bab i pendahuluan 1.1. latar belakang masalah i.pdflatar belakang masalah salah satu kegiatan yang...

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. Pertumbuhan suatu negara dapat dikatakan maju apabila didukung oleh majunya perindustrian yang dimiliki. Perindustrian yang semakin bertumbuh dan berkembang ikut menopang kemajuan dan kesejahteraan suatu negara. Kemajuan perindustrian tidak lepas dari peran pemerintah dalam memberikan dukungan terhadap pelaku industri. Dukungan pemerintah bagi para pelaku industri dapat melalui berbagai cara, salah satunya dengan memberi kemudahan di sektor perizinan industri. Menurut N.M.Spelt dan Ten Berge, dalam buku Pengantar Hukum Perizinan, menetapkan izin merupakan instrumen yuridis yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya guna mencapai suatu tujuan konkret. 1 Pada umumnya pemerintah memperoleh wewenang untuk mengeluarkan izin itu ditentukan secara tegas dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dari perizinan tersebut. Organ-organ pemerintahan yang menerima wewenang untuk melakukan tindakan tertentu menjalankan tindakannya tidak hanya terikat pada peraturan perundang- undangan hukum tertulis, disamping itu organ-organ pemerintahan harus 1 Ridwan HR, 2008, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pres, Jakarta, h.217 1

Upload: trinhhuong

Post on 04-Aug-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan

pembangunan di sektor industri. Pertumbuhan suatu negara dapat dikatakan maju

apabila didukung oleh majunya perindustrian yang dimiliki. Perindustrian yang

semakin bertumbuh dan berkembang ikut menopang kemajuan dan kesejahteraan

suatu negara. Kemajuan perindustrian tidak lepas dari peran pemerintah dalam

memberikan dukungan terhadap pelaku industri. Dukungan pemerintah bagi para

pelaku industri dapat melalui berbagai cara, salah satunya dengan memberi

kemudahan di sektor perizinan industri.

Menurut N.M.Spelt dan Ten Berge, dalam buku Pengantar Hukum

Perizinan, menetapkan izin merupakan instrumen yuridis yang digunakan oleh

pemerintah untuk mempengaruhi para warga agar mau mengikuti cara yang

dianjurkannya guna mencapai suatu tujuan konkret.1 Pada umumnya pemerintah

memperoleh wewenang untuk mengeluarkan izin itu ditentukan secara tegas

dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dari perizinan tersebut.

Organ-organ pemerintahan yang menerima wewenang untuk melakukan tindakan

tertentu menjalankan tindakannya tidak hanya terikat pada peraturan perundang-

undangan hukum tertulis, disamping itu organ-organ pemerintahan harus

1 Ridwan HR, 2008, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pres, Jakarta, h.217

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

2

memperhatikan hukum tidak tertulis, yaitu asas-asas umum pemerintahan yang

baik selanjutnya disingkat AAUPB.2

Proses penetapan keputusan yang telah memenuhi AAUPB akan dapat

menjadikan keputusan yang ditetapkan secara sah secara hukum dan responsif

dalam arti memperhatikan berbagai kepentingan yang terkait. Dengan demikian,

AAUPB disamping sebagai pedoman dalam proses penetapan suatu keputusan

juga dapat sebagai sarana untuk menguji dari segi hukum terhadap penggunaan

kekuasaan bebas pemerintah yang seakan-akan tidak terjamah oleh penilaian

hukum.

Pada awalnya dengan adanya kewenangan bagi administrasi negara untuk

bertindak secara bebas dalam melaksanakan tugas-tugasnya maka ada

kemungkinan bahwa administrasi negara melakukan perbuatan yang menyimpang

dari peraturan yang berlaku sehingga merugikan masyarakat luas. Oleh sebab itu

perlu adanya asas-asas untuk membatasi dari wewenang administrasi tersebut

sehingga terhindar dari pelampauan wewenang. Dalam Perundangan-undangan

formal kita yang tertulis dalam sebuah naskah Undang-Undang untuk mengatur

mengenai AAUPB.

Pengakuan secara normatif terhadap keberadaan AAUPB sebagai

instrumen pengujian terhadap tindakan pemerintahan mendapat penguatan lagi

dengan lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 (LN

RI tahun 2004 Nomor 35, TLN RI No 4380) mengenai Perubahan Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1986 (LN RI Tahun 1986 Nomor 77, TLN RI Nomor

2 Ibid, h.235

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

3

3344) tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Salah satu perubahannya ditemukan

pada Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 yang secara limitatif

menetapkan 2 (dua) alasan yang dapat dijadikan dasar gugatan penggugat (orang

atau badan hukum perdata) kepada badan/pejabat Tata Usaha Negara, yakni

karena bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau

karena bertentangan dengan AAUPB.

Selanjutnya pada bagian penjelasan Pasal 53 ayat (2) huruf b dikemukakan

mengenai ruang lingkup dari AAUPB meliputi asas asas kepastian hukum, asas

tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas

proporsionalitas, asas profesionalitas, asas akuntabilitas sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 (LN RI Tahun

1999 No 75, TLN RI No 3851) tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan

Bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme. Penjelasan ini menunjukkan AAUPB

disamakan dengan asas-asas penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Secara teoritis, seharusnya asas-asas penyelenggaraan negara lebih luas

daripada AAUPB mengingat pemerintah (dalam arti sempit) dalam konteks

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 merupakan bagian dari

penyelenggaraan negara (pemerintahan dalam arti luas). Pada Pasal 1 angka 2

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 disebutkan

“Penyelenggaraan negara yang bersih adalah penyelenggara negara yang mentaati

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

4

asas-asas umum penyelenggara negara dan bebas dari praktik korupis, kolusi, dan

nepotisme serta perbuatan tercela lainnya.

Selanjutnya pada Pasal Pasal 1 angka 6 dikemukakan pengertian Asas

Umum Pemerintahan Negara yang Baik adalah asas yang menjunjung tinggi

norma kesusilaan, kepatutan, dan norma hukum, untuk mewujudkan

Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Kemudian dijelaskan pada Pasal 3 bahwa asas-asas umum penyelenggaraan

negara meliputi 7 (tujuh) asas yaitu “asas kepastian hukum, asas tertib

penyelenggara negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas

proporsionalitas, asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas”.

Oleh karena itu AAUPB secara material dapat dijadikan indikator

penilaian atas tindakan-tindakan pemerintah dalam menjalankan tugas dan

wewenang pemerintahannya, termasuk dalam hal menetapkan produk hukum

perizinan daerah, baik berupa produk legislasi yang menjadi dasar perizinan

maupun produk hukum berupa perizinan itu sendiri. Selain itu AAUPB juga diatur

pada Pasal 58 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 (LN RI Tahun 2014

Nomor 244, TLN RI Nomor 5587) tentang Pemerintahan Daerah.

Bilamana AAUPB yang dikembangkan secara doktrinal dikaitkan dengan

tindakan Pemerintah Daerah menerapkan perizinan, maka AAUPB tersebut pada

hakikatnya dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu asas-asas bersifat formal dan

asas-asas yang bersifat material. Asas formal yang berhubungan dengan proses

perumusan perizinan terdiri atas asas bertindak cermat dan asas permainan yang

layak. Adapun asas material yang berhubungan dengan perumusan keputusan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

5

perizinan adalah asas motivasi untuk setiap keputusan badan/pejabat Tata Usaha

Negara. Berbeda dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 yang tidak

secara jelas menerapkan perizinan dalam asas-asas umum penyelenggara negara

dan bebas dari praktik korupis, kolusi, dan nepotisme.

Mengingat AAUPB yang terdapat dalam perundang-undangan formal

maka seharusnya juga ada pada pemberian izin. Berkaitan dengan ketentuan

Perizinan di bidang Perindustrian pada Peraturan Walikota Denpasar Nomor 23

Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Perijinan Di Bidang Perindustrian Pasal 5

ayat (1) disebutkan bahwa setiap pendirian perusahaan industri wajib memiliki

Izin Usaha Industri (IUI), kecuali bagi Industri Kecil. Kata kecuali disini

ditegaskan untuk pengecualian wajib memiliki Izin Usaha Industri bagi Industri

Kecil, tapi bagaimana jika Industri Kecil inilah yang dapat mencemari lingkungan

hidup mengingat dari hal kecil yang dapat berdampak besar. Maka disinilah peran

Pemerintah sebagai Tata Kepemerintahan Yang Baik perlu lebih selektif dalam

pemberian izin usaha industri.

Dibandingkan dengan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 12 Tahun

2002 tentang Ijin Usaha Industri pada Pasal 2 ayat (1) menetapkan bahwa setiap

pendirian perusahaan industri wajib memperoleh Izin Usaha Industri dari

Walikota. Kemudian pada Pasal 2 ayat (2) disebutkan bahwa Jenis Usaha Industri

sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini terdiri dari IUI Kecil, IUI Menengah, IUI

Besar. Penjelasan Perda tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pengecualian

wajib memiliki IUI diantara Jenis Usaha Industri, sehingga antara Peraturan

Walikota Kota Denpasar Nomor 23 Tahun 2013 Pasal 5 ayat (1) terdapat konflik

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

6

norma dengan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 12 Tahun 2002 Pasal 2

ayat (1) dan ayat (2).

Dalam pemberian izin usaha industri yang dilakukan secara sepihak oleh

pemerintah tidak boleh membuat atau menentukan prosedur dan persyaratan

menurut kehendaknya sendiri secara sewenang-wenang. Penetapan perizinan

selain harus memenuhi AAUPB juga harus sejalan dengan peraturan perundang-

undangan yang menjadi dasar dari perizinan tersebut, serta tata kepemerintahan

yang baik (good governance). Keberadaan good governance ini muncul dari

ketidakpercayaan masyarakat, dan juga disebabkan oleh penyalahgunaan

wewenang aparatur pemerintah, terhadap aspirasi masyarakat yang mendorong

suburnya praktik KKN.3

Pemerintah belum memiliki peraturan yang mengatur secara khusus

tentang pedoman penerapan good governance. Prinsip-prinsip good governance

tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Berkaitan dengan

pelaksanaan good governance berarti mempertegas arti pentingnya penerapan

prinsip-prinsip good governance, namun sebaiknya asas yang dimasukkan harus

diuraikan lebih lanjut dengan jelas di dalam pasal-pasal undang-undang dan

dijelaskan pada bagian penjelasan. Alternatif yang dapat dipilih adalah dengan

membuat peraturan tentang penerapan good governance dalam pelaksanaan

pemberian izin usaha industri. Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan

pemerintahan daerah, good governance dalam prakteknya adalah dengan

menerapkan prinsip penyelenggaraan yang baik dalam setiap pembuatan

3Jawade Hafidz Arsyad, 2013, Korupsi dalam Perspektif HAN, Sinar Grafika, Jakarta,

h.281

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

7

kebijakan dan pengambilan keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh

birokrasi pemerintahan daerah dalam pelaksanaan fungsi pelayanan publik

Di bidang pelayanan publik, harapan masyarakat mengenai terwujudnya

pelayanan, yang cepat, tepat, murah, manusiawi dan transparan serta tidak

diskriminatif belum terlaksana sebagaimana mestinya. Sistem penyelenggaraan

pemerintahan negara merupakan unsur penting dalam suatu negara. Oleh karena

itu, maka tidak berlebihan apabila salah satu faktor penentu krisis nasional dan

berbagai persoalan yang melanda bangsa Indonesia bersumber dari kelemahan di

bidang manajemen pemerintahan, terutama birokrasi, yang tidak mengindahkan

prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik.

Penegakkan hukum terhadap kegiatan usaha industri dalam hubungan

dengan pengelolaan lingkungan hidup dapat bersifat preventif maupun represif,

sesuai dengan sifat dan efektivitasnya. Dalam hubungan ini, penegakan hukum

dapat diartikan sebagai upaya untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran

lingkungan hidup dari kegiatan usaha industri dengan menerapkan ketentuan

perizinan sebagai sarana pencegahan atau pengendalian. Salah satu instrument

hukum yang harus dioptimalkan sebagai tindakan preventif adalah keputusan

administrasi Negara yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang untuk

mencegah perilaku warga masyarakat terhadap pencemaran lingkungan hidup.

Kota Denpasar yang memiliki visi yang berwawasan lingkungan, berarti

setiap kegiatan pembanguanan harus diintegrasikan dengan pembangunan yang

bersandarkan pada pelestarian fungsi lingkungan hidup. Seluruh pembangunan

harus mensinergikan model pembangunan dengan sistem pengendalian

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

8

lingkungan lingkungan hidup secara terpadu. Berdasarkan latar belakang tersebut

diatas maka fokus penelitian adalah pengaturan tata kepemerintahan yang baik

dalam pemberian izin usaha industri untuk mencegah pencemaran lingkungan

hidup di Kota Denpasar.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas,

maka dapat dikemukakan suatu rumusan masalah sebagai berikut :

1) Mengapa tata kepemerintahan yang baik wajib diterapkan dalam

pemberian izin usaha industri?

2) Bagaimana keterkaitan tata kepemerintahan yang baik pada pemberian izin

usaha industri dalam mencegah pencemaran lingkungan hidup di Kota

Denpasar?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup penulisan skripsi yang berjudul pengaturan tata

kepemerintahan yang baik dalam pemberian izin usaha industri untuk mencegah

pencemaran lingkungan hidup di Kota Denpasar yaitu permasalahan yang pertama

mengenai kewajiban menerapkan tata kepemerintahan yang baik dalam pemberian

izin usaha industri. Permasalahan yang kedua mengenai keterkaitan tata

kepemerintahan yang baik pada pemberian izin usaha industri dalam mencegah

pencemaran lingkungan hidup di Kota Denpasar.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

9

1.4. Orisinalitas Penelitian

Berdasarkan penelusuran terhadap judul penelitian adapun dalam

penelitian kali ini, penelitian akan menampilkan 2 (dua) skripsi terdahulu yang

pembahasannya berkaitan dengan “Pengaturan Tata Kepemerintahan Yang Baik

Dalam Pemberian Izin Usaha Industri Untuk Mencegah Pencemaran Lingkungan

Hidup Di Kota Denpasar”. Dalam rangka menumbuhkan semangat anti plagiat

didalam dunia pendidikan di Indonesia, maka mahasiswa diwajibkan untuk

mampu menunjukkan orisinalitas dari penelitian yang sedang ditulis dengan

menampilkan beberapa judul penelitian skripsi terdahulu sebagai pembanding.

No Judul Penulis Rumusan Masalah

1 Peran Serta Masyarakat

Dalam Proses Perizinan

Kegiatan Industri Tekstil

Dalam Mewujudkan

Pemerintahan Yang

Baik Di Bidang

Perlindungan Dan

Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Nani Suryani,

Fakultas

Hukum

Universitas

Langlangbuana

.

1. Bagaimanakah Pelaksanaan

Peran Serta Masyarakat

Dalam Proses Perizinan

Industri Tekstil?

2. Apa Saja Kendala Dan

Upaya Terlaksananya

Peran Serta Masyarakat

Dalam Proses Perizinan

Industri Tekstil.

2

Pemberian Izin Industri

Dalam Rangka Publik

Service Pemerintah

Daerah Untuk

Melakukan Upaya

Pengendalian Dampak

Lingkungan Hidup

(Study Di Kota Medan)

Putri Eka

Ramadhani,

Sekolah Pasca

Sarjana

Universitas

Sumatera

Utara, Medan

2007

1. Bagaiamana Upaya

Pemerintah Daerah Kota

Medan Dalam Melakukan

Pengendalian Dampak

Lingkungan Hidup Melalui

Izin Industri Yag Diberikan

Dalam Rangka Pelayanan

Publik?

2. Bagaiamana Hubungan

Antara Pemberi Izin

Dengan Upaya Dampak

Pengendalian Lingkungan

Hidup Dalam Sektor

Industri?

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

10

1.5. Tujuan Penelitian

Skripsi ini merupakan suatu tulisan ilmiah, sudah tentu mempunyai tujuan

tersendiri yang hendak dicapai. Tujuan dari penulisan skripsi ini meliputi tujuan

umum dan tujuan khusus seperti berikut ini :

1.5.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penulisan skripsi ini adalah untuk memahami

dan mengerti tentang bagaimana penerapan tata kepemerintahan yang baik dalam

pemberian izin usaha industri dalam mencegah pencemaran lingkungan hidup di

Kota Denpasar. Dengan tujuan tersebut lebih lanjut diharapkan dapat

menyelesaikan masalah-masalah hukum yang terjadi sehingga dapat memberikan

rasa keadilan bagi masyarakat.

1.5.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan laporan akhir/ skripsi yang hendak

dicapai sesuai permasalahan adalah sebagai berikut :

a) Untuk memahami dan melakukan analisis secara mendalam mengenai

kewajiban menerapkan tata kepemerintahan yang baik dalam pemberian

izin usaha industri;

b) Untuk memahami keterkaitan tata kepemerintahan yang baik pada

pemberian izin usaha industri dalam mencegah pencemaran lingkungan

hidup di Kota Denpasar.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

11

1.6. Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Ditinjau dari manfaat teoritis maka hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan pikiran terhadap perkembangan ilmu hukum secara

umum. Bermanfaat secara khusus mengenai kewajiban menerapkan tata

kepemerintahan yang baik dalam pemberian izin usaha industri dan mengenai

keterkaitan tata kepemerintahan yang baik pada pemberian izin usaha industri

dalam mencegah pencemaran lingkungan hidup di Kota Denpasar.

1.6.2 Manfaat Praktis

Adapun terdapat manfaat praktis dari penulisan laporan akhir/ skripsi yang

hendak diberikan adalah sebagai berikut :

a) Untuk melatih diri dalam mengungkapkan pendapat dan saran terhadap

suatu permasalahan;

b) Untuk mengetahui kewajiban menerapkan tata kepemerintahan yang baik

dalam pemberian izin usaha industri;

c) Untuk mengetahui keterkaitan tata kepemerintahan yang baik pada

pemberian izin usaha industri dalam mencegah pencemaran lingkungan

hidup di Kota Denpasar.

1.7. Landasan Teoritis

Landasan Teori

menurut pendapat Abdulkadir Muhammad, bahwa

landasan teoritis merupakan pijakan untuk mewujudkan kebenaran ilmu hukum

yang diperoleh dari rangkaian penelusuran terhadap teori hukum, konsep-konsep

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

12

hukum, asas-asas hukum, dan lain-lain yang digunakan untuk membahas

permasalahan penelitian.4 Landasan Teori sangat penting dalam sebuah penulisan

skripsi yang memiliki acuan landasan teori yang mendukungnya.

Pada umumnya teori bersumber dari Undang-undang, buku atau karya

tulis suatu bidang ilmu, dan laporan penelitian.5 Dalam perkembangannya ilmu

pengetahuan dan teknologi, teori yang dikemukakan oleh para ahli sering

dijadikan acuan didalam memecahkan masalah-masalah yang hidup dan

berkembang dalam masyarakat, bangsa, dan negara seperti misalnya teori dalam

ilmu hukum.6 Dalam pengkajian masalah penelitian ini, digunakan beberapa teori-

teori antara lain :

1.7.1. Teori Kewenangan

Kewenangan diartikan dengan kemampuan untuk melaksanakan hukum

positif, melakukan tindakan-tindakan hukum tertentu yaitu tindakan-tindakan

yang dimaksudkan untuk menimbulkan akibat hukum dan mencakup mengenai

timbul dan lenyapnya akibat hukum tertentu.7 Kata wewenang disamakan

dengan kata kewenangan, diartikan sebagai hak dan kekuasaan untuk bertindak,

kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan tanggung jawab

kepada orang/badan.

4 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Cet.1, PT.Citra Aditya

Bakti, Bandung, h.73 5 Ibid, h.78

6 Salim H.S, 2010, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, h.1

7 Ridwan HR, op.cit, h.99

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

13

Dalam kaitan itu, Philipus M. Hadjon,8 menyamakan istilah wewenang

atau kewenangan, bahwa wewenang selalu menjadi bagian penting dan bagian

awal dari hukum administrasi, karena obyek administrasi adalah wewenang

pemerintahan (bestuurs bevoegdheid). Sedangkan, menurut Henc Van

Maarseveen dalam Philipus M. Hadjon wewenang dideskripsikan sebagai

kekuasaan hukum (rechtsmacht), sehingga wewenang dalam konsep hukum

publik berkaitan dengan kekuasaan.9

Menurut H.D. Van Wijk dan Willen Konijnenbelt, terdapat tiga model

penyerahan wewenang, yaitu secara atribusi, delegasi, dan mandat.10

Kewenangan yang diperoleh secara atribusi bersifat asli yang berasal dari

pembentukan undang-undang. Pada model ini, pemberian dan penerimaan

wewenang dapat menciptakan wewenang baru atau memperluas wewenang

yang ada.

Pada konsep delegasi, tidak ada penciptaan wewenang dari pejabat yang

satu kepada yang lainnya, atau dari badan administrasi yang satu pada yang

lainnya. Penyerahan wewenang harus dilakukan dengan bentuk peraturan

hukum tertentu. Dengan demikian, menurut Suwoto Mulyosudarmo,

pendelegasian kekuasaan, delegataris adalah melaksanakan kekuasaan atas

nama sendiri dan dengan tanggung jawab sendiri. Oleh sebab itu, pelimpahan

itu disebut pelimpahan kekuasaan dan tanggung jawab. Sementara pada konsep

mandat, mandataris hanya bertindak untuk atas nama pemberi mandat,

8 Philipus M. Hadjon, 1999, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta, h.1-2

9 Philipus M. Hadjon, 2011, Hukum Administrasi dan Tindak Pidana Korupsi,

Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, h.10 10

Ibid, h.46

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

14

sehingga tanggung jawab akhir dari keputusan yang diambil mandataris tetap

berada pada pemberi mandat.11

1.7.2. Teori Tindak Pemerintahan

Menurut F.A.M. Stroink en.J.G. Steenbeek dalam buku “Inleiding in Het

Staats-en Administratief Recht” Pemerintah atau administrasi Negara adalah

sebagai subjek hukum.12

Sebagai subjek hukum pemerintah sebagaimana subjek

hukum lainnya melakukan berbagai tindakan baik tindakan nyata

(feitelijkhandelingen) maupun tindakan hukum (rechtshandelingen).

Tindakan nyata adalah tindakan-tindakan yang tidak ada relevansinya

dengan hukum dan oleh karenanya tidak menimbulkan akibat-akibat hukum,13

misalnya tindakan pemerintah untuk meresmikan proyek pembangunan irigasi.

Tindakan hukum menurut R.J.H.M. Huisman dalam buku Algemeen

Bestuursrecht, Een Inleiding,14

merupakan tindakan-tindakan yang berdasarkan

sifatnya dapat menimbulkan akibat hukum tertentu. Tindakan hukum adalah

tindakan yang dimaksudkan untuk menciptakan hak dan kewajiban.

Disebutkan bahwa tindakan hukum pemerintah adalah tindakan-tindakan

yang dilakukan oleh organ pemerintah atau administrasi Negara yang

dimaksudkan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum dalam bidang

pemerintahan atau administrasi Negara. Berdasarkan pengertian ini tampak ada

11

Ibid, h.42

12

URL:http://mukliswardana.blogspot.com/2014/09/hubungan-hukum-tata-negara-

dengan-hukum_27.html 13

Ridwan HR, 2013, Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi, Cet.9, Rajawali Pres,

Jakarta, h.109 14

ibid, h.110

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

15

beberapa unsur yang terdapat didalamnya. Tindakan-tindakan yang dilakukan

oleh organ pemerintah atau administrasi Negara yakni sebagai berikut :

1) Tindakan itu dilakukan oleh aparat pemerintah dalam kedudukannya

sebagai penguasa maupun sebagai alat perlengkapan pemerintah dengan

prakarsa dan tanggung jawab sendiri:

2) Tindakan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi

pemerintahan;

3) Tindakan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat

hukum di bidang Hukum Administrasi Negara;

4) Tindakan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan

kepentingan Negara dan rakyat.15

Pemerintah atau administrasi Negara adalah subjek hukum yang mewakili

dua institusi yaitu jabatan pemerintahan dan badan hukum. Pemerintah dalam

mewakili dua institusi maka dikenal ada dua macam tindakan hukum yaitu

tindakan-tindakan hukum publik (publiekrechtshandelingen) dan tindakan hukum

privat (privaatrechtshandelingen). Adapun yang dimaksud dengan kedua tindakan

pemerintah diatas adalah :

1) Tindakan Pemerintah yang Bersifat Hukum Privat

Tindakan Hukum pemerintah yang bersifat privat bukanlah pembagian

yang absolut, karena pemerintah atau alat administrasi Negara sering juga

mengadakan hubungan-hubungan hukum dengan subjek hukum-subjek hukum

lain berdasarkan hukum privat. Misalnya, sewa-menyewa (Pasal 1548

15

ibid, h.113

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

16

KUHPerdata), jual-beli (Pasal 1546 KUHPerdata) dan perjanjian kerja antara

pemerintah dengan pengusaha berdasarkan Titel 7 dan 7A Buku III KUHPerdata.

2) Tindakan Pemerintah yang Bersifat Hukum Publik

Tindakan hukum pemerintah yang bersifat hukum publik dapat

digolongkan menjadi dua macam. Pertama, tindakan hukum publik bersegi dua

(tweezijdige publiekrechtelijke handeling) yaitu perbuatan yang dilakukan oleh

penyelenggara Negara atau pemerintah di dalam mengadakan hubungan hukum

dengan subyek hukum lainnya. Seperti perjanjian kerja yang diadakan antara

pemerintah sebagai pemberi pekerja dengan pengusaha sebagai pihak penerima

pekerja dengan jangka waktu tertentu.

Kedua, tindakan hukum publik bersegi satu (eenzijdige publiekrechtlijke

handeling) yaitu hukum publik itu lebih merupakan kehendak satu pihak saja

yaitu pemerintah. Tindakan hukum publik yang bersegi satu yaitu tindakan yang

dilakukan oleh alat-alat kelengkapan Negara atau pemerintah menurut suatu

wewenang istimewa, yang diberi nama beschikking atau disebut juga penetapan

atau perbuatan penetapan (beschikking handeling).16

1.7.3. Teori Perizinan

Hukum administrasi mengandung banyak materi, berupa norma yang

mengikat rakyat, sebaliknya bahwa hukum administrasi juga mengatur perlakuan

atas hak rakyat. Tugas mengatur yang dilakukan oleh pemerintahan, salah satunya

melahirkan sistem perizinan.

16

H. Muh. Jufri Dewa, 2011, Hukum Administrasi Negara dalam Perspektif Pelayanan

Publik, Unhalu Press, Kendari, h.76-78

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

17

Perizinan merupakan keputusan pejabat tata usaha negara untuk

mengendalikan suatu kegiatan, agar kegiatan tersebut tidak melanggar

kepentingan yang dilindungi oleh hukum dengan kata lain, perizinan pada

umumnya dan izin pada khususnya. Perizinan disini berfungsi sebagai instrumen

pengendalian kegiatan dan sebagai sarana untuk menstimulusi perilaku yang baik

untuk lingkungan atau untuk mencegah perilaku yang tidak dikehendaki.

Pemberian izin dalam rangka izin usaha dan pengelolaan lingkungan

merupakan suatu instrument penting untuk mengendalikan suatu kegiatan usaha,

agar kegiatan tersebut tidak melanggar kepentingan hak kolektif masyarakat yang

dilindungi oleh hukum. Kepentingan yang dilindungi oleh hukum adalah tetap

berfungsi ekosistem agar pembangunan berkelanjutan dan tetap terpeliharanya

tingkat kualitas lingkungan agar hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat

senantiasa terjamin.

Untuk menyelenggarakan satu kegiatan usaha diperlukan berbagai macam

izin. Memberi pengertian izin adalah bilamana pembuat peraturan tidak umumnya

dilarang suatu perbuatan, maka keputusan tata usaha Negara yang

memperkenankan putusan perbuatan tersebut bersifat suatu izin.17

Fungsi izin usaha industri sebagai alat pemerintah dalam melakukan

pengaturan, pembinaan dan pengembangan untuk menciptakan iklim yang sehat

dan dinamis bagi pengembangan dunia usaha industri diharapkan pada dua

kepentingan. Kedua kepentingan yang dimaksud, yaitu :

17

E. Utrecht, 1963, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Balai Buku

Ichtiar, Jakarta, h.150

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

18

1) Kepentingan pemerintah sebagai dasar pengaturan dan pengarahan sesuai

rencana pengembangan industri.

2) Kepentingan perusahaan sebagai landasan hukum oprasional, jaminan

kepastian usaha, jaminan perlindungan, dan pembinaan usaha.

1.7.4. Teori Perlindungan Lingkungan Hidup

Hukum lingkungan menjadi pedoman dalam rangka perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup. Norma perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup menjadi pedoman dalam penyelenggaraan perizinan bidang lingkungan

hidup. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya

manusia untuk berinteraksi dengan lingkungan guna mempertahankan kehidupan

mencapai kesejahteraan dan kelestarian lingkungan.

Menurut ketentuan umum Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32

tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan

terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan

mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang

meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,

dan penegakan hukum. Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

harus seimbang antara kepentingan peningkatan ekonomi dengan kepentingan

melestarikan lingkungan.

Upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan

pada norma-norma hukum lingkungan berarti secara seimbang antara kepentingan

ekonomi, pelestarian fungsi lingkungan dan kondisi sosial. Perlindungan dan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

19

pengelolaan dilakukan secara terpadu mencakup seluruh bidang-bidang

lingkungan hidup untuk keberlanjutan fungsi lingkungan hidup. Dalam

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, administrasi Negara merupakan

pihak yang domain yang merupakan konsekuensi dari sebuah Negara

kesejahteraan.18

Terdapat 14 asas perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

yakni tanggung jawab Negara, kelestarian dan keberlanjutan, keserasian dan

keseimbangan, keterpaduan, manfaat, kehati-hatian, keadilan, ekoregion,

keanekaragaman hayati, pencemar membayar, partisipatif, kearifan local, tata

kelola pemerintahan yang baik dan otonomi daerah.

1.8. Metode Penelitian

1.8.1 Jenis Penelitian

Penelitian Hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,

prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum

yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan karakter perspektif ilmu hukum. Studi

dalam rangka penelitian skripsi ini menggunakan jenis penelitian normatif, karena

ruang lingkup penelitian adalah melakukan studi hukum dalam implementasinya

yang selalu dibingkai dengan doktrin-doktrin hukum.

1.8.2 Jenis Pendekatan

Adapun Jenis pendekatan yang digunakan yaitu Pendekatan Undang-

Undang sebagai (Statute Approach) dan Pendekatan Konseptual (Conceptual

Approach) yakni sebagai berikut:

18

Helmi, 2013, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, Sinar Grafika, Jakarta, h.44-46

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

20

1. Pendekatan Undang-Undang (Statute Approach)

Pendekatan Undang-Undang (Statute Approach) dilakukan dengan

menelaah undang-undang dan semua regulasi yang bersangkut paut dengan isu

hukum yang ditangani.19

Pendekatan Undang-Undang (Statute Approach),

digunakan yakni dengan melihat peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan AAUPB dan pemberian izin usaha industri untuk mencegah pencemaran

lingkungan hidup di Kota Denpasar.

2. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)

Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach), dalam pendekatan ini

beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di

dalam ilmu hukum.20

Adapun konsep-konsep yang dikaji dalam penulisan ini

adalah Konsep Kewenangan, Konsep Tindak Pemerintahan, Konsep Perizinan dan

Konsep Perlindungan Lingkungan Hidup.

1.8.3 Sumber Bahan Hukum

Dalam penulisan skripsi ini ada 3 sumber bahan hukum, yaitu bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier sebagai berikut :

1. Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas

(memiliki kekuasaan). Bahan hukum tersebut terdiri atas peraturan perundang-

undangan.21

Bahan hukum primer, merupakan bahan pustaka yang berisikan

pengetahuan ilmiah yang baru atau mutakhir ataupun pengertian baru tentang

19

Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Prenada Media, tanpa penerbit,

Jakarta, h.93 20

Ibid, h.95 21

H.Zainuddin Ali, 2009, Metode penelitian Hukum, Sinar Grafika, tanpa penerbit,

Jakarta, h.47

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

21

fakta yang diketahui maupun mengenai suatu gagasan (ide) yang terdiri dari

peraturan perundang-undangan.22

Bahan Hukum Primer dalam penelitian ini

meliputi :

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 (LN RI

Tahun 1999 No 75, TLN RI No 3851) tentang Penyelenggaraan Negara

yang Bersih dan Bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme ;

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 (LN RI tahun

2004 Nomor 35, TLN RI No 4380) mengenai Perubahan Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1986 (LN RI Tahun 1986 Nomor 77, TLN RI Nomor

3344) tentang Peradilan Tata Usaha Negara

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 (LN RI

Tahun 2009 Nomor 140, TLN RI Nomor 5059) tentang Perlindungan dan

Pengelolaaan Lingkungan Hidup;

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 2014 (LN RI

Tahun 2014 Nomor 4, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 46) tentang Perindustrian;

e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 (LN RI

Tahun 2014 Nomor 244, TLN RI Nomor 5587) tentang Pemerintahan

Daerah;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 (LN Tahun 2000 Nomor

198, TLN RI Nomor 4910) tentang Prinsip-Prinsip Kepemerintahan Yang

Baik;

22

Soerjono Soekanto Dan Sri Mamudji, 1985, Penelitian Hukum Normatif Suatu

Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta, h.34

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

22

g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 (LN RI

Tahun 2012 Nomor 48, TLN RI Nomor 5285) Tentang Izin Lingkungan;

h. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 41/M-

IND/PER/6/2008 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 13) Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha

Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri;

i. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 05/M-

IND/PER/2/2014 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

224) tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Kawasan Industri dan Izin

Perluasan Kawasan Industri;

j. Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 12 Tahun 2002 (Lembaran

Daerah Kota Denpasar Tahun 2002 Nomor 12) tentang Ijin Usaha

Industri;

k. Peraturan Walikota Denpasar Nomor 23 Tahun 2013 (Berita Daerah Kota

Denpasar Tahun 2013 Nomor 23) tentang Penyelenggaraan Perijinan di

Bidang Perindustrian.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan-bahan hukum sekunder yang dapat memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, seperti hasil penelitian atau hasil karya ilmiah

kalangan hukum dan rancangan undang-undang. Bahan hukum sekunder dalam

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer untuk membantu

mengalisis permasalahan dalam penelitian, yaitu :

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

23

a. Buku-buku ilmiah yang berkaitan dengan tata kepemerintahan yang baik,

izin usaha industri dan pencemaran lingkungan hidup;

b. Hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian;

c. Berbagai makalah, hasil seminar, majalah, jurnal ilmiah dan media

informasi ilmiah lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

3. Bahan Hukum Tertier

Bahan hukum tertier yakni bahan-bahan yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan tentang bahan hukum primer maupun bahan hukum

sekunder23

. Bahan hukum yang dipergunakan oleh penulis adalah Kamus Besar

Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum. Bahan-bahan hukum tersier diperoleh dari

ensiklopedi tentang peraturan perundang-undangan, kamus hukum, serta

dokumen-dokumen penunjang lainnya yang dapat mendukung maupun

memperjelas bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini dilakukan dengan studi

kepustakaan dan studi dokumenter yaitu sebagai berikut :

a. Studi kepustakaan dilakukan untuk melakukan pengkajian terhadap

peraturan perundang-undangan yang berlaku, literatur-literatur, karya

ilmiah lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

b. Studi Dokumenter, yakni penelitian terhadap dokumen- dokumen yang

berkaitan dengan obyek penelitian.

23

Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press,

Jakarta, h.52

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdfLatar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan pembangunan di sektor industri. ... wewenang

24

1.8.5 Teknik Analisis

Bahan hukum yang diperoleh baik bahan hukum primer dan sekunder di

analisis melalui langkah-langkah deskripsi, sistematisasi dan eksplanasi. Deskripsi

maksudnya uraian apa adanya terhadap suatu kondisi dari proposisi-proposisi

hukum. Sistematisasi maksudnya upaya mencari kaitan rumusan suatu konsep

hukum antara peraturan perundang-undangan dengan literatur yang terkait.

Eksplanasi (menerangkan) maksudnya menjelaskan hubungan antara bahan-bahan

hukum yang satu dengan yang lainnya serta memberikan argumentasi terhadap

hubungan bahan-bahan hukum tersebut.