bab i pendahuluanrepository.uph.edu/7034/6.haslightboxthumbnailversion/chapter1.pdf · ikea berada...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri bisnis ritel terus berkembang dan termasuk usaha pemasaran produk
kepada konsumen akhir. Pada era ini dengan berkembangnya bisnis ritel semakin
banyak diminati oleh para pelaku bisnis, dapat dibuktikan dengan adanya
permintaan dan kebutuhan serta hasrat berbelanja masyarakat. Dalam Indeks
Perkembangan Ritel Global (GRDI) 2017 yang dirilis oleh AT Kearney
menyatakan bahwa pada awal tahun 2017 Industri ritel Indonesia mengalami
perlambatan pertumbuhan, akan tetapi Indonesia tetap berada dalam daftar 10 besar
negara paling atraktif dalam sektor ritel (Margrit, 2017). Kemudian pada tahun
2018 Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengklaim bahwa
pertumbuhan industri ritel pada tahun 2018 naik 7-7,5% dan diprediksikan akan
terus naik hingga mencapai 10%. Pada tahun 2019 penjualan ritel modern juga
tumbuh sekitar 10% dari realisasi tahun sebelumnya. Atas dasar data Aprindo nilai
penjualan ritel modern pada tahun 2017, 2018, dan 2019 berturut-turut mencapai
Rp 212 triliun, Rp 233 triliun, dan Rp 256 triliun (Pablo, 2018). Bisnis ritel terus
berkembang, sehingga Indonesia tergolong negara yang memiliki bisnis ritel yang
cukup banyak mulai dari ritel kecil hingga ritel besar bahkan ritel tradisional
maupun modern.
Kebutuhan furniture selalu meningkat dari tahun ke tahun, sejalan dengan mulai
membaiknya bisnis properti di Indonesia. Dimana sekarang masyarakat menyadari
bahwa furniture mampu berfungsi sebagai investasi jangka panjang yang layak
2
untuk direncanakan pembeliannya sama seperti kendaraan mewah, berlian, dll.
(Chrisbiyanto, 2018)
Berdasarkan data pada Forbes The World's Most Valuable Brands 2019 untuk
semua industri, IKEA berada pada posisi 39 dan juga dalam kategori industri ritel
IKEA berada pada urutan ketiga dibawah Walmart dan Home Depot tetapi
dibandingkan dengan ritel fashion seperti Zara dan H&M, IKEA berada diposisi
yang lebih tinggi dari kedua perusahaan ritel fashion tersebut.. Sehingga
pertumbuhan furniture IKEA mampu bersaing dengan bisnis ritel fashion, dimana
pendapatan perusahaan IKEA tahun 2019 sebesar $45.8 B sedangkan Zara
pendapatannya sebesar $21.3 B.
Gambar 1.1
The World's Most Valuable Brands 2019
3
Pada saat ini telah terjadi pergeseran konsumsi masyarakat khususnya
menengah yakni dari ritel fashion ke ritel aksesoris, perlengkapan rumah tangga
dan furniture. Menurut data yang di dapat, pertumbuhan IKEA menempati posisi
lebih tinggi dibandingkan pesaingnya yakni Ace Hardware dan Informa. Dimana
pada tahun 2018 pertumbuhan IKEA dicatat sebesar 27% (Simamora, 2018),
sedangkan pertumbuhan Informa dicatat sebesar 20% (Kartika, 2018), serta
pertumbuhan Ace Hardware dicatat sebesar 17% (Putri, 2018).
Berkembangnya bisnis ritel juga dapat menciptakan tingkat persaingan di dalam
berbagai bidang industri ritel, salah satu di antaranya adalah toko-toko furniture.
Terdapat beberapa perusahaan furniture di Indonesia seperti ACE Hardware,
Informa, IKEA, dan masih banyak perusahaaan lainnya sehingga menciptakan
sebuah persaingan yang ketat, oleh sebab itulah perusahaan harus mempunyai
strategi yang berbeda dalam memenangkan pangsa pasar, tidak hanya
memerhatikan 4P (product, price, place, promotion) saja tetapi juga harus dapat
menciptakan sebuah pengalaman berbelanja yang menarik bagi konsumen, yang
mampu melibatkan emosional konsumen secara positif sehingga dapat
menciptakan sebuah memorable experience diantara konsumen dengan perusahaan.
Salah satu toko furniture yang menawarkan konsep berbeda dalam aktivitas
berbelanja adalah IKEA.
Perusahaan IKEA didirikan Ingvar Kamvrad di Swedia tahun 1943. Kemudian
hadirlah IKEA Indonesia yang berlokasi di Alam Sutera, Tangerang pada tanggal
15 Oktober 2014. IKEA, Alam Sutera merupakan toko ke-364 dan yang paling baru
dari 46 negara di dunia. Luas toko IKEA, Alam Sutera mencapai 35.000 meter
4
persegi dan tersedia 1.200 area parkir untuk para konsumennya (Ramadhiani,
2014). Kehadiran IKEA di Indonesia sebagai perusahaan ritel perabot dan furniture
tentunya menjadikan IKEA Alam Sutera perusahaan konvensional. Perusahaan
IKEA telah mampu membangun sebuah hubungan jangka panjang yang kuat
dengan pelanggannya, hal ini memungkinkan perusahaan mampu untuk
mengembangkan merek toko yang sukses. Pembukaan gerai IKEA kedua di
Indonesia pun telah di rencanakan berdiri di daerah Jakarta Garden City, Cakung
Jakarta Timur. IKEA telah membeli lahan dari perusahaan yang mengembangkan
Jakarta Garden City yaitu dari PT. Mitra Sindo Sukses yang merupakan anak
perusahaan dari PT. Modernland Realty Tbk. Dengan luas lahan 3,7 hektar dan luas
bangunan sekitar 89.000 m2. Pembangunan dan pembukaan IKEA di daerah Jakarta
Garden City akan direncanakan selesai dan dibuka tahun 2020 (Kunjana, 2018).
Zaman semakin berkembang dimana masyarakat diedukasi untuk mandiri (self
service), contohnya pada saat ini gerbang tol sudah otomatis dimana masyarakat
hanya menggunakan e-toll pada saat masuk dan tidak perlu lagi menunggu
kembalian uang dari penjaga loket, sehingga mengurangi kemacetan. Selain itu,
pada saat melakukan pengisian bahan bakar di Pertamina terdapat self service
dimana pelanggan mengisi bahan bakar sendiri. Begitu juga dengan furniture IKEA
dimana pelanggannya harus mandiri mulai dari memilih hingga merakit barangnya
sendiri.
Perusahaan IKEA hadir dengan inovasi dan cara berbelanja yang baru yang
dikenal dengan konsep Do It Yourself (DIY) dimana pelanggan harus mengambil
sendiri produk yang dipilihnya dan merakitnya sendiri di rumah. IKEA hadir
5
dengan konsep belanja yang berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
mengikuti gaya hidup konsumen. Namun IKEA juga menawarkan layanan home
delivery kepada pelanggannya dan juga karyawan IKEA dapat merakit barang
tersebut dirumah pelanggan, akan tetapi terdapat biaya tambahan seperti biaya
pengiriman barang dan biaya pemasangan barang tersebut. Selain itu, perusahaan
IKEA juga mampu memberikan experience yang berbeda kepada konsumennya
dengan tata ruangan yang dibuat seperti interior rumah dengan berbagai macam
tema, konsumen juga dapat berkeliling area perbelanjaan dengan mengikuti arahan
atau tanda panah yang terdapat di lantai toko IKEA, dan juga konsumen bisa
mendesain sendiri ruangan yang sesuai dengan keinginan mereka. IKEA juga
memiliki aplikasi teknologi yang mempermudah konsumen saat berbelanja yaitu
teknologi Augmented Reality, dimana konsumen bisa menggunakan aplikasi ini
untuk melihat dan menempatkan pada foto ruangan dirumah agar konsumen dapat
mengetahui produk tersebut cocok atau tidak dengan kondisi ruangan mereka.
IKEA juga menyediakan area foodcourt dan playground yang membuat kegiatan
belanja menjadi lebih nyaman, dengan begitu IKEA tidak hanya sekedar menjadi
tempat untuk membeli furniture melainkan juga sebagai tempat tujuan hiburan
keluarga (Binus, 2014).
Menurut Schmitt (1999) dalam Wulandari et al, (2019) Experiential Marketing
merupakan suatu proses pemasaran produk atau jasa oleh pemasar kepada
konsumen dengan perangsangan emosi konsumen yang menghasilkan berbagai
pengalaman bagi konsumen. Menurut Schmitt (1999) terdapat lima jenis
experience yang dikenal dengan Strategic Experience Module (SEM) yaitu sense,
6
feel, think, act, relate. Experiential marketing yang dilakukan IKEA adalah
konsumen dapat merasakan, menyentuh, serta mencoba semua produk yang ada di
IKEA sehingga konsumen dapat membedakannya dengan produk merek lain. IKEA
juga menyediakan layanan self service experience. Layanan self service experience
yang dilakukan IKEA tentu ingin melibatkan cara berpikir konsumen, dimana
konsumen harus melakukan semuanya sendiri mulai dari mengambil atau membeli
produk sampai merakitnya sendiri. Semua pelayanan yang dilakukan oleh IKEA
tentunya ingin menciptakan sebuah pengalaman berbelanja yang menarik dan
menyenangkan bagi konsumen sehingga tercapainya kepuasaan konsumen. Selain
itu, ini menjadi sebuah tantangan bagi konsumen IKEA dimana pelanggan yang
tidak terbiasa dengan konsep tersebut akan merasa kebingungan saat proses
pembelian dan juga merasa kebingungan saat merakit produk yang dibeli dari
IKEA.
Parasuraman (1998) dalam Indrawati (2011) menyampaikan lima dimensi
pokok kualitas pelayanan, yaitu: (1) Kehandalan (reliability), kehandalan adalah
kemampuan yang dapat diandalkan, teliti dan harmonis saat melakukan pelayanan
sesuai dengan keinginan konsumen, (2) Jaminan (Assurance), jaminan kepastian,
adanya keahlian dan pengetahuan juga tata krama karyawan dalam memberikan
pelayanan bagi konsumen sehingga mampu menimbulkan rasa percaya dan tidak
menimbulkan keraguan pelanggan dalam menerima pelayanan, (3) Daya Tanggap
(Responsiveness), daya tanggap adalah kesanggupan dalam memberikan pelayanan
dan bantuan kepada konsumen dengan segera. Dalam hal ini karyawan mampu
memberikan tanggapan kepada apa yang diharapkan konsumen dengan kemauan
7
untuk membantu dengan segera dan standar yang dipakai harus sama dengan
permintaan kecepatan tanggapan yang diharapkan konsumen, (4) Kemudahan
Akses (Empaty), empaty yang dimaksud adalah adanya perhatian secara khusus
yang bersifat pribadi dengan pelangan, dengan melakukan hubungan dan
komunikasi dengan pelanggan dan juga adanya kemauan untuk memahami apa
yang diinginkan serta dibutuhkan oleh pelanggan, (5) Penampilan Fisik (Tangibel),
penampilan fisik dimaksudkan bahwa penampilan sarana fisik, penampilan personil
dan juga media komunikasi, perlengkapan/peralatan yang bisa diandalkan
menggambarkan bukti nyata pelayanan yang diberikan oleh karyawan.
Berdasarkan survei yang dilakukan Ayuningtias (2019) pada 30 responden
terdapat 17 konsumen menyatakan bahwa karyawan IKEA tidak mampu
menangani komplain konsumen dengan cepat. Selain itu, berdasarakan pra riset
yang telah dilakukan oleh Silvia (2016) kepada 100 responden. Hasil dari pra reset
tersebut menyatakan bahwa 62% memilih pelayanan IKEA tidak memuaskan dan
terdapat 48% responden setuju berbelanja di IKEA menyenangkan. Walaupun
beberapa pelanggan mengakui bahwa layout yang diberikan IKEA menyenangkam
dan berbeda, tetapi kurangnya pelayanan dari pengalaman pertama saat berbelanja
di IKEA membuat para pelanggan enggan berbelanja kembali di IKEA Alam
Sutera, padahal tujuan dari perusahaan IKEA menggunakan self-service ini untuk
menekan biaya barang agar lebih murah dan memberikan pengalaman yang berbeda
kepada konsumen. Selain itu, terdapat juga data keluhan pelanggan IKEA yang
memberikan ulasan tentang IKEA seperti pelanggan kecewa dengan pelayanan
karyawan IKEA yang kurang menyenangkan, pada saat pelanggan meminta
8
bantuan karyawannya tidak menanggapi dengan baik, karyawannya tidak ramah,
tidak profesional, dan juga arogan.
Menurut Tse dan Wilson (1988) dalam jurnal Yola dan Budianto (2013),
mengatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah tanggapan dari
ketidaksesuaian antara harapan dengan kinerja nyata yang dirasakan pelanggan
setelah menggunakan layanan. Berdasarkan pengukuran dimensi customer
satisfaction yang dilakukan oleh Kantor Kementerian Ekonomi dan Perdagangan
(2004) dalam Zena dan Hadisumarto (2012), pengukuran dimensi kepuasan
pelanggan meliputi 5 dimensi yaitu Environment, Personnel Service, Service,
Tangible Products, Value. Strategi yang diterapkan IKEA dalam memasarkan
produknya, masih ditemukan ketidakpuasan pelanggan saat berbelanja di IKEA,
dimana terdapat keluhan dengan pelayanan karyawan IKEA.
Keberlangsungan dan keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dari loyalitas
pelanggan. Loyalitas dapat diartikan sebagai sikap pelanggan yang berkomitmen
untuk membeli produk atau jasa secara terus-menerus, sehingga perusahaan harus
mempunyai strategi yang berbeda agar pelanggan puas dengan apa yang mereka
dapatkan dan akan loyal dengan perusahaan.
Penelitian terdahulu mengenai The Study of Relationship among Experiential
Marketing, Service Quality, Customer Satisfaction, and Customer Loyalty yang
dilakukan Zena dan Hadisumarto (2012) menunjukkan ketidaksesuaian dalam hasil
temuan yang dilakukan. Seperti dalam penelitian Ayuningtias dan Saraswati yang
menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifkan Service Quality terhadap Customer
Loyalty, sehingga berbeda dengan hasil dalam penelitian terdahulu yang tidak
9
terdapat pengaruh signifikan antara Service Quality dengan Customer Loyalty.
Berdasarkan penelitian Zena dan Hadisumarto (2012) penelitian ini dimaksudkan
untuk melihat hasil temuan apabila dilakukan di kasus yang berbeda apakah
hasilnya tetap sama atau berbeda jika diterapkan di IKEA Alam Sutera.
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian dari Zena dan Hadisumarto (2012)
yang berjudul “The Study of Relationship among Experiential Marketing, Service
Quality, Customer Satisfaction, and Customer Loyalty” studi pada Strawberry
cafe.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah pemasaran Pengalaman (Experiential Marketing) berpengaruh
terhadap kepuasan pelanggan pada IKEA di Alam Sutera ?
2. Apakah kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan
pada IKEA di Alam Sutera ?
3. Apakah kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan
pada IKEA di Alam Sutera ?
4. Apakah pemasaran pengalaman (Experiential Marketing) berpengaruh
terhadap loyalitas pelanggan pada IKEA di Alam Sutera ?
5. Apakah kualitas pelayanan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan
pada IKEA di Alam Sutera ?
10
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui apakah pemasaran pengalaman (Experiential Marketing)
berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan pada IKEA di Alam Sutera.
2. Mengetahui apakah kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan
pealnggan pada IKEA di Alam Sutera.
3. Mengetahui apakah kepuasan pelayanan berpengaruh terhadap loyalitas
pelanggan pada IKEA di Alam Sutera.
4. Mengetahui apakah pemasaran pengalaman (Experiential Marketing)
berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada IKEA di Alam Sutera.
5. Mengetahui apakah kualitas pelayanan berpengaruh terhadap loyalitas
pelanggan pada IKEA di Alam Sutera.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak, baik penulis, peritel,
maupun sosial. Dengan rincian sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan peneliti
serta untuk menyelesaikan tugas akhir perkuliahan.
2. Bagi peritel
Bagi IKEA dapat mengetahui informasi yang dapat dijadikan bahan
evaluasi dan masukan selanjutnya untuk bisa mempertahankan loyalitas
11
pelanggan dengan membangun kepuasan pelanggan melalui strategi
marketing serta kualitas pelayanan yang akan diberikan pada pelanggan
IKEA sehingga dapat memenangkan persaingan pasar ritel furniture di
Indonesia.
3. Bagi Sosial
Penelitian ini diharapkan bisa menambah perbendaharaan perpustakaan
Universitas Pelita Harapan dan bisa menjadi bahan referensi mahasiswa
dalam menyusun tugas akhir.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah yang menjadi dasar
pemikiran untuk selanjutnya disusun rumusan masalah dan diuraikan tentang tujuan
serta manfaat penelitian, kemudian diakhiri dengan sistematika penulisan. Disini
penulis membahas mengenai faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dan
pengaruhnya terhadap loyalitas pem di IKEA yang mempengaruhi loyal
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menguraikan tentang landasan teori yang menjadi dasar perumusan
hipotesis dan analisis penelitian. Termasuk didalamnya adalah teori tentang
experiental marekting, service quality, satisfaction dan customer loyalty kemudian
diuraikan dan digambarkan kerangka pemikiran penelitian.
12
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan tentang variabel penelitian dan definisi operasional,
penentuan populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data,
kerangka berfikir dan hipotesis serta metode analisis yang digunakan dalam
menganalisis data yang telah diperoleh.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini ditampilkan dan dibahas mengenai pengolahan data yang
diperoleh dan analisis serta pembahasan dari hasil pengolahan yang diperoleh.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Sebagai langkah akhir dalam penulisan skripsi, bab ini berisi simpulan yang
merupakan rangkuman dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya dan saran yang mungkin bermanfaat bagi pihak-pihak yang
bersangkutan.