bab i pedahuluaneprints.umm.ac.id/56935/25/bab i.pdf · 2019-11-25 · hujan efektif merupakan sisa...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PEDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banjir yang terjadi pada suatu wilayah DAS, disebabkan karena
berkurangnya luas daerah resapan air akibat perubahan tata guna lahan yang tidak
terencana dan terpola baik serta tidak berwawasan lingkungan, sehingga akibat
perubahan tata guna lahan itu mengakibatkan bertambahnya volume debit banjir
rancangan yang terjadi pada DAS tersebut.
Seiring perkembangan peradaban manusia, kini sungai memiliki berbagai
masalah yang sebanding dengan apa yang telah terjadi. Salah satunya pendangkalan
di dasar sungai, pencemaran sampah yang disebabkan aktivitas di hulu sampai hilir
sungai. Oleh karena itu sudah seharusnya cagar alam budaya lokal dan siklus
hidrologinya dijaga dengan cara memelihara sungai sebagai mana mestinya agar
sungai yang mengalir dapat diatur dan disesuaikan sesuai kebutuhan sosial dan
ekonomi serta dapat dimanfaatkan sebagai sumber air dan irigasi.Maka untuk
menjalankan berbagai solusi dibidang rekayasa pembangunan yang mendukung
kebutuhan tersebut, dibutuhkanlah suatu data seperti debit aliran mengenai aliran
sungai tersebut.
Debit aliran sungai adalah salah satu luaran dari sistem DAS dan menjadi
indikator fungsi DAS dalam prosesnya khususnya alih ragam hujan menjadi aliran.
Debit sungai juga dijadikan sebagai bahan evaluasi kondisi DAS yang
bersangkutan, sehingga debit aliran sungai perlu disajikan dalam bentuk sajian yang
2
informatif. Bentuk penyajian grafis hubungan debit aliran dengan waktu (Sri Harto,
1993) yang menggambarkan perilaku debit dalam kurun waktu tertentu.
Sherman (1932) yang diacu dalam Sri Harto (1993), mengemukakan bahwa
dalam sistem DAS terdapat sifat khas yang menunjukkan sifat tanggapan (respon)
DAS terhadap suatu masukan (hujan) tertentu. Tanggapan ini diandaikan tetap
untuk masukan dengan besaran dan penyebaran tertentu. Tanggapan yang demikian
dalam konsep hidrologi dikenal dengan hidrograf satuan (unit hydrograph).
Hidrograf satuan merupakan hidrograf limpasan langsung (direct runoff
hydrograph) yang dihasilkan oleh hujan efektif yang terjadi secara merata di seluruh
DAS dengan intensitas tetap dalam satuan waktu yang ditetapkan (Seyhan, 1977).
Hujan efektif merupakan sisa hujan dalam bentuk limpasan setelah dikurangi
dengan evaporasi, intersepsi dan infiltrasi.
Hidrograf satuan dapat diperoleh jika rekaman data curah hujan jam-jaman
yang tersebar merata serta data debit jam-jaman dengan kuantitas, kualitas dan
kontinuitas yang baik dari DAS yang bersangkutan. Data hasil pengukuran tinggi
muka air, debit, hujan harian dan hujan yang lebih pendek, dengan kuantitas,
kualitas dan kontinuitas yang baik tidak selalu tersedia di setiap DAS sehingga
dikembangkan suatu cara untuk mendapat hidrograf satuan tanpa mengembangkan
data tersebut.
Permodelan hujan-debit merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai
hidrologis proses yang terjadi di lapangan. Kemampuan pengukuran hujan-debit
aliran sangat diperlukan untuk mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah
3
DAS. Model hujan-debit dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan
mengevaluasi debit sungai melalui pendekatan potensi sumberdaya air permukaan
yang ada. Suatu wilayah DAS dibagi menjadi sub-sub DAS untuk mendapatkan
informasi dan hasil running yang lebih terperinci. Dalam studi ini membahas suatu
analisa model hubungan hujan dan debit dari data curah hujan harian dan data curah
hujan jam-jaman pada DAS Bogowonto dengan menjadi 12 Sub DAS dengan total
luas 59.922,125 ha.
Daerah Aliran Sungai Bogowonto seluas 639 km2 terletak di antara 7° 23’
dan 7° 54’ LS dan 109° 56’ dan 110° 10’ BT. Sungai Bogowonto dan anak
sungainya, sungai Kodil, mengalir dari lereng Gunung Sumbing (3.375 mdpl) yang
membatasi dua wilayah sungai, yaitu Serayu dan Progo. Sungai ini mempunyai
banyak meander di bagian tengah dan hilirnya, mulai dari kaki pegunungan di utara
sampai muaranya di Samudera Indonesia. Dalam studi ini menggunakan model
HEC-HMS karena dalam HEC-HMS terdapat fasilitas kalibrasi, kemampuan
simulasi model dengan data terdistribusi, model aliran kontinyu dan kemampuan
GIS.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang disampaikan dapat diuraikan rumusan masalah
dalam studi ini adalah sebagai berikut:
• Berapa Debit Banjir Q25 tahun, Q50 tahun dan Q100 tahun DAS
Bogowonto menngunakan perhitungan Nakayasu ?
• Berapa Debit Banjir Q25 tahun, Q50 tahun dan Q100 tahun DAS
Bogowonto menngunakan HEC HMS ?
4
• Bagaimana akurasi kedekatannya perhitungan debit banjir metode
Nakayasu dan metode HEC HMS terhadap data AWLR ?
1.3 Batasan Masalah
• Penelitian ini di lakukan pada Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Bogowonto
• Penelitian ini hanya membandingkan debit banjir rencana yang diperoleh
dari perhitungan dengan metode Hidrograf Satuan Sintetik ( HSS )
Nakayasu dan perhitungan dari hasil HEC-HMS tehadap Debit AWLR.
• Data AWLR yang dibandingkan hanya pada tahun 2014
1.4 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah:
• Menghitung debit banjir rencana menggunakan metode hidrograf sintetis
satuan Nakayasu
• Membuat simulasi perhitungan debit banjir menggunakan software HEC-
HMS
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan perbandingan
nilai debit banjir rencana hasil perhitungan metode HSS Nakayasu Q25,Q50 dan
Q100 dan hasil simulasi HEC-HMS terhadap nilai debit eksisting (AWLR)
1.5 Manfaat
Manfaat dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil perbandingan
debit banjir DAS Bogowonto jika dihitung dengan menggunakan metode Hidrograf
Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu dan menggunakan software HEC-HMS terhadap
5
data AWLR. Dan untuk menambah wawasan tentang studi di bidang hidro serta
bermanfaat sebagai acuan atau pedoman serta pertimbangan dalam menghitung
debit banjir sungai.