bab i pendahuluan 1.1 latar belakang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2008
tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Dinas Daerah, Unit
Pelaksana Teknis Puskesmas Kota Yogyakarta merupakan unit kerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Kesehatan. Kedudukan ini sebagaimana diatur
dalam Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 46 Tahun 2012 tentang
Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Fungsi dan Rincian Tugas Unit Pelaksana
Teknis Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah, dan Pusat Kesehatan
Masyarakat pada Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Dengan demikian, menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, penerapan status
BLUD pada UPT Pukesmas adalah BLUD Unit Kerja.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 61 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah,
dalam menyelenggarakan dan meningkatkan layanan kepada masyarakat,
khususnya bidang kesehatan bisa berjalan optimal, fleksibilitas dalam pengelolaan
keuangan dapat menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (PPK BLUD). Penerapan PPK-BLUD Unit Kerja diharapkan dapat
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau
2
jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Unit Pelaksana Teknis Puskesmas yang telah ditetapkan untuk menerapkan
Pola Pengelolaan Keuangan BLUD Unit Kerja diberikan berupa fleksibilitas atau
keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara optimal. Hal
tersebut dilakukan dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan
pengelolaan keuangan daerah pada umumnya.
Berdasarkan PSAP Nomor 11 Paragraf 19 tentang Laporan Keuangan
Konsolidasian, selaku penerima anggaran belanja pemerintah (APBN/APBD),
BLU/BLUD adalah entitas akuntansi, yang laporan keuangannya dikonsolidasikan
pada entitas pelaporan yang secara organisator membawahinya. Kemudian,
paragraf 20 menyebutkan bahwa selaku satuan kerja pelayanan berupa Badan,
walaupun bukan berbentuk badan hukum yang mengelola kekayaan Negara yang
dipisahkan, BLU/BLUD merupakan entitas pelaporan. Dengan demikian, UPT
Puskesmas BLUD adalah entitas akuntansi, yang laporan keuangannya
dikonsolidasikan pada Dinas Kesehatan yang secara organisatoris
membawahinya.
Sebagai entitas akuntansi, UPT Puskesmas yang menerapkan pola
pengelolaan keuangan BLUD wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun
laporan keuangan. Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna
anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan
3
akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas
pelaporan, (PSAP Nomor 11 Paragraf 06 tentang Laporan Keuangan
Konsolidasian).
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 61 Paragraf 116
Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah, BLUD menyelenggarakan akuntansi dan laporan keuangan
menggunakan basis akrual, baik dalam pengakuan pendapatan, biaya, aset,
kewajiban, maupun ekuitas dana. Kemudian berdasarkan PSAP Nomor 11
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, entitas dengan pengelolaan BLUD
menggunakan Basis Akrual dalam penyusunan laporan keuangannya. Basis akrual
mengakui pendapatan-Laporan Operasional (LO), beban, aset, utang, dan ekuitas
dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan-Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), belanja dalam pelaporan pelaksanaan anggaran
berbasis kas, sesuai dengan yang ditetapkan dalam Rencana Bisnis Anggaran
(RBA).
Realitas kondisi saat ini basis akuntansi yang digunakan UPT Puskesmas
ialah belum berbasis akrual dan masih berbasis kas menuju akrual. Di samping
itu, UPT Puskesmas belum mempunyai sistem akuntansi dalam menyusun laporan
keuangannya. Untuk itu, penelitian ini akan mendesain sistem akuntansi,
khususnya penyusunan laporan keuangan berbasis akrual, sehubungan dengan
telah ditetapkannya UPT Puskesmas Kota Yogyakarta yang telah menerapkan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD) agar
dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4
1.2 Rumusan Permasalahan Studi Kasus
Unit Pelaksana Teknis Puskesmas yang telah ditetapkan untuk menerapkan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) masih
menggunakan basis kas dalam menyusun laporan keuangannya.
1.3 Fokus Penelitian
Sugiyono (2014) salah satu asumsi tentang gejala dalam penelitian
kuantitatif menyatakan bahwa gejala dari suatu objek itu sifatnya tunggal dan
parsial. Dengan demikian, peneliti dapat menentukan variabel-variabel yang akan
diteliti. Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala itu bersifat holistik
(menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan) sehingga peneliti kualitatif tidak akan
menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi
keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat, pelaku, dan
aktivitas yang berinteraksi secara sinergis.
Menurut Sugiyono (2013) karena terlalu luasnya masalah dalam penelitian
kuantitatif, peneliti akan membatasi penelitian dalam satu atau lebih variabel yang
disebut dengan batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian kualitatif
disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum.
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, perlu
diadakan pembatasan masalah. Hal ini dilaksanakan agar hasil penelitian
mendapatkan temuan yang lebih fokus dan mendalami permasalahan, serta untuk
menghindari penafsiran yang berbeda.
5
Sistem akuntansi sangat dibutuhkan untuk menyediakan informasi
keuangan yang dibutuhkan untuk memudahkan pengelolaan keuangan perusahaan
atau organisasi. Penelitian ini berfokus pada desain penyusunan laporan keungan
pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Kota Yogyakarta yang menerapkan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD).
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan sebelumnya dalam penelitian
ini dirumuskan pertanyaan penelitian, yaitu:
bagaimanakah desain sistem akuntansi di Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) Dinas Kesehatan, utamanya pada Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Puskesmas Kota Yogyakarta yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD), agar dapat menerapkan basis akrual
dalam penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah:
mendesain sistem akuntansi yang berbasis akrual dalam penyusunan laporan
keuangan di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Kesehatan, utamanya
pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Kota Yogyakarta yang menerapkan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD), sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
6
1.6 Motivasi Penelitian
Penelitian ini dilandasi motivasi untuk mengidentifikasi permasalahan dan
kebutuhan dalam merumuskan kebijakan akuntansi dan mendesain sistem
akuntansi, khususnya penyusunan laporan keuangan berbasis akrual, sehubungan
dengan telah ditetapkannya UPT Puskesmas Kota Yogyakarta yang menerapkan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD), agar
dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
1.7 Kontribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi keilmuan, praktis, dan
penyusunan kebijakan sebagai berikut.
1) Kontribusi Keilmuan
Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang tertarik dalam bidang kajian
desain sistem akuntansi khususnya penyusunan laporan keuangan berbasis
akrual Unit Pelaksana Teknis Puskesmas yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
2) Kontribusi Praktis
Sebagai sumbangan pemikiran dan masukan bagi Dinas Kesehatan Unit
Pelaksana Teknis Puskesmas Kota Yogyakarta yang menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah mengenai kebijakan
akuntansi dan sistem akuntansi khususnya penyusunan laporan keuangan
berbasis akrual.
7
3) Kontribusi Penyusunan Kebijakan
Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan UPT Puskesmas Kota
Yogyakarta yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah dalam merumuskan kebijakan akuntansi dan penyusunan
sistem akuntansi khususnya penyusunan laporan keuangan berbasis akrual
Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Puskesmas.
1.8 Proses Penelitian
Secara singkat, tahapan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.
Sumber: Pedoman Umum Penulisan Tesis (Maksi FEB UGM, 2014)
Gambar 1.1
Proses Penelitian Studi Kasus
2. Tujuan Penelitian
1. Pertanyaan
Penelitian
5. Temuan dan
Analisis
3. Pondasi Teoritikal
4. Metoda Penelitian
8
1.9 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini disajikan dalam tujuh bab
sebagai berikut.
BAB 1: PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan permasalahan, fokus
penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi
penelitian, proses penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi landasan teoritis sebagai kerangka berfikir untuk
melaksanakan investigasi, yaitu berisis mengenai teori badan layanan umum,
sistem akuntansi, konsep akuntansi, laporan keuangan, dan kode rekening.
BAB 3: LATAR BELAKANG KONSTEKSTUAL PENELITIAN
Bab ini menjelaskan secara deskriptif tentang objek penelitian secara
selektif, aplikasi teori, dan konsep untuk mendapatkan pemahaman yang spesifik
mengenai karakteristik objek penelitian terkait dengan perspektif teori dan konsep
yang digunakan pada bab sebelumnya, yaitu berisi mengenai gambaran umum
BLUD UPT Puskesmas Kota Yogyakarta, fungsi UPT Puskesmas, perincian tugas
UPT Puskesmas, struktur organisasi pengelolaan keuangan BLUD UPT
Puskesmas, dan karakteristik bisnis puskesmas.
BAB 4: RANCANGAN PENELITIAN
Bab ini berisi hal-hal yang berhubungan dengan pengambilan data dan
analisis data penelitian yang meliputi rasionalitas penelitian, pemilihan objek
penelitian, jenis sumber, dan teknik pengumpulan data, serta metode analisis data.
9
BAB 5: PEMAPARAN TEMUAN INVESTIGASI KASUS
Bab ini berisi temuan-temuan dalam investigasi yang menggambarkan
fakta-fakta untuk dapat menjawab tujuan penelitian.
BAB 6: ANALISIS DAN HASIL INVESTIGASI KASUS
Bab ini memuat, secara ringkas tetapi lengkap, mengenai latar belakang,
cara dan hasil penelitian, serta menjelaskan secara mendalam mengenai hasil yang
diperoleh dan implikasinya.
BAB 7: RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN
REKOMENDASI
Bab ini berisi ringkasan penelitian dan rekomendasi yang merupakan aksi
praktikan (secara organisasional dan manajerial) yang sebagai bentuk tindak lanjut
dari hasil penelitian.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Badan Layanan Umum
2.1.1 Definisi Badan Layanan Umum
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76 Tahun 2008 tentang
Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Badan Layanan Umum, Badan Layanan
Umum adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan prinsip efisiensi dan produktivitas.
Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61
tahun 2007, Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2014, dan Peraturan Wali Kota
Yogyakarta Nomor 79 tahun 2013, Badan Layanan Umum Daerah yang
selanjutnya disingkat BLUD adalah SKPD atau unit kerja pada SKPD di
lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
berdasarkan prinsip efisiensi dan produktivitas.
Tujuan pembentukan Badan Layanan Umum sebagaimana tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 pasal 69 ayat (7) disebutkan bahwa
BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
11
memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip
ekonomi dan produktivitas dan penerapan praktik bisnis yang sehat. Fleksibiltas
merupakan keleluasaan pengelolaan atau barang BLUD pada batas-batas tertentu
yang dapat dikecualikan dari ketentuan yang berlaku umum.
Peningkatan atau perubahan bentuk kelembagaan BLUD UPT Puskesmas
mempunyai peranan yang sangat besar dalam pelayanan kepada masyarakat.
Dengan peningkatan status tersebut diharapkan UPT Puskesmas dapat dikelola
secara bisnis lebih efisien dan efektif, tetapi tidak membebani pelayanan kepada
masyarakat. Status Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dapat diberikan status
secara penuh ataupun bertahap dengan melihat kinerja Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) yang bersangkutan.
2.1.2 Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan BLUD dan Peraturan Wali Kota Yogyakarta Nomor
79 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Kota Yogyakarta, yang dimaksud dengan Pola
Pengelolaan Keuangan BLUD yang selanjutnya disingkat PPK-BLUD adalah pola
pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk
menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan
Pengelolaan Keuangan Daerah pada umumnya.
12
Pola Pengelolaan Keuangan BLUD bertujuan meningkatkan kualitas
pelayanan kepada masyarakat untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas-tugas
pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam penerapan PPK-BLUD pada SKPD
atau Unit Kerja harus dipenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif.
Berikut perincian dari persyaratannya:
1. Persyaratan substantif, terpenuhi apabila tugas dan fungsi SKPD atau unit
kerja bersifat operasional dalam menyelenggarakan pelayanan umum yang
menghasilkan semibarang/jasa publik (quasipublic goods).
2. Persyaratan teknis, terpenuhi apabila:
a. kinerja pelayanan di bidang tugas dan fungsinya layak dikelola dan
ditingkatkan pencapaiannya melalui BLUD atas rekomendasi sekretaris
daerah untuk SKPD atau kepala SKPD untuk Unit Kerja; dan
b. kinerja keuangan SLPD atau Unit Kerja yang sehat.
3. Persyaratan administratif, terpenuhi apabila SKPD atau Unit Kerja membuat
dan menyampaikan dokumen yang meliputi:
a. surat pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan,
keuangan, dan manfaat bagi masyarakat;
b. pola tata kelola;
c. rencana strategi bisnis;
d. standar pelayanan minimal;
e. laporan keuangan pokok atau prognosa/proyeksi laporan keuangan; dan
13
f. laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara
independen.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum, pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum terdiri atas:
1. Perencanaan dan Penganggaran
Pada tahap perencanaan BLUD menyusun Renstra Bisnis BLUD yang
mencakup pernyataan visi, misi, program strategis, pengukuran pencapaian
kinerja, rencana pencapaian lima tahunan, dan proyeksi keuangan lima
tahunan BLUD yang dipergunakan sebagai dasar penyusunan RBA.
Kemudian, tahap penganggaran BLUD menyusun RBA yang berpedoman
kepada renstra bisnis BLUD. RBA disusun berdasarkan prinsip anggaran
berbasis kinerja, perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanan,
kebutuhan pendanaan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan
diterima dari masyarakat, badan lain, APBD, APBN, dan sumber-sumber
pendapatan BLUD lainnya.
2. Pelaksanaan Anggaran
a. DPA-BLUD
DPA-BLUD mencakup: pendapatan dan biaya, proyeksi arus kas, dan
jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang akan dihasilkan. DPA-
BLUD disahkan oleh PPKD sebagai dasar pelaksanaan anggaran.
14
b. Pengelolaan Kas
Dalam pengelolaan kas, BLUD menyelenggarakan: (1) perencanaan
penerimaan dan pengeluaran kas, (2) pemungutan pendapatan atau
tagihan, (3) penyimpanan kas dan mengelola rekening bank, (4)
pembayaran, (5) perolehan sumber dana untuk menutup defisit jangka
pendek, dan (6) pemanfaatan surplus kas jangka pendek untuk
memperoleh pendapatan tambahan. Penerimaan BLUD pada setiap hari
disetorkan seluruhnya ke rekening kas BLUD dan dilaporkan kepada
pejabat keuangan BLUD.
c. Pengelolaan Piutang dan Utang
BLUD dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan barang,
jasa, dan/atau transaksi yang berhubungan langsung ataupun tidak
langsung dengan kegiatan BLUD. Kemudian, BLUD dapat memberikan
pinjaman/utang sehubungan dengan kegiatan operasional dan/atau
perikatan pinjaman dengan pihak lain.
d. Investasi
BLUD dapat melakukan investasi sepanjang memberi manfaat bagi
peningkatan pendapatan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat,
serta tidak mengganggu likuiditas keuangan BLUD.
e. Kerja Sama
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan, BLUD dapat
melakukan kerja sama dengan pihak lain yang berdasarkan prinsip
efisiensi, efektivitas, ekonomis, dan saling menguntungkan.
15
f. Pengadaan Barang dan/atau Jasa
Pengadaan barang dan/atau jasa dilakukan berdasarkan prinsip efisien,
efektif, transparan, bersaing, adil/tidak diskriminatif, akuntabel dan praktik
bisnis yang sehat.
g. Pengelolaan Barang
Barang inventaris milik BLUD dapat dihapus dan/atau dialihkan kepada
pihak lain atas dasar perimbangan ekonomis dengan cara dijual, ditukar,
dan/atau dihibahkan.
h. Surplus dan Defisit Anggaran
Surplus anggaran BLUD merupakan selisih lebih antara realisasi
pendapatan dan realisasi biaya BLUD pada satu tahun anggaran,
sedangkan defisit anggaran BLUD merupakan selisih kurang antara
realisasi pendapatan dan realisasi biaya BLUD pada satu tahun anggaran.
i. Penyelesaian Kerugian
Kerugian pada BLUD yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum
atau kelalaian seseorang diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai penyelesaian kerugian daerah.
j. Penatausahaan
Penatausahaan BLUD paling sedikit mencakup: pendapatan/biaya,
penerimaan/pengeluaran, utang/piutang, persediaan, aset tetap dan
inventaris, dan ekuitas dana.
16
3. Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban
BLU menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan
kebutuhan dan praktik bisnis yang sehat, dan setiap transaksi keuangan BLU
diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan
oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia. Berdasarkan Peraturan Menteri
dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah Bab XIII Pasal 116 ayat (1) disebutkan bahwa
BLUD menyelenggarakan akuntansi dan laporan keuangan sesuai dengan
standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi
Indonesia untuk manajemen bisnis yang sehat.
Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Bab XIII Pasal 116
Ayat (2) menyebutkan bahwa Penyelenggaraan akuntansi dan laporan
keuangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menggunakan basis akrual,
baik dalam pengakuan pendapatan, biaya, aset, kewajiban, maupun ekuitas
dana. Ayat (3) menyebutkan bahwa dalam hal tidak terdapat standar
akuntansi, maka BLUD dapat menerapkan standar akuntansi industri yang
spesifik setelah mendapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan. Ayat (4)
menyebutkan bahwa BLUD mengembangkan dan menerapkan sistem
akuntansi dengan berpedoman pada standar akuntansi yang berlaku untuk
BLUD yang bersangkutan dan ditetapkan oleh kepala daerah dengan peraturan
daerah.
17
Pasal 117 ayat (1) menyebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan
akuntansi dan pelaporan keuangan berbasis akrual, pemimpin BLUD
menyusun kebijakan akuntansi yang berpedoman pada standar akuntansi
sesuai dengan jenis layanannya. Ayat (2) menyebutkan bahwa kebijakan
akuntansi BLUD digunakan sebagai dasar dalam pengakuan, pengukuran,
penyajian dan pengungkapan aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan dan
biaya. Mengenai laporan keuangan BLUD terdiri atas:
a. neraca yang menggambarkan posisi keuangan mengenai aset, kewajiban,
dan ekuitas dana pada tanggal tertentu;
b. laporan operasional yang berisi informasi jumlah pendapatan dan biaya
BLUD selama satu periode;
c. laporan arus kas yang menyajikan informasi kas berkaitan dengan aktivitas
operasional, investasi, dan aktivitas pendanaan dan/atau pembiayaan yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir kas
selama periode tertentu; dan
d. catatan atas laporan keuangan yang berisi penjelasan naratif atau rincian
dari angka yang tertera dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan tersebut disertai dengan laporan kinerja yang berisikan
informasi pencapaian hasil/keluaran BLUD, dan diaudit oleh pemeriksa
eksternal sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kemudian, pada pasal
120 disebutkan bahwa setiap triwulan BLUD-Unit kerja menyusun dan
menyampaikan laporan operasional dan laporan arus kas kepada PPKD
18
melalui kepala SKPD, paling lambat lima belas hari setelah periode pelaporan
berakhir.
Setiap semesteran dan tahunan BLUD-Unit kerja wajib menyusun dan
menyampaikan laporan keuangan lengkap yang terdiri atas laporan
operasional, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan
disertai laporan kinerja kepada PPKD melalui kepala SKPD untuk
dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan SKPD dan pemerintah daerah,
paling lambat dua bulan setelah periode pelaporan berakhir. Penyusunan
laporan keuangan untuk kepentingan konsolidasi, dilakukan berdasarkan
standar akuntansi pemerintahan.
2.2 Sistem Akuntansi
2.2.1 Definisi Sistem Akuntansi
Mulyadi (2001) menyimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok unsur
yang erat hubungannya satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu. Menurut Romney (2006), sistem adalah rangkaian dari
dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan. Sistem hampir selalu terdiri atas beberapa subsistem
kecil, yang setiap subsistem melakukan fungsi khusus penting untuk mendukung
sistem yang lebih besar.
Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang
dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang
19
dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan
(Mulyadi, 2001).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun
2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada
Pemerintah Daerah, sistem akuntansi pemerintah adalah rangkaian sistemik dari
prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi
akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di
lingkungan organisasi pemerintah.
2.2.2 Sistem Akuntansi Badan Layanan Umum
Berdasarakan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76 Tahun 2008 tentang
Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Badan Layanan Umum, sistem akuntansi
badan layanan umum adalah serangkaian prosedur manual ataupun yang
terkomputerisasi mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran
dan pelaporan keuangan badan layanan umum.
1. Ragam sistem akuntansi badan layanan umum, yaitu terdiri atas:
a. sistem akuntansi keuangan, yang menghasilkan Laporan Keuangan pokok
untuk keperluan akuntabilitas, manajemen, dan transparansi;
b. sistem akuntansi aset tetap, yang menghasilkan laporan aset tetap untuk
keperluan manajemen aset tetap; dan
20
c. sistem akuntansi biaya, yang menghasilkan informasi biaya satuan (unit
cost) per unit layanan, pertanggungjawaban kinerja ataupun informasi lain
untuk kepentingan manajerial.
2. Tujuan merancang sistem akuntansi keuangan badan layanan umum
Sistem akuntansi keuangan badan layanan umum dirancang agar paling sedikit
menyajikan:
a. informasi tentang posisi keuangan secara akurat dan tepat waktu;
b. informasi tentang kemampuan Badan Layanan Umum untuk memperoleh
sumber daya ekonomi berikut beban yang terjadi selama satu periode;
c. informasi mengenai sumber dan penggunaan dana selama satu periode;
d. informasi tentang pelaksanaan anggaran secara akurat dan tepat waktu;
dan
e. informasi tentang ketaatan pada peraturan perundang-undangan.
3. Karakteristik sistem akuntansi keuangan badan layanan umum
Sistem akuntansi keuangan badan layanan umum menghasilkan Laporan
Keuangan sesuai dengan SAK/standar akuntansi industri spesifik badan
layanan umum. Sistem akuntansi keuangan badan layanan umum memiliki
karakteristik antara lain sebagai berikut:
a. basis akuntansi yang digunakan pengelolaan keuangan badan layanan
umum adalah basis akrual;
b. sistem akuntansi dilaksanakan dengan sistem pembukuan berpasangan;
dan
21
c. sistem akuntansi badan layanan umum disusun dengan berpedoman pada
prinsip pengendalian intern sesuai dengan praktik bisnis yang sehat.
4. Tahapan penyusunan sistem akuntansi BLU, yaitu:
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013
Lampiran Dua tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual Pada Pemerintah Daerah, tahapan dalam penyusunan sistem akuntansi
di lingkungan organisasi pemerintah daerah, yaitu:
a. identifikasi prosedur;
Tahapan penyusunan sistema akuntansi BLUD dimulai dari memahami
proses bisnis pada UPT BLUD khususya terkait siklus pengelolaan
keuangan BLUD. Berdasarkan siklus tersebut, tim penyusun sistem
akuntansi BLUD mengidentifikasi prosedur-prosedur apa saja yang harus
dibuat.
b. menentukan pihak-pihak terkait;
Setelah prosedur-prosedur teridentifikasi, ditentukan pihak-pihak yang
terkait pada prosedur masing-masing. Setiap pihak memiliki peran
tersendiri agar prosedur dapat menghasilkan output yang diinginkan.
c. menentukan dokumen terkait;
Setelah prosedur dan pihak terkait ditentukan, langkah selanjutnya ialah
mengidentifikasi dokumen-dokumen yang mengalir pada prosedur
sekaligus menentukan pihak-pihak pengguna dokumen mana yang valid
untuk dijadikan sebagai dokumen sumber pencatatan jurnal.
22
d. menentukan jurnal standar; dan
Pada setiap prosedur yang telah ditetapkan, tim penyusun menelaah SAP
dan kebijakan akuntansi terkait. Berdasarkan penelaahan tersebut, tim
penyusun menentukan jurnal debet dan kredit yang akan digunakan untuk
mencatat.
e. menuangkannya dalam langkah teknis.
Langkah terakhir dalam penyusunan sistem akuntansi BLUD ialah
menyusun langkah teknis. Langkah teknis merupakan alur pelaksanaan
sistem akuntansi yang menjelaskan pihak-pihak yang melaksanakan sistem
akuntansi, dokumen apa saja yang diperlukan, dan bagaimana pihak-pihak
tersebut memberlakukan dokumen-dokumen yang terkait. Selain itu,
diberikan ilustrasi atau format pencatatan dalam bentuk penjurnalan
akuntansi pada setiap bagan alur atau transaksi yang membutuhkan
pencatatan.
2.3 Konsep Akuntansi
2.3.1 Pedoman Akuntansi
Pedoman akuntansi untuk UPT Puskesmas yang telah menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan BLUD ialah menggunakan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP). Sebagaimana dinyatakan dalam PSAP Nomor 11, organisasi
yang membawahi UPT Puskesmas, yaitu Dinas Kesehatan yang menggunakan
Standar Akuntansi Pemerintahan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
dalam penyusunan laporan keuangannya, laporan keuangan UPT Puskesmas
23
BLUD disusun menggunakan Standar Akuntansi Pemerintahan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 juga. Hal ini sesuai dengan Lampiran 1 PSAP
Nomor 11 Paragraf 21 yang berbunyi:
”Konsolidasi laporan keuangan BLU/BLUD pada
kementerian/lembaga/pemerintah daerah yang secara organisatoris
membawahinya dilaksanakan setelah laporan keuangan BLU/BLUD
disusun menggunakan standar akuntansi yang sama dengan standar
akuntansi yang dipakai oleh organisasi yang membawahinya”.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 Paragraf 121
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD juga menyatakan bahwa
penyusunan laporan keuangan BLUD-Unit Kerja untuk kepentingan konsolidasi,
dilakukan berdasarkan standar akuntansi pemerintahan.
2.3.2 Entitas Akuntansi
Pihak yang melaksanakan proses akuntansi dibagi menjadi dua entitas, yaitu
entitas akuntansi dan entitas pelaporan. Berdasarkan Kerangka Konseptual
Paragraf 21 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, entitas akuntansi
merupakan unit pada pemerintahan yang mengelola anggaran, kekayaan, dan
kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan
atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya. Paragraf 22 menyebutkan bahwa
entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyajikan laporan pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang
bertujuan umum, yang terdiri atas:
24
1. pemerintah pusat;
2. pemerintah daerah;
3. setiap kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat; dan
4. satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi
lainnya jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi
dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 11
Paragraf 15, entitas akuntansi menyelenggarakan akuntansi dan menyampaikan
laporan keuangan sehubungan dengan anggaran/barang yang dikelolanya yang
ditujukan kepada entitas pelaporan. Dalam hal ini, yang dimaksud entitas
akuntansi adalah SKPD dan PPKD. Entitas pelaporan merupakan unit
pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyajikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang bertujuan umum. Dalam hal
ini, yang dimaksud entitas pelaporan adalah Pemerintah Daerah.
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 11 Paragraf 19
menyatakan bahwa selaku penerima anggaran belanja pemerintah (APBN/APBD),
BLU/BLUD adalah entitas akuntansi, yang laporan keuangannya dikonsolidasikan
pada entitas pelaporan yang secara organisatoris membawahinya. Dengan
demikian, UPT Puskesmas BLUD adalah entititas akuntansi karena UPT
Puskesmas BLUD adalah penerima anggaran belanja dari Pemerintah Kota
Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan. Di samping itu, laporan keuangan UPT
25
Puskesmas BLUD dikonsolidasikan kepada Dinas Kesehatan yang secara
organisatoris membawahinya.
Sebagai entitas akuntansi, UPT Puskesmas BLUD wajib menyelenggarakan
akuntansi dan menyusun laporan keuangan. Hal ini dinyatakan dalam PSAP
Nomor 11 Paragraf 6 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian yang berbunyi:
“Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang
dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan
keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan”.
2.3.3 Basis Akuntansi
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
Paragraf 116 Ayat 2 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah, BLUD menyelenggarakan akuntansi dan laporan
keuangan menggunakan basis akrual. Jadi, basis akuntansi yang digunakan oleh
UPT Puskesmas yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK-BLUD) adalah basis akrual, yaitu mengakui pendapatan,
beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta
mengakui pendapatan, belanja dalam pelaporan pelaksanaan anggaran
berdasarkan basis yang ditetapkan dalam Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA).
Basis akrual ini sesuai dengan yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah
Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Selanjutnya,
basis ini juga sesuai dengan basis akuntansi yang digunakan oleh Dinas
Kesehatan.
26
Berdasarkan definisi akuntansi akrual seperti yang dinyatakan dalam
Kerangka Konseptual Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan, terdapat dua basis akuntansi yang akan
digunakan dalam pencatatan akuntansi di Puskesmas, yaitu basis akrual dan basis
kas. Dengan demikan, akan terdapat dua jenis jurnal untuk melakukan pencatatan
atas transaksi-transaksi dalam sistem akuntansi puskesmas. Pertama ialah jurnal
yang akan mencatat transaksi-transaksi secara akrual khususnya transaksi yang
terkait rekening neraca dan laporan operasional. Untuk selanjutnya, jurnal jenis ini
akan disebut Jurnal LO/Neraca.
Kedua ialah jurnal yang akan mencatat transaksi-transaksi yang merupakan
realisasi anggaran berdasarkan basis kas. Jurnal ini melengkapi jurnal LO ketika
suatu transaksi yang dicatat merupakan transaksi realisasi anggaran (LRA) yang
ditandai dengan adanya aliran kas masuk (pendapatan LRA) dan aliran kas keluar
(belanja). Untuk selanjutnya, jurnal jenis ini akan disebut Jurnal LRA. Berikut ini
akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pencatatan transaksi Jurnal LO dan Jurnal
LRA. Berikut uraiannya:
1. Jurnal Laporan Operasional (LO)
Jurnal LO digunakan untuk mencatat transaksi terkait Aset, Kewajiban,
Ekuitas, Pendapatan-LO dan Beban. Jurnal LO ini nantinya akan
menghasilkan Laporan Operasional (LO) dan Neraca yang digunakan untuk
melakukan pencatatan transaksi dengan Jurnal LO dan mengetahui mana yang
dicatat di debit dan mana yang dicatat di kredit. Kita harus mengetahui saldo
normal dari tiap rekening melalui persamaan akuntansi.
27
Saldo normal berhubungan dengan posisi rekening di dalam persamaan
akuntansi. Rekening yang berada di posisi kiri bersaldo normal debit. Akun
yang berada di posisi kanan bersaldo normal kredit. Debit berarti sisi kiri dan
yang berada pada sisi kiri persamaan akuntansi adalah kelompok Aset.
Dengan demikian, rekening yang masuk ke dalam kelompok Aset akan dicatat
di sisi debit dengan syarat nilainya positif. Apabila nilai dari kelompok Aset
tersebut negatif, aset akan dicatat pada sisi lawannya, yaitu kredit. Kredit
berarti sisi kanan dan yang berada pada sisi kanan persamaan akuntansi adalah
kelompok Kewajiban dan Ekuitas. Dengan demikian, rekening yang masuk ke
dalam kelompok Kewajiban dan Ekuitas akan dicatat di sisi kredit dengan
syarat nilainya positif. Apabila nilai dari kelompok Kewajiban dan Ekuitas
tersebut negatif, aset akan dicatat pada sisi lawannya, yaitu debit.
2. Jurnal Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Jurnal LRA merupakan jurnal berbasis kas. Jurnal LRA digunakan untuk
mengakui adanya realisasi anggaran atas Pendapatan-LRA dan Belanja. Jurnal
LRA ini nantinya akan menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
Jurnal LRA ini digunakan untuk merekam realisasi anggaran selama periode
berjalan. Selama periode berjalan, sebuah transaksi akan dicatat menggunakan
jurnal LRA jika transaksi tersebut memenuhi dua syarat berikut:
a. terdapat arus kas masuk atau arus kas keluar, dan
b. merupakan realisasi anggaran bagi entitas bersangkutan.
Adanya realisasi anggaran, baik realisasi pendapatan maupun realisasi
belanja, akan mempengaruhi nilai Perubahan SAL. Hal ini merujuk pada
28
Kerangka Konseptual Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Paragraf
62 yang menyatakan:
“Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya
yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar
kembali oleh pemerintah”. (Kerangka Konsepual Paragraf 62).
“Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran
Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah”.
(Kerangka Konseptual Paragraf 62).
Dengan demikian, setiap terjadi penjurnalan atas realisasi anggaran,
rekening lawannya adalah rekening Perubahan SAL. Ketika menjurnal
pendapatan LRA dengan mendebit “Perubahan SAL” dan kredit “Pendapatan-
LRA”, “Perubahan SAL” tersebut akan dijelaskan sebagai penambahan SAL.
Selanjutnya ketika menjurnal belanja dengan mendebit “Belanja” dan
mengkredit “Perubahan SAL”, hal ini artinya terdapat pengurangan SAL
ketika belanja dilakukan. Berikut ini disajikan jurnal standar yang berkaitan dengan
pengakuan pendapatan LO dan Pendapatan LRA.
Pengakuan atas Pendapatan LO Akibat Telah Terhimpunnya Pendapatan
JURNAL LRA (Basis Kas)
JURNAL LO/NERACA (Basis Akrual)
Tidak ada jurnal karena tidak terdapat aliran
kas masuk
Dr. KAS xxxx
Cr.PIUTANG/PENDAPATAN-LO xxxx
29
Pengakuan atas Pendapatan LRA Akibat Telah Diterimanya Kas
JURNAL LRA (Basis Kas)
JURNAL LO/NERACA (Basis Akrual)
Dr. PERUBAHAN SAL xxxx Dr. KAS xxxx
Cr. PENDAPATAN-LRA xxxx Cr.PIUTANG/PENDAPATAN-LO xxxx
Berikut ini disajikan jurnal standar yang berkaitan dengan pengakuan Beban
dan Belanja.
Pengakuan Beban Akibat Telah Timbulnya Kewajiban
JURNAL LRA (Basis Kas) JURNAL LO/NERACA (Basis Akrual)
Tidak ada jurnal karena tidak terdapat aliran kas
masuk
Dr. BEBAN xxxx
Cr. HUTANG xxxx
Pengakuan atas Belanja Akibat Telah Dibayarkannya Kas
JURNAL LRA (Basis Kas) JURNAL LO/NERACA (Basis Akrual)
Dr. BELANJA xxxx Dr. HUTANG xxxx
Cr. PERUBAHAN SAL xxxx Cr. KAS xxxx
Dengan adanya Jurnal Laporan Operasional dan Jurnal Laporan Realisasi
Anggaran, setiap kali terjadi transaksi atau aktivitas keuangan, fungsi
akuntansi di Puskesmas harus mencatatnya sehingga dapat memenuhi
kebutuhan informasi untuk menyusun LO, Neraca, dan LRA. Berikut
30
beberapa catatan penting ketika hendak melakukan pencatatan transaksi ke
dalam jurnal.
a. Setiap transaksi atau aktivitas keuangan pasti dicatat menggunakan Jurnal
LO, kecuali pencatatan anggaran hanya dilakukan menggunakan Jurnal
LRA.
b. Apabila suatu transaksi atau aktivitas keuangan menyebabkan arus kas
masuk atau arus kas keluar dan merupakan realisasi anggaran bagi entitas
bersangkutan, maka selain dicatat menggunakan Jurnal LO dicatat juga
menggunakan Jurnal LRA.
2.3.4 Konsep Home Office Branch Office (HOBO)
Berdasarkan Modul Kementerian Dalam Negeri Tahun 2014 tentang
Pedoman Akuntansi Badan Layanan Umum, konsep Home Office (Kantor Pusat)
dan Branch Office (Kantor Cabang) atau yang sering disebut HOBO tidak hanya
terdapat di instansi swasta, tetapi juga terdapat di instansi pemerintahan termasuk
Pemerintah Daerah. Struktur akuntansi di pemerintah daerah menggunakan
konsep HOBO dan PPKD bertindak sebagai kantor pusat, serta SKPD bertindak
sebagai kantor cabang. Dalam konteks lingkungan Dinas Kesehatan, Dinas
Kesehatan bertindak sebagai kantor pusat dan UPT Puskesmas BLUD bertindak
sebagai kantor cabang. Antara kantor pusat dan kantor cabang akan terdapat
banyak transaksi internal.
Contoh transaksi internal antara Dinas Kesehatan dan UPT Puskesmas ialah
pemberian Uang Persediaan (UP). Dalam hal ini, Dinas Kesehatan memberikan
31
sejumlah uang kepada bendahara pengeluaran UPT Puskesmas yang akan
digunakan oleh UPT Puskesmas untuk memenuhi kebutuhan belanjanya. Dari sisi
Dinas Kesehatan, arus kas keluar tersebut bukan merupakan beban. Begitu pula
dari sisi UPT Puskesmas, arus kas masuk tersebut bukan merupakan pendapatan.
Hal ini dikarenakan arus kas masuk dan keluar tersebut masih berada dalam satu
entitas.
Sebagai konsekuensi dari konsep HOBO ini, diperlukan kontrol pencatatan
antara Dinas Kesehatan dan UPT Puskesmas melalui rekening resiprokal
(reciprocal account) yang akan menjadi rekening jembatan untuk mencatat
transaksi-transaksi internal antara Dinas Kesehatan dan UPT Puskesmas.
Rekening resiprokal tersebut adalah Rekening RK UPT Puskesmas (Rekening
Koran UPT Puskesmas) yang ada di Dinas Kesehatan dan Rekening RK Dinas
Kesehatan (Rekening Koran Dinas Kesehatan) yang ada di SKPD. Rekening RK
UPT Puskesmas terdapat dalam kelompok Aset di Neraca Dinas Kesehatan,
sedangkan Rekening RK Dinas Kesehatan terdapat dalam kelompok Ekuitas di
Neraca UPT Puskesmas.
Pada saat terdapat aliran aset dari Dinas Kesehatan ke UPT Puskesmas,
seolah-olah Dinas Kesehatan memberikan tambahan modal atau investasi kepada
UPT Puskesmas sehingga rekening RK UPT Puskesmas di sisi Aset Dinas
Kesehatan akan bertambah dan rekening RK Dinas Kesehatan di sisi ekuitas UPT
Puskesmasn juga bertambah. Ketika terdapat aliran aset dari UPT Puskesmas ke
Dinas Kesehatan, seolah-olah UPT Puskesmas mengembalikan modal atau
investasi kepada Dinas Kesehatan sehingga rekening RK-UPT Puskesmas di sisi
32
Aset Dinas Kesehatan akan berkurang dan rekening RK-Dinas Kesehatan di sisi
ekuitas UPT Puskesmas juga berkurang.
2.4 Laporan Keuangan
Berdasarkan PSAP Nomor 01 Paragraf 09 Peraturan Pemerintah Nomor 71
tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, laporan keuangan
merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-
transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas. Tujuan umum laporan keuangan
adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo
anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan
mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan
pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
Laporan keuangan UPT Puskesmas BLUD terdiri atas laporan pelaksanaan
anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial. Laporan pelaksanaan
anggaran terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Sementara itu, laporan
finansial terdiri atas Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan
Ekuitas (LPE), dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan disajikan
sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam setiap laporan keuangan harus
diidentifikasikan secara jelas, dan jika dianggap perlu, diulang pada setiap
halaman laporan. Informasi laporannya sebagai berikut:
33
1. nama entitas atau sarana identifikasi lainnya;
2. cakupan entitas;
3. periode yang dicakup;
4. mata uang pelaporan; dan
5. satuan angka yang digunakan.
2.5 Kode Rekening
Menurut Mulyadi (2001), kode adalah suatu rerangka (framework) yang
menggunakan angka atau huruf atau kombinasi angka dan huruf untuk memberi
tanda terhadap klasifikasi yang sebelumnya telah dibuat. Dalam sistem
pengolahan data akuntansi , kode memenuhi berbagai tujuan, yaitu:
1. mengidentifikasi data secara unik;
2. meringkas data;
3. mengklasifikasi rekening atau transaksi; dan
4. menyampaikan makna tertentu.
Neraca Saldo yang telah dihasilkan menjadi dasar dalam penyusunan
laporan keuangan entitas. Laporan keuangan yang dapat langsung dihasilkan dari
Neraca Saldo ialah Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Laporan realisasi
anggaran disusun dari Neraca Saldo kelompok kode rekening 4, 5, 6, dan 7.
Laporan operasional disusun dari Neraca Saldo kelompok kode rekening 8 dan 9.
Neraca disusun dari Neraca Saldo kelompok kode rekening 1, 2, dan 3.
34
Tabel 2.1
Kode Rekening Laporan Keuangan
Laporan KeuanganKode Rekening Akun
1 Aset
2 Kewajiban
3 Ekuitas
4 Pendapatan - LRA
5 Belanja
6 Transfer
7 Pembiayaan
8 Pendapatan - LO
9 Beban
NERACA
LRA
LO
Neraca Saldo