bab i pendahuluan 1.1 latar belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/bab i.pdf · 1.1 latar...

26
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun jika terjadi dapat menimbulkan kerusakan dan dampak yang besar, Daya rusak bencana tsunami sangat dahsyat terutama di wilayah pesisir dan dapat menjangkau wilayah yang cukup luas hingga puluhan kilometer dari garis pantai. Daerah yang masih mempunyai potensi mendapat kerusakan karena terpaan gelombang tsunami disebut dengan daerah rawan bencana tsunami (LAPAN, 2015). Kabupaten Purworejo merupakan salah satu daerah yang berdekatan dengan zona tumbukan lempeng Eurasia dan lempeng IndoAustralia. Hal ini menimbulkan potensi adanya gempabumi tektonik di Kabupaten Purworejo. Gempabumi tektonik berskala besar di perairan dangkal sangat berpotensi untuk menimbulkan tsunami. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Kabupaten Purworejo termasuk dalam daerah yang memiliki potensi mengalami bencana tsunami. Bencana tsunami yang melanda suatu wilayah pesisir telah terbukti menyebabkan kerugian material dan non material yang sangat besar, seperti tsunami yang disebabkan meletusnya gunung kratatau pada tahun 1883 telah menewaskan sekitar 36.000 penduduk Lampung dan Anyer, Banten dan tsunami yang disebabkan oleh gempa tektonik pada tanggal 26 desember 2004 juga tercatat sebagai bencana tsunami yang tergolong dahsyat karena telah menyebabkan kerugian material dengan hancurnya infrastruktur di Aceh dan sebagian di Sumatera Utara dengan korban jiwa mencapai 280.000 jiwa (Hajar, 2006). Meskipun Kabupaten Purworejo memiliki potensi yang besar terhadap bencana tsunami tetapi rencana mitigasi dan peringatan terhadap ancaman bencana tsunami yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Purworejo masih sangatlah minim, dibuktikan dengan ketidaktahuan atau tidak adanya sosialisasi, sebagian besar masyarakat Kabupaten Purworejo khususnya masyarakat yang

Upload: others

Post on 29-Dec-2019

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi

waktu kemunculannya, namun jika terjadi dapat menimbulkan

kerusakan dan dampak yang besar, Daya rusak bencana tsunami

sangat dahsyat terutama di wilayah pesisir dan dapat menjangkau

wilayah yang cukup luas hingga puluhan kilometer dari garis

pantai. Daerah yang masih mempunyai potensi mendapat kerusakan

karena terpaan gelombang tsunami disebut dengan daerah rawan

bencana tsunami (LAPAN, 2015).

Kabupaten Purworejo merupakan salah satu daerah yang

berdekatan dengan zona tumbukan lempeng Eurasia dan lempeng

Indo‐Australia. Hal ini menimbulkan potensi adanya gempabumi

tektonik di Kabupaten Purworejo. Gempabumi tektonik berskala

besar di perairan dangkal sangat berpotensi untuk menimbulkan

tsunami. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Kabupaten

Purworejo termasuk dalam daerah yang memiliki potensi mengalami

bencana tsunami. Bencana tsunami yang melanda suatu wilayah

pesisir telah terbukti menyebabkan kerugian material dan non

material yang sangat besar, seperti tsunami yang disebabkan

meletusnya gunung kratatau pada tahun 1883 telah menewaskan

sekitar 36.000 penduduk Lampung dan Anyer, Banten dan tsunami

yang disebabkan oleh gempa tektonik pada tanggal 26 desember

2004 juga tercatat sebagai bencana tsunami yang tergolong

dahsyat karena telah menyebabkan kerugian material dengan

hancurnya infrastruktur di Aceh dan sebagian di Sumatera Utara

dengan korban jiwa mencapai 280.000 jiwa (Hajar, 2006).

Meskipun Kabupaten Purworejo memiliki potensi yang besar

terhadap bencana tsunami tetapi rencana mitigasi dan peringatan

terhadap ancaman bencana tsunami yang dimiliki oleh Pemerintah

Kabupaten Purworejo masih sangatlah minim, dibuktikan dengan

ketidaktahuan atau tidak adanya sosialisasi, sebagian besar

masyarakat Kabupaten Purworejo khususnya masyarakat yang

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

2

berdomisili di kawasan pesisir tidak mengetahui bahwa daerahnya

sangat berpotensi terjadi bencana tsunami, tidak adanya petunjuk

atau rambu-rambu evakuasi jika terjadi bencana tsunami dan masih

banyaknya bangunan yang terbangun dekat dengan kawasan pesisir

atau daerah yang dianggap dalam zona rawan bencana tsunami.

Berdasarkan uraian diatas, sangatlah penting untuk

dilakukan pemetaan keruangan berdasarkan kriteria-kriteria di

wilayah kawasan pesisir Kabupaten Purworejo untuk

mengidentifikasi dan menganalisis daerah rawan bencana tsunami.

Di Indonesia sudah banyak dilakukan studi tentang bencana

tsunami di wilayah pesisir, beberapa produk dari studi bencana

tsunami tersebut diantaranya adalah Analisis Spasial Kerawanan

Tsunami Kota Padang (Hajar, 2006), Analisis Risiko Bencana

Tsunami Kawasan Pesisir Padang Barat (Nina, 2009), Pemetaan

Daerah Rawan Tsunami di Pesisir Lunyuk Sumbawa Nusa Tenggara

Barat (Mawardin,dkk, 2013), Tingkat Kerawanan Bencana Tsunami

Kawasan Pantai Selatan Kabupaten Cilacap (Suwarsito,dkk, 2014),

Mempertimbangkan dari beberapa produk dari studi terhadap

bencana tsunami, pemetaan spasial tingkat kerawanan tsunami

kawasan pesisir Kabupaten Purworejo akan mengacu pada produk

studi terhadap bencana tsunami di pantai selatan Kabupaten

Cilacap karena dilihat dari letak administrasi antara kedua

Kabupaten yang saling bersebelahan dan memiliki sebagian

karakteristik wilayah yang sama, penambahan beberapa variabel

akan dilakukan untuk menentukan tingkat kerawanan di kawasan

pesisir Kabupaten Purworejo. Beberapa variabel yang akan

digunakan untuk menentukan tingkat kerawanan tsunami di kawasan

pesisir Kabupaten Purworejo antara lain: Morfologi pesisir,

Ekosistem pesisir,Jarak dari muara sungai, Kelerengan, elevasi

daratan pesisir, jarak dari garis pantai, dan penggunaan lahan.

Produk dari pemetaan keruangan yang berupa daerah rawan tsunami

kawasan pesisir Kabupaten Purworejo nantinya dapat digunakan

oleh pemerintah Kabupaten Purworejo sebagai acuan rencana

mitigasi bencana tsunami.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

3

1.2 Permasalahan

Kabupaten Purworejo yang terletak di pulau jawa bagian

selatan yang berbatasan langsung dengan samudera hindia yang

letaknya berdekatan dengan Lempeng tektonik Eurasia dan Lempeng

Indo-Australia, Kabupaten Purworejo dijadikan sebagai Kabupaten

peringkat ke-3 sebagai daerah yang berpotensi terhadap bencana

tsunami di bawah Kabupaten Cilacap (peringkat 1) dan Kabupaten

Kebumen (peringkat 2) (BNPB, 2015).

Potensi terhadap bencana tsunami tersebut sangatlah besar

karena letaknya yang berdekatan dengan pertemuan Lempeng

tektonik yaitu Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia yang

sewaktu-waktu dapat berpotensi menimbulkan gempa tektonik dan

gempa tektonik yang terjadi diperairan dangkal, sangat

berpotensi menimbulkan terjadinya bencana tsunami. Bila bencana

tsunami terjadi, dampak akibat bencana tsunami sangatlah

merugikan khususnya bagi masyarakat Kabupaten Purworejo yang

berdomisili di daerah pesisir dilihat dari masih banyaknya

bangunan yang terbangun dan banyaknya aktivitas masyarakat di

kawasan pesisir khususnya di zona yang dianggap sebagai daerah

rawan bencana tsunami, bencana tsunami yang terjadi di daerah

pesisir terbukti sangatlah merugikan, seperti bencana tsunami di

aceh yang mampu menewaskan sekitar 280.00 jiwa, tidak hanya

korban jiwa tetapi juga kerugian material yang sangat besar dan

mengakibatkan lumpuhnya kegiatan atau aktivitas masyarakat.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka sangat penting

dilakukan pemetaan keruangan untuk mengetahui tingkat kerawanan

bencana tsunami yang menghasilkan keluaran atau produk yaitu

daerah rawan tsunami kawasan pesisir Kabupaten Purworejo, yang

nantinya dari hasil tersebut dapat dijadikan sebagai dasar

perencanaan atau penanganan mitigasi bencana tsunami di kawasan

pesisir Kabupaten Purworejo. Keberadaan lempeng tektonik aktof

Eurasia Indo-Australia dapat dilihat pada gambar 1.1:

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

4

Gambar I.1

Lempeng Tektonik Aktif Eurasia – Indo-Australia

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

5

Dampak bencana tsunami di kawasan pesisir

Wilayah perairan yang memiliki lempeng

tektonik aktif

Penggunaan Lahan di pesisir yang

melibatkan banyak kegiatan manusia

Timbulnya Korban Jiwa Kerugian material

Lumpuhnya perekonmian/

kegiatan masyarakat

Sumber : Hasil Analisis, 2017

MASALAH UTAMA

SEBAB

AKIBAT

Gambar I.2

Pohon Masalah

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

6

1.3 Tujuan dan Sasaran

1.3.1 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan penelitian ini

adalah pemodelan keruangan untuk mengetahui kerawanan bencana

tsunami di kawasan pesisir Kabupaten Purworejo.

1.3.2 Sasaran

Adapun sasaran yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan,

yaitu:

1. Melakukan kajian terhadap sejarah bencana tsunami di

Indonesia dengan memperhitungkan karakterisik wilayah

yang sama sebagai dasar skenario bencana tsunami yang

mungkin terjadi di Kawasan pesisir Kabupaten Purworejo;

2. Mengidentifikasi variabel yang digunakan untuk

menentukan tingkat kerawanan tsunami di kawasan pesisir

Kabupaten Purworejo

3. Mengidentifikasi karakter fisik kawasan pesisir

Kabupaten Purworejo

4. Mengidentifikasi faktor alami di kawasan pesisir yang

berfungsi sebagai pereduksi gelombang bencana tsunami

5. Mengidentifikasi penggunaan lahan di kawasan pesisir

Kabupaten Purworejo;

6. Identifikasi bahaya bencana tsunami di kawasan pesisir

Kabupaten Purworejo

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

7

faktor pereduksi gelombang tsunami

yang menerpa pesisir

Sumber : Hasil Analisis, 2017

Gambar 1.3

Pohon Tujuan

Mengidentifikasi tingkat bahaya kawasan pesisir terhadap bencana tsunami

SARANA

TUJUAN UTAMA

faktor pereduksi gelombang tsunami

yang menerpa pesisir

Faktor pereduksi

1. Ekosistem pantai

2. Morfologi (sandunes)

Faktor penentu tingkat bahaya tsunami :

1. Morfologi pesisir

2. Elevasi daratan pesisir

3. Jarak terhadap garis pantai

4. Muara sungai

5. Kelerengan daratan pesisir

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

8

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi yang dibahas dalam kegiatan

penelitian adalah melakukan pemetaan secara spasial untuk

mengetahui tingkat rawan tsunami di kawasan pesisir Kabupaten

Purworejo. Rawan merupakan suatu kondisi atau karakteristik

geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial,

budaya, politik, ekonomi dan teknologi pada satu wilayah untuk

jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah,

merendam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk

menanggapi dampak buruk bahaya tertentu, sedangkan daerah rawan

bencana tsunami merupakan daerah yang masih berpotensi

mendapatkan kerusakan akibat dari terpaan gelombang bencana

tsunami (BAPPENAS, 2015). Dalam pembahasan, analisis yang

digunakan adalah analisis spasial untuk memodelkan beberapa

indikator tingkat rawan tsunami. Analisis overlay dari beberapa

indikator yang telah dimodelkan dan memiliki nilai atau bobot

masing - masing. Adapun batasan dalam penyusunan laporan ini

adalah sebagai berikut :

1. Studi ini menitik beratkan pada tingkat kerawanan secara

spasial di kawasan pesisir Kabupaten Purworejo terhadap

ancaman bencana tsunami;

2. Indikator atau kajian dalam studi ini menggunakan

pendekatan secara spasial sesuai dengan kondisi fisik di

kawasan pesisir Kabupaten Purworejo;

3. Skema run-up gelombang Tsunami didasarkan pada sejarah

kejadian bencana Tsunami di Indonesia yaitu kejadian

bencana Tsunami di Aceh pada tahun 2004 dengan

ketinggian gelombang Tsunami mencapai 12 meter dengan

jarak yang terkena dampak gelombang (run-up) adalah

3,6km.

Beberapa variabel yang digunakan untuk menentukan tingkat

rawan tsunami di kawasan pesisir Kabupaten Purworejo antara

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

9

lain: Morfologi pesisir, Ekosistem pesisir, jarak dari garis

pantai, Kelerengan, Jarak dari muara sungai, elevasi daratan,

dan penggunaan lahan.

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang Lingkup wilayah dalam penyusunan studi ini adalah

Kawasan Pesisir Kabupaten Purworejo. Kabupaten Purworejo

terletak antara 109⁰47’28” sampai 110⁰8’20” Bujur Timur dan

antara 7⁰32” dan 7⁰54” Lintang Selatan. Kawasan pesisir kabupaten

Purworejo mencakup sebagian dari 3 wilayah kecamatan di

Kabupaten Purworejo yaitu Kecamatan Grabag, Kecamatan Ngombol,

dan Kecamatan Purwodadi. Menurut hajar (2006) kawasan pesisir

merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan yang

dibatasi oleh garis pantai, ditinjau dari kepentingan

pengelolaan, batas dari garis pantai kearah daratan ditetapkan

sebagai batas wilayah perencanaan dan batas wilayah pengaturan

atau pengelolaan seharian, wilayah perencanaan meliputi

sepanjang wilayah daratan tempat berbagai aktivitas masyarakat,

wilayah pengaturan berupa kewenangan penuh yang dimiliki

pemerintah unutk mengelola wilayah pesisir seperti mengeluarkan

atau menolak izin pembangunan. Definisi kawasan. Menurut Dahuri

(2001) Dilihat dari pendekatan administratif, kawasan pesisir

merupakan kawasan yang secara administrasi pemerintahan

mempunyai batas terluar sebelah hulu dari kecamatan atau

kabupaten atau kota dan kearah laut sejauh 12 mil dari garis

pantai, untuk provinsi atau sepertiganya untuk kabupaten atau

kota. Menurut Kusnadi (2009) secara geografis, masyarakat

nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di

kawasan pesisir yaitu suatu kawasan transisi antara wilayah

darat dan laut, masyarakat pesisir pada umumnya sebagian besar

benduduk bermata pencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya

kelautan, seperti nelayan, pembudidaya perikanan, penambangan

pasir dan trasnportasi laut. Menurut Supriharyono (2002) di

kawasan pesisir yang landai dan sungai besar, garis batas

kawasan pesisir dapat berada jauh dari garis pantai, sedangkan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

10

di pantai yang curam dan langsung berbatasan dengan laut dalam,

kawasan pesisirnya sempit.

Sedangkan menurut Kay dan Alder (1999) kawasan pesisir

diartikan bahwa wilayah pesisir adalah wilayah yang merupakan

tanda atau batasan wilayah daratan dan wilayah perairan yang

mana proses kegiatan atau aktivitas bumi dan penggunaan lahan

masih mempengaruhi proses dan fungsi kelautan, pada dasarnya

garis batas kawasan pesisir hanyalah merupakan garis khayal yang

letaknya dipengaruhi oleh kondisi setempat dan secara konstan

berubah karena proses natural yang sangat dinamis. Berdasarkan

beberapa pengertian tersebut kawasan pesisir Kabupaten Purworejo

dapat digambarkan sebagai berikut

Struktur geologi kawasan pesisir ditandai dengan

keterdapatan tekstur tanah yang berupa pasir (pengendapan) atau

coastal deposition dan jenis tanah alluvium.

Gambar I.4

Struktur Geologi Pesisir Purworejo

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

11

Gambar I.5

Topografi dan Keberadaan Ekosistem Pantai

Gambar I.6

Desa Nelayan dan Muara Sungai

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

12

Keberadaan nelayan merupakan salah satu ciri dari wilayah

pesisir, Jumlah penduduk mata pencaharian sebagai nelayan laut

mendominasi di Kecamatan Grabag, Kecamatan Ngombol, dan

Kecamatan Purwodadi khususnya pada daerah atau desa yang

terletak di dekat dengan lautan. Jumlah nelayan di Kecamatan

Grabag mencapai 231 orang, di Kecamatan Ngombol 121 orang, dan

di Kecamatan Purwodadi mencapai 265 orang. Total keseluruhan

jumlah nelayan di pesisir Kabupaten Purworejo adalah 617 Orang.

Kawasan pesisir dapat diartikan sebagai kawasan yang

terletak antara daratan dan lautan dengan batas terluar kawasan

adalah garis pantai, kawasan pesisir ditandai dengan adanya

ekosistem pantai, terdapat aktivitas masyarakat seperti adanya

budidaya perikanan dan adanya kampung nelayan dan secara

geografis kawasan pesisir mempunyai morfologi yang landai.

Sedangkan berdasarkan naskah akademik pengelolaan wilayah

pesisir (2001), kawasan pesisir merupakan wilayah perairan dan

daratan tertentu yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pemerintah

berdasarkan kriteria tertentu seperti karakteristik fisik,

biologi, sosial, dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaanya,

wilayah pesisir Kabupaten Purworejo menurut BPBD Kabupaten

Purworejo adalah mencakup wilayah atau administrasi 3 Kecamatan

yaitu Kecamatan Grabag, Ngombol dan Kecamatan Purwodadi. Dari

beberapa pengertian tersebut dilakukan hasil overlay untuk

menentukan batasan kawasan pesisir untuk Kabupaten Purworejo

yang dapat dilihat selengkapnya pada Gambar I.7

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

13

Gambar I.7

Kawasan Pesisir Kabupaten Purworejo

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

14

1.5 Keaslian Penelitian

No

Nama

Peneli

ti

Judul

Penelitian

Lokasi

&

Tahun

Peneli

tian

Tujuan

Tekni

k

Anali

sis

Hasil

Penelitia

n

1 Moh.Ha

jar

Analisis

spasial

kerawanan

tsunami

Kota Padang

Kota

Padang

, 2006

Pemetaan

kerawanan

tsunami

Skori

ng

Peta

kerawanan

tsunami

dan hasil

klasifika

si

tingkat

kerawanan

tsunami

2 Nina

Analisis

risiko

bencana

tsunami

kawasan

pesisir

Padang

Barat

Padang

barat,

2009

Mengetahu

i tingkat

risiko

bencana

tsunami

di

kawasan

pesisir

Padang

Barat

Anali

sis

Risik

o

Benca

na

Tingkat

kerentana

n bencana

tsuami di

kawasan

pesisir

padang

barat

dengan

menghitun

g

kerawanan

,

kerentana

n dan

kapasitas

3

Maward

in,

dkk

Pemetaan

daerah

rawan

tsunami di

NTB,

2013

Pemetaan

daerah

rawan

tsunami di

Anali

sis

Risik

o

Pemetaan

tingkat

kerawanan

tsunami

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

15

No

Nama

Peneli

ti

Judul

Penelitian

Lokasi

&

Tahun

Peneli

tian

Tujuan

Tekni

k

Anali

sis

Hasil

Penelitia

n

pesisir

lunyuk

sumbawa,nus

a tenggara

barat

lunyuk

sumbawa,

NTB

Benca

na

berdasark

an

variabel

fisik

pesisir

dan

keadaan

sosial

masyaraka

t

1.6 Kerangka Pikir

Dalam mengidentifikasi dan menganalisis tingkat kerawanan

tsunami di kawasan pesisir Kabupaten Purworejo terdapat beberapa

proses atau tahapan sampai terbentuknya output yaitu daerah

rawan bencana tsunami kawasan pesisir Kabupaten Purworejo.

Proses dalam menentukan daerah rawan bencana tsunami kawasan

pesisir Kabupaten Purworejo dilakukan dengan pendekatan spasial

berdasarkan kondisi fisik lingkungan kawasan pesisir. Analisis

spasial menggunakan cellbase modelling, terdapat dua model yang

dikenal yaitu representation models yang menggambarkan

kenampakan di bumi, SIG menampilkan obyek tersebut dalam sebuah

layer yang berupa data raster, disetiap layer raster akan berupa

grid cell yang memiliki nilai tertentu. Process models yang

mengambarkan suatu proses di alam, salah satu dasar analisis

spasial dalam model ini adalah dua data raster dapat dilakukan

operasi aljabar misalnya penambahan.

Dalam studi penentuan daerah rawan tsunami kawasan pesisir

Kabupaten Purworejo ini digunakan beberapa indakator diantaranya

Morfologi pesisir, Ekosistem pesisir, jarak dari garis pantai,

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

16

elevasi dan topografi daratan dan tinggi gelombang yang nantinya

keseluruhan data tersebut dijadikan dalam bentuk data raster dan

kemudian dilakukan analisis overlay yang prinsipnya menjumlahkan

nilai dalam layer raster tersebut dengan pembobotan tertentu

sehingga dapat diketahui daerah rawan tsunami setelah dilakukan

klasifikasi terhadap hasil overlay.

Penentuan daerah rawan tsunami dari variabel tersebut,

harusnya didasari oleh simulasi kejadian tsunami yang mungkin

terjadi di kawasan pesisir Kabupaten Purworejo namun karena

keterbatasan data dan data yang terkait untuk pembuatan simulasi

tsunami belum ada, maka simulasi bencana tsunami diadopsi dari

sejarah kejadian tsunami yang pernah terjadi di Indonesia dengan

memperhitungkan karakteristik wilayah yang sama, khususnya

tsunami yang terjadi akibat gempa tektonik di lempeng eurasia

dan indo – australia. Keseluruhan tahapan dalam penentuan daerah

rawan tsunami kawasan pesisir Kabupaten Purworejo dapat dilihat

selengkapnya pada gambar I.8 :

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

17

Adanya potensi kawasan pesisir Kabupaten Purworejo terhadap

ancaman bencana tsunami dan belum adanya rencana mitigasi

Pemetaan kerawanan bencana tsunami kawasan

pesisir Kabupaten Purworejo

Mengidentifikasi Ekosistem

pesisir dan penggunaan

lahan

Identifikasi Bahaya Bencana

Tsunami Kawasan pesisir Purworejo

Data Primer :

Observasi

Data Sekunder :

Literatur

Morfologi

Mengidentifikasi Karakter fisik dan faktor alamiah

pereduksi gelombang kawasan pesisir Kabupaten

Purworejo

Mengkaji sejarah kejadian tsunami di Indonesia yang

digunakan sebagai penentuan kriteria variabel fisik yang

berpengaruh terhadap kerawanan tsunami di pesisir

Purworejo

Pemodelan spasial : Morfologi,

Kelerengan, Elevasi, Jarak dari

garis pantai, Jarak dari sungai

Gambar I.5

Kerangka Pikir

Elevasi Kelerengan Jarak dari garis pantai

Jarak dari muara sungai

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

18

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penyusunan laporan ini terdiri

dari 5 Bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian Literatur,

Bab III Gambaran Umum Wilayah Studi, Bab IV Analisis Spasial

Tingkat Kerawanan Tsunami Kawasan Pesisir Kabupaten Purworejo,

Bab V Penutup.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi penjelasan mengenai latar

belakang, permasalahan, tujuan dan sasaran, ruang

lingkup materi dan wilayah serta sistematika

penulisan.

BAB II KAJIAN LITERATUR TENTANG ANALISIS SPASIAL TINGKAT

KERAWANAN TSUNAMI

Pada bab ini berisi tentang kajian literatur yang

berhubungan tentang analisis spasial tingkat

kerawanan bencana tsunami.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Pada bab ini gambaran umum wilayah studi yaitu

Kabupaten Purworejo khususnya wilayah pesisir

Kabupaten Purworejo yang berisi tentang kondisi fisik

dan non – fisik.

BAB IV ANALISIS SPASIAL KERAWANAN TSUNAMI KAWASAN PESISIR

KABUPATEN PURWOREJO

Pada bab ini berisi tentang analisis spasial untuk

mengukur tingkat rawan tsunami berdasarkan faktor

morfologi pantai, jarak dari muara sungai,

kelerengan, jarak dari garis pantai, elevasi daratan,

dan penggunaan lahan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan

rekomendasi dari analisis yang telah dilakukan.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

19

1.8 Metodologi Penelitian

Metodologi merupakan cara yang ditempuh sehubungan dengan

penelitian yang dilakukan dan memiliki langkah-langkah yang

sistematis. Metode penelitian adalah bagaimana urutan-urutan

suatu penelitian dilakukan yaitu dengan alat dan prosedur

bagaimana suatu penelitian dilakukan (Nasir, 2005). Metode

analisis ini dapat dimaksudkan sebagai prosedur pemecahan

masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan obyek atau

subyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta

yang nampak atau sebagaimana adanya (Nasir, 2005). Tujuannya

untuk mengarahkan proses berpikir terhadap hasil-hasil yang

ingin dicapai.

8.1.1 Pendekatan Penelitian

Metode pendekatan penelitian yang digunakan dalam

penelitian “Analiis spasial identifikasi kerawanan tsunami

kawasan pesisir” dengan studi kasus pada kawasan pesisir

Kabupaten Purworejo ini adalah metode kuantitatif geospasial.

Pendekatan geospasial adalah pendekatan mengenai ilmu yang

menekankan pada pemahaman aspek keruangan yang menunjukkan

lokasi, letak, dan posisi suatu objek atau kejadian yang berada

di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi, yang dinyatakan

dalam bentuk model keruangan atau koordinat.

. Metode pada studi ini dilakukan dengan pemodelan

keruangan melalui fungsi analisis berupa 3D analysis dan Overlay

dengan menggunakan metode cell base modelling. Cell base

modelling merupakan salah satu model dalam aplikasi SIG berbasis

grid yang membagi ruang berdasarkan satuan unit sel dengan

bentuk dan ukuran yang seragam serta terdistribusi secara

sistematis sebagai suatu fungsi permukaan ruang. (ESRI, 2015)

Penentuan tingkat kerawanan tsunami dilakukan melalui

skoring dengan faktor pembobot dari setiap variabel yang menjadi

kriteria dalam penentuan daerah rawan tsunami. Variabel yang

dominan memiliki faktor pembobot paling besar, pemberian skor

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

20

dilakukan berdasarakan tingkat pengaruh variabel tersebut

terhadap potensi terbentuknya tsunami dengan tujuan untuk

menyusun urutan tingkat kerawanan tsunami.

Sumber : Hasil Analisis, 2017

Gambar 1.9

Diagram Alir Metode Kuantitatif Geospasial

Identifikasi Kerawanan Tsunami

1.8.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu proses yang

dilakukan untuk pengumpulan data yang digunakan untuk analisis

guna tercapainya tujuan, penentuan dalam pengumpulan data sangat

menentukan keakuratan data yang dihasilkan. Dalam penyusunan

laporan ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

sebagai berikut :

TEORI YANG DIGUNAKAN

Teori Lempeng (Penyebab

Tsunami)

Pesisir

Kebencanaan (Tsunami)

Pemodelan Spasial

KONSEP

Identifikasi kerawanan

tsunami kawasan

pesisir Kabupaten

Purworejo

PARAMETER

Morfologi, Muara sungai,

Elevasi, Jarak dari garis

pantai, Muara sungai, Guna

Lahan, Ekosistem,

Kelerengan

ANALISIS SPASIAL

Overlay

Distance

Interpolation

Overlay

DATA ANALISIS KUANTITATIF

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

21

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber

asli atau hasil pengamatan langsung di wilayah studi

yaitu kawasan pesisir Kabupaten Purworejo. Metode

pengumpulan data primer yang digunakan adalah observasi.

Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data

melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara

cermat di lapangan atau lokasi studi. Dalam hal

ini, studi berpedoman pada variabel yang telah

ditentukan untuk selanjutnya perlu mengunjungi

lokasi di lapangan. Tujuan observasi adalah untuk

memberi kemudahan atas terciptanya suatu ciri

melalui deskripsi visual yang telah dilakukan dan

luasnya signfikan dari interelasi elemen-elemen

tingkah laku manusia pada fenomena sosial yang

serba kompleks dalam pola kultural tertentu.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang

diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder mempunyai

bukti catatan atau data dokumentasi. Data sekunder yang

digunakan untuk tercapainya tujuan adalah data yang

terkait kondisi fisik di kawasan pesisir Kabuapten

Purworejo seperti Penggunaan lahan dan data terkait

sejarah terjadinya tsunami di Indonesia sebagai dasar

kemungkinan tsunami yang terjadi di Kawasan Pesisir

Kabupaten Purworejo.

1.8.3 Kebutuhan Data

Data merupakan hal yang penting untuk sebuah analisis yang

nantinya akan mendukung dalam pengambilan keputusan. Data yang

akurat didapatkan dari adanya kegiatan survey baik survey secara

primer maupun sekunder, untuk mempermudahkan dalam melakukan

pengumupulan data diperlukan tabel kebutuhan data yang berupa

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

22

daftar data – data yang diperlukan dalam penyusunan laporan ini.

Kebutuhan data dapat dilihat pada Tabel I.2

SASARAN

VARIABEL

JENIS

DATA

BENTUK

DATA

TEKNIK

PENGUMPULA

N DATA

SUMBER

DATA

Melakukan

kajian terhadap

bencana tsunami

di Indonesia

Tinggi

gelombang

dan (run

– up)

Sekunder

Deskripsi

dan angka

Telaah

dokumen

BNPB

Mengidentifikas

i karakter

fisik kawasan

pesisir Kab.

Purworejo

Morfologi

Primer

Model dan

Dokumenta

si (foto)

Observasi

Survey

lapanga

n

Topografi

Sekunder

Model

Telaah

Peta

DPU

Elevasi

Sekunder

Model

Telaah

Peta

DPU

Penggunaa

n lahan

Sekunder

Model

Telaah

Peta

DPU

Jarak

dari

garis

pantai

Primer

Model

Observasi

DPU

Muara

Sungai

Sekunder Model Telaah

Peta

DPU

Mengidentifikas

i faktor alami

pereduksi

gelombang

Ekosistem

Pesisir

Primer

Model dan

Dokumenta

si (Foto)

Observasi

Survey

lapanga

n

Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2017

1.8.4 Analisis Spasial

Pada studi ini dilakukan pemetaan keruangan melalui fungsi

analisis berupa 3D analysis dan Overlay dengan menggunakan

metode cell base modelling. Cell base modelling merupakan salah

Tabel I.2

Tabel Kebutuhan Data

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

23

satu model dalam aplikasi SIG berbasis grid yang membagi ruang

berdasarkan satuan unit sel dengan bentuk dan ukuran yang

seragam serta terdistribusi secara sistematis sebagai suatu

fungsi permukaan ruang.

Konsep ini didasarakan pada proses individu dari setiap

sel (cell processing) yang digunakan sebagai sarana untuk

menganalisis obyek diatas permukaan bumi (ESRI, 2015). Setiap

sel tersebut memuat parameter yang digunakan untuk menentukan

tingkat kerawanan tsunami dan memiliki format grid. Dari setiap

sel yang dimaksud memiliki nilai tertentu yang besarnya

tergantung dari besarnya nilai masing – masing parameter dari

seluruh parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat

kerawanan tsunami.

Hasil dari perhitungan seluruh sel tersebut akan

dikelompokan berdasarkan nilai–nilai kedalam lima kelas (zona).

Lima kelas tersebut adalah kelas sangat rawan, kelas rawan,

kelas cukup rawan, kelas cukup aman, dan kelas aman. Variabel

yang mempengaruhi tingkat kerawanan tsunami yang digunakan dalam

studi ini antara lain: Morfologi pantai, Ekosistem pantai,

Topografi daratan, Elevasi daratan, Jarak dari garis pantai,

Jarak dari sungai dan penggunaan lahan.

Penentuan tingkat kerawanan tsunami dilakukan melalui

skoring dengan faktor pembobot dari setiap variabel yang menjadi

kriteria dalam penentuan daerah rawan tsunami. Variabel yang

dominan memiliki faktor pembobot paling besar, pemberian skor

dilakukan berdasarakan tingkat pengaruh variabel tersebut

terhadap potensi terbentuknya tsunami dengan tujuan untuk

menyusun urutan tingkat kerawanan tsunami.

1.8.5 Kerangka Analisis

Kerangka analisis merupakan diagram yang menjelaskan alur

dalam proses analisis. Kerangka analisis dimulai dari data

masukan input, kemudian analisis yang digunakan lalu tahap akhir

adalah hasil yang berupa keluaran (output) hasil analisis. Hasil

analisis bisa juga dipakai sebagai bahan masukan (input) dalam

melakukan analisis yang lainya.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

24

Melalui kerangka analisis pembaca diharapkan mampu lebih

mudah memahami alur analisis dari laporan ini. Kerangka analisis

dapat dilihat pada Gambar I.9

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

25

NB : Reklasifikasi Kelas dilihat pada BAB 2

Digital Elevation

Model (DEM)

Citra ikonos 2015

Peta kontur (6,25m)

Interpolasi

Interpretasi

Reklasifikasi Kelas

Morfologi

Slope Analysis

Reklasifikasi kelas

lereng

Reklasifikasi kelas

Elevasi

Kelas Kerawanan

Berdasarkan Morfologi

Kelas Kerawanan

Berdasarkan

Kelerengan

Kelas Kerawanan

Berdasarkan Elevasi

Weighted sum

Overlay

Kerawanan

Tsunami

Base height (3D

View)

Data hidrologi :

- Sungai dan

- Garis pantai

Distance Analysis

Jarak dari sungai

dan Jarak dari garis

pantai

Reklasifikasi Kelas

Jarak dari Sungai

Reklasifikasi Kelas

Jarak dari garis pantai

Kelas Kerawanan

Berdasarkan Jarak

dari sungai

Kelas Kerawanan

Berdasarkan Jarak

dari garis pantai

Gambar I.10

Kerangka Analisis

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.unissula.ac.id/11533/7/BAB I.pdf · 1.1 Latar Belakang Tsunami merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun

26

1.9 Diagram Alir

Mulai

Data Primer :

Observasi

Data Sekunder :

Literatur

Morfologi

Pengumpulan Data

Teori yang digunakan

Ekosistem pesisir dan

penggunaan lahan

Bahaya Bencana Tsunami Kawasan

pesisir Kabupaten Purworejo

Pemodelan spasial : Morfologi,

Kelerengan, Elevasi, Jarak dari

garis pantai, Jarak dari sungai

Elevasi Kelerengan Jarak dari garis pantai

Jarak dari muara sungai

Analisis Spasial/ Pemodelan

1. Teori Lempeng (Penyebab

Tsunami)

2. Pesisir

3. Kebencanaan (Tsunami)

4. Pemodelan Spasial

Analisis Overlay

Dasar pertimbangan rencana

mitigasi bencana tsunami