bab i pendahuluanrepository.unissula.ac.id/9060/5/4.bab i.pdf · rencana...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Suatu organisasi besar, seperti pemerintah daerah, dapat dianggap sebagai
suatu pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban besar tersebut dapat
dipecah-pecah lagi menjadi pusat-pusat pertanggungjawaban yang lebih kecil
hingga pada level pelayanan atau program, misalnya dinas-dinas dan
subdinas-subdinas. Pusat pertanggungjawaban tersebut kemudian menjadi dasar
perencanaan dan pengendalian anggaran serta penilaian kinerja pada unit
yang bersangkutan. Manajerial sebagai pusat pertanggungjawaban, sebagai
budget holder, memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan anggaran
(Kusuma, 2013).
Menurut Peraturan Pemerintah RI No 6 Tahun 2010 pasal 1 tentang
Satuan Polisi Pamong Praja menerangkan bahwa Satuan Polisi Pamong Praja
yang disingkat Satpol PP ialah suatu perangkat institusi daerah dalam
menegakkan Perda (Peraturan Daerah) serta menegakkan ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat, sedangkan anggota atau aparat dari Satuan Polisi
Pamong Praja disebut Polisi Pamong Praja yang bertugas menegakkan Perda serta
menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.
2
Salah satu wewenang Satuan Polisi Pamong Praja ialah melakukan
pengelolaan serta memberikan pelayanan pembinaan administrasi umum terhadap
semua elemen dilingkungan Satuan Polisi Pamong Praja sehingga dalam
pengembanan tugas dapat berjalan dengan mudah, tepat dan lancar. Satuan Polisi
Pamong Praja juga memiliki wewenang mengkoordinir penyusunan laporan
keuangan, pelaksanaan budaya kerja, Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban
(LKPJ), Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD), Laporan Kinerja
Keuangan, serta Laporan Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja yang
berlandaskan pada ketetapan serta prosedur yang berlaku yang dapat bermanfaat
bagi pertanggungjawaban Pelaksanaan kinerja. (http://info.metrokota.go.id/kantor
-sat-pol-pp/)
Undang-undang No 25 tahun 2004 pasal 7, menerangkan bahwa setiap
SKPD diwajibkan melakukan pembukuan mengenai Rencana Kerja (Renja) yang
disusun dengan berlandaskan Restra SKPD (Rencana Strategi) serta berpedoman
pada RKPD (Rencana Kerja Pembangunan Daerah) dan kemudian dijadikan
landasan dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(RAPBD), kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS).
Menurut Asri (2011:6) Anggaran adalah suatu pendekatan yang formal
dan sistematis daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen didalam
perencanaan, koordinasi dan pengawasan sedangkan anggaran (budget) menurut
Afiah (2010:166) ialah suatu rancangan keuangan secara periodik yang dibuat
berlandaskan dengan program yang telah ditetapkan serta disahkan sebelumnya.
3
Menurut M. Nafarin (2012:19) mengemukakan bahwa anggaran adalah rencana
tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif
untuk jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang.
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
menyatakan bahwa anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan
ekonomi. Sebagai instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk
mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan
pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Menurut Government Accounting Standard Board (GASB) anggaran
dapat didefinisikan sebagai berikut : Anggaran adalah rencana operasi keuangan
daerah, yang mencakup estimasi yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang
diharapkan untuk membiayai dalam periode teretentu. Tujuan dari penyusunan
anggaran menurut Anthony dan Govindarajan (2011:11) adalah memperbaiki
rencana strategis,mengkoordinasikan aktivitas dari berbagai bagian diorganisasi,
mengarahkan tanggung jawab kepada manajer, memberikan otorisasi besarnya
biaya yang boleh dikeluarkan dan memberikan umpan balik kepada manajer atas
kinerjanya dan sebagai perjanjian atau komitmen yang merupakan dasar untuk
mengevaluasi kinerja manajer sesungguhnya.
Definisi anggaran secara garis besar adalah alat akuntabilitas dalam
pelaksanaan tanggung jawab manajemen yang dinyatakan dalam satuan uang
dalam jangka waktu tertentu yang disusun berdasarkan program yang telah
disahkan. Anggaran harus disusun dan dihitung dengan baik dan benar agar sistem
operasional dalam sebuah organisasi dapat berjalan dengan efektif sesuai dengan
4
pencapaian yang diinginkan. Hasil dari pencapaian yang diinginkan berpengaruh
terhadap kinerja karyawan.
Keterlibatan aparatur pada proses pembukuan penganggaran dalam
peningkatan kinerja, tertera pada Peraturan Menteri Dalam Negeri dalam
pedoman penyusunan APBD yang telah diimplementasikan oleh Tim Anggaran
Pemerintah Daerah. Rancangan anggaran unit kerja tertera pada sebuah
dokumen dengan istilah Rencana Kerja Anggaran (RKA-SKPD), RKA SKPD
merupakan jurnal akuntansi anggaran partisipatif dalam instansi pemerintahan
secara internal mengenai pengalokasian anggaran serta target kinerja. Definisi
Partisipasi pada Pemerintah Daerah ialah keterlibatan SKPD atau instansi
Pemerintah Daerah dalam menyusun anggaran daerah (APBD). Kepala SKPD
(sekretariat, dinas, badan, satuan, dan kantor) adalah bagian dari pemakai
anggaran/ pemakai barang dan jasa yang diperkenankan untuk mengemukakan
pendapat serta memberikan masukan mengenai pelaksanaan anggaran sesuai
dengan Tupoksi ( tugas pokok dan fungsi) SKPD yang dinaunginya. Kepala
SKPD dalam penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA SKPD), secara esensi
harus sinkron dengan Tupoksi SKPD yang dipimpinnya dan juga target kinerja
serta pagu anggaran yang sinkron dan telah disetujui oleh Kebijakan Umum
Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS).
(http://syukriy.wordpress.com)
Menurut Mardiasmo (2011: 7) Pengukuran kinerja sektor publik adalah
“Suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik dalam menilai
pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem
pengukuran kinerja dapat dijadiakan sebagai pengendalian organisasi karena
pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment
system”.
5
Pengertian kinerja menurut Mangkunegara (2010:65) kinerja adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugas sesuai tanggungjawab yang diberikan kepadanya.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
yang kemudian direvisi dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, daerah diberi
kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan
sesedikit campur tangan pemerintah pusat. Undang-undang tersebut
memberikan penegasan bahwa daerah memiliki kewenangan untuk
menentukan alokasi sumber daya kedalam belanja-belanja dengan menganut
asas kepatutan, kebutuhan dan kemampuan daerah. Disamping itu,setiap
kegiatan organisasi harus dapat diukur dan dinyatakan keterkaitannya dengan
pencapaian arah organisasi di masa yang akan datang yang dinyatakan dalam
visi dan misi organisasi. Untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan
melalui kegiatan, program atau kebijaksanaan dalam pemerintahan dibutuhkan
pembagian wewenang atau pendelegasian yang tepat dalam perencanaan dan
pengendalian sebuah anggaran (Laksana,Handayani, 2014).
Perencanaan dan pengendalian merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Pengendalian akuntansi dalam hal ini anggaran meliputi pengukuran
terhadap output dan belanja yang rill. Struktur pusat pertanggungjawaban
sebagai alat pengendalian anggaran sejalan dengan aktivitas organisasi dalam
hal ini yaitu dinas-dinas di Daerah Provinsi Jawa Tengah seperti Satuan Polisi
Pamong Praja Provinsi Jawa Tengah (Laksana,Handayani, 2014).
6
Menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 Pengendalian internal
akuntansi ialah suatu metode dalam mengelola keuangan daerah yang disusun
sesuai peraturan yang berlaku sehingga dapat memberikan manfaat serta
tercapainya tujuan instansi daerah yang tergambar dari keberhasilan laporan
keuangan, efisiensi serta efektivitas dalam melaksanakan program serta kegiatan
yang sesuai dengan peraturan dan perundang-udangan yang berlaku.
Mardiasmo (2011:1) menyatakan definisi pengendalian akuntansi dan
laporan keuangan ialah suatu metode pengumpulan, pengelolaan dan
pengkomunikasian informasi yang dapat memberikan manfaat dalam pencapaian
keputusan serta penilaian kinerja instansi. Sebuah instansi pemerintah diwajibkan
dapat menyusun laporan keuangan eksternal termasuk laporan keuangan formal
yang meliputi laporan surplus atau deficit, laporan realisasi anggaran, laporan laba
rugi, laporan arus kas, serta laporan kinerja yang dapat dinilai secara finansial
maupun non finansial.
Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan analisis pengaruh
kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan pada
akuntabilitas kinerja di instansi pemerintah, sebagai berikut:
Cahyani dan Utama (2015) menunjukkan bahwa ada beberapa variabel
atau faktor-faktor yang mempengaruhi akuntabilitas kinerja, diantaranya variabel
kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Penelitian Hidayattullah dan Herdjiono
(2015) menunjukkan hasil yang sama yaitu kejelasan sasaran anggaran
berpengaruh positif signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Penelitian Laksana dan Handayani (2014) menunjukkan hasil yang sebaliknya
yaitu kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh positif terhadap akuntabilitas
7
kinerja. Penelitian Nurhalimah,dkk (2013) menunjukkan kejelasan sasaran
anggaran tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja aparatur.
Variabel lainnya yang mempengaruhi akuntabilitas kinerja di instansi
pemerintah adalah variabel pengendalian akuntansi. Penelitian Cahyani dan
Utama (2015) menunjukkan pengendalian akuntansi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Hasil penelitian ini
berkesinambungan dengan penelitian Hidayattullah dan Herdjiono (2015)
yaitu pengendalian akuntansi berpengaruh positif signifikan terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Variabel lainnya yang mempengaruhi akuntabilitas kinerja di instansi
pemerintah adalah variabel sistem pelaporan. Menurut penelitian Cahyani dan
Utama (2015) menunjukkan bahwa sistem pelaporan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Hasil penelitian
yang sama ditunjukkan oleh penelitian Hidayattullah dan Herdjiono (2015) yaitu
sistem pelaporan berpengaruh positif signifikan terhadap akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian Laksana dan
Handayani (2014) yang menunjukkan hasil pelaporan secara parsial tidak
berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Cahyani dan Utama
(2015). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
variabel penelitiannya yaitu kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi,
dan sistem pelaporan pada akuntabilitas kinerja. Pada penelitian ini variabel yang
diteliti adalah penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, pengendalian
8
akuntansi, dan sistem pelaporan pada akuntabilitas kinerja. Penelitian ini
menambah variabel penyusunan anggaran dari penelitian Nurhalimah, dkk (2013)
yang menunjukkan variabel penyusunan anggaran berpengaruh terhadap
akuntabilitas kinerja aparatur perangkat daerah dan juga dalam Permendagri
Nomor 13 Tahun 2006 pasal 93, menerangkan bahwa penyusunan Rencana
Kerja Anggaran (RKA-SKPD) berdasarkan pada indikator kinerja, pencapaian
atau target kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, serta standar
pelayanan minimum. DAU DAK Pasal 14 dan Pasal 19 UU No.17/2003
menjelaskan bahwa terdapat perubahan mendasar dalam metode penyusunan
anggaran yaitu dengan menggunakan Performance Budget. Performance Budget
adalah penyusunan anggaran yang menggunakan pendekatan anggaran kinerja
yang penekanan pertanggung-jawabannya tidak sekedar pada setiap input tetapi
juga pada ouput dan outcome.
Penelitian ini berjudul : Pengaruh Penyusunan Anggaran, Kejelasan
Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan Pada
Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Se-Jawa Tengah.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Sejauh mana penyusunan anggaran berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja
Satuan Polisi Pamong Praja Se-Jawa Tengah?
2. Sejauh mana kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap akuntabilitas
kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Se-Jawa Tengah?
9
3. Sejauh mana pengendalian akuntansi berpengaruh terhadap akuntabilitas
kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Se-Jawa Tengah?
4. Sejauh mana sistem pelaporan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja
Satuan Polisi Pamong Praja Se-Jawa Tengah?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh penyusunan
anggaran terhadap akuntabilitas kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Se-
Jawa Tengah.
2. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kejelasan sasaran
anggaran terhadap akuntabilitas kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Se-Jawa
Tengah.
3. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh pengendalian akuntansi
terhadap akuntabilitas kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Se-Jawa Tengah.
4. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh sistem pelaporan
terhadap akuntabilitas kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Se-Jawa Tengah.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, sebagai berikut:
1. Aspek Teoritis (Keilmuan)
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pengembangan ilmu ekonomi
yaitu pengetahuan ilmu akuntansi khususnya dalam akuntansi manajemen
mengenai partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran,
10
pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan pada akuntabilitas kinerja Satuan
Polisi Pamong Praja Se-Jawa Tengah.
2. Aspek Praktis (Guna Laksana)
Manfaat Praktis sebagai bahan masukan bagi aparatur instansi pengelola
anggaran pada SKPD Pemerintah Daerah Jawa Tengah dalam menyikapi
fenomena yang terjadi sehubungan dengan variabel penyusunan anggaran,
kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi, dan sistem pelaporan
pada akuntabilitas kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Se-Jawa Tengah.