bab i mek flu
DESCRIPTION
makalah mengenai sifat yang dimiliki fluidaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penerapan mekanika fluida yang pertama kalinya, mungkin ketika
orang melontarkan batu, lembing, dan anak panah. Aristoteles (abad
keempat SM) mempelajari gerak-gerak benda dalam media yang tipis dan
dalam gelembung-gelembung. Archimedes (abad ketiga SM) merumuskan
hukum-hukumnya yang terkenal tentang benda yang mengapung. Galileo
(1564-1642) banyak menelurkan jasa dalam perkembangan ilmu
mekanika. Masih banyak penemuan-penemuan yang menunjang ilmu
mekanika fluida. Kemajuan tersersebut juga dapat menyelesaikan masalah
dalam mekanika fluida.
Dalam kacamata mekanika fluida, semua bahan tampak terdiri atas
dua keadaan saja, yakni fluida dan zat padat. Zat padat dapat menahan
tegangan deformasi statik sedangkan fluida sebaliknya. Setiap tegangan
geser yang dikenakan, betapapun kecilnya, akan menyebabkan fluida itu
bergerak. Fluida itu bergerak dan berubah bentuk secara terus-menerus
selama tegangan tersebut bekerja. Maka dapat dikatakan bahwa fluida
yang diam berada pada tegangan geser nol.
Sebagian besar masalah mekanika fluida menggarap kasus-kasus
yang jelas, yakni yang menyangkut zat cair yang lazim. Sehingga
pemahaman mengenai tidak hanya konsep mekanika fluida tetapi juga
sifat-sifat yang dimiliki fluida. Hal lain yang perlu dipahami yaitu
penerapan mekanika fluida yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai satu contoh radiator air atau uap panas untuk memanaskan rumah
dan radiator pendingin sebuah mobil bergantung pada aliran fluida agar
dapat memindahkan panas secara efektif.
1
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah yang membahas masalah sifat-sifat
fluida ini sebagai berikut :
1.Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Mekanika Fluida
Universitas Sebelas Maret
2.Memahami konsep dasar mengenai mekanika fluida
3.Mengetahui sifat-sifat yang dimiliki fluida
1.3 Rumusan Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa disadari kegiatan yang kita
lakukan berhubungan dengan fluida. Peristiwa yang hampir setiap hari kita
lakukan menggunakan prinsip mekanika fluida. Untuk itu pemahaman
mengenai sifat-sifat fluida perlu ditelaah. Berikut merupakan rumusan
masalah terkait pemahaman sifat-sifat fluida :
1. Apakah yang dimaksud dengan fluida?
2. Apa dan bagaimana satuan yang diterapkan dalam mekanika fluida?
3. Apakah yang dimaksud viskositas dalam mekanika fluida?
4. Bagaimanakah pengertian kontinuum?
5. Apakah itu kerapatan, volume jenis, berat jenis, gravitasi jenis, dan
tekanan?
6. Apakah gas sempurna itu?
7. Apakah yang dimaksud dengan Modulus elastisitas Curahan?
8. Apakah yang dimaksud dengan Tekanan Uap?
9. Apakah yang dimaksud dengan Tegangan Permukaan?
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dalam pembahasan masalah sifat-sifat fluida
adalah :
1. Mengetahui serta paham mengenai definisi dari fluida.
2. Memahami satuan yang digunakan dalam mekanika fluida
3. Mengetahui viskositas dalam mekanika fluida
2
4. Mengetahui sifat fluida yang salah satunya adalah fluida sebagai
kontinuum
5. Memahami pengertian dari kerapatan, volume jenis, berat jenis,
gravitasi jenis, dan tekanan.
6. Memahami apa yang dimaksud gas sempurna
7. Mengetahui apa yang dimaksud dengan modulus elastisitas curahan
8. Memahami apa yang dimaksud Tekanan Uap
9. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Tegangan Permukaan
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Fluida
Terdapat tiga jenis zat, yaitu zat padat, zat cair, dan gas. Zat padat
pada umumnya mempunyai bentuk tertentu. Sedangkan zat cair dan gas
bentuknya sesuai dengan wadah yang ditempati zat tersebut masing-
masing. Diantara zat cair dan zat gas terdapat perbedaan pokok, yaitu gas
akan menyebar dan mengisi seluruh ruangan yang ditempatinya. Bahan
akan menunjukkan reaksi deformasi yang terbatas ketika menerima
ataupun mengalami shear (gaya gesek), itulah zat padat. Maka, zalir (zat
alir) atau yang sering disebut fluida merupakan subtansi atau zat yang
berubah bentuk secara terus menerus dikarenakan adanya gaya geser. Pada
dasarnya, kita sudah sering mempelajari tentang fluida, fluida terdiri dari
zat cair dan zat gas.
Gaya geser yang dialami, fluida tidak dapat menahannya sehingga
seberapa besarpun gaya geser yang dialami akan mengubah bentuk zat.
Perubahan yang terjadi tergantung dari gaya geser yang dialami. Pada
umumnya, makin besar laju deformasi fluida, makin besar pula tegangan
geser untuk fluida tersebut. Tegangan geser pada suatu titik adalah nilai
batas perbandingan gaya geser terhadap luas, dengan berkurangnya luas
hingga menjadi titik tersebut.
Sejatinya, semua fluida mempunyai sifat-sifat yang penting dalam
dunia dunia rekayasa. Kerapatan, kompresibilitas, kapilalitasdan tekanan
uap merupakan sifat-sifat yang dimiliki fluida dalam keadaan diam;
sedangkan pada fluida yang selalu bergerak masih terdapat satu sifat lagi
yaitu viskositas. Viskositas atau kekentalan adalah ukuran untuk
menyatakan hambatan atau ketahanan fluida terhadap deformasi.
Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari, ketika kita baru
mengambil sirup dari lemari pendingin, yang kita gunakan sebuah ukuran
4
kualitatif untuk viskositas fluida karena kita mengetahui bahwa sirup
dalam lemari pendingin bergerak lamban.
Dibawah ini diberikan contoh perubahan bentuk yang diakibatkan
oleh penerapan gaya geser yang konstan. Dari gambar dibawah
ditempatkan suatu zat diantara dua buah pelat sejajar dengan jarak-antara
yang kecil dan yang sedemikian luasnya sehingga keadaan pada tepi-tepi
pelat tidak diperdulikan. Pelat pada bagian bawah dipasang tetap, dan gaya
sebesar F diberikan pada pelat atas. Keadaan yang sedemikian rupa
digunakan untuk menggerakkan tegangan geser F/A pada zat apapun yang
terdapat di antara kedua pelat tersebut. A disimbolkan sebagai luas pelat
atas. Apabila gaya F menyebabkan pelat atas bergerak dengan suatu
kecepatan (bukan nol) yang berkelanjutan, seberapa kecilpun F, maka kita
dapat menyimpulkan bahwa zat di antara dua pelat tersebut adalah suatu
fluida.
Fluida yang langsung bersentuhan dengan suatu batas benda padat
mempunyai kecepatan yang sama dengan batas itu, yakni batas tidak
terjadi slip. Dari berbagai percobaan yang tak terhitung jumlahnya .
didapatkan kesimpulan seperti berikut ini. Fluida di dalam luas abcd
mengalir menuju posisi yang baru ab’c’d, setiap partikel fluida mengalir
sejajar terhadap pelat dan kecepatan, u berubah secara seragam dari nol
pada pelat yang diam (stationer) sampai U pada pelat atas. Dengan kata
lain, hal ini menunjukkan bahwa jika besaran lain dibiarkan konstan, F
berbanding lurus dengan A serta dengan U dan t berbanding terbalik.
Didapat persamaan :
5
F = µ AU
t
µ merupakan faktor kesebandingan dan pengaruh fluida yang
bersangkutan. Ketika tegangan geser 𝞃 = F/A maka
𝞃 = µ Ut
U/t merupakan kecepatan sudut garis ab, atau laju perubahan bentuk sudut
fluida, yaitu laju berkurangnya sudut bad. Kecepatan sudut tersebut dapat
ditulis dengan du/dy, karena baik U/t atau du/dy menyatakan perubahan
kecepatan dibagi dengan jarak sepanjang mana situasi dimana kecepatan
sudut serta tegangan geser berubah dengan y. Gradien kecepatan du/dy
juga dapat dibayangkan sebagai laju sebuah lapisan yang bergerak relatif
terhadap lapisan yang berdekatan. Dalam bentuk diferensial,
𝞃 = µ dudy
Persamaan diatas menunjukkan hubungan antara tegangan geser dan laju
perubahan-bentuk sudut untuk aliran fluida satu dimensi. Faktor
kesebandingan µ disebut viskositas fluida, dan menunjukan hukum
viskositas Newton.
Fluida diklasifikasikan menjadi dua, yaitu fluida Newton dan
fluida bukan Newton. Fluida Newton mempunyai hubungan linier antara
besarnya tegangan geser yang diterapkan dan laju perubahan bentuk yang
diakibatkan µ yang konstan. Ditunjukan oleh diagram dibawah ini
6
Sedangkan, fluida bukan Newton berlaku sebaliknya. Plastic ideal
mempunyai tegangan serah tertentu dan hubungan linier konstan antara 𝞃 dan du/dy. Suatu zat tiksotropik mempunyai viskositas yang tergantung
pada perubahan-perubahan bentuk sudut zat langsung sebelumnya dan
mempunyai kecenderungan untuk mengental bila tidak bergerak. Gas dan
cairan encer cenderung bersifat fluida Newton, sedangkan hidrokarbon
berantai panjang yang kental bersifat fluida bukan Newton.
2.2 Satuan Gaya, Massa, Panjang dan Waktu
Bidang-bidang ilmu klasik merupakan cakupan dari mekanika
fluida, seperti hidrodinamika, dinamika gas, dan hidrolika. Ilmu mekanika
fluida merupakan satu kesatuan dengan thermodinamika.
Dalam Sistem Internasional (SI) satuan gaya yang banyak
digunakan yaitu Newton (N), kilogram (kg), meter (m), sekon atau detik
(s). Dengan satuan kilogram, meter, da sekon yang didefinisikan, untuk
memenuhi secara tepat hukum newton kedua. Hukum Newton kedua
menyatakan bahwa gayasebanding dengan laju perubahan momentum,
atau dapat dituliskan F = ma, dengan m adalah massa dan a percepatan.
Sebuah sistem satuan dikatakan koheren apabila satuan gaya di dalamnya
menghasilkan sebuah satuan percepatan dari sebuah massa. Berikut
beberapa contoh satuan yang koheren
7
System International (SI) yang telah digunakan hampir diseluruh
bagian negara di dunia. Sedangkan, Satuan Inggris teknik (tecnical English
System) telah lama digunakan oleh Amerika Serikat. Entah itu untuk
perekayasaan profesional ataupun dalam pemakaian sehari-hari. Dalam
satuan Inggris terdapat beberapa satuan seperti pound (lb), massa pound (
lbm), foot (ft), dan sekon (s). Dengan satuan-satuan yang tak konsisten
diperlukan faktor kesebandingan dalam hukum Newton yang kedua, dapat
dituliskan sebagai berikut
F = mgo
a
Sehingga dalam satu gaya yang bekerja dalam satu pound massa
pada gravitasi standar di ruanghampa dapat dirumuskan
1 lb = 1lbm
go 32, 174
ft
s2
Maka didapat
go = 32,174 lbm . ft/lb. s2
Berikut merupakan tabel yang lazim digunakan berdasarkan nilai go
8
Selain itu, terdapat beberapa dimensi-dimensi turunan dalam mekanika
fluida seperti yang tergambar di tabel dibawah ini
2.3 Viskositas
Viskositas menerangkan tentang ketahanan suatu fluida terhadap
deformasi atau perubahan bentuk. Dalam hukun viskositas Newton
menyatakan bahwa dalam laju perubahan fluida membentuk sudut fluida
yang mengakibatkan tegangan geser berbanding lurus dengan viskositas.
Pada viskositas gas ketika suhu meningkat maka viskositas cairan
akan bekurang. Hal ini disebabkan oleh tahanan tegangan geser tergantung
pada kohesi dan laju perpindahan molekularnya. Pada fase cair molekul
cenderung lebih padat sehingga sewaktu suhu cairan meningkat, kohesi
dan viskositasnya akan menurun. Viskositas pada zat cair dihasilkan dari
gaya kohesi antar molekul zat cair sedangkan pada gas viskositas didapat
dari tumbukan antar molekul zat.
Tegangan geser semu pada fluida cair diakibatkan dari perpindahan
molekul yang hilir mudik melewati suatu permukaan khayal dengan salah
satu lapisan yang bergerak relatif terhadap lapisan yang berdekatan, dari
sini timbul tegangan geser dari satu sisi ke sisi lain sehingga memberikan
tahanan terhadap gerakan relatif serta cenderung menyamakan dengan
lapisan yang berdekatan yang dilambangkan dengan du/dy.
Ketika molekular dalam bentuk gas meningkat dengan suhu, dan
kohesipun ikut meningkat sehingga ini dikatakan sebagai tegangan geser
semu pada gas. Viskositas berubah tidak hanya bergantung pada tekanan.
9
Karena untuk tekanan yang besar gas dan cairan tidak menentu terhadap
tekanan. Viskositas berubah hanya karena ada pengaruh dari suhu.
Saat du/dy di angka 0 pada suatu fluida dikarenakan fluida yang tidak
bergerak. Disini tidak ada lapisan yang relatif berdekatan maka tidak akan
timbul gaya-gaya geser semu pada viskositasnya. Dalam statika fluida,
saat fuida dalam keadaan statik dan tegangannya normal gaya didalam
fluida adalah bebas sehingga yang bekerja adalah gaya gravitasi dan gaya
permukaan normal saja.
Penyelesaian viskositas Newton viskositas dilambangkan dengan µ :
Dengan dimensi- dimensi F, L, T untuk gaya, panjang,dan waktu :
Dalam SI satuan viskositas adalah N . s /m2atau
Viskositas Kinematik
Viskositas kinematik merupakan acuan pembanding antara
viskositas terhadap kerapatan massa. Yang dilabangkan dengan :
v=µρ
Dalam satua SI viskositas kinemik adalah 1 cm2/¿s . Untuk
mengubah v menjadi µ dalam SI adalah dengan mengalikan v dengan
kerapatan massa dalam kilogram per meter kibik.
Berikut merupakan tabel dari kekentalan dan kekentalan kinematik
delapan fluida dalam suhu 200 dan tekanan 1 atm.
10
Kg/m.s
2.4 Kontinuum
Molekul dalam suatu zat pasti mempunyai jarak yang berbeda
beda. Tetapi yang harus diketahui yaitu bahwa jarak antarmolekul itu
sangat besar jika dibandingkan garis tengah molekul itu sendiri. Molekul-
molekul tersebut tidak dapat diam melainkan selalu bergerak secara bebas.
Sehingga didapat kesimpulan bahwa kerapatan bukanlah massa per satuan
volume, karena molekul-molekul yang menempati volume selalu berubah.
Gambar dibawah ini menunjukkan grafik antara kerapatan yang
dihitung dari massa molekul dm dalam satuan volume dV dan besarnya
satuan volume itu.
11
Seperti yang ditunjukkan gambar diatas, fluida semacam ini disebut
kontinum(continuum), yang artinya tidak lain bahwa perubahan sifat-
sifatnya sedemikian rupa berangsur sehingga kalkulus differensial dapat
dipakai untuk menganalisa bahan tersebut.
Pada aliran fluida yang disebut kontinuum adalah pada waktu
molekular yang nyata digantikan dengan medium hipotetik yang kontinu.
Pada saat kecepatan sama dengan nol pada suatu ruang maka titik ruang
adalah tidak tentu kecuali pada waktu suatu molekul menempati titik
tertentu dan kecepatan molekulnya bukan kecepatan massa rata-rata
partikel kawasan ini. Untuk menghindari hal ini adalah dengan
memandang suatu titik sebagai kecepatan rata-rata semua molekul yang
menghalangi titik ini.
Dalam suatu gas seperti atmosfir. Perbandingan jarak bebas rata-
rata gas terhadap panjang karakteristik suatu benda digunakan untuk
membedakan uatu jenis aliran dan disebut dinamika gas. Nilai
perbandingan tersebut sangat kecil sekali. Sedangakan aliran molekul
bebas mempunyai nilai perbandingan yang besar.
2.5 Kerapatan, Volume Jenis, Berat Jenis, Gravitasi Jenis, Tekanan
Kerapatan (density) ρ suatu zat adalah suatu ukuran untuk
konsentrasi zat tersebut dan dinyatakan dalam massa per satuan volume;
sifat ini dilakukan dengan cara menghitung nisbah (ratio) massa zat yang
terkandung dalam suatu bagian tertentu terhadap volume bagian tersebut.
Bagian ini tidak boleh terlalu kecil tetapi juga tidak boleh terlalu besar
sehingga kerapatan subbagian-subbagian di dalamnya tidak terlalu
bervariasi. Contohnya saja, di sekitar moncong sebuah rudal kecepatan
tinggi, konsentrasi zat di suatu bagian yang terpisah kurang dari 1 cm
dengan bagian di sebelahnya mungkin berbeda sampai sepuluh kali lipat.
Oleh sebab itulah bagian atau daerah yang kerapatannya hendak diukur
tidak boleh terlalu besar. Namun kalau terlalu kecil , jumlah molekul di
daerah sama dalam waktu yang berbeda mungkin tidak sama.
12
Ketika volume δv yang mengandung suatu massa fluida m ᵞ
Dikurangi ukurannya sampai sekitar titik P, maka nisbah mencapai suatu
harga batas. Jika volume terus diperkecil , molekulernya segera tampak
dan volume tersebut mungkin memiliki total massa molekul yang berbeda
pada saat-saat yang berlainan. Jadi,
ρ ¿ limδv → δ v '
❑ δmδv
bagi air pada tekanan standar (70 mm Hg) dan 4 C (39,2 F) , ρ = 1,94 slug/
ft3, atau 1000 kg/ m3.
Volume jenis v adalah volume yang ditempati oleh sebuah satuan
massa zat. Untuk itu volume jenis merupakan kebalikan dari kerapatan:
V = 1/ρ
Berat jenis ᵞ adalah gravitasi terhadap massa yang terkandung dalam
sebuah satuan volume zat. Jadi
ᵞ = ρg
Untuk air dengan kerapatan 1000 kg/m3 dan percepatan gravitasi g=9.81
m/s2, berat jenisnya adalah ᵞ = (1000 kg/m3) (9.81 m/s2)= 9810 N/m3
Gambar di bawah ini menunjukan keterangan fluida di sebuah titik.
Sebetulnya berat jenis bukanlah sifat fluida yang sesungguhnya,
karena sifat itu bergantung pada harga percepatan gravitasi lokal. Namun,
gaya hidrostatik yang bekerja terhadap fluida bergantung pada gravitasi
13
sehingga orang terbiasa menggunakan berat jenis dalam perhitungan-
perhitungan yang melibatkan gaya tersebut.
Gravitasi jenis s adalah sifat yang digunakan untuk
memperbandingkan kerapatan suatu zat dengan kerapatan air. Biasanya
gravitasi jenis digunakan untuk menghubungkan gas terhadap udara
standar serta zat cair terhadap air.Karena kerapatan semua zat cair
bergantung pada temperatur serta tekanan, maka temperatur zat cair
dipertanyakan, serta temperatur air yang dijadikan acuan , harus
dinyatakan untuk mendapatkan harga-harga gravitasi jenis yang tepat:
S = ρ
ρ w
Harga-harga kerapatan atau gravitasi jenis zat cair dapat dicari dalam
sejumlah acuan.
Gaya normal yang mendorong suatu bidang datar dibagi dengan
luas bidang tersebut adalah tekanan rata-rata. Tekanan di suatu titik ialah
perbandingan gaya normal terhadap luas bidang bila luas tersebut
mendekati nilai kecil yang melingkupi titik itu. Jika suatu fluida
melakukan tekanan terhadap dinding suatu bejana , maka bejana tersebut
akan melakukan reaksi terhadap fluida itu yang akan bersifat kompresif
( memampatkan). Cairan dapat menahan tekanan kompresi yang sangat
tinggi, tetapi jika tidak sangat murni maka ciran sangat lemah terhadap
tarikan . karena itulahmaka tekanan mutlak yang digunakan dalam buku
ini tidak pernah negatif, karena tekanan mutlak yang negatif berarti bahwa
fluida mengalami tegangan tarik. Tekanan mempunyai satuan gaya per
luas yang dapat berbentuk newton per meter persegi , yang disebut pascal,
atau pound per foot, tekanan juga dapat dinyyatakan dengan tinggi
ekuivalen h suatu kolom fluida, p= ᵞ h.
2.6 Gas Sempurna
Dalam pembahasan ini , hubungan-hubungan thermodinamika dan
kasus-kasus aliran fluida mampu-mampat pada umumya terbatas pada gas
sempurna. Gas sempurna dideinisikan dalam sebagai berikut.
Gas ideal (perfect gas) adalah gas yang memenuhi persamaan keadaan
14
pv = RT atau p = ρ RT
dengan R tetapan untuk gas tertentu yang tidak bergantung pada tekanan
serta temperatur, p tekanan mutlak, T temperatur mutlak, v volume jenis,
dan ρ kerapatan. Kebanyakan penerapan dalam rekayasa, sudah cukup bila
diandaikan bahwa kebanyakan gas mempunyai perilaku yang memenuhi
persamaan gas ideal. [istilah “gas ideal” (perfect gas) jangan dikacaukan
dengan “fluida ideal”. Gas ideal adalah gas yang memenuhi persamaan
diatas, sedangkan fluida ideal adalah fluida yang tidak viskous]. Harga
tetapan gas dalam sejumlah gas disajikan dalam tabel dibawah ini.
Panas jenis c p suatu gas adalah jumlah satuan panas yang
ditambahkan per massa satuan untuk menaikan suhu per satu derajat bila
tekanan dipertahankan konstan. didefinisikan sebagai
c p=[∂ h∂ T
]❑p
Panas jenis cv suattu gas adalah jumlah satuan panas yang ditambahkan
(dicatukan) per massa satuan untuk menaikan suhu gas satu derajat bila
volumenya dipertahankan konstan.
cv=[∂ u∂ T
]❑v
atau perubahan energi dalam terhadap temperatur pada volume konstan .
untuk sebuah gas ideal , adalah fungsi temperatur,
15
du= cv dT
dan bila konstan ,
u2-u1= cv(T 2-T 1)
Setiap proses satu lintasan antara keadaan 1 dan 2 , perubahan energi
dalam per satuan massa sama dengan kali perubahan temperatur .
demikian pula, dh= dT bila konstan
untuk setiap proses atau lintasan antara keadaan 1 dan 2 perubahan
entalpi per satuan massa sama dengan cvkali perubahan temperatur.
Demikian pula, dh = c pdT dan bila cv konstan,
h2-h1= c p(T 2-T 1)
Jadi , untuk setiap proses arus lintasan antara keadaan 1 dan 2 . perubahan
entalpi per satuan massa sama dengan c p kali perubahan temperatur.
dari definisi entalpi kita dapat membuktikan bahwa , untuk gas ideal
c p-cv= R
Dimana semua besaran harus dalam satuan mekanik atau dalam satuan
termal . jika dipakai satuan slug maka c p,cv dan R adalah 32,174 kali lebih
besar daripada apabila dipergunakan satuan pound massa.
2.7 Modulus Elastisitas Curahan
Cairan memang dianggap tidak mampu memampat. Namun dalam
suatu situasi perubahan tekanan yang sangat besar, kemampuan mampatan
cairan menjadi penting. Kemampuan mampatan cairan dinyatakan dalam
modulus elastisitas curahan K. Jika tekanan satu volume satuan cairan
dinaikkan dengan dp, maka hal tersebut menyebabkan pengurangan
volume –dV.
Modulus elastisitas curahan = perbandingan –dp/dV
K= −dpdV /V dV/V tanpa dimensi K dinyatakan dalam
satuan p
2.8 Tekanan Uap
16
Suatu cairan dikatakan menguap jika cairan tersebut melepaskan
molekul-molekul penyusun dari permukaannya. Uap cairan (molekul-
molekul uap) yang berada di dalam ruang melakukan tekanan sebagian
(tekanan Parsial), peristiwa ini disebut Tekanan Uap. Molekul uap tersebut
dapat mengembun (terkondensasi). Jumlah molekul yang menguap akan
sama dengan jumlah molekul yang terkondensasi, terjadi keseimbangan ini
dapat terjadi jika berapa pada ruang tertutup. Aktivitas molekular sangat
berpengaruh pada peristiwa tersebut, ini merupakan fungsi suhu. Oleh
karena itu suhu dan peningkatan suhu sangat berpengaruh pada tekanan
uap suatu fluida. Pendidihan pun dapat terjadi apabila tekanan uap sama
dengan tekanan di atas cairan. Tekanan uap suatu cairan dapat berbeda-
beda pada suhu yang sama. Contoh:air mempunyai tekanan uap 2,447kPa
pada suhu 20OC sedangkan air raksa mempunyai tekanan uap 0,173 Pa.
Terdapat juga peristiwa Kavitasi, yaitu peristiwa yang terjadi
karena terdapat daerah-daerah yang memiliki tekanan rendah pada system,
dan tekanan tersebut sama atau bahkan lebih kecil dari tekanan uap
sehingga cairan akan menguap. Hal ini dapat membentuk suatu gelembung
yang cepat mengembang berpindah dari tempat semula memasuki daerah
bertekanan lebih besar dari tekanan uap, lalu gelembung tersebut akan
menyusut.
2.9 Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan pada hakikatnya adalah suatu proses yang
terjadi akibat perbedaan tarik menarik timbal balik antara molekul-molekul
zat cair dekat permukaan dan molekul-molekul yang terletak agak lebih
jauh dari permukaan dalam massa zat cair yang sama. Tegangan
permukaan air berubah dari kurang-lebih 0,074 N/m pada 200C sampai
0,059 N/m pada 1000.
Berikut tabel yang menunjukkan sifat dari hal tersebut dalam
atmosfer standart.
17
Pada umumnya, tegangan permukaan mengecil dengan
menurunnya suhu dan nilainya nol pada titik kritis.
Apabila suatu permukaan melengkung, kesetimbangan mekanika
menunjukkan bahwa ada perbedaan tekanan pada permukaan tersebut, dan
tekanannya lebih tinggi di pihak yang cekung. Seperti yang dilukiskan
pada gambar dibawah ini.
Pada gambar a meningkatnya tekanan di bagian dalam suatu silinder zat
cair diimbangi oleh dua gaya tegangan muka. Sedangkan pada gambar b
bertambahnya tekanan di bagian dalam suatu tetes yang bulat
mengimbangi suatu cincin gaya tegangan muka
Pentingnya efek permukaan lainnya yaitu pada sudut kontak θ yang
terjadi apabila permukaan zat cair berpotongan dengan permukaan zat
padat seperti gambar di bawah ini.
18
Kesetimbangan gaya dalam hal ini akan menyangkut ϒ dan θ. Jika sudut
kontak tersebut kurang dari 900 maka zat cair itu akan membasahi
permukaan zat padat tersebut, dan apabila sudut kontak tersebut lebih dari
900 maka zat cair itu tidak membasahi permukaan zat padat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, maka dapat didapatkan kesimpulan.
Maka, zalir (zat alir) atau yang sering disebut fluida merupakan subtansi
atau zat yang berubah bentuk secara terus menerus dikarenakan adanya
gaya geser. Gaya geser yang dialami, fluida tidak dapat menahannya
sehingga seberapa besarpun gaya geser yang dialami akan mengubah
bentuk zat. Perubahan yang terjadi tergantung dari gaya geser yang
dialami.
Sistem satuan senantiasa berbeda-beda dari satu negara ke negara
lain. Tetapi dari kesepakan yang telah dibuat, hampir semua negara di
dunia menggunakan satuan System International (SI). Meskipun demikian
ada juga negara yang menggunakan sistem satuan british yaitu Amerika
Serikat dan keraaan Inggris.
Fluida juga memiliki sifat-sifat yang sangat umum seperti dibawah
ini :
Viskositas menerangkan tentang kekentalan suatu fluida dan yang
mendasari terhadap tegangan geser yang menyebabkan besar kecilnya
19
gesekan dalam fluida. Viskositas kinematik merupakan acuan pembanding
antara viskositas terhadap kerapatan massa.
Kontinuum adalah pada waktu molekular yang nyata digantikan
dengan medium hipotetik yang kontinu. Pada saat kecepatan sama dengan
nol pada suatu ruang maka titik ruang adalah tidak tentu kecuali pada
waktu suatu melekul menempati titik tertentu dan kecepatan molekulnya
bukan kecepatan massa rata-rata partikel kawasan ini. Untuk menghindari
hal ini adalah dengan memandang suatu titik sebagai kecepatan rata-rata
semua molekulyang menghalangi titik ini.
Kerapatan (density) ρ suatu zat adalah suatu ukuran untuk
konsentrasi zat. Volume jenis v adalah volume yang ditempati oleh sebuah
satuan massa zat dan karena itu merupakan kebalikan dari kerapatan. Berat
jenis ᵞ adalah gaa grafitasi terhadap massa ang terkandung dalam sebuah
satuan volume zat. Gravitasi jenis s adalah sifat yang digunakan untuk
memperbandingkan kerapatan suatu zat dengan kerapatan air.
Gas ideal (perfect gas) adalah gas yang memenuhi persamaan
keadaan
pv = RT atau p = ρ RT
dengan R tetapan untuk gas tertentu yang tidak bergantung pada tekanan
serta temperatur, p tekanan mutlak, T temperatur mutlak, v volume jenis,
dan ρ kerapatan. Untuk kebanyakan penerapan dalam rekayasa , sudah
cukup bila diandaikan bahwa kebanyakan gas mempunyai perilaku ang
memenuhi persamaan gas ideal.
Cairan memang dianggap tidak mampu memampat. Namun dalam
suatu situasi perubahan tekanan yang sangat besar, kemampuan mampatan
cairan menjadi penting. Kemampuan mampatan cairan dinyatakan dalam
modulus elastisitas curahan
Suatu cairan dikatakan menguap jika cairan tersebut melepaskan
molekul-molekul penyusun dari permukaannya. Uap cairan (molekul-
20
molekul uap) yang berada di dalam ruang melakukan tekanan sebagian
(tekanan Parsial), peristiwa ini disebut Tekanan Uap.
Tegangan permukaan pada hakikatnya adalah suatu proses yang
terjadi akibat perbedaan tarik menarik timbal balik antara molekul-
molekul zat cair dekat permukaan dan molekul-molekulyang terletak agak
lebih jauh dari permukaan dalam massa zat cair yang sama.
3.2 Saran
Dalam penyusunan serta pastilah tidak terlepas dari kesalahan dan
ketidaksempurnaan yang terjadi. Untuk itu kami sebagai penulis sangat
mengharapkan saran dari pembaca untuk perbaikan dari makalah yang
telah kami susun.
Daftar Pustaka
Olson, Reuben M dan Steven J. Wright. 1993. Dasar-Dasar Mekanika
Fluida Teknik edisi kelima.Jakarta : Gramedia
Streeter, Victor L dan E. Benjamin Wylie. 1990. Mekanika Fluida edisi
kedelapan Jilid 1.Jakarta.. Erlangga
White, Frank M. 1988. Mekanika Fluida edisi kedua Jilid I. Jakarta :
Erlangga
21