bab i mp

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut harus diikuti dengan peningkatan derajat kesehatan. Menurut Blum (1974) dalam Notoatmodjo (2007) derajat kesehatan manusia dipengaruhi oleh 4 faktor yang saling berhubungan, yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan. Salah satu upaya penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah pengelolaan masalah lingkungan yang sehat bagi masyarakat. Peningkatan derajat kesehatan ini tidak akan tercapai bila di dalam masyarakat masih terdapat masalah, dalam hal ini tinja sudah jelas termasuk

Upload: maharani-rani

Post on 05-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jhjhjhjhj

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I MP

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus

diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan hal

tersebut harus diikuti dengan peningkatan derajat kesehatan. Menurut

Blum (1974) dalam Notoatmodjo (2007) derajat kesehatan manusia dipengaruhi

oleh 4 faktor yang saling berhubungan, yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku,

faktor pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan.

Salah satu upaya penting dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat adalah pengelolaan masalah lingkungan yang sehat bagi masyarakat.

Peningkatan derajat kesehatan ini tidak akan tercapai bila di dalam masyarakat

masih terdapat masalah, dalam hal ini tinja sudah jelas termasuk dalam masalah

lingkungan (Didik Sarudji, 2010).

Lingkungan merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap kesehatan

individu dan masyarakat. Keadaan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan

kesehatan dan perilaku masyarakat dapat merugikan kesehatan baik masyarakat

di pedesaan maupun perkotaan yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan

dan kemampuan masyarakat di bidang kesehatan, ekonomi maupun teknologi.

Kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan tersebut adalah

Page 2: BAB I MP

2

penyediaan air bersih, penyediaan jamban keluarga, kondisi rumah dan kondisi

lingkungan pemukiman (Depkes RI, 2007).

Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk

memelihara lingkungannya dari pencemaran tinja. Pembuangan tinja yang

memenuhi persyaratan saniter sebagian belum terlaksana sesuai dengan apa yang

diharapkan terutama bagi masyarakat yang tingkat ekonominya rendah, sehingga

biaya untuk membangun jamban keluarga menjadi hambatan. Faktor pengetahuan

masyarakat tentang kesehatan yang masih rendah juga berpengaruh pada

kepemilikan jamban keluarga. Di samping itu, faktor-faktor yang berpengaruh

adalah budaya, kondisi lingkungan dan kebiasaan masyarakat yang membuang

tinja sembarangan (Udin Djabu dkk, 1991).

Pembuangan tinja manusia yang tidak saniter dapat berdampak negatif

bagi kesehatan lingkungan maupun kesehatan manusia. Bagi kesehatan

lingkungan pembuangan tinja yang tidak saniter dapat mencemari tanah dan

sumber-sumber penyediaan air tanah (sumur). Sedangkan bagi kesehatan manusia,

pembuangan tinja yang tidak saniter dapat menjadi sumber penularan penyakit

(Udin Djabu dkk, 1991).

Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak

di bawah 3 tahun yaitu sebesar 19% atau sekitar 100.000 anak meninggal karena

diare setiap tahunnya. Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi

terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi

WHO tahun 2007 dimana kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan

akses masyarakat terhadap sanitasi dasar (Depkes RI, 2007).

Page 3: BAB I MP

3

Permasalahan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum,

higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector

Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih

berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.

Data studi dan survey sanitasi pedesaan di Indonesia memperlihatkan bahwa

hanya 37% penduduk pedesaan mempunyai akses ke sanitasi yang aman menurut

laporan Joint Monitoring Program (Depkes RI, 2007).

Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi nasional sanitasi total berbasis

masyarakat untuk merubah perilaku hygienis dan peningkatan akses sanitasi. Hal

ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mencapai target Millennium

Development Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum

dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi

penduduk yang belum mendapatkan akses. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

yang selanjutnya disebut sebagai STBM adalah pendekatan untuk merubah

perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode

pemicuan (Depkes RI, 2007).

Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Millennium

Development Goals (MDGs) yang disepakati seluruh negara di dunia termasuk

Indonesia, menetapkan bahwa pada tahun 2015 separuh dari penduduk dunia yang

saat ini belum mendapatkan akses terhadap sanitasi dasar (jamban) harus

mendapatkannya. Sedangkan pada tahun 2025 seluruh penduduk dunia harus

mendapatkan akses terhadap sanitasi dasar. Penetapan ini mendorong pentingnya

program untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap perlunya pemilikan

Page 4: BAB I MP

4

dan penggunaan jamban (Depkes RI, 2007).

Salah satu desa yang kebiasaan masyarakatnya masih melakukan

pembuangan tinja sembarangan adalah Desa Karang Endah Kecamatan Kepahiang

kabupaten Kepahiang di provinsi Bengkulu .dengan mempunyai jumlah penduduk 309

jiwa, yang terdiri dari laki-laki : 150 jiwa, perempuan : 159 jiwa dan 95 KK, dengan

persentase sebanyak 4,81% masyarakatnya masih melakukan praktek buang air

besar sembarangan ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka lainnya.

Hal ini menyebabkan rentannya masyarakat terjangkit penyakit akibat rendahnya

sanitasi contohnya diare, kecacingan, desentri dan kolera. Berdasarkan data tahun

2013, angka kesakitan masyarakat akibat sanitasi di Desa Karang Endah cukup

tinggi, hal ini dapat dilihat dari beberapa penyakit seperti diare

6.711 kasus, kecacingan 1.057 kasus, disentri 1.915 kasus, kolera 2.794 kasus.

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai faktor-faktor penyebab

perilaku BABS masyarakat Desa Karang Endah

Page 5: BAB I MP

5

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah, “Bagaimanakah gambaran

karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, status ekonomi, tingkat

pengetahuan, dan sikap terhadap perilaku BABS ?

1.3. Tujuan Penelitian

Menuju masyarakat ODF (Open Defecation Free) di Desa Karang Endah

Kecamatan Kepahiang kabupaten Kepahiang di provinsi Bengkulu tahun 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di sembarang

tempat.

Mengetahui karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, status

ekonomi, tingkat pengetahuan, dan sikap terhadap perilaku BABS.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat bagi Pr ogr am

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan

Kabupaten Kepahiang khususnya Puskesmas Pasar Kepahiang dalam

mengambil kebijakan dan menyusun strategi promosi kesehatan untuk

meningkatkan cakupan desa ODF.

1.4.2. Manfaat bagi Masyar akat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kebersihan

lingkungan, memutus mata rantai penyebaran penyakit yang terkait dengan

Page 6: BAB I MP

6

sanitasi dan sebagai landasan menuju desa ODF.

1.4.3. Manfaat bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi peneliti lain yang ingin

meneliti mengenai faktor-faktor penyebab perilaku BABS.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membatasi pengkajian tentang gambaran secara mendalam

tentang input, proses dan output dalam evaluasi pelaksanaan pemicuan Stop

BABS melalui metode CLTS/STBM di masyarakat dalam Program Nasional

Pamsimas di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kepahiang Tahun 2015.

Page 7: BAB I MP

7

Page 8: BAB I MP

8