bab i pendahuluanrepository.uinbanten.ac.id/4161/3/bab i fix.pdf · sejarah juga dianggap sebagai...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah dalam bahasa Arab, Tarikh atau history (Inggris),
adalah cabang ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan
kronologi berbagai peristiwa. Definisi serupa diungkapkan oleh
Abd. Ar-rahman As-Sakhwi bahwa sejarah adalah seni yang
berkaitan dengan serangkaian anekdot yang berbentuk kronologi
peristiwa. Secara teknis formula, Nisar Ahmad Faruqi
menjelaskan formula yang digunakan oleh kalangan sarjana
bahwa sejarah terdiri atas man+time+space=history.1
Berdasarkan bahasa Indonesia, sejarah mengandung tiga
pengertian: Pertama, sejarah sebagai silsilah atau asal-usul;
kedua, Sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar
terjadi pada masa lampau dan; Ketiga, sejarah adalah ilmu,
pengetahuan, dan cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa
1 Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Cv Pustaka
Setia, 2008), P. 13
2
yang benar-benar terjadi di masa lampau.2 Sejarah dapat
dipahami sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa
lampau dalam kehidupan umat manusia, yang berusaha
menemukan, mengungkapkan, dan memahami nilai-nilai serta
makna yang terkandung dalam peristiwa masa lampau.
Karakteristik sejarah dengan kedisiplinannya dapat
diklasifikasikan dalam beberapa orientasi yang saling
berhubungan yaitu : pertama, merupakan pengetahuan manusia di
masa lampau dalam kaitannya dengan keadaan masa kini. Kedua,
sejarah merupakan pengetahuan tentang hukum-hukum yang
tampak menguasai kehidupan masa lampau, yang diperoleh
melalui penyelidikan dan analisis atas peristiwa-peristiwa masa
lampau. Ketiga, sejarah sebagai falsafah yang didasarkan kepada
pengetahuan tentang perubahan masyarakat. Singkatnya bahwa
sejarah merupakan pengungkapan fakta mengenai apa, siapa,
kapan, di mana, dan bagaimana sesuatu terjadi.3
2 Rusydi Sulaiman. Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban
Islam, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada 2014), P.24 3 Rusydi Sulaiman. Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban
Islam…P.24
3
Taufik Abdullah membatasi peristiwa masa lampau
menjadi empat. Pertama, pembatasan yang menyangkut dimensi
waktu. Salah satu konsensus dalam ilmu sejarah menyatakan
bahwa zaman sejarah bermula ketika bukti-bukti tertulis telah
ditemukan, sedangkan sebelumnya disebut “prasejarah”. Kedua,
pembatasan yang menyangkut peristiwa. Tidak semua peristiwa
dianggap peristiwa bersejarah. Kecenderungan yang makin
umum sekarang adalah pemusatan pada peristiwa yang
menyangkut manusia, atau tindakan dan prilaku manusia. Ketiga,
pembatasan yang menyangkut tempat, sejarah haruslah diartikan
sebagai tindakan manusia dalam jangka waktu tertentu, pada
masa lampau yang dilakukan di tempat tertentu. Keempat,
pembatasan yang yang menyangkut seleksi. Peristiwa-peristiwa
itu baru merupakan kepingan-kepingan yang bisa
dipertimbangkan untuk menjadi bagian dari sejarah.4
Sejarah juga dianggap sebagai rekonstruksi masalalu,
yaitu merekonstruksi apa saja yang telah dipikirkan, dikerjakan,
dikatakan, dirasakan, dan dialami oleh orang. Namun ditegaskan
4 Susmihara, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Penerbit Ombak
2013), P. 7
4
bahwa membangun kembali masalalu bukan untuk kepentingan
masalalu itu sendiri. Sejarah mampunyai kepentingan masa kini
dan untuk masa yang akan datang. Sejarah juga merupakan suatu
dialog yang tiada akhir antara masa kini dan masa lalu. Ini dapat
dilihat berdasarkan kerangka keagamaan (diversity), perubahan
(change), dan kesinambungan (continuity) melalui dimensi
waktu.5
Penulisan Sejarah (Historiografi) merupakan usaha
rekonstruksi peristiwa yang terjadi di masa lampau. Penulisan itu
bagaimana pun baru dapat dikerjakan setelah dilakukannya
penelitian, karena tanpa penelitian penulisan menjadi
rekonstruksi tanpa pembuktian. Baik penelitian atau penulisan
membutuhkan keterampilan. Dalam penelitian dibutuhkan
kemampuan yang mencari, menemukan, dan menguji sumber-
sumber yang benar. Sedangkan dalam penulisan dibutuhkan
kemampuan menyusun fakta-faktra, yang bersifat fragmentaris
itu, kedalam suatu uraiaan yang sistematis, utuh, dan
5 Susmihara, Sejarah Peradaban Islam… P. 8
5
komunikatif. Keduanya membutuhkan kesadaran teoritis yang
tinggi serta imajinasi historis yang baik.6
Gambaran umum tentang penulisan sejarah (Historiografi)
sejak zaman kuno sampai abad ke-20, khususnya dalam
peradaban Barat. Historiografi dilukiskan sebagai cerminan
kebudayaan kelompok, suatu kultur gebundenheit dan
zeitgebundenheit. Mencangkup segi-segi substantif, intelektual,
dan metodologis yang berguna untuk peningkatan kritisme
sejarah.7 Awal perkembangan penulisan sejarah di Indonesia
dimulai dengan adanya penulisan sejarah dalam bentuk naskah
dimana penulisan dalam bentuk naskah merupakan dari
Historiografi Tradisional.8
Di Indonesia penulisan sejarah dalam perkembangnnya
ada beberapa corak historiografi yang cukup menonjol, yaitu
historiografi tradisional, historiografi kolonial dan historiografi
nasional. Historiografi di Indonesia menggunakan objek dan
6 Badri Yatim, Historiografi Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997), P.3. 7 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Rencana,
2013 ), P.62 8 Agus Mulyana Dan Darmiasti, Historiografi Di Indonesia,
(Bandung: Refika Aditama, 2009), P.1
6
subjek untuk menelusuri sejarah Indonesia. Menggunakan objek,
karena obyek yang memberikan gambaran mengenai isi dari
dokumen atau artefak. Sedangkan subyek yang menjelaskan atau
yang berbicara. Dengan adanya keterkaitan itu objek akan
ditafsirkan oleh subyek dan pada akhirnya menjadi tulisan
sejarah.9
Penulisan Sejarah Islam Indonesia telah muncul sejak
tahun 1960. Jauh sebelumnya, Hamka telah menerbitkan buku
Sejarah Ummat Islam pada akhir 1951 yang di dalamnya juga
terdapat tulisan tentang Sejarah Islam Indonesia. Dalam tiga
Dasawarsa terakhir (1960 sampai 1990) pergulatan penulisan
sejarah Islam Indonesia pertama ditandai dengan diterbitkannya
karya-karya sejarah, Tarikh Atjeh oleh H.M Zaenuddin, kemudian
disusul Risalah Seminar Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
(1963), sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia
(1979), sampai akhirnya bermuara pada penerbitan Sejarah
Ummat Islam Indonesia (SUII) yang diterbitkan oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1991. Selain itu dalam
9 Hugiono Dan P.K Poerwantana, Pengantar Ilmu Sejarah (Jakarta:
Pt. Rineka Cipta, 1992), P. 26
7
bentang waktu di atas juga telah dilakukan berbagai seminar di
daerah-daerah mengenai masuknya Islam daerah yang
bersangkutan, yang dilaksanakan oleh Majelis Ulama Daerah,
atas dorongan Majelis Ulama Indonesia Pusat.10
Rachmad Abdullah dalam menulis sejarah penyebaran
Islam di tanah Jawa, menjelaskan bagaimana proses masuknya
Islam di tanah Jawa yang di bawa oleh para mubaligh atau para
Walisongo dimana hal tersebut menjadi ruang diskusi yang
menarik untuk dikaji dan mungkin tidak ada habisnya untuk
dibahas, banyak sekali Sejarawan atau penulis yang menuangkan
pendapatnya mengenai masuknya Islam di Tanah Jawa. Siapakah
mereka, apa peranannya, dan bagaimana proses mereka dalam
menyebarkan agama Islam, serta sederet tanya lainnya akan
menjadi hal yang patut untuk ditelusuri. dan tidak jarang
masyarakat pada umumnya yang menyandingkan Wali Songo
dengan kekeramatan dan kemistisan, hal demikian dikarenakan
sedikitnya literatur ilmiah yang mengungkap fakta sejarah Wali
Songo.
10
Hasan Muarif Anbary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeolog
Dan Historis Islam Indonesia (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998), P. 77
8
Rachmad Abdullah dalam menulis buku Trilogi Revolusi
Islam di Tanah Jawa, menggunakan sumber yang validatasnya
sangat tinggi, dengan sumber primernya adalah keropak Ferara
sebuah naskah yang masih ditulis dalam daun Lontar yang
tersimpan di perpustakaan Italia dan Her Boek Van Bonang yang
tersimpan di perpustakaan Belanda. Dari buku karangan
Rachmad Abdullah kita disuguhkan tentang siapa sesungguhnya
Walisongo, siapa anggota dari Walisongo, bagaimana metode
yang digunakan Walisongo dalam berdakwah di Tanah Jawa.11
Agama Islam tersebar di Asia Tenggara dan di kepulauan
Indonesia sejak abad XII atau XII. Sekarang di sejumlah daerah
yang telah berabad-abad memeluknya, nama mereka yang
dianggap berjasa dalam menyebarkan agama Islam itu disebut
dengan hormat dan khidmat. masuk Islamnya berbagai suku
bangsa di kepulauan Indonesia tidak berlangsung dengan jalan
yang sama. Begitulah anggapan umum ; legenda mengenai orang
11
Rachmad Abdullah, diwawancarai Oleh Nurfajriah, Whatsapp. 24
Mei 2018
9
suci dan cerita mengenai para penyebar agama Islam dan asal
usul mereka sangat beragam.12
Agama Islam mulai masuk ke wilayah Indonesia pada
abad ke VII melalui para pedagang Islam di Gujarat (India),
Arab, dan Persia. Mereka kemudian menetap dan membentuk
kelompok-kelompok yang tersebar di beberapa daerah, terutama
daerah yang berada di pesisir pantai. Keberadaan para pedagang
Islam tentu menimbulkan pengaruh yang besar untuk pada
masyarakat sekitarnya, khususnya dalam bidang keagamaan yang
dikenal dengan agama Islam.13
Sejarah telah mencatat bahwa misi dakwah Islam yang
secara khusus ke Tanah Jawa, telah dikirimkan atas perintah
Sultan Muhamad 1 pada tahun 1404 M yang saat itu menjadi
penguasa kekhilafahan Turki Usmani (1394-1421 M) Sultan
Muhamad 1 (Muhamad Jalabi) yang dikenal dengan Daulah
Utsmaniyah ke-2, dilahirkan pada 781 H/1379 M dan wafat pada
824 H/1421 M. pada awalnya, ketika majapahit mulai mengalami
12
H.J De Graff Dan Th. Pigeaud. Kerajaan Islam Pertma Di Jawa
(Jakarta: Pt. Pustaka Utama Grafiti, 1985), P. 20 13
Teguh Panji, Kitab Sejarah Terlengkap Majapahit, (Yogyakarta:
Laksana, 2015), P. 284
10
keruntuhan akibat perang Paregreg (1404-1406 M), para saudagar
Gujarat India menyapaikan perkembangan keadaan di Nusantara,
khususnya Jawa kepada Sultan Muhammad 1 di Turki Utsmani.
Diantaranya adalah berita bahwa di pulau Jawa ada dua kerajaan
Hindu, yaitu Majapahit dan Padjajaran. Sebagian Rakyatnya
sudah ada yang beragama Islam akan tetapi masih terbatas pada
keluarga pedagang Gujarat dan Tiongkok yang menikah dengan
penduduk pribumi, terutama di kota-kota pelabuhan, yairu
Gresik, Tuban, dan Jepara.14
Setelah kerajaan Majapahit redup dari panggung sejarah
nasional, kemudian muncul kerajaan baru yaitu kerajaan Demak,
yang rajanya masih keturunan dari Dinasti Majapahit. Sultan
Demak yang pertama bernama Sultan Fattah atau Sultan Syah
Alam Akbar. Beliau Putra Prabu Brawijaya, raja Majapahit
terakhir, dan ibunya adalah seorang putri dari Palembang. Para
Raja yang pernah memerintah di kerajaan Demak yaitu : Raden
Fattah (1478-1513), Pati Unus (1513-1521), Sultan Trenggana
(1521-1546), Sultan Prawata (1546-1561).
14
Rachmad Abdullah. Walisongo, (Solo : Al Wafi, 2015), P. 62
11
Kerajaan Demak diperintah oleh para Sultan yang
didukung penuh oleh para wali yaitu Maulana Malik Ibrahim,
Sunan Ngampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan
Kalijaga, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati. Mereka gemar
dengan Kesenian dan budaya daerah mereka menyempurnakan
bentuk dan lakon wayang agar tidak bertentangan dengan agama
Islam. 15
Sultah Fattah adalah pembuka kerajaan Islam pertama di
Tanah Jawa. Di bawah pemerintahannya kerajaan-kerajaan Islam
lain disatukan. Tak hanya di Jawa bahkan berkembang hingga di
luar Jawa. Sultan Fattah memerintah kerajaan Demak dengan
menegakan syariat Islam. Sebagaimana yang tertuang dalam kitab
Salokantoro dan Angger Surya yang dijadikan sebagai kitab
undang-undang kerajaan. Kitab yang memberlakukan hukum-
hukum Islam. Masjid Agung Demak pun dijadikan sebagai pusat
pemerintahan. Naik tahtanya Sultan Fattah adalah cita-cita besar
dari Wali Songo demi mewujudkan siyasah syar’iyah islamiyah
15
Purwadi, Sejarah Sastra Jawa, (Yogyakarta : Panji Pustaka, 2019),
P. 63
12
sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan
Khulfaur Rasyidin. Tak lain demi meninggikan kalimat Allah. 16
Tak bisa dipungkiri bahwa dalam diskursus Walisongo,
yang mengemukakan bahkan sangat ditonjolkan adalah
kemistisan dan kekeramatan masing-masing sunan. Bagaimana
peran mereka, agungnya nilai-nilai ajaran, kayanya khasanah
keilmuan, dan keluhuran sikap mereka pun terpinggirkan.
Parahnya lagi, yang tersemat dalam benak umat bahwa Wali
Songo hanya identik dengan ziarah dan wisata religi.17
Islam mencapai kejayaannya di masa lalu karena institusi
yang menaunginya. Di masa Rasulullah SAW. institusi tersebut
berpusat di Madinah. Kemudian dilanjutkan dengan masa-masa
Khulafaur Rasyidin hingga Daulah Utsmaniyah yang terakhir
runtuh. Demikian halnya di Indonesia, Kerajaan Demak yang
berdiri di bawah kepemimpinan Sultan Fattah adalah institusi
yang menaungi tegaknya syariat Islam di Nusantara kala itu.
Seluruh undang-undang kerajaan yang sesuai dengan syariat
16
Siyasah Syar’iyah islamiyah adalah suatu ketentuan atau
kebijaksanaan pengurusan masalah kenegaraan yang berdasarkan syariat.
Rachmad Abdullah. Sultan Fattah, (Solo: Al Wafi, 2017), P.5 17
Rachmad Abdullah. Walisongo… P. 5
13
Islam termaktub dalam kitab salokantoro dan angger surya
alam.18
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik
untuk mengkaji dan meneliti lebih mendalam tentang penulisan
Sejarah penyebaran agama Islam di tanah Jawa dari Rachmad
Abdullah dalam buku Trilogi Revolusi Islam di Tanah Jawa, serta
mengangkatnya kedalam skripsi dengan judul “Historiografi
Penyebaran Agama Islam di Tanah Jawa Dalam Persepektif
Rachmad Abdullah”. Selanjutnya penulis mencoba untuk
merumuskannya dalam ruang lingkup sebagai berikut :
1. Bagaimana Penyebaran Agama Islam di Tanah Jawa?
2. Bagaimana Metode Rachmad Abdullah Dalam Penulisan
Sejarah Penyebaran Agama Islam di Tanah Jawa?
3. Bagaimana Pandangan Rachmad Abdullah dalam Penyebaran
dan Perkembangan Agama Islam di Tanah Jawa ?
18
Salokantara dan Angger Suryangalam merupakan undang-undang
resmi kerajaan Demak yang berisi mengenai ketentuan perdata, pidana, dan
hukum acara yang bersumber pada tata hukum Islam dan kemudian dijadikan
salah satu sumber hukum kerajaan-kerajaan berikutnya (Pajang dan Mataram)
Rachmad Abdullah. Kerajaan Islam Demak, (Solo: Al Wafi, 2017), P.5
14
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang hendak dicapai dari
rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Penyebaran Islam di Tanah Jawa
2. Untuk Mengetahui Metode Rachmad Abdullah Dalam
Menulis Sejarah Penyebaran Agama Islam Di Tanah Jawa
3. Untuk Mengetahui Pandangan Rachmad Abdullah dalam
Penyebaran dan Perkembangan Agama Islam Di Tanah Jawa
D. Kerangka Pemikiran
Historiografi merupakan proses menguji dan menganalisa
secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau, rekonstruksi
yang imajinatif dari pada masa lampau berdasarkan data yang
diperoleh dengan menempuh suatu proses itu sendiri.19
Secara
semantik kata “Historiografi” merupakan gabungan dari dua kata,
yaitu history yang berarti sejarah dan grafy yang berarti deskripsi
atau penulisan. History berasal dari kata benda yunani “istoria”
yang berarti ilmu yang dipergunakan bagi pemaparan mengenai
19
Lous Gottschalk, Mengerti Sejarah (Depok: Penerbit Yayasan UI)
15
gejala-gejala, terutama hal ihwan manusia, dalam urutan
kronologis.20
Historiografi dalam ilmu sejarah merupakan titik puncak
seluruh kegiatan penelitian sejarah. Dalam metodologi sejarah,
historiografi merupakan bagian terakhir. Langkah terakhir, tetapi
langkah terberat, karena bidang ini letak tuntutan terberat bagi
sejarah untuk membuktikan legalitimasi dirinya sebagai suatu
bentuk disiplin ilmiah.21
Historiografi merupakan penulisan sejarah yang didahului
oleh penelitian (analisis) terhadap peristiwa-peristiwa di masa
silam. Penelitian dan penulisan sejarah itu berkaitan pula dengan
latar belakang teoritis, latar belakang wawasan, latar belakang
metodologis Sejarah,. Penulisan sejarah, latar belakang sejarawan
atau penulis sumber sejarah, aliran penulisan sejarah yang
digunakan, dan lain sebagainya.22
Historiografi Indonesia telah mengalami beberapa
perkembangan penting baik secara kuantitatif dan kualitatif,
20
Badri Yatim, Historiografi Islam….P. 1 21
W. Poespoppronjo, Subyektifitas Dalam Historiografi (Bandung:
Remadja Karya Cv 1987), P. 22
Badri Yatim, Historiografi Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Cetakanke 1 1997), P. 5-6
16
secara kuantitatif perkembangan Historiografi Indonesia
ditunjukan dengan semakin banyak karya sejarah. Secara
kualitatif perkembangan historiografi ditunjukan dengan
penggunaan metodologi yang semakin kompleks dan kian
melibatkan banyak ilmu bantu.23
Penulisan sejarah penyebaran agama Islam di Indonesia
khususnya di Tanah jawa telah banyak ditulis oleh para ahli
sejarah, dimana mereka memberikan pendapatnya tentang
penyebaran agama islam di tanah Jawa, tentunya bukan hanya
sekedar pendapat tanpa adanya pembuktian, para ahli pun
menuliskannya dengan melalui proses penelitian terlebih dahulu.
Hal demikian juga dilakukan dan ditulis oleh Rachmad Abdullah
tentang penyebaran agama Islam di Tanah Jawa.
Kehadiran dan penyebaran Islam di pesisir utara Pulau
Jawa dapat dibuktikan berdasarkan data arkeologis dan sumber-
sumber babad, hikayat, legenda, serta berita-berita asing.
Kehadiran Islam baik pedagang, maupun mubaligh muslim
melalui kota-kota yang sejak semula sudah berfungsi sebagai
23
Azyumardi Azra, Historiografi Islam Kontemporer, Wacana
aktualitas dan actor sejarah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama) 2002 p. 3
17
pelabuhan di bawah kekuasaan kerajaan-kerajaan Hindu-Budha.
Di Leran (Gresik) terdapat nisan kubur yang memuat nama
Fatimah binti Maemun bin Hibatullah (wafat 475 H/1082 M).
Kemudian di Gresik terdapat makam Maulana Malik Ibrahim
(wafat 822 H/1419 M). Sedangkan di Troloyo dan Trowulan,
yang diperkirakan bekas pusat kerajaan Majapahit, Terdapat
sejumlah nisan kubur muslim yang berangka tahun saka dari
abad ke- 14-15 M.24
Islam pertama kali masuk ke Tanah Jawa pada abad ke-
12. Di wiliyah tersebut, Islam didakwahkan dengan cara-cara
yang damai. Islam membawa penduduk setempat ke tingkat
peradaban dan kemajuan yang lebih tinggi. Pada paruh kedua
abad ke-14, terciptalah aktifitas dakwah dengan baik. Aktivitas
dakwah tersebut meraih keberhasilan di tangan Maulana Malik
Ibrohim yang berusaha merapat ke pantai Jawa Timur, tepatnya
di wilayah Gresik yang berhadapan dengan pulau Madura.
Kendati demikian, dakwah yang dilakukan Maulana Malik
Ibrahim ini tetaplah belum berhasil sepenuhnya. Maulana Malik
24
Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia Lll
(Jakarta: Balai Pustaka,2010), P. 50
18
Ibrahim sendiri tutup usia pada tahun 1419 M dan di makamkan
di Gresik.
Penyebaran agama Islam tersebar di pulau Jawa adalah
Raden Fattah yang telah menerima pendidikan Islam dari orang
tuanya. Sementara pusat Islam dari orang tuanya. Sementara
pusat Islam tersebar di pulau Jawa ketika itu adalah wilayah
Ampel. Adapun penyebar Islam di wilayah kerajaan Blambangan
yang terletak diperbatasan Timur pulau Jawa adalah Maulana
Ishaq.
Sementara itu, wilayah bagian timur Jawa memeluk Islam
berkat jasa Syekh Nuruddin Ibrahim dan Putranya, Maulana
Hasanuddin. Selain itu, keberhasilan dakwah juga terukir di pulau
Bintam, pulau yang wilayahnya menjorok ke Barat sekaligus
wilayah bagaian dari kerajaan peganis Padjajaran. “dengan
caranya yang lembut, Islam membentangkan kekuasaannya di
pantai Sumatra tanpa hunusan senjata. Islam banyak menarik
orang untuk memeluknya berkat usahanya yang damai.”25
25
Syauqi Abu Khalil, Atlas Penyebaran Islam (Jakarta: Pt. Niaga
Swadaya, 2012 ), P. 172
19
Dalam buku Islam nusantara karangan M. Abdul Karim,
Double. priyoni menyatakan bahwa pada tahun 1400 C (detik-
detik jatuhnya Majapahit), di pesisir pantai utara pulau Jawa telah
banyak pemeluk-pemeluk agama Islam. Ahli sejarah menjelaskan
bahwa masuknya Islam di Perlak dan di pantai utara pulau Jawa
melalui proses Missions sacre yaitu proses dakwah bi al-hal yang
dibawakan oleh para mubaligh yang merangkap tugas menjadi
pedagang. Proses itu pada mulanya dilakukan secara individual.
Mereka melakukan kewajiban-kewajiban syari’at Islam dengan
menggunakan pakaian bersih dan memelihara kebersihan badan,
pakaian, tempat tinggal dan rumah-rumah ibadahnya.
Pergaulan hidupnya para mubaligh menampakan sikap
sederhana, dengan tutur kata yang baik, sikap yang sopan, sesuai
dengan tuntutan, Al-Akhlaq Al-Karimah, jujur, suka menolong,
terutama ikut memberikan pengobatan terhadap orang yang sakit
dan kecelakaan tanpa pamrih. Mereka mengajarkan hidup yang
baik yang menghindari perbuatan jahat agar mereka mendapat
20
kebahagiaan dalam alam kehidupan yang abadi di kampung
akhirat. 26
Para Mubaligh telah memberikan contoh yang menjadi
daya tarik bagi penduduk pribumi yang saat itu memeluk agama
Hindu atau Budha. Mereka tertarik akan kepribadian kaum
muslim, sehingga mereka melihat adanya cahaya iman dalam
Islam. Dengan demikian para penguasa menilai, ajaran-ajaran
Islam tidak mengganggu stabilitas pemerintah, bahkan ikut
memperkuat ketahanan pemerintahan dan mempererat
persatuan.27
E. Metodologi Penelitian
Dalam melakukan penelitian Historiografi Penyebaran
Islam di Tanah Jawa penulis akan meneliti karya dari Rachmad
Abdullah Yaitu Walisongo “Gelora Dakwah dan Jihad”. Penulis
menggunakan metode studi pustaka. Tahapan-tahapan dalam
26
Abdul Karim, Double, Islam Nusantara, (Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher, 2007), P. 39
27
Abdul Karim, Double, Islam Nusantara, (Yogyakarta : Pustaka
Book Publisher, 2007), P. 40
21
metode penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu :
Pemilihan Topik, Pengumpulan Sumber (Heuristik), Verifikasi
(Kritik Sejarah), interpretasi (analisis dan sintesis), dan
Historiografi (penulisan).
1. Pemilihan Topik
Pemilihan Topik Adalah proses pencarian yang dijadikan
sebuah penelitian. Dalam menentukan masalah yang akan
dijadikan sebuah penelitian sebuah penelitian harus
mempertimbangkan kedekatan emosional dan intelektual
peneliti dengan bidang yang akan diteliti dan keterjangkauan
peneliti untuk mencari data-data terkait penelitian. Kedekatan
emosional adalah suatu pendekatan yang didasarkan pada
ketertarikan terhadap topik penelitian tertentu, sedangkan
kedekatan intelektual adalah suatu pendekatan yang
didasarkan pada keterkaitan si peneliti dengan disiplin ilmu
atau aktifitasnya dalam masyarakat.28
28
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yayasan Bentang Budaya
2001), p. 91
22
Pemilihan topik yang penulis lakukan dalam penelitian ini
yaitu menggunakan kedekatan emosional dan kedekatan
intelektual. Berdasarkan kedekatan intelektual dibuktikan
dengan ketertarikan penulis terhadap kajian-kajian tentang
penyebaran agama Islam di tanah Jawa yang selama ini
menjadi pembahasan yang tidak ada habisnya untuk dibahas.
banyak dari sejarawan yang menuangkan pendapatnya
tentang penyebaran Islam di tanah Jawa. Sedangkan
kedekatan emosional, seorang peneliti tidak akan melakukan
penelitian tanpa didasari dengan rasa suka atau tertarik
terhadap objek penelitiannya. Begitu pula dengan penulis,
setelah menelusuri berbagai literatur yang menjelaskan
tentang penyebaran agama Islam di tanah Jawa, penulis
menemukan adanya perbedaan dalam sudut pandang
Rachmad Abdullah terhadap penyebaran agama Islam di
tanah Jawa dalam karyanya yaitu Trilogi Revolusi Islam di
Tanah Jawa. Dari rasa ketertarikan yang terus muncul
akhirnya konsisten dalam melakukan penelitian terhadap
23
karya Rachmad Abdullah dengan melakukan wawancara
langsung dengan Rachmad Abdullah yang merupakan penulis
dari buku Trilogi Revolusi Islam di Tanah Jawa.
2. Tahapan Heuristik
Tahapan Heuristik adalah tahapan mencari dan
mengumpulkan data, heuristik berasal dari bahasa yunani
yaitu Heuriskeun, artinya menemukan. Jadi heuristiK adalah
proses mencari sumber dan jejak peristiwa sejarah.29
tahapan
heuristik adalah tahapan pengumpulan data, data-data yang
harus sesuai dengan jenis sejarah yang akan ditulis.30
Dalam tahapan ini, Penulis berusaha untuk
mengumpulkan sumber-sumber yang terkait dengan
pembahasan, Penulis melakukan wawancara secara langsung
dengan Rachmad Abdullah melalui whatshapp, penulis
memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
Biografi Rachmad Abdullah dan hal lain yang berkaitan
29
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah…P.70 30
Kuntowijoyo,Pengantar Ilmu Sejarah…P. 73
24
dengan pembahasan. penulis juga menggunakan studi
pustaka, Studi pustaka yang penulis gunakan yaitu
perpustakaan pribadi dan perpustakaan umum.
Dari Perpustakaan pribadi buku yang didapat penulis
diantaranya: Trilogi Revolusi Islam di Tanah Jawa, Rachmad
Abdullah. Atlas Wali Songo, Agus Sunyoto. Sejarah Nasional
Indonesia jilid lll, Marwati Djoened Poesponegoro.Sejarah
Sastra Jawa Klasik, Purwadi. Sejarah Peradaban Islam Dedi
Supriadi.
Perpustakaan UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten,
yaitu Atlas Penyebaran Islam, Syauqi Abu Khalil.
Historiografi Islam, Badri Yatim. Kerajaan Islam Pertama di
Jawa, H.J De Graff Dan Th. Pigeaud. Islam Nusantara,
Abdul Karim, Double. Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah
Banten. Islamisasi dan perkembangan kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia. Daliman. Historiografi di Indonesia,
Agus Mulyana dan Darmiasti. Subyektifitas dalam
Historiografi, W. Poesponegoro.
25
3. Tahapan Verifikasi
Tahapan verifikasi (kritik) adalah tahapan penyeleksian
dan pengujian data baik secara ekstern maupun intern. Kritik
ekstern dilakukan untuk mengetahui keaslian dari sumber
sejarah. Sedangkan kritik intern dilakukan untuk meneliti
kredibilitas isi sumber. Setelah sumber sejarah dalam
berbagai katagorinya itu terkumpul, maka tahap verifikasi
atau lazim disebut juga dengan kritik dilakukan untuk
memperoleh keabsahan sumber.
Berdasarkan data yang penulis peroleh dari berbagai
sumber terkait judul skripsi, penulis mengkatagorikan mana
data yang termasuk sumber primer (sumber utama) dan
sumber sekunder (sumber pelengkap). Namun berdasarkan
tahapan kritik yang penulis lakukan semua data yang penulis
peroleh termasuk sumber primer maupun sumber sekunder,
dalam sumber primer penulis melakukan wawancara dengan
bapak Rachmad Abdullah penulis buku Trilogi Revolusi
Islam di Tanah Jawa.
26
Penulis juga menyimpulkan bahwa data yang terkumpul
sebagai sumber skunder yang sangat mendukung dalam
proses penelitian dan penyusunan, bukan yang terlibat
langsung dalam pembahasan.
4. Tahapan interpretasi
Tahapan Interpretasi dilakukan setelah diperoleh data-data
sejarah hasil pengujian dan analisis data. Pada tahapan ini
dilakukan penafsiran dan rangkaian fakta-fakta, sehingga
didapatkan suatu rangkaian fakta yang saling berkaitan satu
dengan yang lainnya.31
Interpretasi dimaksudkan sebagai upaya tercapainya
pemahaman yang benar terhadap fakta, data, dan gejala.
Interpretasi merupakan landasan bagi hermeneutika.
Hermeneutika berasal dari bahasa yunani hermeneu yang
dalam bahasa Inggris menjadi hermeneutics (interpret) yang
31
A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah (Yogyakarta: Ombak,
2012), P. 83.
27
berarti menginterpretasikan, menjelaskan, menafsirkan dan
menjelaskan.32
Tahapan interpretasi merupakan tahapan kegiatan
menafsirkan data-data atau fakta untuk memberikan makna
dan pengertian serta menghidupkan kembali (reliving) proses
sejarah, dalam tahapan ini data-data yang saling terlepas
dirangkaikan sehingga menjadi suatu kesatuan yang harmonis
dan serasi. Selain itu data-data yang ada dijadikan sebagai
landasan untuk merekontruksi peristiwa masalalu itu kedalam
kontek kekinian.
5. Historiografi
Penulisan sejarah adalah suatu bentuk penafsiran yang
didukung secara kulturan lewat mana tujuan-tujuan ini
dicapai.33
Tahapan Historiografi merupakan tahapan terakhir
dalam metode penelitian sejarah adalah historiografi atau
penulisan sejarah. Dalam historiografi diusahakan dengan
32
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam,
(Jakarta : Prenada Media Grup, 2011) P. 49 33
Mark R Woodward, Islam Jawa, (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta,
2004), P. 65.
28
selalu memperhatikan aspek kronologis dan penyajian bersifat
deskriftif, yaitu menggambarkan tema-tema penting dari
setiap perkembangan obyek penelitian.
Tahapan Historiografi adalah tahapan penulisan,yang
menjadi sarana mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian
yang diungkap, diuji verifikasi dan interpretasi. Penelitian
sejarah bertugas merekonstruksi sejarah masalampau untuk
memberikan jawaban atas masalah-masalah yang telah
dirumuskan.34
Hasil dari penulisan sejarah atau Tarikh inilah yang
disebut Historiografi. Dengan demikian Historiografi berarti
penulisan sejarah, yang didahului oleh penelitian (analisis)
terhadap peristiwa-peristiwa di masa silam. Penelitian dan
penulisan sejarah itu berkaitan pula dengan latar belakang
teoritis, latar belakang wawasan, latar belakang metodologis
penulisan sejarah, latar belakang sejarawan atau penulis
34
A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah…, P. 99
29
sumber sejarah, aliran penulisan yang digunakan dan lain
sebagainya.35
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini bertujuan
untuk mempermudah dan memberi gambaran yang jelas dalam
penulisan. Sistematika penulisan ini terdiri dari lima Bab, yaitu:
Bab Pertama : Pendahuluan, di antaranya terdiri : latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
kerangka pemikiran, metode penelitian, sistematika penulisan.
Bab kedua : Pada Bab ini membahas tentang bagaimana
Penyebaran Islam di Tanah Jawa. di antaranya, Bagaimana
kepercayaan masyarakat Jawa Pra Islam, bagaimana awal mula
masuknya Islam di tanah Jawa, dan bagaimana pandangan para
ahli tentang penyebaran agama Islam di tanah Jawa .
Bab Ketiga : Pembahasan yang berisi tentang Metode
Pe\nulisan Rachmad Abdullah dalam Penyebaran Agama Islam di
Tanah Jawa, meliputi, Riwayat Hidup Rachmad Abdullah,
35
Badri Yatim, Historiografi Islam…, P. 6
30
Riwayat pendidikan Rachmad Abdullah, dan Karya-Karya
Rachmad Abdullah, Rachmad Abdullah dalam menulis Sejarah
Penyebaran Islam di Tanah Jawa.
Bab Keempat : Pada bab ini membahas tentang
Pandangan Rachmad Abdullah dalam penyebaran dan
Perkembangan agama Islam di tanah Jawa Di antaranya :
Kedatangan Islam di Tanah Jawa Menurut Rachmad Abdullah,
Islamisasi Di Tanah Jawa Menurut Rachmad Abdullah,
Penyebaran dan Perkembangan Agama Islam dalam Persepektif
Rachmad Abdullah
Bab kelima : merupakan bab penutup yang berisi tentang
kesimpulan dan saran-saran.