bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/bab 1.pdf · lima (pkl) yang awalnya...

23
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gresik merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki luas 1.191,25 km 2 . Sejak abad ke-11, Gresik menjadi pusat perdagangan dan kota bandar yang dikunjungi oleh banyak bangsa. Kabupaten Gresik juga sebagai pintu masuk Islam pertama, di Jawa. 1 Sebagai salah satu kota yang merupakan pusat penyebaran Islam di tanah Jawa, Gresik memiliki berbagai macam peninggalan sejarah. Dominasi Islam menggambarkan kebudayaan yang berkaitan dengan sejarah perkembangan Islam dan keramaian pesisir pantai dan dermaganya yang terlibat perdagangan antar negara. Bangunan-bangunan peninggalan sejarah masih berdiri tegak,di tengah kota dan tetap terpelihara dengan baik. Peradaban masa lalu itu tercermin di Kantor Pos, Gardu Suling, Gedung Limo, Gedung Gajah Mungkur, Kampung Kemasan hingga Kompleks Alun-alun Gresik. Kompleks Alun-alun Gresik terdiri dari Masjid Jami’, Gedung DPRD, Pendopo, Rumah Dinas Wakil Bupati,dan Alun-alun. 2 Gresik merupakan salah satu kota kuno di Jawa yang merupakan pusat pemerintahan yang berubah-ubah statusnya baik di era pemerintahan klasik maupun hingga era pemerintahan modern yang berubah-ubah fungsi pemerintahannya baik sebagai kediaman Residen, Bupati maupun Wedana. Menurut Koentjaningrat,, bahwa asal mula suatu kota di Jawa kebanyakan adalah pusat-pusat Administrasi Pra-Industri, perkembangan kota-kota tersebut sebagai 1 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Gresik di akses 17 Desember 2018. 2 www.google.com/a,p/wonggresik.com/sejarah-gresik/amp/ di akses 17 Desember 2018.

Upload: others

Post on 24-Jan-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Gresik merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa

Timur yang memiliki luas 1.191,25 km2. Sejak abad ke-11, Gresik menjadi pusat

perdagangan dan kota bandar yang dikunjungi oleh banyak bangsa. Kabupaten

Gresik juga sebagai pintu masuk Islam pertama, di Jawa.1 Sebagai salah satu kota

yang merupakan pusat penyebaran Islam di tanah Jawa, Gresik memiliki berbagai

macam peninggalan sejarah. Dominasi Islam menggambarkan kebudayaan yang

berkaitan dengan sejarah perkembangan Islam dan keramaian pesisir pantai dan

dermaganya yang terlibat perdagangan antar negara. Bangunan-bangunan

peninggalan sejarah masih berdiri tegak,di tengah kota dan tetap terpelihara

dengan baik. Peradaban masa lalu itu tercermin di Kantor Pos, Gardu Suling,

Gedung Limo, Gedung Gajah Mungkur, Kampung Kemasan hingga Kompleks

Alun-alun Gresik. Kompleks Alun-alun Gresik terdiri dari Masjid Jami’, Gedung

DPRD, Pendopo, Rumah Dinas Wakil Bupati,dan Alun-alun.2

Gresik merupakan salah satu kota kuno di Jawa yang merupakan pusat

pemerintahan yang berubah-ubah statusnya baik di era pemerintahan klasik

maupun hingga era pemerintahan modern yang berubah-ubah fungsi

pemerintahannya baik sebagai kediaman Residen, Bupati maupun Wedana.

Menurut Koentjaningrat,, bahwa asal mula suatu kota di Jawa kebanyakan adalah

pusat-pusat Administrasi Pra-Industri, perkembangan kota-kota tersebut sebagai

1 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Gresik di akses 17 Desember 2018. 2 www.google.com/a,p/wonggresik.com/sejarah-gresik/amp/ di akses 17 Desember 2018.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

2

akibat sangat pentingnya administrasi pada masa kolonial Belanda, dan biasanya

sebelum masa tersebut, Kota-kota di Jawa, merupakan pusat-pusat pemerintahan

Keraton, Keagamaan atau Pelabuhan apabila berlokasi di daerah Pesisir.3

Berdasarkan pendapat tersebut, sudah jelas bahwa Gresik merupakan kriteria kota

yang sangat erat dengan berbagai macam perubahan karena merupakan daerah

pesisir yang sangat kental dengan perubahan budaya bahkan ekonominya. Pola

dan karakteristik kota pada zaman dahulu ketika jangkauan pergerakan dan

kegiatan perokonomian dan sosial masyarakat masih terbatas maka faktor-faktor

perkembangan dan pertumbuhan administratif Pemerintahan kota terutama

dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi di dalam suatu kota itu

sendiri. Hal tersebut juga berpengaruh kepada status administrasi Kabupaten

Gresik. Gresik yang awalnya berstatus Kawedanan hingga menjadi Kabupaten

tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status administrasi

pemerintahan terhadap kota Gresik. Perubahan ini nantinya menjadi suatu dasar

perubahan fungsi alun-alun sebagai lambang Penguasa lokal maupun asing yang

berada di Kota Gresik bisa berarti Residen, Asisten Residen, Bupati atau Wedana.

Hal tersebut lah nanti yang akan merubah konsep alun-alun.

Konsep pembuatan alun-alun yang semula,merupakan sebuah pelataran

Sakral yang melambangkan sebuah harmoni antara langit yang dilambangkan

sebagai pohon beringin dan bumi,dilambangkan sebagai pasir halus.4 Konsep

ruang alun-alun juga dianggap sebagai simbol kesatuan aktivitas yang bersifat

filosofis religius, politis, ekonomis dan kultural, namun dalam perkembangannya

dari zaman kerajaan hingga sekarang,selalu mengalami perubahan maupun

3 DPRD, 2016,Jejak Rekam DPRD Kabupaten Gresik-catatan hasil perjalanan Kabupaten Gresik hlm. 176 4 Ibid. Hlm. 177

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

3

pergeseran makna.5 Sedangkan menurut Van Ramondt dijelaskan bahwa alun-alun

adalah halaman depan rumah dalam ukuran lebih besar. Penguasa bisa berarti

Raja, Bupati, Wedana, dan Camat bahkan Kepala Desa, yang memiliki halaman

halaman yang luas di depam istana atau pendopo tempat kediamannya yang

dijadikan sebagai pusat kegiatan masyarakat sehari-hari dalam ikwal

pemerintahan militer, perdagangan, kerajinan dan pendidikan. Alun-alun

merupakan suatu lapangan terbuka yang luas dan berumput yang dikelilingi oleh

jalan,dan dapat digunakan untuk kegiatan masyarakat yang beragam.6 Dalam tata

ruang kota kuno di Jawa, alun-alun merupakan salah satu elemen penting, ia

sebagai pusat kegiatan dan menjadi landmark kota. Secara fisik alun-alun berupa

tanah lapang yang luas dan selalu berbentuk persegi mendekati bujur sangkar. Di

seputar alun-alun itu,berdiri bangunan-bangunan penguasa seperti istana,

kabupaten, tempat asisten residen,selain tempat ibadah.7 Secara dragmatis-historis

perkembangan alun-alun sebagai berikut :

Tabel 1.1 Perkembangan konsep Alun-alun di Jawa

Masa Konsep Alun-alun

Masa Kerajaan Hindu

(Abad VI M)

Sebuah jalan besar yang membagi dua pusat kota

kerajaan, Utara dan Selatan dengan posisi Pura/kerajaan

di sisi selatan dan wanguluntur (alun-alun) di depannya.

Masa Kerajaan Islam

dan masa Penyebaran

Islam (Abad XIII-XVI

M)

Menggunakan konsep kerajaan Hindu dengan

Kosmologi Utara-Selatan, Keraton dibagian selatan dan

Masjid di bagian barat. Bagian profan di utara dan alun-

alun di tengahnya.

Masa Kolonial Belanda

(XV-XIX M)

Mengkreasikan tiruan alun-alun tradisional atau

melengkapi alun-alun masa penyebaran Islam dengan

menambahkan kantor Kabupaten/Kanjengan, sebagai

simbol kekuasaan. Berturut-turut fasilitas pemerintahan

Belanda yang lain

5https://www.researchgate.net/publication/315380337_PELESTARIAN_KAWASAN_ALUN-ALUN di akses 19 November 2018. 6Jejak rekam DPRD Kabupaten Gresik, loc.cit 7 Ashadi,2017, Alun-alun Kota Jawa,Arsitektur UMJ Press, Jakarta pusat, hlm. 1

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

4

Masa Kemerdekaan

(Abad XX M)

Konsep alun-alun dipengaruhi oleh kondisi politik (orde

lama), ekonomi (orde baru) dan kondisi sosial (era

reformasi). Kekuatan ritel dan sektor informal turut

menggeser fungsi dan makna alun-alun.

Sumber : Subhan Ramdlani, 2010, Kedudukan dan Fungsi Masjid Agung

terhadap Alun-alun Kota Malang, Journal of Islamic Architecture vol.1 Issue 1

June 2010

Bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, alun-alun kini berfungsi sebagai

tempat hiburan di akhir pekan untuk melepas penat setelah menjalani aktivitas

yang menjenuhkan setiap harinya. Sedangkan bagi masyarakat yang tinggal di

pulau Jawa, alun-alun dianggap sebagai salah satu identitas sebuah kota ataupun

kabupaten pada umumnya yang dapat berubah fungsinya menyesuaikan

perkembangan zaman. Perubahan yang terjadi dalam jangka waktu yang lama itu

pun juga berpengaruh terhadap identitas alun-alun sebagai pusat pemerintahan.

Sama halnya dengan Alun-alun Gresik, di tahun 2017 mengalami perubahan

yang cukup signifikan. Pemerintah Daerah memutuskan untuk membangun

Islamic Center dan melakukan revitalisasi alun-alun. Bangunan Islamic Center ini

bakal dipadukan dengan kawasan cagar budaya yang ada di sekitarnya. Cagar

budaya yang dimaksud, termasuk Masjid Jami Gresik hingga makam salah wali

songo Maulana Malik Ibrahim,, yang memang berdekatan dengan alun-alun.8

Alasan pembangunan Islamic Center di atas kawasan alun-alun adalah rencana

awal tahun 2016,Pemerintah Daerah berencana mendirikan Islamic Center di

empat lokasi wilayah Gresik yakni di Kecamatan Cerme, Driyorejo, Gresik dan

Sidayu. Akan tetapi pada tahun 2017, Pemerintah Kabupaten Gresik memutuskan

hanya merealisasikan satu proyek, yaitu Alun-alun Gresik dikarenakan

8https://properti.kompas.com/read/2017/03/17/190000421/alunalun.gresik.bakal.disulap.jadi.islamic.centre di akses 17 Januari 2019

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

5

keterbatasan anggaran.9 Selain itu pembangunan Islamic Center sebagai salah satu

upaya Pemerintah Daerah dalam menjalankan visi “Membangun Desa Menata

Kota”.

Perubahan yang terjadi pada ruang publik ini tidak terlepas dari kebijakan dan

program yang dicetuskan oleh pemerintah daerah. Alun-alun Gresik tidak hanya

berfungsi sebagai wahana hiburan ataupun sekedar ruang terbuka hijau yang

bermanfaat untuk melepas penat akan tetapi alun-alun ini dapat dikatakan sebagai

salah satu pusat perekonomian penopang kehidupan masyarakat di sekitarnya

serta pusat pemerintahan Kabupaten Gresik hingga kini. Di tahun 2017, program

Islamic Center yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) tahun 2016-2021. Program tersebut menjadi salah satu program

proritas Pemerintah Daerah setelah muncul Peraturan daerah Kabupaten Gresik

Nomor 10 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten

Gresik Nomor 9 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah Tahun 2016-2021. Dalam Perda tersebut hanya dijelaskan bahwa secara

umum dan tidak ada penjelasan pembangunan Islamic Center dalam Perda

tersebut.

Jika dilihat dari sisi hukum sebenarnya pembangunan Islamic Center tidak

menyalahi aturan bahkan sesuai dengan prosedur yang ada. Program ini tertera

dalam RTRW hingga Rencana Kerja dinas terkait. Anggaran pembangunan juga

jelas tertera dalam Rencana Kerja (Renja) Dinas Pekerjaan Umum dan Tata

Ruang Kabupaten Gresik. Lalu jika dilihat dari sisi penataan kota dengan

9 www.jawapos.com, 02/12.2017, Satu Islamic Center Diwujudkan, Tiga Ditunda di akses 19 November 2018

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

6

menyesuaikan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Gresik

tahun 2010-2030, pembangunan Islamic Center dapat dikatakan sedikit

menyimpang dengan isi RTRW tersebut. Dalam RTRW di bagian ketiga yakni

tentang Kebijakan dan Strategi Pola Ruang Wilayah Kabupaten tepatnya pada

pasal 23 poin ke lima terdapat satu hal penting yang perlu diperhatikan yaitu

strategi pelestarian Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan adalah dengan

menjaga keaslian bangunan kuno. Seperti yang kita ketahui bahwa alun-alun dan

sekitarnya yang akan diubah menjadi Islamic Center adalah bangunan cagar

budaya milik Kabupaten Gresik. Sehingga pembangunan Islamic Center kali ini

dapat dikatakan tidak menyesuaikan dengan RTRW yang ada selain itu

pembangunan ini merupakan salah satu bentuk penyimpangan penggunaan ruang

publik kota di Gresik.

Berdasarkan analisis penulis terdapat beberapa masalah yang menyerupai

masalah pembangunan Islamic Center di kawasan Alun-alun kota berkaitan

dengan penyimpangan penggunaan lahan ataupun ruang publik kota. Berikut

adalah tabel beberapa penyimpangan lahan di Kabupaten Gresik:

Tabel 1.2 Deviasi Lahan di Kabupaten Gresik

No Tahun Fungsi awal lahan Deviasi lahan

1)

2008-2014

Kawasan Pertanian di

Desa Drancang

Kecamatan Menganti

Dirubah menjadi kawasan industri

dan permukiman secara bertahap

2) 2018

Taman kota

Sidomoro

Landmark Keris Kanjeng Sepuh

Sidayu

3) 2018 Pulau Jalan Kebomas Landmark Tugu Lontar

4) 2019 Kawasan Alun-alun

Kota

Kawasan Islamic Center secara

bertahap

Sumber : Kesimpulan penulis dengan mengambil data dari dokumen P2KH,

jurnal serta website.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

7

Sama seperti dengan permasalahan yang berkaitan dengan alih fungsi lahan,

pembangunan Islamic Center ini juga membawa permasalahan tersendiri.

Pembangunan ini ditentang masyarakat karena terdapat beberapa hal yang

menyebabkan timbulnya konflik antara Pemerintah Daerah dan Masyarakat.

Pertama, kejanggalan, pada kebijakan pembangunan ini adalah pengalokasian

anggaran pembangunan. Selama masa pembangunan yakni sejak tahun 2017-2019

awal, pembangunan Islamic Center telah menghabiskan anggaran sebesar Rp

10.000.000.000; (sepuluh miliar) di tahun 2017 dan Rp 18.890.000.000; di tahun

2018.10. Di dalam Renja tahun 2017, pengalokasian anggaran murni untuk

pembangunan Islamic Center dengan lokasi ex-Kawedanan lama, atau alun-alun

Kota.

Pada Renja Tahun 2018, alokasi anggaran untuk pembangunan Islamic Center

di Kecamatan Driyorejo dan pembangunan kawasan alun-alun. Hal ini menjadi

salah satu fokus yang harus diperhatikan hingga kini, karena seperti yang

diketahui program prioritas Pemerintah Kabupaten Gresik dalam dua tahun

terakhir ini salah satunya adalah penyelesaian pembangunan Islamic Center yang

dibangun di lahan alun-alun. Kedua, Alun-alun Gresik merupakan salah satu situs

cagar budaya.

Bagi masyarakat asli Gresik, alun-alun termasuk di dalamnya Masjid Jami’

hingga kompleks pemakaman Maulana Malik Ibrahim merupakan peninggalan

para walisongo dan merupakan identitas khas Kota Santri sebagai desain para

walisongo terdahulu. Pembangunan Islamic Center merubah keberadaan alun-alun

10 Menyesuaikan data dari rencana kerja Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Gresik di tahun 2017 dan 2018

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

8

beserta fungsinya. Padahal alun-alun milik masyarakat umum tanpa memandang

agama. Jika bangunan tersebut sudah selesai, maka pemerintah terkesan hanya

mengutamakan umat Islam saja tanpa ada toleransi bagi agama yang lain. Ketiga,

kurangnya diskusi yang dilakukan pemerintah daerah dengan masyarakat.

Memang benar telah dilakukan sosialisasi atau diskusi terkait dengan

pembangunan Islamic Center di tahun 2017 yang dihadiri para pemuka agama,

organisasi masyarakat yang dianggap mampu mewakili masyarakat dan tokoh

masyarakat lainnya.11 Akan tetapi masyarakat masih menganggap kebijakan

pembangunan Islamic Center pemerintah belum memihak pada masyarakat

karena pemerintah tidak menetapi janji untuk melakukan penataan Pedagang Kaki

Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan

karena mereka tidak diberikan tempat untuk pindah berdagang di yang layak.

Mereka dipindahkan di lahan milik Perusahaan Semen Indonesia lebih tepatnya di

badan jalan yang berada di jalur transportasi industri

Berdasarkan permasalahan diatas, masyarakat melakukan berbagai macam

protes untuk menghentikan proses pembangunan sebagai upaya penghentian

pembangunan. Melalui media sosial, masyarakat diwakili Dewan Pimpinan

Cabang (DPC) Pemuda Demokrat menyebarkan petisi online isinya terkait

permohonan dukungan penolakan renovasi alun-alun Kabupaten Gresik. Lalu

secara tertulis masyarakat memasang spanduk atau banner serta mencoret tembok

tempat proyek pembangunan dan masyarakat yang tergabung dalam Forum Peduli

Cagar Budaya Gresik berserta mahasiswa, sejumlah Pedagang Kaki Lima (PKL)

yang direlokasi dari alun-alun beserta Organisasi Masyarakat (Ormas) lainnya

11 http://islamiccentregresik.blogspot.com/2018/11/kebijakan-pembangunan-islamic-centre.html?m=1 di akses pada 10 Maret 2019

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

9

melakukan demo terus menerus di depan proyek pembangunan Islamic Center

tersebut.

Konflik adalah sebuah fenomena yang selalu ada dalam kehidupan bernegara

dan masyarakat, oleh karena itu peneliti menggunakan konsep konflik Johan

Galtung dalam melihat permasalahan yang terjadi di Kabupaten Gresik antara

Pemerintah Daerah dan masyarakat terkait pembangunan Islamic Center diatas

lahan alun-alun. Johan Galtung (2009), menggambarkan konflik adalah penyebab

kekerasan. Kekerasan merupakan sebuah konflik yang belum terselesaikan.

Selain itu konflik juga memiliki beberapa arti, yang pertama konflik sebagai

benturan fisik dan verbal dimana akan muncul penghancuran dan yang kedua

,konflik diasumsikan sebagai sekumpulan permasalahan yang menghasilkan

penyelesaian yang merupakan penciptaan baru.12 Dalam teori konflik menurut

Galtung terdapat tiga aspek penting yang harus diperhatikan yakni Sikap

(Attitude), Perilaku (Behavior) dan Kontradiksi (Contradiction). 13 Attitude,

dalam pengertian konflik berarti adanya penolakan terhadap superioritas pihak

lain. Behavior adalah mental, ekspresi verbal atau fisik yang ditimbul dalam

konflik. Tindak kekerasan, kekerasan, sikap tidak hormat kejahatan seksual

hingga pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) adalah bentuk dari behavior.

Dapat dikatakan behavior, adalah bentuk aksi nyata dari konflik. Selanjutnya

adalah contradiction. Contradiction adalah bagian yang menunjukkan adanya

12 Budi Purwoko dan Refia Juniarti Hendrastin, 2014, Studi Kasus Dinamika Psikologis Konflik Interpersonal Siswa Merujuk Teori Segitiga Abc Konflik Galtung, Jurnal BK Unesa Volume 04 Nomor 02 Tahun 2014, Hlm. 365 13 Ibid. Hlm. 368

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

10

perbedaan atau kontradiksi tujuan antar pihak yang berkonflik. Ketiga unsur

tersebut saling berkaitan satu sama lain.14

Jika konflik pembangunan Islamic Center dikaitkan dengan teori konflik

Galtung, konflik antara Pemerintah Daerah dan masyarakat ini dimulai dari dari

adanya perbedaan tujuan dari pihak yang berkonflik. Dari sudut pandang

pemerintah, pembangunan berguna untuk meningkatkan nilai lebih dari wisata

religi yang ada di Kabupaten Gresik sedangkan masyarakat menganggap alun-

alun adalah sebuah cagar budaya yang tidak boleh dirubah begitu saja dan

menghilangkan sisi historisnya. Dari perbedaan pendapat tersebut muncul

penolakan dari pihak masyarakat karena pembangunan Islamic Center di atas

lahan alun-alun yang merupakan cagar budaya tetap berjalan. Masyarakat

melakukan protes hingga demo secara langsung didepan lokasi pembangunan

supaya Pemerintah Daerah mempertimbangkan atau mengkaji kembali

pembangunan Islamic Center yang dibangun di atas lahan cagar budaya.

Sebuah kebijakan atau program yang diusulkan oleh Pemerintah Daerah tidak

akan menjadi sebuah konflik apabila Pemerintah Daerah juga mempertimbangkan

usulan-usulan dari masyarakat. William Dunn, menjelaskan terdapat tiga elemen

penting dalam pembuatan kebijakan yakni pelaku/aktor kebijakan, lingkungan

kebijakan dan kebijakan publik.15 Kebijakan publik lahir dari tuntutan-tuntutan

yang dipengaruhi lingkungan, dan kemudian ditransformasikan ke dalam suatu

sistem politik. Faktor lingkungan antara lain adalah sosial ekonomi, sumberdaya

alam, iklim, topografi dan demografi, budaya dan lain sebagainya. Dalam

14 Gabriela Natalia Primi Bagas Gati, 2014, Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik antara Masyarakat Tuareg dengan Pemerintahan Mali (1962-2012), Jurnal Analisis Hubungan Internasional , Vol. 3 ,No.3 Hlm.1145 15 Model Pelatihan Analisis Kebijakan oleh Lembaga Administrasi Negara Hlm. 12

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

11

berbagai arti kebijakan publik, pemerintah memiliki peran paling dominan dalam

pembuatan kebijakan publik, akan tetapi pembuatan kebijakan publik tidak berada

diruang hampa. Selalu ada tujuan dan maksud tertentu dari pembuatan kebijakan

publik serta dibutuhkan elemen lain untuk membuat sebuah kebijakan dapat

dilaksanakan dengan baik. Begitu juga kebijakan Pemerintah Kabupaten Gresik

dalam pembangunan Islamic Center. Dalam pembuatan kebijakan, pemerintah

hanya terfokus pada program-program yang telah direncanakan terlebih dahulu

tanpa memperhatikan kebutuhan lingkungan serta aspirasi masyarakat. Karena

pemerintah lebih mendominasi dalam proses pembuatan kebijakan, setelah

kebijakan tersebut berjalan menimbulkan konflik dari lingkungan dimana

kebijakan publik tersebut berjalan.

Berdasarkan penjelasan secara umum dan melalui teori peneliti menganggap

pentingnya penelitian ini berdasarkan pada konflik yang terjadi antara Pemerintah

Daerah dan masyarakat akibat pembangunan Islamic Center di atas lahan alun-

alun yang merupakan salah satu cagar budaya di Kabupaten Gresik. Tentu hal ini

membuat peneliti tertarik untuk mengetahui secara langsung dan mendalami

terkait konflik yang ada. Penelitian ini difokuskan kepada apa saja faktor atau

alasan Pemerintah Daerah membangun Islamic Center di atas lahan alun-alun kota

yang merupakan identitas sebuah daerah dilihat baik dari sisi politik, ekonomi,

sosial dan budaya. Konflik ini menggiring peneliti karena memiliki daya tarik

tersendiri bagaimana Pemerintah Daerah sebagai pemangku kebijakan atau

pemegang kekuasan mengambil keputusan yang berdampak besar pada

masyarakat dan seperti apa kelanjutan pembangunan Islamic Center yang

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

12

mengundang pro dan kontra serta bagaimana penyelesaian konflik yang terjadi

antara Pemerintah Daerah dan Masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang dapat dibuat rumusan masalah sebagai

berikut :

1.2.1 Mengapa konflik terjadi antara Pemerintah Daerah dengan masyarakat

tentang Pembangunan Islamic Center di Kabupaten Gresik?

1.2.2 Bagaimana cara menyelesaikan konflik Pemerintah Daerah dengan

masyarakat tentang pembangunan Islamic Center di Kabupaten Gresik?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian menggambarkan hasil yang ingin dicapai setelah

penelitian selesai, khususnya yang teridentifikasi dalam latar belakang dan

perumusan masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah

1.3.1 Mengetahui konflik yang terjadi antara Pemerintah Daerah dan masyarakat

tentang Pembangunan Islamic Center di Kabupaten Gresik.

1.3.2 Mengetahui cara menyelesaikan konflik Pemerintah Daerah dengan

masyarakat tentang pembangunan Islamic Center di Kabupaten Gresik.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik secara praktis

maupun akademis sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

penambahan khazanah keilmuan mata kuliah Manajemen Konflik dan

Konsensus khususnya dalam penyelesaian sebuah konflik.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

13

1.4.2 Manfaat praktis, penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan rujukan baik

praktisi sosial, politisi maupun pemerintah yang berkaitan dengan

hubungan antara pemerintah daerah dan masyarakat serta manajemen

konflik.

1.5 Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan batasan terhadap masalah-masalah yang

dapat dijadikan pedoman dalam penelitian sehingga akan memudahkan dalam

mengoperasionalkannya pada saat di lapangan. Untuk memahami dan

memudahkan dalam menafsirkan teori yang ada dalam penelitian ini, maka akan

ditentukan definisi konseptual yang berhubungan dengan hal-hal yang akan

diteliti, yaitu :

1.5.1 Konflik

Istilah konflik, dalam ilmu politik sering dikaitkan dengan kekerasan, seperti

kerusuhan, kudeta, terorisme dan revolusi.16 Konflik mengandung pengertian

perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan antar individu dengan individu,

individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, dan kelompok dengan

pemerintah.17 Johan Galtung menilai konflik. adalah proses dinamis karena

struktur, sikap dan perilaku dapat berubah dan saling mempengaruhi.

Kemunculan konflik mengarah pada perubahan sosial dan jika lebih dalam lagi

dapat menyebabkan perubahan lingkungan sosial.18 Maka dari itu konflik dapat

diartikan sebagai perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan diantara

16 Suripto, 2016, Analisis Sengketa atau Konflik Politik, Jurnal Politikologi Vol 3/No.1/Oktober 2016, Hlm. 83-84 17 Ibid. 18 Gabriela Natalia Primi Bagas Gati, 2014, Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik antara Masyarakat Tuareg dengan Pemerintahan Mali (1962-2012), Jurnal Analisis Hubungan Internasional , Vol. 3 ,No.3 Hlm.1145

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

14

sejumlah individu, kelompok dan organisasi dalam mendapatkan atau

mempertahankan sumber-sumber dari keputusan yang dibuat dan dilaksanakan

oleh pemerintah.

Konflik merupakan suatu gejala yang tidak dapat dipisahkan dalam

kehidupan masyarakat. Konflik dalam masyarakat dibedakan menjadi macam-

macam bentuk : 1) Konflik pribadi atau individu, yang didasari karena masalah

pribadi. 2) Konflik rasial yang terjadi karena pertentangan kelompok ras yang

berbeda kepentingan dan kebudayaan. 3) Konflik politik, konflik yang

menyangkut golongan-golongan dalam masyarakat maupun diantara negara yang

berdaulat. 4) konflik antar kelas sosial, yang merupakan pertentangan antara dua

kelas sosial yang berbeda kepentingan. 5) Konflik internasional, merupakan

konflik antara beberapa negara yang berbeda kepentingan.19

Perbedaan dan kerasnya benturan kepentingan memicu konflik di dalam

masyarakat. Konflik yang terjadi disebabkan oleh beberapa hal : 1) Adanya latar

belakang sosial politik, ekonomi dan sosial budaya yang berbeda dan memiliki

pengaruh yang sangat kuat.. 2) Adanya pemikiran yang menimbulkan ketidak

sepamahaman antara yang satu dengan yang lain. 3) Adanya sikap tidak simpatik

terhadap suatu pihak,, sistem dan mekanisme yang ada dalam organisasi. 4)

Adanya rasa tidak puas terhadap lingkungan organisasi, sikap frustasi, rasa tidak

senang dan lain-lain sementara tidak dapat berbuat apa-apa, dan apabila harus

meninggalkan kelompok, berarti harus menanggung resiko yang tidak kecil. 5)

Adanya dorongan rasa harga diri yang berlebih-lebihkan dan berakibat pada

19 Hanisitinurjanah.blogspot.com/2015/02/konflik-politik.hmtl?m=1 di akses 1 Februari 2019

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

15

keinginan untuk berusaha sekuat tenaga untuk melakukan rekayasa dan

manipulasi.20

1.5.2 Islamic Center

Islamic Center adalah pusat kegiatan masyarakat muslim melaksanakan

ibadah dan dakwah, pemberdayaan umat, serta pengembangan kebudayaan

Islam.21 Dari pengertian tersebut dapat dijabarkan bahwa Islamic Center

merupakan tempat umat Islam melaksanakan ibadah dan mengamalkan nilai-nilai

Islam yang universal, tempat para ulama dan intelektual muslim untuk mengkaji

IMTAK dan IPTEK, serta tempat masyarakat berinteraksi dan berapresiasi

mengembangkan karyanya dalam meningkatkan kualitas hidup berdasarkan nilai-

nilai Islam. Fungsi Islamic Center dapat dikatakan sebagai penjabaran luas

terhadap fungsi masjid sebagai tempat ibadah ataupun tempat sesama manusia

saling berinteraksi.

1.5.3 Pemerintah Daerah

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

menjelaskan bahwa pemerintah daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan

oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi

dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.22 Sementara

Apparodal mengemukakan bahwa pemerintah daerah adalah pemerintah oleh

badan-badan yang terpilih secara populer yang ditugaskan untuk tugas

20 Hidayat, Imam, 2009, Teori-teori Politik, Setara Press, Malang, Hlm. 76 21 Elib. Unikom.ac.id/download/Islamic Center Sukabumi di akses 5 Januari 2019. 22 Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat (2)

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

16

administratif dan eksekutif dalam hal-hal yang berkaitan dengan penghuni tempat

atau distrik tertentu.23

Pemerintah daerah harus dipandang sebagai landasan dalam struktur sistem

politik yang demokratis dan pembangunan yang berkelanjutan. Dalam

perancangan sistem politik demokratis, pemerintah daerah harus dipandang

sebagai landasan kebijakan pembangunan nasional,, karena berfungsi sebagai

wahana yang vital pada tingkat tertentu untuk menjamin peningkatan pemahaman

dan dukungan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan.24

1.5.4 Masyarakat

Masyarakat adalah keseluruhan antara hubungan-hubungan antar manusia.

Robert M.Mclver, mengemukakan bahwa masyarakat adalah suatu sistem

hubungan-hubungan yang ditata.25 Sementara itu Max Weber mengungkapkan

bahwa masyarakat adalah suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan

oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.26 Selain itu Emile

Durkheim juga mendefiniskan bahwa masyarakat adalah kenyataan objektif

individu-individu yang menjadi anggotanya.27

Kehidupan masyarakat merupakan sebuah sistem sosial dimana bagian-bagian

yang ada didalamnya saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya menjadi

suatu kesatuan yang terpadu. Manusia bertemu dengan manusia lainnya dalam

sebuah masyarakat dengan peran yang berbeda-beda.

23 Apparodal. A, 1975, The Substance of Politics, New Delhi Oxford University Press, Hlm.287 24Setiawan, Irfan, 2018, Handbook Pemerintah Daerah, Yogyakarta, WR Hlm. 54 25 M. Maclver, Robert, 1961, The Web of Goverment, New York : The Macmillan Company Hlm. 22 26Tejokusumo, Bambang, 2014, Dinamika Masyarakat sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan Sosial,Geoduksi Volume III Nomor 1 , Maret 2014,Hlm.39 27 Ibid

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

17

1.6 Definisi Operasional

Menurut Silalahi, definisi operasional merupakan kondisi-kondisi, bahan-

bahan dan prosedur-prosedur yang diperlukan untuk mengidentifikasi atau

menghasilkan kembali, satu atau lebih acuan konsep yang didefinisikan28. Dalam

definisi operasional ini bertujuan untuk menjabarkan konsep lebih jelas, agar lebih

mudah untuk dipahami. Adapun konsep yang akan didefinisikan secara

operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.6.1 Konflik Pemerintah Daerah dengan masyarakat tentang pembangunan

Islamic Center.

1.6.2.1. Kondisi awal alun-alun Gresik.

1.6.2.2. Kebijakan pembangunan Islamic Center.

1.6.2.3. Faktor penyebab konflik Pemerintah Daerah dengan masyarakat

terkait pembangunan Islamic Center.

1.6.2.4. Bentuk konflik yang terjadi antara Pemerintah Daerah dengan

masyarakat terkait pembangunan Islamic Center.

1.6.2.5. Aktor-aktor yang terlibat dalam konflik antara Pemerintah Daerah

dan masyarakat terkait pembangunan Islamic Center.

1.6.2 Resolusi konflik Pemerintah Daerah dengan masyarakat terkait perubahan

kawasan alun-alun kota menjadi Islamic Center.

1.6.2.1. Koordinasi

1.6.2.2. Mediasi

1.6.2.3. Ajudikasi

28 Silalahi, Ulber, 2012, Metode Penelitian Sosial. Bandung, Refika Aditama Hlm. 119

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

18

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian problem solution karena

penelitian ini berusaha untuk menemukan solusi yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaannya tertentu. Pada

penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode kualitatif.

1.7.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian

deskriptif menurut Sugiyono, adalah penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel ataupun lebih

(independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan

variabel yang lain.29

1.7.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Gresik tepatnya di Dinas

Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Gresik. Penelitian pada instansi

dinas tersebut menghasilkan data yang lebih akurat terkait dengan

pembangunan Islamic center.

1.7.3 Subyek Penelitian

Subyek penelitian merupakan pihak yang menjadi sasaran penelitian guna

memperoleh informasi terkait dengan topik penelitian. Untuk mendapatkan

informasi yang lengkap, maka dalam penelitian ini yang menjadi subyek

penelitian adalah

29 Sugiyono, 2008, Memahami Pendekatan Penelitian, Bandung : CV Alfabeta, Hlm. 5

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

19

a) Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Gresik atau

pegawai dinas sebanyak 1 orang.

b) Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Perindag Kabupaten Gresik atau

pegawai dinas sebanyak 1 orang.

c) Perwakilan dari Pemuda Demokrat sebanyak 1 orang.

d) Budayawan dan Sejarawan dari Yayasan Literasi Mataseger sebanyak 1

orang.

e) Lembaga

1) Forum Aliansi Masyarakat Peduli Cagar Budaya Gresik sebanyak

2 orang.

2) Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda (PAC GP) Ansor

Kecamatan Kota Gresik sebanyak 1 orang.

3) Paramaniaga Pedagang Alun-alun Gresik (PPAG) sebanyak 2

orang.

1.7.4 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua sumber data sebagai berikut :

a) Data Primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari umber asli

(tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek

(orang) secara individual atau kelompok,, hasil observasi terhadap suatu

benda (fisik), kejadian atau kegiatan dan hasil pengujian. Dalam hal ini

data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak

Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Gresik, Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM) dan Masyarakat sekitar alun-alun.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

20

b) Data Sekunder digunakan untuk mendapatkan landasan teori penelitian

dan memperkuat data primer yang telah diperoleh melalui wawancara.

Data sekunder diperoleh melalui data dokumentasi, dengan menggunakan

sumber-sumber seperti buku bacaan,,jurnal hingga surat kabar. Data

sekunder penelitian ini adalah dokumen yang berkaitan dengan Konflik

Pembangunan Islamic Center seperti Rencana Kerja Dinas Pekerjaan

Umum dan Tata Ruang (DPUPR), Laporan Akuntabilitas DPUPR, Renstra

DPUPR, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Gresik serta Undang-undang/ Peraturan Daerah/ Keputusan Bupati yang

berkaitan dengan tema penelitian ini.

1.7.5 Teknik Pengumpulan Data

Tujuan dari kegiatan penelitian adalah pengumpulan suatu data. Kegiatan

pengumpulan data dilakukan dengan teknik tertentu dan menggunakan alat

tertentu yang disebut dengan Instrumentasi Penelitian. Data yang diperoleh

diolah agar menjadi sebuah informasi. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini kualitatif, adalah teknik yang memungkinkan

diperolehnya data detail dengan waktu yang lama.30 Dalam pengumpulan data

peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Observasi

Teknik pengamatan langsung merupakan teknik pengumpulan data

yang paling banyak dipakai dalam penelitian kualitatif. Teknik observasi

merupakan suatu metode dengan cara langsung datang pada obyek yang

dituju.

30 Maryadi, dkk, 2010, Pedoman Penulisan Skripsi FKIP, Surakarta: Univesitas Muhammadiyah Surakarta, Hlm. 14

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

21

b) Wawancara

Sugiyono mengemukakan bahwa teknik pengumpulan dengan

melakukan wawancara langsung,dengan pimpinan ataupun karyawan

tentang objek observasi yang sedang teliti wawancara yang dilakukan

adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah

wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman

wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

datanya.

c) Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa cacatan, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan

sebagainya. Dalam penelitian ini, dokumentasi digunakan untuk mencari

data-data yang dibutuhkan yang berhubungan dengan dokumen-dokumen

serta catatan yang ada pada Dinas tersebut.

1.7.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematis

untuk mempermudah peneliti menarik kesimpulan. Analisis data menurut

Bogdan dan Sugiyono, yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematik

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan

lain sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada

orang lain.31 Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu analisis

berdasarkan data yang diperoleh.

31 Sugiyono, Op.cit, Hlm.334

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

22

Miles dan Huberman menjelaskan, bahwa analisis terdiri dari tiga alur

kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data,

penarikan kesimpulan atau verifikasi.32 Mengenai ketiga alur tersebut

dijabarkan sebagai berikut :

a) Penyajian data

Pada tahap ini cara yang mudah bergerak maju adalah memecah-

mecah inovasi ke dalam komponen-komponen atau aspek-aspek tertentu,

dengan menggunakan ini sebagai baris matriks. Kolom matriks adalah

jangka-jangka waktu, dari penggunaan awal sampai penggunaan nanti.

Jika terjadi perubahan dalam komponen selama jangka waktu itu, kita

dapat memasukkan deskripsi singkat dari perubahan itu.

b) Reduksi Data

Reduksi data adalah bagian dari analisis. Reduksi data merupakan

suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan

dan membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data, dengan cara

sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

c) Display Data

Dalam tahapan ini, peneliti akan memaparkan atau

mendeskripsikan data-data yang telah diperoleh menjadi hasil dari

penelitian ini.

d) Penarikan Kesimpulan

Dalam proses ini selalu disertai dengan upaya verifikasi (pemikiran

kembali), sehingga disaat ditemukan ketidaksesuaian antara fenomena dan

32 Miles dan Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, Jakarta : Universitas Indonesia Press, Hlm.16

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49227/2/BAB 1.pdf · Lima (PKL) yang awalnya berdagang di alun-alun kota. PKL merasa dirugikan karena mereka tidak diberikan

23

data dengan konsep dan teori yang dibangun, maka peneliti kembali

melakukan pengumpulan data atau reduksi data atau perbaikan dalam

penyajian data kembali, sehingga dapat diperoleh kesimpulan yang benar-

benar utuh. Dalam penarikan kesimpulan peneliti menggunakan kerangka

teori yang dipakai sebagai kerangka pikir riset.