bab i kopi

3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah beberapa abad lamanya, kopi menjadi bahan perdagangan, karena kopi dapat diolah menjadi minuman yang lezat rasanya. Dengan kata lain kopi adalah sebagai penyegar badan dan pikiran. Perkebunan kopi mendapat kepercayaan dari pemrintah untuk menghasilkan kopi sebagai bahan ekspor. Sebab dari berbagai penjuru dunia banyak orang yang suka minum kopi, tetapi negaranya tidak menghasilkan, sehingga negara tersebut harus membeli dari negara lain. Kopi merupakan komoditas unggul Indonesia. Pertumbuhannya yang cocok untuk siklus iklim di Indonesia menjadikannya minuman yang mudah ditemui disetiap daerah. Tidak dengan Negara lain seperti Amerika, Jepang dan negara-negara maju lainnya, mereka harus mengimpor kopi jika ingin mendapatkan kualitas kopi grade A, yang sebagian besar asalnya dari Indonesia. Bibit unggul kopi terdapat di Indonesia, namun Indonesia belum mampu memanfaatkan peluang tersebur karena kurangnya penerapan teknologi pertanian di industri kopi sehingga biji kopi yang

Upload: sri-dewi-gollend-sixeight

Post on 10-Nov-2015

218 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ehzH

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah beberapa abad lamanya, kopi menjadi bahan perdagangan, karena kopi dapat diolah menjadi minuman yang lezat rasanya. Dengan kata lain kopi adalah sebagai penyegar badan dan pikiran. Perkebunan kopi mendapat kepercayaan dari pemrintah untuk menghasilkan kopi sebagai bahan ekspor. Sebab dari berbagai penjuru dunia banyak orang yang suka minum kopi, tetapi negaranya tidak menghasilkan, sehingga negara tersebut harus membeli dari negara lain.Kopi merupakan komoditas unggul Indonesia. Pertumbuhannya yang cocok untuk siklus iklim di Indonesia menjadikannya minuman yang mudah ditemui disetiap daerah. Tidak dengan Negara lain seperti Amerika, Jepang dan negara-negara maju lainnya, mereka harus mengimpor kopi jika ingin mendapatkan kualitas kopi grade A, yang sebagian besar asalnya dari Indonesia. Bibit unggul kopi terdapat di Indonesia, namun Indonesia belum mampu memanfaatkan peluang tersebur karena kurangnya penerapan teknologi pertanian di industri kopi sehingga biji kopi yang memiliki grade A, akan menyusut menjadi grade B karena perlakuan terhadap kopi tidak cocok baik itu pada saat pemanenan maupun saat penggudangan.

Berbagai macam cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas kopi baik secara manual maupun secara teknologi. Namun, pengendalian secara manual tidak efektif digunakan jika kuantitas kopi yang diuji dalam jumlah yang banyak. Untuk meningkatkan kualitas kopi Indonesia, dilakukanlah penerapan teknologi pertanian dengan cara penganalisaan dan pengendalian terhadap kopi. Penentuan serangga hidup, analisa bau kapang dan busuk, penentuan nilai cacat kopi dan penentuan kadar benda asing akan membantu mengendalikan mutu kopi.BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Praktikan dapat menentukan pengujian fisik pada kopi seperti menimbang berat kopi, mengidentifikasi kecacatan pada kopi, menilai kecacatan kopi untuk dapat menentukan mutu kopi berdasarkan SNI

2. Praktikan dapat menentukan pengujian biologis pada kopi seperti mengidentifikasi adanya serangga, ranting, atau batu yang berada di dalam kopi, mampu menentukan bau jamur atau bau kapang dari kopi, dan menentukan rasa sampel kopi tersebut

3. Praktikan dapat menentukan mutu kopi berdasarkan total jumlah dari niali kecacatan sampel kopi yang telah diakumulasi dalam tabel berdasarkan SNI biji kopi. Untuk mutu sampel kopi pada praktikum ini adalah 3 karena jumlah kopi yang cacat adalah 42.B. Saran

1. Sebaiknya waktu praktikum digunakan lebih efektif dan efisien lagi

2. Sebaiknya alur praktikum lebih dijelaskan lagi

Sebaiknya kerjasama antar praktikan dan co.assisten ditingkatkan