bab i pendahuluan 1.1 gambaran umum objek penelitian...

24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah Pondok Pesantren Al-Ittifaq Pondok Pesantren Al-Ittifaq terletak di sebelah selatan kota Bandung tepatnya di kampung Ciburial Rt. 02/10 Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Jarak pondok pesantren ke kecamatan ± 7 km, ke kabupaten (pendopo Pemda) ± 29 km dan Kota Bandung ± 40 km. Pondok Pesantren Al-Ittifaq berada di daerah Gunung Patuha dengan ketinggian 1.250 dpl. Luas wilayah administratif Desa Alam Endah sekitar 506,6 ha dan dihuni sekitar 22.673 jiwa. Pondok Pesantren Al- Ittifaq didirikan pada tanggal 1 Februari 1934 (16 syawal 1302) oleh KH. Mansyur atas restu Kanjeng Dalem Wiranata Kusumah. Pada awalnya Pondok Pesantren Al-Ittifaq tergolong ke dalam jenis pondok pesantren Salafiyah (tradisional/non sekolah). Sistem pendidikan yang diterapkan pada waktu itu cukup kolot yaitu para santri diharamkan untuk belajar menulis latin, tidak boleh kenal dengan pejabat pemerintah karena dianggap penjajah, tidak diperbolehkan membuat rumah dari tembok, tidak boleh terdapatalat elektronik (mic, radio, TV dan sebagainya) dan tidak diperbolehkan membuat toilet di dalam rumah. Pada tahun 1953 kepemimpinan diteruskan oleh H. Rifai hingga wafatnya pada tahun 1970, dan pada tahun 1970 sampai sekarang kepemimpinan dipegang oleh KH Fuad Affandi (cucu dari KH Mansyur). Pengelolaan pendidikan yang seadanya menyebabkan perkembangannya amat sangat lamban, bahkan cenderung berjalan di tempat. Selain itu, keengganan untuk membuka diri dan kurangnya pengetahuan mengenai potensi daerah. Pondok Pesantren Al-Ittifaq mempunyai prinsip-prinsip kelembagaan dalam upaya untuk menjaga kesesuai eksternal yaitu meyakinkan, menggalang, menggerakkan, memantau, dan melindungi. Tahun 1970 KH Fuad Affandi mencoba memadukan antara kegiatan keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di pondok pesantrennya karena sesuai dengan potensi alam yang ada di sekitar pesantren. Kegiatan usaha pertanian (agribisnis) berlangsung hingga sekarang, bahkan menjadi tulang

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

1.1.1 Sejarah Pondok Pesantren Al-Ittifaq

Pondok Pesantren Al-Ittifaq terletak di sebelah selatan kota Bandung

tepatnya di kampung Ciburial Rt. 02/10 Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali

Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Jarak pondok pesantren ke kecamatan

± 7 km, ke kabupaten (pendopo Pemda) ± 29 km dan Kota Bandung ± 40 km.

Pondok Pesantren Al-Ittifaq berada di daerah Gunung Patuha dengan ketinggian

1.250 dpl. Luas wilayah administratif Desa Alam Endah sekitar 506,6 ha dan dihuni

sekitar 22.673 jiwa. Pondok Pesantren Al- Ittifaq didirikan pada tanggal 1 Februari

1934 (16 syawal 1302) oleh KH. Mansyur atas restu Kanjeng Dalem Wiranata

Kusumah. Pada awalnya Pondok Pesantren Al-Ittifaq tergolong ke dalam jenis

pondok pesantren Salafiyah (tradisional/non sekolah). Sistem pendidikan yang

diterapkan pada waktu itu cukup kolot yaitu para santri diharamkan untuk belajar

menulis latin, tidak boleh kenal dengan pejabat pemerintah karena dianggap

penjajah, tidak diperbolehkan membuat rumah dari tembok, tidak boleh terdapatalat

elektronik (mic, radio, TV dan sebagainya) dan tidak diperbolehkan membuat toilet

di dalam rumah.

Pada tahun 1953 kepemimpinan diteruskan oleh H. Rifai hingga wafatnya

pada tahun 1970, dan pada tahun 1970 sampai sekarang kepemimpinan dipegang

oleh KH Fuad Affandi (cucu dari KH Mansyur). Pengelolaan pendidikan yang

seadanya menyebabkan perkembangannya amat sangat lamban, bahkan cenderung

berjalan di tempat. Selain itu, keengganan untuk membuka diri dan kurangnya

pengetahuan mengenai potensi daerah. Pondok Pesantren Al-Ittifaq mempunyai

prinsip-prinsip kelembagaan dalam upaya untuk menjaga kesesuai eksternal yaitu

meyakinkan, menggalang, menggerakkan, memantau, dan melindungi.

Tahun 1970 KH Fuad Affandi mencoba memadukan antara kegiatan

keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di pondok pesantrennya

karena sesuai dengan potensi alam yang ada di sekitar pesantren. Kegiatan usaha

pertanian (agribisnis) berlangsung hingga sekarang, bahkan menjadi tulang

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

2

punggung kegiatan pesantren. Selain itu, ada dua alasan Pondok Pesantren Al-

Ittifaq menerapkan pendidikan di sektor pertanian dikarenakan oleh:

a. Hampir 90% santri Al-Ittifaq adalah santri kurang mampu, saat ini

ada dua sistem pendidikan yaitu kholafiyah dan salafiyah. Santri yang

termasuk dalam sistem pendidikan kholafiyah adalah santri yang

mengikuti pembelajaran formal seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah

Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah. Santri kholafiyah tidak terlibat

langsung dalam kegiatan kewirausahaan Pondok Pesantren, namun

hanya sebatas pembelajaran saja. Sedangkan santri yang termasuk

dalam sistem pendidikan salafiyah adalah adalah santri yang mengikuti

pembelajaran non formal seperti belajar agama lebih mendalam melalui

ustad/ustadzah, tidak terikat dalam suatu sistem pembelajaran yang

formal. Santri salafiyah terlibat langsung dalam kegiatan kewirausahaan

Pondok Pesantren.

b. 100% santri yang masuk ke pondok pesantren tidak mungkin secara

keseluruhan keluar akan menjadi ulama. Adanya pelatihan di sektor

pertanian diharapkan mampu mendorong santri untuk

mengembangkan karir di bidang wirausaha karena skill yang telah

dilatih selama santri belajar di pondok. Santri didorong untuk mandiri

dan belajar tauhid sehingga diharapkan mampu mengajarkan ilmu

agama yang diimbagi dengan berkarya.

Pelaksanakan pengembangan agribisnis Pondok Pesantren Al-Ittifaq

didasarkan kepada prinsip INPEKBI (Ilahi, Negeri, Pribadi, Ekonomi, Keluarga,

Birahi, Ilmihi) yang artinya bahwa dalam melaksanakan pengembangan agribisnis

maka harus diridhoi oleh Allah SWT, diakui oleh pemerintah (negeri), berdasarkan

atas kepribadian yang luhur, usaha secara ekonomis harus menghasilkan

keuntungan.

Pondok Pesantren Al-Ittifaq saat ini dijadikan sebagai tempat magang atau

pelatihan agribisnis dari santri, mahasiswa, dan petani yang berasal dari berbagai

daerah bahkan dari luar negeri. Kegiatan agribisnis yang dilakukan pesantren ini

mempunyai multiple effect terhadap kelangsungan proses pendidikan di Pondok

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

3

Pesantren Al-Ittifaq. Hasil dari kegiatan agribisnis dapat digunakan sebagai sarana

untuk pemenuhan kebutuhan warga pesantren sehingga dapat menekan biaya

produksi. Produk yang dihasilkan dari kegiatan agribisnis mempunyai nilai

keunggulan kompetitif dan komparatif sehingga Pondok Pesantren Al- Ittifaq

dijadikan sebagai laboratorium dalam menumbuhkembangkan jiwa mandiri dan

wirausaha santri. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan oleh

Pondok Pesantren Al-Ittifaq, yaitu mencetak santri yang berakhlak mulia, mandiri

dan berjiwa wirausaha.

1.1.2 Keorganisasian Pondok Pesantren Al-Ittifaq

Visi “Membentuk santri yang berakhlaq mulia, ‘alim dan peduli lingkungan”.

Misi

a. Menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkepribadian

islami dan berakhlaq mulia.

b. Menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang menguasai ilmu

agama, ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu implementasi

dalam mewujudkan misi ini adalah membuat dan mengembangkan

bahan dasar pembuatan kompos untuk pupuk tanaman (pangan,

hortikultura) yang siap dipakai dan dapat mematangkan kompos

dalam tempo satu minggu. Bahan dasar ini telah diperdagangkan

secara meluas dengan kode perdagangan MFA (Mikroorganisme

Fermentasi Alami), sekarang lokasi pembuatan (pabrik) MFA

ditempatkan di Garut.

c. Menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki

keterampilan dan kemandirian.

d. Menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berdaya juang

tinggi, kreatif, inovatif, serta mampu mencintai, memelihara dan

melindungi lingkungannya. Kegiatan yang dilakukan yaitu

mengembangkan usaha penggemukan sapi dan domba. Fungsi

ternak disamping kotorannya dipergunakan untuk kompos juga

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

4

dipergunakan untuk biogas.

e. Menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang mampu

mengimplementasikan semboyan pondok: tidak boleh ada sedetik

waktu yang nganggur, tidak boleh ada sejengkal tanah yang tidur

dan tidak boleh ada sehelai sampah yang ngawur.

1.1.3 Struktur Organisasi

Secara garis struktural Pondok Pesantren Al-Ittifaq dipimpin oleh

generasi ketiga pesantren yaitu KH. Fuad Affandi yang sekaligus sebagai

sesepuh/ dewan pendiri yayasan Al-Ittifaq. Berikut struktur organisasi Pondok

Pesantren Al-Ittifaq.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

5

Ketua-ketua Kobong

Usaha

Setia Irawan

Dede Madrais

Humas

Ust. Dadang R

Ust. Darya

Logistik

Hj. Eneng Siti Ilan

Ifa Lathifah

Keamanan

Ust. Toni Suhendar

Saeful Alam

Kesiswaan

Ust. Cecep Taryana

Aldi Fadian R.

Sarana Prasarana

KH. Edih Rudiansyah

Rizal (Masjid)

Rahwan (Sound)

Peng. Pendidikan

Ust. Daud Nurdin, S.Ag.

Pendidikan Dakwah

KH. Achmad Syahid

Ust. Badar

Sekretaris

Aa Rudi Hidayatullah

Wawan Nuryadin

ROIS

H. Dandan Mudawarul Falah, MMPd

Tata Usaha

Hj. Isye Subaekah

Gambar 1.1. Struktur Organisasi

Pondok Pesantren Al-Ittifaq

Sumber: Data yang telah diolah,

2019

Yayasan Al-Ittifaq

Sesepuh/ Dewan Pendiri

KH. Fuad Affanndi

KH. Apep Saefudin

Santri

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

6

Tugas dan wewenang masing-masing bagian di Pondok Pesantren

Al-Ittifaq adalah sebagai berikut.

Rois

1. Mengorganisir Pondok Pesantren.

2. Bertanggung jawab atas semua kegiatan dan semua urusan pondok

pesantren.

3. Meningkatkan kualitas, kuantitas, dan aktifitas pondok pesantren.

4. Menentukan sidang/rapat dan mempersiapkan materi bersama dengan

sekretaris.

5. Menandatangani surat.

6. Menyusun program pondok dan menentukan arah kebijaksaannya.

7. Mengevaluasi seksi-seksi.

8. Mengontrol/ mengawasi kerja semua seksi.

9. Mengkoordinir seluruh kegiatan seksi-seksi.

10. Melaporkan aktifitas pondok pesantren kepada Dewan Pembina.

11. Memimpin rapat.

12. Menandatangani surat izin.

13. Menjalin silaturahmi dan kemitraan dengan stake holder pesantren.

14. Bertanggung jawab terhadap Dewan Pembina.

Sekretaris

1. Mengelola administrasi pondok pesantren.

2. Bertanggung jawab atas adiministrasi pondok pesantren.

3. Mempersiapkan materi rapat bersama dengan Rois dan seksi-seksi.

4. Mempersiapkan tempat rapat dan notulensi rapat.

5. Mengkonsep surat bersama dengan ketua.

6. Mendokumentasikan surat keluar dan surat masuk.

7. Menerima dan mencatat pendaftaran santri baru sesuai rekomendasi rois

dan seksi terkait.

8. Menerima dan mencatat pembayaran IPP santri.

9. Menyetor uang terhadap bendahara.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

7

10. Memegang surat izin sekolah.

11. Menginventarisi barang-barang pondok pesantren.

12. Membantu menyusun LPJ (laporan pertanggung jawaban).

13. Bertanggung jawab terhadap rois.

14. Membuat kartu santri.

Tata Usaha

1. Mengelola keuangan pondok pesantren putra dan administrasinya.

2. Bersama ketua menyusun RAPB.

3. Menerima seluruh pemasukan pondok pesantren

4. Melayani setiap kebutuhan administrasi dan setiap program serta

menyimpan nota dari pembelanjaan/transaksi.

5. Melapor keuangan terhadap ketua.

6. Bertanggung jawab terhadap rois.

Seksi Pendidikan Dakwah

1. Mengkoordinir semua kegiatan pengajian, seni dan dakwah.

2. Menyusun kurikulum pengajian, seni dan dakwah.

3. Menyusun jadwal kegiatan pengajian, seni dan dakwah.

4. Melakukan evaluasi pengajian, seni dan dakwah secara berkala.

5. Memantau tingkat kehadiran ustadz dan santri dalam kegiatan pengajian,

seni dan dakwah.

6. Membuat buku panduan kegiatan pengajian, seni dan dakwah.

7. Mengeluarkan izin bagi santri sesuai koordinasi dan rekomendasi rois.

8. Memandu kegiatan muhadhoroh.

9. Mengkoordinir khutbah.

10. Bertanggung jawab terhadap rois.

Seksi Sarana Prasarana

1. Menyediakan dan menyiapkan perlengkapan kebutuhan pondok

pesantren.

2. Menjaga keindahan dan kenyamanan lingkungan.

3. Bertanggung jawab atas kebersihan masjid, asrama dan lingkungan

pondok pesantren.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

8

4. Mengkoordinir kebersihan setiap kamar.

5. Memelihara alat-alat perlengkapan pondok pesantren.

6. Mengkoordinasi pengusulan pengadaan sarana dan prasarana masjid,

asrama dan lingkungan pondok pesantren.

7. Bertanggung jawab kepada rois.

Seksi Kesiswaan

1. Mengawasi dan melakukan evaluasi kegiatan sehari-hari santri di

asrama dan masjid.

2. Mengawasi dan memelihara sarana dan prasarana asrama.

3. Mendata dan memeriksakan santri yang sakit serta menyediakan obat

sebagai antisipasi sakitnya santri.

4. Mengumpulkan dan mengolah data dan informasi tentang pelaksanaan

pengajian, seni dan dakwah.

5. Mempersiapkan usul, saran dan pertimbangan tentang penyempurnaan

dan pengembangan kurikulum pengajian, seni dan dakwah.

6. Melakukan bimbingan dan konseling bagi santri yang bermasalah

7. Bertanggung jawab kepada rois

Seksi Pengembangan Pendidikan

1. Mempersiapkan usulan, saran dan pertimbangan tentang

penyempurnaan dan pengembangan kurikulum sekolah menengah.

2. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan kegiatan

eksperimentasi pembaharuan dan atau inovasi metode belajar mengajar.

3. Bertanggung jawab kepada rois.

Seksi Keamanan

1. Membuat suasana aman di pondok pesantren.

2. Menindaklanjuti pelanggaran keamanan dan ketertiban.

3. Menyelenggarakan persidangan dan penghukuman bagi santri

yang melanggar peraturan.

4. Mengadministrasikan kegiatan-kegiatan di bagian Kamtib.

5. Bertanggung jawan terhadap rois.

Seksi Logistik

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

9

1. Menyediakan pengadaan kebutuhan makan para santri selama berada di

pondok.

2. Melakukan analisa kebutuhan santri selama berada di pondok.

Seksi Humas

1. Melaksanakan sosialisasi program kegiatan pengajian, seni dan dakwah

di pondok pesantren.

2. Menyusun program kegiatan pengajian, seni dan da’wah masyarakat

berbasis pondok pesantren.

3. Memfasilitasi kegiatan pengajian, seni dan da’wah masyarakat berbasis

pondok pesantren.

4. Bertanggung jawab kepada rois.

Seksi Usaha

1. Menyusun rencana, kurikulum pengembangan usaha di pondok

pesantren.

2. Melakukan evaluasi bagi pengembangan sarana dan prasarana di

pondok pesantren.

3. Menjalin kemitraan dengan stake holder pesantren dalam

pengembangan sarana dan prasarana di pondok pesantren.

4. Bertanggung jawab kepada rois

1.1.4 Sumber Daya Manusia

Pondok Pesantren Al-Ittifaq terdiri dari 32 asatidz/ pengajar yang

merupakan alumni dari pondok. Masing-masing pengajar memberikan

pembelajaran yang berbeda-beda kepada santri meliputi sholat, tauhid, sholawat,

tahfihz qur’an, dan amalan sunnah. Jumlah keseluruhan santri sebanyak 326 santri

mulai dari santri tingkat SD/MI hingga tingkat SMA/MA.

Saat ini pondok juga telah bekerjasama dengan instansi pemerintah dan

BUMN berupa kerjasama di bidang pengembangan SDM, bantuan permodalan

dan pengembangan sarana prasarana. Selain itu, pondok juga melakukan

kerjasama dengan lembaga pendidikan dalam rangka pengembangan teknologi

pertanian melalui penelitian dan magang. Lembaga pendidikan yang menjalin

kerjasama dengan Pondok Pesantren Al-Ittifaq adalah Institut Pertanian Bogor,

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

10

Universitas Padjajaran Bandung, Universitas Winaya Mukti Bandung, Universitas

Siliwangi Tasikmalaya, Institut Teknologi Bandung, Institut Manajemen Koperasi

Indonesia Sumedang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas

Sebelas Maret Surakarta, Universitas Brawijaya Malang, dan Universitas

Satyagama Jakarta.

Mandor kebun di Pondok Pesantren Al-Ittifaq sebanyak 15 orang. Mandor

kebun merupakan alumni dari pondok yang memiliki tanggung jawab

membimbing santri salafi. Pada umumnya setiap mandor membimbing 1-20 santri

salafi untuk belajar mengenai pertanian (budidaya, pasca panen, pemasaran).

1.1.5 Fasilitas Pondok Pesantren Al-Ittifaq

Fasilitas merupakan sarana yang digunakan untuk mempermudah dalam

melakukan pekerjaan. Adapun fasilitas yang diberikan oleh Pondok Pesantren Al-

Ittifaq dalam mendukung proses belajar santri dan masyarakat di sekitarnya

dibedakan menjadi dua, yaitu fasilitas untuk kegiatan umum dan kegiatan

agribisinis. Fasilitas kegiatan umum digunakan untuk mendukung kegiatan

keseharian santri, pembelajaran agama, pengembangan pengetahuan dan

teknologi. Fasilitas kegiatan agribisnis digunakan untuk menunjang pengetahuan

dan keterampilan santri dalam kegiatan agribisnis mulai dari peternakan,

budidaya, penanganan pasca panen, pengolahan limbah, dan keuangan.

Tabel 1.1. Fasilitas Pondok Pesantren Al-Ittifaq

Fasilitas Pondok Pesantren Al-Ittifaq

Kegiatan Umum Kegiatan Agribisnis

Jenis Jumlah Jenis Jumlah

Masjid 1 Kantor koperasi 1

Kantor yayasan 1 Ruang pengemasan 2

Kantor pontren 2 Kandang ternak 15

Ruang kelas 8 Lahan pertanian 4

Asrama 25 Pengolahan sampah 2

Kamar mandi 22 Pengolahan kompos 1

Aula 2

Ruang kesehatan 1

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

11

Perpustakaan 1

Laboratorium komputer 1

Sumber: Data yang telah diolah, 2019

Tabel 1.1. menunjukkan fasilitas untuk kegiatan umum yang mendukung

kegiatan keseharian santri (kantor yayasan, kantor pontren, asrama, kamar mandi,

ruang kesehatan), kegiatan keagamaan (masjid, ruang kelas, dan aula),

pengembangan pengetahuan dan teknologi (perpustakaan dan laboratorium

komputer). Fasilitas untuk kegiatan agribisnis yang mendukung kegiatan budidaya

(lahan pertanian), peternakan (kandang ternak), pasca panen (ruang pengemasan),

pengolahan limbah (pengolahan kompos dan sampah), dan keuangan (kantor

koperasi).

Lahan pertanian yang dimiliki pondok diterapkan dengan sistem mandor.

Mandor adalah pemimpin pengelolaan usaha tani dimana sarana produksi dan

modal masih berasal dari Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Seorang mandor yang

mampu berdiri sendiri, mereka akan membentuk kelompok tani dan menjadi

pengusaha. Saat ini Al-Ittifaq sudah membentuk banyak mandor yang sudah

menjadi pengusaha dan menjadi ketua kelompok tani. Selain itu, terdapat sekitar

15 mandor yang dibina dan diharapkan lepas dalam waktu dekat dari Al-Ittifaq.

Mandor ini kelak diharapkan mampu menjadi pengusaha mandiri dan mempunyai

kelompok tani sendiri.

Kandang ternak digunakan sebagai tempat untuk pembelajaran peternakan

seperti sapi, ayam, kelinci, dan kambing. Ruang pengemasan terdiri dari dua

tempat yaitu pengemasan untuk pengiriman sayuran ke Jakarta dan Bandung.

Pengolahan sampah dan pengolahan kompos merupakan fasilitas yang

mendukung untuk mengolah sisa-sisa produk pertanian yang sudah tidak bisa

dimanfaatkan untuk manusia dan hewan. Koperasi digunakan sebagai tempat

pembelajaran santri mengenai admisintrasi usaha.

1.1.6 Kegiatan Santri di Pondok Pesantren Al-Ittifaq

Kegiatan santri merupakan program-program yang dilakukan santri selama

menempuh pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Kegiatan santri

dibedakan menjadi dua, yaitu kegiatan umum dan kegiatan agribisnis.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

12

Tabel 1.2. Kegiatan Santri di Pondok Pesatren Al-Ittifaq Kegiatan Santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq

Macam Kegiatan Keterangan

Kegiatan Umum

Harian

Pengajian Tandzif Kegiatan menggali ilmu agama yang dilakukan setelah melakukan

sholat berjamaah.

Kebersihan Kegiatan membersihkan lingkungan pondok pesantren yang

dilakukan di pagi hari pukul 06.00-06.30.

Sholat berjamaah Sholat yang dilakukan secara bersama-sama di masjid pondok

pesantren.

Mingguan

Muhadloroh Kegiatan untuk melatih public speaking santri yang dilakukan setiap

malam Kamis secara berkelompok dan bergiliran.

Pengajian umum Kegiatan menggali ilmu agama yang diikuti oleh santri dan

masyarakat di sekitaran pondok pesantren setiap Hari Senin malam.

Olahraga Kegiatan untuk menjaga kesehatan santri yang dilakukan setiap hari

Jumat dan Minggu. Contohnya: futsal, bola basket, bola voli, tenis

meja, badminton.

Debaan Lanjutan Kegiatan melantunkan shalawat yang dilakukan bersama setiap hari

kamis malam

Tahfidz qur’an Kegiatan setoran hafalan al-qur’an setiap santri dilakukan pada Hari

Jum’at sampai Minggu

Bulanan

Pengajian Kegiatan menggali ilmu agama yang diikuti santri dan masyarakat

sekitar pondok pesantren setiap sebulan sekali.

Tahunan

Imtihanut Tahriri Peringatan akhir tahun dalam rangka kenaikan kelas dan kelulusan

santri.

Peringatan hari besar Kegiatan keagamaan yang dilakukan dalam rangka memperingati

hari besar Islam

Peringatan hari besar

Islam

Kegiatan keagamaan yang dilakukan dalam rangka memperingati

hari besar Islam

Khitanan massal Khitanan yang dilakukan pada Bulan Rajab kepada masyarakat

kurang mampu.

Kegiatan Agribisnis

Harian

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

13

Budidaya tanaman Kegiatan yang diikuti santri mulai dari pengolahan lahan, penanaman

tanaman hortikultura, dan pemanenan.

Peternakan Kegiatan memelihara hewan ternak seperti sapi, kambing, ayam, dan

kelinci.

Pengolahan pasca

panen

Kegiatan penanganan pasca panen yang dilakukan di gudang

pengemasan, meliputi sortasi, grading, packing, wrapping, labelling.

Pemasaran Koperasi Kegiatan mempelajari, mengelola administrasi dan keuangan yang

hanya diikuti oleh santri pilihan.

Kegiatan mendistribusikan produk dari hasil pertanian ke daerah

Jakarta dan Bandung.

Sumber: Data yang telah diolah, 2019

Tabel 1.2. menunjukkan program-program pembelajaran yang diberikan

Pondok Pesantren Al-Ittifaq terdiri dari kegiatan umum dan kegiatan agribisnis.

Kegiatan umum berkaitan dengan program-program yang mendukung santri untuk

memahami agama. Kegiatan tersebut tidak hanya melibatkan santri saja,

melainkan juga masyarakat yang berada di sekitar pondok. Sementara itu, kegiatan

agribisnis berkaitan denganprogram-program yang mendukung santri dalam

rangka menumbuhkembangkan keahlian dan keterampilan dalam bidang

agribisnis. Kegiatan agribisnis dilakukan rutin dalam keseharian sehingga santri

terbiasa dalam menangani aktivitas di bidang pertaian khususnya agribisnis.

1.2 Latar Belakang Penelitian

Konsep kewirausahaan telah dikembangkan dalam berbagai konteks seperti

kewirausahaan komersial (Timmons dan Spinelli, 2009), kewirausahaan

perusahaan (Kuratko, 2007), kewirausahaan sosial (Austin, et al., 2006), dan

kewirausahaan akademik (Shane, 2004). Sebagian besar teori kewirausahaan yang

ada menekankan pada pengembangan 'bisnis' dengan peluang baru daripada

pengembangan 'orang' dalam organisasi (Bae et al., 2018). Namun demikian, Para

akademisi menanggapi bahwa kewirausahaan tradisional yang memiliki logika

berorientasi bisnis (berbasis peluang) harus ditingkatkan dengan menambahkan

logika yang berpusat pada manusia yaitu kewirausahaan yang manusiawi

(Kartajaya, 2016). Dalam literatur sebelumnya, para akademisi mendefinisikan

kewirausahaan manusiawi sebagai "mengejar pertumbuhan kewirausahaan dan

pengembangan manusiawi untuk realisasi peluang dan organisasi yang

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

14

berkelanjutan" (Kim et al., 2016). Faktor yang mendorong adanya Humane

Entrepreneurship adalah (1) pemimpin kewirausahaan termasuk pengusaha dan

karyawan, (2) mengejar peluang melalui inovasi, pekerjaan, percobaan dan

keunggulan karyawan sebagai pemimpin wirausaha, dan (3) terwujudnya peluang

wirausaha dengan pengembangan kemampuan karyawan (Bae et al., 2018).

Menurut Kamal (2016), kewirausahaan bukan hanya tentang uang atau

materi, pengusaha harus dapat memberikan sebagian besar hidup, hati, energi,

waktu, imajinasi dan kreativitas, termasuk tabungan untuk masa depan yang lebih

baik dalam bisnis. Kewirausahaan memiliki arti dari orang untuk orang, tidak ada

yang melakukan bisnis sendiri. Karyawan yang bekerja untuk perusahaan perlu

dihargai dan dimotivasi dengan harapan dan kebahagiaan saat melakukan

pekerjaan. Terbukti secara psikologis, melakukan sesuatu dengan kebahagiaan

tentu meningkatkan dan berdampak baik pada tingkat pencapaian bisnis. Humane

entrepreneurship membentuk pemimpin bisnis yang hebat dengan memahami dan

menghormati karyawan agar sejahtera serta berkembang bersama dengan

perusahaan.

Di Indonesia, humane entepreneurship diterapkan pertamakali di Provinsi

Bali melalui deklarasi yang ditandatangani Presiden ACSB Hermawan Kartajaya

dan Professor Ki Chan Kim, ICSB Vice President for Humane Entrepreneurship.

Deklarasi ini berkomitmen untuk menjadikan manusia dan keuntungan dalam

pembangunan berkelanjutan baik jangka pendek dan jangka menengah yang

berpusat penciptaan usaha kecil dan menengah (Rahman, 2019). Di kesempatan

lain Presiden ACSB Hermawan Kartajaya mengatakan bahwa bahwa dengan makin

canggihnya teknologi yang makin mendukung Industri 4.0, peranan manusia malah

makin dibutuhkan dengan konsep kewirausahaan berbasiskan kemanusiaan ini

memadukan dua bagian penting yakni Enterprise Cycle dan Human Cycle

(Rahman, 2019).

Dengan demikian penerapan humane entrepreneurship diharapkan dapat

berpengaruh pada pembangunan ekonomi di Indonesia. Menurut Fajar (2009)

Pembangunan ekonomi adalah salah satu masalah mendasar yang hingga kini

menjadi tantangan terbesar bangsa. Indonesia menghadapi problem yang kompleks

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

15

yaitu masalah pembangunan ekonomi, yang berimplikasi munculnya kesenjangan

ekonomi di berbagai sektor. Ini disebabkan karena pembangunan tidak mampu

menyerap potensi ekonomi masyarakat, termasuk angkatan kerja sebagai

kontributor bagi percepatan pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi tersebut,

dengan adanya pembangunan ekonomi diharapkan akan memberikan pertumbuhan

dan kesejahteraan ekonomi suatu bangsa.

Masalah yang dimiliki Indonesia adalah pertumbuhan ekonomi yang tidak

sejalan dengan kesempatan tenaga kerja yang merata, angka produktif penduduk

Indonesia tidak berbanding lurus dengan besarnya jumlah peluang usaha dan

investasi di Indonesia. Kemudian banyaknya peluang dan kesempatan investasi

tersebut tidak didukung oleh kemampuan sumber daya manusia Indonesia yang

mumpuni. Akibatnya timbul kesenjangan antara kebutuhan lapangan pekerjaan

dengan kesempatan yang diberikan oleh pelaku usaha kepada angkatan kerja, yang

pada akhirnya menyebabkan masalah pengangguran yang belum turun drastis.

Menurut Data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2019 mengenai keadaan

ketenagakerjaan Indonesia pada Februari 2019 jumlah angkatan kerja pada Februari

2019 sebanyak 136,18 juta orang, naik 2,24 juta orang dibanding Februari 2018.

Komponen pembentuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan

pengangguran. Pada Februari 2019, sebanyak 129,36 juta orang adalah penduduk

bekerja dan sebanyak 6,82 juta orang menganggur. Dibanding setahun yang lalu,

jumlah penduduk bekerja bertambah 2,29 juta orang, sedangkan pengangguran

berkurang 50 ribu orang.

Tabel 1.3. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama

Status Keadaan Ketenagakerjaan Feb

2017

Feb

2018

Feb

2019

Perubahan 1 tahun

(Feb 2018 – Feb 2019)

Juta

orang

Juta

orang

Juta

orang

Juta orang Persen

Penduduk Usia Kerja 190,59 193,55 196,46 2,91 1,50

Angkatan Kerja 131,55 133,94 136,18 2,24 1,67

Bekerja 124,54 127,07 129,36 2,29 1,80

Pengangguran 7,01 6,87 6,82 -0,05 -0,73

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

16

Bukan Angkatan Kerja 59,4 59,61 60,28 0,67 1,12

Sekolah 15,24 15,61 16,15 0,54 3,46

Mengurus Rumah Tangga 36,08 36,01 36,79 0,78 2,17

Lainnya 7,72 7,99 7,34 -0,65 -8,14

Persen Persen Persen Persen poin

Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT)

5,33 5,13 5,01 -0,12

Perkotaan 6,50 6,34 6,30 -0,04

Perdesaan 4,00 3,72 3,45 -0,27

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK)

69,02 69,20 69,32 0,12

Laki-laki 83,05 83,01 83,18 0,17

Perempuan 55,04 55,44 55,50 0,06

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019

Namun walaupun serapan tenaga kerja yang mencapai 94,9 persen atau

setara 129,36 juta orang Indonesia perlu waspada. Sebab, dari komposisi tenaga

kerja Indonesia didominasi lulusan SD dan SMP sebanyak 75,37 juta orang atau

58,7 persen. Kemudian persentase pengangguran berpendidikan tinggi mengalami

peningkatan dalam lima tahun terakhir kecuali lulusan SMA yang turun dari 9,10

(Februari 2014) menjadi 6,78 persen (Februari 2019). Pengangguran dengan ijazah

SMK, misalnya, bertambah dari 7,21 persen menjadi 8,63 persen. Sementara

pengangguran lulusan Diploma I/II/III dan Sarjana naik dari 5,87 persen menjadi

6,89 persen dan 4,31 persen menjadi 6,24 persen. Berbanding terbalik, tren angka

pengangguran SD sampai dengan SMP dalam 5 tahun terakhir ini justru menurun.

Pada 2014, angka pengangguran SD turun dari 3,69 persen menjadi 2,65 persen.

Sementara SMP turun dari 7,44 persen menjadi 5,04 persen.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

17

Gambar 1.2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Tingkat Pendidikan

Tertinggi yang Ditamatkan (persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019

Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance

Ahmad Heri Firdaus 2019, angka ini bisa menjadi masalah dikemudian hari karena

pasar tenaga kerja ke depan mengarah ke automatisasi. 58 persen orang yang

bekerja masih lulusan SMP ke bawah. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal

tersebut adalah tak terserapnya sumberdaya manusia oleh industri (Fabian, 2019).

Secara intuitif, umumnya lulusan pendidikan SMA hingga Universitas cenderung

pilih-pilih dalam mencari pekerjaan. Namun hal itu tidak bisa dijadikan landasan

lantaran disaat yang bersamaan, kinerja industri pengolahan atau manufaktur juga

menunjukkan perlemahan. Akibatnya, ribuan tenaga kerja terutama lulusan sekolah

kejuruan (SMK) tak bisa terserap ke sektor industri (Fabian, 2019). Badan Pusat

Statistik mencatat, pertumbuhan pekerja sektor manufaktur mengalami

perlambatan sebesar 0,2 persen year on year. Di sisi lain, kontribusi industri

pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga turun dari 4,51 persen

(kuartal IV/2017) menjadi 4,25 persen (kuartal IV/2018).

Kemudian Faktor lainnya adalah Pekerja Informal Masih Tinggi. Menurut

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Akhmad Akbar Susamto 2019,

memberi catatan pada proporsi tenaga kerja informal yang masih tinggi (Fabian,

2019). Dalam lima tahun terakhir, pekerja informal hanya turun dari 59,81 persen

(Februari 2014) menjadi 57,27 persen (Februari 2019), meski sempat ditekan

hingga 51,85 persen pada 2015. Hal ini dinilai tidak bagus bagi perekonomian

sebab, sumbangsih sektor informal atau "jasa lainnya" terhadap PDB hanya sebesar

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

18

sebesar 1,84 persen, meski mengalami pertumbuhan cukup hingga 9,84 persen pada

kuartal IV tahun lalu. Kemudian tingkat kesejahteraan para pekerja informal seperti

buruh tani, buruh bangunan, dan pembantu rumah tangga masih minim. Dari

analisisnya, upah nominal terus naik dari tahun ke tahun, tetapi upah nominal

sebagai ukuran daya beli yang mempertimbangkan kenaikan inflasi justru stagnan

dan menurun. Data Badan Pusat Statistik menunjukan upah nominal per 1 Agustus

2017 mencapai Rp 50.100 per hari dan naik per Agustus 2019 menjadi Rp 54.424

per hari. Namun, upah riilnya dari semula Rp 37.500 per hari hanya naik tipis

menjadi Rp 37.904 per hari.

Pola pikir yang diwujudkan dalam bentuk cita-cita menjadi pegawai

sebenarnya sudah terjadi di berbagai belahan dunia sejak puluhan tahun yang lalu

(Fajar, 2019). Masyarakat sulit untuk mau dan memulai wirausaha dengan alasan

mereka tidak diajar dan dirangsang untuk berusaha sendiri. Hal ini juga didukung

oleh lingkungan budaya masyarakat dan keluarga yang dari dulu selalu ingin

anaknya menjadi orang gajian alias pegawai. Di sisi lain para orang tua

kebanyakan tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan untuk berusaha (Fajar,

2019). Oleh karena itu, mereka cenderung mendorong anak-anak mereka mencari

pekerjaan atau menjadi karyawan. Pandangan tentang lebih enak menjadi

karyawan di negeri ini memang sudah lumrah, kalau tidak bisa dibilang salah

kaprah. Rupanya cita-cita ini sudah berlangsung lama terutama di Indonesia

dengan berbagai sebab. Jadi, tidak mengherankan jika setiap tahun jumlah orang

menganggur semakin terus bertambah sementara itu lapangan kerja semakin

sempit.

Indonesia harus segera memperbaiki permasalahan pembangunan

ekonomi untuk menghadapi perkembangan ekonomi global yang semakin

berubah. Bukan hanya tugas pemerintah yang menyelesaikan masalah tersebut,

namun keterlibatan masyarakat dibutuhkan terutama dalam pendidikan

meningkatkan skill dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh Indonesia.

Peluang ini dimiliki salah satunya oleh Pondok Pesantren sebagai lembaga

pendidikan Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan

ajaran Islam yang menekan pentingnya moral keagamaan yang tersebar luas di

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

19

Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Jika di masa penjajahan misi pesantren

adalah mendampingi perjuangan politik merebut kemerdekaan dan membebaskan

masyarakat dari belenggu tindakan tiranik, maka pada masa pembangunan ini, hal

itu telah digeser menuju orientasi ekonomi (Qomar, 2001). Pondok pesantren

dengan berbagai harapan dan predikat yang dilekatkan padanya, sesungguhnya

berujung pada tiga fungsi utama yang senantiasa diemban, yaitu: Pertama, sebagai

pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama (Center of Excellence). Kedua, sebagai

lembaga yang mencetak sumber daya manusia (Human Resource). Ketiga, sebagai

lembaga yang mempunyai kekuatan melakukan pemberdayaan pada masyarakat

(Agent of Development) (Fajar, 2009). Dengan sumberdaya santri yang dimiliki,

Pondok Pesantren diharapkan dapat memanfaatkan dan mendidik dengan cara

menanamkan jiwa kewirausahaan pada santri melalui praktek kewirausahaan yang

tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan uang atau materi, lebih dari itu dapat

mengolah santri menjadi suatu nilai yang bermanfaat bagi santri dan Pondok

Pesantren tersebut.

Gambar 1.3. Statistik Pesantren di Indonesia

Sumber: Kemenag.go.id, 2019

Menurut data kementrian agama 2019, Pondok Pesantren di Indonesia yang

tercatat sejumlah 25.938, dengan jumlah santri sejumlah 3.962.700 orang. Sebaran

santri di Indonesia paling banyak berada di Pulau Jawa sejumlah 82,2 persen

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

20

dengan Provinsi Jawa Barat yang menduduki peringkat pertama. Dan yang terkecil

di Maluku sejumlah 0,11 persen. Pemerintah Jawa Barat melihat peluang ini dengan

meluncurkan program OPOP (One Pesantren One Product) yang diresmikan pada

hari Rabu, 12 Desember 2018 di Bandung. Hingga saat penelitian ini dibuat

sejumlah 1.652 lebih pesantren telah mendaftar di website OPOP yang telah

disediakan Pemerintah Jawa Barat. Program OPOP (One Pesantren One Product )

bertujuan untuk menciptakan kemandirian umat melalui para santri, masyarakat dan

Pondok Pesantren itu sendiri, agar mampu mandiri secara ekonomi, sosial dan juga

untuk memacu pengembangan skill, teknologi produksi, distribusi, pemasaran

melalui sebuah pendekatan inovatif dan strategis dari Pemprov Jabar bersama Dinas

KUKM Provinsi Jawa Barat, memastikan seluruh Pondok Pesantren di Jawa Barat

dapat memperoleh akses atas program pemerintah dalam sektor pemberdayaan

ekonomi, teknologi dan produksi yang efisien, tepat serta modern di era digital saat

ini (Bakti, 2018). Seluruh pesantren yang terpilih melalui seleksi nantinya akan

diberikan program pembinaan terpadu dan juga ditingkatkan kemampuan daya

saing ekonominya serta didampingi untuk proses pengembangan usahanya,

bersinergi dalam jaringan bisnis yang potensial hingga mereka berhasil menjadi

sebuah Pondok Pesantren yang mandiri.

Dengan diterapkannya program tersebut maka diharapkan pula diterapkan

humane entrepreneurship sebagai landasan konsep kewirausahaan Pondok

Pesantren. Humane entrepreneurship sebagai konsep yang mengembangkan

kewirausahaan berdasarkan pada pengembangan manusia untuk merealisasi

peluang dan organisasi yang berkelanjutan (Kim, 2016). Humane entrepreneurship

melalui manajemen yang berorientasi pada aspek manusianya bertujuan untuk

mencapai pertumbuhan kewirausahaan dan inovasi, sekaligus juga pengembangan

dan komitmen santri dalam melakukan kegiatan kewirausahaan. Pondok Pesantren

yang melakukan kegiatan kewirausahaan yang melibatkan santri diharapkan tidak

terpaku pada income dan materiil saja, namun santri sebagai aset yang dimiliki

dapat dibina dan dididik dengan pendidikan kewirausahaan secara langsung

maupun tidak langsung dalam program OPOP ini.

Salah satu peserta sekaligus menjadi contoh program tersebut adalah

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

21

Pondok Pesantren Al-Ittifaq yang terletak di Kabupaten Bandung. Hal ini

dibuktikan dengan beberapa indikator yang mengarah pada terciptanya

kemandirian; misalnya dalam pengembangan sistem pendidikan pesantren, ia

berani tampil beda dengan cara konsisten membina akhlak dan kegiatan ekonomi

dimana unit usaha yang ada di pesantren tersebut dijalankan dan dikelola oleh

santri dan karyawan. Sehingga ia memiliki kekhasan tersendiri dan bersifat

independen. Beberapa jenis usaha yang dikelola adalah pertanian, peternakan

yang dikelola oleh koperasi Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Namun walaupun

demikian keterlibatan santri dalam kegiatan kewirausahaan apakah berdampak

pada kesejahteraan dan kebahagiaan santri, apakah kegiatan kewirausahaan

Pondok Pesantren sejalan dari sisi kemanusiaan yang didapatkan oleh santri yang

terlibat.

Dari Fenomena tersebut, program kewirausahaan pesantren ini cukup

penting untuk diteliti, mengingat dampak positif yang bisa dihasilkan bagi

pembangunan ekonomi di masa mendatang. Melalui pengenalan nilai dan faktor

humane entrepreneurship di Pondok Pesantren Al-Ittifaq diharapkan dapat

mengenalkan, memupuk, menumbuhkan, dan mengembangkan nilai-nilai

kewirausahaan, yang tidak hanya berfokus pada nilai uang atau materi, namun

juga pada pengembangan sisi kemanusiaan yang terdapat pada ekosistem di

Pondok Pesantren tersebut yang di dalam penelitian ini disebut dengan “Humane

Entrepreneurship”.

1.3 Rumusan Masalah

Penanaman nilai-nilai kewirausahaan diharapkan bisa menimbulkan jiwa

kreativitas untuk berbisnis atau berwirausaha sendiri dan tidak bergantung pada

orang lain untuk bekerja. Kreativitas ini sangat dibutuhkan bagi orang yang

berjiwa kewirausahaan untuk menciptakan sebuah peluang kerja, tidak hanya bagi

dirinya sendiri tapi juga bagi orang lain. Lembaga pendidikan di Indonesia sudah

seharusnya berperan dalam membangun peserta didiknya dengan memberikan

pendidikan kewirausahaan yang tidak hanya belajar mengenai teorinya namun

melibatkan peserta didiknya dalam kegiatan kewirausahaan, salah satunya Pondok

Pesantren. Pondok Pesantren Al-Ittifaq di Kabupaten Bandung telah menerapkan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

22

kegiatan kewirausahaan di dalam pengelolaannya, santri tidak hanya belajar

pelajaran umum dan agama saja, namun diajarkan bagaimana caranya untuk

berwirausaha. Akan tetapi kegiatan kewirausahaan yang diterapkan Pondok

Pesantren Al-Ittifaq belum sepenuhnya optimal. Hal ini dibuktikan dengan

kegiatan santri yang belum sepenuhnya terlibat dalam kegiatan kewirausahaan di

Pondok Pesantren Al-Ittifaq dan Pondok Pesantren Al-Ittifaq masih

membebankan biaya sekolah santri sepenuhnya kepada orangtua, padahal Pondok

Pesantren dapat memaksimalkan santri untuk menghasilkan produk kreativitas

santri dan terlibat dalam kegiatan kewirausahaan. Sehingga output yang

dihasilkan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq yakni santri tidak hanya pandai dalam

pelajaran umum dan agama saja, namun memiliki pengalaman dalam

berwirausaha dan diharapkan siap untuk memulai usahanya sendiri di masa depan.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Dari latar belakang diatas, dapat dilihat gambaran masalah yang sedang

terjadi, berikut ini diajukan beberapa pertanyaan penelitian yang dirumuskan

sebagai berikut:

a. Bagaimana pesantren mengelola santri untuk berpartisipasi dalam kegiatan

kewirausahaan di Pondok Pesantren Al-Ittifaq?

b. Bagaimana penerapan humane cycle yang dilakukan oleh Pondok

Pesantren Al-Ittifaq terhadap santri?

c. Bagaimana penerapan enterprise cycle yang dilakukan oleh Pondok

Pesantren Al-Ittifaq terhadap santri?

d. Bagaimana penerapan humane entrepreneurship yang dilakukan oleh

Pondok Pesantren Al-Ittifaq terhadap santri?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk dapat mengetahui, menganalisis

dan mendeskripsikan

a. Pengelolaan santri untuk berpartisipasi dalam kegiatan kewirausahaan di

Pondok Pesantren Al-Ittifaq.

b. Penerapan humane cycle yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq

terhadap santri.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

23

c. Penerapan enterprise cycle yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-

Ittifaq terhadap santri.

d. Penerapan humane entrepreneurship yang dilakukan oleh Pondok

Pesantren Al-Ittifaq terhadap santri.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai 2 manfaat yaitu:

a. Manfaat akademik, yaitu memberikan rujukan untuk konsep kewirausahaan

“Humane Entrepreneurship”. Hasil yang diberikan, diharapkan dapat

menjadi acuan bagi para peneliti lain yang akan melakukan penelitian

serupa.

b. Manfaat praktis, yaitu dapat digunakan bagi Pondok Pesantren Al-Ittifaq

sebagai peningkatan potensi santri dan memberdayakan santri dengan

melibatkan kemanusiaan dalam hal berwirausaha. Hasil dari penelitian ini

diharapkan dapat menjadi acuan untuk pengembangan berwirausaha pada

Pondok Pesantren Al-Ittifaq dan santri.

1.7 Sistematika Penulisan Penelitian

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami materi, maka penulisan

usulan penelitian disusun sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas secara singkat tentang gambaran umum objek penelitian,

latar belakang penelitian, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang dibahas,

penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan menguraikan tentang karakteristik penelitian, alat

pengumpulan data, tahapan penelitian, situasi sosial, informan penelitian, teknik

pengumpulan data, uji kredibilitas data dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/157999/bab1/... · keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di

24

Pada bab ini penulis akan membahas hasil penelitian yang telah dilakukan

peneliti.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab V berisi tentang kesimpulan hasil analisis dan saran dari peneliti.