bab i pendahuluan 1.1 latar belakang adanya otonomi daerah

58
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah yang diatur dalam Undang-Undang No.22 Tahun 2009 dan diubah menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota dituntut secara mandiri untuk mengatur dan melaksanakan kewenangan serta mengurus sendiri kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan kondisi dan potensi wilayahnya masing-masing. Untuk memantapkan pelaksanaan otonomi daerah serta meminimalkan ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat, maka salah satu upayanya adalah agar pemerintah daerah diberi kewenangan dalam bidang keuangan. Pentingnya posisi keuangan dalam penyelenggaraan pemerintahan disebabkan karena faktor keuangan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam merealisasikan pelaksanaan otonomi daerah. Kemandirian dalam bidang keuangan merupakan salah satu kriteria penting untuk mengetahui kemampuan daerah secara nyata dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Kemandirian dalam bidang keuangan ini dimaksudkan untuk pelaksanaan otonomi daerah yang bertumpu pada persoalan pendapatan daerah yang berasal dari berbagai jenis sumber. Artinya pendapatan daerah merupakan cerminan dari kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah. Sesuai dengan pasal

Upload: hoangtruc

Post on 31-Dec-2016

219 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adanya otonomi daerah yang diatur dalam Undang-Undang No.22 Tahun

2009 dan diubah menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, dimana daerah provinsi dan pemerintahan daerah

kabupaten/kota dituntut secara mandiri untuk mengatur dan melaksanakan

kewenangan serta mengurus sendiri kepentingan masyarakat setempat sesuai

dengan kondisi dan potensi wilayahnya masing-masing.

Untuk memantapkan pelaksanaan otonomi daerah serta meminimalkan

ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat, maka salah satu

upayanya adalah agar pemerintah daerah diberi kewenangan dalam bidang

keuangan. Pentingnya posisi keuangan dalam penyelenggaraan pemerintahan

disebabkan karena faktor keuangan merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan dalam merealisasikan pelaksanaan otonomi daerah. Kemandirian

dalam bidang keuangan merupakan salah satu kriteria penting untuk mengetahui

kemampuan daerah secara nyata dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri.

Kemandirian dalam bidang keuangan ini dimaksudkan untuk pelaksanaan

otonomi daerah yang bertumpu pada persoalan pendapatan daerah yang berasal

dari berbagai jenis sumber. Artinya pendapatan daerah merupakan cerminan dari

kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah. Sesuai dengan pasal

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

2

157 dalam UU No.32 Tahun 2004, disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah

terdiri dari : a) pendapatan asli daerah (PAD), yaitu hasil dari pajak daerah,

retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain

PAD yang sah; b) dana perimbangan; dan c) lain-lain pendapatan daerah yang

sah .

Salah satu sumber penerimaan yang signifikan bagi pembiayaan rutin

untuk membangun suatu daerah yang otonom adalah sumber pembiayaan yang

berasal dari PAD. PAD merupakan pendapatan pemerintah daerah yang

bersumber dari aktivitas komponen sumber daya ekonomi daerah yang berpotensi

untuk dikelola secara maksimal yang meliputi hasil dari penerimaan pajak

daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta

lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Berdasarkan komponen PAD yang

telah ditetapkan adapun komponen yang paling utama dalam memberikan

kontribusinya terhadap PAD serta perlu dikelola secara maksimal adalah hasil

dari pajak daerah dan retribusi daerah, karena semakin besar pajak dan retribusi

daerah yang diterima oleh pemerintah daerah maka akan semakin meningkat pula

PAD nya.

Pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah ketentuannya diatur dalam

Undang-Undang yang dikeluarkan pemerintah tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah yaitu UU No.28 Tahun 2009 yang menggantikan UU No.18

Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UU No.34 Tahun 2000 tentang

perubahan atas UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah. Pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang terutang

oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

3

undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan

retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh pemerintah

daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Pajak daerah dan retribusi daerah memang telah memberikan kontribusi

signifikan dalam sumber penerimaan PAD. Akan tetapi, perannya belum cukup

kuat dalam menyokong APBD secara keseluruhan. Studi yang dilakukan oleh

LPEM-UI bekerja sama dengan Clean Urban Project, RTI (2000) menunjukkan

walaupun pajak dan retribusi daerah menjadi pos dominan dalam PAD, tetapi

sumbangan PAD terhadap APBD sangatlah kecil. Penelitian ini sekaligus

membuktikan bahwa kemandirian daerah dalam membiayai pembangunan

dengan PAD nya sulit dilakukan. Dengan kata lain transfer dana dari pusat

(DAU, bagi hasil pajak, dan dana lain dalam pelaksanaan dekonsentrasi dan

pembantuan) masih jadi penerimaan dominan dalam pembiayaan daerah (Jati,

2003).

Dengan melihat pentingnya peran pajak daerah dan retribusi daerah

terhadap penerimaan pendapatan asli daerah bagi daerah-daerah di Indonesia,

khususnya Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki 11 Kabupaten dan 2 Kota

yang pada akhirnya akan mempengaruhi total pendapatan daerah masing-masing

daerah, maka peneliti tertarik untuk menganalisis seberapa besar kontribusi pajak

daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah di seluruh Kabupaten

dan Kota se Provinsi Kalimantan Selatan tersebut, dengan judul :

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

4

TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SELURUH

KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Seberapa besar kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap

penerimaan PAD seluruh Kabupatern dan Kota yang ada di Provinsi

Kalimantan Selatan ?

2. Kabupaten dan Kota manakah yang paling besar memberikan kontribusi bagi

penerimaan PAD pemerintah daerahnya masing-masing. ?

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang sesuai dengan

yang diharapkan, maka penulis hanya menitikberatkan pada masalah kinerja

keuangan tentang kontribusi dari pajak daerah dan retribusi daerah terhadap

pendapatan asli daerah Kabupaten dan Kota se Provinsi Kalimantan Selatan,

dengan data Realisasi APBD pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Pajak

Menurut Undang - Undang Nomor 28 Pasal 1 Tahun 2007 yaitu

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang sifatnya memaksa berdasarkan Undang Undang,

dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Pengertian pajak yang dikemukakan oleh beberapa para ahli

diantaranya adalah sebagai berikut Waluyo (2007:2) :

1. Feldman : Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang

kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara

umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk

menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

2. Smeets : Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui

norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya

kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang

individual,dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

3. Soeparman Soemahamidjaja : Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau

barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum,

guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam

mencapai kesejahteraan umum.

4. Rochmat Soemitro, S.H. : Pajak adalah iuran kepada kas negara

berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada

mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan

dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada unsur-

unsur yang melekat dalam pajak, diantaranya sebagai berikut :

1. Iuran wajib dari rakyat (orang pribadi maupun badan) kepada negara;

2. pembayarannya harus berdasarkan undang-undang;

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

6

3. sifatnya dapat dipaksakan;

4. tidak adanya kontraprestasi (jasa timbal balik) secara langsung kepada

pembayar pajak;

5. digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang

bermanfaat bagi masyarakat luas.

2.1.2. Fungsi Pajak

Menurut Suandy (2009:13) pajak mempunyai dua fungsi, yaitu :

1. Fungsi Finansial (Budgetair)

Fungsi budgetair/finansial yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke

kas negara, dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

negara. Dengan kata lain pajak mempunyai fungsi sebagai sumber dana bagi

pemerintah yang diperuntukkan untuk membiayai pengeluaran-

pengeluarannya.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Fungsi regulerend/mengatur yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk

mengatur masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial, maupun politik

dengan tujuan tertentu. Contohnya pajak yang dikenakan terhadap minuman

keras tarif yang ditetapkan lebih tinggi dikarenakan agar dapat mengurangi

konsumsi minuman keras. Demikian pula terhadap barang mewah,

dikarenakan agar mengurangi gaya hidup yang konsumtif.

2.1.3. Asas Pemungutan Pajak

Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana dikemukakan oleh Adam

Smith dalam bukunya yang berjudul An Inquiri into the Nature and Cause of

the Wealth of Nations pada abad ke-18 menyatakan bahwa pemungutan pajak

didasarkan pada, (Suandy, 2009 : 27) :

1. Equality

Pembebanan pajak di antara subjek pajak hendaknya seimbang dengan

kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya di

bawah perlindungan pemerintah. Dalam hal ini, suatu negara tidak

diperbolehkan mengadakan diskriminasi diantara sesama Wajib Pajak.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

7

Maksudnya, dalam keadaan yang sama Wajib Pajak harus diperlakukan

sama dan dalam keadaan berbeda Wajib Pajak harus diperlakukan berbeda.

2. Certainty

Pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak harus jelas dan tidak mengenal

kompromi. Dalam asas ini kepastian hukum yang diutamakan adalah

mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak dan ketentuan mengenai

pembayarannya.

3. Convenience of Payment

Pajak hendaknya dipungut pada saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak

untuk membayarnya, yaitu saat yang paling dekat dengan saat Wajib Pajak

menerima penghasilan/keuntungan.

4. Economic of Collections

Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat dan seefisien mungkin,

jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak

itu sendiri, karena pemungutan pajak tidak akan ada artinya kalau biaya

yang dikeluarkan lebih besar dari penerimaan pajak yang akan diperoleh.

2.1.4. Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat, dan Pemungutnya

Pajak yang dipungut dapat dikelompokkan dalam berbagai kelompok

(Mardiasmo, 2009 : 5) :

1. Menurut golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak

dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Sebagai

contoh pajak penghasilan.

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan

atau dilimpahkan kepada orang lain. Sebagai contoh pajak pertambahan

nilai.

2. Menurut sifatnya

a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh : Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah.

3. Menurut lembaga pemungutnya

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah.

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri

atas pajak Propinsi contohnya Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

8

Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Pajak Kabupaten/Kota, contohnya

Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan.

2.1.5. Syarat Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2009 : 2) untuk menghindari hambatan atau

perlawanan dalam pemungutan pajak, maka pemungutan pajak harus

memenuhi syarat-syarat dibawah ini :

1. Syarat Keadilan

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang

dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan

diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan

dengan kemampuan masing-masing. Sedangkan adil dalam

pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk

mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan

banding kepada Majelis pertimbangan Pajak.

2. Syarat Yuridis

Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang. Di Indonesia pajak

diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan

hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun masyarakat.

3. Syarat Ekonomis

Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu perekonomian dalam hal

kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan.

4. Syarat Finansiil

Pemungutan pajak harus efisien, dimana sesuai dengan fungsi budgetair

yaitu biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah

dari hasil pemungutannya.

2.1.6. Pendapatan Asli Daerah

Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah menetapkan bahwa penerimaan daerah dalam

desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan pembiayaan. Pendapatan

daerah bersumber dari 3 (tiga) kelompok, yaitu :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2. Dana Perimbangan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

9

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah

Pendapatan asli daerah merupakan salah satu komponen terpenting

dari sumber-sumber pendapatan daerah yang lain, karena semakin tinggi

penerimaan keuangan yang berasal dari pendapatan asli daerah maka akan

dinilai semakin tinggi pula kemampuan daerah tersebut dalam

menyelenggarakan otonomi daerah. Pendapatan asli daerah adalah

penerimaan yang berasal dari sumber-sumber dalam wilayah daerahnya

sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Sumber pendapatan asli daerah meliputi hasil dari pajak daerah,

retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-

lain PAD yang sah (Halim, 2008) :

1. Pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Jenis

pajak daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan undang-

undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

2. Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari

retribusi. Jenis retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai

dengan undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan

penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang

mencakup :

a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

daerah/BUMD.

b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

negara/BUMN.

c. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau

kelompok usaha masyarakat.

4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah merupakan penerimaan

daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis

pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut :

a. Hasil penjualan aset daeraha yang tidak dipisahkan.

b. Jasa giro.

c. Pendapatan bunga.

d. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

10

e. Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibatdari

penjualan, pengadaan barang, dan jasa oleh daerah.

f. Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiahterhadap mata

uang asing.

g. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.

h. Pendapatan denda pajak.

i. Pendapatan denda retribusi.

j. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan.

k. Pendapatan dari pengembalian.

l. Fasilitas social dan umum.

m. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.

n. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

2.1.7. Pajak Daerah

2.1.7.1. Pengertian Pajak Daerah

Menurut UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah yang merupakan pengganti dari UU No.18 Tahun

1997 dan UU No.34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU No.34 Tahun 2000

tentang perubahan atas UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada

Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2.1.7.2. Jenis-jenis Pajak Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah yang merupakan undang-undang

terbaru yang mengatur tentang pajak daerah dan retribusi daerah

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

11

menggantikan UU No. 18/1997 sebagaimana telah diubah dengan UU

No. 34/2000, jenis-jenis pajak daerah dibagi menjadi 2 (dua) bagian,

yaitu :

1. Berikut adalah yang termasuk dalam Pajak Provinsi :

a. Pajak Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas kepemilikan

dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas

penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat

perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang

terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau

pemasukan ke dalam badan usaha.

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas

penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor.

d. Pajak Air Permukaan, yaitu pajak atas pengambilan dan/atau

pemanfaatan air permukaan.

e. Pajak Rokok, yaitu pungutan atas cukai rokok yang dipungut

oleh Pemerintah.

2. Berikut adalah yang termasuk dalam Pajak Kabupaten/Kota:

a. Pajak Hotel, yaitu pajak atas pelayanan yang disediakan oleh

hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan /

peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut

bayaran.

b. Pajak Restoran, yaitu pajak atas pelayanan yang disediakan oleh

restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau

minuman dengan dipungut bayaran.

c. Pajak Hiburan, yaitu pajak atas penyelenggara hiburan. Hiburan

adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau

keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.

d. Pajak Reklame, yaitu pajak atas penyelenggaraan reklame.

Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk

dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial

memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk

menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang atau

badan yang dapat dinikmati oleh umum.

e. Pajak Penerangan Jalan, adalah pajak atas penggunaan tenaga

listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari

sumber lain.

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, yaitu pajak atas

kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik

dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk

dimanfaatkan.

g. Pajak Parkir, yaitu pajak ataas penyelenggaraan tempat parkir di

luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok

usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk

penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

12

h. Pajak Air Tanah, yaitu pajak atas pengambilan dan/atau

pemanfaatan air tanah.

i. Pajak Sarang Burung Walet, yaitu pajak atas kegiatan

pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet.

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, yaitu pajak

atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau

dimanfaatkan oleh pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang

digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan

pertambangan.

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, yaitu pajak atas

perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.

2.1.7.3. Tarif Pajak Daerah

Penetapan tarif pajak daerah telah diatur dalam UU No. 28

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, berikut adalah

tarif pajak yang termasuk dalam Pajak Provinsi dan Pajak

Kabupaten/Kota :

1. Pajak Kendaraan Bermotor

Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi, untuk kepemilikan

kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1% dan paling

tinggi sebesar 2%; untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua

dan seterusnya tarif ditetapkan secara progresif paling rendah 2%

dan paling tinggi sebesar 10%.Tarif Pajak Kendaraan Bermotor

angkutan umum dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan

Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% dan paling

tinggi sebesar 1%. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat

dan alat-alat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% dan paling

tinggi sebesar 0,2%.

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi

masing-masing untuk penyerahan pertama sebesar 20% sedangkan

penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1%. Khusus untuk

kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak

menggunakan jalan umum, tarif pajak ditetapkan paling tinggi

masing-masing untuk penyerahan pertama sebesar 0,75% sedangkan

penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075%.

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling

tinggi sebesar 10%, khusus untuk bahan bakar kendaraan umum

dapat ditetapkan paling sedikit 50% lebih rendah dari tarif Pajak

Bahan Bakar Kendaraan Bermotor pribadi.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

13

4. Pajak Air Permukaan

Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%

5. Pajak Rokok

Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% dari cukai rokok

6. Pajak Hotel

Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10%

7. Pajak Restoran

Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10%

8. Pajak Hiburan

Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35%, khusus

untuk hiburan berupa pagelaran busana dan sebagainya tarif pajak

ditetapkan paling tinggi sebesar 75%, sedangkan untuk hiburan

kesenian rakyat/tradisional, tarif pajak ditetapkan paling tinggi

sebesar 10%.

9. Pajak Reklame

Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25%

10. Pajak Penerangan Jalan

Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar

10%.Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri,

pertambangan minyak bumi dan gas alam, Tarif Pajak Penerangan

Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 3%, untuk penggunaan tenaga

listrik yang dihasilkan sendiri, Tarif Pajak Penerangan Jalan

ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5%.

11. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling

tinggi sebesar 25%

12. Pajak Parkir

Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30%

13. Pajak Air Tanah

Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20%

14. Pajak Sarang Burung Walet

Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi sebesar

10%

15. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3%

16. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan

paling tinggi sebesar 5%.

2.1.8. Retribusi Daerah

2.1.8.1. Pengertian Retribusi Daerah

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia saat

ini penarikan retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

14

Jadi, retribusi yang dipungut di Indonesia dewasa ini adalah retribusi

daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

pajak daerah dan retribusi daerah, retribusi daerah adalah pungutan

Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang

khusus disediakan dan diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau Badan.

Retribusi Daerah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-

undang dan peraturan daerah yang berkenaan.

2. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah.

3. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontra prestasi (balas

jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang

dilakukannya.

4. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh

pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.

5. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara

ekonomis, yaitu yang tidak membayar retribusi, tidak akan

memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

2.1.8.2 Jenis-Jenis Retribusi Daerah

Berlakunya undang-undang pajak daerah dan retribusi daerah

yang baru disatu sisi memberikan keuntungan daerah dengan adanya

sumber-sumber pendapatan baru, namun disisi lain ada beberapa

sumber pendapatan asli daerah yang harus dihapus karena tidak boleh

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

15

lagi dipungut oleh daerah, terutama berasal dari retribusi daerah.

Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 secara keseluruhan terdapat 30

jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah yang dikelompokkan ke

dalam 3 golongan retribusi, yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa

usaha, dan retribusi perizinan tertentu.

a) Retribusi Jasa Umum, yaitu pelayanan yang disediakan atau

diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan

kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau

badan. Jenis retribusi jasa umum adalah :

1) Retribusi layanan kesehatan;

2) Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan;

3) Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan akta catatan sipil;

4) Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat;

5) Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum;

6) Retribusi pelayanan pasar;

7) Retribusi pengujian kendaraan bermotor;

8) Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran;

9) Retribusi penggantian biaya cetak peta;

10) Retribusi penyediaan/penyedotan kakus;

11) Retribusi pengolahan limbah cair;

12) Retribusi pelayanan tera/tera ulang;

13) Retribusi pelayanan pendidikan;

14) Retribusi pengendalian menara telekomunikasi.

b) Retribusi Jasa Usaha adalah pungutan daerah sebagai pembayaran

atas jasa usaha yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Jenis retribusi jasa usaha yakni:

1) Retribusi pemakaian kekayaan daerah;

2) Retribusi pasar grosir/pertokoan;

3) Retribusi tempat pelelangan;

4) Retribusi terminal;

5) Retribusi tempat khusus parkir;

6) Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa;

7) Retribusi rumah potong hewan;

8) Retribusi pelayanan kepelabuhanan;

9) Retribusi tempat rekreasi dan olahraga;

10) Retribusi penyeberangan di air;

11) Retribusi penjualan produksi usaha daerah.

c) Retribusi Perizinan Tertentu adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas pemberian izin tertentu yang khusus diberikan oleh

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

16

pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Jenis retribusi perizinan tertentu yakni :

1) Retribusi izin mendirikan bangunan;

2) Retribusi tempat penjualan minuman beralkohol;

3) Retribusi izin gangguan;

4) Retribusi izin trayek;

5) Retribusi izin usaha perikanan.

2.1.8.3. Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi Daerah

Prinsip dan sasaran penetapan tarif jenis retribusi sebagai berikut

(Mardiasmo, 2009:17) :

1) Retribusi jasa umum berdasarkan kebijakan daerah dengan

memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan,

kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan;

2) Retribusi jasa usaha berdasarkan pada tujuan untuk memperoleh

keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas

diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara

efisien dan berorientasi pada harga pasar;

3) Retribusi perizinan tertentu, berdasarkan pada tujuan untuk menutup

sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang

bersangkutan.

2.1.9. Peranan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam PAD

Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu bentuk peran

serta masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Pajak daerah dan

retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

Permasalahan yang dihadapi oleh Daerah pada umumnya dalam kaitan

penggalian sumber-sumber pajak daerah dan retribusi daerah, yang

merupakan salah satu komponen dari PAD, adalah belum memberikan

kontribusi yang signifikan terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan

(Sidik, 2002).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

17

Dengan adanya kebijakan mengenai pemungutan pajak daerah dan

retribusi daerah yang terus dikembangkan dan disempurnakan oleh

pemerintah dewasa ini, sangat diharapkan bahwa kontribusi pajak daerah dan

retribusi daerah dimasa yang akan datang memiliki kontribusi yang signifikan

terhadap penerimaan daerah, khususnya pendapatan asli daerah demi

kelancaran pembiayaan untuk penyelenggaraan dan pembangunan daerah

yang otonom.

2.1.10. Pemerintahan Daerah

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah

provinsi. Daerah provinsi terbagi lagi menjadi daerah kabupaten dan daerah

kota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai

pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.

Menurut pasal 1 ayat (2) UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintah oleh

Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan

memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintahan

daerah lainnya. Hubungan tersebut meliputi hubungan wewenang, keuangan,

pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya

yang menimbulkan hubungan administrasi dan kewilayahan antarsusunan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

18

pemerintahan. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber

daya alam, dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras.

2.1.10.1. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Kabupaten adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia

setelah provinsi. Pemerintahan kabupaten terdiri atas pemerintah kabupaten

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten. Struktur

pemerintahan di daerah kabupaten terdiri dari kecamatan, kelurahan dan desa.

Kecamatan dan kelurahan merupakan bagian dari pemerintah daerah

kabupaten yang menyatu dalam hal pembuatan kebijakan dan anggaran

dengan pemerintah daerah, sementara Desa merupakan daerah otonom

tersendiri di wilayah daerah kabupaten, sehingga memiliki anggaran sendiri.

Kota juga merupakan pembagian wilayah administratif di Indonesia

setelah provinsi, yang dipimpin oleh seorang walikota. Pemerintahan kota

terdiri atas pemerintah kota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

kota. Dahulu di Indonesia istilah kota dikenal dengan daerah tingkat II

kotamadya. Sejak diberlakukannya Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah (yang kemudian digantikan oleh Undang

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah), istilah daerah

tingkat II kotamadya pun diganti dengan kota saja. Untuk daerah kota,

struktur pemerintahan yang dibentuk adalah terdiri dari kecamatan dan

kelurahan.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

19

2.1.10.2. Perbedaan Karakteristik Kabupaten dan Kota

Kabupaten dan kota merupakan daerah yang memiliki kewenangan

serta tingkat yang sama dalam urusan pemerintahan daerah. Akan tetapi

daerah kabupaten dan daerah kota merupakan daerah otonom yang tersendiri

di wilayah daerah provinsi. Memiliki kewenangan serta tingkat yang sama

bukan berarti tidak ada perbedaan diantara kedua daerah tersebut.

Berikut ini beberapa perbedaan karakteristik antara daerah kabupaten

dan daerah kota yang dapat dilihat sebagai pembeda dari keduanya,

diantaranya dari aspek luas wilayah, kependudukan, mata pencaharian

penduduk, struktur pemerintahan, sosial budaya, dan perekonomian.

Tabel 2.1

Perbedaan Karakteristik antara Kabupaten dan Kota

Dilihat dari aspek Kabupaten Kota

Luas Wilayah relatif lebih luas lebih sempit

Kependudukan kepadatan penduduk lebih

rendah

kepadatan penduduk

lebih tinggi

Mata Pencaharian

Penduduk

didominasi oleh sektor

pertanian

didominasi oleh sektor

industri, perdagangan

dan jasa

Struktur

Pemerintahan

dibentuk kecamatan,

kelurahan, dan desa, akan

tetapi desa merupakan

daerah otonom tersendiri

di wilayah daerah

kabupaten

dibentuk kecamatan dan

kelurahan

Sosial Budaya memiliki tingkat

pendidikan dan kesehatan,

serta pelayanan publik

yang cukup baik

tingkat pendidikan dan

kesehatan, serta

pelayanan publiknya

lebih tinggi dari kab

Perekonomian rata-rata Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB)

lebih rendah sehingga

berimplikasi pada proporsi

sumber pendapatan asli

daerah (PAD)

aktivitas ekonomi dan

pendapatan (income)

lebih besar

Sumber : http://eddyyusran.blogspot.com/2012/05/beberapa-perbedaan-

karakteristik-antara.html, diakses 16 April 2013

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

20

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian

ini, diantaranya sebagai berikut :

No. Nama

Peneliti

Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. A.Waluya

Jati (2003)

Peranan Pajak dan

Retribusi Daerah

Terhadap Pendapatan

Asli Daerah (PAD) di

Jawa Timur (Studi Pada

Setiap Daerahdi

Tingkat II di Jawa

Timur).

Peranan pajak dan retribusi

daerah terhadap PAD di

kabupaten/kota di Jawa Timur

tahun 1998-2002 cukup

dominan dengan rata-rata

prosentase diatas 60% serta

peranan dan kontribusi tersebut

tidak berbeda secara signifikan

antara kelima wilayah di Jawa

Timur.

2. Mohd.

Rangga Diza

(2009)

Kontribusi Pajak

Daerah dan Retribusi

Daerah Terhadap

Pendapatan Asli Daerah

di Provinsi Sumatera

Utara

Hasil analisis menujukkan

bahwa pajak daerah dan

retribusi daerah memiliki

kontribusi signifikan positif

terhadap PAD kabupaten/kota

di Propinsi Sumatera Utara.

3. Reza

Adinardo

(2012)

Peranan Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah

Dalam Rangka

Pembiayaan

Pembangunan Daerah

Di Lampung Utara.

Masih terdapat hambatan dalam

pelaksanaan perolehan Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah

antara lain: Kurangnya

kesadaran wajib Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah dalam

melakukan pembayaran Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah,

Kemampuan dan keterampilan

pegawai yang belum merata.

Akan tetapi, jelas bahwa Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah

mempunyai peranan dalam

pelaksanaan Pembangunan

Daerah, karena hasil

penerimaan dari Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah di

Kabupaten Lampung Utara

Provinsi Lampung seluruhnya

dipergunakan untuk membiayai

penyelenggaraan daerah dan

menunjang pelaksanaan

Pembangunan Daerah. Namun

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

21

demikian kontribusi pajak dan

retribusi daerah terhadap APBD

masih sangat kecil yaitu masih

di bawah 10 % dari realisasi

APBD Kabupaten Lampung

Utara.

2.3 Kerangka Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tinjauan pustaka yang

diuraikan,maka digambarkan alur kerangka penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagan 2.1

Kerangka Pemikiran

Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) Pemerintah Kabupaten/Kota

PAD Kabupaten

Pendapatan Asli Daerah

(PAD)

Analisis

PAD Kota

Pajak

Daerah

Kontribusi

terhadap PAD

(H1)

Kesimpulan

Kontribusi

terhadap PAD

(H2)

Retribusi

Daerah

Pajak

Daerah

Retribusi

Daerah

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

22

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang di ajukan, tujuan dari penelitian ini

yaitu :

1. Untuk menganalisis kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap

penerimaan PAD seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Selatan

2. Untuk menganalisis Kabupaten dan Kota manakah yang paling besar

memberikan kontribusi bagi penerimaan PAD di pemerintah daerahnya

masing-masing

3.2. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini Peneliti berharap dapat memberikan manfaat,

yaitu :

1). Bagi Lembaga Akademik

Dapat meningkatkan minat bagi peneliti-peneliti selanjutnya sehingga dapat

mengembangkan penelitian di masa mendatang.

2). Bagi Pemerintah Daerah

Dapat dilihat Kabupaten dan Kota mana yang ada Di Provinsi Kalimantan

Selatan yang memberikan kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah yang

terbesar terhadap sumber penerimaan PAD. Selain itu juga, dapat menjadi

masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam rangka untuk

meningkatkan kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap

Pendapatan Asli Daerah.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

23

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Ruang Lingkup Penelitian

4.1.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat

kuantitatif. Dalam penelitian ini akan memberikan gambaran suatu data

mengenai kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap

PAD seluruh Kabupaten dan Kota di Provinsi Kalimantan Selatan.

4.1.2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini yaitu kontribusi dari pajak daerah terhadap

pendapatan asli daerah serta kontribusi dari retribusi daerah terhadap pendapatan

asli daerah.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah

seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten/Kota

yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan berjumlah 13 kabupaten/kota, yang

terbagi atas 11 kabupaten dan 2 kota, yaitu Kabupaten Balangan, Kabupaten

Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten

Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Kotabaru,

Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut,

Kabupaten Tapin, Kota Banjarbaru dan Kota Banjarmasin.

Kabupaten dan Kota di Provinsi Kalimantan Selatan yang wilayahnya

dominan pada daerah dataran tinggi dan dataran rendah memiliki potensi daerah

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

24

dan sumber daya alam yang cukup besar sebagai sumber pendapatan asli daerah.

Secara keseluruhan potensi daerah yang dimiliki masing-masing daerah

kabupaten dan kota relatif homogen yang dimana sumber potensi daerah tersebut

terdapat diberbagai sektor antara lain sektor pertanian, perikanan dan kelautan,

perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan, dan jasa.

4.3. Jenis dan Sumber Data

4.3.1. Jenis Data

a. Data kuantitatif, meliputi data dalam bentuk angka. Data kuantitatif yang

diperlukan dalam penelitian ini yaitu data laporan realisasi APBD kabupaten

dan kota di provinsi Kalimantan Selatan selama 3 tahun (2008-2010).

b. Data kualitatif, meliputi data bukan dalam bentuk angka melainkan data yang

berkaitan dengan gambaran umum dari objek penelitian serta peraturan

perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian.

4.3.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder

mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh seseorang yang dapat diakses

melalui internet, penelusuran dokumen, ataupun publikasi informasi (Sekaran,

2006:65). Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa dokumen realisasi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, publikasi dari Pemerintah Daerah,

literatur serta peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pajak daerah

dan retribusi daerah.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

25

4.4. Definisi Operasional Variabel

1. Kontribusi pajak daerah terhadap PAD

Pajak daerah merupakan penerimaan pemerintah daerah dari masyarakat

(orang pribadi atau badan) yang pemungutannya bersifat memaksa tanpa

adanya kontraprestasi secara langsung. Kontribusi pajak daerah merupakan

sumbangan realisasi dari penerimaan pajak daerah terhadap besarnya

pendapatan asli daerah yang diterima. Kontribusi pajak daerah diukur

dengan cara membandingkan realisasi dari penerimaan pajak daerah

terhadap realisasi pendapatan asli daerah.

2. Kontribusi retribusi daerah terhadap PAD

Retribusi daerah merupakan penerimaan pemerintah daerah dari masyarakat

dengan adanya kontraprestasi secara langsung kepada si pembayar.

Kontribusi retribusi daerah merupakan sumbangan realisasi dari

penerimaan retribusi daerah terhadap besarnya pendapatan asli daerah yang

diterima. Kontribusi retribusi daerah diukur dengan cara membandingkan

realisasi dari penerimaan retribusi daerah terhadap realisasi pendapatan asli

daerah.

3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan pemerintah daerah

yang bersumber dari aktivitas komponen sumber daya ekonomi daerah

yang berpotensi untuk dikelola secara maksimal yang meliputi hasil

penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

(Jati, 2003).

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

26

4.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data untuk data sekunder dilakukan dengan teknik

dokumentasi, yaitu pengumpulan informasi yang diperoleh dari berbagai media

seperti literatur, laporan, peraturan, artikel, dan lain-lain. Untuk data laporan

realisasi APBD kabupaten dan kota diperoleh melalui hasil pengelolaan pihak

kedua.

4.6. Teknik Analisis Data

Setelah data sekunder diperoleh, data tersebut akan diolah membuat

klasifikasi dan perhitungan data persentase kontribusi pajak daerah dan

retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah selama 3 tahun (2008 – 2010).

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

27

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Selatan

Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukotanya Banjarmasin terletak di

sebelah selatan pulau Kalimantan memiliki kawasan dataran rendah di bagian

barat dan pantai timur, serta dataran tinggi yang dibentuk oleh Pegunungan

Meratus di tengah. Provinsi Kalimantan Selatan secara geografis terletak di

antara 114°19" 33" BT - 116°33' 28 BT dan 1°21' 49" LS - 1°10" 14" LS

memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut :

Sebelah Utara : Provinsi Kalimantan Timur

Sebelah Timur : Selat Makasar

Sebelah Selatan : Laut Jawa

Sebelah Barat : Provinsi Kalimantan Tengah

Berdasarkan letak tersebut, luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan secara

keseluruhan sebesar 37.377,53 km² atau hanya 6,98% dari luas Pulau

Kalimantan.

Secara administratif wilayah Kalimantan Selatan meliputi 11 kabupaten

dan 2 kota, yaitu Kabupaten Balangan, Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito

Kuala, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah,

Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tabalong,

Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tapin, Kota

Banjarbaru dan Kota Banjarmasin. Persentase luas tertinggi adalah Kabupaten

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

28

Kotabaru (25,11%), Kabupaten Tanah Bumbu (13,50%) dan terendah adalah

Kota Banjarmasin (0,19%) dan Kota Banjarbaru (0,98%).

5.2. Hasil Penelitian

5.2.1 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota

Sebelum membahas hasil perhitungan data persentase kontribusi pajak daerah

dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah seluruh kabupaten dan kota,

berikut adalah data realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2008 -

2010.

Tabel 5.1

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tapin

Tahun 2008 - 2010

Uraian 2008 2009 2010

Pendapatan Asli Daerah 15.830.862.990 18.823.719.509 20.737.650.856

Pajak Daerah 1.932.403.285 2.259.062.534 2.766.463.020

Retribusi Daerah 5.414.682.380 5.578.788.582 7.429.303.999

Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan

1.123.940.050 1.354.755.725 1.799.724.723,93

Lain-lain PAD yang Sah 7.359.837.275 9.641.112.688 8.742.159.113

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Tapin

selama 3 (tiga) tahun terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2009 terjadi

kenaikan sebesar Rp. 2.992.856.519 atau sebesar 19% dibandingkan pada tahun

2008. Sedangkan tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp. 1.913.931.347 atau

sebesar 10% dibandingkan dengan tahun 2009.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

29

Tabel 5.2

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Tahun 2008 - 2010

Uraian 2008 2009 2010

Pendapatan Asli

Daerah 22.331.666.402,39 28.152.513.660,00 27.931.097.811,00

Pajak Daerah 2.453.761.818,00 2.678.584.679,00 2.954.243.573,00

Retribusi Daerah 6.771.525.260,00 6.606.746.517,00 13.797.225.638,00

Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan

2.194.650.586,00 2.711,832.924,00 3.723.345.493,00

Lain-lain PAD yang

Sah 10.911.728.738,39 16.155.349.540,00 7.456.283.107,00

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Dari tabel di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Hulu Sungai

Selatan selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi, dimana pada tahun 2009 meningkat

sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan. PAD tahun 2009 mengalami

kenaikan sebesar Rp. 5.820.847.257,61 atau sebesar 26% dibandingkan pada tahun

2008. Sedangkan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp. 221.415.849,- atau

turun sebesar 1% dibandingkan dengan tahun 2009.

Tabel 5.3

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Tahun 2008 - 2010

Uraian 2008 2009 2010

Pendapatan Asli

Daerah 23.157.388.710 29.233.575.246,48 31.047.807.718,28

Pajak Daerah 2.520.717.777 2.656.529.047 2.749.165.393

Retribusi Daerah 4.836.163.559 8.804.165.926 7.734.760.112

Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan

3.485.284.053 3.443.777.035 3.906.545.333,28

Lain-lain PAD yang

Sah 12.315223321 14329.103.238 16.657.336.880

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Dari tabel di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Hulu Sungai

Tengah selama 3 (tiga) tahun terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2009

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

30

mengalami kenaikan sebesar Rp. 6.076.186.536,48 atau sebesar 26% dibandingkan

pada tahun 2008, sedangkan tahun 2010 sebesar Rp. 1.814.232.471,80 atau naik

sebesar 6 % dibandingkan dengan tahun 2009.

Tabel 5.4

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Hulu Sungai Utara

Tahun 2008 - 2010

Uraian 2008 2009 2010

Pendapatan Asli

Daerah 22.741.200.771 25.495.508.761 25.130986.503

Pajak Daerah 2.112.508.617 2.851.535.106 2.578.097.190

Retribusi Daerah 8.768.651.292 10.820.852.263 10.558.255.814

Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan

2.102.290.929 2.880.909.148 4.287.313.051

Lain-lain PAD yang

Sah 9.757.749.933 8.942.212.244 7.707.320.448

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Tabel di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Hulu Sungai Utara

selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi, dimana pada tahun 2009 meningkat sedangkan

pada tahun 2010 mengalami penurunan. PAD tahun 2009 mengalami kenaikan

sebesar Rp. 2.754.307.990,- atau sebesar 12% dibandingkan pada tahun 2008.

Sedangkan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp. 364.522.258,- atau turun

sebesar 1% dibandingkan dengan tahun 2009.

Tabel 5.5

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabalong

Tahun 2008 - 2010

Uraian 2008 2009 2010

Pendapatan Asli

Daerah 27.812.376.986 24.879.970.534 31.131.903.436,67

Pajak Daerah 13.438.904.689 5.954.002.244 4.879.238.721

Retribusi Daerah 5.191.716.248 7.083.544.439 12.153.667.223

Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan

2.292.137.038 3.096.080.729 4.076.472.214,63

Lain-lain PAD yang

Sah 6.889.619.010 8.746.343.062 10.022.525.278,04

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

31

Tabel di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Tabalong selama 3

(tiga) tahun berfluktuasi, dimana pada tahun 2009 menurun sedangkan pada tahun

2010 mengalami peningkatan. PAD tahun 2009 mengalami penurunan sebesar

Rp. 2.932.406.452,- atau sebesar 11% dibandingkan pada tahun 2008. Sedangkan

tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp. 6.251.932.902,67,- atau naik sebesar

25% dibandingkan dengan tahun 2009.

Tabel 5.6

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Balangan

Tahun 2008 - 2010

Uraian 2008 2009 2010

Pendapatan Asli

Daerah 12.837.961.912 17.379.556.775,30 21.904.999.213

Pajak Daerah 1.054.949.255 1.999.043.778 1.104.566.224

Retribusi Daerah 768.562.425 1.678.672.822 2.356.047.381

Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan

624.663.566 793.235.161 2.371.065.908

Lain-lain PAD yang

Sah 10.389.786.676 12.908.605.014 16.071.319.702

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Dari Tabel 5.6. di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Balangan

selama 3 (tiga) tahun terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2009 mengalami

kenaikan sebesar Rp. 4.541.594.863,30 atau sebesar 35% dibandingkan pada tahun

2008, sedangkan tahun 2010 naik sebesar Rp. 4.525.442.437,70 atau sebesar 26 %

dibandingkan dengan tahun 2009.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

32

Tabel 5.7

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Banjarmasin

Tahun 2008 - 2010

Uraian 2008 2009 2010

Pendapatan Asli

Daerah 64.995.580.605 67.765.852.500 80.510.646.971

Pajak Daerah 37.150.861.882 39.254.332.892 42.962.620.588

Retribusi Daerah 12.315.715.332 12.855.435.512 18.207.136.373

Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan

2.848.519.646 6.158.596.240 9.248.344.791

Lain-lain PAD yang

Sah 12.680.483.745 9.497.487.856 10.092.545.219

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Berdasarkan Tabel 5.7. di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kota

Banjarmasin selama 3 (tiga) tahun terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun

2009 mengalami kenaikan sebesar Rp.2.770.271.895,- atau sebesar 4% dibandingkan

pada tahun 2008, sedangkan tahun 2010 naik sebesar Rp. 12.744.794.471,- atau

sebesar 19 % dibandingkan dengan tahun 2009.

Tabel 5.8

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Banjarbaru

Tahun 2008 - 2010

Uraian 2008 2009 2010

Pendapatan Asli

Daerah 23.928.790.036 24.779.987.040 28.461.028.114

Pajak Daerah 8.142.642.284 8.065.440.347 8.464.044.434

Retribusi Daerah 9.298.910.944 10.952.648.350 14.316.509.320

Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan

848.028.100 996.762.345 1.754.860.845

Lain-lain PAD yang

Sah 5.639.208.708 4.765.135.998 3.925.813.514,77

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Berdasarkan Tabel 5.8. di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kota

Banjarbaru selama 3 (tiga) tahun terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2009

mengalami kenaikan sebesar Rp. 851.197.004,00,- atau sebesar 4% dibandingkan

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

33

pada tahun 2008, sedangkan tahun 2010 naik sebesar Rp. 3.681.041.074,00,- atau

sebesar 15 % dibandingkan dengan tahun 2009.

Tabel 5.9

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Banjar

Tahun 2008 - 2010

Uraian 2008 2009 2010

Pendapatan Asli

Daerah 34.559.897.305 37.364.158.584 49.301.392.325

Pajak Daerah 4.825.078.793 6.640.453.760 8.036.345.640

Retribusi Daerah 13.697.433.656 14.149.653.506 17.191.539.243

Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan

7.905.394.062 9.120.171.810 21.390.177.335

Lain-lain PAD yang

Sah 8.131.990.794 7.453.879.508 2.683.330.109

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Tabel 5.9. di atas menunjukkan bahwa realisasi PAD Kabupaten Banjar

selama 3 (tiga) tahun terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2009 mengalami

kenaikan sebesar Rp. 2.804.261.279,00,- atau sebesar 8% dibandingkan pada tahun

2008, sedangkan tahun 2010 naik sebesar Rp. 11.937.233.741,0,- atau naik sebesar

32 % dibandingkan dengan tahun 2009.

Tabel 5.10

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tanah Laut

Tahun 2008 - 2010

Uraian 2008 2009 2010

Pendapatan Asli

Daerah 43.389.899.652,00 36.411.064.419,00 48.205.761.958,77

Pajak Daerah 3.993.293.577,00 4.358.201.888,00 3.646.828.431,00

Retribusi Daerah 22.235.989.219,00 17.382.224.744,00 20.061.798.728,00

Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan

3.499.628.581,00 1.685.668.268,00 3.378.054.739,75

Lain-lain PAD yang

Sah 13.660.988.275,00 12.984.969.519,00 21.119.080.060,00

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

34

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Tanah

selama 3 (tiga) berfluktuasi, dimana pada tahun 2009 menurun sedangkan pada tahun

2010 mengalami peningkatan. PAD tahun 2009 mengalami penurunan sebesar

Rp. 6.978.835.233,- atau sebesar 16% dibandingkan pada tahun 2008. Sedangkan

tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp. 11.794.697.539,77,- atau naik sebesar

32% dibandingkan dengan tahun 2009.

Tabel 5.11

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tanah Bumbu

Tahun 2008 - 2010

Uraian 2008 2009 2010

Pendapatan Asli

Daerah 18.459.175.810 17.946.308.638 18.093.581.124

Pajak Daerah 2.663.329.395 4.090.380.967 4.674.700.485

Retribusi Daerah 8.406.868.373 7.326.067.496 9.647.718.997

Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan

386.155.653 573.348.224 651.279.595

Lain-lain PAD yang

Sah 7.002.822.389 5.956.511.951 3.119.882.047

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Berdasarkan Tabel 5.11 di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten

Tanah Bumbu selama 3 (tiga) berfluktuasi, dimana pada tahun 2009 menurun

sedangkan pada tahun 2010 mengalami peningkatan. PAD tahun 2009 mengalami

penurunan sebesar Rp. 512.867.172,- atau sebesar 3% dibandingkan pada tahun

2008. Sedangkan tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp. 147.272.486,- atau

naik sebesar 1% dibandingkan dengan tahun 2009.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

35

Tabel 5.12

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kotabaru

Tahun 2008 - 2010

Uraian 2008 2009 2010

Pendapatan Asli

Daerah 31.660.442.544 41.449.384.152 43.704.220.151

Pajak Daerah 10.737.537.961 14.965.116.201 14.525.597.303

Retribusi Daerah 8.924.163.596 10.543.805.360 11.691.074.760

Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan

2.763.663.005 2.548.616.185 3.342.345.916

Lain-lain PAD yang

Sah 9.235.077.982 13.391.846.406 14.145.202.172

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Tabel 5.12 di atas menunjukkan bahwa realisasi PAD Kabupaten Kotabaru

selama 3 (tiga) tahun terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2009 mengalami

kenaikan sebesar Rp. 9.788.941.608,- atau sebesar 31% dibandingkan pada tahun

2008, sedangkan tahun 2010 naik sebesar Rp. 2.254.835.999,- atau naik sebesar 5 %

dibandingkan dengan tahun 2009.

Tabel 5.13

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Barito Kuala

Tahun 2008 - 2010

Uraian 2008 2009 2010

Pendapatan Asli

Daerah 10.534.098.439 10.099.494.744 15.176.138.439

Pajak Daerah 2.904.371.629 2.353.503.856 3.293.224.683

Retribusi Daerah 2.866.297.428 3.005.894.755 5.838.999.074

Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan

561.946.761 829.109.135 1.292.659.425

Lain-lain PAD yang

Sah 4.181.482.621 3.910.986.998 4.751.255.257

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

36

Berdasarkan Tabel 5.13 di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten

Barito Kuala selama 3 (tiga) berfluktuasi, dimana pada tahun 2009 menurun

sedangkan pada tahun 2010 mengalami peningkatan. PAD tahun 2009 mengalami

penurunan sebesar Rp. 434.603.695,- atau sebesar 4% dibandingkan pada tahun

2008. Sedangkan tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp. 5.076.643.695,- atau

naik sebesar 50% dibandingkan dengan tahun 2009.

5.2.2 Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan

Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota

Untuk melihat hasil perhitungan data persentase kontribusi pajak daerah dan

retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah seluruh kabupaten dan kota di

Provinsi Kalimantan Selatan, dilakukan statistik deskriptif. Hasil tersebut dapat

dilihat pada tabel 5.14 sampai dengan tabel 5.27 dibawah ini.

Tabel 5.14

Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD

Kabupaten Tapin

Tahun 2008 - 2010

Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi

Daerah

Kontribusi

Pajak Daerah

(%)

Kontribusi

Retribusi

Daerah (%)

2008 15.830.862.990 1.932.403.285 5.414.682.380 12 % 34 %

2009 18.823.719.509 2.259.062.534 2.766.463.020 12 % 15 %

2010 20.737.650.856 5.578.788.582 7.429.303.999 27 % 36 %

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah

KabupatenTapin selama 3 (tiga) tahun mengalami kenaikan, sedangkan kontribusi

retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah berfluktuasi. Kontribusi pajak

daerah dan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada

tahun 2008 adalah masing-masing sebesar 12% dan 34%. Tahun 2009 kontribusi

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

37

pajak daerah sama dengan tahun sebelumnya (2008) yaitu sebesar 12%, dan

kontribusi retribusi daerah menurun menjadi sebesar 15%, sedangkan tahun 2010,

kontribusi pajak daerah dan retribusi meningkat masing-masing untuk pajak daerah

menjadi 27% dan retribusi daerah menjadi 36%.

Tabel 5.15

Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD

Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Tahun 2008 - 2010

Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi

Daerah

Kontribusi

Pajak Daerah

(%)

Kontribusi

Retribusi

Daerah (%)

2008 22.331.666.402 2.453.761.818 6.771.525.260 11 % 30 %

2009 28.152.513.660 2.678.584.679 6.606.746.517 10 % 23 %

2010 27.931.097.811 2.954.243.573 13.797.225.638 11 % 49 %

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah dan

retribusi daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi.

Kontribusi pajak daerah dan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli

daerahnya pada tahun 2008 adalah masing-masing sebesar 11% dan 30%. Tahun

2009 kontribusi pajak daerah menurun menjadi sebesar 10% dibandingkan tahun

2008 dan kontribusi retribusi daerah menurun menjadi sebesar 23%. Sedangkan

tahun 2010, kontribusi pajak daerah dan retribusi sama-sama meningkat masing-

masing untuk pajak daerah menjadi 11% dan retribusi daerah menjadi 49%.

Tabel 5.16

Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD

Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Tahun 2008 - 2010

Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi

Daerah

Kontribusi

Pajak Daerah

(%)

Kontribusi

Retribusi

Daerah (%)

2008 23.157.388.710 2.520.717.777 4.836.163.559 11 % 21 %

2009 29.233.575.247 2.656.529.047 8.804.165.926 9 % 30 %

2010 31.047.807.718 2.749.165.393 7.734.760.112 9 % 25 %

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

38

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah dan

retribusi daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi.

Kontribusi pajak daerah dan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli

daerahnya pada tahun 2008 adalah masing-masing sebesar 11% dan 21%. Tahun

2009 kontribusi pajak daerah hanya sebesar 9% yang mengalami penurunan

dibandingkan tahun 2008 yaitu sebesar 11%., sedangkan kontribusi retribusi daerah

sebesar 30% meningkat dibandingkan tahun 2008, sedangkan tahun 2010, kontribusi

pajak daerah sama dengan tahun sebelumnya (2009) yaitu sebesar 9%, dan retribusi

menurun menjadi 25%.

Tabel 5.17

Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD

Kabupaten Hulu Sungai Utara

Tahun 2008 - 2010

Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi

Daerah

Kontribusi

Pajak Daerah

(%)

Kontribusi

Retribusi

Daerah (%)

2008 22.741.200.771 2.112.508.617 8.768.651.292 9 % 39 %

2009 25.495.508.761 2.851.535.106 10.820.852.263 11 % 42 %

2010 25.130.986.503 2.578.097.190 10.558.255.814 10 % 42 %

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah dan

retribusi daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi.

Kontribusi pajak daerah dan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli

daerahnya pada tahun 2008 adalah masing-masing sebesar 9% dan 39%. Tahun 2009

kontribusi pajak daerah sebesar 11% yang mengalami peningkatan dibandingkan

tahun 2008, demikian dengan kontribusi retribusi daerah sebesar 42% meningkat

dibandingkan tahun 2008. Untuk tahun 2010, kontribusi pajak daerah sebesar 10%

menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2009) sedangkan retribusi daerah

sama dengan tahun 2009 yaitu sebesar 42%.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

39

Tabel 5.18

Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD

Kabupaten Tabalong

Tahun 2008 - 2010

Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi

Daerah

Kontribusi

Pajak Daerah

(%)

Kontribusi

Retribusi

Daerah (%)

2008 27.812.376.986 13.438.904.689 5.191.716.248 48 % 19 %

2009 24.879.970.534 5.954.002.244 7.083.544.439 24 % 28 %

2010 31.131.903.437 4.879.238.721 12.153.667.223 16 % 39 %

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah

Kabupaten Tabalong selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi, sedangkan kontribusi

retribusi daerah mengalami kenaikan terus menerus. Kontribusi pajak daerah dan

kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada tahun 2008

adalah masing-masing sebesar 48% dan 19%. Tahun 2009 kontribusi pajak daerah

hanya 24% yang mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008, sedangkan

kontribusi retribusi daerah meningkat menjadi sebesar 28%. Untuk tahun 2010,

kontribusi pajak daerah sebesar 16% menurun dibandingkan dengan tahun

sebelumnya (2009 dan 2008) sedangkan retribusi daerah meningkat menjadi 39%.

Tabel 5.19

Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD

Kabupaten Balangan

Tahun 2008 - 2010

Tahun PAD Pajak

Daerah

Retribusi

Daerah

Kontribusi

Pajak Daerah

(%)

Kontribusi

Retribusi

Daerah

(%)

2008 12.837.961.912 1.054.949.255 768.562.425 8 % 6 %

2009 17.379.556.775 1.999.043.778 1.678.672.822 12 % 10 %

2010 21.904.999.213 1.104.566.224 2.356.047.381 5 % 11 %

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah

Kabupaten Balangan selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi, sedangkan kontribusi

retribusi daerah mengalami kenaikan terus menerus. Kontribusi pajak daerah dan

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

40

kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada tahun 2008

adalah masing-masing sebesar 8% dan 6%. Tahun 2009 kontribusi pajak daerah

meningkat menjadi 12% dibandingkan tahun 2008, sedangkan kontribusi retribusi

daerah meningkat menjadi sebesar 10%. Untuk tahun 2010, kontribusi pajak daerah

sebesar 5% menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2009 dan 2008)

sedangkan retribusi daerah meningkat menjadi 11%.

Tabel 5.20

Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD

Kota Banjarmasin

Tahun 2008 - 2010

Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi

Daerah

Kontribusi

Pajak Daerah

(%)

Kontribusi

Retribusi

Daerah (%)

2008 64.995.580.605 37.150.861.882 12.315.715.332 57 % 19 %

2009 67.765.852.500 39.254.332.892 12.855.435.512 58 % 19 %

2010 80.510.646.971 42.962.620.588 18.207.136.373 53 % 23 %

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah Kota

Banjarmasin selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi, sedangkan kontribusi retribusi

daerah mengalami kenaikan. Kontribusi pajak daerah dan kontribusi retribusi daerah

terhadap pendapatan asli daerahnya pada tahun 2008 adalah masing-masing sebesar

57% dan 19%. Tahun 2009 kontribusi pajak daerah meningkat menjadi 58%

sedangkan kontribusi retribusi daerah sama dengan tahun 2008 yaitu sebesar 19%.

Untuk tahun 2010, kontribusi pajak daerah sebesar 53% menurun dibandingkan

dengan tahun sebelumnya (2009 dan 2008) sedangkan retribusi daerah meningkat

menjadi 23%.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

41

Tabel 5.21

Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD

Kota Banjarbaru

Tahun 2008 - 2010

Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi

Daerah

Kontribusi

Pajak Daerah

(%)

Kontribusi

Retribusi

Daerah (%)

2008 23.928.790.036 8.142.642.284 9.298.910.944 34 % 39 %

2009 24.779.987.040 8.065.440.347 10.952.648.350 33 % 44 %

2010 28.461.028.114 8.464.044.434 14.316.509.320 30 % 50 %

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah Kota

Banjarbaru selama 3 (tiga) tahun terus menerus mengalami penurunan, sedangkan

kontribusi retribusi daerah mengalami kenaikan. Kontribusi pajak daerah dan

kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada tahun 2008

adalah masing-masing sebesar 34% dan 39%. Tahun 2009 kontribusi pajak daerah

menurun menjadi 33% sedangkan kontribusi retribusi daerah meningkat menjadi

44%. Untuk tahun 2010, kontribusi pajak daerah menurun menjadi sebesar 30%

sedangkan retribusi daerah meningkat menjadi 50%.

Tabel 5.22

Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD

Kabupaten Banjar

Tahun 2008 - 2010

Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi

Daerah

Kontribusi

Pajak Daerah

(%)

Kontribusi

Retribusi

Daerah (%)

2008 34.559.897.305 4.825.078.793 13.697.433.656 14 % 40 %

2009 37.364.158.584 6.640.453.760 14.149.653.506 18 % 38 %

2010 49.301.392.325 8.036.345.640 17.191.539.243 16 % 35 %

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah Kota

Banjarbaru selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi, sedangkan kontribusi retribusi daerah

terus menerus mengalami penurunan. Kontribusi pajak daerah dan kontribusi

retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada tahun 2008 adalah masing-

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

42

masing sebesar 14% dan 40%. Tahun 2009 kontribusi pajak daerah meningkat

menjadi 18% sedangkan kontribusi retribusi daerah menurun menjadi 38%. Untuk

tahun 2010, kontribusi pajak daerah menurun menjadi sebesar 16% sedangkan

retribusi daerah menurun menjadi 35%.

Tabel 5.23

Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD

Kabupaten Tanah Laut

Tahun 2008 - 2010

Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi

Daerah

Kontribusi

Pajak Daerah

(%)

Kontribusi

Retribusi

Daerah (%)

2008 43.389.899.652 3.993.293.577 22.235.989.219 9 % 51 %

2009 36.411.064.419 4.358.201.888 17.382.224.744 12 % 48 %

2010 48.205.761.959 3.646.828.431 20.061.798.728 8 % 42 %

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah dan

retribusi daerah Kabupaten Tanah Laut selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi. Kontribusi

pajak daerah dan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada

tahun 2008 adalah masing-masing sebesar 9% dan 51%. Tahun 2009 kontribusi

pajak daerah meningkat menjadi 12% sedangkan kontribusi retribusi daerah

menurun menjadi 48%. Untuk tahun 2010, kontribusi pajak daerah menurun menjadi

sebesar 8% dan retribusi daerah menurun menjadi 42%.

Tabel 5.24

Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD

Kabupaten Tanah Bumbu

Tahun 2008 - 2010

Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi

Daerah

Kontribusi

Pajak Daerah

(%)

Kontribusi

Retribusi

Daerah (%)

2008 18.459.175.810 2.663.329.395 8.406.868.373 14 % 46 %

2009 17.946.308.638 4.090.380.967 7.326.067.496 23 % 41 %

2010 18.093.581.124 4.674.700.485 9.647.718.997 26 % 53 %

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

43

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah

Kabupaten Tanah Bumbu selama 3 (tiga) tahun terus menerus mengalami kenaikan,

sedangkan retribusi daerah berfluktuasi. Kontribusi pajak daerah dan kontribusi

retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada tahun 2008 adalah masing-

masing sebesar 14% dan 46%. Tahun 2009 kontribusi pajak daerah meningkat

menjadi 23% sedangkan kontribusi retribusi daerah menurun menjadi 41%. Untuk

tahun 2010, kontribusi pajak daerah meningkat menjadi sebesar 26% dan retribusi

daerah meningkat menjadi 53%.

Tabel 5.25

Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD

Kabupaten Kotabaru

Tahun 2008 - 2010

Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi

Daerah

Kontribusi

Pajak Daerah

(%)

Kontribusi

Retribusi

Daerah (%)

2008 31.660.442.544 10.737.537.961 8.924.163.596 34 % 28 %

2009 41.449.384.152 14.965.116.201 10.543.805.360 36 % 25 %

2010 43.704.220.151 14.525.597.303 11.691.074.760 33 % 27 %

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah dan

retribusi daerah Kabupaten Kotabaru selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi. Kontribusi

pajak daerah dan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada

tahun 2008 adalah masing-masing sebesar 34% dan 28%. Tahun 2009 kontribusi

pajak daerah meningkat menjadi 36% sedangkan kontribusi retribusi daerah

menurun menjadi 25%. Untuk tahun 2010, kontribusi pajak daerah menurun menjadi

sebesar 33% sedangkan retribusi daerah meningkat menjadi 27%.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

44

Tabel 5.26

Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD

Kabupaten Barito Kuala

Tahun 2008 - 2010

Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi

Daerah

Kontribusi

Pajak Daerah

(%)

Kontribusi

Retribusi

Daerah (%)

2008 10.534.098.439 2.904.371.629 2.866.297.428 28 % 27 %

2009 10.099.494.744 2.353.503.856 3.005.894.755 23 % 30 %

2010 15.176.138.439 3.293.224.683 5.838.999.074 22 % 38 %

Sumber : Data APBD yang diolah kembali

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah

Kabupaten Barito Kuala selama 3 (tiga) tahun terus menerus mengalami penurunan,

sedangkan retribusi daerah mengalami kenaikan terus menerus. Kontribusi pajak

daerah dan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada

tahun 2008 adalah masing-masing sebesar 28% dan 27%. Tahun 2009 kontribusi

pajak daerah menurun menjadi 23% sedangkan kontribusi retribusi daerah

mengalami kenaikan menjadi 30%. Untuk tahun 2010, kontribusi pajak daerah

menurun menjadi sebesar 22% sedangkan retribusi daerah meningkat menjadi 38%.

5.3 Pembahasan

5.3.1 Perbandingan Rata-Rata Kontribusi Pajak Daerah terhadap PAD

Kabupaten/Kota

Untuk menganalisa lebih lanjut kontribusi pajak daerah terhadap penerimaan

PAD di seluruh kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan, maka

dari hasil perhitungan kontribusi pajak daerah selama 3 (tiga) tahun yaitu tahun 2008

– 2010 seperti yang diuraikan di atas, maka di bawah ini akan dilakukan perhitungan

rata-rata kontribusi pajak daerah selama 3 (tiga) tahun tersebut terhadap pendapatan

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

45

asli daerah untuk masing-masing kabupaten dan kota, yang hasilnya dapat dilihat

pada tabel di bawah ini

Tabel 5.27

Rata-Rata Kontribusi Pajak Daerah

terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten

Tahun 2008 – 2010

Kab/Kota

Kontribusi

Pajak Daerah terhadap PAD

(%)

2008 2009 2010 Rata2

Kab. Tapin 12 % 12 % 27 % 17 %

Kab. Hulu Sungai Selatan 11 % 10 % 11 % 11 %

Kab. Hulu Sungai Tengah 11 % 9 % 9 % 10 %

Kab. Hulu Sungai Utara 9 % 11 % 10 % 10 %

Kab. Tabalong 48 % 24 % 16 % 29 %

Kab. Balangan 8 % 12 % 5 % 8 %

Kota Banjarmasin 57 % 58 % 53 % 56 %

Kota Banjarbaru 34 % 33 % 50 % 39 %

Kab. Banjar 14 % 18 % 16 % 16 %

Kab. Tanah Laut 9 % 12 % 8 % 10 %

Kab. Tanah Bumbu 14 % 23 % 26 % 21 %

Kab. Kotabaru 34 % 36 % 33 % 34 %

Kab. Barito Kuala 28 % 23 % 22 % 24 %

Rata-rata 22 % 22 % 22 % 22 %

Sumber : Data Diolah

Seperti yang terlihat pada tabel 5.27 di atas, rata-rata kontribusi pajak daerah

terhadap pendapatan asli daerah seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kalimtan Selatan

selama 3 (tiga) tahun yaitu tahun 2008 – 2010 adalah sebesar 22 %, dimana rata-rata

kontribusi pajak daerah pada tahun 2008 adalah 22%, tahun 2009 sebesar 22 % dan

tahun 2010 juga sebesar 22 %. Dilihat dari perkembangan per tahun nya selama

3(tiga) tahun tersebut, maka rata-rata kontribusi nya per tahun adalah sama.

Dilihat dari masing-masing kabupaten/kota, maka kontribusi pajak daerah

terhadap PAD yang paling besar adalah Kota Banjarmasin, yaitu pada tahun 2008

sebesar 57%, tahun 2008 sebesar 58% dan tahun 2010 sebesar 56%. Sehingga

kontribusi rata-ratanya untuk Kota Banjarmasin adalah 56%. Diikuti oleh Kota

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

46

Banjarbaru rata-rata sebesar 39%, kemudian Kabupaten Kotabaru rata-rata sebesar

34%, Kabupaten Tabalong rata-rata sebesar 29%, Kabupaten Barito Kuala rata-rata

sebesar 24%, Kabupaten Tanah Bumbu sebesasr 21% dan Kabupaten Tapin sebesasr

17% dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan rata-rata sebesar 11%. Sedangkan yang

paling rendah rata-rata kontribusi pajak daerah terhadap PAD nya adalah Kabupaten

Balangan hanya 8 %, yang diikuti oleh Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai

Utara dan Kabupaten Tanah Laut sebesar 10%.

Dilihat dari masing-masing kabupaten yang di Provinsi Kalimantan Selatan,

maka rata-rata kontribusi pajak daerah terhadap PADnya masing-masing maka yang

paling besar adalah Kabupaten Kotabaru yaitu sebesar 34%. Sedangkan dilihat dari

kota yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan, rata-rata kontribusi pajak daerah

terhadap PADnya masing-masing, maka yang paling besar adalah Kota Banjarmasin

yaitu sebesar 56%.

5.3.2 Perbandingan Rata-Rata Kontribusi Retribusi Daerah terhadap PAD

Kabupaten/Kota

Untuk menganalisa lebih lanjut kontribusi retribusi daerah terhadap

penerimaan PAD di seluruh kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Kalimantan

Selatan, maka dari hasil perhitungan kontribusi retribusi daerah selama 3 (tiga) tahun

yaitu tahun 2008 – 2010 seperti yang diuraikan di atas, maka di bawah ini akan

dilakukan perhitungan rata-rata kontribusi retribusi daerah selama 3 (tiga) tahun

tersebut terhadap pendapatan asli daerah untuk masing-masing kabupaten dan kota,

yang hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

47

Tabel 5.28

Rata-Rata Kontribusi Retribusi Daerah

terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten

Tahun 2008 – 2010

Kab/Kota

Kontribusi

Retribusi Daerah terhadap PAD

(%)

2008 2009 2010 Rata2

Kab. Tapin 34 % 15 % 36 % 28 %

Kab. Hulu Sungai Selatan 30 % 23 % 49 % 34 %

Kab. Hulu Sungai Tengah 21 % 30 % 25 % 25 %

Kab. Hulu Sungai Utara 39 % 42 % 42 % 41 %

Kab. Tabalong 19 % 28 % 39 % 29 %

Kab. Balangan 6 % 10 % 11 % 9 %

Kota Banjarmasin 19 % 19 % 23 % 20 %

Kota Banjarbaru 39 % 44 % 50 % 44 %

Kab. Banjar 40 % 38 % 35% 38 %

Kab. Tanah Laut 51 % 48 % 42 % 47 %

Kab. Tanah Bumbu 46 % 41 % 53 % 47 %

Kab. Kotabaru 28 % 25 % 27 % 27 %

Kab. Barito Kuala 27 % 30 % 38 % 32 %

Rata-rata 31 % 30 % 36 % 32 %

Sumber : Data Diolah

Dari hasil perhitungan seperti yang terlihat pada tabel 5.28 di atas, rata-rata

kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah seluruh kabupaten/kota di

Provinsi Kalimtan Selatan selama 3 (tiga) tahun yaitu tahun 2008 – 2010 adalah

sebesar 32 %, dimana rata-rata kontribusi retribusi daerah pada tahun 2008 adalah

31 %, tahun 2009 sebesar 30 % dan tahun 2010 juga sebesar 36 %. Dilihat dari

perkembangan per tahun nya selama 3(tiga) tahun tersebut, maka rata-rata kontribusi

nya per tahun adalah berfluktuasi, dimana pada tahun 2009 mengalami penurunan

tetapi pada tahun 2010 mengalami peningkatan.

Dilihat dari masing-masing kabupaten/kota, maka rata-rata kontribusi pajak

daerah terhadap PAD yang paling besar adalah Kabupaten Tanah Laut dan

Kabupaten Tanah Bumbu yaitu sebesar 47%. Kalau dilihat dari per tahunnya, maka

kontribusi Kabupaten Tanah Bumbu lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

48

Tanah Laut karena Kabupaten Tanah Bumbu menunjukkan fluktuasi, karena pada

tahun 2009 menunjukkan penurunan tetapi pada tahun 2010, tetapi Kabupaten Tanah

Laut selama 3 (tiga) tahun tersebut dari tahun-rahun kontribusinya selalu menurun.

Urutan berikutnya yang memberikan kontribusi terbesar Kota Banjarbaru sebesar

44%, Kabupaten Hulu Sungai Utara sebesar 41%, kemudian adalah Kabupaten

Banjar rata-rata sebesar 38%, kemudian Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebesar

34%, selanjutnya adalah Kabupaten Barito Kuala rata-rata sebesar 32%, Kabupaten

Tabalong 29%, Kabupaten Tapin sebesar 28%, Kabupaten Hulu Sungai Tengah

sebesar 25%, dan Kota Banjarmasin sebesar 20%. Sedangkan yang paling rendah

rata-rata kontribusi pajak daerah terhadap PAD nya adalah Kabupaten Balangan

hanya 9 %.

Dilihat dari masing-masing kabupaten yang di Provinsi Kalimantan Selatan,

maka rata-rata kontribusi retribusi daerah terhadap PADnya masing-masing maka

yang paling besar adalah Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Tanah Bumbu yaitu

sebesar 47%. Sedangkan dilihat dari kota yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan,

rata-rata kontribusi retribusi daerah terhadap PADnya masing-masing, maka yang

paling besar adalah Kota Banjarbaru yaitu sebesar 44%.

5.3.3 Perbandingan Rata-Rata Pajak Daerah dan Kontribusi Retribusi

Daerah terhadap PAD Kabupaten/Kota.

Untuk melakukan analisa keseluruhan kontribusi pajak daerah dan retribusi

daerah terhadap PAD nya masing-masing di seluruh kabupaten/kota yang ada di

Provinsi Kalimantan Selatan, maka perlu dibandingkan masing-masing kontribusi

tersebut seperti tertuang dalam table di bawah ini.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

49

Tabel 5.29

Rata-Rata Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten

Tahun 2008 – 2010

Kab/Kota

Kontribusi

Pajak Daerah terhadap PAD

(%)

Kontribusi

Retribusi Daerah terhadap PAD

(%)

2008 2009 2010 Rata2 2008 2009 2010 Rata2

Kab. Tapin 12 % 12 % 27 % 17 % 34 % 15 % 36 % 28 %

Kab. Hulu

Sungai

Selatan

11 % 10 % 11 % 11 % 30 % 23 % 49 % 34 %

Kab. Hulu

Sungai

Tengah

11 % 9 % 9 % 10 % 21 % 30 % 25 % 25 %

Kab. Hulu

Sungai

Utara

9 % 11 % 10 % 10 % 39 % 42 % 42 % 41 %

Kab.

Tabalong

48 % 24 % 16 % 29 % 19 % 28 % 39 % 29 %

Kab.

Balangan

8 % 12 % 5 % 8 % 6 % 10 % 11 % 9 %

Kota

Banjarmasin

57 % 58 % 53 % 56 % 19 % 19 % 23 % 20 %

Kota

Banjarbaru

34 % 33 % 50 % 39 % 39 % 44 % 50 % 44 %

Kab. Banjar 14 % 18 % 16 % 16 % 40 % 38 % 35% 38 %

Kab. Tanah

Laut

9 % 12 % 8 % 10 % 51 % 48 % 42 % 47 %

Kab. Tanah

Bumbu

14 % 23 % 26 % 21 % 46 % 41 % 53 % 47 %

Kab.

Kotabaru

34 % 36 % 33 % 34 % 28 % 25 % 27 % 27 %

Kab. Barito

Kuala

28 % 23 % 22 % 24 % 27 % 30 % 38 % 32 %

Rata 22 % 22 % 22 % 22 % 31 % 30 % 36 % 32 %

Sumber : Data Diolah

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan pembahasan yang lebih

dalam lagi, berdasarkan hasil perhitungan dan uraian sebelumnya, seperti yang

dirangkum dalam tabel diatas, maka dibawah ini akan dianalisis lebih dalam lagi per

tahun sebagai berikut :

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

50

1. Rata-rata Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD

pada tahun 2008.

Dari tabel diatas, terlihat bahwa rata-rata kontribusi pajak daerah terhadap

PADnya adalah sebesar 22%, dimana kontribusi yang paling besar adalah Kota

Banjarmasin yaitu sebesar 56% dan yang terendah adalah Kabupaten Balangan

yaitu hanya sebesar 8%. Sedangkan rata-rata kontribusi retribusi daerah terhadap

PADnya adalah sebesar 31%, dimana kontribusi yang paling besar adalah

Kabupaten Tanah Laut yaitu sebesar 51%, dan yang terendah adalah Kabupaten

Balangan yaitu hanya sebesar 6%. pada tahun.

Dilihat dari rata-rata kedua kontribusi tersebut, maka yang paling besar

memberikan kontribusinya terhadap penerimaan PAD adalah retribusi daerah

yaitu sebesar 31%, sedangkan kontribusi pajak daerah hanya sebesar 22%. Secara

keseluruhan, ini menunjukkan bahwa pendapatan dari pungutan retribusi lebih

besar dibandingkan dengan pendapatan dari pungutan pajak. Tetapi kalau dilihat

dari masing-masing kabupaten/kota tidak lah selalu demikian, karena ternyata

Kota Banjarmasin dan Kabupaten Kotabaru justru menunjukkan sebaliknya,

dimana kontribusi dari pungutan pajak lebih besar dibandingkan dari retribusi

daerah, yaitu kontribusi pajak daerah untuk Kota Banjarmasin sebesar 53%

sedangkan kontribusi retribusi daerahnya hanya sebesar 23%. Untuk Kabupaten

Kotabaru, kontribusi pajak daerahnya sebesar 34%, sedangkan kontribusi retribusi

daerah hanya 28%.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

51

2. Rata-rata Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD

pada tahun 2009.

Dari tabel diatas, terlihat bahwa rata-rata kontribusi pajak daerah terhadap

PADnya adalah sebesar 22%, dimana kontribusi yang paling besar adalah Kota

Banjarmasin yaitu sebesar 58% dan yang terendah adalah Kabupaten Hulu Sungai

Tengah yaitu hanya sebesar 9%. Sedangkan rata-rata kontribusi retribusi daerah

terhadap PADnya adalah sebesar 30%, dimana kontribusi yang paling besar

adalah Kabupaten Tanah Laut yaitu sebesar 48%, dan yang terendah adalah

Kabupaten Balangan yaitu hanya sebesar 10%. pada tahun.

Sama halnya dengan tahun 2008 sebelumnya, dimana dilihat dari rata-rata

kedua kontribusi tersebut, maka yang paling besar memberikan kontribusinya

terhadap penerimaan PAD adalah retribusi daerah yaitu sebesar 30%, sedangkan

kontribusi pajak daerah hanya sebesar 22%. Secara keseluruhan, ini menunjukkan

bahwa pendapatan dari pungutan retribusi lebih besar dibandingkan dengan

pendapatan dari pungutan pajak. Tetapi kalau dilihat dari masing-masing

kabupaten/kota tidak lah selalu demikian, karena ternyata Kota Banjarmasin dan

Kabupaten Kotabaru justru menunjukkan sebaliknya, dimana kontribusi dari

pungutan pajak lebih besar dibandingkan dari retribusi daerah, yaitu kontribusi

pajak daerah untuk Kota Banjarmasin sebesar 58% sedangkan kontribusi retribusi

daerahnya hanya sebesar 19%. Untuk Kabupaten Kotabaru, kontribusi pajak

daerahnya sebesar 36%, sedangkan kontribusi retribusi daerah hanya 25%.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

52

3. Rata-rata Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD

pada tahun 2010.

Dari tabel diatas, terlihat bahwa rata-rata kontribusi pajak daerah terhadap

PADnya adalah sebesar 22%, dimana kontribusi yang paling besar adalah Kota

Banjarmasin yaitu sebesar 53% dan yang terendah adalah Kabupaten Hulu Sungai

Tengah yaitu hanya sebesar 9%. Sedangkan rata-rata kontribusi retribusi daerah

terhadap PADnya adalah sebesar 36%, dimana kontribusi yang paling besar

adalah Kabupaten Tanah Bumbu yaitu sebesar 53%, dan yang terendah adalah

Kabupaten Balangan yaitu hanya sebesar 11%. pada tahun.

Sama halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana dilihat dari rata-rata

kedua kontribusi tersebut, maka yang paling besar memberikan kontribusinya

terhadap penerimaan PAD adalah retribusi daerah yaitu sebesar 36%, sedangkan

kontribusi pajak daerah hanya sebesar 22%. Secara keseluruhan, ini menunjukkan

bahwa pendapatan dari pungutan retribusi lebih besar dibandingkan dengan

pendapatan dari pungutan pajak. Tetapi kalau dilihat dari masing-masing

kabupaten/kota tidak lah selalu demikian, karena ternyata Kota Banjarmasin dan

Kabupaten Kotabaru justru menunjukkan sebaliknya, dimana kontribusi dari

pungutan pajak lebih besar dibandingkan dari retribusi daerah, yaitu kontribusi

pajak daerah untuk Kota Banjarmasin sebesar 58% sedangkan kontribusi retribusi

daerahnya hanya sebesar 19%. Untuk Kabupaten Kotabaru, kontribusi pajak

daerahnya sebesar 33%, sedangkan kontribusi retribusi daerah hanya 27%.

Sedangkan Kota Banjarbaru memberikan kontribusi yang sama antara pajak

daerah dan retribusi daerah yaitu masing-masing 50%.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

53

Berdasarkan hasil rata-rata kontribusi tersebut, terlihat jelas bahwa secara

keseluruhan kontribusi retribusi daerah lebih besar daripada kontribusi pajak

daerah. Hal ini berarti, retribusi daerah disetiap kabupaten/kota sangat dominan

dan menjadi sumber penerimaan PAD yang sangat diandalkan oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota. Keadaan yang berbeda ditunjukkan oleh Kota Banjarmasin dan

Kabupaten Kotabaru, dimana ternyata kontribusi pajak daerah lebih besar

daripada kontribusi retribusi daerah. Hal ini berarti, pajak daerahnya sangat

dominan dan menjadi sumber penerimaan PAD yang sangat diandalkan oleh

Pemerintah Kota Banjarmasin dan Kabupaten Kotabaru. Apabila dilihat dari

penerimaan pajak daerahnya, setiap tahun penerimaan pajak daerah Kota

Banjarmasin mengalami peningkatan. Penerimaan pajak daerah Kota

Banjarmasin dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 yang paling

mendominasi adalah penerimaan dari pajak penerangan jalan.

Dari hasil penelitian ini mengindikasikan, bahwa di Provinsi Kalimantan

Selatan pajak daerah yang dipungut di kota memiliki potensi yang lebih besar

dibandingkan dengan di kabupaten. Hal ini dikarenakan aktivitas ekonomi di kota

didominasi oleh sektor industri, perdagangan dan jasa sehingga pendapatan

daerah kotapun lebih tinggi. Berbeda dengan kabupaten yang aktivitas

ekonominya hanya didominasi oleh sektor pertanian.

5.4. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai keterbatasan yang dapat dijadikan bahan

pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.

Keterbatasan tersebut yaitu sebagai berikut :

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

54

1. Data yang digunakan hanya 3 (tiga) tahun, yaitu tahun 2008 – 2010.

2. Data yang digunakan dalam penelitian ini hanya data sekunder yang berbentuk

ringkasan APBD, hal ini dikarenakan keterbatasan data yang disediakan oleh

pihak-pihak terkait. Jika data sekunder yang digunakan lebih terperinci mengenai

jenis-jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang dipungut, maka hal ini mungkin

akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai perbedaan yang terjadi

antara kontribusi pajak daerah dan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan

asli daerah kota dan kabupaten.

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

55

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu

sebagai berikut :

1. Selama 3 (tiga) tahun yaitu tahun 2008 – 2010, rata-rata kontribusi retribusi

daerah terhadap PAD lebih besar dibandingkan dengan kontribusi pajak daerah di

Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai

Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Tabalong, Kabupaten

Balangan, Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut, dan

Kabupaten Barito Kuala. Ini menunjukkan, bahwa retribusi daerah disetiap

kabupaten/kota tersebut sangat dominan dan menjadi sumber penerimaan PAD

yang sangat diandalkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

2. Selama 3 (tiga) tahun yaitu tahun 2008 – 2010, rata-rata kontribusi pajak daerah

terhadap PAD lebih besar dibandingkan dengan kontribusi retribusi daerah terjadi

Kota Banjarmasin dan Kabupaten Kotabaru. Hal ini berarti, pajak daerahnya

sangat dominan dan menjadi sumber penerimaan PAD yang sangat diandalkan

oleh Pemerintah Kota Banjarmasin dan Kabupaten Kotabaru.

3. Untuk tahun 2010, kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap PAD di

Kota Banjarbaru menunjukkan nilai persentase yang sama yaitu sebesar 50%. Ini

menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana tahun-

tahun sebelumnya (tahun 2008 – 2009) didominasi oleh retribusi daerah.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

56

6.2 Saran-Saran

Mengacu kepada beberapa keterbatasan yang ada, beberapa saran untuk

penelitian mendatang disarankan untuk :

1. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan tahun yang lebih panjang,

minimal 5 (lima) tahun sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih

komprehensif lagi.

2. Penelitian mendatang sebaiknya menggunakan data laporan realisasi anggaran

pendapatan asli daerah yang lebih terperinci yang memuat jenis-jenis pajak daerah

dan retribusi daerah yang dipungut, sehingga dapat memberikan gambaran yang

lebih jelas mengenai perbedaan antara kontribusi pajak daerah dan kontribusi

retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah kota dan kabupaten.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

57

DAFTAR PUSTAKA

Adinardo, Reza. 2012. Peranan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam

Rangka Pembiayaan Pembangunan Daerah. Skripsi Program Studi Ilmu

Hukum, Lampung.

Diza, Mohd.Rangga. 2009. Kontribusi Peranan Pajak Daerah terhadap

Pendapatan Asli Daerah di Propinsi Sumatera Utara. Skripsi Program

Studi Akuntansi USU, Sumatera Utara.

Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah,

Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta.

Jati, Ahmad Waluya. 2003. Peranan Pajak dan Retribusi Daerah terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Jawa Timur. Universitas

Muhammadiyah Malang, Malang.

Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009. ANDI. Yogyakarta.

Resmi, Siti. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi 6 Buku 2. Salemba Empat.

Jakarta.

Rosdiana, Haula dan Edi Slamet Irianto. 2012. Pengantar Ilmu Pajak : Kebijakan

dan Implementasi di Indonesia. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sekaran, Uma. 2009. Metode Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4 Buku 1 & 2.

Salemba Empat. Jakarta.

Siahaan, Marihot Pahala. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah :

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Edisi Revisi. PT.

Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sidik, Machfud. 2002. Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam

Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah. Makalah

Seminar Wisuda XXI STIA LAN. Bandung.

Suandy, Erly. 2009. Hukum Pajak, Edisi 4. Salemba Empat. Jakarta.

Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia, Edisi 7 Buku 1. Salemba Empat. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang

Perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah

58

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan

“www.eddyyusran.blogspot.com/2012/05/beberapa-perbedaan-karakteristik-antara"

“www.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_Daerah_di_Indonesia"