bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalahrepository.ub.ac.id/6591/2/2. bab i.pdf · dan struktur...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perubahan dalam struktur sosial masyarakat yang akan menimbulkan
perubahan sosial, karena perubahan sosial terjadi di dalam struktur sosial.
Perubahan sosial diawali dari perubahan pada struktur ekonomi, kemudian
struktur sosial dan kemudian sampai pada perubahan struktur kultural atau
struktur ideologi.1 Struktural masyarakat pasti akan mengalami suatu perubahan,
baik perubahan tersebut berdampak positif maupun negatif. Perubahan sosial
masyarakat akan menimbulkan pengaruh pada struktur ekonomi, struktur sosial
dan struktur kultural atau struktur ideologi. Maka dampak yang ditimbulkan dari
perubahan ketiga struktur masyarakat tersebut yakni pada tingkat kesejahteraan
masyarakat.
Kesejahteraan merupakan salah satu dampak positif yang ditimbulakan
dari adanya perubahan sosial masyarakat. Kemandirian dan kematangan
masyarakat terjadi karena adanya pola perubahan dari ketergantungan, salah satu
masyarakat bisa dikatakan sejahtera yakni dapat dilihat dari kemandirian
masyarakat itu sendiri. Selain itu masyarakat dapat dikatakan sejahtera, yakni
suatu masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.2 sedangkan
1Agus Salim, Perubahan Sosial (Sketsa Teori dn Refleksi Metodologi Kasus Indonesia), 2014,
Yogyakarta : Tiara Wacana, hlm 9 2Harry puguh sosiawan, Telaah Tentang Peran Negara Dalam Kesejahteraan sosial (Pandangan 6
Fraksi MPR Proses Amandemen ke 4 Pasal 34 UUD 1945 ), Tesis Fakultas Ilmu Sosial Ilmu
Politik Universitas Indonesia, Jakarta ; 2003. d ilihat di lontar.ui.ac.id pada 24 februari 2017 pukul
00.31.
2
kesejahteraan masyarakat merupakan kesejahteraan semua perorangan secara
keseluruhan anggota masyarakat.3
Perubahan sosial masyarakat desa merupakan fenomena yang menarik
untuk diteliti, karena dampak dari perubahan tersebut yang menjadi tolak ukur
dari perkembangan masyarakat desa. Desa Ngadas yang merupakan desa adat dari
masyarakat Suku Tengger dan salah satu desa yang berada di kantung (enclave)
kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menarik untuk diteliti karena
perubahan sosial yang dilihat dari pengaruh adanya taman nasional bisa
berdampak pada kesejahteraan sosial masyarakat desa.
Selain menjadi desa envlave, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Desa Ngadas juga menjadi salah satu dari Desa Adat Tengger yang berada di
lereng Gunung Bromo dan Semeru. Adat tengger menjadi pedoman masyarakat
Desa Ngadas. Perubahan sosial masyarakat adat menjadi suatu hal yang menarik,
karena adat menjadi sesuatu yang mulai ditinggalkan dierah modernisasi seperti
ini. Pola tingkah laku masyarakat dalam melestarikan adat menjadi salah satu hal
menarik bagi peneliti, selain perubahan sosial yang dilihat dari adat dan tradisi
pola masyarakat dalam menjaga dan melestarikan adat menjadi bagian yang
penting untuk membentuk perubahan yang lebih baik lagi.
Masyarakat Desa Ngadas juga dikenal akan kerukunan umat beragamanya.
Di Desa Ngadas berkembang tiga agama yang dianut oleh masyarakat yakni
islam, hindu dan budha. Perubahan dan perkembangan agama yang berkembang
3Wardatul Asriyah, Strategi Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Melalui Usaha
Tambak di Desa Babalan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak. Skripsi Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta : 2007
dilihat di d igilip.u in-suka.ac.id pada 3 maret 2017 pukul 16.07 .
3
di Ngadas, menjadi suatu hal menarik karena perubahan-perubahan dalam segi
kepercayaan akan mempengaruhi pola kehidupan bersosial di masyarakat, dan
pola kehidupan bersosial masyarakat akan berpengaruh terhadap ketentraman
yang telah terjalin di Desa Ngadas.
Hubungan yang terjalin antara Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
dengan masyarakat Desa Ngadas ini menjadi bentuk terciptanya sinergi program
kerja dan juga akan membentuk pola kejasama yang baik antar kedua belak pihak.
Kehadiran taman nasional apakah sudah bisa memberikan dampak yang positif
bagi masyarakat. Pemberdayaan dan pelatian menjadi bagian dalam menjalin
hubungan tersebut. Taman nasional dalam melakukan programnya harus juga
memperhatikan aspek ekologi, sosial dan ekonomi, hal tersebut juga harus
bersamaan dengan keterlibatan masyarakat di sekitar lingkup kawasan tersebut.
Desa enclave merupakan suatu desa yang berada di dalam atau di tengah-
tengah suatu kawasan atau wilayah. Desa enclave dalam penelitian ini merupakan
desa yang berada di kantung kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Taman nasional tersebut terletak diantara empat wilayah kabupaten, yaitu :
Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolingo, Kabupaten Lumajang dan
Kabupaten Malang. Kawasan tersebut berada di bawah pengelolaan Balai Besar
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, sebagai unit pelaksana teknis (UPT)
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.4
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ditetapkan pada 1997 lewat
Keputusan Menteri Pertanian No.736/mentan/X/ 82 pada 14 Oktober 1982, dan
4Profil TNBTS d ilihat di www.bromotenggersemeru.org
4
kemudian pada 23 Mei 1997 melalui Keputusan Menteri Kehutanan No.278/Ktps-
VI/1997 kawasan tersebut ditunjuk sebagai TNBTS dengan Luas 50.276,20 Ha
dan selanjutnya ditetapkan melalui Keputusan Mentri Kehutanan No.178/Menhut-
II/2005 pada tanggal 29 Juni 2005.5 Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru dikelilingi oleh 66 desa penyangga dan 2 desa yang berada di kantung
(enclave) kawasan TNBTS.
Salah satu desa di tengah dan kantung (enclave)wilayah kawasan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru adalah Desa Ngadas, yang terletak di
Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Desa Ngadas memiliki luas
wilayah 414 Ha, yang terdiri dari 384 Ha lahan pertanian dan 30 Ha pemukiman,
dan memiliki jumlah penduduk kurang lebih 1.897 jiwa dan terbagi dalam 12
rukun tetangga dan 2 rukun warga. Mayoritas pekerjaan penduduk adalah sebagai
petani, dan potensi lokal yang dimiliki oleh Desa Ngadas sangat melimpah, mulai
dari sektor pertanian, perkebunan, dan pariwisata.6 Dari hal ini penulis tertarik
untuk meneliti perubahan sosial masyarakat Desa Ngadas setelah ditetapkanya
taman nasional.
Perubahan sosial dari masyarakat desa enclave yang berada di taman
nasional, seperti hanya di Desa Ngadas dapat berdampak pada peningkatan
kesejahteraan atau malah penurunan tingkat kesejahteraan. Karena itu
kesejahteraan masyarakat desa enclave menjadi suatu hal yang penting, sebab
mengacu pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dijelaskan
bahwa desa perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, ma ju, mandiri,
5Profil Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dilihat di
http//www.bromotenggersemeru.org 6Wawancara dengan BaPak Mispo selaku sekretaris Desa Ngadas pada 14 maret 2017 pukul 10.25
5
dan demokratis.7 Desa juga yang menjadi pemerintahan tingkat paling bawah dan
yang paling dekat dengan masyarakat, maka dalam praktiknya desa berhak
mengurus dan menjalankan rumah tangganya sendiri. Kewenangan desa yang
telah diatur dalam undang-undang no 6 tahun 2014 tentang desa pasal 18 meliputi
kewenangan dibidang penyelengaraan pemerintah desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan
masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat
desa.8
Dengan adanya otonomi desa menuntut adanya suatu kemandirian desa,
karena otonomi sendiri sejatinya diperuntuhkan untuk mewujudkan sebuah
kesejahteraan masyarakat. Kemandirian desa tersebut berupa kemandirian
mengelolah pemerintahan, mengambil keputusan, dan mengelolah sumber daya
lokal sendiri yang sesuai dengan preferensi masyarakat lokal. 9 Munculnya suatu
kemandirian karena adanya ketergantungan. Semakin rendah tingkat
ketergantungan maka semakin tinggi kemandirian. Desa Ngadas yang menjadi
salah satu desa yang berada dalam kantung kawasan taman nasional juga memiliki
tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap alam sekitar kawasan konservasi, hal
ini dibuktikan dengan pekerjaaan warganya yang mayoritas sebagai petani dan
sektor pertaniaan pasti akan bersinggungan dengan lingkungan sekitar lahannya.
Maka penting bagi pihak taman nasional memberikan pembekalan terhadap desa
yang berada dalam kantung kawasan konservasi.
7 Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014 tentang Desa,
8Ibid. Pasal 18
9Didik G.Suharto, Membangun Kemandirian Desa, 2016, Yogyakarta,Pustaka Pelajar, h lm.129
6
Kesejahteraan masyarakat merupakan tuntutan yang selama ini diminta
oleh khalayak masyarakat luas. Karena setiap manusia dalam menjalani
kehidupanya yang dicari adalah kesejahteraan. Peran dari pemerintah untuk
Menyejahterakan masyarakat menjadi suatu hal yang penting, seperti yang telah
dijamin dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 2 bahwa tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. 10 Dan pasal 28H
ayat 3, dan pasal 34 ayat 1,2,3 yang berbunyi :
Pasal 28H ayat 3 bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat. Pasal 34 ayat 1, fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara, dan ayat 2 yang berbunyi, negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang
lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan, dan pada ayat 3 yang berbunyi, negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. 11 Selain yang telah di jelaskan di UUD 1945, dijelaskan pula lebih rinci
pada UU Nomor 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial. Pada pasal 1, menjelaskan bahwa setiap warga negara
barhak atas taraf kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya dan berkewajiban
untuk sebanyak mungkin ikut serta dalam usaha-usaha kesejahteraan sosial.12
Pada pasal 3 menjelaskan tentang tugas-tugas pemerintah diantaranya :
a. Menentukan garis kebijakan yang diperlukan untuk memelihara,
membimbing dan meningkatkan usaha kesejahteraan sosial b. Memupuk, memelihara, membimbing dan meningkatkan kesadaran
serta rasa tanggungjawab sosial masyarakat.
c. Melalukan pengamanan dan pengawasan pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan sosial.13
10
Naska UUD 1945 11
Ibid. 12
Naska UU Nomor 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial 13
Ibid
7
Pemberdayaan merupakan salah satu upaya untuk menciptakan
kesejahteraan sosial, dan dari kesejahteran sosial tersebut diharapkan bisa
mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kemandirian masyarakat. Kemandirian
merupakan kekuatan atau prakondisi yang memungkinkan proses peningkatan
kualitas penyelengaraan pemerintahan desa, pembangunan desa, pengembangan
prakarsa dan potensi lokal pelayanan publik dan kualitas hidup masyarakat desa
secara keberlanjutan.14 Pemberdayaan merupakan salah satu upaya dalam
mewujudkan sebuah kemandirian dan pengentasan kemiskinan. Kemandirian dan
penentasan kemiskinan merupakan bagian untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyat, dan demi menciptakan kualitas hidup masyarakat yang lebih baik. Dalam
UU No 6 Tahun 2014 bahwa desa perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi
kuat, maju dan mandiri, maka peran pemerintah dalam Mensejahterakan
masyarakat sangat penting. Termasuk juga pihak taman nasional yang menjadi
salah satu unit pelaksana teknis dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam, juga penting untuk menciptakan kesejahteraan bagi desa
enclave di kawasan konservasi.
Kesejahteraan masyarakat desa enclave pada kawasan konservsi menjadi
perhatian utama, selain pelestarian lingkungan dan ekosistem, karena masyarakat
desa enclave merupakan bagian dari alam sekitar yang di konservasikan.
Menyejahterakan masyarakat kawasan konservasi ini telah diatur dalam Undang-
Undang RI Nomor 37 Tahun 2014 Tentang Konservasi Tanah dan Air pada Bab 5
Tentang Pemberdayaan Masyarakat pasal 45 :
14
Didik G.Suharto, Op-Cit, hlm. 113
8
ayat 1 bahwa Pemerintah dan atau pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat secara terencana dan berkesinambungan Pada ayat 2 pemberdayaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1
diselengarakan dalam bentuk fasilitas yang meliputi a. Pengakuan legalitas hasil konservasi tanah dan air
b. Pengembangan kelembagaan c. Bantuan modal d. Bimbingan teknologi
e. Penyuluhan dan f. Pendidikan dan pelatihan.15
Dampak ditetapkannya daerah menjadi kawasan konservasi terhadap
masyarakat desa enclave dapat dilihat dari tiga aspek yakni ekologi, sosial dan
ekonomi. Aspek ekologi merupakan bagian dari konservasi sumberdaya, aspek
ekonomi merupakan pemanfaatan sumberdaya dan sedangkan aspek sosial
merupakan aspek budaya masyarakat. Kesadaran masyarakat akan fungsi ekonomi
(pemanfaatan sumberdaya hayati) dapat ditingkatkan ketika fungsi ekologi
(konservasi suberdaya hayati) dan pelestarian juga dapat ditingkatkan.16
Sedangkan untuk aspek sosial budaya mengacu pada tradisi dan adat istiadat
masyarakat, dalam meningkatkan aspek ekologi, seperti mengkramatkan kawasan
tertentu selain untuk spiritual juga bisa dijadikan pelestarian tempat tersebut.
Berdasarkan sejumlah penelitian sebelunya diantaranya :pertama, Oktania
Kusuma Handayani, 2015 “Nilai Ekonomi Pemanfaatan Kawasan Konservasi
Bagi Masyarakat Sekitar Resort Bodogol Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango”. membahas pola-pola pemanfaatan dan mengukur tingkat
ketergantungan mayarakat terhadap kawasan Taman Nasional, kedua Zain Panji
15
Undang-Undang RI Nomor 37 Tahun 2014 Tentang Konservasi Tanah dan Air pada Bab lima
Tentang Pemberdayaan Masyarakat pasal 45 16
Jurnal Gerson N.N, Djoko M. Irham, dan Ronggo S. Konservasi keanekaragaman hayati
Tanaman pada Sistem Kaliwu di Pulau Sumba, 2013, Program Doktor Ilmu Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta d i unduh di Jurnal.ugm.ac,id
9
Pangestu, 2011, “Sikap Petani Lereng Gunung Merbabu Terhadap Pembentukan
Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu di Kecamatan Selo Kabupaten
Boyolali.” Membahas tentang faktor pembentuk dan hubungan sikap prtani lereng
gunung merbabu dengan Taman Nasional, ketiga, Faris Priyanto, 2011, “Dampak
Zonasi Taman Nasional Karimunjawa Terhadap Strategi Nafkah Nelayan
Kompresor. ( Studi Kasus Desa Karimunjawa, Kecamatan Karimunjawa
Kabupaten Jepara).” Membahas tentang dampak zonasi kawasan konservasi
Taman Nasional Karimunjawa terhadap nafkah nelayan.
Selanjutnya keempat, Vahya Annisaningrum, 2016, “Dampak Penetapan
Taman nasional Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Petani (Studi Kasus
Desa Ranu Pani, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru)” membahas tentang
pengaruh taman nasional terhadap kesejahteraan petani melihat melihat kondisi
dan akses masyarakat sebelum dan sesudah penetapan taman nasional. kelima,
Chaerul Ramdani, 2008, “Strategi Penembangan Wisata Alam Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango Cibodas Cianjur Jawa Barat ” membahas tentang
strategi pengembangan wisata alam Taman Nasional Gunung Gede. Dengan
demikian penelitian ini mengandung hal baru, karena penelitian ini memfokuskan
pada pembahasan terkait perubahan sosial masyarakat desa enclave pasca
penetapan taman nasional dan perubahan tersebut dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa Ngadas, selaku desa enclave di Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru.
Melalui Pemberdayaan masyarakat yang tujuannya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, bisa dilalukan melalui beberapa sektor, tidak menutup
10
kemungkinan pada sektor konservasi. Karena pemberdayaan merupakan proses
pembelajaran oleh dan untuk masyarakat dalam mencapai kemandirian dalam
mengelolah urusan mereka dikomunitas baik urusan ekonomi, sosial dan
budaya.17 Masalah yang ada pada desa-desa yang berada di kantung (enclave)
kawasan konservasi diantaranya yang pertama, desa yang berada di dalam
kantung kawasan konservasi sangat bergantung dengan alam sekitar, penting
untuk diberdayakan, karena masyarakat sekitar kawasan konservasi yang terlalu
memanfaatkan alam sekitar kawasan yang dilindungi. Pemberdayaan tersebut
dilakukan untuk memberikan wawasan pemahaman tentang konservasi. Kedua,
Konflik kepentingan lahan, ini terjadi lantaran masyarakat desa yang lebih dahulu
mendiami kawasan tersebut, kini aktifitas masyarakat dengan alam sekitar dibatasi
dengan zonasi kawasan konservasi.
Ketiga, didirikannya kawasan konservasi baik berupa kawasan suaka alam
(KSA) maupun Kawasan Pelestarian Alam (KPA) harus tetap memperhatikan
masyarakat yang yang terlebih dahulu bertempat tinggal di kawasan tersebut.
Karena masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan tersebut sangat bergantung
pada alam sekitarnya. Apa lagi masyarakat yang berada di kantung (enclave) pada
kawasan konservasi, mereka akan susah lepas dari pemanfaatan alam sekitarnya.
Ketergantungan yang tinggi terhadap alam sekitar kawasana konservasi tersebut
berusaha dihilangkan dengan melakukan pola perubahan dari sektor pertanian ke
sektor pariwisata, serta memberikan pembekalan terkait pembudidayaan pada
masyarakat. Dengan demikian pemberdayaan penting untuk memberikan
17
Didik G.Suharto, Op-Cit, 2016, hlm.129
11
pembekalan pemanfaatan alam yang tetap memperhatikan pelestarian dengan
mengalihkan ketergantungan tersebut dalam suatu kegiatan pembudidayaan dan
pariwisata, serta dapat memberikan juga pemahaman tentang pelestarian
lingkungan.
Keempat, dalam pengelolaan kawasan konservasi bukan berarti hanya
bicara mengenai pelestarian lingkungan dan ekosistem saja, tetapi juga
kesejahteraan masyarakat yang berada di dalam kantung (enclave) kawasan
konservasi. Karena kemiskinan yang selama ini menjadi masalah di negeri ini,
membuat pentingnya pemberdayaan guna meningkatkan kesejahteraan sosial,
termasuk bagi masyarakat desa enclave di area kawasan konservasi yang juga
membutuhkan pemberdayaan. Selain membicarakan pelestarian, dibentuknya
kawasan konservasi juga membicarakan tentang bagaimana dampak nanti yang
ditimbulkan pada masyarakat yang berada di kantung kawasan konservasi. Karena
dalam pengelolaan kawasan konservasi, yang menjadi perhatian utama selain
aspek ekologi, juga aspek sosial dan ekonomi.
Kelima, hubungan antara pihak balai taman nasional dengan masyarakat
desa enclave yang semestinya sudah terjalin dengan baik, namun yang sering
terjadi adalah adanya kapentingan-kepentingan dari masing-masing pihak.
Masyarakat yang merasa sudah bertempat tinggal di daerah sekitar Desa Ngadas
jauh sebelum ditetapkannya wilayah tersebut menjadi kawasan konservasi.
Hubungan tersebut bisa berjalan dengan baik dikala masing-masing pihak saling
memahami dan bisa bekerja sama dalam menjaga alam sekitar. Maka peran serta
masyarakat dalam konservasi, sekaligus peran Taman Nasional dalam
12
Menyejahterakan masyarakat harus bisa berjalan seiringan, hal ini diatur dalam
Undang-Undang RI Nomor 37 Tahun 2014 Tentang Konservasi Tanah dan Air
pada Bab 6 Tentang Peran Serta Masyarakat pada Pasal 46
Ayat 1 “ masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam penyelengaraan konservasi tanah dan air yang dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya”
Ayat 2 “pelaksanaan peran serta masyaraat dilakukan dengan memperhatikan kearifan lokal”
Ayat 3 “peran serta masyarakat dapat dilakukan dalam: a. Penyusunan perencanaan b. Pendanaan
c. Pengawasan d. Pengajuan gugatan perwakilan atau kelompok. 18
Permasalahan yang terjadi dalam penetapan kawasan konservasi yakni
Konflik kepentingan penguasaan lahan. Hal ini terjadi lantaran masyarakat yang
merasa lebih dahulu mendiami kawasan tersebut sebelum kawasan tersebut
ditetapkan menjadi kawasan konservasi. Perlindungan terhadap masyarakat adat,
seperti di Desa Ngadas merupakan hal penting, guna pelestarian budaya. Bentuk
perlindungan tersebut dilakukan dalam bentuk pemberian sertifikat hak milik
komunal, sertifikat tersebut tidak bisa diperjual belikan kecuali ke sesama
masyarakat adat Suku Tengger.19 Hal tersebut membawa perubahan sosial
masyarakat yang dulunya bergantung dengan alam sekitarnya kini dibatasi dengan
bentuk konservasi.
Masyarakat desa enclave memberikan dampak besar dalam konservasi
karena mereka berhubungan langsung dengan alam sekitar konservasi.
Masyarakat desa enclave merupakan bagian dari wilayah zona kawasan
18
Undang-Undang RI Nomor 37 Tahun 2014 Op-Cit, Pasal 46 19
https://daerah.sindonews.com/read/1022154/23/pemerintah-serahkan-sertifikat -tanah-komunal-
suku-tengger-1436459279.
13
konservasi. Masyarakat yang kehidupanya selalu berdampingan dengan alam
sekitar kawasan konservasi dan tidak menutup kemungkinan bergantung pada
alam sekitar untuk melangsungkan kehidupannya. Maka keterlibatan masyarakat
dalam konservasi menjadi sesuatu yang penting, hal tersebut diperkuat dengan
dijelaskannya pada pasal 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, konservasi sumberdaya
alam hayati dan ekosistemnya merupakan tanggung jawab dan kewajiban
pemerintah serta masyarakat.20
Ketergantungan masyarakat Desa Ngadas pada alam sekitar kawasan
konservasi berupa pengambilan kayu bakar dan rumput liar. Kayu bakar tersebut
digunakan untuk penghangat tubuh mereka di malam hari, dan rumput digunakan
untuk Pakan ternak, baik kambing, sapi atau kuda21. Ketergantungan masyarakat
kini terbatasi dengan zonasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS),
terdapat 7 zona diantaranya zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan, zona
tradisional, zona rehabilitasi, zona religi dan zona khusus22. Dengan demikian
pembatasan-pembatasan kawasan dengan zonasi tersebut berdampak pada
kegiatan masyarakat dalam memanfaatkan alam di kawasan konservasi tersebut
sekaligus berdampak pada sulitnya masyarakat untuk mencari kayu bakar dan
pakan untuk ternak mereka.
Upaya yang dilakukan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru untuk
memberian pembekalan kepada desa penyangga dan desa enclave dengan kegiatan
20
Pasal 4 UU Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem 21
http://m.republika.co.id/12/11/30/berita/nasional/jawa-t imur/meaqp7-belajar-kebersamaan-dari-
nenek-tengger. 22
Profil Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Op-Cit.
14
yang bernama kegiatan bina cinta alam. Kegiatan tersebut berbentuk pendidikan
konservasi dan pelatihan-pelatihan, diantaranya meliputi pelatian budidaya
anggrek, budidaya nephentes, pengenalan aves, dan pengenalan primata.23
Kegiatan tersebut dilakukan demi Penyelengaraan kawasan konservasi yang
berbasis kearifan tradisional dan fokus pada peningkatan keterampilan masyarakat
dan pengelolaan sumberdaya lokal menjadi strategi utama.24
Bentuk kegiatan yang diusung oleh pihak Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru pada desa enclave berupa pemberdayaan dibidang budidaya dan
pariwisata.25 Ditetapkannya Desa Ngadas sebagi desa wisata dan desa adat oleh
Pemerintah Kabupaten Malang karena potensi wisata yang dimiliki Desa Ngadas
dan masyarakat masih setia menjalankan adat serta kebudayaan leluhurnya,
seperti Pethekan atau Tradisi tes keperawanan.26 Pemberdayaan dalam sektor desa
wisata tersebut bertujuan untuk meperalihkan sektor pertanian ke sektor
pariwisata.27 Penetapan desa wisata tersebut bisa membawa dampak ekonomi
pada masyarakat Desa Ngadas. Perkembangan desa wisata menjadi ladang
pekerjaan bagi sebagian warga Desa Ngadas. Mulai dari penyewaan penginapan,
kendaraan hingga pemandu wisata.
23
Jurnal OlehTri Sayekt iningsih, Resti M dan E.K.S. Harin i M. Strategi Pengembangan
Pendidikan Konservasi Pada Masyarakat Suku Tenger di Desa Enclave Taman Nasional Bromo
Tenger Semeru. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor, 2008, d i unduh di http://repository.itb.ac.id/ pada tanggal 26 februari
2017 pukul 14.17 24
Ibid. 25
Wawancara dengan Bapak Mispo selaku sekretaris Desa Ngadas pada 14 maret 2017 pukul
10.25 26
http://m.tempo.co/read/news/2017/01/31/058841520/kabupaten-malang-tetapkan-ngadas-
sebagai-desa-adat. 27
Wawancara dengan BaPak Mispo selaku sekretaris Desa Ngadas pada 14 maret 2017 pukul
10.25
15
Desa Ngadas juga dijadikan salah satu dari empat desa yang menjadi desa
wisata edelweis oleh pihak Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Edelweis merupakan tumbuhan yang dilindungi dan hanya bisa hidup di
ketinggian 2.000 mdpl dan tanaman tersebut tidak dapat layu. Pohon edelweis
juga biasa digunakan oleh masyarakat suku tengger sebagai sesaji dari setiap acara
adat. Desa wisata edelweis ini ditujukan sebagai sarana pemberdayaan warga
Suku Tengger dalam membudidayakan tanaman edelweis. Dengan
diberdayakannya pohon edelweis ini menjadi bagian dari pelestarian lingkungan
agar masyarakat Suku Tengger tidak lagi memetik pohon liar yang berada di
dalam kawasan konservasi. Konsep dari desa wisata edelweis ini sendiri akan
mejadi wisata petik pohon edelweis. Namun sebelum memetik wisatawan harus
membeli bibit dan ditaman di kawasan TNBTS. 28 Dengan dijadikanya Desa
Ngadas sebagai desa wisata edelweis tersebut akan bisa menjadi sektor lapangan
pekerjaan baru bagi masyarakat dan menurunkan tingkat penganguran serta
meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat.
Kesejahteraan masyarakat desa yang berada di kantung (enclave) dalam
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menjadi hal yang penting selain
pelestarian lingkungan dan ekosistemnya juga sebagai peningkatan ekonomi
masyarakat yang berbasis konservasi. Perubahan sosial masyarakat semenjak
adanya kawasan konservasi tersebut apakah bisa berdampak pada kesejahteraan
masyarakat. Maka berdasar pada ulasan sebelumnya kesejahteraan masyarakat
desa enclave menjadi pokok dalam penelitian ini. Melalui masalah tersebut
28
http://trevel.compas.com.read/2017/02/01/160500927/desa-wisata-edelweis-tengah-disiapkan-di-
kawasan-gunung-bromo.
16
peneliti tertarik untuk mengkaji secara mendalam terkait perubahan sosial
masyarakat Desa Ngadas pasca penetapan Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru terhadap kesejahteraan masyarakat yang menjadi salah satu dari kantung
(enclave) dari kawasan konservasi dan menaik rumusan masalah sebagai berikut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah yang telah dipaparkan peneliti
sebelumnya maka dapat ditarik rumusan masalah yaitu :
1) Bagaimana perubahan sosial masyarakat Desa Ngadas pasca penetapan
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru?
2) Bagaimana perubahan sosial masyarakat berdampak pada peningkatan
kesejahteraan sosial masyarakat Desa Ngadas?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini yaitu :
1) Dapat menjelaskan perubahan sosial masyarakat Desa Ngadas pasca
penetapan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
2) Dapat menjelaskan perubahan sosial masyarakat berdampak pada
peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat Desa Ngadas
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan dua manfaat, baik manfaat secara akademis
maupun manfaat secara praktis.
17
1.4.1 Manfaat Akademis
Manfaat akademis yang dapat diperoleh dari penelitian terkait dengan
perubahan sosial masyarakat desa enclave pasca penetapan Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru terhadap kesejahteraan masyarakat ini adalah:
1. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi mahasiswa terkait
dengan perubahan sosial masyarakat Desa Ngadas pasca penetapan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru terhadap kesejahteraan masyarakat.
2. Berdasarkan penelitian ini, akan diperoleh pemahaman baru berkaitan
dengan apa yang ditemukan peneliti ketika melakukan penelitian di
lapangan.
3. Sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya yang akan mengangkat tema
terkait perubahan sosial masyarakat Desa Ngadas pasca penetapan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru terhadap kesejahteraan masyarakat.
1.4.2 Manfaat Praktis
Sedangkan, manfaat praktis yang diperoleh dalam penelitian terkait
dengan perubahan sosial masyarakat Desa Ngadas pasca penetapan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru terhadap kesejahteraan masyarakat, yaitu:
1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai motivasi dan pedoman bagi
masyarakat dan pemerintah untuk terus bekerja sama secara
berkesinambungan dalam upaya pengelolaan kawasan konservasi dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan kawasan
konservasi.
18
2. Sebagai landasan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
(BBTNBTS) untuk terus berinovasi Menyejahterakan masyarakat desa
enclave dengan melalui pemberdayaan yang mengedepankan aspek sosial,
ekonomi dan ekologi demi peningkatan kualitas hidup masayarakat.
3. Sebagai acuan Balai Besar Taman Nasional dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa enclave melalui pemberdayaan dengan
mengacu pada aspek sosial, ekonomi dan ekologi.