bab i pendahuluan 1.1 latar belakang...

10
1 Universitas Internasional Batam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setelah kasus kabut asap Asia Tenggara terakhir yang dianggap merupakan yang terbesar dalam sejarah, pemerintah berusaha maksimal untuk menangani akibat buruk dan dampak negatif kasus kabut asap ini. Peristiwa tahun 2015 yang gaungnya hingga ke mancanegara hingga jauh ke berita-berita di belahan Eropa bahkan tak kalah besar dengan kasus di tahun 2015, kabut asap besar terjadi lagi pada 2019. Beragam upaya telah dilakukan pemerintah Indonesia untuk menekan kejadian kebakaran hutan, selain dengan memperketat regulasi, hingga menerapkan sanksi administratif yang berat kepada pemerintah daerah yang dinilai gagal dalam mengatasi kebakaran hutan di wilayahnya. Presiden Jokowi pada 2018 mengancam akan mencopot jabatan tanpa kompromi para Kapolda dan Pangdam di wilayah yang masih terjadinya kasus kebakaran hutan. 1 Upaya-upaya menekan kabut asap setelah peristiwa besar pada 2015 terbukti belum berhasil, hal ini dapat dilihat dengan terjadinya kasus baru pada 2019. Kuartal ketiga 2019 merupakan puncaknya pada tahun itu, dengan laporan data dari ASEAN Specialized Meteorological Center (ASMC), yang menunjukkan jumlah total hotspot di Kalimantan adalah 474, dengan 387 di Sumatra. Sebagai perbandingan, hanya tujuh yang tercatat di Malaysia. 2 Badan 1 Andika Prasetya, Jokowi: Jika Ada Kebakaran Hutan, Kapolda dan Pangdam Dicopot, Detik.com, https://news.detik.com/berita/d-3852137/jokowi-jika-ada-kebakaran-hutan-kapolda- dan-pangdam-dicopot, diakses pada 26 Februari 2020. 2 Kate Lamb, Indonesia forest fires spark blame game as smoke closes hundreds of Malaysia schools, The Guardian, https://www.theguardian.com/world/2019/sep/12/indonesia-forest-fires- spark-blame-game-as-smoke-closes-hundreds-of-malaysia-schools, diakses pada 26 Februari 2020. Frisca Delfia. Tanggung Jawab Perusahaan Penyebab Kabut Asap di Asia Tenggara dan Kaitannya dengan The ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution. UIB Repository©2020

Upload: others

Post on 08-Dec-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.uib.ac.id/3221/4/t-17125215-chapter1.pdf · 2020. 5. 6. · merupakan yang terbesar dalam sejarah, pemerintah berusaha maksimal

1

Universitas Internasional Batam

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Setelah kasus kabut asap Asia Tenggara terakhir yang dianggap

merupakan yang terbesar dalam sejarah, pemerintah berusaha maksimal untuk

menangani akibat buruk dan dampak negatif kasus kabut asap ini. Peristiwa

tahun 2015 yang gaungnya hingga ke mancanegara hingga jauh ke berita-berita

di belahan Eropa bahkan tak kalah besar dengan kasus di tahun 2015, kabut asap

besar terjadi lagi pada 2019. Beragam upaya telah dilakukan pemerintah

Indonesia untuk menekan kejadian kebakaran hutan, selain dengan memperketat

regulasi, hingga menerapkan sanksi administratif yang berat kepada pemerintah

daerah yang dinilai gagal dalam mengatasi kebakaran hutan di wilayahnya.

Presiden Jokowi pada 2018 mengancam akan mencopot jabatan tanpa kompromi

para Kapolda dan Pangdam di wilayah yang masih terjadinya kasus kebakaran

hutan.1

Upaya-upaya menekan kabut asap setelah peristiwa besar pada 2015

terbukti belum berhasil, hal ini dapat dilihat dengan terjadinya kasus baru pada

2019. Kuartal ketiga 2019 merupakan puncaknya pada tahun itu, dengan laporan

data dari ASEAN Specialized Meteorological Center (ASMC), yang

menunjukkan jumlah total hotspot di Kalimantan adalah 474, dengan 387 di

Sumatra. Sebagai perbandingan, hanya tujuh yang tercatat di Malaysia.2 Badan

1Andika Prasetya, Jokowi: Jika Ada Kebakaran Hutan, Kapolda dan Pangdam Dicopot,

Detik.com, https://news.detik.com/berita/d-3852137/jokowi-jika-ada-kebakaran-hutan-kapolda-

dan-pangdam-dicopot, diakses pada 26 Februari 2020. 2 Kate Lamb, Indonesia forest fires spark blame game as smoke closes hundreds of Malaysia

schools, The Guardian, https://www.theguardian.com/world/2019/sep/12/indonesia-forest-fires-

spark-blame-game-as-smoke-closes-hundreds-of-malaysia-schools, diakses pada 26 Februari 2020.

Frisca Delfia. Tanggung Jawab Perusahaan Penyebab Kabut Asap di Asia Tenggara dan Kaitannya dengan The ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution. UIB Repository©2020

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.uib.ac.id/3221/4/t-17125215-chapter1.pdf · 2020. 5. 6. · merupakan yang terbesar dalam sejarah, pemerintah berusaha maksimal

2

Universitas Internasional Batam

Mitigasi Bencana Indonesia mengatakan lebih dari 3.600 kebakaran telah

terdeteksi di pulau Sumatra dan Kalimantan oleh satelit cuaca, yang

menyebabkan kualitas udara yang sangat buruk di enam provinsi dengan total

populasi terdampak mencapai lebih dari 23 juta.3 Situs berita lingkungan

Mongabay melaporkan:4

Kebakaran Hutan dan Lahan Sampai September 2019 Hampir 900 Ribu

Hektar

―Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, selama 2019, sampai

September mencapai 857.756 hektar. Ia terdiri dari 630.451 hektar

lahan mineral dan 227.304 hektar di gambut. Angka ini naik meningkat

160% jika dibandingkan luasan Agustus lalu, sekitar 328.724 hektar.

Raffles B. Pandjaitan, Plt Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan

Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)

mengatakan, angka ini didapat dari citra satelit landsat. Total luasan

terdiri dari 66.000 hektar di hutan tanaman industri (HTI), 18.465 hektar

hutan alam, 7.545 hektar restorasi ekosistem (RE), dan 7.312 hektar di

areal pelepasan kawasan hutan. Terbanyak di wilayah yang dikeluarkan

Kementerian ATR/BPN yang sudah bersertifikat, seluas 110.476 hektar.

―Peningkatan luas terbakar ini karena masih El-Nino. Ada pergerakan

arus panas dari Australia ke Indonesia. Selain itu, masih ditemukan

warga yang membuka lahan dengan membakar,‖ katanya.

Untuk itu, KLHK terus sosialisasi hingga ke tingkat tapak guna

mengubah perilaku masyarakat. Kalau melihat sebaran wilayah, luas

terbakar, antara lain, Aceh 680 hektar, Bengkulu 11 hektar, Bangka

Belitung 3.228 hektar, dan Kepulauan Riau 6.124 hektar.

Lalu, Jambi 39.638 hektar, Lampung 6.560 hektar, Riau 75.871 hektar,

Sumatera Barat 1.449 hektar, Sumatera Selatan 52.716 hektar, Sumatera

Utara 2.416 hektar. Kemudian, Kalimantan Barat 127.462 hektar,

Kalimantan Selatan 113.454 hektar, Kalimantan Tengah 134.227 hektar,

Kalimantan Timur 50.056 hektar, Kalimantan Utara 2.878 hektar.

Kalau dibandingkan tahun-tahun sebelumnya—tak termasuk 2015–,

areal terbakar mengalami peningkatan. Pada 2015, areal terbakar

3 Ibid.

4 Indra Nugraha, Kebakaran Hutan dan Lahan Sampai September 2019 Hampir 900 Ribu Hektar,

Mongabay, https://www.mongabay.co.id/2019/10/22/kebakaran-hutan-dan-lahan-sampai-

september-2019-hampir-900-ribu-hektar/ diakses pada 29 November 2019.

Frisca Delfia. Tanggung Jawab Perusahaan Penyebab Kabut Asap di Asia Tenggara dan Kaitannya dengan The ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution. UIB Repository©2020

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.uib.ac.id/3221/4/t-17125215-chapter1.pdf · 2020. 5. 6. · merupakan yang terbesar dalam sejarah, pemerintah berusaha maksimal

3

Universitas Internasional Batam

2.611.411 hektar, 2016 seluas 438.363 hektar, 2017 seluas 165.484

hektar dan 2018 seluas 510.564 hektar…‖

Kabut asap terjadi ketika asap, debu, dan jenis partikel kering lainnya

menyebabkan tercemarnya udara yang dapat mengaburkan pandangan akibat

proses perluasan lahan dengan metode tebang dan bakar,5 yang merupakan

teknik umum dalam pertanian. Sebagian besar peristiwa kabut di wilayah Asia

Tenggara merupakan hasil dari asap dari kebakaran yang terjadi di lahan

gambut6 di Sumatra dan Kalimantan.

Gambar 1.1: Pemadam kebakaran berusaha memadamkan api di Pekanbaru,

Riau7

Kabut asap telah menjadi ancaman berbahaya tidak hanya di area lokal

suatu negara tetapi juga lintas negara hingga ke mancanegara terutama di

wilayah Asia Tenggara.8 Pembakaran yang tidak terkendali menyebabkan

kebakaran hutan dan lahan yang berasal dari Indonesia diyakini menjadi

5 Pertanian tebang dan bakar adalah metode pertanian yang melibatkan pemotongan dan

pembakaran tanaman di hutan atau hutan untuk membuat bidang yang disebut ladang berpindah.

6 Lahan gambut adalah jenis lahan basah yang dilapis oleh gambut dalam berbagai tahap

pembusukan yang jenuh dengan air. Gambut dapat berfungsi sebagai bahan bakar saat dikeringkan

yang membuat tanah ini mudah terbakar terutama selama musim kemarau di mana terjadi kabut

asap.

7 Fully Handoko, Indonesia at risk from huge fires as El Niño gathers, The Ecologist,

https://www.theguardian.com/world/gallery/2019/sep/24/indonesian-forest-fires-burn-causing-

toxic-haze-across-south-east-asia-in-pictures, diakses pada 26 Februari 2020.

8 Gema BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), Indonesia Darurat Asap, Vol. 6, No. 3,

Desember 2015, hlm. 5.

Frisca Delfia. Tanggung Jawab Perusahaan Penyebab Kabut Asap di Asia Tenggara dan Kaitannya dengan The ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution. UIB Repository©2020

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.uib.ac.id/3221/4/t-17125215-chapter1.pdf · 2020. 5. 6. · merupakan yang terbesar dalam sejarah, pemerintah berusaha maksimal

4

Universitas Internasional Batam

penyebab utama peristiwa ini.9 Manusia digadang-gadang sebagai penyebab

utama awal mulanya kasus kebakaran hutan dan lahan.10

Manusia merupakan

sumber kebakaran hutan dikarenakan metode pembukaan lahan dengan tebang

dan bakar Ketika penduduk atau perusahaan menerapkan metode tebang dan

bakar dalam upaya perluasan lahan, setelah api membesar, mereka tidak

memiliki metode yang efektif untuk mengatasi meluasnya kebakaran.11

Ketika

penduduk atau perusahaan menerapkan metode tebang dan bakar dalam upaya

perluasan lahan, setelah api membesar, mereka tidak memiliki metode yang

efektif untuk mengatasi meluasnya kebakaran.12

Akibatnya, ketika hujan urung

turun api dengan mudah meluas dan menjadi tidak terkendali sehingga

menyebabkan kebakaran hutan dan lahan yang meluas menjadi polusi asap.13

Kabut asap bukan hal baru bagi Indonesia, kabut asap tampaknya telah

menjadi 'tradisi' dalam siklus kehidupan Kalimantan dan juga di Sumatera.

Presiden, menteri, dan kepala daerah telah berganti dari tahun ke tahun, tetapi

penanganan kabut asap tampaknya menjadi 'teka-teki' bagi pemerintah pusat dan

daerah. Pencemaran kabut asap berkala selama musim kemarau sebenarnya telah

dimulai sejak tahun 1970-an.14

Namun kesadaran negara-negara Asia Tenggara

9 David B. Jerger, Indonesia’s Role in Realizing the Goals of ASEAN’s Agreement of

Transboundary Haze Pollution, Journal Sustainable Development Law & Policy, Vol. 14, No. 1,

Washington: Digital Commons@American University Washington College of Law, 2014, hlm.

35.

10 Gema BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), Indonesia Darurat Asap, Vol. 6, No.

3, Desember 2015, Op. Cit., hlm. 7. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan

bahwa 99% kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh aktivitas manusia.

11 Ibid., hlm. 5-8.

12 Ibid.

13 Ibid.

14 A. Heil dan J.G Goldammer, Smoke-haze Pollution: A Review of the 1997 Episode in Southeast

Asia, Regional Environmental Change Journal, Vol. 2, Berlin: Springer-Verlag, 2001, hlm. 24.

Frisca Delfia. Tanggung Jawab Perusahaan Penyebab Kabut Asap di Asia Tenggara dan Kaitannya dengan The ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution. UIB Repository©2020

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.uib.ac.id/3221/4/t-17125215-chapter1.pdf · 2020. 5. 6. · merupakan yang terbesar dalam sejarah, pemerintah berusaha maksimal

5

Universitas Internasional Batam

yang tergabung dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN)

dimulai pada 1990-an, karena pada periode 1994-1995 kebakaran hutan dan

lahan yang menjadi penyebab kabut asap mencapai titik yang belum pernah

terjadi sebelumnya dan semakin parah.15

Kabut asap tidak terlepas dalam isu lingkungan, asap yang

berkepanjangan dapat membawa banyak konsekuensi negatif yang bervariasi

dari iritasi organ vital seseorang hingga efek kardiovaskular dan timbulnya

penyakit pernapasan kronis, hal ini mencontohkan kurangnya kontrol

pemeriksaan dan penguatan perlindungan terhadap lingkungan.16

Terlebih lagi,

kesulitan dari masalah ini membentang di luar batas negara, yang dapat

membebani hubungan internasional ketika pihak yang bersalah gagal

bertanggung jawab dan memberi kompensasi atas terdampaknya negara tetangga

akibat mendapat kiriman kabut asap.

Peneliti telah menemukan bahwa Indonesia sebagai bagian dari ASEAN

tidak dapat dimintai pertanggung jawaban secara formal atas kejadian kabut

asap, karena melihat dari Teori Imputabilitas, bukan organ pemerintahan di

Indonesia-lah penyebab kejadian kabut asap di Asia Tenggara, melainkan

perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam kategori perkebunan kelapa sawit

sebagai penyebab kabut asap.17

Perusahaan ini mendaftarkan perusahaannya

serta perizinannya kepada pemerintah Indonesia di bawah Kementerian Hukum

15

Loc. Cit.

16Health Promotion Board Singapore, Impact of Haze on Health,

http://www.hpb.gov.sg/HOPPortal/health-article/HPB051226, diakses pada 23 Oktober 2019.

17

Frisca Delfia, State Liability on the Southeast Asia Haze Incidents based on the ASEAN

Aggreement on Transboundary Haze Pollution, Batam: Skripsi Universitas Internasional Batam,

2018.

Frisca Delfia. Tanggung Jawab Perusahaan Penyebab Kabut Asap di Asia Tenggara dan Kaitannya dengan The ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution. UIB Repository©2020

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.uib.ac.id/3221/4/t-17125215-chapter1.pdf · 2020. 5. 6. · merupakan yang terbesar dalam sejarah, pemerintah berusaha maksimal

6

Universitas Internasional Batam

dan HAM (Kemenkumham), yang menyebabkan kewajiban perusahaan untuk

tunduk dan patuh pada hukum-hukum di Indonesia.18

Latar belakang perlunya pertanggung jawaban perusahaan adalah bahwa

tidak ada negara yang dapat menikmati hak-haknya tanpa menghormati hak-hak

negara lain, dan terjadinya kabut asap diakibatkan ulah perusahaan-perusahaan

dalam bidang kelapa sawit yang berada di wilayah yurisdiksi Indonesia. Jika ada

pelanggaran hak-hak negara lain, negara pelanggar harus memperbaikinya.19

Dengan kata lain negara harus memperhitungkan tindakan apa yang harus

diambil.20

Adapun di penelitian ini menganggap bahwa Indonesia sebagai negara

yang melanggar hak negara lain seperti hak untuk hidup dalam lingkungan yang

sehat harus bertanggung jawab atas insiden kabut asap yang terjadi di Asia

Tenggara dengan menerapkan hukum yang setimpal bagi perusahaan-perusahaan

yang berulah menyebabkan fenomena ini.

Adapun pernyataan di atas, ASEAN sebagai organisasi yang

mewujudkannya bertujuan untuk menyelesaikan insiden kabut asap Asia

Tenggara dalam Perjanjian ASEAN tentang Polusi Asap Lintas Batas

(selanjutnya akan disebut sebagai AATHP atau the ASEAN Agreement on

Transboundary Haze Pollution) sebagai salah satu bentuk perjanjian

internasional di bidang lingkungan dan yang membuat ini sebuah perjanjian

internasional yang merupakan salah satu sumber hukum internasional.21

18

Ibid.

19 Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional edisi revisi, Bandung: PT

RajaGrafindo Persada, 2002, hlm. 199.

20 Hingorani, Modern International Law 2nd.ed., 1984, hlm. 241.

21 J.G Starke, Introduction to International Law: Tenth Edition, diterjemahkan oleh Bambang

Irianan Djajaatmadja, Jakarta: Sinar Grafika, 2001, hlm. 51.

Frisca Delfia. Tanggung Jawab Perusahaan Penyebab Kabut Asap di Asia Tenggara dan Kaitannya dengan The ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution. UIB Repository©2020

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.uib.ac.id/3221/4/t-17125215-chapter1.pdf · 2020. 5. 6. · merupakan yang terbesar dalam sejarah, pemerintah berusaha maksimal

7

Universitas Internasional Batam

Perjanjian internasional biasanya berisi ketentuan tentang cara mengikat diri

dalam perjanjian itu sendiri.22

Negara-negara yang tunduk pada AATHP

menyatakan dirinya dalam ratifikasi segingga memiliki kewajiban hukum atas isi

perjanjian. AATHP mulai berlaku sejak tanggal 25 November 2003.23

Dalam menjalankan komitmen Indonesia setelah meratifikasi AATHP,

kepala daerah juga harus mewaspadai pentingnya berkoordinasi dengan

pemerintah pusat sehubungan dengan insiden kabut asap, sambil terus

melakukan introspeksi dari beberapa kebijakan eksploitatif yang mungkin

memperburuk insiden kabut asap di Sumatra dan Kalimantan, khususnya.

Kepala daerah perlu mengingat bahwa esensi utama otonomi daerah adalah

memobilisasi jaringan lokal untuk memberdayakan daerah mereka sendiri,

bukan untuk merugikan orang dan merusak lingkungan.

Sebagai negara yang menyebabkan insiden kabut asap, Indonesia

bertanggung jawab atas dampak insiden ini di seluruh Asia Tenggara, terutama

untuk Singapura dan Malaysia yang paling terdampak dengan insiden ini. Salah

satu risiko dalam mengambil tindakan hukum terkait dengan ratifikasi Perjanjian

ASEAN tentang Polusi Asap Lintas Batas adalah bahwa Indonesia kemungkinan

besar akan dimintai pertanggungjawabannya atas dampaknya terhadap negara-

negara tetangga. Memang, terlepas dari konteks non-hukum, ini dapat dihindari

pada saat Pemerintah Indonesia mengambil langkah ratifikasi terhadap

Perjanjian ASEAN tentang Polusi Asap Lintas Batas.

22

Andreas Pramudianto, Hukum Perjanjian Lingkungan Internasional, Malang: Setara Pers, 2014,

hlm. 2.

23 Ibid., hlm. 3.

Frisca Delfia. Tanggung Jawab Perusahaan Penyebab Kabut Asap di Asia Tenggara dan Kaitannya dengan The ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution. UIB Repository©2020

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.uib.ac.id/3221/4/t-17125215-chapter1.pdf · 2020. 5. 6. · merupakan yang terbesar dalam sejarah, pemerintah berusaha maksimal

8

Universitas Internasional Batam

Sebagai negara yang menyebabkan kabut asap, Indonesia bertanggung

jawab atas dampak kabut yang meluas di seluruh Asia Tenggara, terutama bagi

Singapura dan Malaysia yang paling terkena kabut asap ini. Salah satu

konsekuensi diratifikasinya AATHP Indonesia kemungkinan besar akan dimintai

pertanggungjawabannya atas dampaknya terhadap negara-negara tetangga.

Indonesia yang telah memutuskan untuk meratifikasi AATHP berarti

berkomitmen untuk menyatukan visi misi dengan anggota ASEAN lain untuk

mengatasi kasus kabut asap dikarenakan Indonesia-lah sumber masalah kabut

asap itu sendiri, lebih tepatnya perusahaan–perusahaan yang ada di Indonesia,

khususnya perusahaan kelapa sawit. Setelah penelitian sebelumnya, Peneliti

menemukan bahwa Indonesia tidak bisa dimintai pertanggungjawaban karena

Teori Imputabilitas, namun sebagai negara hukum Indonesia bisa memintai

pertanggung jawaban kepada perusahaan penyebab kabut asap dan kaitannya

dengan AATHP.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, Peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Tanggung Jawab Perusahaan Penyebab

Kabut Asap di Asia Tenggara dan Kaitannya dengan the ASEAN

Agreement on Transboundary Haze Pollution”.

1.2 Permasalahan Penelitian

Berdasarkan penjelasan di atas, ada beberapa pertimbangan yang menjadi

dasar dari permasalahan penelitian, sebagai berikut:

a. Apakah perusahaan dapat dimintai pertanggung jawabannya atas kasus

kabut asap?

b. Bagaimana sanksi kepada perusahaan penyebab kabut asap?

Frisca Delfia. Tanggung Jawab Perusahaan Penyebab Kabut Asap di Asia Tenggara dan Kaitannya dengan The ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution. UIB Repository©2020

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.uib.ac.id/3221/4/t-17125215-chapter1.pdf · 2020. 5. 6. · merupakan yang terbesar dalam sejarah, pemerintah berusaha maksimal

9

Universitas Internasional Batam

c. Apakah ada kewajiban pemulihan bagi perusahaan yang bertanggung

jawab atas kasus kabut asap?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang Peneliti gambarkan di atas, maka

yang menjadi tujuan penelitian ini, sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis pertanggung jawaban yang dapat dibebankan kepada

perusahaan penyebab kabut asap.

b. Untuk menganalisis sanksi yang akan dikenakan kepada perusahaan

penyebab kabut asap.

c. Untuk menganalisis dasar pertanggung jawaban pemulihan yang harus

dilakukan oleh perusahaan penyebab kabut asap.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

a. Perusahaan: berharap penelitian ini dapat meningkatkan kesadaran

perusahaan pelaku pembakar hutan agar lebih memperhatikan dan

memperbaiki standar operasinya menjadi lebih ramah lingkungan serta

memilki analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang baik.

b. Pemerintah: melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

(KLHK) diharapkan dapat memaksimalkan usaha pencegahan kebakaran

hutan dengan memperketat perizinan dan terus memantau aktivitas

perusahaan yang tidak wajar serta memberikan sosialisasi dan edukasi

yang baik kepada masyarakat.

Frisca Delfia. Tanggung Jawab Perusahaan Penyebab Kabut Asap di Asia Tenggara dan Kaitannya dengan The ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution. UIB Repository©2020

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.uib.ac.id/3221/4/t-17125215-chapter1.pdf · 2020. 5. 6. · merupakan yang terbesar dalam sejarah, pemerintah berusaha maksimal

10

Universitas Internasional Batam

c. Akademisi: berharap penelitian ini dapat menjadi bahan kepustakaan

ilmu hukum.

d. Masyarakat: berharap penelitian ini dapat menyadarkan masyarakat akan

pentingnya menjaga lingkungan karena sedikit kesalahan akan berimbas

rusaknya keseimbangan alam yang mengganggu tatanan kehidupan

sehari-hari seperti gangguan kesehatan dan jatuhnya perekonomian.

Frisca Delfia. Tanggung Jawab Perusahaan Penyebab Kabut Asap di Asia Tenggara dan Kaitannya dengan The ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution. UIB Repository©2020