bab i pendahuluan 1. latar belakang dan rumusan masalahrepository.unair.ac.id/13741/9/9. bab...

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah Globalisasi bukan hal baru bagi suatu negara khususnya Indonesia, sejak beberapa tahun terakhir globalisasi sudah berperan cukup aktif dan telah banyak merubah sikap, perilaku, dan pola berfikir masyarakat dunia. Dalam Masyarakat Indonesia sendiri sudah jelas dampak dari globalisasi, baik bersifat negatif maupun positif. Salah satu dampak negatif dari adanya globalisasi adalah pola perilaku masyarakat yang konsumtif. Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah dan dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada. Sayangnya tidak semua masyarakat siap dengan dampak globalisasi berupa pola perilaku konsumtif yang terkadang mengharuskan masyarakat untuk berhutang atau kredit pada bank. Bank sebagai lembaga keuangan yang berfungsi menyalurkan kredit kepada masyarakat merespon baik adanya fenomena tersebut dengan mengeluarkan produk pemberian kredit untuk keperluan konsumtif. Kredit adalah salah satu kegiatan usaha pokok bagi bank, kaitannya juga dengan tugas dan fungsi bank sebagai lembaga intermediary atau lembaga yang berfungsi untuk menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Pemberian kredit adalah fungsi utama bank, sebagaimana disyaratkan pada Pasal 3 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN PRAMUDYA ANANTA YUDHA

Upload: leliem

Post on 18-May-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalahrepository.unair.ac.id/13741/9/9. Bab 1.pdf · penerima kredit mendapat kepercayaan dari pihak pemberi pinjaman, ... Bandung,

 

 

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah

Globalisasi bukan hal baru bagi suatu negara khususnya Indonesia, sejak

beberapa tahun terakhir globalisasi sudah berperan cukup aktif dan telah banyak

merubah sikap, perilaku, dan pola berfikir masyarakat dunia. Dalam Masyarakat

Indonesia sendiri sudah jelas dampak dari globalisasi, baik bersifat negatif

maupun positif. Salah satu dampak negatif dari adanya globalisasi adalah pola

perilaku masyarakat yang konsumtif. Perkembangan industri yang pesat membuat

penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah dan dengan begitu

masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan

yang ada. Sayangnya tidak semua masyarakat siap dengan dampak globalisasi

berupa pola perilaku konsumtif yang terkadang mengharuskan masyarakat untuk

berhutang atau kredit pada bank. Bank sebagai lembaga keuangan yang berfungsi

menyalurkan kredit kepada masyarakat merespon baik adanya fenomena tersebut

dengan mengeluarkan produk pemberian kredit untuk keperluan konsumtif.

Kredit adalah salah satu kegiatan usaha pokok bagi bank, kaitannya juga

dengan tugas dan fungsi bank sebagai lembaga intermediary atau lembaga yang

berfungsi untuk menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat.

Pemberian kredit adalah fungsi utama bank, sebagaimana disyaratkan pada Pasal

3 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan bahwa fungsi utama

perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN

PRAMUDYA ANANTA YUDHA

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalahrepository.unair.ac.id/13741/9/9. Bab 1.pdf · penerima kredit mendapat kepercayaan dari pihak pemberi pinjaman, ... Bandung,

 

 

2

masyarakat. 25 Jika dibandingkan dengan produk dan jasa perbankan yang

ditawarkan, pendapatan atau keuntungan suatu bank lebih banyak bersumber dari

pemberian kredit kepada nasabahnya. Oleh karenanya, pemberian kredit tersebut

pasti secara terus-menerus dilakukan oleh bank dalam rangka menjaga

kesinambungan operasionalnya.

Dalam pengertian sederhana kredit merupakan penyaluran dana dari pihak

pemilik dana kepada pihak yang memerlukan dana. Penyaluran dana tersebut

didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna

dana. Artinya pihak yang memberikan kredit percaya kepada pihak yang

menerima kredit, bahwa kredit yang diberikan pasti akan terbayar. Di lain pihak,

penerima kredit mendapat kepercayaan dari pihak pemberi pinjaman, sehingga

pihak peminjam berkewajiban untuk mengembalikan kredit yang telah

diterimanya.26 Dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998

tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

selanjutnya disingkat dengan UU Perbankan telah menjelaskan bahwa kredit

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah

jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Di dalam kredit terdapat unsur kepercayaan, yang berarti bahwa bank selaku

kreditor meyakini dan memberikan kepercayaan kepada debitor bahwa debitor

akan memenuhi kewajibannya untuk membayar pinjamannya sesuai dengan                                                                                                                              25  M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Raja Grafindo, Jakarta, 2007, h. 75. 26 Ismail, Manajemen Perbankan. Prenada Media, Jakarta,2010, h. 93 26 Ismail, Manajemen Perbankan. Prenada Media, Jakarta,2010, h. 93

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN

PRAMUDYA ANANTA YUDHA

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalahrepository.unair.ac.id/13741/9/9. Bab 1.pdf · penerima kredit mendapat kepercayaan dari pihak pemberi pinjaman, ... Bandung,

 

 

3

jangka waktu tertentu yang telah diperjanjikan. Unsur kepercayaan dalam

pemberian kredit oleh kreditur bahwa debitur akan memenuhi kewajiban untuk

membayar pinjamannya sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan bukan

tanpa risiko, kepercayaan yang diberikan tetap saja mengandung unsur risiko.

Risiko adalah kemungkinan kerugian yang akan timbul atas penyaluran kredit

bank. Risiko tersebut dapat berupa dana yang dipinjam tidak kembali atau debitur

tidak mampu memenuhi kewajibannya.

Pada prinsipnya hak yang lahir dari perjanjian kredit adalah bersifat

perorangan dan bersifat relatif yang berarti bahwa dengan lahirnya perikatan yang

dibuat maka selain dirinya sebagai subjek hukum menjadi terikat kepada pihak

lawan, benda miliknya-pun juga ikut terikat. Dapat dilihat pada ketentuan Pasal

1131 BW, bahwa :

“Segala barang-barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik yang sudah

ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan

perorangan debitur itu”.

Jaminan yang diberikan oleh Pasal 1131 BW ini bersifat umum dalam arti

jaminan itu memposisikan harta debitor dan jaminan itu diberikan kepada semua

pihak yang berkedudukan sebagai kreditor.27

Kelemahan dari jaminan umum adalah kedudukannya hanyalah sebagai

kreditor konkuren, yang berarti mempunyai kedudukan yang sama dengan

kreditor lain dalam hal pelunasan, walaupun diantara para kreditor mempunyai

tagihan yang lebih dahulu, pelunasannya dibagi sesuai perimbangan besarnya

                                                                                                                27 Trisadini Prasastinah Usanti dan Leonora Bakarbessy. Hukum Jaminan, Buku Referensi Hukum Perbankan, Revka Petra Media, Surabaya, 2013, h. 6.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN

PRAMUDYA ANANTA YUDHA

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalahrepository.unair.ac.id/13741/9/9. Bab 1.pdf · penerima kredit mendapat kepercayaan dari pihak pemberi pinjaman, ... Bandung,

 

 

4

tagihan, sebagaimana diatur pada Pasal 1132 BW. Dengan kelemahan yang ada

pada jaminan umum tersebut sebenarnya potensi kerugian yang mungkin terjadi

pada kreditor dapat diminimalisir dengan menggunakan jaminan lainnya yang

lebih menjamin kedudukan kreditor sebagai pihak yang berpotensi dirugikan,

yaitu jaminan khusus. Dalam jaminan khusus sendiri terdapat dua macam jaminan

yaitu jaminan kebendaan dan jaminan perorangan, dalam hal jaminan kredit

perbankan yang dirasa paling tepat dan melindungi kreditor adalah jaminan

kebendaan yang objeknya adalah benda tertentu (khusus) milik debitor atau pihak

ketiga dan diperuntukkan bagi kreditor tertentu pula. Hal tersebut disediakan

untuk meminimalisir potensi kerugian yang mungkin terjadi di kemudian hari.

Jaminan kebendaan yang dibuat oleh para pihak adalah perjanjian kebendaan

bukan perjanjian obligatoir.

Arti jaminan dalam hukum perbankan sendiri dapat dilihat pada Pasal 8 UU

Perbankan dan penjelasannya bahwa jaminan pemberian kredit diberikan arti yang

lain dengan kata agunan. Dalam pasal tersebut juga menjelaskan bahwa Undang-

Undang Perbankan telah memberikan arti yuridis bagi jaminan pemberian kredit

bukan sebagai agunan kredit, sedangkan agunan kredit hanya merupakan salah

satu unsur dari jaminan pemberian kredit. Agunan memang bukan unsur yang

pertama dalam proses pemberian kredit akan tetapi keberadaannya penting

mengingat agunan akan berperan bilamana terjadi kredit bermasalah dan karena

kreditor pemegang jaminan khusus mempunyai posisi yang lebih baik karena

berkedudukan sebagai kreditor preferen.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN

PRAMUDYA ANANTA YUDHA

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalahrepository.unair.ac.id/13741/9/9. Bab 1.pdf · penerima kredit mendapat kepercayaan dari pihak pemberi pinjaman, ... Bandung,

 

 

5

Jika menelaah lebih dalam pada penjelasan Pasal 8 UU Perbankan bahwa

dalam penjelasan terebut menjelaskan agunan hanya dapat berupa barang atau

benda, proyek, atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan.

Benda menurut ketentuan Pasal 499 BW adalah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak

yang dapat dikuasai oleh hak milik. Sedangkan dalam ilmu hukum, pengertian

benda lebih luas, yaitu segala sesuatu yang dapat menjadi objek hukum dan

barang-barang yang dapat menjadi milik serta hak setiap orang yang dilindungi

oleh hukum.28 Dari rumusan tersebut dapat diketahui baik dari pandangan BW

maupun dalam perspektif ilmu hukum bahwa yang dimaksud dengan kebendaan

adalah segala sesuatu yang dapat dikuasai dengan hak milik, tanpa

memperdulikan jenis atau wujudnya. Penguasaan dalam bentuk hak milik dalam

hal ini adalah penguasaan yang memiliki nilai ekonomis. Kaitannya dengan Pasal

1131 BW bahwa hanya kebendaan yang mempunyai nilai ekonomis saja yang

dapat menjadi jaminan bagi pelaksanaan perikatan, kewajiban, prestasi atau utang

seorang debitor.29

Oleh sebab itu, jika suatu perikatan diikat dengan jaminan khusus

kebendaan, kreditor pemegang jaminan kebendaan mempunyai kedudukan yang

lebih baik karena : 30

                                                                                                                28 P.N.H. Simajuntak, Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia, Djambatan, Jakarta, 2009, h. 203. 29 Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja, Kebendaan pada Umumnya, Prenada Media, Jakarta, 2003, h.32. 30 J.Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, h.12.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN

PRAMUDYA ANANTA YUDHA

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalahrepository.unair.ac.id/13741/9/9. Bab 1.pdf · penerima kredit mendapat kepercayaan dari pihak pemberi pinjaman, ... Bandung,

 

 

6

1. Kreditor didahulukan dan dimudahkan dalam mengambil pelunasan atas

tagihannya atas hasil penjualan benda tertentu atau sekelompok benda

tertentu milik debitor atau milik pihak ketiga; dan/atau

2. Ada benda tertentu milik debitor atau pihak ketiga yang dipegang oleh

kreditor dan terikat kepada hak kreditor, yang berharga bagi debitor dan

dapat memberikan suatu tekanan psikologis terhadap debitor untuk

memenuhi kewajibannya dengan baik kepada kreditor.

Jika merujuk pada uraian di atas maka syarat benda yang dapat dijadikan

sebagai objek jaminan kebendaan adalah benda yang dapat dialihkan dan

mempunyai nilai ekonomis, nilai ekonomis dalam arti dapat dikonversikan

dengan mata uang dan dapat dijual. Dua hal tersebut bersifat kumulatif karena

tidak semua benda yang mempunyai nilai ekonomis dapat dialihkan.

Namun, dalam setiap hak kebendaan harus melihat terlebih dahulu

kedudukan hukum dari hak kebendaannya karena terdapat batasan-batasan

didalamnya. Di mana batasan-batasan terhadap hak milik sesuai dengan Pasal 570

BW terdapat tiga batasan, yaitu tidak menimbulkan gangguan kepada subjek

hukum lain, adanya kepentingan umum dan aturan hukum yang menghapus hak

milik. Disamping itu, terdapat privilege-privilege umum dan khusus maupun

adanya hukum jaminan yang dapat menyimpangi maupun membatasi kedudukan

dari hak kebendaan.

Dalam BW telah secara tegas membagi jenis-jenis benda. Pembagian jenis

benda tersebut yang paling penting dan sangat menonjol adalah pembagian jenis

benda bergerak dan benda tidak bergerak. BW sendiri mengatur mengenai

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN

PRAMUDYA ANANTA YUDHA

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalahrepository.unair.ac.id/13741/9/9. Bab 1.pdf · penerima kredit mendapat kepercayaan dari pihak pemberi pinjaman, ... Bandung,

 

 

7

pengertian benda bergerak dalam Pasal 506 hingga Pasal 508 BW. Hal-hal yang

membuat pembagian jenis benda bergerak dan tidak bergerak menonjol dan

penting karena secara empiris di masyarakat, jenis pembagian ini merupakan

pembagian yang paling mudah penerapannya dalam hukum jaminan. Pembagian

benda bergerak dan tidak bergerak juga erat kaitannya dengan lembaga jaminan

apa yang dapat membebani jenis benda tersebut.

Pada praktik-nya dalam dunia perbankan beserta perkembangannya,

terdapat berbagai macam jenis benda yang dijadikan jaminan kredit. Seperti yang

dilakukan beberapa guru di Surabaya. Dikarenakan tunjangan profesi guru (TPG)

bermasalah dan tidak kunjung cair, sebagian guru memilih nekat

“menyekolahkan” (menjaminkan) sertifikat pendidik mereka ke bank demi

memperoleh pinjaman uang. Didapati fakta bahwa kebanyakan pengajuan kredit

tersebut untuk memenuhi kepentingan pribadi non-prioritas dan yang paling

banyak adalah pengajuan kredit mobil. 31 Mekanisme penjaminan Sertifikat

Pendidik dalam prakteknya adalah ketika debitor mengajukan permohonan kredit

kepada bank, maka Sertifikat Pendidik milik debitor dipergunakan sebagai objek

jaminan dan ditahan oleh bank selaku kreditor. Metode cicilan pembayarannya

adalah pada setiap tunjangan sertifikasi dari debitor tersebut cair, seketika

tunjangan tersebut dipotong oleh bank guna membayar cicilan.

Berdasarkan pasal 1 ayat (12) Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005

tentang Guru dan Dosen selanjutnya disingkat UU Guru dan Dosen, Sertifikat

Pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan

                                                                                                                31 Jawa Pos, Guru “Sekolahkan” Sertifikat Pendidik, Sabtu 31 Mei 2014

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN

PRAMUDYA ANANTA YUDHA

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalahrepository.unair.ac.id/13741/9/9. Bab 1.pdf · penerima kredit mendapat kepercayaan dari pihak pemberi pinjaman, ... Bandung,

 

 

8

dosen sebagai tenaga professional. Sertifikat Pendidik diberikan kepada guru atau

dosen setelah melalui berbagai tahapan sertifikasi dan setelah dinyatakan lolos

dari proses tersebut. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi

yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan

ditetapkan oleh Pemerintah. Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif,

transparan, dan akuntabel. Tujuan sertifikasi sendiri sebenarnya adalah untuk

kesejahteraan para tenaga pendidik profesional, karena jika sudah sejahtera,

diharapkan guru bisa mengajar dengan profesional.

Dari uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan Sertifikat Pendidik sebagai

objek jaminan dalam perjanjian kredit adalah sebagai berikut :

a. Karakteristik Sertifikat Pendidik ditinjau dari hukum jaminan.

b. Perlindungan hukum bagi bank bilamana debitor diberhentikan

statusnya sebagai tenaga pendidik profesional.

2. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan menganalisis karakteristik Sertifikat Pendidik

ditinjau dari hukum jaminan.

b. Untuk menganalisis bentuk perlindungan hukum bagi bank selaku

kreditor atas objek jaminan Sertifikat Pendidik bilamana debitor telah

diberhentikan statusnya sebagai tenaga pendidik profesional.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN

PRAMUDYA ANANTA YUDHA

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalahrepository.unair.ac.id/13741/9/9. Bab 1.pdf · penerima kredit mendapat kepercayaan dari pihak pemberi pinjaman, ... Bandung,

 

 

9

3. Metode Penelitian

3.1 Pendekatan Masalah

Penelitian ini merupakan penelitian hukum, dengan metode

pendekatan yang berdasar pada ketentuan perundang-undangan dengan

memahami hierarki, dan Asas-asas dalam peraturan perundang-undangan

(statute approach). Berupa antara lain BW, Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan, UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan

peraturan-peraturan lain yang ada kaitannya dengan permasalahan yang

dibahas.

Selain menggunakan metode pendekatan perundang-undangan

(statute approach), penelitian ini juga menggunakan metode pendekatan

konseptual (conceptual approach). Dengan menggunakan pendekatan

konseptual yaitu tidak hanya mengidentifikasi suatu permasalahan

dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang ada tetapi

juga mengacu pada konsep hukum berdasarkan doktrin-doktrin dan

pandangan-pandangan para sarjana yang berkembang pada jaminan

kebendaan dalam lingkungan perbankan.

3.2 Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer adalah

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN

PRAMUDYA ANANTA YUDHA

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalahrepository.unair.ac.id/13741/9/9. Bab 1.pdf · penerima kredit mendapat kepercayaan dari pihak pemberi pinjaman, ... Bandung,

 

 

10

berdasarkan peraturan peraturan perundang-undangan dan ketentuan-

ketentuan di bidang hukum perbankan dan dalam aspek kredit dan

jaminan, yaitu :

- Burgerlijk Wetboek (BW);

- Het Herzeine Indonesich Reglement Indonesia yang

diperbarui (HIR/RIB);

- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;

- Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan

atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan;

- Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen;

- Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional;

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/14/BI/2007 tentang

Sistem Informasi Debitur;

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang

Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum;

- Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor

23/69/KEP/DIR tanggal 28 Pebruari 1991 tentang Jaminan

Pemberian Kredit.

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang bersifat

menjelaskan bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder terdiri atas

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN

PRAMUDYA ANANTA YUDHA

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalahrepository.unair.ac.id/13741/9/9. Bab 1.pdf · penerima kredit mendapat kepercayaan dari pihak pemberi pinjaman, ... Bandung,

 

 

11

pendapat para ahli tentang hukum jaminan yang ada dalam buku-buku,

literature, karya ilmiah, catatan kuliah, berbagai media cetak, artikel-

artikel di internet, dan jurnal hukum bisnis yang ada kaitannya dengan

permasalahan yang sedang dibahas.

3.3 Prosedur Pengumpulan dan Analisa Bahan Hukum

Setelah bahan hukum, baik primer maupun sekunder

dikumpulkan, lalu diinventarisasikan, dikelompok-kelompokkan sesuai

dengan masalah yang diteliti. Analisis bahan hukum dalam skripsi ini

dilakukan dengan jalan menelaah sistematika perundang-undangan yang

berlaku berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas, dan juga

dikaitkan dengan konsep hukum berdasarkan doktrin-doktrin dan

pandangan-pandangan para sarjana sehingga akan diperoleh jawaban dari

permasalahan yang dikemukakan yang dapat dipertanggungjawabkan.

4. Pertanggungjawaban Sistematika

Penulisan skripsi ini diawali dengan penulisan BAB I, yaitu bab

pendahuluan yang berisikan tentang uraian secara umum dan gambaran

singkat keseluruhan dari isi skripsi ini yang terdiri dari latar belakang dan

perumusan masalahnya. Selain itu diuraikan juga tentang tujuan penelitian,

metode penelitian serta pertanggungjawaban sistematika penulisan yang

dapat dijadikan dasar bagi pemahaman dan pembahasan dalam bab-bab

selanjutnya. Dalam bab ini terdiri dari 4 (empat) sub bab yaitu, Latar

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN

PRAMUDYA ANANTA YUDHA

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalahrepository.unair.ac.id/13741/9/9. Bab 1.pdf · penerima kredit mendapat kepercayaan dari pihak pemberi pinjaman, ... Bandung,

 

 

12

Belakang dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian yang

meliputi Pendekatan Masalah, Sumber Bahan Hukum, Prosedur

Pengumpulan dan Analisa Bahan Hukum dan sub bab yang terkahir adalah

Sistematika Penulisan.

BAB II akan membahas tentang Sertifikat pendidik sebagai benda

ditinjau dari hukum jaminan yang kemudian untuk pembahasannya dibagi

menjadi 2 (dua) bahasan, yaitu : pembahasan pertama mengenai

penggolongan sertifikat pendidik berdasarkan macam-macam surat menurut

KUHD dan pembahasan kedua karakteristik sertifikat pendidik sebagai objek

jaminan.

BAB III membahas tentang bentuk perlindungan bagi bank atas objek

jaminan Sertifikat Pendidik. Untuk menjelaskan bahsan tersebut, dilakukan 2

(dua) pengelompokan pembahasan. Pembahasan pertama membahas tentang

perlindungan preventif bagi bank sebelum pemberian kredit dan pembahasan

kedua mengenai perlindungan represif bagi bank ketika debitor diberhentikan

statusnya sebagai tenaga pendidik profesional dan terjadi gagal bayar.

BAB IV adalah penutup yang merupakan akhir dari skripsi yang di

dalamnya terdiri dari kesimpulan yang menguraikan inti dari hasil

pembahasan terhadap permasalahan yang telah dikemukakan pada bab-bab

sebelumnya. Selain itu, dalam bab ini dikemukakan juga beberapa saran yang

dirasa perlu untuk menambah wawasan tentang hukum jaminan khususnya

perkembangan pada objek jaminan perbankan.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN

PRAMUDYA ANANTA YUDHA