bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/41475/2/bab i.pdfbeberapa asrtikel yang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai pada
satu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua bukanlah suatu penyakit,
tetapi merupakan proses yang beransur - ansur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif, merupakan proses penurunan daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Dewi,2014).
Menjadi tua atau aging adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan secara
perlahan-lahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur
serta fungsi normalnya, akibatnya tubuh tidak dapat bertahan terdahap kerusakan atau
memperbaiki kerusakan tersebut (Muhith,2016).
Orang dengan lanjut usia di seluruh dunia terjadi peningkatan harapan hidup
yang luar biasa, jumlah lansia yang berusia 65 tahun keatas di perkirakan sekitar 524 juta
ditahun 2010, jumlah lansia naik tiga kali lipat menjadi 1,5 miliar pada tahun 2050
mewakili 16% populasi didunia (WHO, 2011). Pada tahun 2015 jumlah orang berusia 60
tahun keatas di Indonesia lebih dari 8,2% dari jumlah penduduknya, jumlah ini
diperkirakan akan meningkat mencapai 19,2% pada tahun 2050 (Setiyani et al, 2015).
Sekitar 24,3 juta lansia di seluruh dunia mengalami gangguan di kognitif dan jumlahnya
akan bertambah setiap 20 tahun, sehingga akan mencapai 81,1 juta penderita ditahun
2040 (Cao at al, 2015).
2
Sekitar 20-25% lansia yang berusia 65 tahun keatas yang tinggal di negara
berkembang mengalami penurunan fungsi kognitif yang mengkhawatirkan dalam semua
wilayah dunia dan terkait dengan penuaan populasi dengan kondisi neurologis, terutama
Demensia (Rizzi, 2014). Orang dewasa yang lebih tua beresiko untuk tingkat yang lebih
rendah dari vitamin D sebagai akibat dari kuranganya asupan gizi dari vitamin D,
meningkatnya adipositas, penurunan sintesitas kulit dan sedikit waktu yang dihabiskan
lansia di luar ruangan (Penckofer and Meehan, 2014). Lansia yang mengalami penyakit
demensia mengalami penurunan pada memori serta fungsi kognitif lainnya yang
menyebabkan kecacatan (Cao, 2015). Dampak lain yang timbul pada lansia dengan
demensia terjadinya penurunan fungsi memori lebih berat sehingga mengalami depresi berat
sekitar 15-20%, akibat yang paling serius pada demensia menyebabkan trauma kematian
atau akibat infeksi (Asrori dan putri, 2014). Pada lansia 10% akan mengalami atrofi otak
difus, kondisi lain pada lanisa melambatnya proses informasi, menurunnya daya ingat jangka
pendek, berkurangnya kemampuan otak untuk membedakan stimulus atau rangsangan yang
datang dan gangguan daya ingat (Effendi, 2014). Lansia yang mengalami penurunan kognitif
dan fungsional, biasanya terjadi di kemudian hari sebagai akibat neurodegeneratif dan
proses serebrosvaskular. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan daya ingat
salah satunya adalah faktor lingkungan seperti polusi udara, asap rokok, tingginya almunium
dalam air minum, dan kurangnya vitamin D (Killin, 2016).
Kekurangan vitamin D mengakibatkan hilangnya fungsi sel dalam tubuh, yang
bersifat protektif terhadap gangguan neurologis dikaitkan dengan penurunan kognitif
(Gangwar, 2015) Tingkat vitamin D yang paling rendah terjadi terutama pada wanita pasca
menopose, insufificiency dikaitkan dengan paparan sinar matahri yang terbatas (Nabak et
all, 2014). Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak yang secara alami terdapat pada
3
makanan yang sangat sedikit, dan tersedia sebagai suplemen makanan. Hal ini juga
diproduksi secara endogen ketika sinar ultraviolet dari sinar matahari menyerang kulit dan
memicu sintesis vitamin D. Vitamin D dapat di peroleh tubuh paling utama melalui sinar
matahari yaitu berjemur dibawah sinar matahari selama 1-15 menit dan 20% dari makanan
yang dikonsumsi, sumber makanan yang di konsumsi berasal dari hewan dan tumbuh-
tumbuhan seperti minyak ikan, susu, dan mentega. Vitamin D dari makanan diserap pada
bagian proksimal usus halus, bagi anak-anak maupun orang dewasa dapat menyerap sampai
80% dari jumlah vitamin D yang dikonsumsi tergantung faktor-faktor yang membantu atau
menghambat penyerapan (Sumbono, 2016).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 20 April 2018
di Telogomas Rw 02 Dinoyo, Lowokwaru kota Malang di dapatkan data sekitar 50 Lansia
yang berusia diatas 60 tahun dan sekitar 40% dari lansia menderita penyakit hipertensi,
koresterol dan asam urat. Menurut warga Rw 02 sebagian besar lansia di tempat tersebut
kurangnya berjemur atau terkena sinar matahari dikarenakan sering berada di dalam ruangan
jarang untuk keluar rumah dan kurangnya mengkonsumsi makanan yang mengandung
vitamin D seperti susu, minyak ikan dan tidak perna mengkonsumsi suplemen vitamin D
sehingga kecenderungan mempunyai resiko kekurangan vitamin D sehubungan dengan
peryataan diatas peneliti mengambil “Hubungan keadekuatan vitamin D dengan terjadinya
Demensia pada Lansia di Telogomas Rw 02 Dinoyo kota Malang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat dirumuskan
permasalahan yaitu: “Adakah Hubungan antara Keadekuatan asupan vitamin D dengan
terjadinya Demensia di Telogomas Rw 02 Kota Malang”.
4
1.3 Tujuan Penelitihan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Hubungan Kadekuatan asupan
vitamin D dengan terjadinya Demensia di Telogomas Rw 02 Dinoyo, Lowokwaru kota
Malang”.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Mengidentifikasi keadekuatan asupan vitamin D pada lansia
2. Mengidentifikasi Demensia pada lansia.
3. Menganalisis hubungan keadekuatan vitamin D dengan kejadian Demensia pada
lansia
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi petugas kesehatan dan dalam
dunia keperawatan Gerontik khususnya lansia dan keluarga agar menjaga kesehatan dengan
mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin D dan berjemur dibawah sinar matahari
untuk mencegah penyakit demensia.
1.4.2 Manfaat Praktis
Sebagai praktek penelitian praktis komunitas tentang kesehatan lansia di lapangan
khususnya di Telogomas Rw 02 Dinoyo, Lowokwaru kota Malang.
1.5 Keaslian Penelitian
1. Penelitian oleh Lewis O. J. Killin, John M. Starr, Ivy J. Shiue and Tom C. Russ
(2016), yang berjudul “Environmental risk factors for dementia: a systematic review”. Tujuan
penelitian ini sebagai tinjauan sistematis terdahap faktor risiko lingkungan terhadap
5
Demensia. Metode yang digunakan untuk penelitian ini, peneliti menggunkan tiga
pendekatan untuk melakukan pencarihan melalui datbase. Dari pengamatan
beberapa asrtikel yang berkaitan dengan data lingkungan yang tersedia dimasyarakat,
seperti polusi udara, iklim, ultraviolet dan polusi udara dengan kriteria eksklusi : 1.
Penelitian tentang hewan, studi dimana pemaparanya bersifat fisiologis yang tidak
bisa langsung dihubungkan dengan lingkungan 2. Studi dengan hasil selain demensia
klinis 3. Studi yang spesifik gejala seperti peradangan. Hasil yang di dapatkan dari
penelitian ini proses penyaringan dari jumlah awal 6665 studi dari jumlah tersebut
60 studi diantaranya memenuhi syarat untuk dimasukan, dari beberapa faktor
lingkungan dibagi menjadi 6 kelompok : kualitas udara, logam berat beracun,
paparan terkait pekerjaan, vitamin D dan faktor yang lainnya. Ada bukti moderat
secara konsisten mengandung polusi udara, almunium, silikon, pestisida, vitamin D,
dan medan elektromagnetik sebagai faktor lingkungan untuk demensia.
2. Penelitian oleh Lei Cao, Lan Tan, Hui-Fu Wang, Teng Jiang, Xi-Chen Zhu, Huan
Lu, Meng-Shan Tan, Jin-Tai Yu (2015), yang berjudul “Dietary Patterns and Risk of
Dementia: a Systematic Review and Meta-Analysis of Cohort Studies”. Tujuan dari penelitian
ini untuk mengetahui pola diet dan beberapa komponen makanan yang berkaitan
dengan Demensia, kriteria inklusi : beberapa asupan makanan berhubungan dengan
penurunan demansia, seperti asamlemak tidak jenuh, vitamin b, vitamin d, sayuran,
buah-buahan dan alkhol. Hasil daripenelitian ini konsumsi yang lebih tinggi asam
lemak tidak jenuh antioksidan dan vit b menurunkan risiko demensia, dan
rendahnya vitamin d dikaitkan dengan penurunan kognitif. Kelemahan dari
penelitian ini efek ikan, sayuran, buah-buahan dan alkhol membutuhkan penelitian
lebih lanjut terhadapa penelitian prospektif.
6
3. Penelitian oleh Anil Kumar Gangwar, Anita Rawat, Sunita Tiwari,S. C. Tiwari,
Jagdish Narayan and Sanchit Tiwari (2015), yang berjudul “Role of Vitamin-D in the
prevention and treatment of Alzheimer’s disease”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
efek vitamin D pada fungsi kognitif lansia. Metode yang digunakan penelitian ini
dilakukan di Departemen dari fisiologis George’s Medical university sebanyak 80
subyek beerdasarkan pemeriksaan MMSE dan defisiensi vitamin d dibagi menjadi 2
kelompok kasus dan kelompok kontrol, kelompok kasus dilakukan selama 3 bulan
sedangkan kelompok kontrol dilakukan selama 3-6 bulan. Hasil dari penelitian ini
suplementasi vitamin d memiliki efek tambahan pada fungsi kognitif pada lansia
yang sedang berada dalam terapi medis. Saran dari peneliti dalam jurnal untuk hasil
yang signifikan dianjurkan untuk studi lebih lanjut dengan ukuran sampel yang lebih
besar.