bab i pendahuluan 1.1 latar belakang -...

20
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka memasuki milenium ketiga, gereja mengambil peran dalam merumuskan mandat dan komitmen gereja-gereja anggota Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) tentang lingkungan hidup sebagai isu sentral tugas gereja dan teologi masa kini. Peran yang dilakukan oleh gereja merupakan suatu loncatan berpikir tentang sejarah masa depan melalui ciri globalisasi, informasi komunikasi, lingkungan hidup dan pasar bebas. Visi tentang alam secara alkitabiah perlu mendapat perenungan kembali agar dapat memperoleh suatu interpretasi baru tentang pandangan dan sikap dasar terhadap alam atau lingkungan dengan sejumlah pertanyaan mendasar: Mengapa pohon dan hutan begitu penting dan membutuhkan perlindungan?, Mengapa air bersih menjadi ukuran bagi tingkat kesejahteraan manusia?, Mengapa tanah begitu berarti dalam kehidupan manusia? Beberapa fenomena-fenomena ini menjadi dasar keterpanggilan gereja untuk turut menggumulinya sebagai mata rantai ekologis yang utuh. Dalam pandangan ekologis, setiap makhluk hidup tergantung secara simbiosis atau berada dalam satu rantai kehidupan dengan makhluk lain yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, dalam gerakan oikumene disebutkan bahwa gereja yang tidak peka dan tidak peduli dengan lingkungan hidup adalah gereja yang lalai dan kesaksiannya tentang dunia tak lagi mendasar, kehilangan visi tentang hubungannya dengan alam sebagai ciptaan Allah. 1 1 Karel Phil Erari, Tanah Kita Hidup Kita. Kajian Eco-Teologis Perspektif Melanesia, (Jakarta: PT Pustaka Sinar Harapan, 1999), h.79-80 @UKDW

Upload: nguyenthien

Post on 17-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120001/77f3b... · terjadi pada kasus HPH di sorong, ... perempuan hanya

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka memasuki milenium ketiga, gereja mengambil peran dalam

merumuskan mandat dan komitmen gereja-gereja anggota Persekutuan Gereja Indonesia

(PGI) tentang lingkungan hidup sebagai isu sentral tugas gereja dan teologi masa kini.

Peran yang dilakukan oleh gereja merupakan suatu loncatan berpikir tentang sejarah

masa depan melalui ciri globalisasi, informasi komunikasi, lingkungan hidup dan pasar

bebas. Visi tentang alam secara alkitabiah perlu mendapat perenungan kembali agar dapat

memperoleh suatu interpretasi baru tentang pandangan dan sikap dasar terhadap alam

atau lingkungan dengan sejumlah pertanyaan mendasar: Mengapa pohon dan hutan

begitu penting dan membutuhkan perlindungan?, Mengapa air bersih menjadi ukuran

bagi tingkat kesejahteraan manusia?, Mengapa tanah begitu berarti dalam kehidupan

manusia? Beberapa fenomena-fenomena ini menjadi dasar keterpanggilan gereja untuk

turut menggumulinya sebagai mata rantai ekologis yang utuh. Dalam pandangan

ekologis, setiap makhluk hidup tergantung secara simbiosis atau berada dalam satu rantai

kehidupan dengan makhluk lain yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, dalam gerakan

oikumene disebutkan bahwa gereja yang tidak peka dan tidak peduli dengan lingkungan

hidup adalah gereja yang lalai dan kesaksiannya tentang dunia tak lagi mendasar,

kehilangan visi tentang hubungannya dengan alam sebagai ciptaan Allah.1

1 Karel Phil Erari, Tanah Kita Hidup Kita. Kajian Eco-Teologis Perspektif Melanesia, (Jakarta: PT Pustaka

Sinar Harapan, 1999), h.79-80

@UKDW

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120001/77f3b... · terjadi pada kasus HPH di sorong, ... perempuan hanya

2

Selain itu, dalam konteks tujuan pembangunan bangsa Indonesia seperti yang

terungkap dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yakni untuk melindungi

segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban

dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk

mewujudkan tujuan nasional tersebut diselenggarakan pembangunan nasional secara

berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, dan berkesinambungan ke seluruh wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Demikian juga dengan wilayah tanah Papua yang

mencakup Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat yang dimekarkan berdasarkan UU

No. 45 tahun 2007 tanggal 18 April 2007.2

Sejalan dengan percepatan pembangunan nasional di semua sektor kehidupan,

hutan dan air menjadi kebutuhan yang mutlak diperlukan dalam proses pembangunan.

Namun, dalam konteks pembangunan nasional di tanah Papua, tanah merupakan salah

satu sumber daya alam yang semakin fenomenal dan semakin menjadi krisis kepemilikan

oleh pemilik hak ulayatnya. Di semua sektor, dilakukan pembangunan, baik kantor

pemerintah, kantor swasta, pusat–pusat pengembangan perekonomian termasuk

pemukiman masyarakat, dengan tujuan untuk kesejahteraan hidup masyarakat, namun

telah mengeksploitasi secara berlebihan tanah dan segala isinya demi keberagaman

persatuan dan kesatuan. Fakta saat ini menunjukkan bahwa ijin pembangunan yang

dilakukan tidak diikuti dengan analisis dampak lingkungan (AMDAL) yang baik,

sehingga terjadi kerusakkan lingkungan seperti banjir, erosi, kurangnya kadar air akibat

hutan yang dibabat habis dan gunung diratakan.

2 http://wikipedia.org/wiki/papua-barat, diunduh tanggal 20 Januari 2014

@UKDW

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120001/77f3b... · terjadi pada kasus HPH di sorong, ... perempuan hanya

3

Persoalan lingkungan hidup dan bencana alam menjadi ancaman masyarakat

dunia dan menambah daftar panjang persoalan kemiskinan. Perubahan iklim global

bukanlah persoalan alamiah semata tetapi lebih karena perilaku manusia yang tidak

menghargai alam dan menempatkan alam sebagai bagian dalam kehidupannya. Hal ini

nampak dari perilaku mengolah alam dengan cara-cara yang tidak tepat bahkan merusak

alam. Perilaku ini mencerminkan banyak permasalahan antara lain: iklim yang berubah,

kelangkaan dan penurunan kualitas air bersih, bencana kekeringan, banjir, tingkat

pencemaran industri yang tinggi, kerawanan pangan, hingga persoalan keanekaragaman

hayati yang mulai terancam karena krisis global.3

Tanah menjadi inti dan titik sentral pusat ekologi dan basis dari satu kesatuan

ekosistem yang mengatur hubungan antara manusia dan semua makhluk hidup di alam.

Tanah adalah sumber segala kehidupan di bumi. Di atas tanah, di dalam tanah, dan jauh

dalam perut bumi tersimpan sumber mineral, deposit, dan kandungan bumi lainnya yang

dibutuhkan oleh manusia. Dalam hubungan dengan hakikat tanah sebagai sumber daya

alam, maka gereja menghadapi kenyataan tentang rakyat yang tergeser dari tanah

miliknya. Lebih mengerikan, bila rakyat tersingkir dan terpaksa masuk dalam satu

ekosistem baru yang belum tentu menjamin kesinambungan hidupnya.4 Misalnya, dalam

kasus pengalihan perkebunan rakyat menjadi perkebunan kelapa sawit, telah mengurangi

bahkan menghilangkan sumber-sumber ekonomi masyarakat adat, di mana masyarakat

kehilangan binatang buruannya sebagai sumber protein, kayu untuk bangunan, kayu api,

rusaknya ekosistem lokal. Hilangnya ekologi sagu sebagai sumber karbohidrat bagi

3 Arianti Ina R. Hunga, Ekofeminisme, Krisis Ekologi dan Pembangunan Berkelanjutan, dalam Dewi

Candraningrum (edt), Ekofeminisme Dalam Tafsir Agama, Pendidikan, Ekonomi dan Budaya, (Salatiga:

Pusat Penelitian dan Studi Gender UKSW, 2013), h.ix. 4 Karel Phil Erari, Yubelim dan Pembebasan Menuju Papua Baru. (Jakarta: Aksara Karuni, 2006), h.87

@UKDW

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120001/77f3b... · terjadi pada kasus HPH di sorong, ... perempuan hanya

4

kehidupan suku Moi di Katapop Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat. Fakta lain

terjadi pada kasus HPH di sorong, Merauke Serui dan Jayapura. Eksploitasi tambang juga

memberi dampak negatif yang besar buat penduduk lokal. Kasus Freeport misalnya;

limbah tailing telah mencemari sumber-sumber ekonomi masyarakat Komoro Sempan di

Onawipa. Di Manokwari wilayah hutan berganti dengan areal perkebunan kelapa sawit

yang menyebabkan kerusakan tanah dan kehilangan ekosistem diatas tanah tersebut.

Dengan Pertambahan Penduduk di Manokwari, Daerah resapan air menjadi areal

pemukiman tanpa analisa dampak lingkungan mengakibatkan sering terjadi banjir dan

semakin menipisnya debit air.

Tanah dipahami dan diklasifikasikan oleh kebanyakan masyarakat adat sebagai

tanah itu sendiri beserta dusun sagu, sungai maupun hutan kayu yang berada di atasnya.

Tanah dalam kaitannya dengan kepentingan hidup tidak selalu dipersepsikan dengan

pandangan ekonomi saja, tetapi juga senantiasa dikaitkan dengan beberapa aspek seperti

budaya, religi, dan politik. Persepsi pandangan tanah di atas dapat diuraikan sebagai

berikut. Pertama, secara ekonomis: tanah dan tumbuhan yang ada di atasnya adalah

media yang menyediakan segenap kebutuhan dan keperluan hidupnya, mulai dari

makanan, minuman, obat-obatan, kayu bakar maupun bahan untuk membuat rumah.

Kedua, secara budaya: tanah dipersepsikan sebagai “mama”, yakni pihak yang

melahirkan dan membesarkan; oleh karenanya adalah “sah” bila sang mama menjamin

kehidupan seluruh anak-anaknya dengan kesuburan dan kelimpahan kekayaan alam Di

sisi lain sang anak dituntut untuk senantiasa memperhatikan kondisi sang ”mama” tetap

sempurna melakukan kewajibannya dan memberi hasil, yakni dengan cara menjaga

norma-norma dan melakukan serangkaian seremonial, guna mengharapkan agar sang

@UKDW

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120001/77f3b... · terjadi pada kasus HPH di sorong, ... perempuan hanya

5

mama senantiasa memberikan kelimpahan kesuburan terhadap seluruh anak-anak

cucunya. Ketiga, secara religius: tanah senantiasa diasosiasikan dan atau dikaitkan

dengan para leluhur, roh-roh nenek moyangnnya, bahkan keyakinan itu diwujudkan

bahwa kehidupan berasal dari tanah atau tanah adalah warisan yang diberikan leluhur

dalam menjalankan kehidupannnya. Dalam pandangan demikian, maka tanah mendapat

penghargaan yang tinggi, karena menghargai tanah mempunyai makna sebagai bagian

dari penghargaan terhadap para leluhur dan nenek moyangnnya. Keempat, secara politis:

tanah merupakan bagian dari kedaulatan masyarakat. Eksistensi politis masyarakat diukur

dari apakah ia mempunyai kawasan bagi kelompok-kelompok masyarakatnya dan

seberapa besar tanah itu mampu mengakomodir segenap kepentingan kehidupan

masyarakat tersebut. Tanah tersebut memberikan kemungkinan padanya untuk

melaksanakan hubungan dan relasi sosial dengan masyarakat lainnya.5

Fenomena-fenomena inilah yang mengakibatkan konflik dalam masyarakat baik

yang laten maupun manifest; laten yaitu masyarakat menjadi tidak simpati terhadap

pemerintahan yang ada dan tidak turut andil dalam proses pembangunan yang ada karena

melihat kondisi yang ada, sedangkan konflik yang manifest adalah munculnya

perlawanan-perlawanan masyarakat terhadap pemerintah/pengusaha baik lewat peradilan

maupun lewat cara palang (reklaiming) atas aset-aset tanahnya yang dikuasai oleh

mereka guna menuntut ganti rugi. Dalam situasi tersebut, pola pemikiran masyarakat

Papua yang sangat patriakhi, perempuan hanya dapat menatap tanpa bisa berbuat apa –

apa. Di satu sisi perempuan memikirkan masa depan generasi yang dilahirkannya, tetapi

5 F.W. Dillistone, The Power Of Simbol: Daya Kekuatan Simbol, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), h.52-54.

bnd Karel Phil Erari, Tanah Kita Hidup Kita. Kajian Eco-Teologis Perspektif Melanesia…, h.80-82

@UKDW

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120001/77f3b... · terjadi pada kasus HPH di sorong, ... perempuan hanya

6

di sisi lain mereka tertekan karena tidak bisa bersuara untuk mengambil keputusan atas

tanahnya sendiri.

Setiap komunitas sudah tentu memiliki pengalaman dan fenomena-fenomana yang

sangat unik dan alamiah, dalam mengeksplorasi kekayaan alamnya sebagai sumberdaya

biologis dan untuk melestarikannya guna kebertahanan kelangsungan hidup generasinya.

Fenomena-fenomena inilah yang juga ditemui dalam masyarakat suku Meakh-Arfak

Papua. Suku Meakh merupakan bagian dari komunitas suku besar Arfak yang ada di

tanah Papua, tepatnya kepala burung Pulau Papua yang disebut Doberai.6 Suku Meakh

merupakan salah satu sub suku dari suku besar Arfak yang mendiami Kabupaten

Manokwari Provinsi Papua Barat. Secara topografi mereka bermukim di dataran dan

pinggiran bukit wilayah Pergunungan Arfak, yang dialiri sungai besar Wariori.

Demikianlah mereka disebut orang Meakh dari kata “me” air dan “akh” tinggal, yang

berarti tinggal dekat air.7

Secara tradisonal, suku Meakh memiliki relasi dengan alam yang begitu kuat, yakni

meyakini bahwa kehadiran atau kelahiran mereka ke dunia (alam) berasal dari benda-

benda alam seperti batu dan anjing yang berwujud manusia Meakh sejati dan jika

meninggal akan berproses atau bermetamofosis seperti tumbuhan yang akan kembali ke

6 Wilayah Papua di bagi menjadi 7 wilayah budaya, yaitu : (1) Budaya Tabi, di daerah Jayapura, (2)

Budaya Saireri, di daerah teluk Cenderawasih, (3) Budaya Lany Paqo, di daerah pegunungan Wamena

dan sekitarnya, (4) Budaya Mee Paqo, di daerah Paniai, (5) Budaya Anim-ha, di daerah Merauke, (6)

Budaya Doberay, di daerah kepala burung, dan (7) Budaya Bomberay di daerah Fak – Fak dan Kaimana.

Pembagian wilayah ini berdasarkan kesamaan budaya. Misalnya, budaya koteka dan honai untuk daerah

Lany Paqo dan Mee Pago. Budaya pantai, rumah panggung dan perahu untuk daerah Saireri. Budaya

kain timur untuk wilayah budaya Doberay. (Karel Phil Erari, Tanah kita…., h.17; bnd Wawancara

dengan Dr.Hugo Warami, M.Hum (Staf Pengajar pada Universitas Negri Papua)). 7 Wawancara dengan DM, 2 Maret 2014.

Wawancara dengan NM, 12 Maret 2014

Wawancara dengan HI, 15 April 2014

@UKDW

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120001/77f3b... · terjadi pada kasus HPH di sorong, ... perempuan hanya

7

alam juga.8 Untuk itu, perempuan Meakh dalam menjalani proses melahirkan selalu

berhubungan dengan tanah (alam). Pandangan suku Meakh tradisional di atas, sejalan

dengan pandangan umum sebagian besar suku-suku di Papua bahwa tanah (alam)

merupakan pusat dari segala unsur kehidupan dalam alam ini. Bagitu pentingnya tanah,

maka adalah sangat sulit untuk dibayangkan bagaimana manusia itu dapat hidup tanpa

memiliki tanah. Karena tanah, maka suatu bangsa akan terus berjuang dengan segala

akibatnya, kendati itu harus dibayar dengan darah dan air mata.9

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian “Relasi Perempuan dan Tanah pada Suku Meakh-Arfak”, dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1) Apa makna tanah bagi suku Meakh – Arfak?

2) Bagaimanakah relasi antara perempuan Meakh dan tanah?

3) Apa dampak bagi kehidupan masyarakat suku Meakh dan secara khusus

perempuan Meakh ketika tanah habis terjual.

4) Dapatkah perspektif teologi ekofeminis diupayakan ke dalam makna hubungan

tanah dan perempuan Meakh?

8 Mesak Mandacan dkk, Mahteyi Jeska Mefmen Meimowa : Folktakles From Our Ancestors, (Jayapura:

Universitas Cenderawasih dan Summer Institute of Linguistics, 1991), h. 57-98 9 Karel Phil Erari, Tanah Kita Hidup Kita. Kajian Eco-Teologis Perspektif Melanesia,…h. 19 & 24.

@UKDW

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120001/77f3b... · terjadi pada kasus HPH di sorong, ... perempuan hanya

8

1.3 Judul Tesis

Berdasarkan uraian-uraian di atas, dengan fokus penelitian “Relasi Perempuan dan

Tanah pada suku Meakh - Arfak”, maka tesis ini diberi judul “Perempuan Meakh Dan

Tanah” (Suatu Kajian Teologi Ekofeminis Terhadap Relasi Tanah Dan Perempuan

Pada Suku Meakh Arfak di Papua).

1.4 Pembatasan Masalah

Dalam penulisan ini, cakupan masalah dapat dibatasi pada beberapa aspek yang

terkait dengan relasi perempuan dan tanah pada suku Meakh-Arfak saja, mengingat

cakupan relasi dengan sub suku Arfak lainnya yang begitu luas, sehingga penulis

membatasi permasalah dalam konteks suku Meakh – Arfak di Kabupaten Manokwari

Provinsi Papua Barat.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat yang diharapkan dapat menjelaskan

hakikat dari penelitian relasi perempuan Meakh dan tanah pada suku Meakh-Arfak.

Tujuan dan manfaat penelitian dapat diuraikan sebagai berikut.

1.5.1 Tujuan Penelitian

Dalam perspektif teologis ekofeminis, penelitian ini diharapkan dapat

mengungkap relasi perempuan Meakh dan tanah yang mampu menjelaskan masalah–

masalah yang terjadi dalam suku Meakh ketika tanah tidak lagi dipandang dan

diperhatikan dengan aspek teologi ekofeminis yang perlu hati dan kasih, seperti

seorang ibu kepada anaknya, yang dapat dikatakan bagaimana mungkin seorang anak

menjual ibunya hanya untuk makan dan minum?

@UKDW

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120001/77f3b... · terjadi pada kasus HPH di sorong, ... perempuan hanya

9

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu teologis di

bidang teologi, ekologi dan feminisme khususnya, serta memperjelas pemahaman

mengenai pemaknaan dan relasi antara perempuan Meakh dan tanah bagi suku

Meakh – Arfak dalam konteks pembangunan masa kini, serta untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar Magister Sains Teologi (M.Si. Teol,) atau sama dengan

Master Of Arts in Practical Theology (M.A.P.T) pada program Pascasarjana

Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW). Selain itu, tujuan khusus dari penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis apa makna tanah bagi suku Meakh - Arfak

Provinsi Papua Barat,

2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana relasi perempuan Meakh dan

tanah,

3. Untuk mengetahui dampak yang terjadi bagi suku Meakh – Arfak, secara khusus

perempuan Meakh – Arfak, ketika tanah habis terjual.

4. Untuk mengetahui apakah perspektif teologi ekofeminis dapat diupayakan untuk

memberi makna pada hubungan tanah dan perempuan Meakh.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis dari

kajian teologi ekofeminis tentang relasi tanah dan perempuan pada suku Meakh-

Arfak. Manfaat teoritis yang dimaksudkan dari penelitian ini adalah dapat

memperoleh temuan teoritis yang berguna dalam proses pemahaman teologi

kontekstual dan ekofeminis. Sedangkan manfaat praktis adalah kajian ini berdaya

guna dan berhasil guna bagi proses pembentukan dan penguatan nilai iman Kristen,

@UKDW

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120001/77f3b... · terjadi pada kasus HPH di sorong, ... perempuan hanya

10

serta diharapkan dapat mengungkap manifestasi nilai-nilai teologi penginjilan sebagai

sumber pengajaran ekofeminis berbasis lokal pada suku Meakh-Arfak itu sendiri.

1.6 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan dua landasan pijak dalam memahami objek

penelitian, yakni: (1) ekofeminis dan (2) ekoteologi. Kedua landasan pijak ini dapat

diuraikan sebagai berikut.

Pertama, ekofeminis yang merupakan perpaduan dua ilmu, yakni ekologi dan

feminisme menjadi satu istilah yang lebih holistik.10

Istilah Feminis berasal dari kata sifat

dalam bahasa Latin “femina” yang berarti “Perempuan”. Karena itu feminis berarti

pandangan yang bersifat atau yang menaruh perhatian pada masalah – masalah yang

berkaitan dengan keberadaan: status dan peran perempuan.11

Banyak feminis menilai,

laki – laki selalu menindas perempuan, tidak hanya dalam hidup sosial tetapi juga

keagamaan.12

Sedangkan ekologi adalah istilah yang dimunculkan pertama kali tahun

1866 oleh seorang ahli biologi Jerman Earnest Haeckel (1834 – 1919) yang

mendefinisikan ekologi sebagai studi mengenai struktur dan fungsi alam. Secara harfiah

ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata Oikos( Rumah) dan Logos (Ilmu). Jadi

ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup di dalam rumahnya, atau ilmu yang

mempelajari tentang ketergantungan dan hubungan antara binatang, tanaman dan

lingkungannya, yang kemudian telah diperluas mencakup semua makhluk hidup dengan

10

Ekofeminis lahir pada tahun 1974 melalui Francoise d’Eaubonne dalam bukunya Le Feminisme ou la

Mort (Feminisme atau Kematian). Pada tahun 1980-an Ekofeminisme menjadi popular saat munculnya

berbagai protes menetang pengrusakan lingkungan dan bencana ekologis. (Arianti Ina R.Hunga,

Ekofeminisme, Krisis Ekologi dan Pembangunan Berkelanjutan,…, h. xiv). 11

Augustien Kapahang-Kaunang, Berteologi Kontekstual Dari Perspektif Feminis, dalam Asnath N. Natar

(edt), Perempuan Indonesia Berteologi Dalam konteks, (Yogyakarta: Pusat Studi feminnis Fakultas

Theologia Universitas Kristen Duta wacana, 2004), h.27 12

Patricia Wilson-Kastner, Faith, Feminism and The Christ, (Philadelphia: Fotres Press, 1986), h.56

@UKDW

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120001/77f3b... · terjadi pada kasus HPH di sorong, ... perempuan hanya

11

semua yang ada di bumi. Dengan kata lain ekologi sebagai ilmu berarti pengetahuan

tentang lingkungan hidup atau planet bumi sebagai keseluruhan. Jadi Lingkungan hidup

selalu dipahami dalam arti oikos, yaitu planet bumi. 13

Ekofeminis dapat membantu kita memahami akar permasalahan krisis

lingkungan, yang berakar pada dominasi.14

Peter C. Aman menyebutkan bahwa salah

satu kekuatan ekofeminisme adalah alam sebagai pisau analisisnya, khususnya saling

keterkaitan dominasi terhadap alam dan perempuan.15

Ekofeminsme sepaham bahwa ada

kaitan penting antara penindasan terhadap alam (naturism) dan penindasan terhadap

kaum perempuan (sexism). Hubungan antara penindasan terhadap perempuan dan

penindasan terhadap alam didasari pada kerangka berpikir patriakhal melalui prinsip-

prinsip ekologi sebagai berikut:

(1) Kehidupan bukanlah sebuah hierarki, melainkan sebuah jejaring yang saling

berkaitan;

(2) semua bagian dari ekosistem memiliki nilai yang sama;

(3) Setiap tindakan yang diambil memiliki resiko yang harus ditanggung;

(4) Sistem yang sehat selalu mempertahankan keberagaman, dan

(5) Kesatuan dalam keberagaman.

13

Robert P. Borong, Etika Bumi Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), h.18

Leonard Boff, Ecology & Liberation: A New Paradigma, (Maryknoll New York: Orbis Books, 1995),

h. 9

Haskarlianus Pasang, mengasihi Lingkungan, (Jakarta: Perkantas – Divisi Literatur, 2010), h.83 14

M. Henrika, Panggilan Berhati ibu bagi semua dalam A. Sunarko dan A.Eddy Kristiyanto (edt), Menyapa

Bumi Menyembah Hyang Ilahi, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), h.129 15

Peter C. Aman, Iman yang Merangkul Bumi: Mempertanggungjawabkan Iman di hadapan Persoalan

Ekologi, (Jakarta: YOI, 2013), h.143

@UKDW

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120001/77f3b... · terjadi pada kasus HPH di sorong, ... perempuan hanya

12

Dengan ekofeminis, manusia menjawab panggilan Allah tentang berkuasa atas alam

semesta dengan bertanggung jawab terhadap alam semesta. Dengan demikian maka

manusia tidak berkuasa atas tanah, tetapi bertanggung jawab atas tanah dengan

memelihara, melindungi dan merawat tanah.

Kedua, ekoteologis atau biasanya disebut juga teologi ekologis berpandangan

bahwa Alkitab merupakan sumber inspirasi sebagai cara hidup yang ramah lingkungan

atau Green Bible.16

Beberapa prinsip dasar ekoteologi menurut Aman adalah:

1. Adanya nilai intrinsik setiap makhluk hidup karena Allah melihat bahwa masing-

masing karya cipta-Nya itu baik (bdk, Kej. 1);

2. Adanya keterkaitan satu sama lain semua makhluk hidup karena Allah yang

membuat segalanya dari materi/tanah yang sama, juga mengikat perjanjian dengan

semua, dengan umat manusia bersama dengan segala makhluk lain (bdk, Kej. 9);

3. Adanya karya pencipta serta roh ilahi yang menghidupkan semua secara bersamaan

(bdk, Maz. 104);

4. Adanya panggilan untuk memuji Allah bukan hanya bagi manusia tetapi bagi

seluruh ciptaan (bdk, Maz. 19:148) dan

5. Karya Allah melalui Kristus bukan hanya untuk keselamatan manusia tetapi untuk

damai sejahtera seluruh ciptaan (bdk, Kol. 1 dan Roma 8).17

16

Istilah untuk menyebut bahwa Alkitab adalah tulisan yang paling berwibawa dan karya penyelamatan

Allah mengarahkan seluruh perhatiannya kepada keselamatan manusia yang mengambil tempat sentral

dan diberikan kuasa atas ciptaan lain. Alkitab dianggap sebagai buku yang ramah lingkungan. (Peter C.

Aman, Iman Yang Merangkul Bumi…., h. 2-3) 17

Peter C. Aman, Iman Yang Merangkul ….., h. 12

@UKDW

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120001/77f3b... · terjadi pada kasus HPH di sorong, ... perempuan hanya

13

Dengan prinsip ekoteologi, tanah harus mendapat penghargaan dalam hidup manusia,

sebab ketika manusia tidak menghargai tanah, maka yang terjadi adalah eksploitasi

manusia terhadap tanah.

Tanah dipandang sebagai simbol seluruh proses-hidup ilahi. Menyelewengkan

proses itu atau mengabaikan kesuciannya berarti melakukan dosa. Dalam perspektif

bangsa Israel, dalam masa perjalanan di Padang Gurung atau Tanah Yudea atau tempat

yang ditempati oleh kota Yerusalem, memiliki hubungan bahwa seluruh tanah itu

menjadi milik dan kuasa Yahwe, Allah Israel. Tanah itu adalah tempat-Nya dan di tempat

inilah Ia harus dihormati dan disembah.18

Selain itu, dalam penelitian ini digunakan pula pendekatan yang dapat

mendukung cara kerja landasan teori. Pendekatan yang dimaksudkan adalah pendekatan

teologi Kristen yang merefleksikan hubungan antara iman dan lingkungan hidup yang

dikemukakan oleh Kristoforus Tara, yakni Teologi Penciptaan.19

Dalam konteks krisis

ekologi, ada dua prinsip dasar dalam pendekatan teologi penciptaan yang merefleksikan

kedudukan lingkungan hidup (ekologi) dalam tata penciptaan. Pertama,

Antroposentrisme. Prinsip ini memiliki asumsi dasar bahwa manusia adalah pusat dan

puncak seluruh karya penciptaan Allah yang didasari pada Kejadian 1:26-28 dan

Kejadian 2:9. Dasar ini memberikan legitimasi bahwa manusia adalah mahkota ciptaan

Allah sekaligus yang diberi kuasa penuh untuk menguasai dan memanfaatkan alam

18

Bagi orang Yahudi, tanah adalah simbol, bukan pertama-tama dan terutama simbol persediaan sumber

daya alam yang berlimpah-limpah, melainkan sebagai tempat ketaatan kepada perintah Allah tanpa ada

orang yang merintangi atau mengekangnya. (F.W. Dillistone, The Power Of Simbol……,h.51) 19

Pendekatan teologi penciptaan dimulai dengan prinsip pengakuan iman Kristen bahwa Allah adalah

Pencipta. Iman Kristen mengakui bahwa langit, bumi, dan segala isinya melulu karya ciptaan Allah.

Kisah penciptaan menjadi dasar pengakuan iman. (Kristoforus Tara, Ekologi dan Kristen dan Islam:

Sebuah Perjumpaan Transformasi Menuju Dialog Ekologis, (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara,

2008), h. 39-40.)

@UKDW

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120001/77f3b... · terjadi pada kasus HPH di sorong, ... perempuan hanya

14

semesta ini. Kedua, Teosentrisme. Prinsip ini memiliki asumsi dasar bahwa alam semesta

berakar kuat pada dirinya sendiri adalah baik karena diciptakan oleh Allah Mahabaik.

Dunia adalah ciptaan Allah dan menjadi rumah bagi manusia, dilindungi, dan ditebus

oleh Allah. Sedangkan tubuh manusia adalah sentuhan Mahakarya Allah. Selain

pendekatan ekoteologi, dalam tesis ini menggunakan pendekatan teologi ekofeminis,

untuk menyatukan antara teori feminis dan teori ekologi, dalam menjawab masalah

rusaknya relasi tanah dan perempuan pada suku Meakh-Arfak.

1.7 Metode Dan Pendekatan Penelitian

Metode penelitian20

yang digunakan dalam mengungkap objek pada penelitian ini

adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif menurut

Sugiyono dimaksudkan untuk mendapatkan data yang mendalam dari wujud data dengan

kandungan maknanya. 21

Metode penelitian kualitatif pada hakekatnya mengamati

seseorang dalam lingkungan hidupnya, aktivitasnya serta interaksinya dengan orang lain.

Atau dengan kata lain melalui metode penelitian kualitatif bertujuan memahami setiap

maksud yang disampaikan tentang persoalan-persoalan yang sedang terjadi di sekitarnya.

Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik

data yang tampak. Dalam beberapa pandangan yang berbeda, metode penelitian kualitatif

20

Istilah metode (methods) dan metodologi (methodolody) atau metode penelitian (research methodology)

sering tumpang tindih digunakan. Metode (Yunani: methodos) adalah cara atau jalan. Metode merupakan

cara yang teratur untuk mencapai suatu maksud yang diinginkan. Sehubungan dengan upaya ilmiah,

metode berkaitan dengan cara-kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

bersangkutan. Oleh sebab itu, metode dapat diartikan sebagai cara mendekati, mengamati, dan

menjelaskan suatu gejala dengan menggunakan landasan teori. Metode penelitian merupakan cara dan

prosedur yang sistematis dan terorganisir untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud

mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atas masalah tersebut. Metodologi secara

etimologis, terdiri dari kata methodos = metode dan logos = ilmu) yang dimaknai sebagai ilmu tentang

metode (science og method). (Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Refika Aditama,

2010), h.12-13). 21

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alva Beta CV, 2008), h.205

@UKDW

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120001/77f3b... · terjadi pada kasus HPH di sorong, ... perempuan hanya

15

dipandang sebagai metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan gejala-gejala yang

terjadi, dengan memaparkan hasil temuan secara sistematik dengan menekankan pada

data faktual.

1.8 Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kampung Manggoapi, Kelurahan Amban,

Distrik Manokwari Barat Kabupaten Manokwari. Alasan pemilihan lokasi penelitian di

Kampung Manggoapi didasari pada beberapa pertimbangan, yakni:

Pertimbangan Metodologis:

1. Kampung Manggoapi merupakan salah satu wilayah yang menjadi basis tempat

pemukiman komunitas suku Meakh di Kabupaten Manokwari;

2. Kampung Manggoapi memiliki keterikatan sejarah dengan proses Pekabaran Injil

bagi Suku Arfak;

3. Beberapa anggota masyarakat dari suku Meakh yang secara obyektif sangat dikenal

oleh peneliti, sehingga memudahkan akses dalam memperoleh data penelitian;

Pertimbangan Praktis:

1. Lokasi kampung Manggoapi masih berada atau berdekatan dengan kota

Manokwari, yang memudahkan akses untuk sampai ke lokasi penelitian; dan

2. Peneliti sedang bertugas dan awal mula memulai karier sebagai pelayan Firman

(Vikaris dan Pendeta Jemaat) di Jemaat GKI Efata Manggoapi, Klasis Manokwari

hingga sekarang, yang sebagian besar warga jemaatnya berasal dari suku Meakh-

Arfak.

@UKDW

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120001/77f3b... · terjadi pada kasus HPH di sorong, ... perempuan hanya

16

3. Suku Meakh Arfak Memiliki pemahaman kearifan lokal (Local Wisdom) tentang

tanah sebagai mama.

1.9 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data

primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan cara wawancara

(interview). Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari literatur-literatur

(jurnal ilmiah, buku-buku teks, laporan-laporan penelitian) yang berkaitan dengan pokok

persoalan (relasi perempuan dan tanah).

1.10 Sumber data

Sumber data bersumber dari informasi yang diperoleh dari informan kunci (key

informan).22

Informan kunci yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Tokoh masyarakat suku Meakh-Arfak yang berada di kampung Manggoapi (Kepala

suku/Tokoh adat/Tokoh Masyarakat) ada 3 Orang yaitu kepala suku besar Arfak

(Drs. Dominggus Mandacan),23

Kepala suku Meakh (Samuel Mandacan)24

dan

tokoh masyarakat suku Meakh (Drs. Nataniel. D. Mandacan),25

untuk mendapat

data tentang kondisi demografis dan kondisi sosial budaya dari masyarakat suku

Meakh.

22

Informan kunci sebagai seorang individu yang dapat memberikan gambaran umum yang terjadi dan

memberi penjelasan secara tepat dan benar tentang sebab-sebab munculnya gejala sosial yang terjadi. at

(K. Suwondo, Otonomi Daerah Dan Perkembangan. Civil Society di aras lokal (Salatiga: FISIP

UKSW, 2005), h.191) 23

Drs. D. Mandacan adalah Kepala Suku besar Arfak, yang menjabat sebagai bupati Manokwari tahun

2000 s/d 2010, dan sekarang menjabat sebagai Pejabat Bupati Pegunungan Arfak. 24

Samuel Mandacan adalah kepala suku masyarakat Meakh, adalah juga wakil ketua II DPRD Kabupaten

Manokwari 25

Drs. Nataniel Mandacan adalah Tokoh Masyarakat Meakh, yang menjabat sebagai Sekretaris Daerah

(SEKDA) Provinsi Papua Barat.

@UKDW

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120001/77f3b... · terjadi pada kasus HPH di sorong, ... perempuan hanya

17

2. Anggota komunitas suku Meakh ada 4 orang tua (Bapak Hendrik Igga, Bapak Hans

Lodewyk Mandacan, bapak Lukas Indou dan Bapak Karel Mandacan) yang

dianggap relevan dalam memberikan penjelasan pandangan suku Meakh tentang

tanah dan perempuan suku Meakh, dan beberapa perempuan Meakh ( Ibu Tresya

Mandacan, Ibu Arni Indou, Ibu Blandina Mandacan, Ibu Very Mandacan, Ibu Sarce

Mandacan, Ibu Merry Mandacan, Ibu Susana Mandacan, Ibu Agustina Mandacan,

Ibu Yuli Mandacan, Ibu Rosina Mandacan, Ibu Sopice Mandacan, Ibu Nelce

Mandacan, Ibu Sophia Mandacan dan Ibu Yohana Mandacan ) untuk mengetahui

bagaimana keberadaan mereka sebagai perempuan Meakh.

3. Pihak pemerintah daerah untuk mengetahui tentang kondisi geografis dan topografis

keberadaan masyarakat Meakh di wilayah Manggoapi.

4. Pihak Gereja Pdt. Albert Yoku, STh (Ketua Sinode GKI di Tanah Papua), Pdt.

Sadrak Simbiak, S.Si Teol (Ketua Pelaksana Harian Majelis Jemaat GKI Efata

Manggoapi) dan Penatua Marthen Major (Sekretaris Pelaksana Harian Majelis

Jemaat GKI Efata Manggoapi ) tuntuk mengetahui peran gereja dalam melihat

masalah tanah dan perempuan pada suku meakh Arfak di wilayah Manggoapi.

1.11 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni teknik

wawancara (interview) 26

dan studi pustaka. Pertama, Wawancara. Teknis pelaksanaan

proses wawancara dilakukan oleh penulis secara langsung (tatap muka) dengan sumber

26

Wawancara dimaksudkan sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. (Sugiyono, Memahami

Penelitian,…. h.72).

@UKDW

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120001/77f3b... · terjadi pada kasus HPH di sorong, ... perempuan hanya

18

informasi mengunakan panduan wawancara yang sebelumnya telah disediakan atau

dirumuskan terlebih dahulu oleh penulis. Selama proses wawancara peneliti

menggunakan alat bantu berupa tape recorder untuk merekam setiap pembicaraan yang

dilakukan dengan informan kunci, yang sebelumnya peneliti sudah menentukan informan

tersebut. Rekaman dari hasil wawancara tersebut selanjutnya ditranskripkan dalam

bentuk tulisan sehingga memudahkan penulis untuk melakukan analisis data.

Kedua, Studi pustaka. Merupakan kegiatan yang dilakukan terhadap pustaka-pustaka

terdahulu yang dilakukan dengan cara pengumpulan dan pencatatan data dan sejumlah

informasi dari dokumen dan data lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

1.12 Analiss Data

Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode penelitian

ilmiah dan alamiah yaitu dengan menjawab tujuan dan permasalahan di atas karena

dengan analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna memecahkan

masalah penelitian. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data dalam metode penelitian

kualitatif dilakukan secara terus menerus dari awal hingga akhir penelitian, dengan

induktif, dan mencari pola, model, tema, serta teori. Oleh karena itu penelitian kualitatif

menggunakan logika induktif-absraktif, dimana merupakan logika yang bertitik tolak dari

khusus ke umum.27

Dengan demikian analisis data dalam metode kualitatif merupakan

suatu analisis sistematis yang dilakukan terhadap bagian-bagian dan fenomena serta

hubungan-hubungannya.

27

Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Prespektif Rancangan Penelitian, (Yogyakarta :

Arus Media, 2011), h.71

@UKDW

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120001/77f3b... · terjadi pada kasus HPH di sorong, ... perempuan hanya

19

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data yang telah dikumpulkan/diperoleh dari temuan-temuan baik dari hasil

wawancara, maupun data dari literatur yang ada.

2. Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan perlu diedit (editing),

kegiatan ini maksudkan sebagai bentuk pemeriksaan kelengkapan data agar tidak

terjadi kesalahan.

3. Setelah kelengkapan data diperoleh, selanjutnya dilakukan suatu analisa kemudian

dibangun sebuah kesimpulan yang mengarah pada rumusan masalah/tujuan

penelitian yang akan dikaji.

1.13 Sistematika Penyajian

Sistem penyajian hasil penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan:

Dalam bab pendahuluan ini memuat tentang beberapa aspek sebagai berikut: (1) latar

belakang, (2) rumusan masalah, (3) judul, (4) pembatasan masalah, (5) tujuan dan

manfaat penelitian, (6) landasan teori, (7) metode dan pendekatan penelitian, (8) lokasi

penelitian, (9) jenis data, (10) sumber data, (11) teknik pengumpulan data, (12) analisa

data, dan (9) sistematika penyajian. Bab ini berfungsi sebagai bab pengantar yang akan

membuka ruang penelusuran lebih lanjut tentang pokok persoalan dalam penelitian ini.

Bab II Relasi Tanah dan Perempuan pada Suku Meakh-Arfak:

Bab ini berisikan tentang beberapa aspek sebagai berikut: (1) gambaran umum Suku

Meakh–Arfak, yang memaparkan tentang kondisi geografis, topografis, sosial budaya

,cirri dan ras, sistem kepemimpinan, sistem kekerabatan, sistem teknologi, sistem

@UKDW

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120001/77f3b... · terjadi pada kasus HPH di sorong, ... perempuan hanya

20

kepercayaan, dan sistem warisan, (2) relasi Orang Meakh dan tanah memaparkan makna

tanah bagi orang Meakh, relasi perempuan Meakh dan tanah, dan aktifitas pemicu

rusaknya relasi perempuan Meakh dan tanah, (3) sikap gereja terhadap persoalan tanah,

dengan menguraikan kepedulian dan tantangan yang dihadapi gereja.

Bab III Teologi Ekofeminis dalam upaya Memelihara Relasi Tanah dan Perempuan

Meakh :

Bab ini merefleksikan beberapa aspek sebagai berikut: (1) Relevansi ekofeminis yang

membahas relasi tanah dan perempuan Meakh dari perspektif feminis, ekologi dan

ekofeminis. (2) Perspektif teologi ekofeminis terhadap pandangan suku Meakh tentang

tanah, yang mengungkapkan makna tanah sebagai anugerah Tuhan, sumber hidup dan

penyataan menjual tanah menjual hidup. (3) Gereja Menjawab rusaknya relasi tanah dan

perempuan pada suku Meakh, dengan membahas dari perspektif ekoteologi, kearifan

lokal dan mengasihi tanah sebagai wujud iman dengan menggunakan prinsip

persekutuan, perdamaian dan keadilan.

Bab IV Penutup:

Bab ini terdiri atas kesimpulan dari penelitian ini. Bagian ini merupakan penilaian dan

rekomendasi penulis setelah mengadakan penelusuran tentang pentingnya tanah bagi

suku Meakh, dan relasi tanah dengan perempuan Meakh. Secara khusus, rekomendasi

terdiri atas empat bagian, yakni (1) rekomendasi kepada pihak gereja, (2) rekomendasi

kepada pihak Pemerintah Daerah, dan (3) rekomendasi kepada Suku Meakh-Arfak dan

(4) rekomendasi kepada perempuan Meakh.

@UKDW