bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalah i pendahuluan.pdf · mengunakan paham analisis dampak...

Download BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I PENDAHULUAN.pdf · mengunakan paham analisis dampak ... Bagaimana Upaya Pemerintah Kota denpasar ... prinsip-prinsip demokrasi yang

If you can't read please download the document

Upload: phamtruc

Post on 06-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Kabupaten Klungkung merupakan kabupaten di Bali yang berkembang

    dalam kesenian danindustri kecil dan mempunyai permasalahan yangtidak jauh

    berbeda dengan daerah lainnya di Bali yaitu sampah. Peningkatan pelayanan bagi

    masyarakat perlu proses pengangkutan sampah menuju TPA meliputi tahap

    perlakuan berikut : pewadahan, pengumpulan, pemindahan, dan pengangkutan.

    Sampah dan masalah kebersihan di Klungkung sudah sering kali menjadi

    keluhan utama para wisatawan di Bumi Serombotan terlalu banyaknya terdapat

    sampah di tempat-tempat pariwisata maupun pasar, seperti daerah di sekitaran

    Pantai Watu Klotok, jalan-jalan disekitaran wisata Monumen Puputan Klungkung,

    maupun di area-area wisata di Klungkung1. Kabupaten Klungkung belum mampu

    melakukan pengelolaan sampah dengan baik. Padahal, pengelolaan sampah sangat

    penting untuk menekan volume sampah, bahkan bisa memanfaatkan sampah

    menjadi benda atau produk yang bermanfaat.

    Namun, untuk melakukan pengelolaan sampah, DKP Klungkung

    memerlukan depo pengolahan sampah. sampah akan selalu menjadi masalah

    sekaligus juga peluang usaha. Untuk itu Pemkab Klungkung berusaha untuk

    mengelola sampah di Klungkung. Jika dibandingkan dengan Surabaya, Rahayu

    mengakui, kondisinya jauh berbeda dengan di Klungkung. Pengolahan sampah di

    1http://www.klungkungkab.go.id/main.php

    1

    http://www.klungkungkab.go.id/main.php

  • 2

    Surabaya sudah sangat bagus. Sampah-sampah yang ada sebelum masuk TPA,

    dimasukan duhulu ke sebuah depo. Dari depo tersebut, sampah dipilah terlebih

    dahulu. Bagi yang masih berguna, bisa langsung didaur ulang, khususnya untuk

    sampah yang masih bisa dikelola. Sementara di Klungkung memang belum ada

    depo. Saat ini yang ada hanya TPA saja. Itu pun kondisinya sudah overload.

    Sementara untuk membangun depo-depo seperti di Surabaya, di Klungkung juga

    cukup sulit untuk dilakukan, karena terkendala lahan yang cukup dan dekat

    dengan TPA. Selain itu, sistem penanganan sampah di Surabaya sudah melakukan

    sistem sanitary landfill atau dengan pengurugan. Kepedulian masyarakat di sana

    juga bagus terhadap pengolahan sampah. Beda denganmasyarakat di Kabupaten

    Klungkung,

    Sangat disayangkan bahwa selain sampah plastik yang masih banyak

    berserakan, banyak juga terdapat sampah-sampah sisa hasil persembahyangan,

    pasar, dan sabagainya. karena penumpukan sampah atau membuangnya

    sembarangan ke kawasan terbuka akan mengakibatkan pencemaran tanah yang

    juga akan berdampak ke saluran air tanah. Demikian juga pembakaran sampah

    akan mengakibatkan pencemaran udara, pembuangan sampah ke sungai akan

    mengakibatkan pencemaran air, tersumbatnya saluran air dan banjir. Masih

    banyak masyarakat yang melakukan pelanggaran pencemaran sampah yang

    berdampak pada lingkungan di Kabupaten klungkung2.

    Membuang sampah ke tempat pembuangan air juga bukan solusi tepat

    karena jumlah sampah masih terus bertambah. Bertambahnya sampah tersebut

    2Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Klungkung, 2011, Laporan Akuntabilitas

    Kinerja Instansi Pemerintah 2010, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Klungkung.

  • 3

    juga akan meningkatkan kebutuhan terhadap lahan pembuangan sampah. Kondisi

    ini diperparah dengan pola hidup masyarakat yang instan serta minimnya

    pandangan masyarakat terhadap pola hidup sehat,dan pada paradigma masyarakat

    yang masih menganggap sampah sebagai sesuatu yang harus dibuang dan

    disingkirkan.

    Masalah sampah merupakan fenomena sosial yang perlu mendapat

    perhatian khusus dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi

    sampah. Besarnya timbunan sampah yang tidak dapat ditangani tersebut akan

    menyebabkan berbagai permasalahan yang timbul akibat kurangnya alternafif dan

    perspekstif masyarakat terhadap pengelolaan dan pemanfaatan sampah,baik

    langsung maupun tidak langsung3. Dampak langsung dari penanganan sampah

    yang kurang bijaksana diantaranya adalah berbagai penyakit menular maupun

    penyakit kulit serta gangguan pernafasan, sedangkan dampak tidak langsungnya

    diantaranya adalah bahaya banjir yang disebabkan oleh terhambatnya arus air di

    sungai karena terhalang timbunan sampah yang dibuang ke sungai.

    Bahkan menurut ahli kesehatan, polusi sampah mengakibatkan dampak

    buruk yaitu pertama, terhadap kesehatan. Hal ini bisa mengakibatkan

    meningkatnya penyakit infeksi saluran pencernaan,kolera,tifus,disentri,dll.Karena

    faktor pembawa penyakit tersebut, terutama lalat, kecoa, meningkat akibat

    sampah yang menggunung, khususnya di TPA, meningkatnya penyakit demam

    berdarah.Oleh karena itu perlu adanya perspekstif mengenai pemanfaatan dan

    3 Cecep Dani Sucipto,2012,Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah,Gosyen

    Publishing,Yogyakarta.

  • 4

    pengelolaan sampah dengan adanya relevansi etika lingkungan didalamnya serta

    mengunakan paham analisis dampak lingkungan4.

    Penanganan sampah secara swakelola sangat perlu dilakukan untuk

    meningkatkan peran serta masyarakat agar peduli terhadap lingkungan terutama

    masalah sampah 5

    . Disamping itu untuk meningkatkan swadaya masyarakat

    terhadap kebersihan lingkungan.Kebersihan lingkungan tidak saja menjadi

    tanggung jawab pemerintah semata, namun diharapkan peran serta seluruh elemen

    masyarakat, untuk ikut dalam menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan

    pemilahan di masing-masing rumah tangga, Berbagai pola sejatinya telah

    diterapkan Pemerintah Kabupaten Klungkung khususnya Dinas Kebersihan dan

    Pertamanan (DKP). Akan tetapi, pemandangan yang diwarnai berserakannya

    sampah di pinggir jalan masih saja terjadi6. Semua itu, akibat masih kurangnya

    kesadaran warga untuk berperilaku hidup bersih. Perilaku serta kesadaran warga

    tidak membuang sampah sembarangan, masih dirasakan menjadi kendala utama

    dalam mewujudkan komitmen menjadikan Kabupaten klungkung selalu bersih

    dan asri.

    Pemerintah Kabupaten klungkung, tampaknya sangat menyadari kondisi

    itu. Karenanya, dipandang perlu adanya perubahan pola penanganan sampah.

    Aparatur pemerintah berwenang dan berkewajiban menegakkan hukum dalam arti

    mengusahakan agar setiap norma yang ditetapkan hukum lingkungan ditaati

    4 Rahman, Apria, 2008,Pengertian Sampah Kebersihan Lingkungan, http://www.

    kebersihan lingkungan,comze.com, di-akses 26 Agustus 2009. 5Kastaman Et Al, 2007, Sistem Pengelolaan Reaktor Sampah Terpadu (Silarsatu), LPM

    Universitas Padjadjaran, Huma-niora, Bandung. 6Badan Pusat Statistik Klungkung. 2010, Klungkung Dalam Angka 2010, Badan Pusat

    Statistik Kota Klungkung, Klungkung.

    http://www/

  • 5

    olehmasyarakat. Pemerintah didalam melakukan kewenangan dan kewajibannya

    menegakan hukum lingkungan dapat dilakukan melalui pengawasan maupun

    penerapan sanksi hukum. Salah satu bentuk usahanya yaitu berupa penetapan

    peraturan perundang-undangan atau hukum di bidang lingkungan hidup, baik

    berskala nasional maupun daerah7.

    Berdasarkan dengan adanya permasalahan yang telah diuraikan diatas

    tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dalam suatu karya tulis

    ilmiah skripsi dengan judul PENERAPAN PERATURAN DAERAH

    KABUPATEN KLUNGKUNG NO. 7 TAHUN 2014 TENTANG

    PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN KLUNGKUNG.

    1.2 Rumusan Masalah

    Dari latar belakang permasalahan yang diuraikan diatas, maka dapat

    dirumuskan beberapa permasalahan yaitu,

    1. Bagaimanakah Pelaksanaan Perda Kabupaten Klungkung No. 7 Tahun

    2014, di Kabupaten Klungkung ?

    2. Bagaimanakah tindakan Pemerintah Kabupaten Klungkung terhadap

    pelanggaran Perda Kabupaten Klungkung No. 7 Tahun 2014, di

    Kabupaten Klungkung?

    7 Supriadi, 2006,Hukum Lingkungan Di Indonesia Sebuah Pengantar, Cet.Ke-1, Sinar

    Grafika, Jakarta.

  • 6

    1.3 Ruang Lingkup Masalah

    Untuk menghindari pembahasan tidak menyimpang dari masalah, maka

    penulisan perlu dibatasi. Adapun yang akan ditulis yaitu: pertama,Bagaimanakah

    Pelaksanaan Perda Kabupaten Klungkung No. 7 tahun 2014, di Kabupaten

    Klungkung. sehingga dalam permasalahan pertama ini akan dibahas tentang

    pelaksanaan Perda Kabupeten Klungkung No. 7 tahun 2014 tentang pengelolaan

    sampah yang berkaitan dengan kebersihan lingkungan, dan cara penyelesain

    masalah-masalah yang ada pada Masyarakat kabupaten klungkung. Selanjutnya

    permasalahan kedua dibahas mengenai Bagaimanakah tindakan pemerintah

    kabupaten klungkung terhadap pelanggaran Perda Kabupaten klungkung No. 7

    tahun 2014, di Kabupaten Klungkung.khususnya berkaitan dengan Peraturan,

    Aparat penegak hukum, Sarana dan prasarana, Masyarakat atau budaya hukum.

    1.4 Orisinalitas Penelitian

    Terkait orisinalitas dari penelitian ilmiah ini, penulis akan memperlihatkan

    skripsi terdahulu sebagai perbandingan yang pembahasannya berkaitan dengan

    Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung No. 7 Tahun 2014 Tentang

    Pengelolaan Sampah, Di Kabupaten Klungkung,berdasarkan pengamatan penulis

    dari sumber media seperti internet, merupakan topik penelitian ilmiah yang baru

    untuk tujuan penulisan skripsi di bidang hukum Lingkungan, namun sebagai

    pembanding yang menunjukkan orisinalitas penelitian ini maka penulis

    mencantumkan penelitian sebelumnya yaitu berupa jurnal dan skripsi dalam ilmu

    hukum sebagai berikut:

  • 7

    No. Judul Penelitian Penulisan Rumusan Masalah

    1. Upaya Pemerintah Kota

    Denpasar Dalam

    Penanganan

    Pelanggaran Ketentuan

    Tentang Pencemaran

    sampah Di Kota

    Denpasar.

    Agus Arya Anggana

    Putra, Alumni fakultas

    hukum universitas

    udayana, jurnal

    pemerintahan daerah

    (kertha Negara). 2009.

    1. Bagaimana Upaya Pemerintah Kota

    denpasar dalam

    penanganan

    pelanggaran ketentuan

    tentang pencemaran

    sampah dikota

    denpasar ?

    2. Bagaimana sistem pengelolaan sampah

    dan penerapan sanksi

    pada masyarakata

    kota denpasar apabila

    membuang sampah

    sembarangan ?

    2. Peran serta masyarakat daerah bantaran sungai

    badung dalam

    penanganan dan

    pengelolaan sampah

    diwilayah kota denpasar.

    Ida Bagus Ade

    Wihendra, Skripsi

    Fakultas Hukum,

    Universitas Udayana

    2013.

    1. Bagaimana peran serta masyarakat di

    bantaran sungai

    badung dalam

    penanganan dan

    pengelolaan sampah

    di wilayah kota

    denpasar ?

    2. Apa upaya- upaya yang di lakukan oleh

    pemerintah kota

    denpasar agar

    mendorong peran

    serta masyarakat

    bantaran sungai

    badung dalam

    penanganan dan

    pengelolaan sampah

    di kota denpasar ?

    Bila dilakukan perbandingan pada penelitian Jurnal pertama membahas

    tentang Upaya Pemerintah Kota Denpasar Dalam Penanganan Pelanggaran

    Ketentuan Tentang Pencemaran sampah Di Kota Denpasar dan Skripsi kedua

    membahas tentangPeran serta masyarakat daerah bantaran sungai badung dalam

    penanganan dan pengelolaan sampah diwilayah kota denpasar. Pada penelitian ini

  • 8

    membahas mengenaiPenerapan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung No. 7

    Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah, di Kabupaten Klungkung.

    1.5 Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penulisan skripsi ini terbagi menjadi dua tujuan yakni tujuan

    khusus dan tujuan umum :

    1.5.1. Tujuan Umum

    Secara umum penelitian atas kedua masalah yang dikemukakan diatas

    adalah bertujuan untuk menambah kasanah pengetahuan dibidang ilmu hukum

    khususnya Hukum lingkungan dan hukum Pemerintahan Daerah terutama yang

    berkaitan dengan Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung No. 7

    Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah, di Kabupaten Klungkung.

    1.5.2. Tujuan Khusus

    Mengenai tujuan khusus penyusunan skripsi ini beranjak dari

    permasalahan yang dikaji adalah :

    1. Untuk mengetahui dan menganalisis Bagaimanakah pelaksanaan Perda

    kabupaten klungkung No. 7 tahun 2014, di Kabupaten Klungkung.

    2. Untuk mengetahui dan lebih memahami mengenaiBagaimanakah

    tindakan terhadap pelanggaran Perda kabupaten klungkung No. 7

    tahun 2014, di Kabupaten Klungkung.

  • 9

    1.6 Manfaat Penelitian

    Penelitian terhadapPenerapan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung

    No. 7 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah,Di Kabupaten Klungkung. Dapat

    memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:

    1.6.1. Manfaat Teoritis

    Mengenai manfaat teoritis dalam penulisan skripsiPenerapan Peraturan

    Daerah Kabupaten Klungkung No. 7 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah,

    DiKabupaten Klungkung adalah :

    a. Mengembangkan dan memperluas penjelasan dibidang ilmu hukum

    khususnya Hukum Pemerintahan Daerah, dan hukum lingkungan.

    b. Memperdalam pengetahuan dan pengalaman terhadap berbagai

    permasalahan yang dikemukakan dibidang Penerapan Peraturan

    Daerah kabupaten klungkung No. 7 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan

    Sampah, DiKabupaten Klungkungkhususnya.

    1.6.2. Manfaat Praktis

    Selanjutnya mengenai manfaat praktis yang dapat dikemukakan dalam

    penulisan skripsi ini bagi peneliti adalah untuk melatih diri dalam mengukapkan

    pendapat dan saran terhadap suatu putusan atau permasalahan hukum dan Hasil

    penelitian ini dapat bermanfaat untuk memandu dan memahami Penerapan

    Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung No. 7 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan

    Sampah,Di Kabupaten Klungkung.

  • 10

    1.7 Landasan Teoritis

    Landasan teoritis merupakan suatu pengertian yang terlebih dahulu harus

    dimengerti dan dipahami dalam suatu tulisan ilmiah, terlebih-lebih dalam

    penulisan skripsi, oleh karena itu dalam landasan teoritis akan dibahas mengenai

    teori Negara hukum, teori kewenangan, teori efektifitas peraturan yang dijadikan

    landasan untuk membahas permasalahan penelitian secara teoritis. Adapun

    landasan teoritis untuk mengkaji permasalahan dalam skripsi ini antara lain

    dimulai dari pembahasan atas Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung

    No. 7 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah, Di Kabupaten Klungkung.

    Di Indonesia sendiri konsep negara hukum tertuang dalam Undang

    Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Konsepsi Negara Hukum

    atau Rechtstaat, dirumuskan dengan tegas dalam pasal 1 ayat (3) yang

    menyatakan. Negara Indonesia adalah Negara hukum. Dalam konsep Negara

    Hukum itu, di idealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dalam suatu Negara

    adalah Hukum. Salah satu asas penting Negara hukum adalah asas legalitas.

    Substansi dari asas legalitas tersebut adalah menghendaki agar setiap tindakan

    badan/pejabat administrasi berdasarkan Undang-Undang. Tanpa dasar undang-

    undang, badan/pejabat administrasi tidak berwenang melakukan suatu tindakan

    yang dapat mengubah atau mempengaruhi keadaan hukum warga masyarakat.

    Prinsip Negara Hukum tidak boleh ditegakkan dengan mengabaikan

    prinsip-prinsip demokrasi yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara

    Republik Indonesia. Oleh karena itu, perlu ditegaskan pula bahwa kedaulatan

    berada ditangan rakyat yang diberlakukan menurut Undang-Undang Dasar yang

  • 11

    diimbangi dengan penegasan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum

    yang berkedaulatan rakyat.8

    Pengertian penegakan hukum dapat diartikan sebagai penerapan kekuasaan

    oleh aparatur untuk menjamin atau tercapainya ketaatan terhadap peraturan

    perundang-undangan. Untuk mencapainya diperlukan legitimasi. Penegakan

    hukum dalam bahasa inggrisnya Law Enforcement atau dalam bahasa belandanya

    disebut Recht Handhaving.

    Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul Faktor-faktor

    yang mempengaruhi penegakan hukum, menyebutkan bahwa suatu penegakan

    hukum dapat dilakukan dengan baik bukan hanya dilihat dari jumlah peraturan

    tertulis yang telah dikeluarkan dan luas bidang suatu kehidupan masyarakat,

    karena hal itu akan mewujudkan penegakkan hukum secara formal saja, namun

    dalam segi materiilnya lebih banyak diperlukan penggarapan mental yang sesuai

    dengan sifat dan hakekat hukum itu sendiri, karena tanpa kegiatan tersebut

    kesulitan besar akan dihadapi disamping biaya sosial yang sangat besar. Dalam

    kaitan ini, pemerintah dalam mengelola lingkungan hidup mengharapkan setiap

    lapisan masyarakat, baik itu masyarakat umum maupun pengusaha dibidang

    industri untuk ikut serta dalam pemeliharaan dan pencegahan terhadap

    pencemaran lingkungan.9

    Dalam upaya pemerintah menanggulangi masalah pencemaran lingkungan

    merupakan salah satu upayanya adalah melalui penegakan hukum lingkungan.

    Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal. Oleh

    8Ridwan HR, 2002, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta. Hal, 68.

    9Soerjono soekanto, 2014, faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, PT. raja

    grafindo persada, jakarta.

  • 12

    karena itu keberhasilan penegakan hukum akan dipengaruhi oleh beberapa faktor,

    secara umum, sebagaimana dikemukakan oleh Soerjono Soekanto, Faktor-faktor

    yang mempengaruhi dalam penegakan hukum termasuk kententuan-ketentuan

    peraturan daerah Kabupaten Klungkung tersebut sebagai berikut :

    1. Faktor hukumnya yaitu undang-undang

    2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

    menerapkan hukum.

    3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegak hukum.

    4. Faktor masyarakat yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku

    atau diterapkan.

    5. Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya,cipta dan rasa yang

    didasarkan pada karsa manusia di dalam pergualan hidup.10

    Selanjutnya, Terkait dengan faktor hukum, salah satu instrumen adalah

    berupa Sanksi Administratif. Indroharto yang mengutip pendapat Van Wijk/W.

    Koninjebelt mengemukakan bahwa, Sanksi Administratif merupakan sarana-

    sarana kekuatan menurut hukum publik yang dapat diterapkan oleh badan atau

    pejabat Tata Usaha Negara sebagai reaksi terhadap mereka yang tidak menaati

    norma-norma hukum tata usaha negara.11

    Lingkungan hidup merupakan instrumen yuridis yang memuat kaidah

    kaidah tentang pengelolaan lingkungan hidup bertujuan untuk mencegah

    penyusutan dan kemerosotan mutu lingkungan.Tidak dapat disangkal bahwa

    10Ibid. h. 21

    11Jur Andi Hamzah, 2005, Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta.

  • 13

    adanya hukum lingkungan adalah untuk mengendalikan perilaku manusia agar

    tidak merusak lingkungan.

    Pengertian Lingkungan hidup yang termuat dalam ketentuan pasal 1 ayat

    (1) UU nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaaan lingkungan hidup yang telah

    diperbaharui dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan

    dan pengelolaan lingkungan hidup, sama dengan pengertian istilah lingkungan itu

    sendiri.Di dalam ketentuan pasal 1 tersebut dinyatakan bahwa Lingkungan hidup

    adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,

    termasuk manusia dan prilakunya, yang memengaruhi kelangsungan

    perikehidupan dan kesajahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

    Makna penegakan didalam hukum lingkungan dimaksudkan upaya

    menegakkan hukum material khususnya yang terdapat pada Undang-Undang

    Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

    yang selanjutnya disingkat dengan UUPPLH. Penegakan hukum dalam UUPPLH

    terdiri dari:

    a. penegakan hukum administrasi;

    b. penegakan hukum perdata; dan

    c. penegakan hukum pidana.

    Terkait dengan hal tersebut, di Indonesia dikenal istilah asas-asas umum

    pemerintahan yang baik, yang dimaksudkan sebagai perlindungan hukum warga

    dari tindakan pemerintah, yaitu sebagai dasar penilaian dalam peradilan dan upaya

    administrasi. Keterbukaan dan peran serta masyarakat merupakan asas yang

    esensial dalam pengelolaan lingkungan yang baik (good environmental

  • 14

    governance), terutama didalam prosedur administratif perizinan lingkungan

    sebagai instrumen pencegahan pencemaran lingkungan 12

    . Didalam Undang-

    undang No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan

    hidup pasal 2 menjelaskan tentang asas-asas yaitu meliputi :

    a. Asas tanggung jawab negara negara menjamin pemanfaatan sumber

    daya alam memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi

    kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini maupun

    generasi masa depan, Negara menjamin hak warga negara atas

    lingkungan hidup yang baik dan sehat, Dan :negara mencegah

    dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang

    menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakaan lingkungan hidup.

    b. Asas kelestarian dan keberlanjutan bahwa setiap orang memikul

    kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan

    terhadap sesamanya dalam satu generasi dengan melakukan upaya

    pelestarian daya dukung ekosistem dan memperbaiki kualitas

    lingkungan hidup.

    c. Asas keserasian dan keseimbangan bahwa pemaanfaatan lingkungan

    hidup harus memperhatikan berbagai aspek seperti kepentingan

    ekonomi, sosial budaya, dan perlindungan serta pelestarian.

    d. Asas kehati-hatian bahwa ketidak pastian mengenai dampak suatu

    usaha dan/atau kegiatan karena keterbatasan penguasaan ilmu

    pengetahuan dan teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda

    12Amos Neolaka, 2008, Kesadaran Lingkungan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 27

  • 15

    langkah-langkah meminimalisasi atau menghindar ancaman terhadap

    pencemaran dan/atau kerusakaan lingkungan hidup.

    e. Asas keadilan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

    harus memcerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga

    negara, baik lintas daerah, lintas generasi, maupun lintas gender.

    f. Asas pencemar membayar bahwa setiap penanggung jawab usaha

    dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan

    lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan lingkungan.

    g. Asas partisipatif bahwa setiap anggota masyarakat didorong untuk

    berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan

    perlindungan dan penggelolaan lingkungan hidup, baik secara

    langsung maupun tidak langsung.

    h. Asas kearifan lokal bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan

    lingkungan hidup harus memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku

    dalam tata kehidupan masyarakat.

    i. Asas tata kelola pemerintahan yang baik bahwa perlindungan dan

    pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi,

    transparasi, akuntabilitas, efesiensi, dan keadilan.

    j. Asas otonomi daerah bahwa pemerintah dan pemerintah daerah

    mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan di bidang

    perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan

  • 16

    memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah dalam bingkai

    negara kesatuan republik indonesia.13

    Didalam hukum publik konsep wewenang berkaitan erat dengan

    kekuasaan, namun menurut Bagir Manan wewenang tidak sama dengan

    kekuasaan, kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak

    berbuat, sedangkan wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban. Hak berisi

    kebebasan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu atau

    menuntut pihak lain untuk melakukan tindakan tertentu, sedangkan kewajiban

    memuat keharusan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu.

    Kewenangan atau wewenang adalah suatu istilah yang biasa digunakan dalam

    lapangan hukum publik.

    Namun ada perbedaan diantara keduanya, Kewenangan adalah kekuasaan

    formal, kekuasaan yang berasal dari atau yang diberikan oleh undang-undang,

    yaitu kekuasaan legislatif dan kekuasaan eksekutif atau administratif. Wewenang

    adalah kekuasaan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik. Menurut S.F.

    Marbun wewenang adalah kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum

    publik, atau secara yurudis adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh

    undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan hukum14

    .

    Menurut H.D. Van Wijk wewenang pemerintah diperoleh dengan tiga cara

    sebagai berikut :

    1. Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat

    undang-undang kepada suatu organ atau badan pemerintahan;

    13Syamsuharya Bethan, 2008, Penerapan Prinsip Hukum Pelestarian Fungsi Lingkungan

    Hidup Dalam Aktivitas Industri Nasional, PT. Alumni Bandung. 14

    Juanda, 2008, Hukum Pemerintahan Daerah, Alumni, Bandung, H.271

  • 17

    2. Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari suatu organ

    pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya;

    3. Mandat adalah terjai ketika organ pemerintahan mengijinkan

    kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya.

    Sedangkan cara memperoleh kewenangan menurut F.A.M Stroink dan J.G

    Steenbeek melalui 2 (dua) cara yaitu dengan atribusi dan delegasi. Atribusi adalah

    berkenaan dengan penyerahan suatu wewenang baru, sedangkan delegasi adalah

    menyangkut pelimpahan wewenang dari wewenang yang telah ada. Untuk

    wewenang mandat diakatan tidak terjadi perubahan wewenang apapun, yang ada

    hanyalah hubungan internal15

    .

    Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan dasar

    penyelenggaraan pemerintah dan negara, khususnya dalam negara hukum. Asas

    legalitas ini didalam hukum administrasi mengandung makna, pemerintah tunduk

    kepada undang-undang dan semua ketentuan yang mengikat warga negara harus

    didasarkan pada undang-undang. Oleh karena itu asas legalitas sebagai landasan

    kewenangan pemerintah.

    Dilihat dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan, bahwa secara

    teoritis pemerintah memperoleh wewenang melalui tiga cara yakni wewenang

    atribusi, wewenang delagasi, wewenang mandat. Wewenang atribusi adalah

    wewenang pemerintah yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan.

    Sedangkan wewenang delegasi adalah wewenang yang diperoleh atas dasar

    15 Philipus M, Hadjon Et. Al, 2008, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, UGM

    Press, Yogyakarta, H, 115

  • 18

    adanya pelimpahan wewenang. Serta wewenang mandat adalah pelimpahan

    wewenang yang ada pada umumnya dalam hubungan antara atasan dan bawahan.

    1.8 Metode Penelitian

    Sebagai karya ilmiah yang baik, tentulah manggunakan suatu metode

    tertentu didalam pendekatan dan penyelesaian masalahnya berkaitan dengan

    analisa dan kontruksi, yang dilakukan secara metodelogis, sistematis, dan

    konsisten. Karena metode bertujuan agar skripsi ini memenuhi syarat sebagai

    suatu skripsi yang dapat dipertanggungjawabkan.

    1.8.1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian dalam penulisan ini adalah penelitian yuridis empiris,

    karena mendekati masalah dari peraturan yang berlaku dan kenyataan yang ada

    dimasyarakat.

    1.8.2 Jenis Pendekatan

    Jenis pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini :

    a. pendekatan yuridis yaitu mengkaji peraturan perundang-undangan

    yang mengatur tentang pengelolaan.

    b. Pendekatan sosiologis yaitu fakta-fakta yang ada dilapangan,

    pengelolaan sampah yang diberikan oleh pemerintah sebagai

    penangung jawab lingkungan, responden.

    1.8.3 Sifat penelitian

    Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif karena ingin

    menggambarkan kenyataan yang terjadi dalam masyarakat, dalam hal ini

  • 19

    bagaimana Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung No. 7 Tahun 2014

    Tentang Pengelolaan Sampah,Di Kabupaten Klungkung.

    1.8.4 Jenis dan Sumber Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari dua sumber

    yaitu :

    1. Data lapangan/Primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara

    dengan informan dan responden pada masyarakat Penerapan Peraturan

    Daerah Kabupaten Klungkung No. 7 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan

    Sampah,DiKabupaten Klungkung.

    2. Data Kepustakaan/Sekunder adalah Data yang diperoleh dari

    kepustakaan terdiri dari :

    a) Bahan-bahan hukum Primer (primary law material)

    Yaitu, bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat secara

    umum (perundang-undangan) atau mempunyai kekuatan mengikat

    bagi pihak-pihak berkepentingan (kontrak). Dalam hal ini

    menggunakan PerdaKabupaten Klungkung No.7 Tahun 2014

    tentang pengelolaan sampah.

    b) Bahanbahan hukum Sekunder (secondary law material)

    Yaitu, bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan

    hukum primer (buku, ilmu hukum, jurnal hukum, laporan hukum,

  • 20

    pendapat pakar hukum, karya tulis hukum yang termuat dalam

    media cetak atau elektronik).16

    1.8.5 Tehnik Pengumpulan Data

    Untuk mengumpulkan data dalam penelitian hukum empiris dikenal

    dengan teknik-teknik untuk mengumpulkan data yaitu: studi dokumen,

    wawancara, observasi/pengamatan, dan quisioner/angket. Namun, dalam

    prakteknya nanti, penulis hanya akan menggunakan 3 teknik, yaitu;

    1. Teknik Studi Dokumen

    Studi dokumen merupakan teknik awal yang digunakan dalam

    setiap penelitian ilmu hukum, baik penelitian hukum normatif maupun

    empiris. Studi dokumen dilakukan atas bahan-bahan hukum yang

    relevan dengan penelitian. Bahan hukum sekunder yang dipergunakan

    oleh penulis adalah sebagai berikut :

    a. Norma atau kaidah dasar, yaitu Pembukaan UUD Negara RI Tahun

    1945;

    b. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan

    Pengelolaan Lingkungan Hidup;

    c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008

    Tentang Pengelolaan Sampah;

    d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012

    Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis

    Sampah Rumah Tangga;

    16Bambang Sunggono, 2007, Metodologi Penelitian Hukum,PT.Raja Grafindo Persada,

    Jakarta,H.114.

  • 21

    e. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2011 Tentang

    Pengelolaan Sampah;

    f. Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 7 Tahun 2014

    Tentang Pengelolaan Sampah.

    g. Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung No. 15 tahun 2012

    tentang retribusi pelayanan persampahan/kebersihan.

    h. Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung No. 2 Tahun 2014

    Tentang Ketertiban Umum.

    i. Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 3 Tahun 2000 tentang

    perubahan atas Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 15 tahun

    1993 tentang kebersihan dan ketertiban umum di Kota Denpasar.

    2. Teknik Wawancara (Interview)

    Wawancara merupakan salah satu teknik yang sering

    digunakan dalam penelitian hukum empiris. Wawancara dilakukan

    dengan merancang pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh jawaban

    yang relevan dari seseorang dengan masalah penelitian kepada

    responden maupun informan. Dalam bewawancara peneliti

    menggunakan alat berupa pedoman wawancara atau interview guide,

    agar nantinya hasil wawancara memiliki nilai validitas dan reabilitas.

    3. Teknik Observasi/Pengamatan

    Teknik observasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu teknik

    observasi langsung. Dalam hal ini akan menggunakan teknik observasi

    tidak langsung mengingat obyek permasalahan tidak memungkinkan

  • 22

    bagi penulis untuk diamati secara langsung. Observasi/pengamatan

    yang dilakukan peneliti adalah berupa pengamatan tak terlibat (non

    participant observation). Dimana pengamat tidak langsung berada

    pada kelompok yang sedang diamati, agar tidak mempengaruhi

    perilaku yang sesungguhnya dari kelompok yang diamati.

    1.8.6 Tehnik Pengolahan Dan Analisis Data

    Dalam penelitian ilmu hukum empiris dikenal dua model analisi, yaitu

    analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Dalam mengangkat

    permasalahannya lebih menggunakan analisis data kualitatif yang diterapkan pada

    penelitian sifatnya eksploratif dan diskriptif.

    Analisis data kualitatif digunakan jika sifat data yang dikumpulkan hanya

    sedikit, bersifat monografis atau berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat

    disusun dalam suatu struktur klasifikasi. Yang berarti mengumpulkan bahan-

    bahan yang akan digunakan sebagai pemaparan secara mendalam dan menjurus

    pada penelitian yang telah dibuat.17

    17Peter Mahmud Marzuki, 2005, Metode Penelitian Hukum, Guru Besar Ilmu Hukum

    Fakultas Hukum Universitas Erlangga, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

  • 23