah daerah

adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang

memimpin pelaksanaan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah

Otonom6. Berdasarkan perubahan Undang-Undang Otonomi Daerah dari UU

Nomor 32 Tahun 2004 menjadi UU Nomor 23 Tahun 2014 bahwa kewenangan

pengawasan daerah saat ini sudah dilimpahkan ke pihak Provinsi yaitu Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat. Hal tersebut bisa dilihat

perbandingan UU Nomor 32 Tahun 2004 pada pasal 18 dan UU Nomor 23 Tahun

2014 pada pasal 27. Disana dikatakan bahwa kewenangan Daerah Provinsi untuk

mengelola sumber daya alam di Laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di

luar minyak dan gas;

b. Pengaturan administratif;

c. Pengaturan tata ruang;

d. Ikut serta dalam memelihara keamanan di laut; dan

e. Ikut serta dalam mempertahankan kedaulatan Negara.

6 Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

5

Hal ini diperkuat oleh wawancara peneliti dengan pak Arnofi selaku Kasi

Pengawasan SDKP Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat, yakni

mengatakan bahwa7:

“…Memang benar kalau kewenangan pengawasan di Danau

Singkarak itu sudah ditarik ke Provinsi. Kami berpatokan pada

UU 23 tahun 2014 pada pasal 27, meskipun disana bilangnya

kelautan, kami juga memakai pedoman itu untuk mengawasi di

perairan umum, meliputi: Danau, Sungai, Rawa, Telaga dll. Di

Danau Singkarak itu kami sudah ada melakukan pengawasan,

kalau dirata-ratakan dalam setahun 1 kali operasi itu ada 10

hari, 1 tim berjalan ada 9 orang yang melibatkan PPNS DKP

Sumbar, Staff PP, Korwas Polda Sumbar, Polair Polda Sumbar,

Staff UPU Singkarak…“

Dari wawancara tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa kewenangan untuk

melakukan pengawasan di Danau Singkarak saat ini memang Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan UU 23 Tahun 2014 pada pasal 27,

meskipun didalam UU tersebut disebutkan dari segi kelautan tapi pihak Provinsi

menganggap hal itu sama halnya untuk kawasan di Perairan Umum.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat merupakan unsur

pelaksana Pemerintah Daerah Sumatera Barat di bidang Kelautan dan Perikanan

dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah bertanggung jawab

kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Barat. Dinas

Kelautan dan Perikanan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan

Pemerintahan Daerah di bidang Kelautan dan Perikanan. Untuk menyelenggarakan

tugas tersebut Dinas Kelautan dan Perikanan mempunyai fungsi sebagai berikut8:

7 Hasil Wawancara dengan Pak Arnofi Kasi Pengawasan SDKP Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Sumatera Barat tanggal 16 Januari 2017 pukul 10.20 WIB 8 Rencana Setrategis Dinas Kelautan dan Perikanan 2016-2020 hal. 8

6

a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis bidang kelautan dan perikanan;

b. Penyelenggaraan pelaksanaan kebijakan bidang kelautan dan Perikanan;

c. Penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan di bidang Kelautan dan Perikanan;

d. Penyelenggaraan pelaksanaan administrasi Dinas;

e. Pembinaan unit pelaksana teknis daerah;

f. Pelaksanaan tugas di bidang kelautan, pulau-pulau kecil dan pengawasan,

perikanan tangkap, perikanan budidaya dan pengolahan dan pemasaran hasil

kelautan dan perikanan;

g. Pemantauan evaluasi dan pelaporan di bidang kelautan dan perikanan;

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Sumatera Barat diatas, peneliti memfokuskan pada poin (f) yaitu

pelaksanaan tugas di bidang Pengelolaan Ruang Laut & Pengawasan Sumber Daya

Kelautan Perikanan, Perikanan Tangkap, Perikanan Budidaya dan Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan. Pada Tupoksi poin (f) dilaksanakan oleh

bidang Pengelolaan Ruang Laut dan Pengawasan Sumber Daya Kelautan Perikanan

(PRLPSDKP). Dalam melakukan Koordinasi Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Sumatera Barat dalam kegiatan Pengawasan di Danau Singkarak ada

beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Bidang PRLPSDKP pada seksi Pengawasan

Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) ini salah satunya melakukan

koordinasi pelaksanaan pemanfaatan dan perlindungan sumberdaya pulau-pulau

kecil di wilayah kewenangan Provinsi.

7

Dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Sumatera Barat terdapat banyak program pada 4 (empat) bidang di

dalamnya. Peneliti akan fokus pada pekerjaan Bidang Pengelolaan Ruang Laut dan

Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, tepatnya pada seksi Pengawasan

dan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Ada beberapa tugas pada seksi

Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, yakni:

a. Melaksanakan penyusunan program kerja Seksi Pengawasan Sumberdaya

Kelautan dan Perikanan;

b. Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan, koordinasi, pembinaan dan

pengendalian teknis aspek pengawasan sumberdaya kelautan dan

perikanan;

c. Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan pengawasan pemanfaatan

sumber daya ikan di wilayah laut;

d. Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan pengawasan sumberdaya

kelautan sampai dengan 12 mil;

e. Melaksanakan penyusunan bahan fasilitasi penyidikan tindak pidana

kelautan dan perikanan, penanganan barang bukti dan awak kapal;

f. Melaksanakan penyusunan bahan fasilitasi Penyidik Pegawai Negeri Sipil

(PPNS) perikanan dan kerjasama penegakan hukum;

g. Melaksanakan penyusunan bahan fasilitasi penyiapan tindak lanjut pidana

kelautan dan perikanan;

h. Melaksanakan fasilitasi pelaksanaan usaha-usaha pengawasan sumberdaya

kelautan dan perikanan;

8

i. Melaksanakan monitoring pelaksanaan urusan pemerintahan provinsi aspek

pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan;

j. Melaksanakan perawatan kapal pengawas dan speed boat pengawas;

k. Melaksanakan penyusunan bahan tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan

lingkup perikanan;

l. Melaksanakan pengelolaan data pengawasan sumber daya kelautan dan

perikanan;

m. Melaksanakan penyampaian bahan saran pertimbangan mengenai aspek

pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan sebagai bahan perumusan

kebijakan Pemerintah Daerah;

n. Melaksanakan pengendalian kegiatan seksi pengawasan sumber daya

kelautan dan perikanan;

o. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan seksi;

p. Melaksanakan pengelolaan data pengawasan SDKP;

q. Melaksanakan pelaporan dan kegiatan evaluasi seksi pengawasan sumber

daya kelautan dan perikanan;

r. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Berdasarkan tugas fungsi pada Seksi Pengawasan Sumber Daya Kelautan

dan Perikanan (PSDKP) ini peneliti hanya berfokus pada poin (b) yakni

melaksanakan penyusunakan kebijakan, koordinasi, pembinaan dan pengendalian

teknis aspek pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan. Karena disini

peneliti lebih memfokuskan koordinasinya dalam kegiatan Pengawasan

Penangkapan di Danau Singkarak.

9

Koordinasi disini terjadi antara Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi

Sumatera Barat, Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Solok serta Dinas Pangan

dan Perikanan Kabupaten Tanah Datar. Karena pada penelitian ini melihat

koordinasi yang dilakukan oleh masing-masing seksi pengawasan dan

pengendalian DKP Provinsi Sumatera Barat, Seksi Pengembangan Teknologi dan

Pangan Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Solok, serta Seksi Pemberdayaan

Pembudidaya Ikan dan Nelayan Kabupaten Tanah Datar.

Pada koordinasi disini tidak pada Lembaga atau Dinas besarnya melainkan

pada seksi tersebut yakni pada tataran teknis, yang melakukan pimpinan pelaksana

koordinasi disini yakni Seksi Pengawasan dan Pengendalian Dinas Kelautan dan

Perikanan provinsi Sumatera Barat. Ketika DKP Provinsi Sumbar melakukan

kegiatan pengawasan di Danau Singkarak, mereka melakukan koordinasi dengan

Dinas terkait seperti melakukan Pengawasan di Danau Singkarak Kabupaten Solok,

Seksi Pengawasan dan Pengendalian DKP Provinsi Sumbar melakukan koordinasi

dengan Seksi Pengembangan Teknologi dan Pangan Dinas Kabupaten Solok.

Begitu juga di Kabupaten Tanah Datar Seksi Pengawasan dan Pengendalian DKP

Provinsi Sumbar berkoordinasi dengan Seksi Pemberdayaan Pembudidaya Ikan dan

Nelayan Kabupaten Tanah Datar. Seksi Pengawasan dan Pengendalian DKP

Provinsi Sumbar harus melakukan koordinasi karena Danau Singkarak ini dimiliki

oleh dua Kabupaten yakni Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Dalam

melakukan kegiatan pengawasan penangkapan Ikan Bilih di Danau Singkarak

memang sangat diperlukan koordinasi ketiga pihak agar kegiatan tersebut menjadi

efektif.

10

Bentuk koordinasi yang dilakukan oleh ketiga lembaga ini dalam kegiatan

pengawasan penangkapan Ikan Bilih di Danau Singkarak yakni dilaksanakannya

Rapat Forum Koordinasi Pengawas Perikanan

Gambar 1.1.

Rapat Forum Koordinasi Pengawas Perikanan

Sumber: Data Dokumentasi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat, 2017

Berdasarkan Gambar 1.1 merupakan Rapat Koordinasi Pengawas Perikanan

ini rutin dalam sekali setahun dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Sumatera Barat. Tujuan daripada dilakukannya Forum Koordinasi

Pengawas Perikanan ini salah satunya yakni memecahkan masalah pengawasan di

wilayah laut dan perairan umum dan meningkatkan kerjasama antar aparat dalam

rangka penanggulangan kegiatan IUU fishing dan destructive fishing dalam upaya

11

menjaga suistanability sumber daya kelautan dan perikanan sebagaimana yang

dimaksud dalam pasal 86 ayat 1 jo pasal 12 ayat 1 Undang-Undang Nomor 31

Tahun 2004 tentang Perikanan

Semenjak kewenangan pengawasan sudah ditarik oleh Pemerintah Provinsi.

Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Solok dan Dinas Pangan dan Perikanan

Kabupaten Tanah Datar tidak punya andil untuk melakukan pengawasan. Akan

tetapi meskipun dalam kewenangannya tidak ada, masing-masing kedua Dinas

Kabupaten ini memiliki Tupoksi yang sama dalam melakukan koordinasi dalam

kegiatan pengawasan. Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Solok pada Seksi

Pengembangan Teknologi Perikanan dan Pangan memiliki Tupoksi, yakni:

1. Menghimpun dan Mengelola peraturan perundang-undangan, petunjuk

teknis, data dan informasi serta bahan lainnya sebagai pedoman dan

landasan kerja;

2. Menginventarisasi permasalahan dan menyiapkan bahan petunjuk

pemecahan masalah;

3. Menyusun program dan kegiatan dengan berpedoman kepada renstra;

4. Menyiapkan bahan penyusunan kebijakan di bidang pengembangan

teknologi perikanan dan pangan;

5. Melakukan pembinaan penerapan teknologi pangan yang aman

dikonsumsi dan penerapan teknologi perikanan tangkap di Perairan

Umum;

6. Mengkoordinasikan pemanfaatan kawasan Zona Lindung (inti) dan

Lubuk Larangan pada Perairan Umum;

12

7. Melaksanakan pemetaan kawasan potensi sumberdaya perikanan

Perairan Umum;

8. Memfasilitasi sarana dan prasarana penangkapan ikan yang ramah

lingkungan;

9. Menginventarisir pelaksanaan teknologi pangan yang spesifik lokasi

serta mendesiminasikan kepada pelaku pangan lainnya;

10. Melakukan rekayasa/perakitan produk pangan;

11. Melakukan pengelolaan sumber daya genetik perikanan perairan

umum;

12. Menyiapkan bahan pengawasan penangkapan ikan di Perairan Umum

dan penggunaan teknologi pangan;

13. Mengkoordinasikan dengan Stakeholder terkait dalam pelaksanaan

pengawasan di Perairan Umum dan penggunaan teknologi pangan;

14. Menyiapkan bahan persyaratan penerbitan izin/rekomendasi kawasan

penangkapan di Perairan Umum;

15. Menyusun laporan dan dokumentasi kegiatan pengembangan teknologi

perikanan dan pangan;

16. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan.

Berdasarkan Tupoksi yang dimiliki oleh Seksi Pengembangan Teknologi

Perikanan dan Pangan Kabupaten Solok ada dua poin yang Tupoksi sama dengan

melakukan koordinasi pengawasan yakni terdapat pada poin 12 dan 13. Yang

dimaksud Stakeholder ini disini yaitu berkoordinasi dengan pihak Pemerintah,

Kepolisian, serta Pokmaswas sehingga dalam koordinasi dalam kegiatan

pengawasan penangkapan Ikan Bilih di Perairan Umum (Danau Singkarak) disini

13

bisa menjadi lebih efektif. Maka dari itu Seksi Pengawasan dan Pengendalian

SDKP DKP Provinsi Sumbar harus melakukan koordinasi pada Seksi

Pengembangan Teknologi Perikanan dan Pangan Kabupaten Solok.

Dinas Pangan dan Perikanan Kabupaten Tanah Datar pada Seksi

Pemberdayaan Ikan dan Nelayan memiliki Tupoksi, yakni:

1. Penyiapan bahan perumusan kebijakan pengumpulan data

Pemberdayaan pembudidaya ikan dan nelayan;

2. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan identifikasi analisa dan

perumusan Pemberdayaan pembudidaya ikan dan nelayan;

3. Penyiapan bahan pelaksanaan bimbingan teknis Pemberdayaan

Pembudidaya ikan dan nelayan;

4. Penyiapan bahan pelaksanaan Rekomendasi Surat Izin Penangkapan

Ikan (SIPI);

5. Penyiapan bahan evaluasi dan penyusunan laporan Pemberdayaan

Pembudidaya ikan dan nelayan.

Berdasarkan Tupoksi yang dimiliki oleh Seksi Pemberdayaan Pembudidaya

Ikan dan Nelayan Dinas Pangan dan Perikanan Kabupaten Tanah Datar, terdapat

pada poin (3) yakni penyiapan bahan pelaksanaan bimbingan teknis Pemberdayaan

Pembudidaya Ikan dan Nelayan. Maka dari itu Seksi PSDKP DKP Provinsi Sumbar

harus melakukan koordinasi karena pada tupoksi Seksi Pemberdayaan

Pembudidaya Ikan dan Nelayan Dinas Pangan dan Perikanan Kabupaten Tanah

Datar pada poin (3) yakni penyiapan bahan pelaksanaan bimbingan teknis

Pemberdayaan Ikan dan Nelayan. Artinya melakukan pengawasan serta pembinaan

14

terhadap masyarakat nelayan yang tidak menggunakan alat tangkap yang tidak

ramah lingkungan. Selain berkoordinasi Pemerintah Daerah Kabupaten Solok dan

Kabupaten Tanah Datar, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat

juga berkoordinasi dengan Polisi Perairan (Polair) Polda Sumbar dalam kegiatan

Pengawasan Penangkapan Ikan Bilih di Danau Singkarak. Setiap melakukan

Pengawasan di Danau Singkarak, DKP Provinsi Sumbar selalu berkoordinasi

dengan Polair Polda Sumbar bersenjata lengkap.

Melihat daripada keseluruhan Tupoksi yang dimiliki Dinas Provinsi

maupun Dinas Kabupaten Solok dan Dinas Kabupaten Tanah Datar yaitu disinilah

peneliti ingin melihat Bagaimana Koordinasi Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Sumatera Barat dalam Kegiatan Pengawasan Penangkapan Ikan Bilih di

Danau Singkarak.

Danau Singkarak saat ini telah dimanfaatkan secara langsung sebagai

sumber air bagi kegiatan rumah tangga masyarakat setempat, sumber mata

pencaharian bagi nelayan (perikanan tangkap), sumber air bagi Pembangkit Listrik

Tenaga Air (PLTA) Singkarak yang terletak di daerah Lubuk Alung, Padang

Pariaman, serta sebagai objek wisata alam9. Perairan umum di Sumatera Barat

merupakan ekosistem yang kaya dengan keanekaragaman ikan yang selama ini

telah banyak dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat.

Keanekaragaman ikan tersebut akhir-akhir ini cenderung menurun yang

menyebabkan terjadinya penurunan populasi ikan di suatu perairan, hal ini juga

dialami oleh Perairan Umum.

9 Diakses dalam www.sumbarprov.go.id/detail/news/3346 Tanggal 21 September 2016, Pukul

12.06 WIB.

15

Pada umumnya, masyarakat di sekitar Danau Singkarak sehari-hari bekerja

sebagai Nelayan, Petani, serta penyedia Sarana dan Prasarana Pariwisata Danau.

Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1.

Tabel Jumlah Nelayan di Perairan Umum

No Kategori Nelayan Sungai Danau Rawa Gal Jumlah

1 Nelayan Penuh 45 395 29 37 506

2 Nelayan Sambilan Utama 145 730 49 46 970

3 Nelayan Sambilan tambahan 762 1804 263 182 3011

Total 952 2929 341 265 4487

(Sumber: Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Solok, 2015)

Berdasarkan Tabel 1.1 jumlah nelayan di Perairan Umum dari seluruh

kategori Nelayan baik Nelayan penuh, Nelayan sambilan utama, Nelayan sambilan

tambahan itu terdapat pada sektor Danau Singkarak dengan total 2929, artinya di

sektor Danau ini memang banyak Nelayan yang menangkap ikan termasuk Ikan

Bilih. Masyarakat di sekitar Danau Singkarak ini telah menetapkan mata

pencaharian utama mereka yaitu menangkap Ikan Bilih. Jenis ikan yang dominan

(spesifik lokal) yaitu Ikan Bilih telah menjadi komoditi andalan dan mata

pencaharian utama di Danau Singkarak sehingga dieksploitasi dengan sangat

intensif oleh Nelayan di sekitar Danau. Ikan ini telah dimanfaatkan oleh Nelayan

atau Masyarakat dan telah menyumbang kesempatan kerja bagi Masyarakat

setempat. Meskipun secara nyata sumberdaya ikan ini telah meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, namun dibalik prospek yang cerah tersebut juga

memberikan dampak yang negatif akibat kekeliruan pemanfaatan dan

pengelolaannya.

16

“…Kegiatan perikanan di Danau Singkarak hanya

kegiatan berupa penangkapan, terutama Ikan Bilih. Penangkapan

ikan umumnya menggunakan jala lempar, jaring insang, dan

pancing. Hal ini lah yang menyebabkan over fishing terhadap

ikan-ikan yang ada di Danau Singkarak terutama Ikan Bilih

(endemik) yang keadaannya sudah semakin sedikit. Namun

beberapa tempat ditemukan adanya kegiatan penangkapan ikan

yang menggunakan bahan peledak, tuba dan setrum. Jaring

insang yang dipasang di Danau Singkarak umumnya berukuran

100 m x 8 m dengan mata jaring 1 inchi dan dipasang dari pinggir

danau melintang ke arah tengah danau. Sedangkan jala lempar

yang digunakan berukuran tinggi 4-6m dengan ukuran mata

jaring 1,0 cm – 2,0 cm. Menurut Nelayan setempat pada musim

produksi rendah (bulan Agustus), hasil tangkapan ikan bilih

hanya 1kg/lempar, sedangkan pada musim produksi tinggi (bulan

Januari) dapat dicapai hingga 50kg/lempar. Disamping itu juga

masyarakat menggunakan alat tangkap Bagan. Bagan merupakan

salah satu jenis menangkap ikan dengan light fishing (memancing

dengan cahaya) yaitu menyalurkan ikan sesuai dengan nalurinya.

Dengan demikian, ikan yang datang disekitar lampu tersebut

merupakan pemanfaatan dari behavior ikan tersebut. Ikan tertarik

pada cahaya melalui penglihatan (mata) dan rangsangan melalui

otak. Peristiwa tertariknya ini disebut phototaxis. Dengan

demikian, ikan yang tertarik oleh cahaya hanyalah ikan-ikan

fototaxis, yang mana pada umumnya ikan pelagis dan sebagian

kecil Ikan demersal, sedangkan ikan-ikan yang tidak tertarik oleh

cahaya atau menjauhi cahaya disebut photophobi.10…”

Berdasarkan kutipan tersebut bahwasanya Masyarakat sekitar Danau

Singkarak menangkap ikan dengan menggunakan jaring yang ukuran mata

jaringnya 1 inchi sehingga ukuran Ikan Bilih yang besar maupun yang masih kecil

akan ikut tertangkap di jaring. Hal ini yang menyebabkan ikan bilih ini sudah

semakin dikit jumlah populasi dikarenakan eksploitasi Masyarakat terlalu

berlebihan (over fishing). Berikut adalah gambaran alat tangkap Bagan yang

dianggap tidak ramah lingkungan.

10 Diakses dalam www.mongobay.co.id/detail/news/3346 Tanggal 1 April 2016, Pukul 14.41 WIB.

17

Gambar 1.2

Bagan alat penangkap ikan

(Sumber: dokumentasi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumbar, 2015)

Berdasarkan Gambar 1.2 merupakan Bagan yang digunakan Masyarakat

untuk menangkap Ikan Bilih. Bagan ini merupakan alat tangkap yang tidak ramah

lingkungan, salah satu jaring angkat yang dioperasikan di Perairan Umum di Danau

Singkarak pada malam hari dengan menggunakan cahaya lampu sebagai faktor

penarik ikan. Alat tangkap ini pertama kali dioperasikan di kenagarian Guguak

Malalo Kabupaten Tanah Datar oleh nelayan yang mencontoh penangkapan Ikan

Bilih dari Danau Toba pada tahun 2013. Beberapa tahun kemudian Bagan ini

tersebar dan terkenal seluruh perairan Danau Singkarak. Dalam perkembangannya

Bagan telah banyak mengalami perubahan baik bentuk maupun ukurannya yang

dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan Daerah penangkapan.

18

Tabel. 1.2

Daftar Jumlah Bagan alat tangkap ikan di Kabupaten Solok

No. Kecamatan Nagari Jumlah/Unit

1. X Koto Singkarak Singkarak 5 Unit

Kacang 3 Unit

Tikalak 36 Unit

Saniang Baka 30 Unit

2. Junjung Sirih Muaro Pingai 61 Unit

Paninggahan 2 Unit

Total 137 Unit

(Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat, 2015)

Berdasarkan Tabel 1.2 Jumlah Bagan alat tangkap ikan di Kabupaten Solok

ada sebanyak 137 Unit, yang terbanyak terdapat pada Nagari Muaro Pingai

sebanyak 61 Unit Bagan. Ada begitu banyak Bagan pada Nagari Muaro Pingai

sehingga butuh pengawasan yang intens kepada Masyarakat di Nagari tersebut

bahwa Bagan ini merupakan alat tangkap yang tidak selektif sehingga tingkat

keberlanjutan dari Ikan Bilih sangat rendah. Disamping itu juga Ikan Bilih yang

tertangkap 81% adalah Ikan Bilih yang sedang bertelur.

Tabel. 1.3

Daftar Jumlah Bagan alat tangkap ikan di Kabupaten Tanah Datar

No. Kecamatan Nagari Jumlah/Unit

1. Rambatan III Koto 12 Unit

Simawang 27 Unit

2. Batipuh Selatan Padang Laweh 48 Unit

Guguak Malalo 138 Unit

Total 225 Unit

(Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tanah Datar, 2016)

19

Berdasarkan Tabel 1.3 Daftar Jumlah Bagan alat tangkap ikan di Kabupaten

Tanah Datar berjumlah 225 Unit Bagan. Jumlah Bagan yang terbanyak terdapat

pada Nagari Guguak Malalo di Kecamatan Batipuh Selatan sebanyak 138 Unit

Bagan. Alat tangkap Bagan ini merupakan kegiatan menangkap ikan yang tidak

ramah lingkungan (illegal fishing). Maka dari itu melihat dari banyak jumlah alat

tangkap Bagan membuat populasi Ikan Bilih di Danau Singkarak akan semakin

menurun populasinya. Menurut wawancara peneliti dengan pak Hilmi sebagai

Kepala Bidang Perikanan Kabupaten Tanah Datar yakni sebagai berikut:

“Bagan ini sebelumnya belum ada aturan yang melarang,

Undang-Undang, Peraturan Menteri Kelautan Perikanan, Perda

Provinsi, Perda Kota pun belum ada. Jadi kini kan sifatnya kita

ini menghimbau atau mengajak untuk menggunakan alat

tangkap yang ramah lingkungan. Karena kita larang belum

punya dasar hukum. Sekarang sudah kami sampaikan ke Pusat

malahan sudah ada datang dari Balai Besar Perikanan Tangkap

dari Semarang dan dilakukan kajian disini. Kemudian hasilnya

kami sampaikan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan Pusat

untuk membuat regulasi/aturan. Jadi sekarang masih proses

regulasi di pusat. Pada tanggal 1 Desember 2016 kami

membuat dua kesepakatan dengan Nelayan Nagari Padang

Laweh Kec. Batipuh Selatan. Yang pertama, mengganti mata

Waring itu ¾ inchi. Yang kedua, tidak boleh menambah Bagan

baru atau yang telah ada di Danau Singkarak diatur atau

ditertibkan.. “

Berdasarkan wawancara tersebut, peneliti berkesimpulan bahwa sudah ada

upaya dari Daerah yaitu Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tanah Datar

untuk melakukan pencegahan supaya Ikan Bilih tidak punah seperti dilakukannya

kerja sama Balai Besar Perikanan Tangkap dari Semarang dengan melakukan

kajian sehingga hasilnya nanti diserahkan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan

Nasional untuk dibuat regulasi. Disamping juga Dinas Peternakan dan Perikanan

20

juga telah berupaya membuat kesepakatan dengan Nelayan Nagari Padang Laweh

tujuannya yaitu untuk meminimalisir supaya Ikan Bilih ini tidak punah dengan tidak

mengganti mata Waring ¾ inchi dan tidak boleh menambah lagi alat tangkap Bagan

di Danau Singkarak di Kabupaten Tanah Datar.

Tabel 1.4.

Tabel Produksi Ikan Bilih Danau Singkarak

(Sumber: Data Olahan Peneliti, 2017)

Berdasarkan Tabel 1.4 produksi Ikan Bilih di Danau Singkarak Kabupaten

Solok di atas diketahui bahwa populasi Ikan Bilih mengalami fluktuasi dari tahun

ke tahun. Produksi tertinggi terjadi pada tiga tahun terakhir, produksi sebanyak

77.57 ton terjadi pada tahun 2013. Pada tahun 2014 produksi menurun sebanyak

64.06 ton setelah itu pada tahun 2015 mengalami kenaikan sedikit sebanyak 65.1

ton. Dapat kita simpulkan bahwa jumlah produksi Ikan Bilih di Danau Singkarak

mengalami kenaikan dan penurunan pada produksi Ikan Bilih dari tahun ke tahun..

77,5764,06 65,1

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

ikan bilih ikan bilih ikan bilih

2013 2014 2015

Produksi Danau Singkarak Kabupaten Solok (Ton)

21

Menurut Prof Hafrizal Syandri ahli perikanan dan kelautan sekaligus peneliti Ikan

Bilih dari Universitas Bung Hatta mengatakan bahwa11:

“...Penyebab terancam punahnya Ikan Bilih dipicu

oleh alat tangkap dan cara tangkap yang digunakan

Masyarakat yang tidak ramah lingkungan...”

Hal ini disebabkan maraknya eksploitasi tanpa ada batasan populasi ikan

endemik ini. Jaring-jaring apung tidak pernah kosong terbentang di permukaan

danau begitu pula dengan jala lempar yang ditebar Masyarakat setiap harinya.

Penggunaan alat penangkapan ikan tidak ramah lingkungan seperti bahan peledak

potasium, menangkap ikan dengan bagan, jaring panjang, jaring lingkar, jala

lempar, lukah, menggunakan setrum listrik yang mematikan semua ikan yang ada

bahkan menangkap ikan dengan alahan di lokasi ikan bertelur.

Tabel 1.5.

Produksi Tangkap Perairan Umum Kabupaten Tanah Datar

(Sumber: Data Olahan Peneliti, 2017)

11 Diakses dalam “www.mongabay.co.id” Tanggal 1 April 2016 Pukul 14.35 WIB.

477,5

770,1

487,1 450,7495,7

ikan bilih ikan bilih ikan bilih ikan bilih ikan bilih

2012 2013 2014 2015 2016

22

Berdasarkan Tabel 1.5 produksi Ikan Bilih di Danau Singkarak Kabupaten

Tanah Datar di atas diketahui bahwa populasi Ikan Bilih mengalami fluktuasi dari

tahun ke tahun. Akan tetapi pada tahun 2013 Produksi Ikan Bilih Mengalami

peningkatan yang tinggi mencapai 770.1 ton. Setelah itu pada tahun 2014 dan

seterusnya mengalami penurunan dan penaikan yang tidak terlalu signifikan. Baik

di Daerah Kabupaten Solok maupun Kabupaten Tanah Datar, Ikan Bilih ini

mengalami penaikan dan penurunan jumlah populasinya. Dalam rangka untuk

menjaga supaya populasi Ikan Bilih ini tidak punah, Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Sumatera Barat Berkoordinasi dengan Dinas Perikanan Solok dan Dinas

Perikanan Tanah Datar dalam Kegiatan Pengawasan Penangkapan Ikan Bilih ini.

Melihat dari begitu banyak ruginya yang ditimbulkan oleh alat tangkap Bagan ini

atau dikatakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan yakni menurunnya

sumber daya ikan dan mengancam populasi Ikan Bilih dan lainnya dan atau

membahayakan sumber daya ikan, maka perlu diatur penggunaan alat dan bahan

tangkap penangkapan ikan di Perairan Umum Danau Singkarak. Gubernur selaku

Kepala Daerah Provinsi Sumatera Barat telah membuat Peraturan Gubernur

(Pergub) Nomor 81 tahun 2017 tentang Penggunaan Alat dan Bahan Penangkapan

Ikan di Perairan Umum Danau Singkarak.

23

Tabel 1.6.

Lokasi Gelar Operasi Pengawasan Perairan Umum di Danau Singkarak

(Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat, 2015)

Berdasarkan Tabel 1.5 lokasi gelar Operasi Pengawasan Perairan Umum

dilakukan di Danau Singkarak, Sumatera Barat, yang terletak di 2 (dua) wilayah

Kabupaten, yaitu: Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Lokasi yang

menjadi gelar operasi pengawasan adalah Kecamatan dan Desa/Nagari yang berada

di selingkar Danau Singkarak, yaitu Kecamatan X Koto Singkarak dan Kecamatan

Junjung Sirih, Kabupaten Solok dengan jumlah Desa/Nagari sebanyak 7 (tujuh)

Nagari, serta Kecamatan Batipuh Selatan dan Kecamatan Rambatan, Kabupaten

Tanah Datar dengan jumlah Desa/Nagari sebanyak 6 (enam) Nagari..

Dalam mengantisipasi supaya populasi Ikan Bilih di Danau Singkarak tetap

terjaga, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat berkoordinasi

dengan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Solok dan Dinas Peternakan

dan Perikanan Kabupaten Tanah Datar serta membentuk tim Kelompok Masyarakat

Pengawas (Pokmaswas). Pokmaswas ini merupakan sebagai mitra Pemerintah

dalam mengawasi dan menjaga Sumber Daya Kelautan Perikanan (SDKP),

sebagaimana tertuang di dalam UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan Pasal

No Kabupaten Kecamatan Desa/Nagari

1 Kab. Solok 1. Kec. X Koto Singkarak

1. Kacang

2. Tikalak

3. Singkarak

4. Sumani

5. Saning Bakar

2. Kec. Junjung Sirih 1. Muaro Pingai

2. Paninggahan

2 Kab. Tanah Datar 1. Kec. Batipuh Selatan

1. Guguk Malalo

2. Padang Laweh Malalo

3. Sumpur

4. Batu Taba

2. Kec. Rambatan 1. Tigo Koto

2. Ombilin Simawang

24

67 dimana pada pasal itu dinyatakan: “Masyarakat dapat diikutsertakan dalam

membantu Pengawasan Perikanan”. Tugas Pokmaswas ini meliputi12:

a. Mengamati atau memantau kegiatan perikanan dan pemanfaatan lingkungan

yang ada di daerahnya.

b. Melaporkan adanya dugaan tindak pidana di bidang perikanan.

c. Mengajak anggotanya untuk menjalankan usaha perikanannya dengan tertib

dan sesuai aturan hukum yang berlaku. Memberikan penyuluhan hukum pada

anggota dan masyarakat sekitarnya.

d. Membuat laporan kejadian pelanggaran yang disaksikan.

e. Bersedia menjadi saksi jika diperlukan oleh aparat penegak hukum.

Kewenangan Pokmaswas, yakni:

a. Dalam hal tertangkap tangan, Pokmaswas dapat melakukan penangkapan dan

selanjutnya menyerahkan kepada pengawas perikanan atau aparat penegak

hukum setempat.

b. Mengusulkan kepada pemberi izin untuk memberikan sanksi terhadap pelaku

kegiatan perikanan yang melakukan tindak pidana perikanan dengan tembusan

kepada Direktur Jenderal.

12 Data Persentasi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat.

25

Tabel. 1.7

Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Kabupaten Solok.

No. Kecamatan Nagari Nama

Kelompok

Jumlah

Anggota

1. X Koto Singkarak Kacang Saiyo Sakato 26

Tikalak Danau Jaya 20

Singkarak Dermaga Indah 25

Muaro Pingai Batu Limbak 15

(Sumber: Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Solok, 2015)

Berdasarkan Tabel 1.6 Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas)

Kabupaten Solok diatas terdapat 4 Kelompok Pengawas Masyarakat di berbeda

Nagari dalam satu Kecamatan X Koto Singkarak. Jumlah anggota paling banyak

dalam Pokmaswas ini jumlah anggotanya ada 26 orang pada Kelompok Saiyo

Sakato. Dalam penelitian ini peneliti memilih Pokmaswas di Nagari Muaro Pingai

dikarenakan Nagari tersebut banyak memiliki alat tangkap bagan dengan jumlah 61

unit..

Tabel. 1.8

Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Kabupaten Tanah Datar.

No. Kecamatan Nagari Nama

Kelompok

Jumlah

Anggota

1. Rambatan III Koto Ompas 9

Simawang Aie Batanang 7

Simawang Telaga Pulai 26

2. Batipuh Selatan Sumpur Riak Danau 25

Padang Laweh Aie Batanang 11

Batu Taba Ngalau Indah 8

Guguak Malalo Batu Carano 7

(Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tanah Datar, 2015)

26

Berdasarkan Tabel 1.7 Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas)

Kabupaten Tanah Datar diatas terdapat 8 Kelompok Pengawas Masyarakat di

berbeda Nagari dalam dua Kecamatan Rambatan dan Batipuh Selatan. Jumlah

anggota paling banyak dalam Pokmaswas ini jumlah anggotanya ada 26 orang

anggota pada Kelompok Telaga Pulai. Akan tetapi dalam penelitian ini Peneliti

memilih Pokmaswas di Nagari Guguak Malalo karena pada Nagari ini jumlah alat

tangkap Bagan yang paling banyak dengan jumlah 138 unit. Hal ini menjadi alasan

peneliti untuk memilih Pokmaswas Guguak Malalo Kabupaten Tanah Datar.

Pokmaswas ini berkoordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Sumatera Barat denagan menggunakan sms gateway yang mana

Pokmaswas melaporkan kepada Kasi. PSDKP Sumbar perihal apabila terlihat

perilaku Masyarakat yang menangkap Ikan Bilih dengan cara Setrum, Pukat, Bom

dan lain-lain. Maka dari itu Pokmaswas inilah ditunjuk oleh Pemerintah Provinsi

Sumatera Barat sebagai Mitra Pemerintah dalam melakukan Pengawasan di Danau

Singkarak.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan salah satu tahap diantara sejumlah tahap

penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan

penelitian. Merujuk pada paparan diatas, maka diambil rumusan masalah guna

pembahasan sebagai batasan penelitian yaitu: Bagaimana Koordinasi Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat dalam Kegiatan Pengawasan

Penangkapan Ikan Bilih di Danau Singkarak?

27

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan masalah tentang hal yang ingin dicapai

dalam kegiatan penelitian dengan cara mempertimbangkan masalah yang terjadi

dan membandingkan dengan yang seharusnya. Dengan permasalahan di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui Koordinasi Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Sumatera Barat dalam Kegiatan Pengawasan Penangkapan Ikan

Bilih di Danau Singkarak.

1.4. Manfaat Penelitian

Sehubungan dengan tujuan penelitian ini, maka diharapkan bermanfaat

untuk:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini mempunyai kontribusi dalam mengembangkan

Ilmu Administrasi Publik, karena terdapat kajian-kajian Administrasi Publik dalam

kosentrasi manajemen publik. Dengan demikian, peneliti dapat memberikan

wawasan dan pengetahuan tambahan bagi mahasiswa Administrasi Publik lainnya.

Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi penelitian yang

relevan dalam penelitian selanjutnya yang terkait permasalahan penelitian ini.

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada instansi

khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini

diharapkan memberikan masukan tentang Koordinasi dalam Kegiatan Pengawasan

28

Penangkapan Ikan Bilih di Danau Singkarak sehingga mampu melahirkan suatu

kebijaksanaan yang bermanfaat terhadap pada Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Sumatera Barat yang khususnya pada permasalahan.