bab ii karya tulis ilmiah luka terkontaminasi

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Luka Terkontaminasi 1. Definisi Luka adalah setiap kerusakan di kulit yang dapat bervariasi dari dangkal sampai luka ketebalan penuh. Kontaminasi adalah adanya non-replikasi mikroorganisme pada permukaan luka (10). Luka terkontaminasi (contamined wounds) adalah luka berada pada kondisi yang mungkin mengandung mikroorganisme (11). Yang termasuk luka terkontaminasi adalah luka yang dibiarkan terbuka 6-12 jam, luka yang terbuka kurang dari 6 jam akan tetapi kontaminasi yang terjadi banyak, dan luka akibat pembedahan yang biasanya berhubungan dengan saluran pencernaan, pernafasan, dan perkemihan yang menunjukkan adanya infeksi (1,11). Kemungkinan terjadinya infeksi pada luka 10% - 17% (12). 2. Penyembuhan Luka 6

Upload: nisya-andesita-h

Post on 20-Nov-2015

32 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

BAB II Karya Tulis Ilmiah Luka Terkontaminasi

TRANSCRIPT

23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Luka Terkontaminasi1. DefinisiLuka adalah setiap kerusakan di kulit yang dapat bervariasi dari dangkal sampai luka ketebalan penuh. Kontaminasi adalah adanya non-replikasi mikroorganisme pada permukaan luka (10). Luka terkontaminasi (contamined wounds) adalah luka berada pada kondisi yang mungkin mengandung mikroorganisme (11). Yang termasuk luka terkontaminasi adalah luka yang dibiarkan terbuka 6-12 jam, luka yang terbuka kurang dari 6 jam akan tetapi kontaminasi yang terjadi banyak, dan luka akibat pembedahan yang biasanya berhubungan dengan saluran pencernaan, pernafasan, dan perkemihan yang menunjukkan adanya infeksi (1,11). Kemungkinan terjadinya infeksi pada luka 10% - 17% (12).2. Penyembuhan Luka

Dalam keadaan normal, tubuh memiliki kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan tekanan darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh untuk melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan (12). a. Prinsip Penyembuhan Luka

Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka yaitu kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan setiap orang, respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga, respon tubuh secara sistemik pada trauma, aliran darah ke jaringan yang luka, keutuhan kulit dan membran mukosa disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme, dan penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri (12).b. Fase Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan. Hal ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan seperti yang terjadi pada luka pembedahan, yaitu (12,13):Fase inflamasi. Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah respon tubuh terhadap trauma dan invasi agen infeksi, antigen lain atau kerusakan jaringan (14). Inflamasi adalah reaksi setempat dari jaringan hidup atau sel terhadap suatu rangsangan atau injury (15).Fase ini terjadi segera setelah luka. Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk di permukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epitelial sel berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme (12).Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak. Selama sel berpindah leukosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis (FAG) yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan FAG bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan (12).Jaringan yang mengalami proses inflamasi dapat ditemukan tanda-tanda kardinal klasik seperti (15):1) Eritema (kemerahan/rubor) terjadi pada tahap pertama inflamasi. Sesaat setelah terjadi perlukaan, pembuluh darah mengalami vasokonstriksi yang singkat. Kontraksi pembuluh darah ini segera diikuti oleh vasodilatasi pada arteriol yang akan menyebabkan pembukaan mikrovaskuler baru seperti vena, arteriol kecil, dan pembuluh kapiler. Darah berkumpul pada daerah cidera jaringan akibat adanya pelepasan mediator kimia tubuh atau mediator inflamasi (kinin, prostaglandin, histamin). Kondisi ini mengakibatkan terjadinya hiperemi dan peningkatan aliran darah pada daerah yang meradang (14,15). 2) Edema (pembengkakan/tumor), merupakan tahap kedua dari inflamasi. Plasma merembes ke dalam jaringan intestinal pada tempat cidera. Kinin mendilatasi asteriol, meningkatkan permeabilitas kapiler (15).3) Kolor (panas), dapat disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan darah, atau mungkin karena pirogen yaitu substansi yang menimbulkan demam, yang mengganggu pusat pengaturan panas pada hipotalamus (15).\

4) Dolor (sakit), disebabkan karena terangsangnya serabut saraf pada daerah radang. Selain itu dapat disebabkan karena adanya pembengkakan pada pelepasan mediator-mediator kimia, misalnya asetilkolin dan histamine (15).5) Functio lesa (hilangnya fungsi), disebabkan oleh penumpukan cairan pada tempat cidera jaringan dan karena rasa nyeri. Keduanya mengurangi mobilitas pada daerah yang terkena (15).Tanda-tanda tersebut di atas dijumpai pada kondisi inflamasi akut (14). Namun bila fokus-fokus inflamasi sudah mulai berkurang, tanda-tanda tersebut akan menghilang (15).Fase proliferatif. Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah pembedahan. Fibroblas (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan nampak di bawah garis irisan luka. Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan. Fibroblas berpindah dari pembuluh darah ke luka membawa fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi jaringan yang lunak dan mudah pecah (12).Fase maturasi. Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan. Fibroblas terus mensintesis kolagen (12). Kolagen menjalin dirinya, menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih (16).3. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Dalam proses penyembuhan luka terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi lama atau tidaknya penyembuhan luka, antara lain (12):a. Usia Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah (12).b. NutrisiMasa penyembuhan luka memerlukan asupan nutrisi lebih banyak daripada biasanya. Nutrisi bukan hanya berkaitan dengan makanan, tapi juga meliputi kalori, protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, cairan, dan mineral seperti Fe, Zn diperlukan untuk membantu proses penyembuhan luka (17). Kelebihan berat badan dapat meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena suplai darah jaringan adiposa tidak adekuat (12).Masa penyembuhan luka memerlukan asupan nutrisi lebih banyak daripada biasanya. Klien memerlukan diet kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C, vitamin A, dan mineral seperti Fe, Zn untuk membantu proses penyembuhan luka. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi setelah pembedahan. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lebih lama karena suplai darah jaringan adiposa tidak adekuat. (18).Bersama dengan lemak, karbohidrat adalah sumber utama energi dalam proses penyembuhan luka. Glukosa adalah utama sumber bahan bakar yang digunakan untuk membuat ATP seluler yang menyediakan energi untuk angiogenesis dan deposisi jaringan baru. Penggunaan glukosa sebagai sumber untuk sintesis ATP sangat penting dalam mencegah penipisan asam amino lainnya dan protein substrat (19).Protein adalah salah satu yang paling penting faktor yang mempengaruhi gizi penyembuhan luka. Kekurangan protein dapat merusak susunan kapiler, proliferasi fibroblast, sintesis proteoglikan, sintesis kolagen, dan remodeling luka. Kekurangan protein juga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, dengan penurunan jumlah leukosit sehingga menurun fagositosis dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Kolagen merupakan komponen protein utama jaringan penghubung terutama terdiri dari glisin, prolin, dan hidroksiprolin. Sintesis kolagen membutuhkan hidroksilasi lisin dan prolin, dan co-faktor seperti besi besi dan vitamin C (19).Arginine adalah asam amino semi esensial yang diperlukan selama periode pertumbuhan maksimal, stres berat, dan cedera. Arginine memiliki banyak efek dalam tubuh, termasuk modulasi. Arginin juga merupakan prekursor prolin, dan dengan demikian, tingkat arginin yang cukup diperlukan untuk deposisi dukungan kolagen, angiogenesis, dan kontraksi luka. Arginine meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, dan merangsang penyembuhan luka yang sehat dan orang sakit (19).Glutamin adalah asam amino yang paling banyak dalam plasma dan merupakan sumber utama energi untuk sel metabolisme cepat berkembang biak seperti fibroblas, limfosit, sel-sel epitel, dan makrofag. Konsentrasi serum glutamin berkurang setelah operasi besar, trauma, dan sepsis, dan suplemen asam amino ini meningkatkan keseimbangan nitrogen dan mengurangi imunosupresi. Glutamin memiliki peran penting dalam merangsang inflamasi respon imun yang terjadi di awal penyembuhan luka. Suplementasi glutamin oral telah terbukti memperbaiki lukadan meningkatkan tingkat kolagen (19).Asam Lemak atau lipid digunakan sebagai dukungan nutrisi untuk pasien bedah atau sakit kritis agar membantu memenuhi kebutuhan energi dan menyediakan zat pembangun penting untuk penyembuhan luka dan perbaikan jaringan. Polyunsaturated asam lemak (PUFA), yang tidak dapat disintesis de novo oleh mamalia, terutama terdiri dari dua famili, n-6 (omega-6, ditemukan dalam kedelai minyak) dan n-3 (omega-3, ditemukan dalam minyak ikan) (19).Minyak ikan telah banyak disebut-sebut untuk manfaat kesehatan dari omega-3 asam lemak seperti asam eicosapentaenoic (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA). Efek dari asam lemak omega-3 pada penyembuhan luka tidak konklusif. Mereka dilaporkan telah mempengaruhi pro-inflamasi produksi sitokin, metabolisme sel, ekspresi gen, dan angiogenesis di lokasi luka. Manfaat sebenarnya dari asam lemak omega-3 mungkin dalam kemampuan mereka untuk meningkatkan fungsi kekebalan sistemik dari tuan rumah, sehingga mengurangi komplikasi infeksi dan meningkatkan kelangsungan hidup (19).Vitamin, mikronutrien, dan Trace Elements Vitamin C (asam askorbat-L), A (retinol), dan E (tokoferol) menunjukkan efek anti-oksidan dan anti-inflamasi kuat. Vitamin C memiliki banyak peran dalam penyembuhan luka, dan kekurangan dalam hal ini vitamin memiliki beberapa efek pada perbaikan jaringan. Kekurangan vitamin C mengakibatkan gangguan penyembuhan, dan telah dikaitkan dengan penurunan sintesis kolagen dan proliferasi fibroblast, penurunan angiogenesis, dan peningkatan kerapuhan kapiler. Juga, kekurangan vitamin C mengarah pada respon kekebalan yang terganggu dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi luka. Kekurangan vitamin A menyebabkan gangguan pada penyembuhan luka. Sifat biologis vitamin A termasuk aktivitas anti-oksidan, meningkatkan proliferasi fibroblast, modulasi diferensiasi selular dan proliferasi, meningkat sintesis kolagen dan hialuronat, dan penurunan MMP mediated degradasi matriks ekstraselular (19). Vitamin E, anti-oksidan, menjaga dan menstabilkan seluler integritas membran dengan memberikan perlindungan terhadap kerusakan oleh oksidasi. Vitamin E juga memiliki sifat anti-inflamasi dan telah disarankan untuk memiliki peran dalam mengurangi kelebihan bekas luka formasi luka kronis. Hewan percobaan telah menunjukkan bahwa suplemen vitamin E yang bermanfaat untuk luka penyembuhan, dan topikal vitamin E telah dipromosikan secara luas sebagai agen anti-jaringan parut. Namun, penelitian klinis belum terbukti peran topikal vitamin E pengobatan dalam meningkatkan hasil penyembuhan (19).Beberapa mikronutrien telah terbukti penting untuk perbaikan yang optimal. Fungsi magnesium sebagai co-faktor untuk banyak enzim yang terlibat dalam sintesis protein dan kolagen, sementara tembaga adalah diperlukan co-faktor untuk sitokrom oksidase, untuk sitosol anti-oksidan superoksida dismutase, dan untuk optimal cross-linking kolagen. Seng merupakan co-faktor untuk kedua RNA dan DNA polimerase, dan kekurangan zinc menyebabkan penurunan yang signifikan dalam penyembuhan luka. Besi diperlukan untuk hidroksilasi prolin dan lisin, dan sebagai hasilnya, kekurangan zat besi yang parah dapat menyebabkan produksi kolagen terganggu. Singkatnya, protein, karbohidrat, arginin, glutamin, asam lemak tak jenuh ganda, vitamin A, vitamin C, vitamin E, magnesium, tembaga, seng, dan besi memainkan peran penting dalam penyembuhan luka, dan kekurangan mereka mempengaruhi penyembuhan luka. Penelitian tambahan akan diperlukan untuk memahami bagaimana nutrisi mempengaruhi respon penyembuhan (19).c. InfeksiInfeksi luka dapat menghambat penyembuhan karena bakteri merupakan sumber penyebab infeksi. Luka yang terkena infeksi akan mengganggu proliferasi sel, sehingga luka sulit sembuh (20).d. Sirkulasi dan Oksigenasi Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak menyebabkan penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada penderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes mellitus (12). Oksigenasi jaringan menurun pada penderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka (20).e. HematomaHematoma merupakan bekuan darah pada luka yang secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Bekuan besar dapat menghambat proses penyembuhan luka karena tubuh memerlukan waktu untuk dapat mengabsorbsi bekuan tersebut (12). f. Benda Asing Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit yang membentuk pus (12). g. IskemiaIskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi karena balutan pada luka terlalu ketat dan akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah (20).h. Diabetes Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah sehingga nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Hal tersebut akan berdampak pada penurunan protein kalori tubuh (12). i. Keadaan Luka Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka, sehingga luka gagal untuk menyatu (20).j. ObatObat anti inflamasi dan heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka. Adapun jenis-jenis obat yang dapat mempengaruhi adalah obat-obatan steroid, antikoagulan, dan antibiotik (12).B. Ikan Gabus (Channa striata)1. Definisi Ikan Gabus (Channa striata)

Ikan gabus merupakan ikan karnivora yang suka memakan hewan lain yang lebih kecil, seperti cacing, udang, ketam, plankton dan udang renik (Djuhanda, 1981). Jenis-jenis ikan keluarga Ophiocephalus adalah ikan gabus, tomang, kerandang, yang hampir ditemukan di seluruh wilayah Indonesia (21).

Gambar 2.1 Ikan Gabus (Channa striata)2. Klasifikasi ilmiah Ikan Gabus (Channa striata)

Klasifikasi dari ikan gabus adalah sebagai berikut (22):

Kingdom: AnimaliaFilum

: ChordataKelas

: PiscesOrdo

: LabyrinthycyFamilia: ChanidaeGenus

: ChannaSpecies: Channa striata atau Ophiochephalus striatusNama umum: Ikan Gabus atau Ikan Haruan3. Morfologi Umum Ikan Gabus (Channa striata)

Ikan Gabus memiliki ciri-ciri morfologi yaitu bentuk tubuh bilateral simetris dengan badan memanjang dan subsilendris, kepala pipih, bersisik seperti kepala ular, mulut berukuran lebar dan mengarah keatas. Vomer dan palatine tidak mempunyai deretan gigi-gigi kecil dan sederet gigi berbentuk taring yang tajam. Bibir tipis, hanya bibir rahang atas yang berlipatan, bibir halus tidak bergerigi dan moncong berukuran panjang serta lancip. Sirip punggung terletak dibelakang kepala bagian anterior badan, permulaan sirip punggung di depan sirip perut dan sirip punggung terpisah dengan sirip ekor. Posisi dasar sirip dada vertikal, sirip dada terletak dibawah gurat sisi persis dibelakang tutup insang dan sirip dada lebih pendek dari bagian kepala dibelakang mata. Posisi sirip perut subabdominal, sirip ekor berbentuk bundar ( Rounded) dan gurat sisi lengkap sempurna, hamper menyerupai garis lurus mulai dari sudut atas operculum sampai ke pertengahan pangkal sirip ekor. Pada sisik ke 17 gurat sisi mulai menurun dan mendatar kembali pada sisik ke 21 sampai kepertengahan pangkal sirip ekor. Lebar kepala lebih dari tinggi badan. Bentuk sisik stenoid, jumlah sisik d idepan sirip punggung

berjumlah 7 baris sisik, jumlah sisik pipih 11 baris sisik, jumlah sisik disekeliling badan 33 baris sisik, jumlah sisik di batang ekor 22 baris sisik, jumlah sisik di atas garis rusuk 7,5 baris sisik, jumlah sisik dibawah garis rusuk 12,5 baris sisik (23).4. Kandungan Ikan Gabus (Channa striata)Nilai gizi ikan gabus cukup tinggi, yaitu protein sebesar 42% , lemak 1,7 %, dan juga mengandung berbagai mineral dan vitamin A. Protein ikan gabus segar mencapai 25,1%, sedangkan 6,224 % dari protein tersebut berupa albumin. Selain itu, kadar lemak ikan gabus relatif rendah dibandingkan kadar lemak jenis-jenis ikan lain (tongkol 24,4% dan lele 11,2% lemak) (21). Jurnal Natur Indonesia III tahun 2001 yang ditulis oleh Tjipto leksono dan Syahrul, menambahkan bahwa kadar protein ikan gabus lebih tinggi daripada ikan lele. Dahlan (2011) mengatakan dalam jurnalnya yang disitasi dari Mohsin dan Ambak, 1983 bahwa ikan gabus (channa striata) merupakan ikan yang mempunyai kandungan albumin yang cukup tinggi. Hasil sitasi dari Mat Jais (1998), Dahlan menambahkan di Malaysia, contohnya, ikan gabus ini popular di gunakan di rumah sakit oleh pasien pasca operasi karena ikan gabus mengandung asam amino essensial (22).Ikan gabus mengandung protein lebih tinggi dari ikan yang sama seperti tercantum pada tabel berikut (24):Tabel 2.1 Perbandingan Kandungan Protein Ikan Gabus (Channa striata) dan Ikan Lainnya

IkanProtein (%g)

Ikan Gabus16,2 %

Ikan Mas16,0 %

Sepat15,2 %

Baung 15,1 %

Belida 14,7 %

Lele 14,6 %

Tongkol 13,7 %

Teri 10,3 %

Ekstrak ikan Gabus (Channa striata) mengandung protein dengan fraksi utama albumin, lemak, glukosa dan beberapa mineral seperti Zn, Cu, dan Fe (24). Protein ikan Gabus terdiri dari asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Asam amino dalam ikan Gabus dapat dilihat pada tabel berikut (24):Tabel 2.2 Kandungan Asam Amino di Dalam Ikan Gabus (Channa striata)Asam AminoKadar (mg/g)

Arginin 360

Fenilalanin230

Histidin 130

Isoleusin 320

Leusin 470

Lisin 560

Metionin 180

Sistein 70

Treonin 280

Tirosin 190

Triptopan 60

Valin 330

Tabel 2.3 Kandungan Gizi Ikan Gabus

KomponenManfaat Bagi Penyembuhan Luka

Albumin Pembentukan jaringan sel baru

Asam Amino Esensial Membantu penyembuhan tulang, jaringan otot, dan kulit

Asam ArakhidonatPertumbuhan dan fungsi normal semua jaringan

Asam EicosapentanoikMembantu pengontrolan asam arakhidonat

Kalsium Membantu proses pembekuan darah dan penyembuhan luka

Mineral Membantu sintesis protein dan pembentukan kolagen sehingga mempercepat proses penyembuhan luka

Vitamin AMensintesis glikoprotein dalam pembentukan membran sel yang mengontrol diferensiasi sel

Sumber: sediaoetama, 19855. Manfaat Ikan Gabus (Channa striata)Khasiat dan kegunaan Ikan Gabus adalah untuk meningkatkan kadar albumin dan daya tahan tubuh, mempercepat proses penyembuhan pasca-operasi, mempercepat penyembuhan luka dalam atau luka luar (22).Beberapa nutrisi penting yang terkandung dalam ekstrak ikan Gabus, seperti asam amino dan asam lemak, memainkan peran penting dalam sintesis serat kolagen selama proses penyembuhan luka. Ekstrak ikan Gabus memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan obat centrimide yang lebih umum digunakan untuk mengobati luka. Pemberian ekstrak ikan gabus pada diet pasien dengan hipoalbuminemia secara signifikan meningkatkan kadar albumin serum pasien (24).Pemberian ekstrak ikan Gabus untuk pasien pascaoperasi mempercepat proses pembentukan jaringan. Tingkat albumin serum secara signifikan berkorelasi dengan tingkat penyembuhan luka (24).Penelitian terdahulu menunjukkan hubungan yang signifikan antara pemberian albumin serum dan penutupan panjang luka. Penelitian lain menunjukkan bahwa serbuk albumin ikan Gabus lebih efektif untuk menyembuhkan luka pada tikus putih (Rattus novergicus) dibandingkan dengan bubuk yang diperoleh dari ikan mas (Cyprinus carpio), ikan lele (Clarias gariepinus) dan bandeng (Chanos chanos) (24).Ikan Gabus sangat kaya akan albumin, salah satu jenis protein penting. Albumin diperlukan tubuh manusia setiap hari, ikan tersebut memiliki protein yang sangat tinggi, ikan ini merupakan sumber albumin bagi penderita hipoalbumin (rendah albumin) dan luka. Baik luka pasca operasi maupun luka bakar. Bahkan, di daerah pedesaan, anak laki-laki pasca khitan selalu dianjurkan mengkonsumsi ikan jenis ini agar penyembuhan lebih cepat. Caranya, daging ikan tersebut dikukus atau disteam sehingga memperoleh filtrate, yang dijadikan menu ekstra bagi penderita hipoalbumin dan luka. Dalam tubuh manusia, albumin (salah satu fraksi protein) disintesis oleh hati kira-kira 100-200 mikrogram/g jaringan hati setiap hari (8).Demikian juga dengan Nurpudji dikutip dari Chaerunisa (2008), dalam penelitiannya terhadap dua anak dengan gizi buruk yang sedang dalam pengobatan. Anak pertama diberikan biskuit yang tidak mengandung albumin, sedangkan anak kedua diberikan biskuit yang mengandung albumin. Hasilnya, anak yang diberikan biskuit dengan kandungan albumin ikan Gabus, berat badannya naik lebih cepat (8).6