bab iv hasil dan pembahasan penelitian alun-alun...

24
43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 1.1 Hasil Penelitian SD Negeri Kroyo 1 terletak di jantung kecamatan Karangmalang, berjarak sekitar tiga kilometer dari alun-alun kabupaten Sragen. Sekolah ini memiliki letak yang sangat strategis, karena berada di samping kantor Kecamatan Karangmalang, serta dikelilingi oleh lapangan, BKK Karangmalang, Koramil, Polsek, serta sebuah Sekolah Menengah Pertama Negeri. SD Negeri Kroyo 1 memiliki jumlah siswa sebanyak 220 anak, dimana jumlah siswa laki-laki sebanyak 120 anak, dan perempuan 100 anak. SD Negeri Kroyo 1 termasuk salah satu sekolah yang tidak dapat dipandang sebelah mata karena SD Negeri Kroyo 1 banyak mencetak prestasi baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Prestasi tersebut tidak hanya diraih oleh para siswa saja, akan tetapi tidak sedikit guru yang memiliki prestasi yang patut dibanggakan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya lomba-lomba yang diikuti baik siswa dan guru yang membawa harum nama sekolah. Lomba-lomba yang diikuti tidak hanya akademik, tetapi juga non akademik seperti olah raga, seni, ekstrakurikukler, maupun keagamaan, yang tidak jarang mendapatkan juara mulai dari juara 1 sampai

Upload: trinhduong

Post on 03-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

1.1 Hasil Penelitian

SD Negeri Kroyo 1 terletak di jantung kecamatan

Karangmalang, berjarak sekitar tiga kilometer dari

alun-alun kabupaten Sragen. Sekolah ini memiliki

letak yang sangat strategis, karena berada di samping

kantor Kecamatan Karangmalang, serta dikelilingi oleh

lapangan, BKK Karangmalang, Koramil, Polsek, serta

sebuah Sekolah Menengah Pertama Negeri. SD Negeri

Kroyo 1 memiliki jumlah siswa sebanyak 220 anak,

dimana jumlah siswa laki-laki sebanyak 120 anak, dan

perempuan 100 anak. SD Negeri Kroyo 1 termasuk

salah satu sekolah yang tidak dapat dipandang sebelah

mata karena SD Negeri Kroyo 1 banyak mencetak

prestasi baik dalam bidang akademik maupun non

akademik.

Prestasi tersebut tidak hanya diraih oleh para

siswa saja, akan tetapi tidak sedikit guru yang memiliki

prestasi yang patut dibanggakan. Hal ini dibuktikan

dengan banyaknya lomba-lomba yang diikuti baik

siswa dan guru yang membawa harum nama sekolah.

Lomba-lomba yang diikuti tidak hanya akademik, tetapi

juga non akademik seperti olah raga, seni,

ekstrakurikukler, maupun keagamaan, yang tidak

jarang mendapatkan juara mulai dari juara 1 sampai

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

44

harapan. Tidak hanya mengikuti lomba tingkat

kecamatan, akan tetapi dari beberapa lomba sampai

pada tingkat karesidenan. Pada tahun ajaran

2016/2017 SD Negeri Kroyo 1 meraih peringkat ke-9

dari total 38 sekolah dasar pada tryout tingkat

kecamatan. Sarana pendidikan berupa multimedia

yang tersedia untuk mendukung proses belajar

mengajar di SD Negeri Kroyo 1 tergolong memadai,

diantaranya yaitu 3 buah LCD proyektor, 14 unit

komputer, 2 buah laptop, dan jaringan internet. SD

Negeri Kroyo 1 Karangmalang memiliki guru sebanyak

12 orang, satu diantaranya diberikan tugas tambahan

sebagai seorang Kepala Sekolah, serta dibantu oleh 1

staff administrasi sekolah.

SD Negeri Kroyo 1 memiliki Visi yaitu “Unggul

Dalam Ilmu, Santun Dalam Perilaku”. SD Negeri Kroyo

1 merumuskan beberapa misi untuk dijadikan arah

dalam pencapaian visi, yaitu sebagai berikut: (a)

Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara

efektif, sehingga siswa dapat berkembang secara

optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki; (b)

Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif

kepada seluruh warga sekolah; (c) Mendorong dan

membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya

sehingga dapat berkembang optimal; (d) Menumbuhkan

penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan

juga budi pekerti yang luhur; (e) Menerapkan

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

45

manajemen dan partisipasi dengan melibatkan seluruh

warga sekolah.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan,

kompetensi ICT di kalangan guru SD Negeri Kroyo 1

masih tergolong rendah. Hal ini terbukti dari

minimnya penggunaan multimedia sebagai media

pembelajaran. Yang terjadi di lapangan adalah, para

guru menggunakan metode konvensional sebagai

metode pengajaran yang selama ini diterapkan. Metode

pengajaran konvensional ini dirasa belum optimal

dilakukan, karena kegiatan belajar mengajar hanya

sekedar proses memindahkan ilmu pengetahuan yang

dimiliki kepada siswa. Penggunaan media lain sebagai

media pembelajaran belum dilakukan secara maksimal.

Sebagian besar guru hanya terpaku pada buku yang

disediakan oleh pemerintah sebagai bahan ajar di

kelas. Multimedia yang tersedia di sekolah belum

digunakan secara maksimal. Para guru masih merasa

enggan untuk memanfaatkan multimedia yang ada

sebagai media pembelajaran. Hal itu disebabkan

karena sebagian besar guru merasa kesulitan untuk

mempelajarinya.

Sarana pendidikan yang berupa multimedia di

SD Negeri Kroyo 1 tergolong memadai, diantaranya

yaitu 3 buah LCD proyektor, 14 unit komputer, 2 buah

laptop, dan jaringan internet. Sarana prasarana yang

tersedia dikelola oleh administrator, dimana alat-alat

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

46

multimedia disimpan di laboratorium komputer yang

tersedia. Menurut guru-guru, multimedia dianggap

terlalu sulit untuk dipelajari karena teknologi yang

dirasa sudah sangat maju dan mereka tidak mampu

untuk mengikuti perkembangan teknologi. Langkah-

langkah yang digunakan untuk mengoperasikan

multimedia juga dianggap terlalu rumit. Para guru

mengaku belum pernah mengikuti pelatihan, sehingga

tidak adanya modul untuk berlatih mandiri. Alasan-

alasan itulah yang menyebabkan mengapa sebagian

besar guru belum sepenuhnya memanfaatkan

multimedia yang tersedia. Fakta yang terjadi di

lapangan senada dengan yang diutarakan oleh

Irwantoro & Suryana (2016) mengenai alasan-alasan

masih rendahnya pemanfaatan multimedia yang telah

diuraikan sebelumnya.

Berkaitan dengan penguasaan kompetensi ICT

yang masuk dalam ranah pedagogik, pemenuhan akan

kebutuhan pelatihan menjadi hal penting dalam

permasalahan yang ada di lapangan. Seperti yang

diungkapkan oleh Nawawi (1983), strategi yang dapat

dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan sehingga dapat meningkatkan

produktivitasnya yaitu dengan melakukan pelatihan.

Dalam hal ini, In-House Training menjadi pilihan

sebagai strategi meningkatkan kompetensi ICT bagi

guru di SD Negeri Kroyo 1. Pelatihan ini memiliki

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

47

manfaat antara lain membantu guru dalam

peningkatan dan pengembangan kompetensi ICT.

Selain itu, pemenuhan kebutuhan perencanaan

sumber daya manusia di SD Negeri Kroyo 1 dapat

dilakukan, sehingga kualitas sumber daya manusia

dapat meningkat khususnya kompetensi ICT. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Simamora (2004).

Pelaksanaan pelatihan diselenggarakan di sekolah,

karena dirasa lebih efektif dan efisien. Strategi ini

dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa untuk

meningkatkan kompetensi ICT tidak harus dilakukan

di luar lingkungan sekolah, sehingga banyak

menghemat waktu dan biaya seperti yang diungkapkan

oleh Danim (2010).

Dalam pelatihan, perlu adanya modul yang dapat

digunakan sebagai media pelatihan. Berdasarkan hasil

penelitian, di SD Negeri Kroyo 1 belum pernah ada

modul yang dapat digunakan sebagai media pelatihan

maupun belajar mandiri. Pengembangan modul yang

dapat digunakan sebagai media In-House Training

dapat dijadikan salah satu solusi untuk meningkatkan

kompetensi ICT. Seperti yang diutarakan oleh

Daryanto (2013), modul yang dikembangkan disajikan

secara tertulis sehingga peserta dapat memanfaatkan

modul sebagai media belajar mandiri. Dalam

Dikmenjur (2004), manfaat modul yang dapat

mengembangkan kemampuan peserta pelatihan juga

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

48

sesuai dengan yang terjadi selama pelatihan, dimana

setelah diadakan pelatihan dapat dilihat bahwa

kompetensi ICT guru meningkat. Pelatihan yang

diselenggarakan di sekolah dapat mengatasi

keterbatasan waktu dan meminimalisir biaya. Modul

yang disusun dapat digunakan sebagai media belajar

mandiri, sehingga memudahkan peserta untuk terus

berlatih meskipun pelatihan sudah usai.

1.2 Hasil Pengembangan

Berdasarkan desain penelitian dan

pengembangan yang dikembangkan oleh Borg and Gall

(2003) seperti dikutip oleh Sugiyono (2016, p: 37)

meliputi Penelitian dan pengumpulan informasi,

Perencanaan, Desain produk awal, Validasi desain (uji

pakar), Revisi Produk, Uji Coba Terbatas, dan yang

terakhir yakni Revisi Produk. Tahapan pengembangan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Penelitian dan Pengumpulan informasi

Menurut hasil wawancara, observasi di ruang

kelas, penyebaran angket, serta studi dokumentasi

terhadap semua subyek, diperoleh banyak sekali

data yang akan dianalis menggunakan diagram

tulang ikan (fish bone). Temuan di lapangan

menunjukkan bahwa pada tahun ajaran 2016/2017

di SD Negeri Kroyo 1 sudah menerapkan kurikulum

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

49

2013, sesuai edaran dari Kepala Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan kabupaten Sragen. Berdasarkan

wawancara dengan guru-guru, diketahui bahwa

banyak yang masih menggunakan metode mengajar

secara konvensional, sedangkan banyak sekali

materi yang tidak terdapat di bahan ajar tetapi

harus diajarkan kepada murid. Hal ini

menyebabkan terlewatnya materi yang seharusnya

diajarkan, akan tetapi mereka memilih mengajarkan

hal-hal yang hanya ada di bahan ajar karena

merasa kesulitan dalam mencari sumber.

Ketidaktahuan mereka dalam menggunakan

teknologi membuat mereka merasa mengalami

kemunduran dalam hal pengajaran. Hal lain yang

menjadi penyebab enggannya guru memanfaatkan

multimedia yang ada adalah ketidakmampuan

mereka untuk mengoperasikan alat-alat tersebut.

Hal dikarenakan banyaknya guru yang belum

pernah mendapatkan pelatihan serupa, serta tidak

adanya modul yang dapat digunakan untuk belajar

secara mandiri. Beberapa guru mengaku pernah

mencoba untuk mengoperasikan multimedia

tersebut, akan tetapi mereka kesulitan untuk

mengingat langkah-langkah yang telah diajarkan

oleh sesama guru di SD Negeri Kroyo 1, karena hal

itu dilakukan secara lisan dan dalam waktu yang

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

50

terbatas. Hal itu dilakukan untuk mendukung

penerapan kurikulum 2013 di SD Negeri Kroyo 1.

Ada beberapa multimedia yang sesungguhnya

dapat dimanfaatkan oleh guru dalam proses belajar

mengajar, akan tetapi banyak dari mereka yang

enggan untuk memanfaatkan dengan alasan

memakan banyak waktu dalam mempersiapkannya.

Banyak dari mereka yang merasa metode

konvensional kurang optimal dalam proses belajar

mengajar. Respon yang diberikan siswa cenderung

pasif, maka dari itu proses belajar mengajar

berpusat pada guru.

Pada beberapa guru yang pernah

menggunakan multimedia dalam proses belajar

mengajar, mereka mengamati bahwa siswa

cenderung lebih aktif dan meminta untuk lebih

sering menggunakan multimedia di dalam kelas.

Akan tetapi, dengan alasan banyak kewajiban yang

harus dikerjakan, mereka hanya beberapa kali

menggunakan multimedia sebagai media

pembelajaran. Multimedia di SD Negeri Kroyo 1

justru lebih banyak digunakan untuk mengerjakan

administrasi kependidikan, yang lebih banyak

dikelola oleh satu orang staff administrasi.

Adanya jaringan internet di SD Negeri Kroyo 1

juga belum dimanfaatkan secara optimal untuk

kepentingan proses belajar mengajar. Beberapa

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

51

guru memanfaatkan jaringan internet untuk

membuka social media dengan menggunakan

telepon seluler mereka, akan tetapi tidak

memanfaatkan untuk mencari materi pendukung

proses belajar mengajar. Beberapa komputer yang

ada terlihat kurang terawat, karena banyak

komputer yang terserang virus. Hal ini hanya

dibiarkan begitu saja karena minimnya pengelola

yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. Selain

itu, minimnya dana operasional multimedia

menjadikan alasan untuk merawat seadanya.

Dari observasi yang telah dilakukan penulis di

dalam ruang kelas, terlihat beberapa media

pembelajaran yang ditempel di dinding seperti:

perkalian, pembagian, pertambahan, dan

pengurangan; empat sehat lima sempurna; model

huruf abjad dan angka; model tulang kerangka; peta

Negara Indonesia; serta jenis tarian daerah. Proses

belajar mengajar di dalam kelas juga terkesan

monoton, karena beberapa siswa di kelas satu dan

dua terlihat bermain-main ketika guru mengajar di

depan kelas. Pada observasi di kelas tiga, lima, dan

enam, penulis mengamati para guru lebih banyak

menggunakan metode konvensional.

Siswa yang duduk di barisan depan terlihat

memperhatikan, tetapi siswa yang duduk di bangku

belakang cenderung berbicara dengan temannya,

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

52

bahkan dari mereka ada yang bermain-main.

Perbedaan respon siswa terlihat pada proses belajar

mengajar di kelas empat, dimana guru

menggunakan film pendek yang disajikan dengan

menggunakan laptop dan LCD Proyektor. Hampir

semua siswa memperhatikan film tersebut dengan

antusias yang tinggi.

Dari semua data yang ada, penulis akan

melakukan analisis masalah untuk mencari apa

saja yang dibutuhkan kalangan guru SD Negeri

Kroyo 1 dengan menggunakan diagram Fish Bone

(Tulang ikan) seperti berikut ini:

1.2.2 Perencanaan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan

melalui wawancara, observasi, penyebaran angket,

dan studi dokumentasi, didapati temuan bahwa

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

53

kompetensi ICT guru-guru SD Negeri Kroyo 1 sangat

rendah, sehingga dibutuhkan In-House Training

dalam pemanfaatan multimedia, serta modul

sebagai media IHT untuk meningkatkan kompetensi

ICT di kalangan guru SD Negeri Kroyo 1.

1.2.3 Desain Produk Awal

Hasil pengembangan yang telah dilakukan

adalah disusunnya modul IHT dengan judul

“Mengenal Power Point 2007” yang memuat materi

tentang pengenalan aplikasi Microsoft Powerpoint

yang sering digunakan sebagai media presentasi,

serta memuat langkah-langkah dalam pemanfaatan

internet untuk mencari informasi, sehingga modul

ini dapat digunakan sebagai media IHT maupun

untuk belajar mandiri bagi guru-guru SD Negeri

Kroyo 1. Penyusunan modul ini terlebih dahulu

diawali dengan pengumpulan informasi sebagai

pondasi dalam menganalisa kebutuhan. Analisis

kebutuhan dilakukan sebagai pedoman dalam

penyusunan modul.

Penyusunan modul ini dilakukan secara

bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan guru.

Tahap pertama penyusunan, disusun materi tentang

pengenalan aplikasi Microsoft Power Point, dimulai

dari membuka aplikasi serta pengenalan dasar-

dasar Power Point. Setelah peserta mampu memulai

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

54

membuka aplikasi, mereka mulai membuat

presentasi, serta mengubah dan menyunting teks.

Materi selanjutnya adalah bagaimana membuat

format presentasi menjadi lebih menarik. Hal ini

bertujuan agar tampilan presentasi mampu menarik

perhatian siswa. Dengan begitu, materi

pembelajaran yang dianggap rumit akan dapat

tersampaikan dengan lebih baik.

Dalam modul juga disusun materi bagaimana

menyisipkan objek dan tabel pada presentasi. Hal

ini memiliki tujuan agar presentasi yang disajikan

nanti dapat memuat konten-konten yang

dibutuhkan oleh guru, misalnya pada mata

pelajaran matematika guru dapat memasukkan data

dalam bentuk tabel pada presentasi. Bagi guru

kelas satu maupun kelas dua dapat membuat

proses belajar mengajar lebih menarik dengan

memasukkan animasi ke dalam presentasi. Di

dalam modul tersebut juga tersedia materi untuk

menjalankan presentasi yang sudah dibuat dalam

bentuk slide show. Materi terakhir yang

dimasukkan adalah pemanfaatan internet. Materi

ini bertujuan untuk memberikan pilihan lain kepada

guru dalam mencari bahan ajar melalui internet.

Didukung dengan sudah tersedianya jaringan

internet di SD Negeri Kroyo 1, maka guru-guru ingin

memanfaatkan internet dengan lebih optimal.

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

55

Sistematika desain produk awal dapat dilihat dalam

lampiran 3.1 seperti yang telah diuraikan pada BAB

sebelumnya.

1.2.4 Validasi Design (Uji Pakar)

Validasi design modul pelatihan dilakukan

oleh Dr. Bambang Suteng Sulasmono, M.Si, dosen

Magister Manajemen Pendidikan Universitas Kristen

Satya Wacana Salatiga, selaku pakar pelatihan,

pakar modul, dan pakar ICT. Validasi design

dilakukan untuk mendapatkan penilaian mengenai

kualitas modul, sehingga dapat digunakan untuk

merevisi materi dan meningkatkan kualitas modul.

Hasil validasi design diperoleh melalui penilaian

dengan menggunakan lembar validasi. Berdasarkan

hasil uji validitas yang dilakukan oleh ahli pakar,

terdapat komentar dan saran secara umum tentang

modul, yaitu:

1. Penambahan hal-hal yang bisa menjadi

pembeda modul pelatihan dengan buku-buku

Power Point yang selama ini sudah beredar.

Hal ini bertujuan agar produk yang dihasilkan

memiliki nilai tambah yang menjadikan modu

ini berbeda dengan yang modul yang banyak

beredar. Penggunaan bahasa yang sederhana

diharapkan membuat modul ini menjadi lebih

dapat diterima di kalangan guru Sekolah

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

56

Dasar. Hal ini didukung oleh banyaknya dari

mereka yang berusia menjelang purna tugas,

dimana mereka mengalami kesulitan apabila

mempelajari modul dan menemukan banyak

istilah menggunakan bahasa teknologi.

2. Penambahan kata pengantar pada setiap bab.

Kata pengantar ditambahkan agar pembaca

mengerti materi apa saja yang dimuat dalam

satu pembelajaran.

3. Penambahan kunci jawaban pada setiap

latihan yang ada. Hal ini bertujuan agar

peserta dapat mengetahui materi apa saja

yang harus dikerjakan untuk mengukur

kemampuan peserta dalam mempelajari satu

materi pembelajaran.

4. Penambahan kriteria penilaian. Hal ini dapat

digunakan peserta untuk mengukur seberapa

jauh kemampuannya dalam memahami

materi pembelajaran, sehingga dalam belajar

mandiri, peserta dapat menghitung sendiri

nilai yang dihasilkan sesuai kriteria penilaian.

5. Penambahan glosarium. Meskipun modul

sudah disusun menggunakan bahasa yang

sesederhana mungkin, akan tetapi masih

banyak istilah yang tidak dapat diuraikan

dengan menggunakan istilah sederhana.

Untuk itulah istilah-istilah tersebut disusun

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

57

dalam glosarium agar peserta mampu

memahami maksud dari istilah tersebut.

Berdasarkan lembar penilaian modul, terdapat

komentar bahwa dari segi struktur modul belum

sesuai dengan standar modul baku. Dari segi isi,

tidak berbeda dengan buku-buku tentang Power

Point. Berdasarkan penilaian ahli pakar, dapat

ditarik kesimpulan bahwa modul pelatihan

dinyatakan layak untuk diuji coba di lapangan

dengan revisi sesuai saran. Semua masukan dari

ahli pakar akan digunakan untuk merevisi modul

sehingga layak diuji cobakan. Hasil uji validitas dari

ahli pakar dapat dilihat pada lampiran 4.1

1.2.5 Revisi Produk

Berdasarkan hasil penilaian dari ahli pakar,

dilakukan perbaikan sesuai saran ahli pakar.

Penulis melakukan perbaikan modul dengan

menambahkan kata pengantar pada setiap bab. Hal

ini dilakukan agar terdapat kejelasan petunjuk

dalam setiap bab tentang materi yang diajarkan.

Penulis juga melakukan penambahan kunci

jawaban pada setiap latihan yang ada. Hal ini

diharapkan dapat membantu peserta memahami

setiap latihan dan mengetahui pemecahannya.

Selain kunci jawaban, ditambahkan kriteria

penilaian dengan maksud agar peserta pelatihan

dapat mengukur kemampuan dalam pemahaman

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

58

materi. Di dalam modul terdapat banyak istilah

sukar. Oleh karena itu penulis menambahkan

glosarium, sehingga peserta dapat mengetahui

makna dari istilah yang terdapat dalam materi

pelatihan, sehingga memudahkan peserta untuk

memahami materi.

1.2.6 Uji Coba Terbatas

Setelah modul mendapatkan revisi oleh para

pakar dan dilakukan perbaikan sesuai saran ahli

pakar, maka modul siap diujicobakan dalam IHT di

kalangan guru SD Negeri Kroyo 1. Uji coba terbatas

dilakukan untuk menguji seberapa layak modul

yang dikembangkan sebagai media pelatihan. IHT

berlangsung sebanyak 10 kali pertemuan, dimana

masing-masing pertemuan membahas materi satu

bab. Dari sepuluh pertemuan, lima pertemuan

dihadiri oleh semua guru dan kepala sekolah. Akan

tetapi pada pertemuan 1, 2, 3, 8, dan 9 ada guru

yang tidak mengikuti IHT dikarenakan sedang

melaksanakan tugas dinas. Kehadiran guru dalam

IHT dicatat dalam daftar hadir IHT. Daftar hadir

pelatihan dapat dilihat pada lampiran 4.2. Pada

pertemuan kedelapan, penulis mengarahkan peserta

untuk menyajikan hasil pembuatan presentasi

sesuai dengan perintah pada soal latihan dengan

menggunakan LCD Proyektor. Sebelum

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

59

mengoperasikan LCD Proyektor, penulis

memberikan informasi tambahan tentang cara

pengoperasian LCD proyektor secara lisan. Akan

tetapi para peserta menyarankan agar langkah-

langkah pengoperasian LCD Proyektor juga

dimasukkan ke dalam materi modul, sehingga suatu

saat mereka mampu mengoperasikan LCD Proyektor

secara mandiri dengan berpedoman pada materi

dalam modul.

Pada akhir pertemuan, penulis dibantu oleh

satu orang guru yang berlatar belakang pendidikan

Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk

mengulang materi dari awal sampai akhir modul,

dengan tujuan agar suatu saat para guru dapat

berlatih secara mandiri, dan apabila menemui

kesulitan dapat mencari informasi melalui rekan

mereka. Hasil masukan dari tahap uji coba terbatas

adalah menambahkan materi tentang langkah-

langkah pengoperasian LCD proyektor ke dalam

materi pembelajaran dalam modul IHT. Hal ini

dimaksudkan agar peserta pelatihan mampu

mengoperasikan LCD proyektor secara mandiri

dengan berpedoman pada modul IHT.

Pada akhir pelatihan, penulis melakukan

wawancara dengan peserta pelatihan mengenai hasil

uji coba produk. Wawancara pasca IHT

menggunakan kisi-kisi seperti yang terdapat dalam

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

60

lampiran 4.3. Dalam wawancara diperoleh hasil

bahwa kata pengantar dalam modul sudah

menjelaskan fungsi modul. Daftar isi modul sudah

berisi tentang outline dan disertai nomor halaman

dengan sangat jelas. Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar sudah mencakup pencapaian

kompetensi bagi peserta pelatihan. Petunjuk

penggunaan modul dapat dimengerti oleh peserta.

Setiap materi dalam pembelajaran dapat dimengerti

dan dilaksanakan dengan mudah. Tugas evaluasi

mudah dimengerti dan dikerjakan karena disertai

dengan kunci jawaban dan kriteria penilaian,

sehingga peserta dapat mengukur kemampuan

masing-masing secara mandiri.

Glosarium sudah memuat kata-kata yang

belum dipahami, sehingga peserta tidak mengalami

kesulitan dalam memahami kata-kata yang

dianggap sukar. Dari hasil wawancara, modul yg

diuji cobakan sudah dapat diterima dan digunakan

dalam In-House Training untuk meningkatkan

kompetensi ICT di kalangan guru Sekolah Dasar.

Kelayakan modul ini diukur dari hasil evaluasi yang

terdapat dalam modul. Modul dinyatakan layak

untuk diterima dan digunakan menjadi media IHT

apabila peserta pelatihan dapat menjawab setiap

evaluasi yang ada tanpa melihat materi di dalam

modul. Dan bilamana pelatihan telah selesai, guru

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

61

dapat menerapkan materi yang telah didapat selama

IHT ke dalam proses belajar mengajar.

1.2.7 Revisi Produk

Setelah dilakukan uji coba terbatas terhadap

modul IHT, terdapat usulan materi tambahan dari

para guru agar langkah-langkah pengoperasian LCD

Proyektor dimasukkan ke dalam materi

pembelajaran modul IHT. Hal ini memiliki maksud

agar para guru dapat berlatih mandiri dalam

mengoperasikan LCD Proyektor selepas

diadakannya IHT. Setelah dilakukan revisi produk,

desain produk mengalami perubahan. Terdapat

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang

ditambahkan untuk mengukur kompetensi apa yang

harus dicapai setelah mempelajari modul tersebut.

Pada setiap materi pembelajaran ditambahkan kata

pengantar yang bertujuan agar peserta mengetahui

apa saja yang akan dipelajari dalam satu

pembelajaran.

Di akhir pembelajaran, diberikan evaluasi

yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan peserta pelatihan, sehingga peserta

dapat menilai kemampuannya masing-masing.

Setiap tugas yang diberikan, disertai dengan kunci

jawaban dan kriteria penilaian agar peserta dapat

mengukur sendiri seberapa jauh pemahaman

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

62

terhadap materi dan dapat menilai diri sendiri

menggunakan indicator yang telah tersedia. Pada

akhir modul ditambahkan materi tentang

Pengoperasian LCD Proyektor yang bertujuan agar

para peserta dapat mempresentasikan slide yang

telah dibuat dengan menggunakan LCD Proyektor.

Untuk mengukur kemampuan peserta dalam

memahami materi secara keseluruhan,

ditambahkan evaluasi yang memuat materi

pembelajaran 1 sampai 8. Hal ini bertujuan agar

standar kompetensi dapat tercapai. Penambahan

glosarium bertujuan untuk membantu peserta

memahami beberapa istilah yang tidak dapat

dijelaskan dalam materi pembelajaran.

1.3 Pembahasan Produk Akhir

Selama pelatihan, guru-guru terlihat sangat

bersemangat dan antusias untuk dapat

mengoperasikan multimedia yang tersedia di SD Negeri

Kroyo 1. Beberapa dari guru sudah mulai mencoba

menyajikan materi di kelas, meskipun hanya sederhana

tetapi sudah mampu menarik perhatian siswa dalam

proses belajar mengajar. Selain itu, para guru juga

sudah mulai memanfaatkan multimedia yang ada

untuk menyajikan selayang pandang SD Negeri Kroyo 1

dalam rangka penilaian lomba sekolah sehat pada

bulan April tahun 2017 lalu. Hal ini menjadi batu

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

63

loncatan bagi para guru untuk menjadi pengajar yang

kreatif dalam memanfaatkan teknologi yang ada,

sehingga kompetensi ICT dapat meningkat serta

mampu menghadapi kemajuan teknologi. Dengan

tersusunnya modul IHT tersebut, maka guru-guru SD

Negeri Kroyo 1 memiliki bekal mandiri untuk

menghadapi proses belajar mengajar menggunakan

kurikulum 2013 yang dianggap kompleks tersebut.

Modul IHT yang telah tersusun dan divalidasi tersebut

menjadi produk akhir dalam penelitian ini. Produk

akhir ini memuat kata pengantar modul, Daftar isi,

Standar kompetensi dan kompetensi dasar, petunjuk

penggunaan modul, 8 materi pembelajaran yang

meliputi Dasar-Dasar Power Point; Mengubah dan

Menyunting Teks; Format Presentasi, Menyisipkan

Objek Pada Presentasi; Mengelola Objek Tabel Pada

Presentasi; Mengelola Animasi dan Menjalankan

Presentasi; Pemanfaatan Internet; serta Pengoperasian

LCD Proyektor. Pada masing-masing materi

pembelajaran diberikan soal evaluasi, kunci jawaban,

dan criteria penilaian, dan di akhir pembelajaran

terdapat evaluasi secara menyeluruh dan ditutup

dengan susunan kata-kata sukar yang termuat dalam

glosarium. Sistematika produk akhir dalam penelitian

ini tersusun dalam lampiran 4.4.

Modul IHT tersebut disusun untuk digunakan

sebagai media In-House Training, yang apabila

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

64

digunakan dengan tepat dapat meningkatkan

kompetensi ICT di kalangan guru Sekolah Dasar. Di

samping itu, modul tersebut juga dapat digunakan

sebagai media belajar mandiri dalam penggunaan

aplikasi presentasi Power Point beserta pemanfaatan

internet dan pengoperasian LCD Proyektor. Modul IHT

ini dinyatakan layak digunakan sebagai modul In-

House Training dalam memanfaatkan media presentasi

Microsoft Power Point.

Hal ini sesuai dengan pendapat Daryanto (2004)

yang mengatakan bahwa modul yang baik memiliki

karakteristik antara lain Self instruction dimana peserta

dapat belajar secara mandiri dengan menggunakan

modul. Hal ini memiliki tujuan, agar selepas

diselenggarakan IHT, modul tetap dapat digunakan

sebagai media belajar mandiri. Dengan demikian,

penggunaan modul dapat digunakan setiap waktu

untuk meningkatkan kompetensi ICT pengguna. Modul

juga memiliki karakter Self contained dimana seluruh

materi pembelajaran yang dibutuhkan peserta tertuang

dalam modul tersebut. Materi pembelajaran yang

dibutuhkan oleh peserta disusun setelah melewati

proses analisis kebutuhan. Sehingga materi yang

benar-benar dibutuhkan dapat diakses dengan mudah

melalui modul tersebut. Modul ini juga tidak memuat

materi pembelajaran yang saat ini belum dibutuhkan

oleh peserta, dikarenakan apabila memuat materi lain

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

65

akan dipastikan peserta pelatihan menjadi bingung dan

malah untuk berlatih.

Stand alone yaitu karakter dimana modul tidak

tergantung dengan media lain, atau tidak digunakan

bersama-sama dengan media lain. Modul ini dapat

digunakan untuk mendukung semua materi yang

hendak dipelajari oleh peserta sehingga tidak

diperlukan media lain yang digunakan secara bersama-

sama. Selain itu, karakter modul harus Adaptif yaitu

modul memiliki penyesuaian yang tinggi terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal

ini memiliki maksud apabila terdapat pembaharuan

seri dalam aplikasi Microsoft Office Power Point, maka

modul dapat dilakukan penyesuaian sesuai dengan

kebutuhan. Karakter terakhir dalam modul, yaitu

modul harus User friendly, dimana modul yang disusun

dapat membantu peserta, sehingga peserta dapat

menggunakan modul sesuai dengan keinginan dalam

kemudahan.

Meskipun dinyatakan layak digunakan dalam

pelatihan dan belajar mandiri, modul ini juga memiliki

kelemahan yaitu modul hanya terdiri dari materi dasar

pengenalan Power Point. Hal ini hanya dapat

memberikan fasilitas kepada guru-guru yang berusia

menjelang purna tugas, sedangkan bagi para guru yang

berusia muda, materi dalam modul dianggap terlalu

mudah.

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN alun-alun …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13296/4/T2_942015009_BAB IV... · mencoba untuk mengoperasikan multimedia tersebut, akan

66

Apabila melihat pada sistematika modul menurut

Daryanto (2013), ada beberapa perbedaan isi modul

jika dibandingkan dengan modul dalam penelitian ini.

Menurut Daryanto (2013) sistematika modul tidak

memuat kunci jawaban dan kriteria penilaian, sehingga

dalam pelatihan, penilaian evaluasi hanya dapat

dilakukan oleh fasilitator. Sebaliknya, modul

“Mengenal Power Point 2007” dalam penelitian ini

Modul ini memuat kunci jawaban dan kriteria penilaian

dengan maksud agar peserta dapat mengukur seberapa

jauh kemampuan mereka dalam memahami materi

pembelajaran baik oleh fasilitator maupun diukur

secara mandiri. Kedua hal tersebut tidak ditemukan di

dalam sistematika modul yang dikembangkan oleh

Daryanto (2013).

Penelitian ini lebih baik jika dibandingkan

dengan beberapa penelitian terdahulu. Beberapa

penelitian terdahulu yang meneliti tentang manfaat

pelatihan dalam peningkatan kompetensi ICT dan juga

peningkatan kemampuan guru mata pelajaran melalui

IHT, para peneliti tersebut menggunakan modul yang

sudah ada sebelumnya. Sebaliknya, penelitian ini

melaksanakan pelatihan untuk meningkatkan

kompetensi ICT dengan menggunakan modul yang

disusun sendiri oleh peneliti. Dengan demikian,

penelitian ini memiliki daya tarik yang berbeda dengan

penelitian sebelumnya.