bab i - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/renstra_ditjen_pphp_2010-2014.pdf · 5....

115

Upload: truongdieu

Post on 25-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing
Page 2: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing
Page 3: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing
Page 4: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing
Page 5: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

KATA PENGANTAR

ertama-tama kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha

Kuasa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Rencana Strategis

(RENSTRA) Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Pertanian 2010 – 2014 versi Revisi dapat disusun. Renstra ini merupakan

panduan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Pengolahan

dan Pemasaran Hasil Pertanian untuk 5 (lima) tahun ke depan, yang disusun

antara lain berdasarkan hasil evaluasi lima tahun sebelumnya. Selain itu,

Renstra ini juga disusun dengan berpedoman pada RPJMN 2010-2014, serta

mempertimbangkan berbagai keadaan, terutama menyangkut keunggulan,

peluang, kendala dan tantangan.

Revisi Renstra ini merupakan penyempurnaan dan penyesuaian terhadap

perubahan struktur organisasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Pertanian di akhir tahun 2010. Diharapkan, Renstra ini menjadi satu

kesatuan yang utuh dari proses perencanaan pembangunan pengolahan dan

pemasaran hasil pertanian mulai di tingkat Direktorat Jenderal, hingga pada

jajaran pemerintahan daerah. Dengan demikian, visi Pembangunan Pengolahan

dan Pemasaran Hasil Pertanian 2010-2014 yaitu ” Menjadi institusi yang peduli

dan memiliki komitmen tinggi untuk mewujudkan masyarakat pertanian

sejahtera, handal dan berdaya saing di bidang pengolahan dan pemasaran hasil

pertanian melalui penyelenggaraan birokrasi yang profesional dan berintegritas ”

dapat direalisasikan dalam lima tahun ke depan.

Semoga Tuhan YME senantiasa memberikan petunjuk dalam

mewujudkan visi, misi serta pencapaian sasaran yang ditetapkan di dalam

Renstra ini.

Jakarta, Agustus 2011

Direktur Jenderal Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian,

Dr. Ir. Zaenal Bachruddin, MSc.

NIP. 19520428 197803 01 001.

P

Page 6: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ..................................................................................

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1.2. Kondisi Umum Pembangunan PPHP Tahun 2005-2009 ............... 1.3. Potensi, Permasalahan dan Tantangan ........................................

II. VISI, MISI DAN TUJUAN ......................................................................

2.1. Visi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .......................................................................................

2.2. Misi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .......................................................................................

2.3. Tujuan .......................................................................................... 2.4. Target Utama dan Sasaran Strategis ..........................................

III. STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN .......................................................

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional (Penugasan RPJM 2010-2014) ............................................................................................

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Pertanian .................. 3.3. Kebijakan dan Strategi Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Pertanian 3.4. Program dan Kegiatan Pembangunan Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian

IV. PENUTUP ..............................................................................................

Page 7: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

DAFTAR LAMPIRAN

1. Matrik Program dan Kegiatan Prioritas Direktorat Jenderal Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian

2. Matriks Indikator Kinerja Utama (IKU)

3. Matrik Rencana Strategis (RS)

4. Rancangan Pengembangan Industri Hilir Pertanian

5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai

Tambah, Daya Saing dan Ekspor Produk

6. Tugas Pokok Fungsi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Pertanian

Page 8: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang nyata dalam

perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, menyediakan

lapangan kerja, dan menyeimbangkan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Sebagai sektor ekonomi, pertanian mempunyai fungsi yaitu: menghasilkan

bahan pangan, pakan, agroindustri dan bioenergi; meningkatkan kapabilitas

petani dan keluarganya; menghasilkan devisa, pembentukan Produk Domestik

Bruto (PDB) pertanian, serta membantu menjaga keseimbangan lingkungan

dengan praktek usahatani yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Direktorat

Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (Ditjen PPHP) sebagai

salah satu unit kerja eselon I di bawah Kementerian Pertanian juga telah

memberikan sumbangannya melalui kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil

pertanian antara lain peningkatan rendemen hasil pertanian, perbaikan mutu dan

standarisasi produk pertanian, pengembangan jaringan dan akses pemasaran,

stabilisasi harga dan pasokan, serta peningkatan ekspor dan pengendalian

impor hasil pertanian. Sesuai PP No. 17 tahun 1986, Ditjen PPHP mengemban

salah satu tugas Kementerian Pertanian yakni merumuskan serta melaksanakan

kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pengolahan dan pemasaran hasil

pertanian.

Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian ini merupakan dokumen perencanaan yang

berisikan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan

Ditjen PPHP yang akan dilaksanakan selama lima tahun ke depan (2010-2014).

Dokumen ini disusun berdasarkan analisis strategis atas potensi, peluang,

tantangan dan permasalahan termasuk isu strategis terkini yang dihadapi dalam

pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian selama lima tahun ke

depan. Dokumen Renstra ini sebagai acuan dan arahan bagi jajaran birokrasi di

Ditjen PPHP sendiri, pengelola kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil

pertanian di daerah dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan

pengolahan dan pemasaran hasil pertanian tahun 2010-2014 secara

menyeluruh, terintegrasi, efisien dan bersinergi.

Page 9: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 2

Reformasi perencanaan dan penganggaran tahun 2010-2014

mengharuskan Kementerian/Lembaga dan unit-unit kerja di dalamnya untuk

merestrukturisasi program dan kegiatan dalam kerangka performance based

budgeting. Untuk itu, dokumen ini dilengkapi dengan indikator kinerja sehingga

akuntabilitas pelaksana beserta organisasinya dapat dievaluasi selama periode

tahun 2010-2014.

1.2. KONDISI UMUM PEMBANGUNAN PPHP TAHUN 2005-2009

Pada era Kabinet Indonesia Bersatu tahun 2005-2009, pertanian telah

memperlihatkan berbagai capaian pembangunan yang cukup menggembirakan.

Dalam kurun waktu tersebut, krisis pangan menjadi salah satu dampak yang

sangat dikhawatirkan oleh banyak negara selama krisis ekonomi dunia.

Indonesia mampu terhindar dari krisis pangan tersebut bahkan berhasil

berswasembada beras. Ini semua merupakan hasil kerja keras para petani,

penyuluh dan pelaku usaha di bidang pertanian bersama dengan pemerintah

pusat dan daerah. Sumbangan Ditjen PPHP dalam capaian pembangunan

pertanian khususnya ketahanan pangan adalah menurunnya tingkat kehilangan

hasil (losses) yang cukup signifikan khususnya dalam penanganan pasca panen

padi dari 20,51 % pada tahun 1998 menjadi 10,82 % pada tahun 2008 (BPS,

2008). Hasil tersebut diyakini merupakan dampak dari fasilitasi peralatan pasca

panen hasil pertanian terutama padi yang diberikan dalam kurun waktu tahun

2006 - 2008. Untuk komoditas non padi (jagung, kedelai, hasil perkebunan,

hortikultura) diyakini juga terjadi penurunan kehilangan hasil yang cukup

signifikan meskipun tidak diukur sebagaimana halnya padi mengingat fasilitasi

peralatan penanganan pasca panen dan pengolahan juga diberikan untuk

komoditas-komoditas tersebut.

Secara keseluruhan kondisi pembangunan PPHP tahun 2005-2009

adalah sebagai berikut:

1.2.1. Pasca Panen

Pasca panen hasil pertanian adalah semua kegiatan yang dilakukan sejak

proses pemanenan hasil pertanian sampai dengan proses yang menghasilkan

produk setengah jadi (produk antara/ intermediate). Kegiatan pasca panen

meliputi panen, pengumpulan, perontokan/ pemipilan/ pengupasan, pencucian,

penyortiran, pengkelasan (grading), pengangkutan, pengeringan (drying),

penggilingan dan atau penepungan, pengemasan dan penyimpanan.

Page 10: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 3

Kondisi penanganan pasca panen komoditas pertanian sampai tahun

2009 adalah sebagai berikut:

Tanaman Pangan; untuk komoditas tanaman pangan telah terjadi penurunan

kehilangan hasil padi yang cukup signifikan sebagaimana telah disebut

terdahulu. Untuk komoditi jagung selain penurunan losses juga terjadi

peningkatan kualitas (penurunan kadar aflatoxin) dengan tersedianya fasilitasi

sarana pemipilan, pengeringan dan penyimpanan (corn sheller, lantai jemur,

drier dan silo) khususnya di kabupaten sentra jagung. Untuk kedele dan ubikayu

juga telah difasilitasi dengan peralatan pasca panen.

Fasilitasi pengembangan kelembagaan petani (tanaman pangan) telah

dilakukan dengan Pengembangan Kecamatan Pasca Panen. Pengembangan

Kecamatan Pasca Panen merupakan upaya strategis dalam rangka rekayasa

sosial dan teknologi penanganan pasca panen di daerah. Dalam periode 2005-

2009 telah dibentuk Kecamatan Pasca Panen di kabupaten-kabupaten sentra

padi.

Hortikultura; untuk komoditas hortikultura diperkirakan juga terjadi penurunan

losses dan perbaikan mutu karena adanya fasilitasi sarana penanganan pasca

panen dan pengolahan hasil hortikultura. Sarana dan peralatan yang diberikan

untuk itu seperti gudang penyimpan bawang merah, grading dan packaging unit

untuk buah dan sayuran serta peralatan pengolahan seperti vacuum drying,

vacuum sealer, vacuum frying, juicer, mesin pembungkus, alat press tutup gelas

plastik dll.

Perkebunan; tingkat kehilangan pasca panen produk perkebunan belum diukur

sebagaimana pada komoditas padi. Namun demikian dapat diperkirakan terjadi

penurunan kehilangan hasil dan perbaikan mutu hasil perkebunan karena

adanya fasilitasi/bantuan sarana penanganan pasca panen yang telah diberikan.

Pada kegiatan perbaikan mutu hasil perkebunan, permasalahan yang dihadapi

adalah bahwa petani masih melakukan usahanya secara individu, belum dalam

skala usaha yang lebih besar misalnya dalam suatu Gabungan Kelompok Tani

(Gapoktan) sehingga jumlah (volume) produk berkualitas baik yang dihasilkan

petani relatif masih sedikit atau belum memenuhi skala ekonomi. Akibat dari hal

tersebut pembeli sulit memberikan harga yang pantas untuk produk berkualitas

yang jumlahnya sedikit. Permasalahan tersebut terjadi pada komoditi

perkebunan seperti kopi, kakao, karet dan lada.

Page 11: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 4

Fasilitasi peralatan pasca panen hasil perkebunan yang pernah diberikan

pada periode 2005-2009 antara lain adalah alat pasca panen kakao, kopi,

karet, mete, minyak atsiri, gambir, dan alat pengolahan kelapa terpadu, kacang

mete, gula kelapa dan tebu. Bantuan peralatan yang diberikan kepada petani

(kelompok tani) tersebut masih banyak belum dimanfaatkan yang disebabkan

berbagai hal antara lain ketersediaan listrik yang tidak mencukupi, spesifikasi

alat yang kurang sesuai dengan kebutuhan setempat, kurangnya kemampuan

petani mengoperasikan dan merawat alat, serta kurangnya modal usaha

petani/kelompok tani untuk membeli bahan baku.

Peternakan; tingkat kehilangan pasca panen produk peternakan belum diukur

sebagaimana pada padi, namun diperkirakan terjadi penurunan kehilangan hasil

dan perbaikan mutu hasil peternakan karena adanya fasilitasi sarana

penanganan pasca panen yang telah diberikan. Dari tahun 2006 hingga tahun

2008, Ditjen PPHP Deptan telah melaksanakan kegiatan fasilitasi perbaikan/

penyempurnaan sarana RPH/TPH di 70 Kabupaten/Kota di 41 Provinsi dan

sarana RPU di 66 Kabupaten/Kota di 33 Provinsi (lihat tabel berikut).

Selanjutnya mulai tahun 2009 kegiatan pengembangan dan pembangunan RPH

dan RPU diserahkan ke Ditjen Peternakan. Kegiatan Pengembangan

Pengolahan Pakan Skala Kecil (P3SK) yang bertujuan meningkatkan

kemampuan kemandirian peternak dalam penyediaan pakan bagi ternaknya

baru dimulai pada tahun 2007. Kegiatan yang telah dilakukan adalah fasilitasi

pengadaan Sarana P3SK di 14 Kabupaten/Kota di 8 Provinsi. Sedangkan pada

TA 2008 telah disebarkan Sarana P3SK di 40 Kabupaten/Kota di 25 Provinsi.

1.2.2. Pengolahan Hasil Pertanian

Pada masa awal pembangunan pertanian, masalah utama yang dihadapi

adalah kesulitan dan kekurangan produksi serta penawaran komoditas-

komoditas pertanian. Dalam kondisi tersebut, prioritas pembangunan pertanian

diarahkan kepada peningkatan produksi dan pemenuhan serta pencapaian

kecukupan bahan pangan terutama beras. Namun, peningkatan produksi saja

ternyata sulit untuk meningkatkan kesejahteraan petani di pedesaan. Oleh

karena itu, sejak tahun 1994 paradigma pembangunan pertanian mengalami

perubahan dari pendekatan produksi menjadi pembangunan pertanian

berorientasi agribisnis.

Page 12: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 5

Permasalahan mendasar bangsa ternyata sebagian besar berada pada

petani dan masyarakat perdesaan yaitu kemiskinan, keterbelakangan,

ketidakberdayaan dan pengangguran. Karenanya, tawaran untuk pemecahan

masalah mendasar bangsa tersebut yaitu dengan mengupayakan profit center

berada pada petani. Prinsip tersebut seyogyanya merupakan paradigma

pembangunan pertanian pada saat ini dan di masa depan yang harus dicermati

dan menjadi acuan operasional bagi seluruh pemangku kepentingan.

Pembangunan agribisnis selama ini belum sepenuhnya menempatkan

profit center pada petani. Petani hanya menerima bagian terkecil dari suatu

sistem usaha agribisnis. Karena itu, salah satu implementasi sistem tersebut

adalah mengembangkan Agroindustri Perdesaan dengan pendekatan

paradigma baru seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Bidang-bidang

agroindustri meliputi industri yang terintegrasi dengan usaha budidaya pertanian

termasuk pemanfaatan limbah/produk sampingan pertanian, industri primer, dan

industri yang dilakukan oleh petani di perdesaan.

Sampai saat ini komoditas ekspor hasil pertanian masih didominasi

produk primer, walaupun ekspor komoditi olahan hasil pertanian sudah semakin

besar. Dengan mengekspor produk primer, maka nilai tambah yang terbesar

akan berada di luar negeri. Apabila Indonesia mampu mengekspor produk

olahannya maka nilai tambah terbesarnya akan berada di dalam negeri.

Dalam kerangka pengembangan agroindustri, maka pengembangan

agroindustri perdesaan merupakan pilihan strategis dalam meningkatkan

pendapatan dan sekaligus membuka lapangan pekerjaan. Selama ini

masyarakat perdesaan cenderung menjual produk dalam bentuk mentah

(primer), karena lokasi industri umumnya berada di daerah urban (semi-urban).

Akibatnya, nilai tambah produk pertanian lebih banyak mengalir ke daerah

urban, hal mana termasuk sebagai penyebab terjadinya urbanisasi.

Faktor-faktor internal yang dominan mempengaruhi kemampuan petani

dalam meningkatkan kesejahteraannya antara lain adalah masalah penguasaan

sumberdaya, terutama: (1). Sumberdaya alam, (2). Teknologi, khususnya

teknologi pasca panen dan pengolahan hasil, (3). Modal dan (4). Informasi,

khususnya informasi pasar, akses kepada teknologi dan modal. Sedangkan

faktor eksternal antara lain menyangkut: (1). System pembinaan, (2). Kebijakan

ekonomi makro, (3). Kebijakan khusus, seperti kebijakan perdagangan

Page 13: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 6

menyangkut komoditas tertentu, dan (4). Perubahan lingkungan strategis yang

potensial menjadi tantangan dan menimbulkan permasalahan bagi petani.

Dari permasalahan yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa peluang

petani di perdesaan untuk meningkatkan kesejahteraannya adalah melalui

peningkatan nilai tambah hasil pertaniannya. Hal ini dapat terlaksana apabila

petani di perdesaan dapat menguasai proses pengolahan dan pemasaran

komoditas yang diusahakan, atau penerapan sistem agribisnis secara utuh.

Untuk mengembangkan kegiatan pengolahan hasil pertanian yang terfokus

dan terintegrasi, maka pada tahun 2005 telah dibangun suatu model program

terpadu yang dinamakan Pengembangan Komoditas Strategis Nasional (PKSN)

antara lain pengembangan susu sapi, jeruk dan ubi kayu. Dalam

pelaksanaannya dilakukan kerjasama dengan institusi yang kompeten

diantaranya dengan perguruan tinggi dan dinas terkait.

Unit Pengolahan Hasil (UPH) adalah industri pengolahan hasil pertanian

skala kecil dan rumah tangga yang berbasis di perdesaan. Unit Pengolahan

Hasil (UPH) Pertanian merupakan program terobosan dalam mempercepat

penumbuhan pendapatan masyarakat petani dan peningkatan penyerapan

tenaga kerja. Sebagai program terobosan, UPH dikembangkan dengan

mengacu pada skala usaha yang ekonomis, sehingga fungsi pelayanan dapat

berkembang ke arah peningkatan kualitas, kuantitas dan kontinyuitas produksi

untuk memasok permintaan pasar.

Sejak tahun 2005 hingga tahun 2009 telah berhasil dikembangkan UPH

Tanaman Pangan sebanyak 51 UPH di 51 kabupaten, UPH Hortikultura

sebanyak 67 UPH, UPH Perkebunan sebanyak 40 UPH, dan UPH peternakan

sebanyak 90 UPH Pakan Ternak dan pengelolaan lingkungan (pengolahan

kompos dan biogas) sebanyak 2598 unit dengan komoditi unggulan kelapa sawit

(768 UPH), kelapa (kopra 7.188 UPH, minyak kelapa 1.200 UPH), karet (crumb

rubber 567 UPH, sheet 1.479 UPH, lateks pekat 69 UPH), kakao (841 UPH),

kopi (2.604 UPH), mete (82 UPH), tebu (207 UPH), dan teh (teh hijau 1.002

UPH, teh hitam 291 UPH).

Page 14: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 7

1.2.3. Mutu dan Standarisasi

Secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi pengembangan mutu

melalui penerapan jaminan mutu dalam sistem standarisasi pertanian yang telah

dilakukan sampai saat ini masih belum optimal. Pengembangan dan penerapan

sistem jaminan mutu serta sistem standarisasi di sektor pertanian

mengakibatkan kondisi usaha pertanian kurang tangguh sehingga kurang dapat

berkompetisi untuk menangkal tekanan yang terjadi baik dalam perdagangan

domestik maupun di kancah internasional. Hal ini diperkuat oleh system

perdagangan dalam negeri yang memberikan penghargaan produk bermutu dan

Standar Nasional Indonesia (SNI) bidang pertanian hingga tahun 2009

berjumlah 452 SNI terdiri dari standar produk segar dan olahan primer, standar

metoda pengujian benih, bibit, alat mesin pertanian dan sistem. Banyaknya

standar bidang pertanian tersebut merupakan modal dasar yang kuat untuk

mengembangkan sistem jaminan mutu kearah sistem jaminan mutu terpadu.

Standar tersebut dapat berfungsi sebagai pedoman dalam penentuan batas

kritis (critical point). Sistem jaminan mutu terpadu untuk pangan yang diakui

secara internasional adalah system HACCP (Hazzard Analysis Critical Control

Points). Sedangkan untuk non pangan adalah system mutu ISO 9000-2000 serta

system manajemen lainnya (ISO 17025, ISO 17020, ISO 17011, Pangan

Organik). Sistem Jaminan Mutu Terpadu menuntut penerapan Good Practices

yang meliputi Good Agriculture Practices (GAP), Good Handling Practices

(GHP), Good Manufacturing Practices (GMP), Good Distribution Practices

(GDP).

Jabatan fungsional pengawas mutu telah ditetapkan dan telah dilakukan

sosialisasi serta rekruitmen aparat fungsional pengawas mutu mulai tahun 2006.

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yang diberi

tugas sebagai Satuan Administrasi Pangkal (Satminkal) jabatan fungsional mutu

di tingkat pusat sampai tahun 2009 telah melatih dan meluluskan pengawas

mutu sebanyak 217 orang terdiri dari tenaga pengawas mutu trampil 68 orang

dan tenaga pengawas mutu ahli 149 orang. Idealnya jumlah pengawas mutu

diseluruh Indonesia adalah sebanyak 5.000 orang. Pengawas mutu mempunyai

tugas yang sangat strategis dalam mengamankan produk pertanian agar aman

dikonsumsi.

Page 15: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 8

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu

dan Gizi Pangan telah memberi kewenangan kepada Menteri Pertanian untuk

mengatur, membina dan/atau mengawasi kegiatan atau proses produksi pangan

dan peredaran pangan segar. Untuk melaksanakan kewenangan tersebut,

sesuai tugas pokok dan fungsinya maka Ditjen PPHP telah ditetapkan sebagai

otoritas yang berwenang menangani keamanan pangan produk segar pertanian

di Indonesia atau Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat (OKKP-P).

Sedangkan Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) adalah

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mempunyai tugas pokok dan

fungsi tersebut di atas (mengatur, membina dan/atau mengawasi kegiatan atau

proses produksi pangan dan peredaran pangan segar) yang ditetapkan oleh

Pimpinan Daerah (Gubernur). Selama ini, Ketua OKKPD yang ditunjuk oleh

Gubernur sebagian adalah Kepala Dinas Pertanian dan sebagian Kepala Badan

Ketahanan Pangan Propinsi. Sampai tahun 2009, perkembangan dalam

pembentukan dan aktivitas OKKPD di seluruh Indonesia (sampai dengan bulan

Juni 2009) adalah sebagai berikut:

1) Telah dilakukan Sosialisasi OKKPD di 33 propinsi.

2) Telah dibentuk 27 OKKPD dengan Keputusan Peraturan Gubernur.

3) Sudah diverifikasi 6 (Jateng, DIY, Jatim, Kalsel, Sulsel, dan Bangka

Belitung) OKKPD oleh OKKP –Pusat

4) Sudah ada 1 OKKPD yang melakukan sertifikasi (DIY).

Agar PP No. 28 tahun 2004 dapat dilaksanakan, maka OKKPD di semua

propinsi harus sudah terbentuk, diverifikasi dan melaksanakan tugas dan

fungsinya.

1.2.4. Pemasaran Domestik

1.2.4.1. Prasarana/Sarana Pasar dan Pengembangan Kawasan Hortikultura

Saat ini beberapa prasarana/sarana pasar seperti Terminal/Sub terminal

Agribisnis (TA/STA), Pasar Tani, Pasar Lelang, dan Pasar Ternak/Hewan telah

tumbuh dan berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat baik atas

inisiatif masyarakat maupun atas fasilitasi pemerintah (Kementerian Pertanian).

Namun hanya sebagian kecil (umumnya yang dibangun atas inisiatif

Page 16: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 9

masyarakat) yang sudah berfungsi dalam mendukung kelancaran pemasaran

komoditi pertanian. Prasarana/sarana pasar, sistem/jaringan informasi yang

dibangun, dan kebijakan stabilisasi pemasaran yang telah dilaksanakan adalah

sebagai berikut:

1) Sub Terminal dan Terminal Agribisnis (STA dan TA)

Pada akhir tahun 2009 sudah dibangun 58 STA dan 2 TA, tersebar di

beberapa kabupaten di hampir seluruh propinsi Indonesia, namun

demikian yang sudah berfungsi sebagai agen pasar (umumnya masih

terbatas transaksi jual-beli) komoditas pertanian baru sebanyak 25 STA

(41,66 %). Beberapa permasalahan mendasar yang mengakibatkan

belum berfungsinya prasaranan/sarana tersebut antara lain adalah lokasi

prasarana/sarana yang kurang strategis, SDM pengelola, kelembagaan

diantara pelaku usaha yang belum tumbuh/diberdayakan dalam

mendukung beroperasinya suatu sarana pasar secara efektif.

2) Pasar Tani

Pasar tani muncul atas prakarsa Ditjen PPHP yang melihat bahwa

pemasaran hasil pertanian yang ada saat ini belum menemukan sistem

pemasaran yang terbaik khususnya yang menguntungkan bagi petani.

Dalam sistem pemasaran yang ada, petani memiliki peluang yang rendah

dalam meraih pangsa pasar serta terdapat selisih harga yang besar

antara harga di tingkat petani dan yang dibayar konsumen. Pasar tani

merupakan sarana untuk mendekatkan petani (produsen) kepada pembeli

(konsumen). Dengan demikian keberadaan pasar tani diharapkan dapat

memperpendek rantai pemasaran dan menekan biaya-biaya transaksi

sehingga margin keuntungan petani bisa ditingkatkan. Pasar tani telah

diuji coba pertama kali di Kantor Pusat Kementerian Pertanian pada

tahun 2007 dan telah berjalan dengan baik hingga saat ini. Pada tahun

2007 juga telah dilakukan ujicoba pasar tani di kawasan Monas Jakarta

Pusat dan telah berjalan beberapa saat, namun kemudian berhenti

karena terhalang oleh masalah perijinan. Untuk tahun-tahun selanjutnya

diharapkan kegiatan ini dapat dikembangkan di daerah. Sampai dengan

tahun 2009 telah difasilitasi pembangunan pasar tani di 16 propinsi di 32

lokasi.

Page 17: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 10

3) Pasar Ternak dan Pasar Lelang

Keberadaan pasar ternak yang umumnya tumbuh dan berkembang atas

inisiatif masyarakat, kondisinya masih tradisional. Fasilitasi pemerintah

untuk perbaikannya masih sangat terbatas karena sumber dana yang

terbatas. Sementara itu pasar lelang komoditi pertanian yang diharapkan

dapat meningkatkan akses pasar petani juga belum tumbuh dan berperan

secara optimal seperti yang diharapkan karena pada umumnya yang

mendapat manfaat langsung hanyalah para pedagang pengumpul dan

pedagang besar, sedangkan petani produsen karena lemahnya

kelembagaan petani belum mampu memanfaatkannya. Sampai dengan

tahun 2009 telah difasilitasi sarana dan rehabilitasi pasar ternak di

kabupaten dan pasar lelang di kabupaten.

4) Kawasan Pengembangan Hortikultura

Di tengah kekhawatiran munculnya disinkronisasi pembangunan ekonomi

antar daerah akibat pelaksanaan undang-undang otonomi daerah maka

pembangunan agribisnis hortikultura yang dilakukan dengan pendekatan

kawasan yang melibatkan sentra produksi dan sentra pemasaran sebagai

basis kegiatan merupakan langkah strategis. Pendekatan kawasan

agribisnis sangat diperlukan untuk menghindari fluktuasi harga akibat

disinkronisasi produksi antara daerah sentra produksi yang selanjutnya

dapat memberikan dampak luas bagi perkembangan agribisnis daerah

yang bersangkutan.

Forum Kerjasama Kawasan Hortikultura adalah salah satu model

pengembangan agribisnis di bidang hortikultura yang berbasis kawasan

yang mencakup beberapa propinsi di Indonesia. Forum Kerjasama

Kawasan Hortikultura dibentuk berdasarkan potensi di masing-masing

kawasan, yaitu potensi sebagai kawasan sentra produsen maupun

sebagai sentra konsumen. Pendekatan kawasan agribisnis sangat

diperlukan untuk menghindari fluktuasi harga akibat disinkronisasi

produksi antara daerah sentra produksi yang selanjutnya dapat

memberikan dampak luas bagi perkembangan agribisnis daerah yang

bersangkutan. Forum Kerjasama Kawasan Agribisnis Hortikultura yang

telah terbentuk adalah: (1) Kawasan Agribisnis Hortikultura Sumatera

(KAHS) yang mencakup propinsi-propinsi di Pulau Sumatera kecuali

Page 18: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 11

Lampung; (2) Kawasan Agribisnis Hortikultura Krakatau yang mencakup

daerah/Propinsi DKI Jakarta, Lampung, Jawa Barat, Banten, dan

Kalimantan Barat; serta (3) Kawasan Agribisnis Hortikultura

Jabalsukanusa yang mencakup daerah/Propinsi Jawa Tengah, Jawa

Timur, DIY, Bali, Propinsi di pulau Kalimantan kecuali Kalimantan Barat,

Propinsi-Propinsi di Pulau Sulawesi dan Nusa Tenggara.

Untuk meningkatkan peran Forsama Kahorti, kawasan sentra dan pelaku

pemasaran perlu dibina secara terpadu dengan melibatkan semua pelaku

usaha agribisnis, sehingga mampu meningkatkan keunggulan komparatif

menjadi keunggulan kompetitif wilayah. Sampai dengan tahun 2009 telah

difasilitasi forum kerjasama Kahorti di 8 provinsi untuk 10 komoditas.

1.2.4.2. Jaringan Informasi Pasar dan Kebijakan Stabilisasi Harga

1) Jaringan dan Informasi Pasar

Informasi pasar sangat diperlukan sejalan dengan upaya pemerintah

dalam pergeseran paradigma dari orientasi produksi ke orientasi pasar.

Informasi pasar merupakan sarana penunjang agar signal pasar menjadi

dasar bagi penentuan jenis produk yang akan dihasilkan oleh petani.

Tersedianya sistem informasi pasar akan menjembatani supply di sentra

produksi dan demand di sentra pasar (konsumen). Oleh karena itu pola

pengembangan informasi pasar secara tidak langsung akan berdampak

pada peningkatan pendapatan petani yang pada gilirannya mengurangi

kemiskinan.

Pengembangan Sistem Informasi Pasar Agribisnis (Singosari) melalui

jaringan internet memerlukan keterlibatan aktif dari semua pihak yang

terkait. Singosari merupakan salah satu sistem informasi yang

memanfaatkan teknologi internet berbasis Web yang telah dikembangkan

oleh Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yang menyajikan

informasi secara lengkap berkaitan dengan pengolahan dan pemasaran

beberapa rumpun komoditas pilihan. Sistem informasi yang berjalan saat

ini, masih menghadapi hambatan dalam mendapatkan input/informasi

terkini (up to date) khususnya di tingkat produsen sebagai akibat dari

Page 19: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 12

keterbatasan kemampuan SDM Pelayanan Informasi Pasar (PIP) di

daerah.

Hingga tahun 2009, telah dibangun jaringan PIP di 105 kabupaten

dengan 16 komoditi pertanian yang dimonitor harganya yakni:

gabah/beras, ubukayu, jagung, kedelai, cabai merah, bawang merah,

jeruk siam, kakao, karet, kopi, kelapa, daging ayam broiler, telur ayam

ras, susu, pakan ternak dan daging sapi. Pembinaan yang telah dilakukan

terhadap SDM pengelola PIP adalah berupa pelatihan PIP dan Analisa

Pasar bagi 150 orang petugas. Juga telah dilakukan fasilitasi hardware

dan software (komputer dan programnya) untuk input data harga melalui

SMS.

2) Stabilisasi Harga

Dalam hal stabilisasi harga, kebijakan yang telah diterapkan antara lain

adalah:

a. Kebijakan Harga Pokok Pemerintah (HPP)

Kebijakan HPP untuk gabah/beras telah diberlakukan secara

nasional. Sasaran kebijakan HPP gabah/beras ini adalah untuk

mempertahankan harga gabah/beras di atas biaya produksi

gabah/beras oleh petani; apabila harga di bawah HPP maka

pemerintah melalui Bulog akan membeli gabah petani dengan harga

sama dengan HPP. Namun demikian karena keterbatasan dana

maka kemampuan Bulog membeli gabah petani juga terbatas,

sehingga kebijakan ini kurang efektif.

Untuk jagung tidak berlaku Harga Minimun Regional (HMR) secara

nasional. Propinsi Gorontalo adalah propinsi yang menetapkan HMR

untuk jagung melalui SK Gubernur. Pemerintah Propinsi Gorontalo

akan membeli jagung petani apabila harganya jatuh di bawah HMR -

nya. Kebijakan propinsi Gorontalo ini efektif mempertahankan harga

jagung di tingkat yang menguntungkan petani. Itu terbukti karena

hingga saat ini harga jagung setempat tidak pernah berada di bawah

HMR nya.

Page 20: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 13

b. Penetapan Harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit

Dengan Peraturan Menteri Pertanian

Kebijakan Penetapan harga TBS ini telah berlaku sejak tahun 1998

(SK Menhutbun) dan terakhir telah direvisi dengan Peraturan

Menteri Pertanian nomor 395 tahun 2005 tentang Pedoman

Penetapan Harga Pembelian Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa

Sawit Produksi Kebun. Tujuan penetapan harga TBS Kelapa sawit

ini adalah untuk memberikan jaminan harga TBS kelapa sawit

produksi kebun yang wajar serta menghindari adanya persaingan

tidak sehat di antara Pabrik Kelapa Sawit. Kebijakan ini telah

membantu pekebun dalam memperoleh harga yang layak bagi TBS

yang dihasilkannya. Namun mengingat banyaknya dinamika di

daerah khususnya permasalahan rendemen sehingga Peraturan

Menteri Pertanian Nomor 395 tahun 2005 ini telah direvisi menjadi

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 17 tahun 2010.

3) Kebijakan Fiskal

a. Pajak Pertambahan Nilai (PPN);

Kebijakan PPN untuk komoditi pertanian sebaiknya diterapkan

hanya untuk barang jadi hasil olahan pertanian. Untuk produk primer

pertanian sebaiknya PPN ditiadakan guna merangsang

berkembangnya agribisnis dan agroindustri dalam negeri.

b. Pajak Ekspor; mengenai pajak ekspor (PE) hasil pertanian

diupayakan seminimal mungkin tanpa mengganggu proses

penyediaan bahan baku industri dalam negeri. Besarnya pajak

ekspor hasil pertanian mengikuti peraturan Menteri Keuangan yang

menetapkan besarnya pajak ekspor atas dasar harga komoditas

tertentu di pasar internasional. Sebagai contoh pajak ekspor untuk

CPO pernah turun dari 3 % menjadi 1,5 % pada waktu yang lalu

(pada harga CPO di pasar internasional sekitar 600 US dollar per

metric ton). Tetapi akhir-akhir ini meningkat menjadi sekitar 20 %

dikarenakan meningkatnya harga CPO di pasaran dunia hingga

1200 dolar AS per metric ton. Namun kondisi paling akhir (akhir

tahun 2008) harga CPO di pasar internasional jatuh kembali pada

tingkat yang sangat rendah sehingga perlu dilakukan penyesuaian

pajak ekspornya.

Page 21: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 14

1.2.5. Pemasaran Internasional

Hal yang menggembirakan dari data empat tahun terakhir (2005-2008)

devisa perdagangan dari produk pertanian semakin membaik, hal ini

menggambarkan dari segi nilai, mutu dan kuantitas produk ekspor Indonesia di

pasar dunia semakin membaik. Jika dilihat per subsektor, ternyata subsektor

perkebunan merupakan penyumbang 94 persen terhadap total devisa yang

diperoleh dari kegiatan ekspor produk pertanian di tahun 2007 yang mencapai

US$ 19.964,870 juta. Sementara pada tahun 2008 devisa dari sub sector

perkebunan meningkat menjadi US $ 24.461,145 juta dan pada tahun 2009

menurun menjadi US $. 18.498,093 juta hal itu kemungkinan dikarenakan

melemahnya perdagangan internasional sebagai dampak krisis ekonomi global.

Sedangkan sub sektor lainnya yaitu hortikultura, tanaman pangan dan

peternakan jauh ketinggalan dibanding perkebunan. Komposisi ini tidak jauh

berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini memberikan gambaran bahwa

hingga saat ini produk perkebunan masih menjadi primadona ekspor produk

pertanian Indonesia. Produk utama yang menjadi andalan ekspor ini antara lain

minyak sawit, karet, kakao, dan kopi.

Perkembangan Ekspor Impor; berdasarkan analisa ekspor-impor produk

pertanian (segar dan olahan) tahun 2003-2008, diketahui bahwa secara umum

nilai ekspor tersebut mengalami peningkatan sebesar 28,5 persen per tahun.

Sementara itu nilai impornya juga meningkat lebih besar yakni 49,95 persen per

tahun. Ekspor produk pertanian tahun 2003 bernilai US$ 7,536 milyar, dan

terus meningkat hingga pada tahun 2007 mencapai US$ 21,257 milyar.

Sedangkan nilai impor tahun 2003 US $ 4.54 milyar meningkat hingga US $

8,597 milyar pada tahun 2007, US $ 9,594 milyar tahun 2008 dan sedikit

menurun pada tahun 2009 yakni US $ 8,4957 milyar .

Kebijakan yang telah dilaksanakan; untuk mencapai target-target tersebut

maka kebijakan utama yang telah dilakukan adalah membuka akses pasar

seluas-luasnya melalui negosiasi, promosi dan kerjasama pemasaran baik di

tingkat global, regional maupun bilateral. Di tingkat regional dilaksanakan

kesepakatan ASEAN-KOREA, sedangkan di tingkat bilateral akan tercapai

penerapan IJEPA secara kondusif. Beberapa kesepakatan yang sedang intensif

dibahas adalah ASEAN-ANZ serta bilateral Indonesia-India yang diharapkan

disepakati pada akhir tahun 2009. Untuk beberapa komoditi yang sangat

potensial untuk diekspor namun kinerja ekspornya belum maksimal akan

Page 22: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 15

dilakukan kegiatan fasilitasi percepatan ekspor seperti untuk mangga, manggis

dan tanaman hias.

1.3 POTENSI, PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

1.3.1 POTENSI

1) Indonesia negara kepulauan memiliki ragam budaya, citarasa, dan

komoditi unggulan dengan berbagai jenis olahan yang akan

meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk yang pada gilirannya

meningkatkan pendapatan masyarakat.

2) Produk agroindustri memiliki nilai tambah dan pangsa pasar yang sangat

besar sehingga kemajuan di bidang agroindustri dapat membuka

peluang investasi serta mempengaruhi pertumbuhan perekonomian

nasional secara keseluruhan.

3) Memiliki keterkaitan yang besar ke hulu, on-farm maupun ke hilir (forward

and backward linkages), sehingga mampu menarik kemajuan sektor-

sektor lainnya.

4) Meningkatnya kesadaran masyarakat (prevalensi konsumen) terhadap

kualitas dan keamanan pangan.

5) Indonesia merupakan produsen utama dunia beberapa komoditas

pertanian antara lain: sawit, karet, kakao, kopi, teh, kelapa, lada dan

beras.

6) Tenaga kerja di sektor pertanian yang sangat besar (40 juta) yang bisa

menopang agroindustri.

7) Permintaan produk agroindustri meningkat sejalan dengan meningkatnya

kesejahteraan masyarakat dunia (Income Elastic Demand).

1.3.2. PERMASALAHAN

1) Lambatnya Proses Industrialisasi Perdesaan

Proses industrialisasi perdesaan sangat lambat. Hal ini terlihat

antara lain dari semakin senjangnya ekonomi desa-kota. Dualisme

Page 23: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 16

ekonomi desa-kota telah mengakibatkan kota menjadi pusat segala-

galanya dan ekonomi perdesaan hanyalah pendukung ekonomi

perkotaan. Terlebih lagi apabila dikaitkan dengan kebijakan di masa lalu

yang lebih mendorong pengembangan industri yang kurang berbasis

pada bahan baku lokal, menyebabkan potensi yang ada kurang dapat

dioptimalkan.

Dalam jangka panjang apabila industrialisasi perdesaan dan

dualisme ekonomi desa-kota tidak dapat diatasi maka dapat dipastikan

akan muncul masalah lain yang lebih rumit. Urbanisasi besar-besaran,

rusaknya kultur asli bangsa seperti gotong royong dan kekeluargaan,

kriminalitas yang meningkat serta yang tidak kalah pentingnya semakin

senjangnya pendapatan dalam masyarakat. Masyarakat kaya pemilik

modal akan semakin kaya sementara penduduk miskin semakin

bertambah besar.

2) Keterbatasan Informasi dan Penerapan Teknologi Pengolahan Hasil

Ke depan daya saing suatu komoditas akan ditentukan oleh

muatan teknologi dalam komoditas tertentu dan kemampuan dalam

merespon preferensi konsumen. Untuk itu perlu dikembangkan produk-

produk pertanian yang sesuai dengan preferensi konsumen. Saat ini,

pelaku usaha khususnya petani pengolah masih belum optimal dalam

penguasaan teknologi pengolahan hasil pertanian, karena selama ini

konsentrasi lebih pada teknologi budidaya. Pada akhir tahun 2014

diharapkan penguasaan teknologi pengolahan hasil pertanian para pelaku

usaha sudah cukup optimal untuk mendukung kemampuan produksi

dalam merespon preferensi konsumen.

Penerapan teknologi pengolahan hasil pertanian saat ini masih

belum merata di masyarakat pertanian, hal ini disebabkan antara lain

karena penyebaran informasi tentang teknologi pengolahan tersebut

masih belum dilakukan secara intensif. Perhatian pemerintah terhadap

peningkatan nilai tambah produk pertanian di perdesaan selama ini masih

relatif kecil jika dibandingkan dengan upaya peningkatan produksi hasil

pertanian. Sehingga perkembangan penanganan pengolahan hasil

hingga dewasa ini masih berjalan lambat dan masih belum sesuai dengan

harapan.

Page 24: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 17

Perkecualian terjadi pada komoditi tanaman pangan. Teknologi

pasca panen dan pengolahan untuk tanaman pangan khususnya padi

dan jagung telah cukup banyak diintrodusir. Bantuan sarana dan

peralatan pasca panen baik yang mekanis ataupun semi mekanis cukup

banyak diberikan kepada Gapoktan/Poktan dan pengolah. Sabit bergerigi,

terpal, thresher (pedal dan power thresher) adalah sarana pasca panen

yang telah diberikan kepada Gapoktan/ Poktan disentra-sentra padi dan

jagung yang dapat memberikan dampak bagi penurunan kehilangan

pasca panen padi dan jagung yang sangat signifikan serta peningkatan

kualitas jagung.

Selain itu juga diberikan bantuan penggilingan padi (RMU) kepada

Gapoktan untuk memperbaiki serta meningkatkan rendemen penggilingan

padi. Sedangkan untuk komoditas perkebunan dan hortikultura sarana

dan peralatan pasca panen dan pengolahan yang diberikan masih belum

tepat sasaran baik dari segi jenis yang dibutuhkan maupun jumlahnya.

Dampak yang terlihat antara lain mutu hasil olahan yang masih rendah,

tingkat efisiensi hasil yang masih rendah, nilai jual yang kurang kompetitif

dan penampakan hasil (keragaan hasil) yang belum memuaskan

(terutama masalah pengemasan, pewarnaan, pengawetan dan pelabelan)

serta lemahnya pencitraan “brand image”.

Lambatnya penyerapan maupun penerapan teknologi pasca panen

dan pengolahan hasil tersebut berimplikasi pada industri perdesaan yang

kurang berkembang antara lain disebabkan oleh faktor teknis, sosial

maupun ekonomi sebagai berikut:

a. Permasalahan Teknis

Dari segi teknis beberapa hal yang menjadi penyebab antara lain :

- Tingkat pengetahuan dan kesadaran petani akan pentingnya

penerapan teknologi pasca panen dan pengolahan serta

penerapan sistem jaminan mutu hasil masih sangat terbatas.

- Kurangnya tenaga yang terampil (Technical Skill) dalam

mengoperasikan alat dan mesin pasca panen dan

pengolahan.

- Dukungan perbengkelan dalam perbaikan, perawatan dan

penyediaan suku cadang alat mesin masih rendah karena

Page 25: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 18

kemampuan permodalan bengkel alsintan masih lemah dan

kesulitan dalam memperoleh permodalan.

- Introduksi beberapa teknologi belum sesuai dengan kebutuhan

petani dan belum bersifat lokal spesifik.

- Belum cukup memadainya infrastruktur seperti jalan yang

memadai sehingga menyulitkan petani/kelompok dalam

memasarkan produk olahannya.

- Penyebaran alsin pasca panen dan pengolahan masih

terbatas.

- Belum cukup tersedianya rumah kemas “packing house”.

- Kurangnya tenaga pembina yang terampil dalam bidang pasca

panen dan pengolahan dibanding tenaga pembina pada

kegiatan-kegiatan pra panen.

b. Permasalahan Sosial

Dari segi sosial beberapa hal yang menjadi penyebab antara lain:

- Introduksi teknologi pasca panen dan pengolahan pada

daerah-daerah yang padat penduduknya ada kecenderungan

menimbulkan gesekan/friksi sosial.

- Kebiasaan petani dalam melakukan kegiatan pasca panen dan

pengolahan secara tradisional menyulitkan dalam penerapan

teknologi yang baik dan benar dalam skala luas.

- Daerah-daerah tertentu yang mempunyai budaya pasca panen

dan pengolahan hasil yang teknologinya diterima secara turun

temurun, sehingga mereka sering mempunyai sifat tertutup

terhadap introduksi teknologi.

- Terbatasnya kemampuan akses informasi masyarakat tentang

teknologi pasca panen dan pengolahan.

- Masih rendahnya pendidikan/pengetahuan dan keterampilan

SDM pertanian dan pelaku usaha pada umumnya.

c. Permasalahan Ekonomi

Dari segi ekonomi beberapa hal yang menjadi penyebab antara

lain:

Page 26: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 19

- Daya beli petani terhadap teknologi pasca panen dan

pengolahan rendah, sehingga permintaan alsin juga relatif

rendah.

- Harga alsin pasca panen dan pengolahan relatif tinggi

sehingga kurang mampu dimiliki.

- Belum tersedianya skim kredit khusus atau skim pembiayaan

alternatif untuk pengadaan alsin untuk usaha pasca panen dan

pengolahan hasil.

3) Kurangnya Pembiayaan Usaha Pertanian dan Pemberdayaan

Masyarakat Tani

Sebagian besar usaha pertanian bergerak dengan memanfaatkan

dana masyarakat sendiri yang sangat terbatas dan relatif kecil. Hal ini

tentu disebabkan karena sebagian besar petani yang menggerakkan

usaha pertanian adalah golongan penduduk yang miskin. Implikasinya

karena investasi yang sangat minim, output dan pertumbuhan yang

dihasilkan juga rendah, akibatnya peningkatan pendapatan yang

diharapkan juga tidak akan signifikan. Kondisi ini sungguh ironis bila

dibandingkan dengan sektor-sektor lain yang sebagian besar sumber

pendanaan usaha dibiayai oleh perbankan yang dananya bersumber dari

masyarakat luas. Masalah aksesibilitas petani dan pelaku agribisnis pada

sumber-sumber permodalan adalah masalah klasik yang di Indonesia

hingga saat ini belum sepenuhnya terpecahkan.

Masalah aksesibilitas ini seringkali terkendala oleh masalah

ketiadaan jaminan / agunan, banyak dan luasnya nasabah yang tidak

dapat dijangkau oleh jaringan perbankan dan tidak adanya bantuan dan

bimbingan teknis yang diberikan. Oleh karena itu diperlukan upaya

terobosan untuk mengatasi masalah tersebut. Terbukanya akses petani

kepada sumber permodalan dan kemampuannya memanfaatkan

permodalan tersebut dengan dukungan dari perbankan sendiri,

pemerintah dan LSM adalah bagian strategis dalam upaya

pemberdayaan masyarakat tani.

Page 27: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 20

4) Iklim investasi di sektor agroindustri yang tidak menarik

Investasi di sektor pertanian selama ini dianggap kurang

memberikan keuntungan baik bagi swasta domestik dan asing, sehingga

investasi untuk sektor pertanian setiap tahunnya mengalami penurunan.

Padahal investasi atau penanaman modal sangat diperlukan untuk

menunjang pertumbuhan ekonomi maupun perluasan tenaga kerja.

Demikian halnya dengan fasilitas pendukung seperti infrastruktur

pendukung pertanian yang termasuk dalam sektor jasa-jasa

lainnya,padahal seperti yang diketahui, sektor pertanian sangat berperan

sebagai katup penyelamat perekonomian Indonesia ketika terjadi krisis.

5) Permasalahan Harga, Inefisiensi Pemasaran dan Sistem Pemasaran

yang Belum Adil

Fluktuasi permintaan dan penawaran produk pertanian dunia juga

berakibat pada fluktuasi harga produk pertanian yang disebabkan oleh

berbagai faktor seperti kekurangan pasokan pada musim tertentu atau

kelebihan pasokan pada musim panen raya. Untuk beberapa produk

pertanian tertentu menurunnya daya saing di pasar internasional karena

faktor harga. Hal ini disebabkan tingginya inefisiensi di semua subsistem

dalam rangkaian sub-sistem agribisnis. Inefisiensi tersebut terjadi mulai

dari pengadaan sarana produksi, budidaya, pengolahan panen dan pasca

panen serta biaya transportasi. Namun demikian apabila ditelaah lebih

jauh inefisiensi pemasaran menempati peringkat tertinggi. Hal ini terkait

erat dengan masalah infrastruktur pascapanen yang masih lemah dan

kelembagaan pemasaran yang belum cukup efektif.

Inefisiensi pemasaran yang dicerminkan dengan panjangnya rantai

pemasaran berakar dari kondisi infrastruktur perdesaan yang kurang

memadai seperti : ketersediaan informasi, sarana transportasi dan jalan

desa. Sistem pemasaran yang tidak adil terkait dengan keterbatasan

permodalan yang menyebabkan petani banyak terjebak dalam sistem ijon

yang melemahkan posisi tawar mereka. Disamping itu, sarana pasar bagi

petani dan kemampuan petani terbatas dalam menyimpan produknya,

sehingga seringkali hasil panen harus segera dijual sesaat sesudah

Page 28: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 21

panen. Kondisi ini diperburuk dengan membanjirnya produk impor di

pasar domestik sebagai akibat dari liberalisasi perdagangan. Upaya

pemerintah memberikan jaminan harga terkendala oleh dana dan

kemampuan, sehingga hanya beras dan gula yang mendapat

perlindungan harga dari pemerintah.

6) Permasalahan Pemasaran Produk Pertanian Di Pasar Domestik

Seperti Lemahnya Akses Pasar, Fluktuasi Harga Yang Seringkali

Terjadi dan Lemahnya Informasi Pasar.

Pada umumnya para petani belum terbiasa melakukan

penanganan produk yang mengarah kepada peningkatan mutu dan nilai

tambah. Hasil usahatani yang diperjual belikan hanya diolah sampai

tahap pengeringan, tanpa memperhatikan proses pengolahan yang

bermutu, seperti melakukan pengkelasan (grading), pembersihan

(sortation) dan pengemasan (packing) yang baik. Konsekuensi dari

lemahnya pengelolaan mutu hasilpada penanganan produk ini

mengakibatkan lemahnya posisi rebut tawar (bargaining position) dalam

memasarkan hasil produksi. Sementara itu peningkatan kualitas

pendidikan dan pendapatan masyarakat menuntut adanya peningkatan

kualitas dari produk yang akan dikonsumsi.

Akses Pasar

Produk-produk primer yang dihasilkan umumnya dipasarkan

melalui pedagang perantara yang telah menguasai jaringan pasar

secara keseluruhan. Para pedagang perantara ini begitu kuat posisi

tawarnya sehingga sangat berperan dalam penentuan harga, yang

pada akhirnya merekalah yang memperoleh marjin keuntungan

terbesar dari harga yang dibayar konsumen, sementara resiko yang

mereka pikul lebih kecil daripada petani. Hal ini disebabkan antara

lain terbatasnya sarana dan prasarana pasar serta lemahnya

kelembagaan pemasaran ditingkat petani.

Fluktuasi Harga

Komoditi pertanian umumnya bersifat musiman sehingga

menyebabkan adanya fluktuasi produksi dan harga. Skala produksi

yang kecil dan lokasi yang terpencar dengan hasil produksi yang

relatif kecil menyebabkan terjadinya in-efisiensi dalam pengangkutan

dan pemasaran. Kondisi tersebut menyebabkan ketidak-sesuaian

Page 29: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 22

antara permintaan dan pasokan, yang pada akhirnya mengakibatkan

tingginya fluktuasi harga.

Informasi Harga dan Produk

Kendala utama lainnya di bidang pemasaran pertanian rakyat

adalah keterbatasan petani dalam perolehan informasi menyangkut

harga, teknologi, permodalan, dan informasi mutu dan hasil produk

yang dibutuhkan pasar. Keterbatasan itu menyebabkan lemahnya

posisi tawar petani dalam perencanaan produk dan penetapan harga

produk yang dihasilkan, yang akhirnya cenderung ditetapkan oleh

pedagang pengumpul.

7) Permasalahan Liberalisasi Pasar Global dan Ketidakadilan

Perdagangan.

Petani Indonesia saat ini menghadapi pasar persaingan yang tidak

adil dengan petani dari negara lain yang dengan mudah mendapatkan

perlindungan tarif dan subsidi langsung atau tidak langsung. Oleh karena

itu, kedepan pemerintah akan mencari instrumen kebijakan perlindungan

inovatif tidak saja berupa tarif tetapi juga perlindungan non tarif maupun

dukungan domestik lainnya dalam rangka memperkuat daya saing produk

pertanian, namun diakhir tahun 2025 semua jenis proteksi sudah tidak

ada lagi.

Selain hal di atas, pembentukan ekonomi kawasan seperti North

American Free Trade Area (NAFTA), European Union (EU), ASEAN Free

Trade Area (AFTA), ASEAN- China, dan yang lebih luas lagi Asia Pacific

Economic Cooperation (APEC) perlu mendapat perhatian karena akan

dapat menimbulkan ketimpangan ekonomi baru yang bukan lagi dalam

hubungan antar negara namun dalam cakupan yang lebih luas lagi antar

kawasan/regional. Ketimpangan antar kawasan ini dapat terjadi karena

adanya proses pematangan kawasan ekonomi yang berbeda satu

dengan lainnya. Salah satu kawasan ekonomi yang diperkirakan akan

sangat kuat adalah Uni Eropa (European Union). Kawasan ini sudah

mencapai suatu tahapan penyatuan mata uang, yaitu suatu tahapan yang

paling maju dalam implementasi integrasi ekonomi. Kondisi tersebut akan

semakin menyulitkan ekspor produk pertanian Indonesia dan negara-

negara lain di luar Eropa, karena sudah pasti akan mendapat perlakuan

Page 30: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 23

yang berbeda dengan negara-negara yang berada di kawasan yang

sama. Untuk menghadapi masalah ini, dalam jangka panjang Indonesia

harus mulai mengembangkan produk pertanian olahan dan

mengutamakan pangsa pasar dalam negeri yang potensinya juga sangat

besar.

8) Permasalahan Sanitari dan Phytosanitari (SPS).

Sebuah contoh permasalahan SPS yang menarik bahwa Amerika

Serikat memberikan penalti dalam bentuk diskon/reduksi harga secara

otomatis kepada produk asal Indonesia untuk komoditas-komoditas

kakao, lada, udang dan jamur dengan alasan antara lain terkontaminasi

serangga, salmonella, logam berat dan antibiotik. Dalam hal ini Indonesia

tidak bisa mengadu ke Komisi SPS WTO karena AS bisa membuktikan

secara ilmiah dan Indonesia memang belum bisa mengatasinya.

Jepang menolak masuknya beberapa buah-buahan Indonesia

seperti pisang dan beberapa jenis buah-buahan lainnya dengan alasan

lalat buah. Dalam hal ini Indonesia tidak mengajukan protes ke Komisi

SPS WTO karena kenyataannya memang terjadi di Indonesia dan sejauh

ini belum mampu mengatasinya. Selain itu, Jepang juga menolak

masuknya pucuk tebu asal Indonesia dengan alasan penyakit mulut dan

kuku (PMK). Untuk kasus ini Indonesia mengadukannya ke Komisi SPS

WTO karena Indonesia dalam daftar OIE merupakan salah satu negara

yang dinyatakan bebas PMK. Taiwan belakangan ini telah menerapkan

SPS di mana paprika kita dan buah lainnya ditolak masuk Taiwan karena

alasan Indonesia belum bebas lalat buah tertentu.

9) Permasalahan Technical Barriers to Trade (TBT).

Hampir serupa dengan perjanjian Sanitary & Phytosanitary (SPS)

adalah TBT (Technical Barriers to Trade). Perjanjian ini mengatur

standarisasi baik yang bersifat mandatory (wajib) maupun yang bersifat

voluntary yang mencakup karakteristik produk; metode dan proses

produk; terminologi dan simbol; serta persyaratan kemasan (packaging)

dan label (labeling) suatu produk. Ketentuan ini ditetapkan untuk

memberikan jaminan bagi kualitas suatu produk ekspor, memberikan

perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan manusia, hewan,

Page 31: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 24

tumbuhan dan lingkungan hidup. Perjanjian TBT ini mewajibkan para

anggotanya untuk menggunakan standar internasional sebagai dasar

penetapan standar, seperti ISO dan lainnya.

Untuk mencegah terjadinya penolakan (claim) atas komoditas

ekspor yang sangat merugikan itu, diperlukan upaya peningkatan mutu

yang ditopang dengan sistem pembinaan mutu dan dikembangkan secara

terus-menerus. Untuk itu, pembinaan mutu terhadap komoditas ekspor

unggulan, perlu dilakukan secara menyeluruh dari tingkat produsen

pertama sampai tingkat eksportir, terutama dalam menindaklanjuti

kesepakatan EPA (Economic Partnership Agreement).

10) Permasalahan Tarif

Ekspor CPO Indonesia ke negara India mengalami diskriminasi

tarif yaitu adanya perbedaan penetapan tarif yang cukup besar antara

minyak nabati atau vegetable oil yang berasal dari Indonesia dan yang

berasal dari Amerika. Sementara itu tarif bea masuk impor komoditi

pertanian sudah sangat rendah, bahkan untuk beberapa komoditi seperti

buah-buahan, palawija, produk ternak, bea masuk yang rendah

menyebabkan banjirnya produk impor di dalam negeri dan mengancam

kelangsungan produksi petani di dalam negeri.

Perjuangan Indonesia di forum WTO untuk melindungi produk-

produk dalam negeri yang menyangkut isu pengurangan kemiskinan,

ketahanan pangan dan pembangunan masyarakat perdesaan, masih

belum mencapai hasil yang diinginkan.

1.3.3. TANTANGAN

Pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian menghadapi

berbagai tantangan seperti:

1. Perubahan lingkungan ekonomi regional dan internasional, baik karena

pengaruh liberalisasi ekonomi maupun karena perubahan fundamental

dalam pasar produk pertanian global.

Page 32: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 25

2. Sebagai tuntutan pasar atas efisiensi usaha, maka diperlukan adanya

upaya adopsi teknologi yang terus mengarah pada efisiensi pada

industrialisasi pertanian dan perdesaan.

3. Kecenderungan penurunan harga dan permintaan pasar internasional

untuk komoditi pertanian ekspor akibat krisis keuangan global.

4. Perubahan pada sisi permintaan yang menuntut kualitas tinggi, kuantitas

besar, ukuran seragam, ramah lingkungan, kontinuitas produk dan

penyampaiannya tepat waktu serta harga yang kompetitif.

5. Perkembangan preferensi pasar (permintaan konsumen), tren konsumen

akan informasi nutrisi serta jaminan kesehatan dan keamanan produk-

produk pertanian.

6. Terdapat kecenderungan pemberlakuan non-tariff barrier dan tariff

escalation bagi produk olahan sebagai persyaratan impor oleh negara-

negara maju yang kuat.

7. Telah diterapkannya persyaratan ”green products” atau penolakan

terhadap komoditi yang dalam proses produksi (budidayanya) dianggap

tidak mengindahkan kelestarian alam dan lingkungan serta hak-hak asasi

manusia khususnya oleh negara Uni Eropa dan negara maju lainnya .

8. Munculnya negara-negara pesaing (competitors) yang menghasilkan

produk-produk hasil pertanian yang sejenis dan pada musim yang sama

serta produk-produk substitusi merupakan tantangan bagi pengembangan

produk pertanian Indonesia, baik di dalam negeri maupun di negara-

negara tujuan ekspor tradisional maupun negara-negara tujuan ekspor

baru.

9. Perubahan iklim global yang mengakibatkan produksi pertanian

cenderung fluktuatif. Akibat hal ini maka bahan baku industri pengolahan

mengalami kendala.

Page 33: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 26

BAB II

VISI, MISI, DAN TUJUAN

2.1 Visi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian

Mengacu kepada visi Kementerian Pertanian yakni ”Terwujudnya

pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal

untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing, ekspor

dan kesejahteraan petani ”, maka visi Ditjen Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Pertanian adalah ”Menjadi institusi yang peduli dan memiliki komitmen

tinggi untuk mewujudkan masyarakat pertanian sejahtera, handal dan

berdaya saing di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian

melalui penyelenggaraan birokrasi yang profesional dan berintegritas ”.

2.2. Misi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian

Untuk mencapai visi tersebut di atas, diemban misi yang harus

dilaksanakan yaitu:

(1) Menumbuhkembangkan kelembagaan usaha pengolahan dan pemasaran

petani yang merupakan basis ekonomi perdesaan, yang nantinya di

harapkan sebagai wadah peningkatan peran dari petani produsen

menjadi petani pemasok melalui penerapan manajemen, teknologi dan

permodalan secara profesional.

(2) Mengembangkan sistem agroindustri terpadu di perdesaan melalui,

keterpaduan sistem produksi, penanganan pasca panen, pengolahan dan

pemasaran hasil pertanian, sehingga mampu memberikan peningkatan

pendapatan petani, kesempatan kerja di perdesaan dan peningkatan nilai

tambah produk pertanian secara adil serta profesional.

(3) Mengembangkan penerapan sistem jaminan mutu hasil pertanian secara

efektif dan operasional untuk meningkatkan daya saing produk segar dan

olahan, baik di pasar domestik maupun internasional.

(4) Meningkatkan daya serap pasar domestik melalui kebijakan promosi dan

proteksi produk pertanian yang efektif dan efisien

(5) Meningkatkan akses pasar luar negeri hasil pertanian melalui kebijakan

promosi dan proteksi produk pertanian yang efektif dan efisien.

(6) Mengembangkan kapasitas institusi Ditjen Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Pertanian yang profesional dan berintegritas moral tinggi.

Page 34: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 27

2.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam periode 2010-2014 adalah:

1) Membangun sistem manajemen pembangunan pengolahan dan

pemasaran hasil pertanian

2) Menumbuhkembangkan usaha pengolahan dan pemasaran hasil

pertanian yang memacu pertumbuhan ekonomi perdesaan.

3) Menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan serta

penyusunan dan penerapan standar nasional Indonesia produk

dan hasil pengolahan pertanian (SNI).

4) Meningkatkan daya serap pasar domestik dan ekspor.

2.4 Target Utama dan Sasaran Strategis

1) Target Utama

Selama lima tahun ke depan Kementerian Pertanian telah

mencanangkan 4 target utama yaitu (1) Pencapaian Swasembada

dan Swasembada berkelanjutan, (2) Peningkatan Diversifikasi

Pangan, (3) Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor, dan

(4) Peningkatan Kesejahteraan Petani. Dari ke empat (4) target

utama tersebut, target utama ke tiga yakni Peningkatan Nilai

Tambah, Daya Saing dan Ekspor adalah target yang menjadi

tanggung jawab Ditjen PPHP untuk pencapaiannya.

Peningkatan Nilai Tambah; upaya ini akan difokuskan pada dua hal

yakni peningkatan kualitas dan jumlah olahan produk pertanian untuk

mendukung peningkatan daya saing dan ekspor. Peningkatan

kualitas produk pertanian (bahan mentah dan olahan) diukur dari

peningkatan jumlah produk pertanian yang mendapat sertifikasi

jaminan mutu. Pada akhir tahun 2014 semua produk pertanian

organik, kakao fermentasi, bahan olah karet (bokar) sudah harus

tersertifikasi dengan pemberlakuan sertifikasi wajib. Peningkatan

jumlah olahan diukur dari rasio produk mentah dan olahan. Saat ini

80 % produk pertanian diperdagangkan dalam bentuk bahan mentah

dan 20 % dalam bentuk olahan. Pada akhir tahun 2014 ditargetkan

bahwa 50 % produk pertanian diperdagangkan dalam bentuk olahan.

Peningkatan Daya Saing; upaya ini akan difokuskan pada

pengembangan produk berbasis sumberdaya lokal yang (1) dapat

Page 35: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 28

meningkatkan pemenuhan permintaan untuk konsumsi dalam negeri;

dan (2) dapat mengurangi ketergantungan impor (substitusi impor).

Indikator keberhasilannya adalah besarnya pangsa pasar (market

share) di pasar dalam negeri dan penurunan net impor. Upaya

peningkatan daya saing akan difokuskan pada peningkatan produksi

susu yang selama ini impornya mencapai 73% untuk memenuhi

kebutuhan domestik. Untuk mengurangi besarnya impor

gandum/terigu yang mencapai 6,7 juta ton per tahun akan

dikembangkan tepung-tepungan berbasis sumberdaya lokal, yang

ditargetkan pada akhir 2014 sudah bisa mensubstitusi 20 % impor

gandum/terigu. Untuk kakao, ditargetkan pada akhir 2014 kebutuhan

kakao fermentasi bermutu untuk industri coklat dalam negeri bisa

dipenuhi semua dari produksi dalam negeri.

Peningkatan Ekspor; upaya ini akan difokuskan pada

pengembangan produk yang berdaya saing di pasar internasional,

baik segar maupun olahan, yang kebutuhan di pasar dalam negeri

sudah tercukupi. Indikatornya adalah pertumbuhan net ekspor

komoditi segar dan olahan sebesar 15% pertahun.

2) Sasaran Strategis

Sasaran strategis pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil

pertanian yang ingin dicapai dalam periode 2010-2014 adalah:

1) Meningkatnya kapasitas, kemampuan dan kemandirian petani

dan pelaku bisnis lainnya dalam usaha agroindustri serta

kelembagaannya.

2) Meningkatnya kapasitas, kemampuan dan profesionalisme

SDM Ditjen PPHP.

3) Berkembangnya agroindustri terpadu di perdesaan melalui,

keterpaduan sistem produksi, penanganan pasca panen,

pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.

4) Tercapainya penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan

pangan.

5) Meningkatnya kualitas dan jumlah olahan produk pertanian

untuk mendukung peningkatan daya saing dan ekspor

6) Meningkatnya daya serap pasar domestik dan devisa negara

dari ekspor produk pertanian.

Page 36: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 29

BAB III

STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

HASIL PERTANIAN

3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL (PENUGASAN RPJM

2010-2014)

3.1.1. PRIORITAS NASIONAL

Dalam RPJM Nasional 2010-2014 (Buku I) terdapat 11

prioritas nasional. Diantara 11 prioritas nasional tersebut yang

terkait dengan Kementerian Pertanian adalah prioritas ke 5 (lima)

yakni “Ketahanan Pangan”. Dalam RPJMN tersebut tema prioritas

ketahanan pangan adalah “Peningkatan ketahanan pangan dan

lanjutan revitalisasi pertanian untuk mewujudkan kemendirian

pangan, peningkatan daya saing produk pertanian,

peningkatan pendapatan petani, serta kelestarian lingkungan

dan sumberdaya alam”. Selain prioritas nomor 5 (lima)

Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian juga mendapat amanah

untuk terlibat dalam pelaksanaan prioritas nomor 1 yaitu Reformasi

Birokrasi dan Tata Kelola, nomor 8 Energy, dan Nomor 9

Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana.

Disamping terlibat dalam pencapaian Prioritas Nasional

(RPJMN 2010-2014, Buku I), pembangunan pertanian ditempatkan

pada kelompok pembangunan Bidang SDA dan Lingkungan Hidup

(RPJMN 2010-2014, Buku II) dengan 7 prioritas bidang. Dari 7

prioritas bidang tersebut yang terkait dengan Kementerian

Pertanian adalah prioritas nomor 1, yaitu “ Peningkatan Ketahanan

Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan”.

Page 37: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 30

3.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN PERTANIAN

3.2.1 Arah Kebijakan Kementerian Pertanian Terkait Pembangunan

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian

1) Pengembangan bio-energy berbasis bahan baku lokal terbarukan

untuk memenuhi kebutuhan energy masyarakat khususnya di

perdesaan dan mensubstitusi BBM.

2) Pengembangan industri hilir pertanian di perdesaan yang berbasis

kelompok tani untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing

produk pertanian, membuka lapangan kerja, mengurangi

kemiskinan, dan meningkatkan keseimbangan ekonomi desa kota.

3) Pembangunan kawasan komoditas unggulan terpadu secara

vertikal dan/atau horizontal dengan konsolidasi usaha tani produktif

berbasis lembaga ekonomi masyarakat yang berdaya saing tinggi

di pasar lokal maupun internasional.

4) Berperan aktif dalam melahirkan kebijakan makro yang berpihak

kepada petani seperti perlindungan tarif dan non tarif perdagangan

internasional, penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), dan

harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi.

5) Optimalisasi potensi perempuan melalui kegiatan produktif di

bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian

(Pengarusutamaan gender).

6) Peningkatan dan penerapan manajemen pembangunan pertanian

yang akuntabel dan good governance.

3.2.2. Strategi Kementerian Pertanian Terkait Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Pertanian

Strategi pembangunan pertanian selama 2010-2014 akan dilakukan

melalui Tujuh (7) Gema Revitalisasi dan yang terkait erat dengan

pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian adalah:

Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana, Revitalisasi Kelembagaan Petani ,

dan Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir, serta revitalisasi

pembiayaan.

1) Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana

Untuk mengarah ke pertanian industrial penggunaan alat mesin pertanian

mutlak diperlukan untuk meningkatkan efisiensi usaha pertanian. Untuk

Page 38: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 31

menyediakan peralatan mesin pengolahan hasil pertanian yang tepat dan

memenuhi persyaratan teknis yang baik beberapa upaya yang perlu

dilakukan adalah:

Memperkuat kelembagaan Alat Mesin di Pusat untuk membuat

kebijakan dan regulasi berkaitan dengan pembuatan penyebaran dan

penggunaan alsin di tingkat petani secara bertanggung jawab. Terkait

dengan upaya tersebut Ditjen PPHP memiliki UPT Balai Pengujian

Mutu Alsintan yang berfungsi menguji mutu dan kelayakan alsin

pengolahan hasil yang diproduksi oleh masyarakat.

Mendorong swasta untuk mendesain, memproduksi dan menyebarkan

alsin sesuai dengan standar kualitas nasional.

Bekerjasama dengan sektor terkait untuk mendorong terbentuknya

fasilitas bengkel-bengkel alsin.

2) Revitalisasi Kelembagaan Petani

Kondisi organisasi petani saat ini lebih bersifat budaya dan sebagian

besar berorientasi hanya untuk mendapatkan fasilitas pemerintah, belum

sepenuhnya diarahkan untuk memanfaatkan peluang ekonomi melalui

pemanfaatan aksesibilitas terhadap berbagai informasi teknologi,

permodalan dan pasar yang diperlukan bagi pengembangan usahatani

dan usaha pertanian. Di sisi lain, kelembagaan usaha yang ada di

pedesaan, seperti koperasi belum dapat sepenuhnya mengakomodasi

kepentingan petani/kelompok tani sebagai wadah pembinaan teknis.

Berbagai kelembagaan petani yang sudah ada seperti Kelompok Tani,

Gabungan Kelompok Tani, Perhimpunan Petani Pemakai Air dan Subak

dihadapkan pada tantangan ke depan untuk merevitalisasi diri dari

kelembagaan yang saat ini lebih dominan hanya sebagai wadah

pembinaan teknis dan sosial diharapkan menjadi kelembagaan yang juga

berfungsi sebagai wadah pengembangan usaha yang berbadan hukum

atau dapat berintegrasi dalam koperasi yang ada di pedesaan.

3) Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir

Mendorong pengembangan industri pengolahan pertanian di

perdesaan secara efisien guna peningkatan nilai tambah dan

Page 39: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 32

daya saing di pasar dalam negeri dan internasional; cakupan

industri yang akan dikembangkan diantaranya adalah industri

pengolahan makanan dan minuman, industri biofarmaka, industri bio-

energi, industri pengolahan hasil ikutan (by-product).

Meningkatkan jaminan pemasaran dan stabilitas harga

komoditas pertanian; jaminan pemasaran produk dan harga yang

diterima petani adalah permasalahan yang sering dihadapi sehingga

upaya-upaya intervensi stabilisasi harga perlu dilanjutkan (untuk

beras) oleh Bulog; melanjutkan dan menerapkan secara intensif

sistem pembelian dengan resi gudang; memberikan perlindungan

petani produsen melalui kebijakan tarif khususnya komoditi impor

agar produksi dalam negeri tidak jatuh (seperti pada susu, bawang);

membentuk jaringan informasi pasar dan menyebarkan ke seluruh

wilayah; melakukan promosi pemasaran terhadap komoditi ekspor.

Meningkatkan dan menjaga mutu dan keamanan pangan pada

semua tahapan produksi mulai dari hulu sampai hilir;

peningkatan mutu hasil pertanian ditempuh melalui penerapan

sistem jaminan mutu dan keamanan pangan dengan memperkuat

(a) Kelembagaan Otoritas Kempeten Keamanan Pangan Daerah,

(b) SDM inspector, auditor, fasilitator dan pengawas, (c) sistem dan

prosedur pengawasan mutu. Standardisasi produk pertanian mulai

dari hulu sampai hilir perlu dilakukan untuk komoditas yang

mempunyai prospek pasar di luar negeri.

Mendorong peningkatan potensi perempuan di bidang

pengolahan hasil pertanian (pengarusutamaan gender); dengan

meningkatnya peran perempuan dalam kegiatan pengolahan hasil

pertanian akan mampu memberikan peran nyata dalam

(1) menjamin pelaksanaan pembangunan yang lebih mantap,

berkesinambungan, dan mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi,

dengan mempertimbangkan pengalaman, aspirasi, permasalahan

dan kebutuhan perempuan dan laki-laki; (2) memperkecil

kesenjangan gender yang terjadi di berbagai bidang pembangunan;

(3) meningkatkan pendapatan keluarga sehingga dapat

mensejahterakan keluarga.

Page 40: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 33

4) Revitalisasi Pembiayaan

Revitalisasi pembiayaan dilakukan melalui pengembangan Pola Insentif

Two in One. Pola insentif yang diberikan bagi tumbuhnya industri

perdesaan meliputi bantuan insentif teknologi dan bantuan akses

terhadap modal usaha. Bantuan teknologi diberikan dalam bentuk alat

dan mesin yang dibutuhkan dalam kegiatan pengembangan pengolahan

dan pemasaran hasil pertanian. Bantuan teknologi bersumber dari dana

APBN, sedangkan bantuan akses modal usaha terhadap sumber-

sumber permodalan skim kredit lunak (bersubsidi).

Penerima insentif teknologi dan permodalan adalah inti dan plasma. Inti

adalah industri yang bergerak dalam kegiatan pengolahan/pasca panen

(swasta, koperasi, BUMD, PT dan lain-lain). Plasma adalah kelompok

tani atau gabungan kelompok tani yang sudah berbadan hukum dan

bankable/feasible. Insentif teknologi diberikan kepada plasma yang

dikelola oleh inti. Jenis teknologi yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan kedua belah pihak, yakni yang dapat mendorong percepatan

pengembangan industri hilir di bidang pertanian. Inti juga yang

selanjutnya akan membeli produk plasma untuk dipasarkan langsung

atau diolah dan kemudian dipasarkan dengan harga yang disepakati

(berkeadilan). Sebagai pihak yang berhubungan langsung dengan pasar,

pihak inti yang akan menetapkan kuantitas, kualitas dan kontinuitas

produk yang harus dihasilkan plasma, serta membina plasma dalam

sistem produksi dan mutu.

3.3. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

HASIL PERTANIAN

3.3.1. Fokus Komoditi

Fokus komoditi pembangunan PPHP 2010-2014 terdiri dari 4 (empat)

kelompok komoditas utama yakni:

1) Pangan Utama : Beras, jagung, kedelai, gula dan daging sapi.

2) Andalan Ekspor : Kakao, kopi, sawit, rempah dan teh.

Page 41: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 34

3) Produk Potensial Pasar Domestik dan Ekspor : Buah tropika,

biofarmaka, tanaman hias tropika, bokar, beras specialty, mete,

atsiri, kelapa.

4) Subsitusi Impor : Susu, tepung, jeruk, daging ayam dan telur.

3.3.2. Strategi

1) Penerapan dan pengawasan sistem jaminan mutu komoditi strategis

dan keamanan pangan.

2) Pengembangan dan pengelolaan sarana kelembagaan pemasaran

produk hasil pertanian

3) Pengembangan kewirausahaan dan investasi pengolahan dan

pemasaran hasil pertanian

4) Pemenuhan permintaan pasar dalam negeri dan penguatan ekspor

komoditas strategis.

3.3.3. Kebijakan

Mengacu kepada arah kebijakan Kementerian Pertanian dan tugas

pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Pertanian, maka kebijakan pengembangan Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian ditetapkan sebagai berikut:

A. Kebijakan Pengolahan Hasil Pertanian

Dalam upaya pengembangan pengolahan hasil pertanian, dengan

karakteristik usaha yang berskala kecil dengan berbagai

keterbatasannya, memerlukan kebijakan pengembangan yang memiliki

keunggulan. Salah satu pendekatan terintegrasi yang dipandang

sesuai, adalah pendekatan kelompok yang memiliki jaringan usaha

yang terkait. Pendekatan pengembangan aktifitas usaha pengolahan

secara berkelompok dalam kegiatan usaha yang sejenis, tentunya

dapat meningkatkan kapasitas serta dayasaing usaha, yang kemudian

dapat dikembangkan beberapa usaha yang cakupannya berbeda tetapi

masih saling terkait menjadi bentuk klaster (inti dan plasma).

Keunggulan pola klaster ini, mengacu pada argumentasi bahwa sulit

bagi usaha berskala kecil secara individual untuk bersaing dengan

Page 42: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 35

usaha berskala besar dalam suatu aktifitas usaha yang sama

(economic of scale).

Pengembangan suatu usaha dengan pendekatan klaster, dimana

kelompok usaha yang saling terakit dari berbagai jenis usaha dan

beroperasi dalam wilayah yang saling berdekatan, terbukti memiliki

kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Usaha pengolahan yang

berbasis klaster di beberapa negara, menunjukkan kemampuannya

secara berkesinambungan untuk mampu menembus pasar ekspor,

menghasilkan nilai tambah yang memadai, mampu menyerap tenaga

kerja dan sangat responsif terhadap pemanfaatan inovasi teknologi.

Dengan demikian, pengembangan agroindustri perdesaan, dengan

karakter dan kondisi yang ada, pola pengembangan klaster (inti

plasma) merupakan pilihan yang tepat, karena pelaku usaha

pengolahan dapat meningkatkan aksesibilitasnya terhadap

sumberdaya produktif, meningkatkan kapasitas produksi,

meningkatkan akses pasar dan efisiensi usaha sebagai dampak dari

aktifitas usaha yang saling bersinergi.

Optimalisasi potensi perempuan dalam meningkatkan produktivitas

pertanian dapat dilakukan melalui kegiatan produktif dimana

kesetaraan gender menjadi inti pengembangan program peningkatan

nilai tambah dan daya saing produk pertanian. Oleh karena itu,

perencanaan pembangunan sektor pertanian, khususnya usaha-usaha

agroindustri pedesaan yang responsif gender sangat diperlukan. Hal

tersebut mempunyai peran untuk: (1) menjamin pelaksanaan

pembangunan yang lebih mantap, berkesinambungan, dan mencapai

tingkat keberhasilan yang tinggi, dengan mempertimbangkan

pengalaman, aspirasi, permasalahan dan kebutuhan perempuan dan

laki-laki; (2) memperkecil kesenjangan gender yang terjadi di berbagai

bidang pembangunan; (3) meningkatkan pendapatan keluarga

sehingga dapat mensejahterakan keluarga.

Secara teknis usaha agroindustri terpadu adalah unit usaha yang telah

memperhatikan dan mengembangkan aspek-aspek penyiapan bahan

baku yang bermutu, menerapkan prinsip-prinsip GAP, GHP, dan Good

Manufacturing Practices (GMP), menerapkan sistem jaminan

keamanan dan mutu hasil pertanian khususnya pangan, serta telah

Page 43: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 36

memanfaatkan dan mengelola limbah dengan baik (zero waste). Usaha

Agroindustri tersebut merupakan industri pengolahan hasil pertanian

skala kecil-menengah dan skala rumah tangga yang pada umumnya

berada dan dimiliki warga di perdesaan yang bergerak dalam usaha

pengolahan makanan minuman, biofarmaka, bioenergy, dan

pengolahan hasil samping. Agroindustri terpadu ini dikembangkan

dengan tujuan: (a) Meningkatkan nilai tambah hasil panen di

pedesaan, baik untuk konsumsi langsung, maupun untuk bahan baku

agroindustri lanjutan; (b) Memberikan jaminan mutu dan harga

sehingga tercapai efisiensi agribisnis; (c) Mengembangkan diversifikasi

produk sebagai upaya penanggulangan kelebihan produksi atau

kelangkaan permintaan pada periode tertentu; (d) Sebagai wahana

pengenalan, penguasaan, pemanfaatan teknologi tepat guna dan

sekaligus sebagai wahana peran serta masyarakat pedesaan dalam

sistem agribisnis, dan (e) menjaga kelestarian lingkungan.

Kebijakan pengembangan pengolahan hasil pertanian yang

dilaksanakan adalah:

(1) Peningkatan nilai tambah melalui agroindustri pedesaan

(2) Peningkatan inovasi dan diseminasi teknologi pengolahan

(3) Peningkatan efisiensi usaha pengolahan hasil pertanian melalui

optimalisasi dan modernisasi sarana pengolahan

(4) Peningkatan kemampuan dan memberdayakan SDM pengolahan

dan penguatan lembaga usaha pengolahan hasil di tingkat petani

(5) Peningkatan upaya pengelolaan lingkungan

B. Kebijakan Mutu dan Standardisasi

Dalam sistem perdagangan komoditas pangan hasil pertanian di era

pasar global ini, aspek keamanan pangan dan mutu produk

merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk dapat

memenangkan persaingan. Sistem keamanan dan mutu terpadu

produk pangan hasil pertanian dengan demikian harus sudah mulai

diterapkan sejak awal dan pada akhir periode diharapkan sudah

berjalan dengan baik. Karena di era pasar bebas ini industri pangan

Page 44: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 37

Indonesia mau tidak mau sudah harus mampu bersaing dengan

derasnya arus masuk produk industri pangan negara lain yang telah

mapan dalam sistem manajemen mutunya.

Sistem standar mutu merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari

pembinaan mutu hasil pertanian sejak proses produksi bahan baku

hingga produk di tangan konsumen. Penerapan sistem standarsasi

secara optimal sebagai alat pembinaan mutu hasil pertanian bertujuan

untuk meningkatkan efisiensi proses produksi maupun produktivitas di

bidang pertanian yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing

dan mendorong kelancaran pemasaran komoditi pangan serta

mendorong berkembangnya investasi di sektor pertanian.

Kebijakan mutu dan standarisasi yang dilaksanakan adalah:

(1) Pengembangan standardisasi sarana dan hasil pertanian

Pengembangan SNI

Regulasi wajib standar

Sistem Kontrol Internal (ICS)

Sertifikasi jaminan mutu dan keamanan pangan

Kerjasama dan Harmonisasi standar

(2) Penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan.

Pengawasan penerapan sistem jaminan mutu produk pertanian

(keamanan pangan dan produk organik) serta pemberdayaan

Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat/Daerah (OKKP-P /

OKKP-D)

(3) Pengembangan sistem uji mutu alsintan

(4) Pembinaan kelembagaan mutu (lab, lembaga sertifikasi)

C. Kebijakan Pemasaran Domestik

Pengembangan pemasaran dalam negeri diarahkan bagi terciptanya

mekanisme pasar yang berkeadilan, sistem pemasaran yang efisien

dan efektif, meningkatnya posisi tawar petani, serta meningkatnya

pangsa pasar produk lokal di pasar domestik, dan meningkatnya

konsumsi terhadap produk pertanian Indonesia, serta terpantaunya

harga komoditas hasil pertanian di seluruh provinsi.

Page 45: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 38

Untuk mencapai hal tersebut maka kebijakan yang dilaksanakan

adalah:

(1) Pengembangan jaringan pemasaran domestik,

(2) Pengembangan sarana dan kelembagaan pasar,

(3) Kebijakan stabilisasi harga dan pemantauan pasar.

(4) Pengembangan pelayanan informasi pasar.

D. Kebijakan Pemasaran Internasional

Pengembangan pemasaran internasional dimaksudkan untuk

percepatan peningkatan ekspor hasil pertanian, baik dalam bentuk

segar maupun olahan, sehingga dapat meningkatkan pangsa pasar

produk lokal di pasar internasional dan sekaligus meningkatkan

perolehan devisa negara. Disamping itu, pengembangan pemasaran

internasional juga dimaksudkan untuk melindungi produk pertanian

dalam negeri.

Untuk mencapai hal tersebut maka kebijakan pemasaran internasional

yang dilaksanakan adalah:

(1) Pengembangan analisa pasar, Market Intelligent dan perluasan

pasar internasional,

(2) Berpartisipasi dalam perundingan internasional bidang pertanian

(3) Penyusunan posisi Indonesia dalam forum perundingan bilateral,

regional dan multilaterial serta forum komoditi strategis

(4) Pembinaan kelompok usaha untuk tujuan ekspor

(5) Peningkatan akses ekspor komoditi strategis.

E. Kebijakan Pengembangan Usaha dan Investasi

Kebijakan pengembangan usahatani yang semula berorientasi

produksi, telah mulai bergeser menuju kearah konsep pengembangan

usaha tani yang berbasis agribisnis, yaitu usahatani yang terpadu

antara agroinput (hulu), kegiatan produksi (onfarm), dan pengolahan

(processing) yang secara keseluruhan disebut sebagai sebuah sistem

agribisnis. Namun demikian pada penerapan atau operasionalisasinya

Page 46: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 39

di lapangan masih banyak mengalami kendala. Kegiatan produksi

usahatani (onfarm) sebagian besar masih secara tradisional bahkan

sebagian masih bersifat subsisten atau hanya untuk mencukupi

kebutuhan sendiri belum berorientasi pasar, sehingga dalam

menghadapi persaingan banyak menghadapi kendala.

Pengembangan agroindustri berorientasi pada kekuatan pasar

(market driven) komoditi pertanian yang bernilai ekonomis, melalui

pengembangan masyarakat yang tidak saja diarahkan kepada upaya

pengembangan produksi (onfarm), tetapi juga meliputi pengembangan

kegiatan atau usaha hulu (backward-linkage), seperti : penyediaan

sarana produksi (alat pengolahan, dll), dan pengembangan kegiatan

usaha hilir (forward lingkage), seperti industri pengolahan hasil

pertanian, pasar hasil produk pertanian dan jasa-jasa pendukung

lainnya.

Pengembangan investasi pada dasarnya ditujukan untuk

meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, menciptakan

lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan

kegiatan ekonomi, pendapatan masyarakat (dalam hal ini petani) dan

pendapatan daerah, melalui penciptaan iklim investasi usaha, serta

lembaga keuangan yang telah mengakar di masyarakat, serta

percepatan alih teknologi.

Kebijakan dalam kerangka pengembangan usaha dan investasi

pertanian meliputi :

(1) Pengembangan usaha dan kelembagaan pertanian berbasis

kemitraan dan kewirausahaan

(2) Peningkatan promosi dan pelayanan investasi pertanian

(3) Peningkatan promosi produk pertanian di tingkat nasional dan

internasional

(4) Peningkatan konsumsi produk lokal melalui kampanye.

3.4. PROGRAM DAN KEGIATAN

3.4.1. Program

Sesuai Pedoman Reformasi Perencanaan dan Penganggaran,

maka sebagai salah satu unit kerja Eselon I di Kementerian Pertanian,

Page 47: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 40

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian

memiliki satu program yang mendukung Kementerian Pertanian dalam

pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, yaitu “Program

Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran

dan Ekspor Hasil Pertanian”. Program tersebut dijabarkan dalam

kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan tugas fungsi Eselon II di

dalamnya meliputi kegiatan: (1) Pengembangan Usaha dan Investasi

(2) Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian, (3) Pengembangan

Mutu dan Standardisasi Pertanian, (4) Pengembangan Pemasaran

Domestik, (5) Pengembangan Pemasaran Internasional, (6) Dukungan

Manajemen dan Teknis lainnya pada Direktorat Jenderal Pengolahan

dan Pemasaran Hasil Pertanian.

Indikator keberhasilan (outcome) dari program Program

Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran dan

Ekspor Hasil Pertanian hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut:

1) Meningkatnya produk olahan hasil pertanian yang bermutu untuk

ekspor dan pasar domestik sebesar 5% pertahun

2) Meningkatnya net ekspor komoditi segar dan olahan sebesar 15%

pertahun

3) Meningkatnya jumlah lembaga pemasaran petani dalam rangka

penyerapan pasar hasil pertanian di pasar domestik sebesar 5%

pertahun

4) Meningkatnya jumlah usaha pengolahan dan pemasaran hasil

pertanian sebesar 6% pertahun.

3.4.2. Kegiatan

A. Kegiatan Pengembangan Pengolahan hasil Pertanian

1. Kegiatan di Pusat dan daerah

Pembagian tugas pemerintah pusat dan daerah dalam pelaksanakan

kegiatan Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian sebagai berikut:

Kegiatan di Pusat:

a. Pertemuan koordinasi teknis

Page 48: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 41

b. Analisa kelayakan usaha industri serta penyusunan pedoman

/petunjuk teknis pengembangan agroindustri berbasis

komoditas/produk unggulan tanaman pangan, perkebunan dan

peternakan

c. Penyusunan pedoman pengembangan agroindustri berbasis

tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan

d. Updating data dan pengembangan layanan informasi teknis

pengolahan hasil pertanian.

e. Fasilitasi sosialisasi/promosi/pemberian penghargaan kepada

Gapoktan/ pelaku usaha pengolahan hasil pertanian.

f. Pengembangan informasi layanan teknis pengolahan hasil

pertanian

g. Pembinaan, bimbingan teknis dan pengawalan penerapan

teknologi pengolahan hasil tanaman pangan, hortikultura,

perkebunan dan peternakan.

Kegiatan di Daerah

a. Pendampingan pengembangan agroindustri pedesaan berbasis

tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.

b. Fasilitasi sarana pengolahan tanaman pangan, hortikultura,

perkebunan dan peternakan.

c. Fasilitasi penerapan GHP

d. Bimbingan Gapoktan

e. Sosialisasi & Pelatihan teknis

f. Koordinasi

g. Informasi layanan teknis pengolahan hasil pertanian.

h. Dukungan administrasi (Rapat, honor, site manajer/supervisor,

PPK , ATK dll)

i. Kegiatan penunjang lain (Penguatan kelembagaan, Bimtek

/Binwal), kemitraan pemasaran, pembinaan mutu monev, PMUK).

2. Sasaran Kegiatan

a. Pengembangan penggilingan padi berkualitas sebesar 10%

pertahun.

Page 49: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 42

b. Pengembangan jumlah produk tepung-tepungan berbahan baku

lokal untuk substitusi impor sebesar 20 % (tahun 2009 sebesar 5

%).

c. Peningkatan produksi susu domestik sebesar 50 % (tahun 2009

sebesar 26 %).

3. Indikator Keberhasilan (output)

a. Meningkatnya unit usaha pengolahan hasil tanaman pangan

sebesar 9000 unit.

b. Meningkatnya unit usaha pengolahan hasil hortikultura sebesar

200 unit.

c. Meningkatnya unit usaha pengolahan hasil perkebunan sebesar

400 unit.

d. Meningkatnya unit usaha pengolahan hasil peternakan sebesar

300 unit.

B. Kegiatan Pengembangan Mutu dan Standarisasi

1) Kegiatan di Pusat dan Daerah

Pembagian tugas pemerintah pusat dan daerah dalam pelaksanakan

kegiatan pengembangan Mutu dan Standarisasi:

Kegiatan di Pusat :

a. Penyusunan Pedoman Teknis Mutu Kakao Fermentasi.

b. Penyusunan Layanan Informasi Publik.

c. Bimbingan Teknis Penerapan Pasca Panen Kakao dan Sistem

Jaminan Mutu.

d. Monitoring pelaksanaan kegiatan teknis.

e. Pengembangan pengelolaan pengujian alsintan.

f. Pengembangan sertifikasi alsintan.

g. Analisis dan evaluasi metode pengujian.

h. Pemantauan dan evaluasi hasil pengujian.

i. Penyusunan Rencana Teknis.

j. Pengelolaan laboratorium.

k. Sosialisasi pengujian dan sertifikasi alsintan.

l. Pengembangan sistem mutu produsen alsintan.

Page 50: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 43

m. Pengadaan sarana dan prasarana, bangunan kantor LS Pro Alsintan.

Kegiatan di Daerah :

a. Konsultasi, koordinasi, pelatihan, pertemuan, monitoring dan evaluasi

b. Fasilitasi sarana dan prasarana pengembangan mutu kakao, bokar dan produk organik.

c. Fasilitasi Penerapan sistem jaminan mutu, SNI

d. Pengembangan jabatan fungsional PMHP

e. Fasilitas harmonisasi standar mutu

f. Pengembangan laboratorium

g. Peningkatan kompetensi SDM mutu dan keamanan pangan

h. Pengembangan OKKP

i. Pengawasan mutu dan keamanan pangan

2) Sasaran Kegiatan

a. Peningkatan produksi kakao fermentasi bermutu tinggi sebesar

50 % pada akhir tahun 2014 ( tahun 2009 sebesar 20 %)

b. Peningkatan prosentase karet (bokar) yang sesuai SNI sebesar

50 % ( tahun 2009 sebesar 30 %).

c. Peningkatan produk organik bersertifikat sebanyak 300 produk

pada akhir 2014 ( tahun 2009, ada 40 produk tersertifikasi).

d. Peningkatan jumlah pelaku usaha mendapat sertifikasi Jaminan

Varietas sebanyak 10 orang pada akhir tahun 2009 (tahun 2009,

ada 2 pelaku usaha nendapat sertfikasi jaminan varietas)

e. Peningkatan jumlah pelaku usaha yang mendapat sertifikat

Jaminan Keamanan Pangan sebanyak 825 orang (tahun 2009

ada 41 pelaku usaha mendapat sertifikat).

f. Penerapan SNI wajib bagi produk kakao dan karet.

3) Indikator Keberhasilan (output)

a. Menghasilkan rancangan SNI produk pertanian sebesar 100 dokumen.

b. Jumlah unit usaha yang menerapkan sistem jaminan mutu sebesar 1000 unit.

Page 51: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 44

c. Jumlah laboratorium pengujian dan lembaga penilaian kesesuaian sebesar 43 laboratorium.

d. Jumlah kerjasama standar mutu dan harmonisasi standar mutu sebesar 30 kerjasama.

e. Jumlah pengujian dan sertifikasi alsintan sebesar 250 lembaga.

f. Jumlah pengawasan jaminan mutu sebesar 35 unit.

C. Kegiatan Pengembangan Pemasaran Domestik

Fokus kegiatan pemasaran domestik yang akan dilakukan adalah: (a)

pengembangan kelembagaan pasar dalam bentuk Sub Terminal Agribisnis

(STA) komoditas tanaman pangan dan hortikultura, pasar lelang

perkebunan, pasar tani, dan pasar ternak; (b) pengembangan jaringan

pemasaran yang saling menguntungkan dan mampu mendistribusikan nilai

tambah secara adil terutama kemitraan antara kelompok petani dengan

pelaku usaha; (c) pengembangan sistem informasi pemasaran, terutama

untuk pemantauan dan analisis harga pangan strategis;

(d) pengembangan kebijakan pemasaran domestik hasil pertanian

(Penerapan HPP gabah/beras.)

1) Kegiatan di Pusat dan Daerah

Pembagian tugas pemerintah pusat dan daerah untuk kegiatan

pengembangan pemasaran domestik adalah:

Kegiatan di Pusat

a. Bimbingan teknis dan pembinaan dan pengawalan.

b. Fasilitasi Pertemuan teknis, pertemuan koordinasi bidang pemasaran domestik

c. Monitoring pelaksanaan kegiatan

d. Penyebaran Informasi pasar dan pengembangan PIP

e. Analisis pasar komoditi pertanian strategis

f. Pengembangan data base informasi pasar

Kegiatan di Daerah

a. Pendampingan manajemen pasar tani, STA/pasar lelang, pasar

tenak, pasar lelang perkebunan.

Page 52: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 45

b. Bimbingan teknis pemasaran dan kemitraan di lembaga pasar

c. Bantuan sarana dan operasional pasar tani, STA dan pasar

lelang, pasar ternak.

d. Fasilitasi system informasi pasar di pasar tani, STA, Pasar

ternak, dan pasar lelang perkebunan.

e. Fasilitasi kemitraan di STA, pasar tenak dan pasar tani.

f. Fasilitasi pelaksanaan lelang

g. Operasionalisasi pengumpulan dan pengiriman data pemasaran.

h. Analisa, pengiriman dan penyebaran data pemasaran.

i. Adm, Monitoring dan Evaluasi dan laporan.

2) Sasaran Kegiatan

a. Peningkatan jumlah lembaga pemasaran sebanyak 365 unit

pada akhir tahun 2014 (tahun 2009 sebanyak 264 unit).

b. Penyerapan sebanyak mungkin produk domestik.

c. Pengembangan Pusat Informasi Pasar di kabupaten/kota

seluruh Indonesia (tahun 2009 baru di 150 kabupaten/kota).

3) Indikator Keberhasilan (Output)

a. Meningkatnya kelembagaan pemasaran bagi petani sebesar 700

unit

b. Jumlah komoditi dalam pemantauan dan stabilitasi harga

komoditas pertanian utama sebesar sebanyak 12 komoditi utama.

c. Jumlah kerjasama dan jaringan pasar sebesar 50 kerjasama

d. Jumlah unit pelayanan informasi pasar komoditi pertanian

sebesar 700 unit.

D. Kegiatan Pemasaran Internasional

Fokus kegiatan yang akan dilakukan adalah: (a) Pengembangan

kerjasama perdagangan internasional, baik secara Government to

Government (G to G), maupun di regional, sub-regional, dan multilateral;

(b) Pengembangan kebijakan proteksi; (c) Penguatan market intelligence;

Page 53: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 46

(d) Peningkatan fasilitas perdagangan, angkutan, dan penyimpanan

komoditi ekspor hasil pertanian.

1) Kegiatan Pusat dan Daerah

Kegiatan di Pusat :

a. Pengembangan Sistim Informasi Pemasaran (Internasional)

b. Penyusunan Pedoman Ekspor-Impor Produk Pertanian

c. Penyusunan langkah-langkah implementasi kesepakatan kerja

sama internasional bidang pertanian

d. Kerjasama perdagangan/komoditi dalam forum bilateral/intra

regional /multilateral

e. Kajian tataniaga produk pertanian Indonesia

f. Kajian peluang peningkatan pasar

g. Penyusunan dan pencetakan hasil negosiasi forum regional

ASEAN

h. Akselerasi ekspor komoditi perkebunan dan hortikultura

i. Monitoring implementasi kerjasama bilateral IJ-EPA, RI-China

dan RI Korsel

j. Pemantauan operasional cool storage dalam rangka ekspor

hasil pertanian

k. Pelatihan ekspor bagi GAPOKTAN

l. Countesy negative Campaign

m. Workshop/Dialog Sustainable Palm Oil

2) Sasaran Kegiatan

a. Pertumbuhan ekspor kakao 15 % (volume) per tahun (tahun

2009 tumbuh 10.66 %).

b. Pertumbuhan ekspor karet 10% (volume) per tahun (tahun

2009 tumbuh 5.16 %).

c. Pertumbuhan ekspor sawit 25 % (volume) per tahun (tahun

2009 tumbuh 18.15 %).

d. Pertumbuhan ekspor kopi 15 % (volume) per tahun(tahun 2009

tumbuh 11.48 %).

Page 54: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 47

e. Pertumbuhan ekspor beras 100.000 ton per tahun (tahun 2009

sebesar 20 ton).

f. Pertumbuhan ekspor buah tropis 25 % (volume) per

tahun(tahun 2009 tumbuh 19.2 %).

g. Pertumbuhan ekspor biofarmaka dan minyak atsiri 20 %

(volume) per tahun(tahun 2009 tumbuh 12.53 %).

h. Neraca Perdagangan tumbuh 15 % per tahun.

3) Indikator Keberhasilan (output):

a. Tersusunnya bahan posisi Delri sebagai bahan perudingan

dalam negosiasi kerjasama pemasfran forum bilateral, regional

dan multilateral komoditi pertanian sebanyak 150 bahan.

b. Partisipasi dalam perundingan internasional bidan pertanian

sebanyak 125 laporan

c. Analisa ekspor dan impor hasil pertanian sebanyak 60 laporan.

d. Pembinaan gapoktan orientasi ekspor sebanyak 100 gapoktan.

E. Kegiatan Pengembangan Usaha dan Investasi;

1) Tugas Pusat dan Daerah

Pembagian tugas pemerintah pusat dan daerah dalam

pelaksanakan kegiatan pengembangan usaha, peningkatan investasi

serta pengembangan kelembagaan adalah sebagai berikut:

Pusat

a. Penyusunan kebijakan pengembangan usaha, pengembangan kelembagaan, serta pengembangan kemitraan dan kewirausahaan bidang pertanian.

b. Analisis dan pemberian konsultasi investasi bidang pertanian.

c. Pelaksanaan tata usaha dan administrasi

d. Penyusunan Pedoman Investasi Pertanian dan pedoman teknis lainnya

e. Bimbingan teknis dan Manajemen pengembangan usaha, peningkatan investasi serta promosi, pameran dalam dan luar negeri.

f. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengembangan usaha, peningkatan investasi .

Page 55: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 48

Daerah

a. Fasilitasi Indikasi Geografis (IG)

b. Keikutsertaan dalam promosi dalam dan luar negeri

c. Pembinaan dan pendampingan kemitraan dan kewirausahaan

d. Gelar potensi investasi

e. Pendampingan kelompok usaha pola insentif Two in One.

2) Sasaran Kegiatan

a. Berkembangnya usaha di bidang pertanian secara berkelanjutan

b. Meningkatnya investasi di bidang pertanian sebesar .

c. Meningkatnya kemitraan dan kewirausahaan.

d. Meningkatnya jumlah dan jenis produk yang dipromosikan melalui pameran, eksebisi dalam dan lua negeri.

3) Indikator Keberhasilan (output):

a. Meningkatnya jumlah pembinaan kemitraan dan kewirausahaan di sektor pertanian sebesar 150 unit.

b. Fasilitasi investasi di sektor pertanian sebesar 40 laporan.

c. Fasilitas dan keikutsertaan dalam pameran, promosim eksibisi dan perlombaan dalam negeri maupun laur negeri sebanyak 80 kali.

F. Kegiatan Mendukung Manajemen dan Kepegawaian Direktorat Jenderal

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian

Kegiatan dalam rangka mendukung manajemen dan kepegawaian di Ditjen

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian adalah:

a. Pembinaan perencanaan kegiatan pengolahan dan pemasaran

di pusat dan daerah.

b. Pembinaan monitoring, evaluasi dan pelayanan informasi.

c. Pembinaan pengelolaan keuangan dan perlengkapan di pusat

dan daerah.

d. Pengelolaan ketatausahaan, kepegawaian, kehumasan, dan

peraturan perundang-undangan.

1) Kegiatan di Pusat dan daerah

Page 56: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 49

Pembagian tugas pemerintah pusat dan daerah untuk kegiatan

mendukung manajemen dan kegiatan teknis lainnya di Ditjen

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian adalah:

Kegiatan di Pusat

a. Penyusunan Pedoman-pedoman dan Petunjuk Teknis

b. Sosialisasi Program dan Anggaran PPHP Tahunan

c. Sosialisasi Pelaporan Keuangan

d. Sosialisasi Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan

PPHP Tahunan

e. Sosialisasi Pedoman Penyusunan Proposal Kegiatan Daerah.

f. Evaluasi proposal dan penetapan proposal yang akan dibiayai.

g. Pertemuan Koordinasi Program dan Penganggaran.

h. Pertemuan Monev.

i. Pertemuan dan Koordinasi lainnya.

Kegiatan di Daerah

a. Melaksanakan kegiatan perencanaan.

b. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan, keuangan, dan barang

inventaris.

c. Melakukan Monitoring dan evaluasi.

d. Menghadiri pertemuan-pertemuan koordinasi dll.

2) Sasaran Kegiatan

a. Meningkatnya pengelolaan keuangan.

b. Meningkatnya layanan publik.

c. Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja Instansi.

d. Meningkatnya perencanaan program/kegiatan dan anggaran.

e. Meningkatnya pengelolaan kepegawaian, kehumasan dan

peraturan perundang-undangan.

f. Meningkatnya pelaksanaan Monev, pelaporan dan penyediaan

data informasi.

3) Indikator Keberhasilan (output)

Page 57: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 50

a. Dokumen perencanaan, keuangan, umum serta evaluasi dan

pelaporan program peningkatan nilai tambah, daya saing, industri

hilir, pemasaran dan ekspor hasil pertanian sebanyak 20 dokumen.

b. Jumlah usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian melalui

LM3 sebanyak 750 kelompok.

Page 58: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian 2010 - 2014 51

BAB IV

PENUTUP

Tujuan dan sasaran pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil

pertanian 2010-2014 akan diwujudkan melalui program Peningkatan Nilai

Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian.

Lebih lanjut program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan utama

meliputi Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian, Pengembangan Mutu dan

Standarisasi Pertanian, Pengembangan Usaha dan Investasi, Pengembangan

Pemasaran Domestik, Pengembangan Pemasaran Internasional, Dukungan

Manajemen dan Teknis lainnya pada Direktorat Jenderal Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian.

Untuk pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan pengolahan dan

pemasaran hasil pertanian perlu melibatkan berbagai komponen masyarakat

selaku stake holder dan meningkatkan sinergi seluruh potensi sumber daya

sehingga pemerintah lebih berperan dalam memfasilitasi, mendorong, dan

memberdayakan masyarakat. Kerjasama antara Eselon I lingkup Kementerian

Pertanian, antara kementerian atau lembaga terkait, dan antara pusat dan

daerah perlu dijalin dalam rangka mengatasi berbagai masalah dan kendala

yang dihadapi. Kerjasama antara para aparat pelaku pembangunan pengolahan

dan pemasaran hasil pertanian baik internal maupun eksternal Kementerian di

pusat atau daerah sangat dibutuhkan mengingat kompleksnya permasalahan

sehingga dibutuhkan pelibatan berbagai fungsi dan kebijakan.

Page 59: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

52

Lampiran 1: Matrik Prioritas Bidang dan Prioritas Unit Kerja

NO. PROGRAM/

KEGIATAN PRIORITAS

SASARAN PRIORITAS NASIONAL/BIDANG/

UNIT KERJA

INDIKATOR KINERJA TARGET

2010 2011 2012 2013 2014

7. Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian

Meningkatnya usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian berkelanjutan

1. Peningkatan produk

olahan hasil

pertanian yang

bermutu untuk

ekspor dan pasar

domestik

5 5 5 5 5

2. Peningkatan net

ekspor komoditas

segar dan olahan

15 15 15 15 15

3. Peningkatan jumlah

lembaga pemasaran

petani dalam rangka

penyerapan pasar

hasil pertanian di

pasar domestik

5 5 5 5 5

4. Peningkatan jumlah

usaha pengolahan

dan pemasaran hasil

pertanian

6 6 6 6 6

7.1 Pengembangan pengolahan hasil pertanian (Prioritas

Meningkatnya usaha pengolahan hasil pertanian yang

1. Jumlah unit usaha pengolahan hasil tanaman pangan

13 75 95 4630 4660

Page 60: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

53

NO. PROGRAM/

KEGIATAN PRIORITAS

SASARAN PRIORITAS NASIONAL/BIDANG/

UNIT KERJA

INDIKATOR KINERJA TARGET

2010 2011 2012 2013 2014

Nasional dan Bidang)

berkelanjutan 2. Jumlah unit usaha pengolahan hasil hortikultura

25 35 45 65 75

3. Jumlah unit usaha pengolahan hasil perkebunan

50 90 90 95 100

4. Jumlah unit usaha pengolahan hasil peternakan

45 65 75 85 90

7.2 Pengembangan mutu dan standardisasi pertanian (Prioritas Nasional dan Bidang)

Meningkatnya mutu hasil pertanian

1. Jumlah rancangan SNI produk pertanian

20 20 25 27 30

2. Jumlah unit usaha yang menerapkan sistem jaminan mutu

420 450 200 100 100

3. Jumlah laboratorium pengujian dan lembaga penilaian kesesuaian

10 30 43 43 43

4. Jumlah kerjasama standar mutu dan harmonisasi standar mutu

6 6 6 6 6

5. Jumlah pengujian dan sertifikasi alsintan

145 165 192 225 250

6. Jumlah pengawasan jaminan mutu

5 15 20 30 35

Page 61: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

54

NO. PROGRAM/

KEGIATAN PRIORITAS

SASARAN PRIORITAS NASIONAL/BIDANG/

UNIT KERJA

INDIKATOR KINERJA TARGET

2010 2011 2012 2013 2014

7.3 Pengembangan usaha dan investasi (Prioritas Nasional dan Bidang)

Meningkatnya usaha, kemitraan dan investasi di sektor pertanian

1. Jumlah unit usaha binaan kemitraan dan kewirausahaan di sektor pertanian

20 30 35 35 35

2. Jumlah fasilitasi investasi di sektor pertanian

4 7 7 10 12

3. Jumlah pameran, promosi, eksibisi dan perlombaan dalam negeri maupun luar negeri

10 10 20 22 24

7.4 Pengembangan pemasaran domestik (Prioritas Bidang)

Meningkatnya pemasaran hasil pertanian di pasar domestik

1. Jumlah kelembagaan pemasaran bagi petani

186 195 205 100 105

2. Jumlah komoditi dalam pemantauan dan stabilitasi harga komoditas pertanian utama

4 6 8 10 12

3. Jumlah kerjasama dan jaringan pasar

16 10 12 13 15

4. Jumlah unit pelayanan informasi pasar komoditi pertanian

290 373 450 600 700

Page 62: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

55

NO. PROGRAM/

KEGIATAN PRIORITAS

SASARAN PRIORITAS NASIONAL/BIDANG/

UNIT KERJA

INDIKATOR KINERJA TARGET

2010 2011 2012 2013 2014

7.5 Pengembangan pemasaran internasional (Prioritas Nasional dan Bidang)

Meningkatnya pemasaran internasional hasil pertanian

1. Jumlah bahan posisi Delri sebagai bahan perundingan dalam negosiasi kerjasama pemasaran forum bilateral, regional dan multilateral komoditi petanian

25 30 33 36 40

2. Jumlah partisipasi dalam perundingan internasional bidang pertanian untuk memperjuangkan pemasaran komoditi petanian Indonesia

25 25 25 25 25

3. Jumlah hasil analisa data ekspor dan impor komoditi petanian serta data perdagangan lainnya yang diperlukan

12 12 12 12 12

4. Jumlah Gapoktan yang dibina dalam rangka peningkatan ekspor

9 9 21 29 37

Page 63: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

56

NO. PROGRAM/

KEGIATAN PRIORITAS

SASARAN PRIORITAS NASIONAL/BIDANG/

UNIT KERJA

INDIKATOR KINERJA TARGET

2010 2011 2012 2013 2014

7.6 Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya pada Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian

Terselenggaranya pelayananan administrasi dan pelayanan teknis lainnya secara profesional dan berintegritas di lingkungan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian

1. Jumlah dokumen perencanaan, keuangan, umum serta evaluasi dan pelaporan program peningkatan nilai tambah, daya saing, industri hilir, pemasaran dan ekspor hasil pertanian

4 4 4 4 4

2. Jumlah usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian melalui LM3

200 75 75 75

Page 64: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

57

Lampiran 2: Matriks Indikator Kinerja Utama (IKU)

Unit Kerja : Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian

Tugas : Melaksanakan Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis

di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian

Fungsi : a. Perumusan kebijakan di bidang mutu dan standardisasi, pengolahan,

pengembangan usaha, dan pemasaran hasil pertanian;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang mutu dan standardisasi, pengolahan,

pengembangan usaha, dan pemasaran hasil pertanian;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang mutu dan

standardisasi, pengolahan, pengembangan usaha, dan pemasaran hasil

pertanian;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang mutu dan standardisasi,

pengolahan, pengembangan usaha, dan pemasaran hasil pertanian; dan

e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Pertanian.

Penanggung Jawab : Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian

Sasaran Strategis : Meningkatnya usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian berkelanjutan

Indikator Kinerja

Utama

:

Indikator Kinerja Utama

1. Peningkatan produk olahan hasil pertanian yang bermutu untuk ekspor dan pasar domestik

2. Peningkatan net ekspor komoditas segar dan olahan

Page 65: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

58

3. Peningkatan jumlah lembaga pemasaran petani dalam rangka penyerapan pasar hasil pertanian di pasar domestik

4. Peningkatan jumlah usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian komoditi pertanian

Page 66: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

59

Lampiran 3: Matrik Rencana Strategis (RS)

Visi : Menjadi institusi yang peduli dan memiliki komitmen tinggi untuk mewujudkan masyarakat pertanian

sejahtera, handal dan berdaya saing di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian melalui

penyelenggaraan birokrasi yang profesional dan berintegritas

Misi : 1. Menumbuhkembangkan kelembagaan usaha pengolahan dan pemasaran petani yang merupakan basis ekonomi perdesaan, yang nantinya di harapkan sebagai wadah peningkatan peran dari petani produsen menjadi petani pemasok melalui penerapan manajemen, teknologi dan permodalan secara profesional.

2. Mengembangkan sistem agroindustri terpadu di perdesaan melalui, keterpaduan sistem produksi, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, sehingga mampu memberikan peningkatan pendapatan petani, kesempatan kerja di perdesaan dan peningkatan nilai tambah produk pertanian secara adil serta profesional.

3. Mengembangkan penerapan sistem jaminan mutu hasil pertanian secara efektif dan operasional untuk meningkatkan daya saing produk segar dan olahan, baik di pasar domestik maupun internasional.

4. Meningkatkan daya serap pasar domestik melalui kebijakan promosi dan proteksi produk pertanian yang efektif dan efisien

5. Meningkatkan akses pasar luar negeri hasil pertanian melalui kebijakan promosi dan proteksi produk pertanian yang efektif dan efisien.

6. Mengembangkan kapasitas institusi Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yang profesional dan berintegritas moral tinggi.

Page 67: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

60

TUJUAN SASARAN CARA MENCAPAI TUJUAN DAN

SASARAN KETERANGAN

URAIAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

5) Menumbuhkembangkan unit usaha pengolahan hasil pertanian yang berkelanjutan

6) Menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan

7) Menumbuhkembangkan usaha dan investasi pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang memacu pertumbuhan ekonomi perdesaan.

8) Meningkatkan daya serap pasar domestik

9) Meningkatkan ekspor hasil pertanian di pasar internasional.

Meningkatnya

usaha

pengolahan dan

pemasaran hasil

pertanian

berkelanjutan

1) Peningkatan produk olahan hasil pertanian yang bermutu untuk ekspor dan pasar domestik

2) Peningkatan net ekspor komoditas segar dan olahan

3) Peningkatan jumlah lembaga pemasaran petani dalam rangka penyerapan pasar hasil pertanian di pasar domestic

4) Peningkatan jumlah usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian komoditi pertanian

1) Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian

2) Pengembangan Mutu dan Standarisasi

3) Pengembangan Pemasaran Domestik

4) Pengembangan Pemasaran Internasional.

Program

Peningkatan

Nilai Tambah,

Daya Saing,

Industri Hilir,

Pemasaran dan

Ekspor Hasil

Pertanian

Page 68: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

61

Lampiran 4: Rancangan Pengembangan Industri Hilir Pertanian

KOMODITAS RENCANA AKSI DAN SASARAN LOKASI

(1) (2) (3)

Beras

(peningkatan rendemen dan

peningkatan mutu beras)

- Pengembangan Sistem Informasi

Pasar

- Pengembangan Pemasaran Beras

Berlabel

- Pemantauan penerapan

HPP/stabilisasi harga

- Fasilitasi Sarana Pergudangan dan

Distribusi

- Pengembangan Kelembagaan

Pemasaran

- Pengembangan Jaringan dan

Manajemen Stok Beras

- Revitalisasi Penggilingan Padi

- Penerapan sistem jaminan mutu

Beras organik: OKU Timur, Lampung

Tengah, Karawang, Subang, Jombang,

Tasikmalaya, Pinrang, Sidrap, Bone, Sragen,

Cianjur, Temanggung, Sidoarjo Beras

konsumsi dalam negeri: NAD, Sumut,

Sumbar, Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng,

DIY, Jatim, NTB, Sulsel, Kalsel, Bali, Banten

Tepung lokal (5% substitusi

impor)

- Pengembangan agroindustri aneka

tepung berbahan baku lokal (aneka

umbi)

- Pengembangan agroindustri aneka

tepung berbahan baku lokal (aneka

umbi)

- Pengembangan sistem informasi

pasar

Indragiri Hilir, Seram Bagian Barat, Waropen,

Riau, Trenggalek, Gunungkidul, Lampung,

Garut, Pacitan, Malang, Tulungagung

Page 69: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

62

KOMODITAS RENCANA AKSI DAN SASARAN LOKASI

(1) (2) (3)

- Pemantauan Pasar

- Fasilitasi Sarana Pergudangan dan

Distribusi

- Pengembangan Kelembagaan

Pemasaran

- Penguatan Jaringan Pemasaran

- Penerapan sistem jaminan mutu

Pengembangan pengolahan

jagung untuk pangan (grits

dan tepung) dan pakan

- Pengembangan agroindustri jagung

- Fasilitasi Sarana Pergudangan dan

Distribusi

- Pengembangan Kelembagaan

Pemasaran

- Pengembangan Jaringan Pemasaran

- Pengembangan sistem jaminan mutu

Simalungun, Lampung Selatan, Kuningan,

Ciamis, Cirebon, Wonogiri, Gunung Kidul,

Lamongan, NTB, Kupang, Bolaang

Mongondow, Boalemo, Bone

Kedele - Pengembangan sistem informasi

pasar

- Pemantauan Pasar

- penerapan sistem jaminan mutu

- Peningkatan unit usaha pengolahan

kedele

- Fasilitasi Sarana Pergudangan dan

Distribusi

- Pengembangan sistem jaminan mutu

Bireun, Deli Serdang, Pasaman Barat, Rokan

Hilir, Tanjung Jabung Timur, Empat Lawang,

Lampung Timur, Garut, Sukoharjo, Bantul,

Lamongan, Lombok Tengah, Bone

Page 70: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

63

KOMODITAS RENCANA AKSI DAN SASARAN LOKASI

(1) (2) (3)

Buah tropika

(Pertumbuhan ekspor 15%

tahun)

- Pengembangan Kelembagaan

Pemasaran

- Pengembangan Jaringan Pemasaran

- Pengembangan sistem informasi

pasar

- Pemantauan Pasar

- Penerapan sistem jaminan mutu

- Pengembangan unit pengolahan hasil

(nata, puree, sari buah, selai, jelli,

pati/ tepung, dodol, squash) skala

kecil dan menengah

- Fasilitasi Sarana Pergudangan dan

Distribusi

- Pengembangan Kelembagaan

Pemasaran

- Pengembangan Jaringan

- Pengembangan sistem informasi

pasar

- Pemantauan Pasar

- Penerapan sistem jaminan mutu

Cirebon, Indramayu, Probolinggo,

Purwakarta, Tasikmalaya, Sleman,

Magelang, Gowa, Maros, Karo, Sambas,

Ende

Biofarmaka

(peningkatan ekspor 20%/thn)

- Pengembangan pengolahan hasil

biofarmaka

- Pengembangan sistem jaminan mutu

Semarang, Wonogiri, Karanganyar,

Kebumen, Bantul, Madura

Page 71: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

64

KOMODITAS RENCANA AKSI DAN SASARAN LOKASI

(1) (2) (3)

- Perluasan pasar dalam negeri dan

ekspor

- Pengembangan sistem informasi

pasar

- Pengolahan biofarmaka kering,

granule, tepung, minuman, jus, nata,

jelli, dan bahan baku obat.

Sawit

(10% peningkatan ekspor

CPO dan produk olahannya)

- Pemantauan Pasar TBS

- Pengembangan sistem informasi

pasar

- Pengembangan agroindustri sawit

- Pengembangan agroindustri sawit

- pengembangan pasar internasional

komoditi hasil olahan sawit

- Negosiasi, diplomasi dan promosi

sawit

- Penerapan sistem jaminan mutu

Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel,

Bengkulu, Lampung, Jabar, Banten, Kalbar,

Kalsel, Kalteng, Babel, Sulteng, Sulsel,

Sulbar, Jabar, Banten, Papua Barat

Kakao

(20% kakao fermentasi, 10%

dlm bentuk olahan)

- Pengembangan agroindustri kakao

- Pengembangan sistem informasi

pasar

- Pengembangan Jaringan Pemasaran

- Negosiasi, diplomasi dan promosi

kakao

Sulsel, Sulbar, Sultra, Sulteng, Sumbar,

Gorontalo, Bali, NTT, Papua, Kalbar, Jatim

Page 72: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

65

KOMODITAS RENCANA AKSI DAN SASARAN LOKASI

(1) (2) (3)

- Penerapan sistem jaminan mutu

Karet

(70% penerapan SNI, 10%

peningkatan ekspor)

- Pengembangan agroindustri karet

- Pengembangan sistem informasi

pasar

- Pengembangan Jaringan Pemasaran

- Negosiasi, diplomasi dan promosi

produk karet

- Penerapan sistem jaminan mutu

Muara Enim, Bengkulu Utara, Hulu Sungai

Tengah, Kutai Timur, Barito Utara

Kopi

(100% sertifikasi kopi

specialty dan organik, 15%

peningkatan ekspor)

- Pengembangan agroindustri kopi

- Pengembangan sistem informasi

pasar

- Pengembangan Jaringan Pemasaran

- Negosiasi, diplomasi dan promosi

produk kopi

- Penerapan sistem jaminan mutu

Aceh, Sulbar, Sulsel, Sumut, Lampung, Bali,

NTB, NTT, Papua, Bengkulu, Jabar, Jateng,

Jatim

Tebu

(mendukung swasembada

gula industry)

- Pengembangan sistem informasi

pasar

- Penerapan sistem jaminan mutu

- Pengembangan usaha pengolahan

tebu

- Pengembangan investasi industri

gula

Cirebon, Cilacap, Jombang, Kulonprogo,

Lampung Utara, Bone, Gorontalo

Page 73: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

66

KOMODITAS RENCANA AKSI DAN SASARAN LOKASI

(1) (2) (3)

Susu

(50% substitusi impor)

- Pengembangan agroindustri susu

- Fasilitasi Sarana Penyimpanan dan

Distribusi

- Pengembangan Kelembagaan

Pemasaran

- Pengembangan Jaringan Pemasaran

- Pengembangan Sistem Informasi

Pasar

- Pemantauan Pasar

- Pengembangan sistem jaminan mutu

- Pengembangan Sistem Informasi

Pasar

- Pemantauan Pasar

- Fasilitasi Sarana Pergudangan dan

Distribusi

- Pengembangan Kelembagaan

Pemasaran

- Pengembangan Jaringan Pemasaran

- Pengembangan sistem jaminan mutu

- Fasilitasi investasi dan kemitraan

pengolahan susu

Riau, Bengkulu, Jabar, DIY, Jateng, Jatim,

Sulsel

Page 74: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

67

Lampiran 5. Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor

Produk

Sasaran Utama PPHP

Indikator Utama PPHP

Strategi Rencana Aksi Dukungan K/L lain

1 Tersertifikasinya semua produk pertanian organik, kakao fermentasi dan bahan olahan karet pada 2014 (pemberlakuan sertifikasi wajib)

Peningkatan produk olahan hasil pertanian yang bermutu untuk ekspor dan pasar domestik sebesar 5% pertahun

Penerapan dan pengawasan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan

- Pemetaan sentra kawasan pertanian organik, kakao, karet

- Optimalisasi agrobisnis pertanian organik, kakao dan karet

- Inventarisasi dan penciptaan instrumen yang diperlukan dalam memberlakukan sertifikasi wajib

- Pengawalan, pembinaan, pendaftaran agrobisnis pertanian organik, kakao dan karet untuk memperoleh sertifikat

- Pengembangan jaringan pemasaran produk organik, kakao dan karet

- Pengembangan sistim pemasaran melalui pasar lelang untuk karet

- Pengembangan Pelayanan informasi pasar

- Kementerian Perindustrian

Sinergitas kegiatan industri di perdesaan dan pengembangan cluster industry

- Kementerian Perdagangan Penataan kerja sama pemasaran internasional dan dalam negeri, pengaturan pajak dan prosedur ekspor dan impor

Page 75: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

68

Sasaran Utama PPHP

Indikator Utama PPHP

Strategi Rencana Aksi Dukungan K/L lain

2 Meningkatnya produk olahan yang diperdagangkan dari 20% (2010) menjadi 50% (2014)

Peningkatan jumlah lembaga pemasaran petani dalam rangka penyerapan pasar hasil pertanian di pasar domestik sebesar 5% pertahun

Pengembangan dan pengelolaan sarana kelembagaan pemasaran produk hasil pertanian

- Pemetaan sentra kawasan pertanian sebagai calon agrobisnis pengolahan

- Optimalisasi agrobisnis pengolahan hasil pertanian

- Pengawalan dan pembinaan jaringan pemasaran berbasis kelembagaan pemasaran

- Pengembangan Pelayanan informasi pasar

- Optimalisasi Sarana dan Kelembagaan Pasar Domestik

- Inventarisasi dan Penciptaan instrumen yang dapat mengakselerasi pemasaran

Kerjasama promosi, diplomasi, negosiasi, market intelligence BKPM Penyediaan informasi investasi komoditas unggulan; pengembangan komoditas unggulan nasional; insentif investasi primer & olahan produk Pertanian

3 Pengembangan tepung-tepungan untuk mensubstitusi 20% gandum/terigu impor 2014

Peningkatan Jumlah usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian tumbuh 6% setiap tahunnya

Pengembangan kewirausahaan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian

- Pemetaan sentra kawasan pertanian sebagai calon agrobisnis tepung-tepungan, kakao dan

Pengembangan kebijakan penyediaan bahan baku obat tradisional mengembangan IKOT dan IOT

Page 76: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

69

Sasaran Utama PPHP

Indikator Utama PPHP

Strategi Rencana Aksi Dukungan K/L lain

4 Memenuhi semua sarana pengolahan kakao fermentasi bermutu untuk industri coklat dalam negeri

komoditi unggulan lainnya

- Optimalisasi agrobisnis tepung-tepungan, kakao dan komoditi unggulan lainnya

- inventarisasi dan penciptaan instrumen yang dapat mengakselerasi pemasaran tepung-tepungan, kakao dan komoditi unggulan lainnya

- Pengawalan dan pembinaan peningkatan agrobisnis tepung-tepungan, kakao, dan komoditi unggulan lainnya

- Promosi agrobisnis tepung-tepungan, kakao dan komoditi unggulan lainnya

- Pengembangan Pelayanan informasi pasar tepung-tepungan, kakao, dan komoditi unggulan lainnya

- Pengembangan akses pemasaran ,

Badan POM

Pembinaan Food safety komoditas terolah dan advokasi legalitas usaha PIRT dan MD

BPPT

Pengembangan teknologi terapan pengolahan hasil

Kementerian Keuangan

Page 77: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

70

Sasaran Utama PPHP

Indikator Utama PPHP

Strategi Rencana Aksi Dukungan K/L lain

pemantauan pasar aneka tepung, kakao dan komoditi unggulan lainnya

- intensifikasi promosi, diplomasi, negosiasi, market intelligence, misi dagang, kerjasama kedutaan/ATPC, advokasi negative campagne, kemitraan pola cluster dan kerjasama pemasaran; penataan rantai pasokan, efisiensi transportasi, sistem tunda jual.

5 Meningkatnya surplus neraca perdagangan US$ 24,3 milyar (2010) menjadi US$ 54,5 milyar (2014)

Peningkatan net ekspor komoditas segar dan olahan sebesar 15% pertahun

Pemenuhan permintaan pasar dalam negeri dan penguatan ekspor komoditas strategis

- Pengembangan jaringan pemasaran komoditi strategis

- Pengembangan pelayanan dan pemantauan pasar pasar domestik dan internasional

- Sosialisasi dan diseminasi hasil

Kebijakan Fiskal dan moneter

Kementerian BUMN

Page 78: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

71

Sasaran Utama PPHP

Indikator Utama PPHP

Strategi Rencana Aksi Dukungan K/L lain

diplomasi dan negosiasi di forum perdagangan internasional; international market intelligence; peluang dan informasi pasar produk pertanian internasional; prosedur ekspor produk pertanian, dll

- Pengembangan pasar & informasi pasar; intensifikasi promosi; diplomasi dan negosiasi di forum perdagangan

- Peningkatan citra dan advokasi produk pertanian Indonesia baik di dalam negeri maupun di forum internasional

- Pengembangan kemitraan pola cluster dan kerjasama pemasaran untuk pasar dalam negeri maupun pasar internasional

Pengembangan investasi agroindustri, revitalisasi pabrik

Perguruan Tinggi

Pengembangan teknologi terapan pengolahan hasil dan pendampingan usaha olahan

Kemendiknas

Program makanan tambahan untuk anak sekolah (PMTAS)

Kementerian Koperasi dan UKM

advokasi legalitas gapoktan menjadi koperasi pertanian (KOPTAN)

Page 79: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

72

Sasaran Utama PPHP

Indikator Utama PPHP

Strategi Rencana Aksi Dukungan K/L lain

Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral

Kebijakan pengembangan penyediaan bahan baku energi alternatif berbasis komoditas dan limbah pertanian

Kementerian Luar Negeri

Kedutaan Besar, Konjen dan ITPC

Penyediaan data dan informasi pasar (market intelligence) dalam rangka penyusunan strategi diplomasi, negosiasi, promosi, advokasi dan peningkatan citra produk pertanian, dll

Kementerian Koordinator Perekonomian

Koordinasi kebijakan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian

Kementerian Perhubungan

Page 80: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

73

Sasaran Utama PPHP

Indikator Utama PPHP

Strategi Rencana Aksi Dukungan K/L lain

Penataan regulasi kebijakan distribusi dan transportasi untuk menunjang kelancaran pemasaran produk pertanian baik pasar dalam negeri maupun pasar ekspor

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota

Koordinasi, pengawalan, pembinaan pemasaran

Page 81: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

74

Page 82: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

52

Lampiran 6. Tugas Pokok Fungsi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Pertanian

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:

61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Pertanian mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

standardisasi teknis di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Dalam

melaksanakan tugas tersebut Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Pertanian menyelenggarakan fungsi:

1) Perumusan kebijakan di bidang mutu dan standardisasi, pengolahan,

pengembangan usaha, dan pemasaran hasil pertanian;

2) Pelaksanaan kebijakan di bidang mutu dan standardisasi, pengolahan,

pengembangan usaha, dan pemasaran hasil pertanian;

3) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang mutu dan

standardisasi, pengolahan, pengembangan usaha, dan pemasaran hasil

pertanian;

4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang mutu dan standardisasi,

pengolahan, pengembangan usaha, dan pemasaran hasil pertanian; dan

5) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Pertanian.

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian terdiri dari 5

(lima) Direktorat, yaitu: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Direktorat Mutu,

Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi dan Standardisasi, Direktorat

Pemasaran Domestik , Direktorat Pemasaran Internasional dan Sekretariat Direktorat

Jenderal.

Page 83: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

53

BAB X

DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN

Bagian Kesatu

Kedudukan, Tugas Dan Fungsi

Pasal 790

(1) Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian adalah unsur

pelaksana pada Kementerian Pertanian.

(2) Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dipimpin oleh

Direktur Jenderal yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.

Pasal 791

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian mempunyai tugas

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang

pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.

Pasal 792

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 791, Direktorat

Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang mutu dan standardisasi, pengolahan,

pengembangan usaha, dan pemasaran hasil pertanian;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang mutu dan standardisasi, pengolahan,

pengembangan usaha, dan pemasaran hasil pertanian;

c. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang mutu dan

standardisasi, pengolahan, pengembangan usaha, dan pemasaran hasil

pertanian;

d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang mutu dan standardisasi,

pengolahan, pengembangan usaha, dan pemasaran hasil pertanian; dan

e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Pertanian.

Bagian Kedua

Page 84: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

54

Susunan Organisasi

Pasal 7923

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian terdiri atas:

a. Sekretariat Direktorat Jenderal;

b. Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian;

c. Direktorat Mutu dan Standardisasi;

d. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi;

e. Direktorat Pemasaran Domestik; dan

f. Direktorat Pemasaran Internasional.

Bagian Ketiga

Sekretariat Direktorat Jenderal

Pasal 794

Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan

administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.

Pasal 795

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 794, Sekretariat

Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi, dan penyusunan rencana dan program, anggaran, dan kerja sama di

bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian;

b. pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan;

c. evaluasi dan penyempurnaan organisasi dan tata laksana, serta pengelolaan

urusan kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan perundang-

undangan, serta pelaksanaan hubungan masyarakat;

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang pengolahan dan

pemasaran hasil pertanian; dan

e. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Pertanian.

Page 85: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

55

Pasal 796

Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas:

a. Bagian Perencanaan;

b. Bagian Keuangan dan Perlengkapan;

c. Bagian Umum;

d. Bagian Evaluasi dan Pelaporan; dan

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 797

Bagian Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan

program, anggaran, dan kerja sama di bidang pengolahan dan pemasaran hasil

pertanian.

Pasal 798

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 797, Bagian

Perencanaan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan penyusunan rencana dan program;

b. penyiapan penyusunan anggaran; dan

c. penyiapan penyusunan kerja sama.

Pasal 799

Bagian Perencanaan terdiri atas:

a. Subbagian Program;

b. Subbagian Anggaran; dan

c. Subbagian Kerja Sama.

Pasal 800

(1) Subbagian Program mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana

dan program.

(2) Subbagian Anggaran mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan

anggaran.

Page 86: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

56

(3) Subbagian Kerja Sama mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan kerjasama.

Pasal 801

Bagian Keuangan dan Perlengkapan mempunyai tugas melaksanakan urusan

keuangan dan perlengkapan.

Pasal 802

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 801, Bagian

Keuangan dan Perlengkapan menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan urusan perbendaharaan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP),

dan penyiapan pengujian dan penerbitan surat perintah membayar (SPM);

b. pelaksanaan urusan akuntansi dan verifikasi anggaran; dan

c. pelaksanaan urusan perlengkapan.

Pasal 803

Bagian Keuangan dan Perlengkapan terdiri atas:

a. Subbagian Perbendaharaan;

b. Subbagian Akuntansi dan Verifikasi; dan

c. Subbagian Perlengkapan.

Pasal 804

(1) Subbagian Perbendaharaan mempunyai tugas melakukan urusan

perbendaharaan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan penyiapan bahan

pengujian dan penerbitan surat perintah membayar (SPM).

(2) Subbagian Akuntansi dan Verifikasi mempunyai tugas melakukan urusan

akuntansi dan verifikasi anggaran.

(3) Subbagian Perlengkapan mempunyai tugas melakukan urusan perlengkapan.

Pasal 805

Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan evaluasi dan penyempurnaan

organisasi dan tata laksana, urusan kepegawaian, penyusunan rancangan peraturan

perundang-undangan dan pelaksanaan hubungan masyarakat, serta urusan tata usaha

dan rumah tangga.

Pasal 806

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 805, Bagian Umum

menyelenggarakan fungsi:

Page 87: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

57

a. penyiapan evaluasi dan penyempurnaan organisasi dan tata laksana, serta

pelaksanaan urusan kepegawaian;

b. penyiapan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, pelaksanaan

hubungan masyarakat, serta urusan perpustakaan; dan

c. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Pasal 807

Bagian Umum terdiri atas:

a. Subbagian Organisasi dan Kepegawaian;

b. Subbagian Hukum dan Hubungan Masyarakat; dan

c. Subbagian Tata Usaha dan Rumah Tangga.

Pasal 808

(1) Subbagian Organisasi dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan evaluasi dan penyempurnaan organisasi dan tata laksana, serta

pelaksanaan urusan kepegawaian.

(2) Subbagian Hukum dan Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan,

pelaksanaan hubungan masyarakat, serta urusan perpustakaan.

(3) Subbagian Tata Usaha dan Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan urusan

tata usaha dan rumah tangga.

Pasal 809

Bagian Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas melaksanakan evaluasi dan

pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.

Pasal 810

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 809, Bagian Evaluasi

dan Pelaporan menyelenggarakan fungsi:

a. pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dan informasi;

b. penyiapan analisis, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan program; dan

c. penyiapan laporan pelaksanaan kegiatan dan tindaklanjut hasil pengawasan di

bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.

Page 88: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

58

Pasal 811

Bagian Evaluasi dan Pelaporan terdiri atas:

a. Subbagian Data dan Informasi;

b. Subbagian Evaluasi; dan

c. Subbagian Pelaporan dan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan.

Pasal 812

(1) Subbagian Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan,

pengolahan dan penyajian data dan informasi.

(2) Subbagian Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyiapan

analisis, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan program.

(3) Subbagian Pelaporan dan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan laporan pelaksanaan kegiatan dan tindaklanjut hasil

pengawasan di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.

Pasal 813

Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 796 huruf e

mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan fungsional

masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 814

(1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas beberapa jabatan fungsional yang

mendukung pelaksanaan tugas kesekretariatan yang terbagi dalam berbagai

kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.

(2) Masing-masing kelompok jabatan fungsional dikoordinasikan oleh seorang tenaga

fungsional senior yang ditunjuk oleh Sekretaris Direktorat Jenderal.

(3) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan

berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 89: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

59

Bagian Keempat

Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian

Pasal 815

Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan hasil

pertanian.

Pasal 816

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 815, Direktorat

Pengolahan Hasil Pertanian menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengolahan dan analisis mengenai

dampak lingkungan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengolahan dan analisis mengenai dampak

lingkungan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengolahan dan

analisis mengenai dampak lingkungan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

dan peternakan;

d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan dan analisis

mengenai dampak lingkungan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan

peternakan; dan

e. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian.

Pasal 817

Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian terdiri atas:

a. Subdirektorat Pengolahan Tanaman Pangan;

b. Subdirektorat Pengolahan Hortikultura;

c. Subdirektorat Pengolahan Perkebunan;

d. Subdirektorat Pengolahan Peternakan;

e. Subbagian Tata Usaha; dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 818

Subdirektorat Pengolahan Tanaman Pangan mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

Page 90: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

60

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

pengolahan hasil dan analisis mengenai dampak lingkungan tanaman pangan.

Pasal 819

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 818, Subdirektorat

Pengolahan Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pengolahan hasil dan analisis

mengenai dampak lingkungan tanaman serealia, aneka kacang dan aneka umbi;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengolahan hasil dan analisis

mengenai dampak lingkungan tanaman serealia, aneka kacang dan aneka umbi;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pengolahan hasil dan analisis mengenai dampak lingkungan tanaman serealia,

aneka kacang dan aneka umbi; dan

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan hasil

dan analisis mengenai dampak lingkungan tanaman serealia, aneka kacang dan

aneka umbi.

Pasal 820

Subdirektorat Pengolahan Tanaman Pangan terdiri atas:

a. Seksi Serealia; dan

b. Seksi Aneka Kacang dan Umbi.

Pasal 821

(1) Seksi Serealia mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta

pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan hasil dan analisis

mengenai dampak lingkungan tanaman serealia.

(2) Seksi Aneka Kacang dan Umbi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan

hasil dan analisis mengenai dampak lingkungan tanaman aneka kacang dan

aneka umbi.

Pasal 822

Page 91: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

61

Subdirektorat Pengolahan Hortikultura mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan hasil dan

analisis mengenai dampak lingkungan tanaman hortikultura.

Pasal 823

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 822, Subdirektorat

Pengolahan Hortikultura menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pengolahan hasil dan analisis

mengenai dampak lingkungan tanaman buah, sayuran, florikultura dan obat;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengolahan hasil dan analisis

mengenai dampak lingkungan tanaman buah, sayuran, florikultura dan obat;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pengolahan hasil dan analisis mengenai dampak lingkungan tanaman buah,

sayuran, florikultura dan obat; dan

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan hasil

dan analisis mengenai dampak lingkungan tanaman buah, sayuran, florikultura

dan obat.

Pasal 824

Subdirektorat Pengolahan Hortikultura terdiri atas:

a. Seksi Tanaman Buah dan Sayuran; dan

b. Seksi Tanaman Florikultura dan Tanaman Obat.

Pasal 825

(1) Seksi Tanaman Buah dan Sayuran mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan

hasil dan analisis mengenai dampak lingkungan tanaman buah dan sayuran.

(2) Seksi Tanaman Florikultura dan Tanaman Obat mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,

standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang pengolahan hasil dan analisis mengenai dampak lingkungan tanaman

florikultura dan tanaman obat.

Page 92: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

62

Pasal 826

Subdirektorat Pengolahan Perkebunan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan hasil dan

analisis mengenai dampak lingkungan tanaman perkebunan.

Pasal 827

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 826, Subdirektorat

Pengolahan Perkebunan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pengolahan hasil dan analisis

mengenai dampak lingkungan tanaman semusim dan tahunan;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengolahan hasil dan analisis

mengenai dampak lingkungan tanaman semusim dan tahunan;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pengolahan hasil dan analisis mengenai dampak lingkungan tanaman semusim

dan tahunan; dan

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan hasil

dan analisis mengenai dampak lingkungan tanaman semusim dan tahunan.

Pasal 828

Subdirektorat Pengolahan Perkebunan terdiri atas:

a. Seksi Tanaman Semusim; dan

b. Seksi Tanaman Tahunan.

Pasal 829

(1) Seksi Tanaman Semusim mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan

hasil dan analisis mengenai dampak lingkungan tanaman semusim.

(2) Seksi Tanaman Tahunan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan

hasil dan analisis mengenai dampak lingkungan tanaman tahunan.

Page 93: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

63

Pasal 830

Subdirektorat Pengolahan Peternakan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan hasil dan

analisis mengenai dampak lingkungan peternakan.

Pasal 831

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 830, Subdirektorat

Pengolahan Peternakan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang pengolahan hasil dan analisis

mengenai dampak lingkungan ternak ruminansia dan non ruminansia;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengolahan hasil dan analisis

mengenai dampak lingkungan ternak ruminansia dan non ruminansia;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pengolahan hasil dan analisis mengenai dampak lingkungan ternak ruminansia

dan non ruminansia; dan

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan hasil

dan analisis mengenai dampak lingkungan ternak ruminansia dan non ruminansia.

Pasal 832

Subdirektorat Pengolahan Peternakan terdiri atas:

a. Seksi Ternak Ruminansia; dan

b. Seksi Ternak Nonruminansia.

Pasal 833

(1) Seksi Ternak Ruminansia mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan

hasil dan analisis mengenai dampak lingkungan ternak ruminansia.

(2) Seksi Ternak Nonruminansia mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan

hasil dan analisis mengenai dampak lingkungan ternak nonruminansia.

Page 94: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

64

Pasal 834

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan,

perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat, serta kearsipan Direktorat

Pengolahan Hasil Pertanian.

Pasal 835

Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 817 huruf f

mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan fungsional

masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 836

(1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas jabatan fungsional Pengawas Mutu

Hasil Pertanian, yang dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior yang

ditunjuk oleh Direktur.

(2) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan

berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

(3) Jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kelima

Direktorat Mutu dan Standardisasi

Pasal 837

Direktorat Mutu dan Standardisasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang mutu dan

standardisasi.

Pasal 838

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 837, Direktorat Mutu

dan Standardisasi menyelenggarakan fungsi:

Page 95: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

65

a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang standardisasi, penerapan dan

pengawasan jaminan mutu, akreditasi dan kelembagaan, serta kerja sama dan

harmonisasi;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang standardisasi, penerapan dan pengawasan

jaminan mutu, akreditasi dan kelembagaan, serta kerja sama dan harmonisasi;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang standardisasi,

penerapan dan pengawasan jaminan mutu, akreditasi dan kelembagaan, serta

kerja sama dan harmonisasi;

d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang standardisasi, penerapan dan

pengawasan jaminan mutu, akreditasi dan kelembagaan, serta kerja sama dan

harmonisasi; dan

e. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Mutu dan Standardisasi.

Pasal 839

Direktorat Mutu dan Standardisasi terdiri atas:

a. Subdirektorat Standardisasi;

b. Subdirektorat Penerapan dan PengawasanJaminan Mutu;

c. Subdirektorat Akreditasi dan Kelembagaan;

d. Subdirektorat Kerja Sama dan Harmonisasi;

e. Subbagian Tata Usaha; dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 840

Subdirektorat Standardisasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan

dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta

pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang standardisasi.

Pasal 841

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 840, Subdirektorat

Standardisasi menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang standardisasi tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, dan peternakan;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang standardisasi tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, dan peternakan;

Page 96: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

66

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

standardisasi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan; dan

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang standardisasi

tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

Pasal 842

Subdirektorat Standardisasi terdiri atas:

a. Seksi Tanaman Pangan dan Hortikultura; dan

b. Seksi Perkebunan dan Peternakan.

Pasal 843

(1) Seksi Tanaman Pangan dan Hortikultura mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

standardisasi tanaman pangan dan hortikultura.

(2) Seksi Perkebunan dan Peternakan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

standardisasi perkebunan dan peternakan.

Pasal 844

Subdirektorat Penerapan dan Pengawasan Jaminan Mutu mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,

standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang penerapan dan pengawasan jaminan mutu.

Pasal 845

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 844, Subdirektorat

Penerapan dan Pengawasan Jaminan Mutu menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan penyusunan kebijakan di bidang penerapan dan pengawasan jaminan

mutu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan;

Page 97: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

67

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penerapan dan pengawasan jaminan

mutu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

penerapan dan pengawasan jaminan mutu tanaman pangan, hortikultura,

perkebunan, dan peternakan; dan

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penerapan dan

pengawasan jaminan mutu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan

peternakan.

Pasal 846

Subdirektorat Penerapan dan Pengawasan Jaminan Mutu terdiri atas:

a. Seksi Tanaman Pangan dan Hortikultura; dan

b. Seksi Perkebunan dan Peternakan.

Pasal 847

(1) Seksi Tanaman Pangan dan Hortikultura mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

penerapan dan pengawasan jaminan mutu tanaman pangan dan hortikultura.

(2) Seksi Perkebunan dan Peternakan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penerapan

dan pengawasan jaminan mutu perkebunan dan peternakan.

Pasal 848

Subdirektorat Akreditasi dan Kelembagaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang akreditasi dan

kelembagaan.

Pasal 849

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 848, Subdirektorat

Akreditasi dan Kelembagaan menyelenggarakan fungsi:

Page 98: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

68

a. penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang akreditasi dan kelembagaan

tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang akreditasi dan kelembagaan tanaman

pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang akreditasi

dan kelembagaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan;

dan

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang akreditasi dan

kelembagaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

Pasal 850

Subdirektorat Akreditasi dan Kelembagaan terdiri atas:

a. Seksi Tanaman Pangan dan Hortikultura; dan

b. Seksi Perkebunan dan Peternakan.

Pasal 851

(1) Seksi Tanaman Pangan dan Hortikultura mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

akreditasi dan kelembagaan tanaman pangan dan hortikultura.

(2) Seksi Perkebunan dan Peternakan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang akreditasi

dan kelembagaan perkebunan dan peternakan.

Pasal 852

Subdirektorat Kerja Sama dan Harmonisasi mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

kerjasama dan harmonisasi.

Pasal 853

Page 99: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

69

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 852, Subdirektorat

Kerjasama dan Harmonisasi menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang kerjasama dan harmonisasi

tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang kerjasama dan harmonisasi tanaman

pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kerjasama

dan harmonisasi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan; dan

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kerjasama dan

harmonisasi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

Pasal 854

Subdirektorat Kerjasama dan Harmonisasi terdiri atas:

a. Seksi Tanaman Pangan dan Hortikultura; dan

b. Seksi Perkebunan dan Perternakan.

Pasal 855

(1) Seksi Tanaman Pangan dan Hortikultura mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

kerja sama dan harmonisasi tanaman pangan dan hortikultura.

(2) Seksi Perkebunan dan Perternakan mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

kerja sama dan harmonisasi perkebunan dan perternakan.

Pasal 856

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan,

perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat, serta kearsipan Direktorat Mutu dan

Standardisasi.

Pasal 857

Page 100: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

70

Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 839 huruf f

mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang ,jabatan fungsional

masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 858

(1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas jabatan fungsional Pengawas Mutu Hasil

Pertanian yang dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior yang

ditunjuk oleh Direktur.

(2) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan

berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

(3) Jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Keenam

Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi

Pasal 859

Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

pengembangan usaha dan investasi.

Pasal 860

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 859, Direktorat

Pengembangan Usaha dan Investasi menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang kemitraan dan kewirausahaan,

investasi, promosi dalam dan luar negeri;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang kemitraan dan kewirausahaan, investasi, promosi

dalam dan luar negeri;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kemitraan dan

kewirausahaan, investasi, promosi dalam dan luar negeri;

Page 101: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

71

d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kemitraan dan kewirausahaan,

investasi, promosi dalam dan luar negeri; dan

e. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi.

Pasal 861

Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi terdiri atas:

a. Subdirektorat Kemitraan dan Kewirausahaan;

b. Subdirektorat Investasi;

c. Subdirektorat Promosi Dalam Negeri;

d. Subdirektorat Promosi Luar Negeri; dan

e. Subbagian Tata Usaha.

Pasal 862

Subdirektorat Kemitraan dan Kewirausahaan mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

kemitraan dan kewirausahaan.

Pasal 863

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 862, Subdirektorat

Kemitraan dan Kewirausahaan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan penyusunan kebijakan di bidang kemitraan, kewirausahaan dan

ekonomi kreatif;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang kemitraan, kewirausahaan dan

ekonomi kreatif;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kemitraan,

kewirausahaan dan ekonomi kreatif; dan

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kemitraan,

kewirausahaan dan ekonomi kreatif.

Pasal 864

Subdirektorat Kemitraan dan Kewirausahaan terdiri atas:

a. Seksi Kemitraan; dan

b. Seksi Kewirausahaan dan Ekonomi Kreatif.

Page 102: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

72

Pasal 865

(1) Seksi Kemitraan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta

pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kemitraan.

(2) Seksi Kewirausahaan dan Ekonomi Kreatif mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,

standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang kewirausahaan dan ekonomi kreatif.

Pasal 866

Subdirektorat Investasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta

pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang investasi pertanian.

Pasal 867

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 866, Subdirektorat

Investasi menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan penyusunan kebijakan di bidang investasi tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, dan peternakan;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang investasi tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, dan peternakan;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang investasi

tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan; dan

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang investasi tanaman

pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

Pasal 868

Subdirektorat Investasi terdiri atas:

a. Seksi Tanaman Pangan dan Hortikultura; dan

b. Seksi Perkebunan dan Peternakan.

Pasal 869

Page 103: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

73

(1) Seksi Tanaman Pangan dan Hortikultura mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

investasi tanaman pangan dan hortikultura.

(2) Seksi Perkebunan dan Peternakan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang investasi

perkebunan dan peternakan.

Pasal 870

Subdirektorat Promosi Dalam Negeri mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi dalam negeri.

Pasal 871

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 870, Subdirektorat

Promosi Dalam Negeri menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang daya saing, eksibisi, dan expo

hasil pertanian;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang daya saing, eksibisi, dan expo hasil

pertanian;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang daya

saing, eksibisi, dan expo hasil pertanian; dan

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang daya saing,

eksibisi, dan expo hasil pertanian.

Pasal 872

Subdirektorat Promosi Dalam Negeri terdiri atas:

a. Seksi Daya Saing; dan

b. Seksi Eksibisi dan Expo.

Pasal 873

(1) Seksi Daya Saing mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan

dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,

Page 104: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

74

serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang daya saing hasil

pertanian.

(2) Seksi Eksebisi dan Expo mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang eksibisi dan

expo hasil pertanian.

Pasal 874

Subdirektorat Promosi Luar Negeri mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang promosi luar negeri.

Pasal 875

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 874, Subdirektorat

Promosi Luar Negeri menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan penyusunan kebijakan di bidang daya saing, eksibisi, dan expo hasil

pertanian;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang daya saing, eksibisi, dan expo hasil

pertanian;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang daya

saing, eksibisi, dan expo hasil pertanian; dan

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang daya saing,

eksibisi, dan expo hasil pertanian.

Pasal 876

Subdirektorat Promosi Luar Negeri terdiri atas:

a. Seksi Daya Saing; dan

b. Seksi Eksibisi dan Expo.

Pasal 877

(1) Seksi Daya Saing mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan

dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,

serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang daya saing hasil

pertanian.

(2) Seksi Eksebisi dan Expo mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

Page 105: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

75

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang eksibisi dan

expo hasil pertanian.

Pasal 878

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan,

perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat serta kearsipan Direktorat

Pengembangan Usaha dan Investasi.

Bagian Ketujuh

Direktorat Pemasaran Domestik

Pasal 879

Direktorat Pemasaran Domestik mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran domestik.

Pasal 880

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 879, Direktorat

Pemasaran Domestik menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang informasi, pemantauan dan stabilisasi

harga, sarana dan kelembagaan pasar, serta jaringan pemasaran;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang informasi, pemantauan dan stabilisasi harga,

sarana dan kelembagaan pasar, serta jaringan pemasaran;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang informasi,

pemantauan dan stabilisasi harga, sarana dan kelembagaan pasar, serta jaringan

pemasaran;

d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang informasi, pemantauan dan

stabilisasi harga, sarana dan kelembagaan pasar, serta jaringan pemasaran; dan

e. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pemasaran Domestik.

Pasal 881

Direktorat Pemasaran Domestik terdiri atas:

a. Subdirektorat Informasi Pasar;

b. Subdirektorat Pemantauan Pasar dan Stabilisasi Harga;

c. Subdirektorat Sarana dan Kelembagaan Pasar;

d. Subdirektorat Jaringan Pemasaran;

Page 106: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

76

e. Subbagian Tata Usaha; dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 882

Subdirektorat Informasi Pasar mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan

dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta

pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang informasi pasar.

Pasal 883

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 882, Subdirektorat

Informasi Pasar menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan penyusunan kebijakan di bidang analisis dan diseminasi informasi

pasar;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis dan diseminasi informasi

pasar;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang analisis

dan diseminasi informasi pasar; dan

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang analisis dan

diseminasi informasi pasar.

Pasal 884

Subdirektorat Informasi Pasar terdiri atas:

a. Seksi Analisis Pasar; dan

b. Seksi Diseminasi Informasi Pasar.

Pasal 885

(1) Seksi Analisis Pasar mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan

dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,

serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang analisis informasi pasar.

(2) Seksi Diseminasi Informasi Pasar mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang diseminasi

informasi pasar.

Page 107: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

77

Pasal 886

Subdirektorat Pemantauan Pasar dan Stabilisasi Harga mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,

standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang pemantauan pasar dan stabilisasi harga.

Pasal 887

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 886, Subdirektorat

Pemantauan Pasar dan Stabilisasi Harga menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pemantauan pasar dan stabilisasi

harga;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pemantauan pasar dan stabilisasi

harga;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pemantauan pasar dan stabilisasi harga; dan

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemantauan pasar

dan stabilisasi harga.

Pasal 888

Subdirektorat Pemantauan Pasar dan Stabilisasi Harga terdiri atas:

a. Seksi Pemantauan Pasar; dan

b. Seksi Stabilisasi Harga.

Pasal 889

(1) Seksi Pemantauan Pasar mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemantauan

pasar.

(2) Seksi Stabilisasi Harga mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang stabilisasi

harga.

Page 108: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

78

Pasal 890

Subdirektorat Sarana dan Kelembagaan Pasar mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang sarana

dan kelembagaan pasar.

Pasal 891

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 890, Subdirektorat

Sarana dan Kelembagaan Pasar menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan penyusunan kebijakan di bidang sarana dan kelembagaan pasar;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang sarana dan kelembagaan pasar;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang sarana

dan kelembagaan pasar; dan

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang sarana dan

kelembagaan pasar.

Pasal 892

Subdirektorat Sarana dan Kelembagaan Pasar terdiri atas:

a. Seksi Sarana Pasar; dan

b. Seksi Kelembagaan Pasar.

Pasal 893

(1) Seksi Sarana Pasar mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan

dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria

serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang sarana pasar.

(2) Seksi Kelembagaan Pasar mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kelembagaan

pasar.

Pasal 894

Page 109: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

79

Subdirektorat Jaringan Pemasaran mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang jaringan pemasaran.

Pasal 895

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 894, Subdirektorat

Jaringan Pemasaran menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan penyusunan kebijakan di bidang akses pasar dan fasilitasi pemasaran;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang akses pasar dan fasilitasi pemasaran;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang akses

pasar dan fasilitasi pemasaran; dan

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang akses pasar dan

fasilitasi pemasaran.

Pasal 896

Subdirektorat Jaringan Pemasaran terdiri atas:

Seksi Akses Pasar; dan

Seksi Fasilitasi Pemasaran.

Pasal 897

(1) Seksi Akses Pasar mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan

dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,

serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang akses pasar.

(2) Seksi Fasilitasi Pemasaran mempunyai tugas penyiapan bahan penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta

pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang fasilitasi pemasaran.

Pasal 898

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan,

perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat serta kearsipan Direktorat Pemasaran

Domestik.

Pasal 899

Page 110: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

80

Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 881 huruf f

mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan fungsional

masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 900

(1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas jabatan fungsional Analis Informasi

Pasar Hasil Pertanian, yang dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional

senior yang ditunjuk oleh Direktur.

(2) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan

berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

(3) Jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Bagian Kedelapan

Direktorat Pemasaran Internasional

Pasal 901

Direktorat Pemasaran Internasional mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran internasional.

Pasal 902

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 901, Direktorat

Pemasaran Internasional menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang analisis, pengembangan ekspor,

pemasaran bilateral, pemasaran regional, multilateral, dan kerja sama komoditi;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang analisis, pengembangan ekspor, pemasaran

bilateral, pemasaran regional, multilateral, dan kerja sama komoditi;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang analisis,

pengembangan ekspor, pemasaran bilateral, pemasaran regional, multilateral, dan

kerja sama komoditi;

Page 111: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

81

d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang analisis, pengembangan

ekspor, pemasaran bilateral, pemasaran regional, multilateral, dan kerja sama

komoditi; dan

e. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pemasaran Internasional.

Pasal 903

Direktorat Pemasaran Internasional terdiri atas:

Subdirektorat Analisis dan Pengembangan Ekspor;

Subdirektorat Pemasaran Bilateral;

Subdirektorat Pemasaran Regional dan Multilateral;

Subdirektorat Kerja Sama Komoditi; dan

Subbagian Tata Usaha.

Pasal 904

Subdirektorat Analisis dan Pengembangan Ekspor mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang analisis

dan pengembangan ekspor.

Pasal 905

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 904, Subdirektorat

Analisis dan Pengembangan Ekspor menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang analisis dan pengembangan

ekspor;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis dan pengembangan ekspor;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang analisis dan

pengembangan ekspor; dan

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang analisis dan

pengembangan ekspor.

Pasal 906

Subdirektorat Analisis dan Pengembangan Ekspor terdiri atas:

a. Seksi Analisis Ekspor; dan

Page 112: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

82

b. Seksi Pengembangan Ekspor.

Pasal 907

(1) Seksi Analisis Ekspor mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan

dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,

serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang analisis ekspor.

(2) Seksi Pengembangan Ekspor mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

pengembangan ekspor.

Pasal 908

Subdirektorat Pemasaran Bilateral mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran bilateral.

Pasal 909

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 908, Subdirektorat

Pemasaran Bilateral menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang pemasaran wilayah Asia

Pasifik, Amerika, Afrika, Timur Tengah, dan Eropa;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pemasaran wilayah Asia Pasifik,

Amerika, Afrika, Timur Tengah, dan Eropa;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pemasaran wilayah Asia Pasifik, Amerika, Afrika, Timur Tengah, dan Eropa; dan

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran wilayah

Asia Pasifik, Amerika, Afrika, Timur Tengah, dan Eropa.

Pasal 910

Subdirektorat Pemasaran Bilateral terdiri atas:

a. Seksi Wilayah Asia Pasifik dan Amerika; dan

b. Seksi Wilayah Afrika, Timur Tengah, dan Eropa.

Pasal 911

Page 113: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

83

(1) Seksi Wilayah Asia Pasifik dan Amerika mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

pemasaran wilayah Asia Pasifik dan Amerika.

(2) Seksi Wilayah Afrika, Timur Tengah, Eropa mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,

standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang pemasaran wilayah Afrika, Timur Tengah, dan Eropa.

Pasal 912

Subdirektorat Pemasaran Regional dan Multilateral mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

pemasaran regional dan multilateral.

Pasal 913

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 912, Subdirektorat

Pemasaran Regional dan Multilateral menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang pemasaran regional dan

multilateral;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pemasaran regional dan multilateral;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pemasaran regional dan multilateral; dan

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran

regional dan multilateral.

Pasal 914

Subdirektorat Pemasaran Regional dan Multilateral terdiri atas:

a. Seksi Regional; dan

b. Seksi Multilateral.

Page 114: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

84

Pasal 915

(1) Seksi Regional mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta

pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran regional.

(2) Seksi Multilateral mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta

pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran multilateral.

Pasal 916

Subdirektorat Kerja Sama Komoditi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kerja sama komoditi.

Pasal 917

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 916,

Subdirektorat Kerja Sama Komoditi menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang kerja sama komoditi regional,

multilateral dan bilateral;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang kerja sama komoditi regional,

multilateral dan bilateral;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kerja

sama komoditi regional, multilateral dan bilateral; dan

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kerja sama

komoditi regional, multilateral dan bilateral.

Pasal 918

Subdirektorat Kerja Sama Komoditi terdiri atas:

a. Seksi Kerja Sama Komoditi Regional; dan

b. Seksi Kerja Sama Komoditi Multilateral dan Bilateral.

Page 115: BAB I - pertanian.go.idpertanian.go.id/sakip/admin/file/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010-2014.pdf · 5. Matrik Indikator Utama, Strategi dan Rencana Aksi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing

Lampiran

85

Pasal 919

(1) Seksi Kerja Sama Komoditi Regional mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

kerja sama komoditi regional.

(2) Seksi Kerja Sama Komoditi Multilateral dan Bilateral mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,

standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang kerja sama komoditi multilateral dan bilateral.

Pasal 920

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan,

perlengkapan, rumah tangga, dan surat menyurat, serta kearsipan Direktorat

Pemasaran Internasional.