bab i literasi (1)

11

Click here to load reader

Upload: tomi-batosai

Post on 21-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

dadadaaafefefafa fnakjfnajkfhnakjfnaj fakjnfajfbajfnajfnajf fjkafjfneaknflkanfaklfnfkaf afkafaklfnaklfnakfeauhfeuybewghdfb;fsojff amf nsafhajkfnaklmfagfvaofjnaihfjnfngsusjdnjkrgwurguifgsauyfb4jkthy nfesuiyrw8rheitrqwygb54eigysafd. rsseesrjesfeshrbesklhnesjktrgesugfndsfheuitgewjgfesgfuegf fsjhfkdsjhfjkeshfjesfsfsf sejhfbsjefbsjf tishdsjfgbewygfsyhfssnsf

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i Literasi (1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sains berperan penting dalam upaya pembangunan Indonesia

seutuhnya melalui pencapaian tujuan proses pembelajarannya. Namun prestasi siswa

Indonesia dalam studi Internasional seperti literasi sains dalam PISA (Programme for

International Student Assessment) tahun 2012 indonesia menempati urutan 64 dari 65,

untuk tahun 2009 Indonesia menempati urutan 60 dari 65 negara (PISA, 2009) dan

TIMMS (Trend in International Mathematics and Science Study), tahun 2007 dalam

bidang IPA, Indonesia menduduk peringkat 35 dari 49 negara dan jauh di bawah rata-

rata Internasional yaitu 500 Rendahnya mutu hasil belajar sains siswa menunjukkan

bahwa proses pembelajaran sains di sekolah-sekolah Indonesia kurang melatih literasi

sains siswa (Mullis dkk, 2009).

Kecenderungan pembelajaran sains saat ini adalah peserta didik mempelajarinya

sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh

pembelajaran yang berorientasi pada tes atau ujian, sehingga menjadi alasan mengapa

siswa sulit mendapatkan makna dari pembelajaran sains yang diberikan. Hal ini

mengakibatkan kesulitan dalam membuat hubungan antara konsep materi pelajaran

dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dalam menggunakan sains untuk

memecahkan berbagai permasalahan yang terjadi. Dengan demikian, untuk mengatasi

permasalahan tersebut dapat dimulai dari perbaikan proses pembelajaran sains di kelas

(Nuraeni, 2014).

Pemahaman sains yang meliputi pemahaman terhadap alam melalui penguasaan

ilmu dasar sains seperti kimia, biologi, fisika, dan pemahaman tentang hakikat sains

sebagai suatu penyelidikan ilmiah menjadi fokus utama dalam kajian literasi sains.

Literasi sains berkaitan dengan kemampuan siswa dalam memahami informasi, ilmu

pengetahuan dan fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pencapaian individu

dalam pengetahuan dan keterampilan sains lebih jauh lagi dapat berimplikasi pada

kesiapan siswa dalam menghadapi era pemanfaatan teknologi canggih di masa yang

akan datang (OECD, 2009).

1

Page 2: Bab i Literasi (1)

2

Kesulitan dalam pembelajaran sains juga terjadi pada siswa di SMAN 1 Teluk

Keramat seperti tersaji di tabel 1.1.

Tabel 1.1. Data rata-rata nilai ulangan umum semester II Kelas XI IPA di sekolah untuk mata pelajaran kimia, fisika, matematika, dan biologi 3 tahunterakhir di SMA N 1 Teluk Keramat

TahunMata Pelajaran

Kimia BiologiMatematik

aFisika

2012 71,53 71,93 72,1 69,432013 71,05 71,11 71,72 68,672014 71,35 71,78 71,34 68,75

Berdasarkan tabel 1.1. dapat dilihat persentase rata-rata nilai ulangan umum

terendah semester II Kelas IPA pada mata pelajaran fisika dan kimia. Menurut siswa

SMAN 1 Teluk Keramat mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran yang paling

sulit dibandingkan dengan mata pelajaran IPA, hal ini dikarenakan bahwa mata

pelajaran kimia bersifat abstrak yang dikemukakan oleh Kean dan Middlecamp (1985).

Oleh karena itu kondisi ini dapat diperbaiki dengan melatih kemampuan literasi sains

siswa, karena kimia ini sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yang ada di

lingkungan sekitar siswa itu sendiri.

Hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI SMAN 1 Teluk Keramat pada

tanggal 12 Maret 2015, guru memaparkan bahwa dalam mengajarkan materi kimia

selain menggunakan metode ceramah, ada juga melakukan praktikum. Hal ini

menggambarkan bahwa guru sudah melatih peserta didik dalam melakukan

penyelidikan untuk membantu peserta didik lebih menggali pengetahuan dan

pemahamannya terhadap konsep materi yang telah dipelajari yang dibuktikan melalui

percobaan. Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan merupakan bahan yang

tersedia di laboratorium dan tidak menggunakan bahan dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi kurang bermakna, karena siswa kurang

dilatih untuk membuat hubungan antara konsep materi pelajaran dengan aplikasi dalam

kehidupan sehari-hari bahwa sains itu sendiri dapat ditemukan disekitar mereka.

Page 3: Bab i Literasi (1)

3

Pembelajaran yang berpusat pada guru dan kecenderungan penyampaian sains

sebagai produk diduga menjadi penyebab rendahnya prestasi di bidang sains. Siswa

tidak terlibat secara intens dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik kurang

dapat mengembangkan dirinya untuk berfikir secara aktif. Sebagaimana dinyatakan

Depdiknas (2007) bahwa pendidikan sains yang telah dilangsungkan dan berlangsung

saat ini cenderung menekankan penguasaan materi sains bagi siswa sekolah menengah

(Nuraeni, 2014).

Kimia adalah salah satu ilmu sains yang tidak dapat terpisahkan dari literasi sains.

pembelajaran kimia bertujuan untuk memperoleh pengalaman tentang berbagai fakta

dan kemampuan untuk mengenal dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan

kimia, dan memiliki keterampilan dalam penguasaan laboratorium. Pembelajaran kimia

yang baik adalah pembelajaran kimia yang dapat memberikan makna bagi siswa, hal

ini dilihat dari proses pembelajaran guru dapat mengaitkan materi dengan kehidupan

sehari-hari yaitu dengan membuat peserta didik memahami apa yang dipelajarinya

serta mampu mendorong peserta didik untuk mengkonstruksi sendiri makna-makna

dari apa yang telah dipelajarinya. Namun, menurut Sumarna (2006) kebanyakan

peserta didik mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan pengetahuannya dengan

kehidupan sehari-hari yang dikarenakan adanya kecenderungan pembelajaran dikelas

yang tidak berusaha mengaitkan konten pelajaran dengan kahidupan sehari-hari

(Fitriani, 2013).

Beberapa hasil penelitian deskriptif : Deskripsi Literasi Sains Siswa dalam Model

Inkuiri pada Materi Laju Reaksi (Wahilah Fitriani, 2013), Literasi Kimia Mahasiswa

PGSD dan Guru IPA Sekolah Dasar (Sujana, 2014), Identifikasi Kemampuan Siswa

dalam Pembelajaran Biologi ditinjau dari Aspek-aspek Literasi Sains (Suciati Resti Ita,

2013), Analisis kemampuan Literasi Sains Siswa SMA Kelas X di Kota Solok (Gustia

Angraini, 2014), dan Analisis Kemampuan Awal Literasi Sains Siswa pada konsep

IPA (Abdul Haris Odja, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahilah Fitriani (2013) menyatakan bahwa

melalui model pembelajaran inkuiri dapat melatih kemampuan literasi sains siswa,

meskipun belum secara keseluruhan. Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan dari

Page 4: Bab i Literasi (1)

4

guru untuk mempersiapkan pembelajaran yang sedemikian rupa, sehingga dapat

menggali dan mengoptimalkan kemampuan literasi sains siswa. Menurut Fauziah

(2011), pembelajaran sains yang berkaitan dengan kerja ilmiah sangat tepat jika guru

menerapkan metode inkuiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Sujana (2014) menunjukkan bahwa salah satu

upaya meningkatkan literasi kimia mahasiswa PGSD adalah melalui perbaikan proses

pembelajaran yang dilakukan, yang tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep,

tetapi juga memperhatikan aspek lainnya. Salah satunya adalah melalui pebelajaran

berbasis masalah (problem based lerning). Menurut Depdiknes (2007), sains berkaitan

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehinggga sains bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Uji literasi sains perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana capaian literasi

sains siswa ditinjau dari aspek-aspek literasi sains. Berikut beberapa penelitian yg

memaparkan kemampuan literasi sains siswa ditinjau dari aspek konten (34,4%), aspek

proses (32,61%), dan aspek konteks (35,91%). Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan literasi sains pada aspek proses merupakan

aspek kemampuan literasi sains rendah (Suciati Resty Ita). Sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Gustia Angraini (2014) yang menyatakan bahwa kemampuan

literasi sains siswa kelas X di Kota Solok masih kurang sekali karena presentase yang

didapatkan adalah 27,94% (rendah sekali ≤54%). Kemampuan literasi sains siswa

untuk kelima soal lebih banyak pada kategori nominal dengan rentang persentase 54%-

95%, sebagian kecil pada kategori fungsional dengan rentang persentase 4%-9%.

Untuk kategori konseptual dan multidimensional berada pada persentase 0%.

Sementara sebagian siswa tidak dapat memberikan jawaban pada tes yang dikerjakan

dengan rentang persentase 4% - 45%. (Abdul Haris Odja, 2014).

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan literasi sains dari aspek konten,

konteks, dan proses dalam pembelajaran kimia. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya menekankan pada pengalaman belajar siswa agar siswa mampu

memiliki pemahaman makroskopik, mikroskopik dan simbolik, sehingga siswa lebih

Page 5: Bab i Literasi (1)

5

memahami pentingnya kimia untuk kehidupan kimia. Penelitian ini kedepannya

diharapkan bisa membantu guru dan mahasiswa untuk mengatur strategi pembelajaran

berbasis literasi sains.

Salah satu materi pembelajaran kimia yang dapat melatih kemampuan literasi sains

adalah Koloid. Materi koloid dipilih karena materi ini banyak diaplikasikan dan

dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia dan peranannya sangat dekat dengan

kehidupan sehari-hari. Selain itu dari wawancara yang dilakukan kepada guru kimia

SMAN 1 Teluk Keramat, materi koloid diajarkan dengan menggunakan metode

ceramah sehingga siswa tidak mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan

yang dimilikinya. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat menghubungkan antara

pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Page 6: Bab i Literasi (1)

6

B. Rumusan Masalah

Bagaimana kemampuan literasi sains siswa kelas XI IPA di SMA N 1 Teluk

Keramat ditinjau dari aspek konteks, konten, dan proses pembelajaran kimia?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan kemampuan siswa kelas XI IPA SMA N 1 Teluk Keramat

ditinjau dari aspek konteks sains di dalam pembelajaran kimia.

2. Mendeskripsikan kemampuan siswa kelas XI IPA SMA N 1 Teluk Keramat

ditinjau dari aspek konten sains di dalam pembelajaran kimia.

3. Mendeskripsikan kemampuan siswa kelas XI IPA SMA N 1 Teluk Keramat

ditinjau dari aspek proses sains di dalam pembelajaran kimia.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaan bagi semua pihak antara lain:

1. Bagi guru

Memberi informasi kepada guru tentang pentingnya kemampuan aspek-aspek

literasi sains dalam pembelajaran kimia.

2. Bagi siswa

Memberikan informasi kepada siswa tentang pentingnya pembelajaran kimia

dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi sekolah

Meningkatkan kualitas sekolah

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kekeliruan dalam menafsirkan isi, maka perlu diberikan

beberapan penjelasan istilah di dalam penelitian ini.

1. Kemampuan Konteks Sains

Kemampuan konteks sains adalah salah satu dimensi dari literasi sains yang

mengandung pengertian situssi dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan

dengan aplikasi proses dan pemahaman sains, misalnya kesehatan, lingkungan

Page 7: Bab i Literasi (1)

7

serta sains dan teknologi (OECD, 2009). Kemampuan konteks sains siswa dinilai

dari tes hasil belajar siswa

2. Kemampuan Konten Sains

Kemampuan konten sains merujuk pada konsep dan teori fundamental untuk

memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui

aktivitas manusia (OECD, 2009). Kemampuan Konten sains siswa dinilai dari tes

hasil belajar siswa

3. Kemampuan Proses Sains

Kemampuan proses sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika

menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi

dan menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan (OECD, 2009).

Kemampuan proses sains siswa dinilai dari hasil LKS