bab i pendahuluan 1.1. latar belakang masalahrepository.unair.ac.id/13734/9/9. bab 1.pdf ·...

15
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan lembaga asuransi atau pertanggungan semakin dirasakan baik oleh perorangan maupun badan usaha di Indonesia. Seseorang atau badan usaha secara pribadi harus menanggung semua kemungkinan kerugian yang timbul karena persitiwa apapun juga. Jumlah kerugian itu tidak dapat diperkirakan sebelumnya, apakah akibatnya fatal atau tidak, apakah mampu ditanggulangi sendiri atau tidak. Untuk menghadapi segala kemungkinan tersebut seseorang atau badan usaha melimpahkan semua kemungkinan kerugian yang timbul kepada pihak lain yang bersedia menggantikan kedudukannya dengan membuat perjanjian asuransi. Pihak yang mempunyai kemungkinan menderita kerugian atau disebut dengan tertanggung melimpahkan kepada pihak lain yang bersedia membayar ganti rugi atau disebut dengan penanggung. Perjanjian asuransi adalah perjanjian timbal balik atau wederkerig overeenkomst artinya penanggung dan tertanggung mempunyai kedudukan yang sama, hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian seimbang, sehingga tidak boleh menguntungkan atau merugikan salah satu pihak. 1 Penanggung akan menerima premi dari tertanggung dan berkewajiban memberikan ganti kerugian kepadanya atas timbulnya kerugian dari peristiwa yang tidak pasti pada masa datang. 1 Sri Redjeki Hartono, Asuransi dan Hukum Asuransi di Indonesia, Cetakan I, IKIP Semarang Press, Semarang, 1985, hlm. 29. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Skripsi PERLINDUNGAN NASABAH ASURANSI DALAM KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI PASCA LAHIRNYA UU OJK HILDA FITFULIA

Upload: trankhuong

Post on 13-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.unair.ac.id/13734/9/9. Bab 1.pdf · menerima premi dari tertanggung dan ... Tahun 1998 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan lembaga asuransi atau pertanggungan semakin dirasakan baik

oleh perorangan maupun badan usaha di Indonesia. Seseorang atau badan usaha

secara pribadi harus menanggung semua kemungkinan kerugian yang timbul

karena persitiwa apapun juga. Jumlah kerugian itu tidak dapat diperkirakan

sebelumnya, apakah akibatnya fatal atau tidak, apakah mampu ditanggulangi

sendiri atau tidak. Untuk menghadapi segala kemungkinan tersebut seseorang atau

badan usaha melimpahkan semua kemungkinan kerugian yang timbul kepada

pihak lain yang bersedia menggantikan kedudukannya dengan membuat

perjanjian asuransi. Pihak yang mempunyai kemungkinan menderita kerugian

atau disebut dengan tertanggung melimpahkan kepada pihak lain yang bersedia

membayar ganti rugi atau disebut dengan penanggung.

Perjanjian asuransi adalah perjanjian timbal balik atau wederkerig

overeenkomst artinya penanggung dan tertanggung mempunyai kedudukan yang

sama, hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian seimbang, sehingga tidak

boleh menguntungkan atau merugikan salah satu pihak.1 Penanggung akan

menerima premi dari tertanggung dan berkewajiban memberikan ganti kerugian

kepadanya atas timbulnya kerugian dari peristiwa yang tidak pasti pada masa

datang.

1 Sri Redjeki Hartono, Asuransi dan Hukum Asuransi di Indonesia, Cetakan I, IKIP

Semarang Press, Semarang, 1985, hlm. 29.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PERLINDUNGAN NASABAH ASURANSI DALAM KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI PASCA LAHIRNYA UU OJK

HILDA FITFULIA

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.unair.ac.id/13734/9/9. Bab 1.pdf · menerima premi dari tertanggung dan ... Tahun 1998 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun

2

Dari segi hukum, pertanggungan atau asuransi selalu dikaitkan dengan

perjanjian, karena perbuatan mengasuransikan atau mempertanggungkan

digolongkan sebagai perjanjian.2 Di dalam Pasal 246 Kitab Undang-Undang

Hukum Dagang (selanjutnya disebut dengan KUH Dagang) disebutkan bahwa:

“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana

seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung

dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian

kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan

keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena

suatu peristiwa yang tak tertentu.”

Dari pengertian Pasal 246 KUH Dagang itu dapat disimpulkan adanya tiga unsur

dalam asuransi yaitu:3

1) Pihak tertanggung atau verzekering adalah pihak yang mempunyai

kewajiban membayar uang premi kepada penanggung, bisa dengan

cara pembayaran sekaligus atau dengan cara berangsur-angsur.

2) Pihak penanggung mempunyai kewajiban untuk membayar sejumlah

uang pengganti kerugian atau schade vergoeding kepada pihak

tertanggung apabila suatu peristiwa tidak pasti akan terjadi baik

dengan cara skaligus atau berangsur-angsur.

3) Suatu kejadian atau peristiwa yang semula belum jelas akan terjadi

atau onzeker voorvaal. Di dalam Pasal 1744 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (selanjutnya disebut dengan KUH Perdata)

disebutkan bahwa: “Suatu persetujuan untung-utungan adalah suatu

perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua

pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung kepada suatu

kejadian yang belum tentu, misalnya: persetujuan pertanggungan,

bunga cagak hidup, perjudian dan pertaruhan.” Namun dikatakan

dalam banyak literatur asuransi bukan termasuk perjanjian untung-

untungan atau kansovereenkomst, karena dalam perjanjian untung-

untungan para pihak secara sengaja dan sadar akan mendapatkan

kesempatan untung-untungan. Selain itu perjanjian asuransi juga

tidak sama dengan pertaruhan dan perjudian karena asuransi bukan

merupakan permainan dan perjudian.

2 Ibid., hlm. 13.

3 Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Hukum Asuransi Indonesia, Cetakan V, PT. Rineka

Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 2.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PERLINDUNGAN NASABAH ASURANSI DALAM KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI PASCA LAHIRNYA UU OJK

HILDA FITFULIA

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.unair.ac.id/13734/9/9. Bab 1.pdf · menerima premi dari tertanggung dan ... Tahun 1998 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun

3

Menurut Ali Ridlo, ketentuan Pasal 246 KUH Dagang hanya berlaku untuk

asuransi ganti rugi, karena dari rumusan pasalnya hanya menyangkut kepentingan

yang dapat dinilai dengan uang, artinya kerugian yang terjadi dapat dihitung

dengan uang, dan tidak meliputi asuransi jumlah.4 Asuransi kerugian menurut

Molenggraaff adalah: “Persetujuan antara penanggung kepada tertanggung untuk

mengganti kerugian yang mungkin dialami tertanggung karena terjadinya suatu

peristiwa tidak pasti, dan tertanggung untuk membayar premi kepada

penanggung.5

Perusahaan Asuransi tidak akan dapat mencegah badai, kecelakaan mobil,

kematian, atau sakit. Tetapi, Perusahan Asuransi dapat mengurangi ketidakpastian

beban ekonomi dan kerugian yang tidak pasti itu.6 Misalnnya saja jika seorang

pemilik rumah mengasuransikan rumahnya terhadap kerugian kebakaran, rumah

itu masih mungkin terbakar tetapi pemilik rumah terbebas dari kekhawatiran

karena tahu kerugian itu akan ditanggung oleh perusahaan asuransi.7

Lembaga asuransi juga mempunyai peranan penting sebagai lembaga

keuangan disamping Bank atau disebut lembaga keuangan non-Bank yang

kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat berupa premi dan

menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui industri jasa. Tidak setiap

perjanjian asuransi selalu berakhir dengan penuntutan dan/ atau pembayaran klaim

4 Bagus Irawan, Aspek-aspek Hukum Kepailitan; Perusahaan; dan Asuransi, Edisi I,

Cetakan I, Penerbit PT. Alumni, Bandung, 2007, hlm. 101, dikutip dari R. Ali Ridlo, Hukum

Dagang; tentang Prinsip-prinsip dan Fungsi Asuransi dalam Lembaga Keuangan, Pasar Modal,

Lembaga Modal Ventura, dan Asuransi Haji, Alumni, Bandung, 1992, hlm. 5. 5 Ibid., hlm. 102, dikutip dari M. Mashudi, et. al, Hukum Asuransi, Mandar Maju, Bandung,

1995. 6 Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, Edisi I, Cetakan IV, Jakarta, PT Bumi Aksara,

2006, hlm. 7. 7 Ibid.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PERLINDUNGAN NASABAH ASURANSI DALAM KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI PASCA LAHIRNYA UU OJK

HILDA FITFULIA

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.unair.ac.id/13734/9/9. Bab 1.pdf · menerima premi dari tertanggung dan ... Tahun 1998 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun

4

karena tidak semua risiko yang dipertanggungkan itu selalu terjadi.8 Seperti

dengan asuransi jiwa, mekipun peristiwa kematian itu pasti terjadi namun kita

tidak tahu kapan kematian itu akan terjadi dan sebelum kematian terjadi

penanggung dapat memanfaatkan semua premi yang terkumpul padanya sebagai

sumber modal yang dapat dipergunakan secara efissien.9

Pada tahun 1997 terjadi gejolak ekonomi dan moneter di Indonesia yang

mempengaruhi kehidupan perekonomian nasional dan menimbulkan kesulitan

dunia usaha untuk meneruskan usahanya, termasuk dalam memenuhi

kewajibannya kepada Kreditor.10

Selain itu terjadi krisis politik yang mengakibatkan lengsernya Presiden

Soeharto sebagai Presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Krisis moneter

membuat utang menjadi membengkak luar biasa, banyak sekali Debitor

tidak mampu membayar utang-utangnya, selain itu kredit macet di

perbankan Indonesia makin membumbung tinggi. Pada bulan Maret

tahun 1997 terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang US $

secara drastis, sekitar Rp. 2.300,00 menjadi Rp. 5.000,00 per US $.

Bahkan pada pertengahan tahun 1998 nilai tukar rupiah sempat

menyentuh Rp. 16.000,00 per US $.11

Terperosoknya nilai tukar rupiah

berdampak negatif terhadap perekonomian nasional. Utang perusahaan

swasta dan Pemerintah cukup besar sehingga memperberat beban neraca

pembayaran. Banyak perusahaan dan perorangan yang tidak mampu

membayar utang. Ratusan bank dilikuidasi, dibekukan, dan diambil alih

oleh Pemerintah melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara teknis bisa digolongkan

sebagai bangkrut karena tidak dapat memberikan konstribusi dividen

kepada negara yang tidak sedikit. Jika ditotal sudah ribuan kasus pailit

yang seharusnya didaftarkan ke Pengadilan-Pengadilan Niaga di seluruh

Indonesia.12

Untuk itu, International Monetary Fund (IMF) dan

Pemerintah Indonesia bersepakat untuk membentuk Pengadilan Niaga di

Jakarta, Makassar, Medan, Surabaya, dan Semarang. Dasar

pembentukannya adalah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang

8 Sri Redjeki Hartono, Op. Cit., hlm. 19.

9 Ibid.

10 Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia, Cetakan II,

PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 20. 11

Adrian Sutedi, Hukum Kepailitan, Cetakan I, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009, hlm. 3. 12

Ibid., hlm. 3-4.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PERLINDUNGAN NASABAH ASURANSI DALAM KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI PASCA LAHIRNYA UU OJK

HILDA FITFULIA

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.unair.ac.id/13734/9/9. Bab 1.pdf · menerima premi dari tertanggung dan ... Tahun 1998 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun

5

Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Kepailitan

yang dibentuk pada tanggal 22 April 1998 yang kemudian ditetapkan

menjadi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan

(selanjutnya disebut dengan UUK). 13

Dengan berlakunya UUK tersebut, maka Peraturan Kepailitan atau

Faillissementsveordening S. 1905 No. 217 juncto S. 1906 Nomor 348 yang sejak

lama tidak beroperasi lagi, menjadi hidup kembali.14

Berbagai permohonan

pernyataan pailit mulai diajukan ke Pengadilan Niaga sehingga muncullah

berbagai putusan pengadilan mengenai perkara kepailitan.15

Dalam

perkembangannya UUK diganti dengan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang (selanjutnya disebut dengan UUK dan PKPU). Di dalam

Penjelasan Umum UUK dan PKPU disebutkan bahwa:

“Hal ini disebabkan oleh perkembangan perekonomian dan perdagangan,

pengaruh globalisasi, serta modal pengusaha yang berasal dari pinjaman

bank, penanaman modal, penerbitan obligasi, dan cara lain yang

diperbolehkan hukum telah menimbulkan banyak permasalahan

penyelesaian utang-piutang, apabila tidak diselesaikan dapat

menyebabkan hilangnya lapangan pekerjaan dan masalah sosial lainnya,

sehingga diperlukan perangkat hukum untuk menyelesaikan masalah

utang-piutang secara adil, cepat, terbuka, dan efektif untuk kepentingan

dunia usaha.”

Tujuan utama kepailitan adalah untuk melakukan pembagian antara para

Kreditor atas kekayaan Debitor oleh Kurator.16

Kepailitan bertujuan untuk

menghindari terjadinya sitaan terpisah atau eksekusi terpisah oleh Kreditor

13

Ibid, hlm. 4. 14

Ibid., hlm. 5, dikutip dari Sutan Remy Syahdeini, Hukum Kepailitan: Memahami

Faillissementsveordening Juncto Undang-undang No. 4 Tahun 1998, Pustaka Utama Grafiti,

Jakarta, 2002, hlm. ix. 15

Adrian Sutedi, Loc. Cit. 16

Ibid., hlm. 10, dikutip dari Mosgan Situmorang, “Tinjauan atas Undang-undang No. 4

Tahun 1998 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun 1998 Menjadi Undang-undang”, Majalah

Hukum Nasional, No. 1, 1999, hlm. 63.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PERLINDUNGAN NASABAH ASURANSI DALAM KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI PASCA LAHIRNYA UU OJK

HILDA FITFULIA

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.unair.ac.id/13734/9/9. Bab 1.pdf · menerima premi dari tertanggung dan ... Tahun 1998 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun

6

dengan melakukan sitaan umum yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan

oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas dan kemudian dibagikan

kepada semua Kreditor sesuai dengan hak masing-masing.17

Di dalam Pasal 2 ayat (5) UUK dan PKPU disebutkan bahwa: “Dalam hal

Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau

Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik,

permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan.”

Dalam perkembangannya ada pengaturan mengenai legal standing pemohon pailit

Perusahaan Asuransi. Di dalam Ketentuan Peralihan Pasal 55 ayat (1) Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa

Keuangan (selanjutnya disebut dengan UU OJK) disebutkan bahwa: “Sejak

tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan

pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana

Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari

Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke

OJK.” Setelah berlakunya UU OJK legal standing pemohon kepailitan

Perusahaan Asuransi menjadi tidak jelas. Menurut ketentuan Pasal 2 ayat (5)

UUK dan PKPU, Perusahaan Asuransi merupakan perusahaan yang bisa

dipailitkan akan tetapi yang berwenang mengajukan permohonan pailit hanya

Menteri keuangan. Padahal di dalam Ketentuan Peralihan Pasal 55 ayat (1) UU

OJK disebutkan bahwa wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa

keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga

17

Adrian Sutedy, Loc.Cit.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PERLINDUNGAN NASABAH ASURANSI DALAM KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI PASCA LAHIRNYA UU OJK

HILDA FITFULIA

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.unair.ac.id/13734/9/9. Bab 1.pdf · menerima premi dari tertanggung dan ... Tahun 1998 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun

7

Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari Menteri

Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK

sejak tanggal 31 Desember 2012. Jika Perusahaan Asuransi tersebut dipailitkan,

maka sesuai dengan Pasal 115 ayat (1) UUK dan PKPU:

“Semua Kreditor wajib menyerahkan piutangnya masing-masing kepada

Kurator disertai perhitungan atau keterangan tertulis lainnya yang

menunjukkan sifat dan jumlah piutang, disertai dengan surat bukti atau

tulisannya, dan suatu pernyataan ada atau tidaknya Kreditor mempunyai

suatu hak istimewa, hak gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek,

hak agunan atas kebendaan lainnya, atau hak untuk menahan benda.”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas di atas, maka permasalahan

pokok yang akan diteliti dan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Siapakah yang berwenang mengajukan permohonan pernyataan pailit pada

Perusahaan Asuransi pasca lahirnya UU OJK?

2. Bagaimana kedudukan Nasabah Asuransi ketika Perusahaan Asuransi

dipailitkan?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian skripsi adalah sebagai salah satu kewajiban yang harus

ditempuh oleh setiap mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga untuk

meraih gelar sarjana hukum. Selain itu tujuan dari penelitian skripsi ini adalah

untuk:

1. Menganalisa siapa yang sebenarnya berwenang mengajukan permohonan

pernyataan pailit pada Perusahaan Asuransi setelah lahirnya UU OJK.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PERLINDUNGAN NASABAH ASURANSI DALAM KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI PASCA LAHIRNYA UU OJK

HILDA FITFULIA

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.unair.ac.id/13734/9/9. Bab 1.pdf · menerima premi dari tertanggung dan ... Tahun 1998 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun

8

2. Menganalisa kedudukan para Nasabah Asuransi apakah merupakan Kreditor

dari Perusahaan Asuransi dan sebagai Kreditor apa, apakah Kreditor Separatis,

Kreditor Preferen, ataukah Kreditor Konkuren, juga perlindungan hukum

terhadap para Nasabah Asuransi jika Perusahaan Asuransi dipailitkan.

Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai maka diharapkan

penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan dapat memberikan informasi pemikiran dan

pertimbangan bagi praktisi hukum maupun akademisi untuk pengembangan

ilmu pengetahuan hukum pada umumnya, dan pengkajian hukum khususnya

yang berkaitan dengan kepailitan Perusahaan Asuransi. Bagi Pemerintah agar

dapat membuat batasan-batasan yang lebih jelas mengenai legal standing

pemohon kepailitan Perusahaan Asuransi supaya tidak terjadi salah penafsiran.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pemikiran dan

pertimbangan dalam menangani kasus Kepailitan Perusahaan Asuransi di

Indonesia

1.4. Metode Penelitian

1.4.1. Tipe penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi

“PERLINDUNGAN NASABAH ASURANSI DALAM KEPAILITAN

PERUSAHAAN ASURANSI PASCA LAHIRNYA UU OJK” adalah doctrinal

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PERLINDUNGAN NASABAH ASURANSI DALAM KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI PASCA LAHIRNYA UU OJK

HILDA FITFULIA

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.unair.ac.id/13734/9/9. Bab 1.pdf · menerima premi dari tertanggung dan ... Tahun 1998 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun

9

research. Bertujuan memperoleh penjelasan sistematis mengenai aturan hukum

yang mengatur tentang Kepailitan dan Perusahaan Asuransi dengan melakukan

analisis atas aturan-aturan hukum tersebut.18

Penulisan skripsi ini menggunakan

pendekatan yuridis normatif, karena penelitian hukum adalah suatu proses untuk

menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin

hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.19

Penelitian hukum normatif

karena berkaitan dengan prinsip-prinsip dan norma hukum kepailitan dan hukum

asuransi di Indonesia. Melalui penggunaan metode tersebut diharapkan

pembahasan skripsi ini dapat memenuhi sasaran yang diharapkan sehingga hasil

penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

1.4.2. Pendekatan Penelitian

Penulis dalam penyusunan skripsi ini menggunakan 4 (empat) metode

pendekatan, yaitu:

a. Pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) yaitu

pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua peraturan perundang-

undangan dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang

ditangani.20

18

“Hutchinson membedakan penelitian hukum menjadi 4 tipe yaiut: Doctrinal Research,

Reform Research, Oriented Research, Theoritical Research, and Fundamental Research. Namun

Fundamental Research adalah penelitian yang bersifat sosiolegal, sehingga sebenarnya tidak

cocok digunakan dalam Penelitian Hukum. Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana

Prenada Media Group, Jakarta, 2005, hlm. 32. 19

Ibid., hlm. 35. 20

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Kencana Prenada Media

Group, Jakarta, 2005, hlm. 133.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PERLINDUNGAN NASABAH ASURANSI DALAM KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI PASCA LAHIRNYA UU OJK

HILDA FITFULIA

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.unair.ac.id/13734/9/9. Bab 1.pdf · menerima premi dari tertanggung dan ... Tahun 1998 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun

10

b. Pendekatan historis (historical approach) yaitu pendekatan yang dilakukan

dengan menelaah latar belakang apa yang dipelajari dan perkembangan

pengaturan mengenai isu yang dihadapi.21

c. Pendekatan konseptual (conceptual approach) yaitu pendekatan yang beranjak

dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam

ilmu hukum. Pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin tersebut merupakan

sandaran bagi penulis dalam membangun suatu argumentasi hukum dalam

memecahkan isu yang dihadapi.22

d. Pendekatan kasus (case approach) yaitu pendekatan yang dilakukan dengan

cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang

dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan yang tetap.23

Kasus tersebut berupa Putusan Mahkamah Konstitusi

Republik Indonesia Nomor 071/PUU-II/2004, 001/PUU-III/2005, 002/PUU-

III/2005 tentang Risalah Sidang Mendengar Keterangan Pemerintah dan Ahli

dari Pemohon; Pengujian UUK dan PKPU terhadap Undang-Undang Dasar

Negara Republik 1ndonesia Tahun 1945 dan Putusan Mahkamah Agung Republik

Indonesia Nomor 229 K/Pdt.Sus-Pailit/2013 tentang Perkara Perdata Khusus

Kepailitan antara: Ny.Tuti Supriati sebagai Pemohon Kasasi dengan PT

Asuransi Jiwa Buana Putra sebagai Termohon Kasasi. Yang menjadi kajian

pokok dalam pendekatan kasus adalah ratio decidendi atau reasoning, yaitu

21

Ibid, hlm. 134. 22

Ibid, hlm. 135-136. 23

Ibid, hlm. 134.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PERLINDUNGAN NASABAH ASURANSI DALAM KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI PASCA LAHIRNYA UU OJK

HILDA FITFULIA

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.unair.ac.id/13734/9/9. Bab 1.pdf · menerima premi dari tertanggung dan ... Tahun 1998 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun

11

pertimbangan pengadilan untuk sampai kepada suatu putusan yang digunakan

sebagai argumentasi dalam pemecahan isu hukum.24

1.4.3. Pengolahan Bahan Hukum

1.4.3.1. Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang digunakan untuk penulisan skripsi ini terbagi

menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya

mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-

undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-

undangan dan putusan-putusan hakim.25

Di dalam skripsi ini penulis

menggunakan bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan

yang berkaitan dengan judul serta permasalahan yang dibahas antara lain: KUH

Perdata, KUH Dagang, UUK, UUK dan PKPU, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan (selanjutnya disebut

dengan UU Perbankan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan (selanjunya disebut dengan UU Perubahan atas UU Perbankan),

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia (selanjutnya disebut dengan UU BI), Undang-Undang Republik

Indonesia No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

24

Ibid. 25

Ibid, hlm. 181.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PERLINDUNGAN NASABAH ASURANSI DALAM KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI PASCA LAHIRNYA UU OJK

HILDA FITFULIA

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.unair.ac.id/13734/9/9. Bab 1.pdf · menerima premi dari tertanggung dan ... Tahun 1998 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun

12

(selanjutnya disebut dengan UU Perubahan atas UU BI), Peraturan Pemerintah

Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran, dan

Likuidasi Bank (selanjutnya disebut dengan PP Pencabutan Izin Usaha,

Pembubaran, dan Likuidasi Bank), Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian (selanjutnya disebut

dengan UU Usaha Perasuransian), dan UU Perasuransian, dan UU OJK.

2. Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang bukan

merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-

buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar

atas putusan pengadilan.26

Di dalam skripsi ini penulis menggunakan bahan

hukum primer berupa literatur-literatur yang berkaitan dengan hukum

kepailitan dan hukum asuransi, pendapat para sarjana yang ada dalam buku-

buku literatur, internet, serta wawancara dengan ahli kepailitan.

1.4.3.2. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Hukum

Dalam memperoleh bahan hukum yang lengkap, pengumpulan bahan

hukum dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan bahan hukum

melalui penggabungan peraturan perundang-undangan dengan bahan-bahan

hukum yang didapat dari hasil studi kepustakaan. Kemudian kedua sumber bahan

hukum yang telah diperoleh dikumpulkan untuk dianalisis sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

26

Ibid.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PERLINDUNGAN NASABAH ASURANSI DALAM KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI PASCA LAHIRNYA UU OJK

HILDA FITFULIA

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.unair.ac.id/13734/9/9. Bab 1.pdf · menerima premi dari tertanggung dan ... Tahun 1998 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun

13

Hasil dari analisis tersebut selanjutnya disusun ke dalam pokok bahasan

yang sistematis sehingga berkaitan dengan tema penulisan dan perumusan

masalah yang diangkat dalam skripsi ini untuk kemudian berdasarkan sumber

bahan hukum yang telah diperoleh dilakukan telaah dan pengkajian permasalahan

untuk mendapatkan pemecahan masalah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

1.5. Pertanggungjawaban Sistematika

Penyususnan skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN NASABAH

ASURANSI DALAM KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI PASCA

LAHIRNYA UU OJK”, terbagi atas 4 (empat) bab yaitu:

Bab I merupakan pendahuluan sebagai pedoman untuk mempermudah

pemahaman bab-bab selanjutnya. Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, dan metode penelitian yang meliputi tipe penelitian yang

digunakan di dalam skripsi ini, pendekatan penelitian, pengolahan bahan hukum

yang terdiri dari sumber bahan hukum dan teknik pengumpulan dan pengolahan

bahan hukum, dan diakhiri dengan pertanggungjawaban sistematika. Bab I

menjelaskan secara garis besar keseluruhan isi skripsi serta menuntun pembaca

untuk memudahkan pemahaman.

Bab II merupakan pembahasan dan penjabaran dari rumusan masalah yang

pertama yaitu menganalisa siapa yang sebenarnya berwenang mengajukan

permohonan pernyataan pailit pada Perusahaan Asuransi setelah lahirnya UU

OJK. Di dalam Pasal 2 ayat 5 UUK dan PKPU disebutkan bahwa pemohon pailit

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PERLINDUNGAN NASABAH ASURANSI DALAM KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI PASCA LAHIRNYA UU OJK

HILDA FITFULIA

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.unair.ac.id/13734/9/9. Bab 1.pdf · menerima premi dari tertanggung dan ... Tahun 1998 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun

14

Perusahaan Asuransi adalah Menteri Keuangan. Namun di dalam Pasal 6 juncto

Ketentuan Peralihan Pasal 55 ayat (1) UU OJK disebutkan wewenang pengaturan

dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian,

Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya

beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan ke OJK. Selanjutnya Pasal 66 ayat (1) huruf b juncto Pasal 66 ayat (2)

menyebutkan bahwa:

Sejak Undang-Undang ini diundangkan sampai dengan beralihnya

fungsi, tugas, dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55:

Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan tetap melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan

dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal,

Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa

Keuangan Lainnya dan menyampaikan laporan atas pelaksanaan fungsi,

tugas dan wewenang tersebut kepada OJK.

Ketentuan pasal-pasal tersebut mengakibatkan kekaburan norma mengenai legal

standing pemohon pailit pada Perusahaan Asuransi. Apakah Menteri Keuangan

ataukan OJK yang memiliki kewenangan untuk memailitkan Perusahaan

Asuransi.

Bab III merupakan pembahasan dan penjabaran dari rumusan masalah yang

kedua yaitu Menganalisa kedudukan para Nasabah Asuransi apakah Nasabah

Asuransi merupakan Kreditor dari Perusahaan Asuransi dan masuk klasifikasi

Kreditor apa, apakah Kreditor Separatis, Kreditor Preferen, ataukah Kreditor

Konkuren juga perlindungan hukum terhadap para Nasabah Asuransi berkaitan

dengan klaim Nasabah Asuransi jika Perusahaan Asuransi dipailitkan.

Bab IV merupakan bab penutup dari skripsi yang membahas tentang

kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi tentang jawaban dari rumusan masalah

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PERLINDUNGAN NASABAH ASURANSI DALAM KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI PASCA LAHIRNYA UU OJK

HILDA FITFULIA

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.unair.ac.id/13734/9/9. Bab 1.pdf · menerima premi dari tertanggung dan ... Tahun 1998 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun

15

yang terkait dengan judul “PERLINDUNGAN NASABAH ASURANSI

DALAM KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI PASCA LAHIRNYA

UU OJK”. Saran berisi tentang sumbangan pemikiran dari hasil penulisan skripsi

ini untuk perbaikan atau perkembangan hukum di Indonesia.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi PERLINDUNGAN NASABAH ASURANSI DALAM KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI PASCA LAHIRNYA UU OJK

HILDA FITFULIA