bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalah i.pdf · konsep perlindungan konsumen telah...

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu diberbagai negara dan sampai saat ini sudah puluhan negara memiliki undang-undang atau peraturan khusus yang memberikan perlindungan kepada konsumen termasuk menyediakan sarana peradilannya. Sejalan dengan itu, berbagai negara telah pula menetapkan hak-hak konsumen yang digunakan sebagai landasan pengaturan perlindungan kepada konsumen. 1 Hak dasar konsumen yang berkaitan dengan minuman kadaluwarsa tersebut yaitu hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety). Hak atas keamanan dan keselamatan ini dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan barang atau jasa yang diperolehnya sehingga konsumen dapat terhindar dari kerugian (fisik maupun psikis) apabila mengkonsumsi suatu produk khususnya produk minuman. 2 Sikap konsumen di Indonesia terhadap suatu produk seperti minuman dalam kenyataannya sangatlah peka ketika produk minuman yang dikonsumsinya atau beredar di masyarakat ada indikasi tidak memenuhi standar sebagai produk yang tidak layak. Hal ini disebabkan karena konsumen pada umumnya kurang memperoleh informasi lengkap mengenai produk yang dibelinya. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) pada Pasal 8 ayat (1) huruf g mengamanatkan bahwa “pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau 1 Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT. Grasindo, Jakarta, h. 16 2 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen, Rajawali Pers, Jakarta, h. 41 1

Upload: vuongkhanh

Post on 06-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu ... Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012) 1. Faktor

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu

diberbagai negara dan sampai saat ini sudah puluhan negara memiliki undang-undang atau

peraturan khusus yang memberikan perlindungan kepada konsumen termasuk menyediakan

sarana peradilannya. Sejalan dengan itu, berbagai negara telah pula menetapkan hak-hak

konsumen yang digunakan sebagai landasan pengaturan perlindungan kepada konsumen.1

Hak dasar konsumen yang berkaitan dengan minuman kadaluwarsa tersebut yaitu hak

untuk mendapatkan keamanan (the right to safety). Hak atas keamanan dan keselamatan ini

dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan barang

atau jasa yang diperolehnya sehingga konsumen dapat terhindar dari kerugian (fisik maupun

psikis) apabila mengkonsumsi suatu produk khususnya produk minuman.2 Sikap konsumen di

Indonesia terhadap suatu produk seperti minuman dalam kenyataannya sangatlah peka ketika

produk minuman yang dikonsumsinya atau beredar di masyarakat ada indikasi tidak memenuhi

standar sebagai produk yang tidak layak. Hal ini disebabkan karena konsumen pada umumnya

kurang memperoleh informasi lengkap mengenai produk yang dibelinya.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) pada

Pasal 8 ayat (1) huruf g mengamanatkan bahwa “pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau

memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau

1 Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT. Grasindo, Jakarta, h. 16

2 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen, Rajawali Pers, Jakarta, h. 41

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu ... Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012) 1. Faktor

jangka waktu penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu”. Pencantuman

tanggal kadaluwarsa ini harus dilakukan oleh pelaku usaha agar konsumen mendapat informasi

yang jelas mengenai produk yang dikonsumsinya akan tetapi tanggal yang biasanya tercantum

pada label produk tersebut tidak hanya masa kadaluwarsanya tapi tanggal-tanggal lain.3

Berbagai masalah yang muncul akibat minuman beralkohol sangat meresahkan

masyarakat, sehingga kenyamanan masyarakat terganggu. Minuman beralkohol saat ini tidak

hanya dikonsumsi oleh orang dewasa tetapi juga anak-anak. Peredaran minuman beralkohol yang

tidak terkendali akan menimbulkan efek negatif di masyarakat. Minuman beralkohol menjadi

salah satu faktor tingginya angka kriminalitas dan penyakit masyarakat. Salah satu masalah yang

sangat memprihatinkan dan harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah ialah masalah

minuman keras yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Mengkonsumsi minuman beralkohol yang berlebihan sangat besar pengaruhnya

terhadap sikap dan tindakan pelaku yang mengarah kepada deviasi, seperti kebut-kebutan di

jalan raya yang dapat mengganggu lalu lintas, membuat keributan dan kekacauan, dan

mengganggu ketenangan masyarakat lainnya. Hal itu disebabkan kontrol diri menjadi berkurang

karena mengkonsumsi minuman keras secara berlebihan.

Penyalahgunaan minuman keras dengan mengkonsumsinya di luar batas kewajaran,

disamping akan menjadi masalah individu yang dapat merugikan diri sendiri, selain itu yang

lebih luas lagi dapat menjadi masalah bagi masyarakat. Kebiasaan minum-minuman keras yang

melebihi batas yang wajar dapat menyebabkan sikap seseorang menjadi anti sosial dan

cenderung merugikan kepentingan orang lain. Disisi lain kebiasaan minum-minuman keras

3 Ibid, h. 78

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu ... Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012) 1. Faktor

secara berlebihan dapat menyebabkan kecanduan dan menjadi ketergantungan terhadap

minuman keras.

Dapat dilihat belakangan ini banyak jatuh korban meninggal dunia yang diakibatkan

karena minuman keras oplosan yang selain dikonsumsi secara berlebihan juga dicampur dengan

zat-zat kimia yang mematikan yang seharusnya tidak diperuntukkan untuk dikonsumsi manusia.

Keadaan yang demikian itu apabila tetap dibiarkan akan menimbulkan keresahan dalam

masyarakat juga rusaknya generasi muda yang akan datang.

Minuman beralkohol merupakan jenis minuman dengan potensi ekonomi tinggi tetapi

memiliki kandungan ethanol yang dapat membahayakan kesehatan pemakainya, sehingga

mengganggu ketertiban masyarakat. Di Bali pengaturan mengenai peredaran minuman

beralkohol diatur dalam Perda Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pengendalian Peredaran Minuman

Beralkohol Di Provinsi Bali. Menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 1 angka 8 Perda No. 5

Tahun 2012 menyatakan bahwa :

Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari hasil

pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau

tidak, menambah bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung ethanol.

Setiap peredaran minuman beralkohol di masyarakat harus terlebih dahulu mendapatkan

izin edar dari Gubernur. Peraturan daerah ini juga melarang pengedaran dan atau menjual

minuman beralkohol ditempat umum, kecuali di hotel, bar, restoran dan di tempat tertentu

lainnya yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Tempat tertentu yang dimaksud yaitu tempat

peribadatan, sekolah, rumah sakit atau lokasi tertentu lainnya yang ditetapkan oleh

Bupati/Walikota.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu ... Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012) 1. Faktor

Distributor minuman beralkohol juga memiliki kewajiban untuk menggunakan label yang

mengacu pada Perda No. 5 Tahun 2012. Pengaturan minuman beralkohol di Bali dimungkinkan

diatur melalui Perda didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten Kota yang mengamanatkan perdagangan minuman beralkohol merupakan urusan

pemerintahan daerah.

Pasal 10, bab VI Peredaran Minuman Beralkohol, bagian ke satu tentang Peredaran,

Perda Bali No 5 Tahun 2012 menguraikan :

1. Minuman Beralkohol produksi luar negeri (impor) dan produksi dalam negeri yang

diedarkan oleh distributor, sub distributor pengecer, dan penjual langsung wajib dikemas, menggunakan pita cukai dan label edar.

2. Minuman beralkohol produksi tradisional yang dikonsumsi dan diedarkan oleh kelompok usaha atau koperasi wajib dikemas dengan menggunakan label edar

3. Minuman beralkohol produksi tradisional yang tidak untuk dikonsumsi dan diedarkan

oleh kelompok usaha atau koperasi peredarannya dengan menggunakan label untuk upacara (tetabuhan) dan label edar.

Menurut ketentuan pasal di atas dapat diketahui bahwa apabila sebuah minuman berakohol

sudah memiliki kemasan, pita cukai dan label edar untuk minuman beralkohol impor dan

produksi dalam negeri, dan bagi minuman beralkohol untuk produksi tradisonal cukup hanya

mencantumkan label edar maka sudah dapat diedarkan di Bali tanpa perlu mencantumkan nomor

pendaftaran pangan pada label pangan olahannya. Pasal 30 Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun

1999 tentang Label dan Iklan Pangan menyatakan : “Terhadap produksi baik dalam maupun luar

negeri yang dimasukan ke dalam wilayah Indonesia, pada label pangan olahan yang

bersangkutan harus mencantumkan nomor pendaftaran Pangan.”

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 382/MENKES/PER/VI/1989 tentang

Pendaftaran Makanan, nomor pendaftaran pangan tersebut barulah bisa diperoleh bila para

produsen, distributor mendaftarkan minuman beralkohol tersebut kepada Badan Pengawas Obat

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu ... Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012) 1. Faktor

dan Makanan. Sehingga peranan BPOM diperlukan untuk melakukan penegakan hukum dan

memberikan perlindungan hukum apabila terdapat konsumen yang dirugikan akibat peredaran

minuman beralkohol ilegal ini.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka menarik untuk dibahas

lebih lanjut dalam skripsi ini dengan mengangkat judul Peranan Balai Pengawas Obat dan

Makanan Terhadap Penyaluran Minuman Alkohol Ilegal Dalam Kaitannya Dengan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang hendak diangkat dalam skripsi ini yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimanakah tanggung jawab perusahaan penyalur minuman beralkohol terhadap

peredaran minuman beralkohol ilegal?

2. Bagaimanakah upaya penyelesaian terhadap penyalur minuman alkohol yang ilegal oleh

Balai Pengawas Obat dan Makanan?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari agar pembahasan dalam skripsi ini tidak keluar atau melenceng dari

pokok permasalahan, maka diperlukan adanya batasan-batasan terhadap permasalahan yang akan

dibahas yaitu sebagai berikut: Pada permasalahan pertama dibahas mengenai tanggung jawab

perusahaan penyalur minuman beralkohol terhadap peredaran minuman beralkohol ilegal dan

pada permasalahan kedua membahas mengenai upaya penyelesaian terhadap penyalur minuman

alkohol yang ilegal oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu ... Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012) 1. Faktor

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tulisan yang berjudul Peranan Balai Pengawas

Obat Dan Makanan Terhadap Penyaluran Minuman Alkohol Ilegal Dalam Kaitannya Dengan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

adalah sepenuhnya hasil pemikiran dan tulisan yang ditulis oleh penulis sendiri dengan

menggunakan 3 (tiga) skripsi sebagai referensi. Beberapa penelitian yang ditelusuri berkaitan

dengan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

No NAMA & NIM JUDUL RUMUSAN MASALAH

1 I Komang Yogi

Triana Putra

0910110038

Penegakan Hukum Terhadap

Peredaran Minuman Beralkohol

Tanpa Label Edar (Studi Di

Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Provinsi Bali)

1. Bagaimana upaya Dinas

Perindustrian dan

Perdagangan Provinsi Bali

dalam melakukan

penegakan hukum terhadap

peredaran minuman

beralkohol tanpa label edar?

2. Apa kendala Dinas

Perindustrian dan

Perdagangan Provinsi Bali

dalam penegakan hukum

terhadap peredaran

minuman beralkohol tanpa

label edar?

2. Dewi Maharani

Ismitania

1006816205

Analisis Kebijakan Pelekatan

Pita Cukai Minuman

Mengandung Etil Alkohol

Buatan Dalam Negeri

1. Bagaimanakah perubahan

sistem pengawasan yang

dilakukan oleh Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai

pada minuman mengandung

etil alkohol buatan dalam

negeri?

2. Bagaimanakah penerapan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu ... Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012) 1. Faktor

kebijakan pelekatan pita

cukai atas minuman

mengandung etil alkohol

buatan dalam negeri?

3 M. Khalil Qibran

B 111 08 138

Tinjauan Kriminologis Terhadap

Penyalahgunaan Minuman

Beralkohol Oleh Anak Di

Kabupaten Mamuju Sulawesi

Barat (Studi Kasus Tahun 2009-

2012)

1. Faktor apa yang menjadi

penyebab sehingga

terjadinya penyalahgunaan

minuman beralkohol yang

dilakukan oleh Anak di

Kab. Mamuju Provinsi

Sulawesi Barat?

2. Upaya apakah yang

ditempuh oleh aparat

penegak hukum untuk

menanggulangi terjadinya

penyalahgunaan minuman

beralkohol yang dilakukan

oleh Anak di Kab. Mamuju

Provinsi Sulawesi Barat?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini terbagi menjadi dua tujuan yakni tujuan umum dan

tujuan khusus :

1.5.1 Tujuan umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah dalam kerangka pengembangan ilmu

hukum sehubungan dengan paradigma science as a process (ilmu sebagai suatu proses).

Paradigma ilmu tidak akan berhenti dalam penggaliannya atas kebenaran dalam bidang

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu ... Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012) 1. Faktor

perlindungan konsumen, khususnya yang berkaitan dengan Peranan Balai Pengawas Obat dan

Makanan Terhadap Penyaluran Minuman Alkohol Ilegal Dalam Kaitannya Dengan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dengan demikian tujuan umum

penelitian ini sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui tanggung jawab perusahan penyalur minuman alkohol

terhadap peredaran minuman alkohol ilegal.

b. Untuk mengetahui upaya penyelesaian terhadap penyalur minuman alkohol ilegal

oleh BPOM

1.5.2 Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus yang hendak dicapai dari penelitian skripsi ini yaitu sebagai

berikut:

1. Untuk memahami mengenai tanggung jawab perusahaan penyalur minuman beralkohol

terhadap peredaran minuman beralkohol ilegal.

2. Untuk memahami dan menganalisa lebih lanjut mengenai upaya penyelesaian terhadap

penyalur minuman alkohol yang ilegal oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat teoritis

Adapun manfaat teoiris yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini yaitu sebagai

berikut:

a. Manfaat positif

Secara keilmuan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat positif bagi

perkembangan ilmu hukum, khususnya bidang Hukum Perlindungan Konsumen

terutama yang berkaitan dengan Peranan Balai Pengawas Obat dan Makanan Terhadap

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu ... Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012) 1. Faktor

Penyaluran Minuman Alkohol Ilegal Dalam Kaitannya Dengan Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

b. Manfaat bagi pihak Pemerintahan

Bagi pihak pemerintahan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran

agar lebih tegas untuk menindak pelaku usaha yang dengan sengaja mengedarkan

minuman beralkohol oplosan di masyarakat sehingga dapat membahayakan masyarakat

sebagai konsumen yang mengkonsumsinya.

c. Manfaat bagi masyarakat

Bagi masyarakan pada umumnya hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

referensi bagi masyarakat pada umumnya sebagai konsumen agar lebih berhati-hati

dalam membeli minuman beralkohol agar tidak merugikan dirinya sendiri

1.6.2 Manfaat praktis

Adapun manfaat praktis yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini yaitu sebagai

berikut: untuk lebih memahami mengenai aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan peredaran

minuman beralkohol ilegal dan juga untuk mengetahui perlindungan hukum yang dapat

diberikan kepada konsumen akibat kerugian yang ditimbulkan karena mengkonsumsi minuman

beralkohol ilegal.

1.7 Landasan Teoritis

Menurut pendapat Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, teori adalah suatu penjelasan yang

berupaya untuk menyederhanakan pemahaman mengenai suatu fenomena atau teori juga

merupakan simpulan dari rangkaian berbagai fenomena menjadi sebuah penjelasan yang sifatnya

umum.4 Untuk meneliti mengenai suatu permasalahan hukum, maka pembahasan adalah relevan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu ... Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012) 1. Faktor

apabila dikaji menggunakan teori-teori hukum, konsep-konsep hukum dan asas-asas hukum.

Teori hukum dapat digunakan untuk menganalisis dan menerangkan pengertian hukum dan

konsep yuridis, yang relevan untuk menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian

hukum.5

Teori hukum adalah cabang ilmu hukum yang membahas atau menganalisis tidak

sekedar menjelaskan atau menjawab pertanyaan atau permasalahan secara kritis ilmu hukum

maupun hukum positif dengan menggunakan interdisipliner. Jadi, tidak hanya menggunakan

metode sinskripsi saja. Dikatakan secara kritis karena pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan

teori hukum tidak cukup dijawab secara “otomatis” oleh hukum positif karena memerlukan

argumentasi atau penalaran.6

Landasan Teoritis atau Kerangka Teori adalah upaya untuk mengidentifikasi teori hukum

umum/teori khusus, konsep-konsep hukum, asas-asas hukum, aturan hukum, norma-norma dan

lain-lain yang akan dipakai sebagai landasan untuk membahas permasalahan penelitian. Untuk

membahas permalasahan yang diangkat dalam skripsi ini maka digunakan beberapa teori hukum,

diantaranya yaitu:

1. Teori perlindungan hukum

Pada hakikatnya terdapat hubungan antara subjek hukum dengan objek hukum yang

dilindungi oleh hukum dan menimbulkan kewajiban. Sunaryati Hartono mengatakan bahwa

hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik

4 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar,

Yogjakarta, h. 134 5 Salim H.S., 2010, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Rajawali, Jakarta, h. 54

6Sudikno Mertokusumo, 2012, Teori Hukum (edisi revisi) , Cahaya Atma Pusaka, Yogjakarta, h. 87.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu ... Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012) 1. Faktor

untuk memperoleh keadilan sosial.7 Hak dan kewajiban yang timbul dari hubungan hukum

tersebut harus dilindungi oleh hukum, sehingga anggota masyarakat merasa aman dalam

melaksanakan kepentingannya. Hal ini menunjukkan bahwa perlindungan hukum dapat diartikan

sebagai suatu pemberian jaminan atau kepastian bahwa seseorang akan mendapatkan apa yang

telah menjadi hak dan kewajibannya, sehingga yang bersangkutan merasa aman.

Menurut Fitzgerald sebagaimana dikutip oleh Satjipto Rahardjo, menjelaskan teori

pelindungan hukum bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai

kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan

terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai

kepentingan di lain pihak.8 Menurut Satijipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan

pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu

di berikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.9

Teori perlindungan hukum dalam penelitian ini tentunya didasari oleh teori perlindungan

hukum yang dikemukakan oleh Philipus M. Hadjon, dimana perlindungan hukum yang

dilakukan dalam wujud perlindungan hukum preventif, artinya ketentuan hukum dapat

dihadirkan sebagai upaya pencegahan atas tindakan pelanggaran hukum. Upaya pencegahan ini

diimplementasikan dengan membentuk aturan-aturan hukum yang bersifat normatif.10 Ada dua

macam bentuk perlindungan hukum, yaitu perlindungan hukum yang bersifat preventif dan

represif. Preventif artinya perlindungan yang diberikan sebelum terjadinya sengketa, sedangkan

sebaliknya perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa yang

7 Sunaryati Hartono, 1991, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Alumni, Bandung, h. 55

8 Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 53

9 Ibid, h. 54

10

Budi Agus Riswandi, 2005, Aspek Hukum Internet Banking, Persada, Jogjakarta, h.200

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu ... Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012) 1. Faktor

muncul apabila terjadi suatu pelanggaran terhadap norma-norma hukum dalam peraturan

perundang-undangan. Dalam kaitannya dengan penelitian dalam skripsi ini, teori perlindungan

hukum dipergunakan untuk membahas permasalahan pertama terkait dengan perlindungan

hukum bagi masyarakat dari bahaya minuman beralkohol oplosan yang beredar di pasaran.

Perlindungan hukum tentunya diperlukan dari segi prefentif untuk mencegah peredaran minuman

beralkohol oplosan tersebut, sedangkan secara represif memberikan perlindungan hukum bagi

konsumen yang menderita kerugian akibat mengkonsumsi minuman beralkohol oplosan tersebut.

2. Teori tanggung jawab

Menunjuk pada pertanggungjawaban terdapat dua istilah yang berkaitan dengan tanggung

jawab dalam kamus hukum, yaitu liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum

yang luas yang menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang

bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau

potensial seperti kerugian, ancaman, kajahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk

melaksanakan undang-undang. Responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas

suatu kewajiban, dan termasuk putusan, ketrampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi juga

kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan.11

Dalam pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability menunjuk pada

pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek

11

Busyra Azheri, 2012, Corporate Social Responsibility, Cet.II, RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 86.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu ... Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012) 1. Faktor

hukum, sedangkan istilah responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik.12 Secara

umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan Unsur Kesalahan yaitu prinsip yang cukup

umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam KUHPerdata Pasal 1365,

1366, dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan, seseorang

baru dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur

kesalahan yang dilakukannnya. Pasal 1365 KUHPerdata yang lazim dikenal sebagai

pasal tentang perbuatan melawan hukum, mengharuskan terpenuhinya empat unsur

pokok, yaitu :

a. Adanya perbuatan;

b. Adanya unsur kesalahan;

c. Adanya kerugian yang diderita;

d. Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.13

Kesalahan yang dimaksud adalah unsur yang bertentangan dengan hukum. Pengertian

hukum tidak hanya bertentangan dengan undang-undang tetapi juga kepatutan dan

kesusilaan dalam masyarakat.

2. Prinsip Praduga Untuk Selalu Bertanggung Jawab. Prinsip ini menyebutkan bahwa

tergugat selalu dianggap bertanggung jawab, sampai ia dapat membuktikan bahwa ia

tidak bersalah. Kata “dianggap” dalam prinsip ini sangat penting karena ada

kemungkinan tergugat membebaskan diri dari tanggung jawab, yaitu dalam hal ia

dapat membuktikan bahwa ia telah “mengambil” semua tindakan yang diperlukan

12Ridwan H.R., 2006, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 335-337.

13

Shidarta, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia , Gramedia Widiasrana, Jakarta, h. 73.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu ... Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012) 1. Faktor

untuk menghindarkan terjadinya kerugian, dalam prinsip ini, beban pembuktiannya

ada pada si tergugat.

3. Prinsip Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab. Prinsip ini adalah kebalikan

dari prinsip kedua yang telah disebutkan tadi. Prinsip praduga untuk tidak selalu

bertanggung jawab hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat

terbatas.

4. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak disamakan dengan absolute liability, dalam prinsip

ini tidak ada kemungkinan untuk membebaskan diri dari tanggung jawab, kecuali

apabila kerugian yang timbul karena kesalahan pihak yang dirugikan sendiri.

5. Prinsip Tanggung Jawab Dengan Pembatasan. Prinsip tanggung jawab dengan

pembatasan (limitation of liability principle) ini sangat disenangi oleh pelaku usaha

untuk dicantumkan sebagai klausula eksonerasi dalam perjanjian strandar yang

dibuatnya.14

Sebagai pelaku usaha yang menjual produk yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat secara

luas tentunya pelaku usaha juga bertanggungjawab atas keamanan dari produk yang dijual

kepada masyarakat tersebut. Dalam kaitannya dengan permasalahan yang diangkat dalam skripsi

ini, teori pertanggungjawaban dipergunakan untuk membahas permasalahan kedua .

1.8 Metode Penelitian

1.8.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian hukum

empiris, yaitu penelitian hukum yang objek kajiannya meliputi ketentuan dan mengenai

pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi, Undang-Undang atau

14

ibid

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu ... Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012) 1. Faktor

kontrak) secara in action/in abstracto pada setiap peristiwa hukum yang terjadi dalam

masyarakat (in concreto).15

Penelitian ini dilakukan untuk memastikan apakah hasil penerapan pada peristiwa hukum

in concreto itu telah sesuai atau tidak dengan ketentuan Undang-Undang atau kontrak telah

dilaksanakan sebagaimana mestinya atau tidak, sehingga para pihak yang berkepentingan

mencapai tujuannnya. Penelitian yuridis empiris harus dilakukan di lapangan dengan metode dan

teknik penelitian lapangan yaitu mengadakan kunjungan dan berkomunikasi dengan para pihak

yang berkaitan langsung.

1.8.2 Jenis pendekatan

Pendekatan dalam penelitian hukum dimaksudkan adalah bahan untuk mengawali sebagai

dasar sudut pandang dan kerangka berpikir seorang peneliti untuk melakukan analisis. Dalam

penelitian hukum empiris terdapat beberapa pendekatan yaitu :

a. Pendekatan kasus (case approach), pendekatan kasus dalam penelitian hukum

bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam

praktik hukum.

b. Pendekatan perundang-undangan (statute approach) hal ini dimaksudkan bahwa

peneliti menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai dasar awal melakukan

analisis.

c. Pendekatan fakta (the fact approach)

d. Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual Approach)

e. Pendekatan Frasa (Words and Phrase Approach)

15

Abdulkadir Muhamad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 134

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu ... Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012) 1. Faktor

f. Pendekatan sejarah (Historical Approach), pendekatan sejarah ini dilakukan dengan

menelaah latar belakang dan perkembangan dari materi yang diteliti.

g. Pendekatan perbandingan (Comparative Approach), pendekatan ini dilakukan dengan

membandingkan peraturan perundangan Indonesia dengan satu atau beberapa

peraturan perundangan negara-negara lain. 16

Dalam penulisan karya ilmiah ini, agar mendapatkan hasil yang ilmiah, serta dapat

dipertahankan secara ilmiah, maka masalah dalam penelitian ini akan dibahas menggunakan

jenis pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach), pendekatan Analisis Konsep

Hukum (Analitical & Conseptual Approach) dan pendekatan fakta (The Fact Approach).

1.8.3 Sifat penelitian

Sifat penelitian dalam penulisan karya ilmiah ini bersifat deskriptif analitis. Penelitian

yang bersifat deskriptif analitis bertujuan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang

manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya,17 maka dapat diambil data obyektif karena ingin

menggambarkan kenyataan yang terjadi pada Balai Pengawas Obat dan Makanan dalam hal

melakukan pengawasan minuman beralkohol ilegal di Provinsi Bali.

1.8.4 Data dan sumber data

Dalam penelitian hukum empiris data dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :

16

Fajar Mukti dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka

Pelajar, Yogjakarta, h. 185-190.

17

Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI press, Jakarta, (selanjutnya disebut Soerjono

Soekanto II) h. 10.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu ... Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012) 1. Faktor

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh terutama dari penelitian yang dilakukan

langsung didalam masyarakat.18 Sumber data primer yang diperoleh dari penelitian ini

dengan melakukan penelitian yang berlokasi di Provinsi Bali, yaitu dengan melakukan

penelitian pada Balai Pengawas Obat dan Makanan mengenai peredaran minuman

beralkohol ilegal. Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan

informan dan responden yang ada pada lokasi penelitian tersebut. Informan, adalah

orang atau individu yang memberikan informasi data yang dibutuhkan oleh peneliti

sebatas yang diketahuinya. Informan diperlukan didalam penelitian empiris untuk

mendapatkan data secara kualitatif. Responden, adalah seseorang atau individu yang

akan memberikan respons terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Responden

ini merupakan orang atau individu yang terkait secara langsung dengan data yang

dibutuhkan.19

2. data sekunder diperoleh melalui penelitian kepustakaan (Library Research) dengan

menggunakan bahan-bahan hukum20 sebagai berikut:

i. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari :

(a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

(c) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

18

Ibid, h. 156 19

Ibid, h. 174 20

Ronny Hanitijo Soemitro, 1983, Metodologi Penelitian Hukum, Cetakan I, Ghalia Indonesia, Jakarta, h.

24.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu ... Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012) 1. Faktor

(d) Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 06/M-DAG/PER/1/2015

tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran dan

Penjualan Minuman Beralkohol;

(e) Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pengendalian

Peredaran Minuman Beralkohol Di Provinsi Bali.

ii. Bahan hukum sekunder, yang terdiri dari literatur-literatur, buku-buku, makalah,

dan jurnal yang ditulis oleh para ahli dan dokumen-dokumen yang berkenaan

dengan masalah yang dibahas.

iii. Sedangkan Bahan hukum tersier, yang terdiri dari kamus dan ensiklopedi.21

1.8.5 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data primer yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan

metode wawancara dengan mengambil sampel secara Non Random Sampling, yaitu suatu cara

menentukan sampel dimana peneliti telah menentukan atau menunjuk sendiri sampel dalam

penelitiannya. Sesuai dengan judul dalam penulisan skripsi ini maka dalam penelitian ini sampel

yang digunakan yaitu Balai Pengawas Obat dan Makanan Provinsi Bali dengan mewawancarai

para informan dan responden yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

Tehnik pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini menggunakan tehnik studi

dokumen melalui kepustakaan dipergunakan dengan cara mencatat

data-data yang bersumber pada bahan hukum primer maupun dari bahan hukum sekunder yang

berupa buku-buku tulisan dari para sarjana dan bahan hukum tersier yang berupa kamus dan

ensiklopedi.

1.8.6 Teknik penentuan sampel penelitian

21

Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, 2004, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 120

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu ... Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012) 1. Faktor

Adapun lokasi Penelitian dalam penyusunan penelitian ini pada Balai Pengawas Obat dan

Makanan Provinsi Bali. Terpilihnya lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian dikarenakan Balai

Pengawas Obat dan Makanan Provinsi Bali mempunyai wewenang untuk mengawasi peredaran

obat-obatan dan makanan di masyarakat.

Dalam Penelitian ini metode sampel yang digunakan adalah sampel secara Non Random

Sampling, yaitu suatu cara menentukan sampel dimana peneliti telah menentukan atau menunjuk

sendiri sampel dalam penelitiannya. Sesuai dengan judul dalam penulisan tesis ini maka dalam

penelitian ini sampel yang digunakan yaitu pegawai Balai Pengawas Obat dan Makanan Provinsi

Bali.

Penentuan informan dilakukan dengan teknik penentuan informan dengan menggunakan

metode snowball sampling yang dipilih berdasarkan penunjukan atau rekomendasi dari sampel

sebelumnya. Sampel pertama yang diteliti ditentukan sendiri oleh peneliti yaitu dengan mencari

informan kunci, kemudian informan berikutnya yang akan dijadikan sampel tergantung dari

rekomendasi yang diberikan oleh informan kunci. yang diawali dengan menunjuk sejumlah

informan yaitu informan yang mengetahui, memahami, dan berpengalaman sesuai dengan objek

penelitian ini yakni Pegawai Balai Pengawas Obat dan Makanan Provinsi Bali.

1.8.7 Teknik pengolahan data

Pengolahan data adalah kegiatan merapikan data hasil pengumpulan data di lapangan

sehingga siap pakai untuk dianalisa.22 Setelah data dikumpulkan kemudian data diolah secara

kualitatif dengan melakukan studi perbandingan antara data lapangan dengan data kepustakaan

sehingga akan diperoleh data yang bersifat saling menunjang antara teori dan praktik.

1.8.8 Teknik analisis data

22

Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek , Sinar Grafika, Jakarta, h. 72.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Konsep perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu ... Barat (Studi Kasus Tahun 2009-2012) 1. Faktor

Dalam menganalisa data yang telah dikumpulkan tersebut, digunakan metode analisis

deskriptif, yaitu menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut

kategori untuk memperoleh kesimpulan.23Dalam metode analisis deskriptif, setelah data

dianalisis kemudian disusun kembali secara sistematis sehingga mendapatkan kesimpulan

tentang permasalahan hukum dalam penelitian ini.

23Suharsini Arikunto, 1986, Prosedur Penelitian, Bina Aksara, Jakarta, h. 194.