bab i pendahuluan 1.1. latar belakang -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kota Ambarawa merupakan salah satu kota kecamatan yang palingpopuler
di kabupaten Semarang. Ambarawa terletak di jalur utama jalanSemarang-
Yogyakarta, tepatnya di pertengahan antara Semarang-Magelang. Istilah
Ambarawa, menurut penuturan masyarakat, berasaldari kata ‘amba’ (Jawa: ombo)
yang berarti luas, dan rawa (Jawa: rowo).Jadi Ambarawa berarti rawa yang luas.
Di daerah ini, banyak sekali lembahyang terdiri dari rawa-rawa, dan lokasinya
naik turun, perbukitan. Ambarawa juga berasal dari ‘ambah’ (Jawa: ngambah),dan
rawa (Jawa: rowo). Ambarawa berarti merambah di daerah rawa,mulai
menginjakkan kaki di wilayah yang banyak rawanya.Kota kecamatan ini lebih
ramai dibandingkan kota kecamatan laindi kabupaten Semarang, bahkan lebih
ramai dibandingkan dengan kotaKabupaten Semarang yang berlokasi di Ungaran.
Kota Ambarawa dikelilingi oleh empat kota kecamatan di sekitarnya, yaitu
Bawen, Banyubiru,Jambu dan Sumowono. Keempatnya memiliki titik temu yang
perpusat diAmbarawa.
Secara administrasi, Kecamatan Ambarawa terdiri dari 16 desa/kelurahan
yaitu Ngampin, Pojoksari, Bejalen, Tambakboyo, Kupang,Lodoyong, Kranggan,
Panjang, Pasekan, Baran, Milir, Jetis, Duren,Bandungan, Kenteng, dan Candi. 16
desa atau kelurahan tersebut yangtermasuk kategori urban adalah Kupang,
Lodoyong, Kranggan dan Panjangsebagai pusat kota Ambarawa. Kelurahan
2
Bandungan merupakankelurahan ‘wisata’ – padat penduduk, berisi hotel dan
penginapan, danpusat hiburan. Sedangkan desa/kelurahan lain itu termasuk
kategori ‘rural’– pedesaan, banyak sawah dan tanaman.
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk di Kecamatan Ambarawa Tahun 2003
Laki – laki 41.161
Perempuan 42.329
Total 83.400 jiwa Sumber internet (Badan Pusat Statistik Kecamatan Ambarawa)
Table 1.2
Jumlah Penduduk Kecamatan Ambarawa Menurut Data Statistik per-km
Tahun 2003
Desa Kupang 6.492
Desa Lodoyong 5.572
Desa Kranggan 11.500
Desa Panjang 4.136
Rata – rata per-km 1000 Sumber internet (Badan Pusat Statistik Kecamatan Ambarawa)
Tabel 1.3
Tingkat Pendidikan Masyarakat Kecamatan Ambarawa Tahun 2003
Lulus Perguruan Tinggi 2.117
Tamat SLTA 11.842
Tamat SLTP 13.257
Tamat SD 33.898 Sumber internet (Badan Pusat Statistik Kecamatan Ambarawa)
Hal yang sama juga tergambar dalam penyediaan sarana pendidikan.Di
kecamatan Ambarawa ada sebanyak 12 SLTP, 9 di antaranya berlokasidi empat
desa/kelurahan urban tersebut. Dari data tersebut menunjukkantingginya tingkat
kesenjangan antara fasilitas sosial antara urban danrural. Mungkin apa yang
terjadi di Ambarawa ini menjadi gambaran umumtentang peta pembangunan yang
3
kurang merata di tanah air. Antarakota-desa terjadi kesenjangan di banyak aspek
pembangunan.
Di kecamatan Ambarawa terdapat beberapa pusat kegiatan ekonomi,yaitu
pasar-pusat bisinis, pasar, pariwisata, pertanian dan perkebunan.Pasar dan pusat
bisnis ini berlokasi di pusat kota Ambarawa. Lokasi inilahcenter of trade and
bisnis of Ambarawa. Di lokasi ini terdapat pasarpermanen, dikelilingi oleh pasar
tradisional, dan di sepanjang jalan sekitarI km persegi merupakan pusat
pertokoan. Di lokasi ini juga terdapatinfrastuktur bisnis seperti perbankan,
terminal, hotel, sehingga memudahkan para pelaku ekonomi untuk melakukan
kegiatan ekonomi.Pusat kegiatan ekonomi lain yang dominan di masyarakat
Ambarawaadalah pertanian. Di sinilah sebagian masyarakat menghabiskan
waktunyauntuk kegiatan ekonomi. Pertama, lahan sayuran. Masyarakat banyak
yang mengolah lahan pertanian sayur ini. Mereka mengolah tanah seakantanpa
mengenal musim. Jenis sayur yang ditanam antara lain kol, wortel,buncis, sawi,
jipan, sledri, luncang, dan jenis sayuran lain yang biasahidup di daerah dingin. Di
lahan ini juga menghasilkan pendapatan jikapara petani itu menanam bunga.
Kedua, lahan padi. Masyarakat yang tinggal dekat dengan lahanpertanian
yang cukup air, mereka menanam padi. Umumnya 2-3 kalisetahun memanen. Jika
mereka memilih 2 kali, maka biasanya merekamenanami dengan tanaman sela
seperti jagung, lombok, atau tanamanyang lain. Sebab kalau tertus menerus
ditanami padi, hasilnya kurangbagus. Jagung di Ambarawa juga sangat khas,
karena rasanya manis alami.Ketiga, lahan perkebunan. Kebun di Ambarawa juga
menjadi lahanproduktif untuk tanaman buah-buahan seperti klengkeng, apokat,
4
pisang,dan tanaman yang lain. Demikian juga kebun menjadi lahan
produktifuntuk tanaman keras, seperti kayu sengon yang sudah lama
dikenalmemiliki nilai ekonomi.Ada banyak jenis mata pencaharian bagi
masyarakat Ambarawa.
Table 1.4
Jumlah Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Ambarawa Secara
Statistik
Petani 12.454
Buruh Tani 8.267
Pengusaha 1.299
Buruh Bangunan 4.170
Buruh Industri 4.454
Pedagang 2.538
Transportasi 2.300
PNS 4.406
ABRI / Polri 1.875.11 Sumber internet (Badan Pusat Statistik Kecamatan Ambarawa)
Data tersebut terbaca bahwasebagian besar penduduk itu memiliki kegiatan
sektor pertanian sebanyak20.721 orang. Namun penduduk di Ambarawa masih
bisa dikatakan ‘hebat’karena petani yang memiliki lahan sendiri lebih banyak
dibandingkandengan buruh tani yang tidak memiliki tanah sendiri. Selain itu
masih juga terdapat masalah pengangguran dan berimplikasi pada meningkatnya
jumlah pekerja sektor informal, masalah pendidikan dan komposisi, sistem
pengupahan, praktek outsourcing dan kontrak, masalah sistem pengawasan tenaga
kerja, dan masalah jaminan sosial tenaga kerja. Hal ini membuat penulis tertarik
ingin meneliti masalah yang ada di sebuah toko pakaian yaitu Amazone
Adventure cabang Ambarawa yang bergerak dalam bidang penjualan
perlengkapan pakaian dan berbagai macam perlengkapan alat – alat mendaki
gunung yang system kerja (kontrak kerja) yang diterapkan pada toko ini yaitu
5
tidak mengikat atau bebas, karyawan bisa bekerja ditoko tersebut sesuka mereka
sewaktu – waktu bisa mengundurkan diri karena tidak ada ikatan kerja secara
resmi dari pihak pemilik toko sehingga kinerja kerja karyawan berkurang dan juga
berdampak pada kesejahteraan karyawan. Hal tersebut sudah berjalan sejak
berdirinya toko yaitu 16 tahun yang lalu. Awalnya pemilik toko hanya seorang
pedagang pakaian keliling, karena ketekunannya kini bisa memiliki 15 toko yang
tersebar dibeberapa kota termasuk diAmbarawa. Toko tersebut berpusat di Kota
Purworejo.. Masing – masing toko dipimpim oleh Pimpinan Cabang atau sering
disebut Pimcab. Toko tersebut memiliki beberapa peraturan yang diantara
karyawan tidak merasa nyaman diantara beberapa peraturan tersebut yaitu tidak
adanya libur pada saat lebaran atau hari libur, tidak ada upah lembur bagi
karyawan dan jam kerja yang terlalu lama. Tidak adanya hari libur pada saat
lebaran dikarenakan pemilik toko beranggapan bahwa hari lebaran banyak toko
yang tutup sehingga toko tetap buka dan banyak orang yang membeli pakaian
ditoko tersebut.dengan diterapkan peraturan tersebut membuat para karyawan
sedikit merasa dirugikan, upah mereka juga tidak terlalu banyak untuk mencukupi
kebutuhan mereka.
Seiring dengan berjalannya waktu, kontrak kerja yang diterapkan ditoko
tersebut bisa berdampak pada penghasilan toko atau toko bisa mengalami
kerugian antara lain yaitu jumlah karyawan yang mengundurkan diri, pendapatan
toko semakin tidak maksimal sesuai dengan target toko dan yang lebih penting
yaitu efekifitas kinerja karyawan dalam menjalankan tugasnya. Hal tersebut
dikarenakan kontrak kerja yang membuat mereka melakukan mengundurkan diri
6
atau bekerja ditempat lain, disamping kontrak kerja yang mempengaruhi efektifias
kinerja karyawan gaji atau upah mereka juga tidak terlalu banyak dan terlalu
banyaknya peraturan yang pemilik toko terapkan membuat para karyawan berfikir
dua kali untuk bertahan ditoko tersebut sehingga karyawan lebih baik
mengundurkan diri dan mencari pekerjaan yang lain demi kesejahteraan mereka.
Selain itu upah dari masing – masing karyawan berbeda – beda sesuai dengan
jabatannya.Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang
didukung oleh data yang akurat dan sistematis mengenai praktek hubungan kerja
kontrak yang semakin meluas dan memperlihatkan dampak yang merugikan buruh
yang ditimbulkannya. Sistem kerja fleksibel perlu dipahami karena tidak hanya
membawa dampak bagi buruh dan serikatnya, tetapi juga membawa implikasi
lebih luas terhadap permasalahan-permasalahan ketenagakerjaan dan problem
sosial yang mengikutinya. Pemahaman juga diperlukan untuk melengkapi
informasi mengenai seluk-beluk dan konteks praktek system kerja fleksibel di
lapangan agar dapat diidentifikasi langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi
dampak negatifnya. Selain hubungan kerja kontrak, kontrak kerja fleksibel juga
diterapkan melalui berbagai bentuk hubungan kerja seperti harian lepas, borongan,
masa percobaan dan magang. Semua hubungan kerja fleksibel ini berjangka
pendek dan tanpa kepastian kerja. Praktek hubungan kerja kontrak dan
outsourcing membawa setidaknya tiga bentuk diskriminasiterhadap buruh: usia,
upah dan berorganisasi :
7
1. Diskriminasi Usia dan Status Perkawinan:
Kebijakan ikutan yang diterapkan oleh perusahaan pengguna untuk
mempekerjakan buruh outsourcing adalah menerapkan batasan usia dan
status perkawinan bagi buruh outsourcing yang menimbulkan efek
diskriminatif. Perusahaan cenderung mempekerjakan buruh berusia muda
dan untuk perekrutan buruh outsourcing baru mensyaratkan buruh yang
berusia 18-24 tahun dan berstatus lajang dengan alasan produktivitas.
Memilih buruh berstatus lajang membawa efek semakin sulitnya buruh
yang sudah berkeluarga untuk memperoleh pekerjaan dan berpenghasilan.
2. Diskriminasi Upah :
Buruh kontrak dan outsourcing yang melakukan jenis pekerjaan yang sama
dalam jam kerja yang sama dengan buruh tetap mendapatkan upah yang
berbeda. Upah total buruh kontrak lebih rendah 17% dari upah buruh tetap
dan upah total buruh outsourcing 26% lebih rendah dari upah buruh tetap.
3. Diskriminasi berserikat :
Buruh kontrak dan outsourcing dilarang secara langsung maupun tidak
langsung untuk bergabung dengan serikat tertentu atau dengan serikat
apapun dan kemungkinan tidak diperpanjang kontrak jika bergabung
dengan serikat buruh.
Praktek hubungan kerja kontrak dan outsourcing membawa efek
degradasiatau penurunan pada kondisi kerja dan kesejahteraan buruh. Dalam
hubungan kerja ini tidak ada jaminan pekerjaan karena hubungan kerja bersifat
kontrak dengan rata-rata masa kontrak 1 tahun, hanya mendapatkan upah
8
mínimum dan menerima beberapa tunjangan yang jumlahnya lebih kecil
dibandingkan yangditerima buruh tetap, untuk memperpanjang masa kontrak
harus mengeluarkan biaya untuk penyalur tenaga kerja, tidak ada kompensasi saat
hubungan kerja berakhir, peluang peningkatan status dan karir sangat kecil.
Upah buruh kontrak selalu lebih rendah dibandingkan buruh tetap dan
upah buruh outsourcing adalah yang terendah dibandingkan buruh tetap dan
kontrak sementara ketiga kelompok buruh ini melakukan pekerjaan yang sama.
Praktek hubungan kerja kontrak dan outsourcing cenderung eksploitatifkarena
untuk melakukan kewajiban pekerjaan yang sama, buruh kontrak dan outsourcing
memperoleh upah dan hak-hak yang berbeda dan sebagian buruh harus
mengeluarkan biaya untuk mendapatkan pekerjaan atau untuk mempertahankan
pekerjaannya.
1.2.Permasalahan Penelitian
Sumber daya manusia merupakan aset paling penting dalam
suatuorganisasi serta mempertahankan dan mengembangkan organisasi
dalamberbagai tuntutan masyarakat dan jaman. Kinerja sumber daya yang
baikmerupakan hal penting bagi kelangsungan hidup organisasi begitu juga
kinerja karyawan. Jika organisasiingin berkembang dengan pesat, organisasi harus
mempunyai sumber dayamanusia yang mampu menampilkan kinerja yang baik.
Penilaian kinerja karyawan sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku
manusia dalammelaksanakan peran yang mereka mainkan didalam organisasi
karena padadasarnya organisasi dijalankan oleh manusia. Pembinaan dan
pengembangan sumber daya manusiaunsur kesejahteraan perlu diperhatikan
9
dengan sungguh-sungguh karenakesejahteraan karyawan merupakan faktor yang
sangat menentukan dalammemacu semangat kerja serta produktivitas kerja
karyawan.
Meningkatnya kinerja karyawan itu dapat pula menunjang atau
mempengaruhikesejahteraan karyawan tersebut, baik secara langsung maupun
tidaklangsung. Secara langsung yaitu dengan naiknya gaji karyawan,
pemberianbonus, pemberian tunjangan keluarga maupun bonus, sedangkan secara
tidaklangsung yaitu bisa dengan memberikan kesempatan promosi jabatan
kepadakaryawan yang berprestasi baik, dengan demikian prestasi kerja
karyawanyang baik itu akan memberikan sumbangan atau dapat mendorong
untukmemajukan perusahaan yang lebih baik. Selain itu promosi jabatan
bagikaryawan yang berprestasi baik itu akan dapat menguntungkan bagi
karyawanitu sendiri, dimana dengan promosi jabatan itu akan memperbaiki posisi
ataukedudukan seorang karyawan tersebut di dalam perusahaan.Selain dari pada
itu jika dilihat dari segi keuntungan,dengan adanya kinerja karyawan yang baik itu
dapat memajukan perusahaantersebut. Hal ini akan dapat meningkatkan
keuntungan atau dapatmeningkatkan tingkat rentabilitas perusahaan tersebut.
Untuk meningkatkanproduksi masing-masing unit perlu ditingkatkan kinerja para
karyawansehingga prestasi kerja karyawan ini dapat menigkat. Istilah umum
kesejahteraan menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang –
orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Didalam
ekonomi sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda sedangkan didalam
kebijakan sosial, kesejahteraan sejahtera menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk
10
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam kondisi apapun pemilik toko harus
memperhatikan kesejahteraan para karyawan, tidak hanya menuntut mereka untuk
bekerja terus menerus tanpa memperhatikan hak mereka sebagai karyawan. Para
karyawan ditutut untuk memenuhi kewajiban mereka demi pencapaian target toko
yang ditetapkan.
Masalah yang tampak adalah masalah yang terkait dengan kesejahteraan
karyawan. Karyawan dituntut untuk bekerja keras dan displin mematuhi peraturan
toko yang telah ditetapkan. Namun hal tersebut belum sesuai dengan upah atau
gaji dan kesejahteraan yang tidak terpelihara bahkan uang lemburpun tidak ada,
mereka menggunakan uang pribadi untuk kepentingan toko misalnya pada saat
SO (stock outname) dan tidak ada ganti rugi. Melihat keadaan seperti ini, ada
karyawan yang mengundurkan diri namun masih juga ada yang bertahan bekerja
di toko tersebut. Hal ini menjadi sebuah masalah karena disamping karyawan
harus bekerja keras hak mereka juga harus terpenuhi khususnya kesejahteraan
mereka yang berdampak pada efektifitas kerja yang bisa mempengaruhi
penghasilan toko tiap bulannya. Dari pengamatan pendahuluan yang dilakukan
penulis, ditemukan beberapa gejala problematis.
1. Hari kerja di amazone 1 minggunya 6 hari kerja, 1 hari libur dengan
pembagian kerja antara pagi, siang dan longtime (full), dengan
ketentuan yang berlaku di amazone hari libur tidak boleh diambil pada
hari sabtu dan minggu dikarenakan penjualan pada hari sabtu dan
minggu cenderung lebih banyak transaksi. Tetapi hal tersebut tidak
11
dihitung dengan hari lembur dan tidak ada uang tambahan untuk hari
tersebut.
2. Diamazon kerja lembur masih ada, namun sistem penggajiannya yang
berbeda dengan jam kerja biasa, bahkan tidak ada uang lembur atau
uang ganti rugi untuk karyawan.
3. Karyawan yang mengeluh dengan adanya lembur dan tidak ada uang
lembur bagi mereka.
4. Hari libur yang ada diAmazone masih sering dipermasalahkan oleh
para karyawan dikarenakan tidak ada ketetapan dalam mengambil libur
5. Diamazone, kenaikan jabatan tidak bisa ditentukan oleh waktu,
tergantung kinerja para karyawan individu masing – masing dan sesuai
bakat ataupun prestasi mereka dalam bekerja, tidak ada kepastian bagi
karyawan untuk naik jabatan ( untuk masalah pengangkatan jabatan
masih dilihat dari pengaruh kekeluargaan ). Pengangkatan jabatan juga
dilihat dari bagaimana mereka melaksanakan kewajiban mereka
sebagai karyawan, apakah mereka benar–benar melakukan
pekerjaannya atau tidak. Untuk mengetahui apakah karyawan
melakukan pekerjaannya bisa dilihat dari rolling pekerjaan setiap
bulannya dan masa baktiya terhadap toko.
Beberapa gejala problematis tersebut menunjukkan adanya masalah.
kesejahteraan karyawan tidak lagi dihiraukan lagi oleh pemilik toko, padahal hal
ini menjadi kunci utama dalam memelihara efektifitas kerja para karyawan supaya
mereka bekerja lebih bertanggung jawab lagi.
12
Berdaarkan analisis gejala problematis yang penulis amati, penelitian ini
hendak menjawab beberapa pertanyaan, diantaranya :
1. Bagaimana kontrak kerja yang diterapkandi Toko Amazone Adventure
Cabang Ambarawa Kabupaten Semarang?
2. Bagaimana kinerja dan kesejahteraan karyawan di Toko Amazone
Adventure Cabang Ambarawa Kabupaten Semarang?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendiskripsikan kontrak kerja yang diterapkandi Toko Amazone
Adventure Cabang Ambarawa Kabupaten Semarang
2. Mendiskripsikan kinerja dan kesejahteraan diToko Amazone Adventure
terhadap kinerja dan kesejahteraan karyawan.
1.4. Signifikansi Penelitian
1.4.1. Signifikansi Teoritis
“Beberapa masalah utama perburuhan pasca reformasi yaitu masalah
pengangguran dan berimplikasi pada meningkatnya jumlah pekerja sektor
informal, masalah pendidikan dan komposisi, sistem pengupahan, praktek
outsourcing dan kontrak, masalah sistem pengawasan tenaga kerja, dan
masalah jaminan sosial tenaga kerja”.1
1.4.2. Signifikansi Praktis
1. Bagi Dunia Pendidikan
Memberikan sumbangan pemikiran dalam bentuk penelitian kualitatif
dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan.
2. Bagi Pemilik Toko Amazone
1 Rekson Silaban (2009 : 48) http://blog.unsri.ac.id/revolusi_jalanan/isu-
perburuan/outsourcing/sebuahpengingkaran kapitalismeterhadap hak - hak buruh
13
Memberikan pengalaman untuk lebih memperhatikan sistem kerja
terhadap kesejahteraan para karyawan.
3. Bagi Penulis
Memperdalam pengetahuan tentang penelitian kualitatif dan
memperluas wawasan tentang masalah kontrak kerja yang
berhubungan dengan kesejahteraan karyawan