bab. i pendahulua n - repository.upi.edurepository.upi.edu/856/4/t_adpen_009761_chapter1.pdf ·...

19
BAB. I PENDAHULUA N A. Latar Belakang Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, hal ini telah mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan.Pendidikan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia, pada intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan ,serta merubah perilaku, serta meningkatkan kualitas menjadi lebih baik. Pada kenyataannya pendidikan bukanlah sutau. upaya yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan. Sebagaimana yang tertuang dalam Undang- Undang Nomor 02 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 menyatakan " Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan." Pembangunan sumber daya manusia (SDM) mempunyai peranan sangat penting bagi kesuksesan dan kesinambungan pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu pembangunan dan peningkatan sumber daya

Upload: dinhnhu

Post on 29-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB. I

PENDAHULUA N

A. Latar Belakang

Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan

harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, hal ini telah

mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat

terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

pendidikan.Pendidikan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan

kualitas hidup manusia, pada intinya bertujuan untuk memanusiakan

manusia, mendewasakan ,serta merubah perilaku, serta meningkatkan

kualitas menjadi lebih baik. Pada kenyataannya pendidikan bukanlah sutau.

upaya yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh

tantangan. Sebagaimana yang tertuang dalam Undang- Undang Nomor 02

tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 menyatakan "

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian

yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan."

Pembangunan sumber daya manusia (SDM) mempunyai peranan

sangat penting bagi kesuksesan dan kesinambungan pembangunan suatu

bangsa. Oleh karena itu pembangunan dan peningkatan sumber daya

manusia mutlak diperlukan . dalam konteks pembangunan sumber daya

manusia, pendidikan memiliki posisi staregis, karena pendidikan pada

dasarnya meruapakan proses mencerdaskan kehidupan bangsa dan

pengembangan manusia Indonesia seutuhnya.

Senada dengan hal tersebut diatas, bahwa pembangunan pendidikan

merupakan bagian dari pembangunan bangsa yang diarahkan untuk

meningkatkan harkat dan martabat manusia melalui peningkatan sumber

daya manusia. Lebih lanjut dikemukakan dalam GBHN 1999- 2004

dinyatakan : mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin

secara terarah, terpadu, dan menyeluruh berbagai upaya proaktif dan reaktif

oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda berkembang secara

optimal dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya.

Mengingat betapa pentingnya pendidikan, maka pendidikan telah

diupayakan dalam berbagai bentuk dan jenjang kependidikan, sebagaimana

dalam USPN Nomor 02 Tahun 1989 Pasal 12 ayat (1) yaitu jenjang

pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan

dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Dimana salah satu bentuk satuan

pendidikan pada jenjang pendidikan dasar adalah Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (SLTP).

Sekolah sebagai institusi (lembaga) pendidikan , merupakan wadah

tempat proses pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan

dinamis.Dalam kegiatnnya, sekolah adalah tempat yang bukan hanya

sekedar tempat berkumpulnya guru dan murid, melainkan berada dalam satu

tatanan sistem yang rumit dan sating berkaitan, oleh karena itu sekolah

dipandang sebagai suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan. Lebih

dari itu, kegiatan inti organisasi sekolah adalah mengelola sumber daya

manusia (SDM) yang diharapkan menghasilkan lulusan berkualitas, sesuai

dengan tuntutan kebutuhna masyarakat, serta pada gilirannya lulusan

sekolah diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pembangunan

bangsa.

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa

Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan

satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai

usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan , antara lain

melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, pengadaan buku

dan alat pelajaran.perbaikan sarana prasarana , serta peningkatan mutu

manajemen sekolah. Namun berbagai indikator peningakatan mutu

pendidikan belum menunjukan peningkatan yang merata.

Ada tiga factor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami

peningkatan secara merata, Sebagaimana dikemukakan oleh (Drs.

Umaedi.M.Ed. 2000) Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan

pendidikan nasional menggunakan pendidikan education production

fungtion atau input-output analysis yang tidak dilaksanakan secara

konsekwen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi

sebagai pusat produksi yang apabiia dipenuhi semua input (masukan) yang

dipelukan dalam kegiatan produk tersebut, maka lembaga ini 'akan

menghasilkan output yang dikehendaki. Pendekatan ini menganggap bahwa

apabiia input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan guru dan alat

peralatan, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya dipenuhi

maka mutu pendidikan (output) akan terjadi. Dalam kenyataannya, mutu

pendidikan tidak terjadi. Mengapa ? Karena selama ini dalam menerapkan

pendekatan educaton production fungtion terlalu memusatkan pada input

dan kurang memperhatikan pada output pendidikan.

Faktor Kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional seraca

sentralistik, sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara

penddikan jangan tergantung pada putusan birokrasi yang mempunyai jalur

yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak

sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Dengan demikian sekolah

kehilangan kemandirian , motivasi dan inisiatif untuk mengembangkan dan

memajukan bimbingannya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai

salah satu tujuan pendidikan nasional.

Faktor ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa

dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini kurang optimal. Partsisipasi

masyarakat selama ini bersipat dukungan input (dana), bukan pada proses

pendidikan ( pengambilan keputusan,monitoring, evaluasi dan akuntabilitas).

Berkaitan dengan akuntabilitas, sekolah tidak mempunyai beban untuk

mempertanggung jawabkan hasil pendidikan pada masyarakat, khususnya

orang tua siswa, sebagai salah satu pihak utama yang berkepentingan

dengan pendidikan (stakeholder)

Dengan mencermati kondisi tersebut, maka kepala sekolah sebagai

manajer pendidikan harus mempunyai kemampuan, kemauan dan

keterampilan dalam melaksanakan fungsi manajemen pendidikan. Ada 3

(Tiga) keterampilan yang harus dimiliki oleh manajmer Pendidikan yaitu : (1)

keterampilan Konsep, (2) keterampilan untuk bekerja sama, (3) Keterampilan

Teknik untuk menggunakan pengetahuan, metode, Teknik dan perlengkapan

untuk menyelesaikan tugas.

Betapapun sempurnanya atau baiknya kurikulum, tersediannya

fasilitas pengajaran yang memadai, tetapi jika kepala sekolah hanya merasa

sebagai pelaksana saja, tidak mampu melaksanakan tugasnya sebagai

pemimpin pendidikan, maka keberhasilan peningakatan mutu pendidikan di

sekolah akan sulit terwujud.

Senada dengan hal tersebut dia atas, bahwa upaya peningkatan

mutu pendidikan melibatkan semua personil sekolah, yang dalam prosesnya

menuntut komitmen bersama terhadap mutu pendidikan di

sekolah.Tumbuhnya komitmen di kalangan personil sekolah melalui

kepemimpinan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan.

Peranan penting kepala sekolah sebagaimana tertuang dalam PP

Nomor 28 tahun1990 Pasal 12 ayat (1) sebagai berikut:

"Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan

pendidikan , administras sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya

dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana prasarana."

Dalam petunjuk pelaksanaan Kurikuium dipaparkan tugas dan

tanggung jawa kepala sekolah dipaparkan sebagai berikut:

Kepala Sekolah bertugas dan bertanggung jawab terhadap

keseluruhan kegiatan sekolah. Kegiatan meliputi teknis dan administrasi

pendidikan, lintas program dan lintas sektoral dengan mendayaguankan

sumber-sumber yang ada di sekolah agar tujuan pendidikan dapat tercapai

secara efektif dan efisien ( Juklak Kurikuium 1994)

Sedangkan peranan kepala sekolah berdasarkan Kepmendikbud Rl

Nomor 0296/0/ 1996 yang dikenal dengan konsep kepemimpinan pendidikan

versi Depdikbud adalah : 1) Sebagai educator/pendidik 2) sebagai manajer

3).Sebagai Administrator, 4) Sebagai supervisor, 5) Sebagai Leader /

pemimpin 6) Sebagai Inovator, 7) Sebagai Motivator.

Kepemimpinan pendidikan pada hakekatnya adalah proses

menggerakan, mempengaruhi, memberi motivasi, dan mengarahkan orang-

orang di dalam organisasi dalam hal ini adalah lembaga pendidikan untuk

mencapai tujuan yang telah dirmuskan sebelumnya. Dalam kepemimpinan

ada tiga unsur yang terkait yaitu : (1) Orang lain yaitu pengikut atau

bawahan yang terkait, (2) Kekuasaan yang dimiliki oleh pimpinan, (3)

Pengaruh yang diberikan dalam proses kepemimpnan (Stoner 1987).

Ukuran keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya

adalah dengan mengukur kemampuannya di dalam menciptakan "Iklim

belajar mengajar ' dengan mempengaruhi, mengajak dan memotivasi

guru.murid dan personil lainnya untuk menjalankan tugas masing-masing

dengan baik dan benar. Sehingga upaya terciptanya iklim belajar mengajar

yang kondusif hal ini tidak terlepas dari kapasitas kepala sekolah sebagai

pemimpin pendidikan. di sekolah. Dalam kaintannya sebagai seorang

pemimpin pendidikan diharapkan dapat memahami hal-hal sebagaimana

dikutip oleh Abdul Aziz wahab (1996 ) yaitu :

1. Seorang pemimpin yang memiliki pengetahuan yang luas tentang

teori pendidikan.

2. Kemampuan menganalisa situasi sekarang berdasarkan apa yang

seharusnya.

3. Mampu mengidentifikasi masalah.

4. Mampu mengkonseptuatkan arah baru untuk perubahan.

Sedangkan peranan kepala sekolah selaku pemimpin pendidikan

dalam upaya peningkatan mutu pendidikan seperti yang disarankan oleh

Sellis (1994) antara lain :

1. Mempunyai visi atau daya pandang yang jauh dan mendalam dalam

tentang mutu yang terpadu bagi lembaganya maupundirinya.

2. Mempunyai komitment yang jelas pada proses peningkatan mutu/

kualitas.

3. Mengkomunikasikan peran yang berkaitan dengan mutu.

4. Meyakinkan kebutuhan peserta didik sebagai pusat perhatian

kegiatan dan kebijaksanaan lembaga/ sekolah.

5. Meyakinkan kepada para pelanggan(siswa, orang tua, dan

masyarakat) bahwa terdapat "channel ' cocokuntuk menyampaikan

harapan dan keinginan.

6. Pemimpin melakukan pengembangan staf.

7. menjamin stuktur organisasi yang menggambarkan tanggung jawab

yang jelas.

8. Mengembangkan komitment untuk mencoba menghilangkan setiap

penghalang, baik yang bersipat organisasi maupun budaya.

9. Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan monitoring

dan evaluasi.

Bila dilihat dari pengelolaan sekolah, pada hakikatya meliputi kgiatan

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan atau pembinaan sumber daya

yang meliputi manusia, program pendidikan atau sumber belajar, dan

fasilitas ( Engkoswara 2000;43). Ketiga kegiatan ini merupakan fungsi

pokok Administrasi Pendidikan , yang satu sama lain tidak dapat dipiahkan

dalam pegelolaan sekolah.

Beban dan tanggung jawab ketiga kegiatan tersebut berada ditangan

kepala sekolah, oleh karena itu kepala sekolah merupakan personil

penanggung jawab tertinggi terhadap pelaksanaan tugas pendidikan di

sekolah. Sebagai kepala sekolah yang mempunyai kedudukan tertingi di

sekolah , hendaknya dapat mempengaruhi guru dan personil lainnya di

sekolah, serta berusaha menciptakan suasana yang dapat membuat

bawahannya bekerja dengan giat dan penuh tanggung jawa guna mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik dapat

mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien maka seluruh sumber

sumber daya pendidikan yang ada disekolah perlu dikelola dan diberdayakan

seoptiman mungkin.Sumber daya tersebut terdiri dari manusia, uang,sarana

dan prasarana serta pengelolaannya. Hal ini hanya dapat dicapai bila kepala

sekolah mempunyai kemampuan dan kemauan untuk menjalankan fungsi-

fungsi manajemen pendidikan dengan baik. Oleh karena itu kepala sekolah

hendaknya memiliki visi dan misi kelembagaan , kemampuan konseptunal,

memiliki keterampilan dan seni dalam huungan antar manusia, menguasai

aspek-aspek substantif dan teknis pekerjaannya, memiliki semangat untuk

maju, memiliki semangat untuk mengabdi serta memiliki karakter yang

diterima oleh lingkungannya (Djam'an Satori : 1999 ;5). Sejalan dengan

pendapat tersebut diatas, untuk mencapai manajemen yang propesional

difokuskan kepada manusiannya dalam hal ini manajer pendidikan.Terdapat

beberapa landasan dalam mngembangkan manajemen pendidikan

professional yaitu :

1. Manajer pendidikan harus memiliki semangat tinggi.

2. Manajer pendidikan harus mampu mewujudkan diri yang didasari

keterkaitan dan keterpaduan (relevasi) dengan tuntutan lingkungan

dan IPTEKS.

3. Manajer pendidikan yang mampu bekerjasama dengan profesi lain.

4. Manajer pendidikan yang memilki etos kerja yang tinggi.

5. Manajer pendidikan yang mempunyai kejelasan dan kepastiari

pengembangan karier.

6. Manajer pendidikan yang berjiwa professional tinggi.

7. manajer pendidikan kesejahteraan lahir batin.

8. Manajer pendidikan yang mempunyai wawasan masa depan.

9. manajer pendidikan yang mampu melaksanakan fungsi misi dan

perannya secara terpadu.

Berdasarkan uraian diatas, maka jelaslah bahwa kepemimpinan

kepaia sekolah sebagai manajer pendidikan sangat menentukan kualitas

pendidikan dan upaya peningkatan kualitas pendidikan merupakan tugas

yangsangatberat..

Desentralisasi pengelolaan pendidikan menunjukan adanya

pelimpahan wewenang dalam pengelolaan pendidikan dari pemerintah pusat

ke daerah otonom, yang menenpatkan kabupaten/kota sebagai sentra

desentralisasi. Pergeseran ini berkaitan erat dengan konsentrasi perumusan

kebijakan dan pengambilan keputusan. Artinya, adanya wewenang yang

diberikan kepada hierarhi lebih bawah dalam perumusan kebijakan dan

pengambilan keputusan merupakan ciri penting adanya desentralisasi.

Dalam pengelolaan pendidikan di sekolah, ini berarti adanya pelimpahan

wewenang kepada masyarakat atau pihak-pihak yang berkepentingan

dengan pendidikan (stakeholder pendidikan) untuk ikut serta bertanggung

jawab dalam memajukan sekolah. Apabiia dihubungkan dengan praktek

manajemen berbasis sekolah, maka terkandung adanya pelimpahan

wewenang untuk perumusan kebijakan dan penetapan keputusan kepada

sekolah dan stakeholder-nya. Sehingga gagasan ini mengarah pada praktek

otonomi pengelolaan sekolah. Kepentingan utama format otonomi sekolah

adalah tampilnya kemandirian sekolah untuk meningkatkan kinerjanya

sendiri, dengan mengakomodasi berbagai potensi sumber daya sekolah,

yang pada akhirnya ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam

wujud mutu hasil belajar para siswa.

Manajemen Berbasis Sekolah merupakan pendekatan politik untuk

me-redesain dan memberikan kekuasaan kepada sekolah untuk secara

sinergi memperbaki sekolah yang berorientasi pada peningkatan mutu.

Dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ,kepala sekolah dan guru

memiliki kebebasan yang luas dalam mengelola sekolah tanpa

mengabaikan kebijakan dan prioritas pemerintah.

Dengan adanya kewenangan di sekolah, berarti pengelolaan dan

pelaksanaan program kegiatan sekolah berada pada keterampilan dan

kemampuan kepala sekolah serta sumber lain sebagai pendukung. Dilain

fihak pelaksanaan manajemen berbasis sekolah menuntut adanya kesiapan

sumber daya manusia. Kepala Sekolah hendaknya menyadari bahwa MBS

ini bukan semata-mata pemindahan wewenang ke sekolah tanpa adanya

kesiapan sumber daya manusia. Dalam hal ini MBS akan berhasil jika

ditopang oleh kemampuan propesional kepala sekolah dalam memimpin

dan mengelola sekolah secara efektif dan efesien, serta mampu

12

menciptakan iklim organisasi di sekolah yang kondsif untuk proses belajar

mengajar.

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu factor yang

dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi.misi , tujuan dan

sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara

terencana dan bertahap. Oleh karena itu kepala sekolah dituntut mempunyai

kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang memadai agar mampu

mengambil inisiatif/ prakarsa untk meningkatkan mutu pendidikan.

Sekolah dipandang sebagai suatu lembagga layanan jasa pendidikan

dimana kepala sekolah adalah manajer pendidikan, kepala sekolah dituntut

untuk bertanggung jawab atas seluruh komponen sekolah, dan harus

berupaya meningkatkan mutu pelayanan dan mutu hasil belajar yang

berorientasi kepada pemakai, baik internal (siswa), mapun ekstemal

(masyarakat), pemerintah, maupun lembaga industri dan dunia kerja

(stakeholders)

Manajemen berbasis sekolah dapat efektif diterapkan jika didukung

oleh sistem berbagai kekuasaan (power sharing), antara pemerintah pusat,

Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sekolah ditata secara rapih. Dan

Manajemen Berbasis Sekolah akan berhasil jika ditopang oleh kemampuan

propesional Kepala Sekolah dalam memimpin dan mengelola sekolah

secara efektif dan efesien, serta mampu menciptakan iklim organisasi

disekolah yang kondusif untuk proses belajar mengajar.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini di

fokuskan pada "Bagaimana Peranan Kepemimpinan Kepala Sekolah

dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Konsep

Manajemen Berbasis Sekolah ".

Masalah tersebut dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Apakah kepala SLTPN di kecamatan Subang telah melakanakan

peranannya sebagai Educator (pendidik) Pendidikan ?

2. Apakah Kepala SLTPN di kecamatan Subang telah melaksanakan

peranannya sebagai manajer Pendidikan ?

3. Apakah Kepala SLTPN di kecamatan Subang telah melaksanakan

peranannya sebagai Administrator Pendidikan ?

4. Apakah Kepala SLTPN di kecamatan Subang telah melaksanakan

perannya sebagai Supervisor Pendidikan ?

5. Kegiatan apa saja yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatan

mutu pendidikan melalui konsep manajemen berbasis sekolah ?

Untuk lebih jelasnya tentang variabel penelitian ini dapat

dipormasikan pada pola sebagai berikut:

X1

Y

14

Gambar.1.

Pariabel keterakaitan antara kepemimpinan kepala sekolah

dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Keterangan :

X1 = adalah Peranan Kepemimpinan Kepala Sekolah

X2 = adalah Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah

Y = adalah Peningkatan Mutu Pendidikan

Dari gambar diatas dapat diasumsikan bahwa Peranan Kepemimpinan

Kepala sekolah dalam Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dapat

mempengaruhi peningkatan Mutu Pendidikan

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaomana

peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan

dengan pendekatan manajemen berbasis sekolah. Pada Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) di kecamatan Subang .

2. Tujuan Khusus

Secara khsusus penelitian ini bertujuan untuk menjawab semua

permasalahan yang diajukan dengan proses mengungkapkan/

mendeskripsikan serta mengevaluasi hal- hal sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana peranan kepala sekolah

sebagai Educator ( pendidikan) dalam meningkatkan mutu

pendidikan

15

2. Untuk mengetahui bagaimana peranan kepala sekolah

sebagai manajer Pendidikan .

3. Untuk mengetahui bagaimana Peranan kepala sekolah

sebagai Administrator pendidikan .

4. Untuk mengetahui bagaimana peranan kepala sekolah

sebagai supervisor pendidikan .

5. Mengidentifikasi upaya-upaya yang dilakukan kepala

sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan

pendekatan manajemen berbasis sekolah.

D. Manfaat Penelitian

1 .Manfaat Teoritis

Secara teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk dapat dijadikan bahan

kajian untuk mengembangkan konsep-konsep Administrasi Pendidikan,

terutama mengenai konsep kepemimpinan kepala sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Secara Praktis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk :

a. Peneltian ini diharapkan akan bermanfaat baik bagi peneliti untuk

menambah wawasan , pengetahuan, sikap dan kemampuan dalam

menganalisis kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan

mutu pendidikan.

16

b. Sebagai bahan informasi bagi kepala sekolah dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan melalui pendekatan manajemen

berbasis sekolah.

c. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten

Subang dalam melaksanakan pembinaan terhadap kepala sekolah.

d. Sebagai bahan evaluasi kinerja kepala sekolah dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan.

E. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, menggunakan metode kualitatif, hal ini

didasarkan kepada rumusan masalah penelitian yang menuntut peneliti

melakukan eksplorasi dalam memahami dan menjelaskan masalah yang

diteliti melalui hubungan yang intensif dengan sumber data, sedangkan untuk

menjawab permasalahan secara teoritis digunakan studi kepustakaan,

dengan harapan dalam penganalisaan akan lebih akurat.

Adapun instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan terdiri

dari observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

F. Lokasi Penelitian dan Sampel Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah ditetapkan, maka penelitian ini

mengambil lokasi di kecamatan subang Kabupaten Subang Jawa Barat.,

yaitu pada SLTP Negeri yang ada di kecamatan Subang.

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, sample dalam

penelitian ini adalah "Purposive sampling " sebagaimana dikemukakan oleh

S.Nasution (1988 :32) menjelaskan bahwa penetuan unit sampel dianggap

17

telah memadai apabiia telah sampai taraf :redundancy " (ketuntatasan atau

kejenuhan), artinya meskipun responden bertambah bisadiprediksi tidak

akan diperoleh lagi tambahan informasi yang berati yang berarti. Sehingga

jelas bahwa dalam penelitian ini sampel tidak dapat ditentukan

sebelumnya..

G. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini mempokuskan pada peranan

kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui

pendekatan manajemen berbasis sekolah. Kepala sekolah merupakan

penentu dalam meningkatkan mutu pendidikan pada SLTPN di kecamatan

Subang, peranan kepala sekolah dalam hal ini menunjuk pada kemampuan

kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai

Educator, manajer, Administrator dan Supervisor . Dalam melaksanakan

tugas pokok tersebut kepala sekolah dipengaruhi oleh Gaya kepemimpinan

dan bahkan factor lain yang mempengaruhi kepemimpinan (baik factor

ekstemal maupun factor internal) setelah mengetahui tugas pokok dan

fungsinya maka kepala sekolah mengidentifikasi usaha-usaha yang

dilaksanakan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan

yang dalam hal ini disesuaikan dengan otonomi sekolah maka pada

akhirnya akan meningkatkan kinerja sekolah yang efektif. Dengan adanya

kinerja sekolah yang efektif, maka peningkatan mutu pendidikan akan

tercapai.

GA

MB

AR

KE

RA

NG

KA

PE

NE

LIT

IAN

Gay

aK

epem

impi

nan

1.T

ugas

/Fun

gsi

Kep

ala

Seko

lah

a.S

ebag

aiE

duka

tor

b.S

ebag

aiM

anaj

erc.

Seba

gai

Adm

inis

trat

ord.

Seb

agai

Eva

luat

or

2.U

paya

Pen

ingk

atan

Mut

uP

en

did

ikan

Fak

tor-

fakt

orya

ngda

pat

mem

peng

aruh

ike

pem

impi

nan

MB

SK

iner

jaS

ek

ola

h

Hasi

l

Pen

ingk

atan

Mu

tu