bab i luka

8
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan. Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak itu disebut proses penyembuhan luka. Penyembuhan luka merupakan respon tubuh yang normal terhadap cedera atau luka. Tujuan dari perawatan luka adalah untuk mengembalikan jaringan tubuh yang rusak menjadi bentuk semula dan dapat berfungsi secara normal. 1.2 Proses penyembuhan luka dimulai sejak kerusakan jaringan terjadi. Pada individu yang sehat, proses penyembuhan berlangsung dalam 3 fase yaitu fase inflamasi yang dimulai sejak terjadinya luka dan berlangsung selama 5-7 hari, fase proliferasi pada 1

Upload: pratiwi-rukmana

Post on 18-Nov-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ggj

TRANSCRIPT

5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan. Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak itu disebut proses penyembuhan luka. Penyembuhan luka merupakan respon tubuh yang normal terhadap cedera atau luka. Tujuan dari perawatan luka adalah untuk mengembalikan jaringan tubuh yang rusak menjadi bentuk semula dan dapat berfungsi secara normal. 1.2

Proses penyembuhan luka dimulai sejak kerusakan jaringan terjadi. Pada individu yang sehat, proses penyembuhan berlangsung dalam 3 fase yaitu fase inflamasi yang dimulai sejak terjadinya luka dan berlangsung selama 5-7 hari, fase proliferasi pada hari ke 7 sampai dengan 14 hari setelah terjadi luka, dan fase pembentukan kembali (remodelling) yang dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulan, bahkan tahun setelah luka. Keberhasilan suatu fase sangat bergantung pada keberhasilan fase-fase sebelumnya. 3

Penyembuhan luka dapat terganggu oleh penyebab dari dalam tubuh sendiri (endogen) atau oleh penyebab dari luar tubuh (eksogen). Penyebab endogen terpenting adalah gangguan koagulasi yang disebut koagulopati dan gangguan sistem imun. Semua gangguan pembekuan darah akan menghambat penyembuhan luka sebab hemostasis merupakan titik tolak dan dasar fase inflamasi. Fase inflamasi memegang peranan penting didalam proses penyembuhan luka dan sitokin-sitokin proinflamasi sangat penting untuk keberhasilan fase tersebut. Sitokin-sitokin tersebut membantu melindungi luka dari infeksi dan mempersiapkan perbaikan jaringan yang rusak dengan mengaktifasi fagosit. 1.4

Sitokin-sitokin proinflamasi seperti interleukin -1 (IL-1), IL-1, IL-6, IL-8 dan tumor necrosis factor (TNF-) merupakan kunci penyembuhan yang berhasil. Oleh karena itu produksi dari sitokin-sitokin tersebut tidak boleh terhambat agar tidak terjadi gangguan dalam proses penyembuhan luka. Menurut bidang penelitian psikoneuroimunologi, sinyal neuroendokrin dapat mempengaruhi sitokin-sitokin sebaliknya sitokin dapat mengubah fungsi neuron dan sekresi endokrin. 3.5

Studi klinik yang dilakukan oleh Broadbent et al menunjukan bahwa pasien yang mengalami stres pre-operasi lebih besar sebelum menjalani operasi hernia memiliki konsentrasi IL-1 yang lebih rendah pada pemeriksaan 20 jam setelah operasi jika dibandingkan dengan pasien yang mengalami stress pre-operasi yang lebih ringan. Seperti halnya penelitian yang dilakukan terhadap manusia, studi yang dilakukan pada tikus juga menunjukan hasil yang sama. Jumlah IL-1 mRNA di area luka pada tikus yang diberi pajanan stres lebih rendah dibandingkan dengan tikus yang digunakan sebagai kontrol. Dari hasil penelitian di atas, baik yang dilakukan terhadap manusia maupun hewan, diketahui bahwa stres dapat menurunkan produksi sitokin pro-inflamasi yang nantinya akan menghambat proses penyembuhan luka. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa stres psikologis dan faktor perilaku lainnya dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka yang terukur secara fisik dengan melihat lamanya proses penyembuhan luka. 3.4.6

Stresor dapat menimbulkan keadaan emosional yang negative seperti kecemasan dan depresi yang kemudian akan memberikan dampak terhadap proses fisiologis dan/atau pola perilaku seseorang sehingga mempengaruhi kesehatanya termasuk perlambatan dalam proses penyembuhan luka. Sebuah studi observasional yang dilakukan oleh Cole-King A et al membuktikan hal tersebut. Pengamatan dilakukan pada 53 pasien dengan luka pada tungkai bawah untuk menilai kecepatan penyembuhan lukanya. Hasilnya menunjukkan bahwa pasien yang memiliki tingkatan depresi dan kecemasan tertinggi (berdasarkan Hospital Anxiety and Depression Scale) mengalami perlambatan dalam penyembuhan lukanya dibandingkan dengan pasien dengan skor lebih rendah. 4.7.8Selama lebih dari 10 tahun terakhir, sudah diketahui bahwa stres secara signifikan dapat memperlambat proses penyembuhan luka. Interaksi antara glukokortikoid dan sitokin proinflamasi merupakan mekanisme fisiologis utama yang menghubungkan antara stres dan penyembuhan luka. Glukokortikoid yang sangat respon terhadap stres, dapat mempengaruhi proses inflamasi pada penyembuhan luka, sebagai contoh kortisol dapat mengurangi akumulasi sel darah putih di tempat cedera atau infeksi sehingga menyebabkan penurunan reaksi inflamasi. Akibat efeknya pada sistem imun, peningkatan kadar kortisol dapat menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan dapat menunda atau menghambat penyembuhan. 3.5Berdasarkan alasan-alasan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat stres terhadap proses penyembuhan luka operasi pada pasien bedah RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. 1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan tingkat stres dengan proses penyembuhan luka operasi pasien bedah RSUD Arifin Achmad yang dilihat dari lamanya proses penyembuhan luka secara fisik.

1.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat stres dengan proses penyembuhan luka operasi pasien bedah RSUD Arifin Achmad yang dilihat dari lamanya proses penyembuhan luka secara fisik.1.4 Tujuan Penelitian1.4.1 Tujuan Umum Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan proses penyembuhan luka operasi pasien bedah RSUD Arifin Achmad.1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui tingkat stres pasien bedah RSUD Arifin Ahmad1.

b. Untuk mengetahui lamanya proses penyembuhan luka operasi pasien bedah RSUD Arifin Achmad.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti, menambah pengetahuan dalam bidang penelitian kedokteran serta memperluas pengetahuan mengenai Psikoneuroimunologi. 2. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai dasar, bahan pembanding dan masukan untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi masyarakat, menambah informasi mengenai hubungan tingkat stres dengan proses penyembuhan luka. 1