bab i pendahuluaneprints.umm.ac.id/56004/2/bab i.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural...

27
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah adalah sesuatu hal yang dihasilkan oleh berbagai fase dari aktifitas manusia yang dimana komposisi besar jumlahnya tergantung pada pola konsumsi dan struktur industri dan ekonomi. Berdasarkan bentuknya limbah dibagi menjadi limbah padat dan limbah cair, limbah organik dan Anorganik, limbah kimia, limbah berbahaya dan limbah radioaktif. 1 Limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun merupakan limbah-limbah yang dapat berpotensi menimbukan bahaya bagi manusia dan kelestarian lingkungan sehingga diatur pergerakannya dalam Konvensi Basel. Konvensi Basel mengatur 3 poin utama dalam lalu lintas perdagangan yaitu Mengurangi perpindahan lalu lintas, Meminimalisir produk Limbah B3 serta Melarang Pengiriman Limbah B3 kenegara yang tidak atau belum mampu mengelola Limbah secara ramah lingkungan. 2 Namun Indonesia dan Jepang menjadikan Limbah B3 sebagai barang yang diperdagangkan melalui kerangkan IJEPA tahun 2008-2014. Indonesian Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) merupakan salah satu bentuk kesepakatan kerjasama bilateral dibidang ekonomi antara Indonesia dan Jepang, yang diawali dengan terbentuknya Joint Study Group pada 2003 yang membahas bentuk dan masa depan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Jepang. Joint Study Group mengadakan tiga kali rapat pada awal tahun 2005 1 Mohammad Tufik Makarao, “Aspek-aspek lingkungan hidup”, Indeks: Jakarta, Hal:155 2 Ibid,.

Upload: others

Post on 06-Mar-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah adalah sesuatu hal yang dihasilkan oleh berbagai fase dari aktifitas

manusia yang dimana komposisi besar jumlahnya tergantung pada pola konsumsi

dan struktur industri dan ekonomi. Berdasarkan bentuknya limbah dibagi menjadi

limbah padat dan limbah cair, limbah organik dan Anorganik, limbah kimia, limbah

berbahaya dan limbah radioaktif.1 Limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun

merupakan limbah-limbah yang dapat berpotensi menimbukan bahaya bagi

manusia dan kelestarian lingkungan sehingga diatur pergerakannya dalam

Konvensi Basel. Konvensi Basel mengatur 3 poin utama dalam lalu lintas

perdagangan yaitu Mengurangi perpindahan lalu lintas, Meminimalisir produk

Limbah B3 serta Melarang Pengiriman Limbah B3 kenegara yang tidak atau belum

mampu mengelola Limbah secara ramah lingkungan.2 Namun Indonesia dan

Jepang menjadikan Limbah B3 sebagai barang yang diperdagangkan melalui

kerangkan IJEPA tahun 2008-2014.

Indonesian Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) merupakan

salah satu bentuk kesepakatan kerjasama bilateral dibidang ekonomi antara

Indonesia dan Jepang, yang diawali dengan terbentuknya Joint Study Group pada

2003 yang membahas bentuk dan masa depan kerjasama bilateral antara Indonesia

dan Jepang. Joint Study Group mengadakan tiga kali rapat pada awal tahun 2005

1 Mohammad Tufik Makarao, “Aspek-aspek lingkungan hidup”, Indeks: Jakarta, Hal:155 2 Ibid,.

Page 2: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

2

dalam rangka memutuskan layak tidaknya diadakan Free Trade Agreement (FTA)

antara Indonesia dan Jepang serta memutuskan waktu dimulainya proses negosiasi.

Dalam kunjungan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada 2 Juni 2005

bersama dengan perdana Menteri Jepang Junichiro Koizumi menandatangani

dimulainya kesepakatan negosiasi Free Trade Agreement (FTA) dengan Indonesia

Japan Economic Partnership Agreement sebagai kerangka kesepakatannya.3

Pertemuan serta perundingan yang panjang ini, dilaksanakan oleh kedua

negara yang dimulai sebulan pasca penandatanganan Free Trade Agreement (FTA)

yaitu pada Juli 2005 hingga Juni 2007, menghasilkan ditandatanganinya kerangka

IJEPA pada 20 Agustus 2007 oleh kedua kepala pemerintahan yaitu Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono serta Perdana Menteri Shinzo Abe di Jakarta, Indonesia.

Dalam rangka pengimplementasian kerangka tersebut pihak Indonesia dan Jepang

mempersiapkan berbagai kebijakan dan infrastruktur pendukung sehingga pada 1

Juli 2008 IJEPA mulai diimplemetasikan secara resmi oleh kedua negara tersebut.4

IJEPA mengelompokan perundingan ke dalam 13 Expert Groups (EG)

dalam rangka mengkomprehersifkan serta melancarkan jalannya perundingan yang

meliputi perdagangan barang, prosedur bea cukai, aturan asal, investasi,

peningkatan lingkungan bisnis dan promosi kepercayaan bisnis, perdagangan jasa,

3 Betha Landes, 2013, “Manfaat Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) bagi

Indonesia (Studi ekspor komoditi Non migas Indonesia ke Jepang)” Skripsi: Malang, Hubungan

Internasional, Univeritas Muhammadiyah Malang. 4 Alin Indrawati, 2014, “Pengaruh investasi Jepang terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia Studi

kasus: Industri otomotif dalam IJEPA”, Skripsi: Malang, Hubungan Internasional, Universitas

Muhammadiyah Malang.

Page 3: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

3

movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan

intelektual, kerjasama, kebijakan persaingan, kerjasama teknis dan pembangunan

kapasitas, serta pengadaan umum pemerintah. IJEPA sendiri mempererat kemitraan

ekonomi antara Indonesia dan Jepang termasuk dalam Capacity Building6,

liberalisasi, peningkatan perdagangan dan Investasi yang bertujuan untuk

meningkatkan arus dibidang investasi dan jasa, pergerakan tenaga kerja diantara

kedua negara dan juga perdagangan.7 Indonesia berharap dengan adanya kerangka

kerjasama IJEPA ini, dapat mendukung semakin meningkatnya kualifikasi produk

ekspor Indonesia baik barang maupun jasa di Jepang serta memudahkan Indonesia

untuk masuk kepasar Internasional yang lebih luas.

Dari 13 pengelompokan perundingan diatas, elemen perundingan yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah perdagangan barang. Dalam kerjasama IJEPA,

Jepang dan Indonesia menyepakati memasukan Limbah B3 sebagai barang yang

dapat dipejual belikan. Hal ini diatur dalam kerangka kerjasama IJEPA pada klausul

atau Pasal 29 ayat (2) huruf (J) yang berbunyi8:

“Scrap and waste derived from manufacturing or processing operations or

from consumption in the Party and fit only for disposal or for the recovery

of raw materials;”

5 Movement of Natural Person adalah Tenaga kerja yang berpindah ke negara lain misalnya tenaga

asing yang bekerja secara independen 6 Capacity Building adalah suatu proses untuk melakukan sesuatu atau serangkaian kegiatan untuk

melakukan perubahan multilevel dalam diri individu, kelompok-kelompok, organisasi-oraganisasi,

dan sistem-sistem guna memperkuat kemampuan penyesuaian individu dan organisasi dalam

menghadapi perubahan lingkungan yang ada. 7 Betha Lande Op.cit., Hal.9 8 Republik Indonesia,”Agreement Between The Republic Of Indonesia Japan For An Economic

Partnership” diakses pada http://www.kemendag.go.id/id/perdagangan-kita/agreements

(13/04/2018, 20.22 WIB)

Page 4: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

4

Dalam pasal ini, perjanjian IJEPA memasukan limbah dari manufaktur, hasil

pengolahan industri dan dari konsumsi yang tergolong Limbah B3 sebagai barang

yang dapat diperjual belikan atau diperdagangkan. limbah diperdagangkan karena

dapat didaur ulang menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi sekaligus

menghemat penggunaan sumber daya alam. Perdagangan limbah internasional

sendiri merupakan perdagangan limbah antar negara untuk pengolahan,

pembuangan atau aktifitas daur ulang lebih lanjut.

Sebelumnya masalah Limbah B3 telah diatur dalam Konvensi Basel (The

Convention on The Control of Transboundary Movement of Hazardous and their

Disposal) yang merupakan Konvensi yang mengatur tentang pengendalian gerakan

lintas batas limbah berbahaya dan pembuangan atau Limbah B3. Sejak tahun 1980-

an, isu pengelolaan limbah berbahaya telah menjadi agenda lingkungan

internasional sehingga pada tahun 1981, isu pengelolaan limbah berbahaya

dimasukan kedalam tiga bidang prioritas dalam United Nation Enviromental

Programme’s (UNEP). Isu ini kemudian diadopsikan pada Konvensi Basel yang

ditandatangani pada 22 Maret 1989 di kota Basel, Swiss dan berlaku secara resmi

pada 5 Mei 1992. Tujuan umum dari terbentuknya Konvensi Basel yaitu

melindungi Kesehatan Manusia dan lingkungan dari dampak yang ditimbulkan oleh

semakin meningkatnya timbulan dan kompleksitas Limbah B3, perpindahan lintas

batas dan pengolahan limbah B3 dan limbah lainnya.9 Selain itu, Konvensi Basel

juga memiliki 3 sasaran utama yaitu, mengurangi perpindahan lintas batas Limbah

9 Katrina Kummer Peiry , “Konvensi Basel tentang pengawasan perpindahan Limbah B3” , diakses

pada http://legal.un.org/avl/ha/bcctmhwd/bcctmhwd.html (21/12/2017, 10.28 WIB)

Page 5: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

5

B3, meminimalisir produksi Limbah B3, serta melarang pengiriman Limbah B3 ke

negara yang tidak atau belum mampu mengelola limbah secara ramah lingkungan.

Pada tahun 2017, terdapat 178 negara yang telah meratifikasi konvensi ini dan

Indonesia merupakan salah satunya. Indonesia meratifikasi Konvensi Basel pada

12 Juli 1993 dengan keputusan Presiden No.61 Tahun 1993 dan dijelaskan kembali

pada peraturan Presiden No.47 Tahun 2005 serta Peraturan Presiden No.60 Tahun

2005.10 Atas dasar latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk membahas

fenomena ini dan memberikan judul penelitian dengan “Rasionalitas Indonesia

dalam Menyetujui Klausul Perdagangan Limbah B3 dalam Kerangka

Indonesian Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut: “Bagaimana Rasionalitas pemerintah Indonesia menyepakati

klausul perdagangan Limbah B3 dalam kerangka IJEPA?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan Penelitian

a. Menjelaskan Rasionalitas Indonesia dalam menyepakati klausul

perdagangan Limbah dalam kerangka IJEPA

10 “Konvensi Basel” diakses pada https://crpg.info/wiki/Konvensi+Basel (26/04/2018, 20.47 WIB)

Page 6: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

6

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini nantinya diharapkan akan menjadi salah satu sumbangan

penelitian bagi penelitian selanjutnya yang ingin membahas atau melanjutkan

penelitian tentang Rasionalitas Indonesia dalam perdagangan limbah B3 antara

Indonesia dan Jepang dalam kerangka IJEPA maupun pada ruang lingkup serta

kerangka yang berbeda. Memperluas kajian Studi Hubungan Internasional yang

berfokus pada kajian tentang perdagangan limbah antar negara.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Memberikan wawasan yang lebih luas bagi penulis serta sumbangan dan

rekomendasi bagi praktisi Hubungan Internasional, aktor-aktor Hubungan

Internasional terutama yang berfokus pada kebijakan pemerintah serta masalah

lingkungan. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi sumber valid bagi seluruh

masyarakat Indonesia yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang latar belakang,

sebab, dampak serta rasionalitas Indonesia dalam menyepakati perdagangan limbah

dengan Jepang dalam IJEPA.

1.4 Penelitian Terdahulu

Kajian suatu penelitian tidak lepas dari penelitian terdahulu yang dapa

membantu penelitian yang akan dilakukan. Penelitian dan referensi sebelumnya

harus memiliki kesinambungan dengan peneltian penulis, maka dari pada hal itu

penelitian terdahulu yang penulis ambil masih berkaitan dengan kerjasama

Page 7: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

7

Indonesia Japan Economic partnership Agreement (IJEPA) serta perdagangan

Limbah B3 yang diatur dalam Konvensi Basel.

Penelitian pertama yang dapat mendukung peneitian ini adalah Tesis

berjudul “Diplomasi ekonomi Jepang dalam upaya perpindahan Limbah B3

melalui Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA)”. Penelitian

ini ditulis oleh Nurshinta Anggia Anggraeni dengan menggunakan metode

Deskriptif kualitatif, Departemen Hubungan Internasional, FISIP, Universitas

Gadjah Mada.11 Masalah lalu lintas perpindahan Limbah telah diatur dalam

Konvensi Basel akan tetapi Jepang yang termasuk dalam kelompok JUSCANZ

(Japan, United states, Canada dan New Zealand) yaitu negara maju penghasil utama

Limbah B3 menolak untuk meratifikasi Ban Amandement yang merupakan

pelarangan total lalu lintas Limbah B3, walaupun Jepang sendiri termasuk dalam

negara pihak Konvensi Basel guna untuk melindungi kepentingannya. Jepang

melakukan perjanjian bilateral dalam bentuk Economic Partnership Agreement

dengan berbagai negara berkembang guna mempermudah serta memfasilitasi

pengiriman Limbah ke negara berkembang dengan kedok perdagangan ekonomi

termasuk Indonesia.

Dalam Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), Jepang

mendapatkan pengurangan tarif hingga 0% pada komoditas barang Trade in Goods

termasuk Limbah B3 yang bertujuan untuk mengakomodasi kepentingan

11 Nurshinta A.A, 2017, “Diplomasi ekonomi Jepang dalam upaya perpindahan Limbah B3 melalui

Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA)”.Tesis: Jogjakarta, Hubungan

Internasional, Universitas Gadja Mada

Page 8: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

8

lingkungan hidup atas pencemaran lingkungan hidup dalam domestik Jepang. disisi

lain, Jepang menawarkan kopensasi pengembangan kapasitas teknologi serta

investasi pengolahan Limbah B3 ramah lingkungan yang dibutuhkan Indonesia. hal

ini dilakukan untuk mengakomodasi kepentingan masing-masing pihak. Penelitian

diatas sama-sama memiliki objek permasalahan yang sama yaitu perdagangan

Limbah B3 dalam kerangka IJEPA akan tetapi subjek dalam penelitian diatas dilihat

dari Diplomasi Jepang sedangkan subyek dalam penelitian ini adalah Rationalitas

Indonesia dalam perdagangan Limbah B3 dalam IJEPA.

Penelitian terdahulu kedua yang mendukung peneliatian ini adalah skripsi

berjudul “Dampak kerjasama Indonesia-Japan Economic Partnership

Agreement terhadap industri manufaktur Indonesia” penelitian ini ditulis oleh

Muhammad Azmi Mubarak, Jurusan Hubungan Internasional, Universitas

Muhammadiyah Malang.12 Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang

menggambarkan dampak kerjasama IJEPA terhadap industri manufaktur Indonesia.

Jepang sebagai mitra dagang Indonesia yang potensial memang banyak

memberikan bantuan terutama pada investasi pada sektor industri manufaktur

Indonesia. Investasi Jepang tersebut dilakukan melalui program pusat

pengembangan industri manufaktur (MIDEC).

Program yang mengarah pada empat sektor ini, yaitu elektrik dan

elektronik. Peralatan berat dan konstruksi, otomotif, dan energi ini menampakan

12 M Azmi Mubarak, 2012, “Dampak kerjasama Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement

terhadap industry manufaktur Indonesia”, Skripsi: Malang, Hubungan Internasional, Universitas

Muhammadiyah Malang

Page 9: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

9

hasil yang cukup baik bagi perindustrian Indonesia. Industri-industri manufaktur

Indonesia juga mengalami peningkatan ekspor manufaktur. Pertumbuhan industri

di Indonesia ini juga memberikan dampak positif bagi penciptaaan lapangan kerja

di Indonesia. Lapangan pekerjaan yang tercipta ini membantu sumber daya manusia

Indonesia untuk mendapatkan pekerjaan baik sebagai buruh maupun tenaga ahli.

Penelitian ini memiliki objek yang sama yaitu kerangka IJEPA akan tetapi subjek

dari penelitian sangatlah berbeda dimana penelitian diatas membahas tentang

dampak dari IJEPA terhadap industry manufaktur di Indonesia.

Penelitian ketiga yang dapat mendukung penelitian ini adalah skripsi

berjudul “Tinjauan hukum internasional terhadap ekspor-impor Limbah B3

yang disepakati dalam Indonesian-Japan Economic Partnership Agreement

(IJEPA)”. Penelitian ini ditulis oleh Danar Anindito, Fakultas Hukum, Universitas

Indonesia.13 Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yang

menggambarkan pandangan hukum akan kegiatan ekspor impor Limbah B3 yang

dilakukan oleh Indonesia dan Jepang dalam kerangka IJEPA. Penelitian ini berisi

tentang bagaimana hukum lingkungan internasional serta hukum perdagangan

internasional terkait Limbah B3 yang terdapat dalam IJEPA. Indonesia dan Jepang

merupakan negara anggota Konvesi Basel seharusnya berkewajiban mematuhi

ketentuan-ketentuan serta kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan oleh

Konvensi Basel. Dimana dalam konvesi Basel memperbolehkan penjualan Limbah

13 Danar Anindito, 2012, “Tinjauan hukum internasional terhadap ekspor-impor Limbah B3 yang

disepakati dalam Indonesian-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA)” Skripsi: Depok,

Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, diakses dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20296286-

S1827-Tinjauan%20hukum.pdf (13/04/2018, 21.04 WIB)

Page 10: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

10

B3 selama masih memenuhi syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh Konvensi

Basel. Dalam IJEPA, Indonesia dan Jepang tetap mengikuti aturan dalam Konvensi

Basel akan pengiriman Limbah B3 yaitu sesuai PIC yang berlaku. Selain itu

berdasarkan peraturan lingkungan hidup di Indonesia dan Konvensi Basel, Jepang

dilarang mengirimkan limbah ke Indonesia karena ada hukum nasional yang

mengatur akan impor limbah yaitu pada UU no.32 Tahun 2009 dan PP 18/1999

Junco PP 85/1999 serta Indonesia yang masih belum mampu mengolah limbah

secara lingkungan menjadi faktor Indonesia tidak dapat menerima limbah dari

Jepang.

Indonesia dapat mengirim limbah ke Jepang karena kualisifikasi Jepang

yang dapat mengolah limbah secara lingkungan serta tidak adanya hukum nasional

yang mengatur tentang perdagangan limbah, dimana Indonesia pernah mengirim

Fly Ash, yaitu debu dari sisa pengolahan batu bara yang dapat diolah kembali

menjadi bahan baku pembuatan semen. Penelitian ini memiliki subjek yang sama

yaitu perdagangan Limbah B3 dalam kerangka IJEPA akan tetapi subjek dari

penelitian ini lebih berfokus terhadap aturan hukum internasional dalam ekspor

impor Limbah B3. Berbeda dengan penelitian yang ditulis sekarang lebih berfokus

pada Rasionalitas Indonesia dalam menyepakati klausul perdagangan Limbah B3

dalam kerangka IJEPA.

Penelitian terdahulu keempat yang mendukung penelitian ini adalah jurnal

berjudul “ Impor New Process Scraps and Waste of Natural Latex Condoms

ditinjau dari Prespektif Konvensi Basel (Studi Kasus pada PT. Rubber & Rubber

Tech)". Penelitian ini ditulis oleh Rahayu Repindowaty Harahap, Bagian Hukum

Page 11: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

11

Internasional, Fakultas Hukum Universitas Jambi, dalam jurnal penelitian

Universitas Jambi, Seri Humaniora, Vol.14 No.2 Juli-Desember 2012.14 Penelitian

menggunakan Jenis penelitian Yuridis Normatif (Legal Research) dimana peneliti

mengkaji dan menganalisis peraturan perundang-undangan terkait kasus Limbah

B3 berupa kondom bekas & waste latex yang dilakukan oleh PT Rubber & Rubber

Tech. Dimana sesuai dokumen transportasi laut, PT RRT mengimpor New Process

scrap & waste of natural latex condom (Karet alam sisa produksi dalam pembuatan

kondom) dengan berat bersih 25.280 Kg dari Jerman, akan tetapi yang dikirim oleh

Pihak Jerman bukanlah barang yang dipesan melainkan kondom yang sudah bekas

pakai. Kondom bekas menurut KLH tergolong dalam Limbah B3 karena kondom

bekas pakai mengandung berbagai virus maupun bakteri yang dapat

membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Jerman yang merupakan

negara Pihak Konvensi Basel telah melanggar hukum internasional yang ditetapkan

oleh Konvensi Basel 1989 serta hukum nasional negara Indonesia sendiri. oleh

karena itu berdasarkan aturan Konvensi Basel, Indonesia melakukan re-ekspor

Limbah kondom bekas yang dikirim oleh Jerman. Re-ekspor adalah mengekspor

kembali barang impor keluar dari daerah pabean karena tidak sesuai dengan barang

yang dipesan. Penelitian ini memiliki objek yang sama yaitu perdagangan Limbah

yang diatur oleh Konvensi Basel akan tetapi Subjek dari penelitian ini berbeda,

dimana pada penelitian ini Jerman sebagai negara yang mengekspor Limbah tidak

14 Rahayu R.H, 2012,”Impor New Process Scraps and Waste of Natural Latex Condoms ditinjau

dari prespektif Konvensi Basel (Studi Kasus pada PT. Rubber & Rubber Tech)”, Jurnal: Seri

Humaniora, Vol.14 No.2 Juli-Desember 2012, Universitas Jambi

Page 12: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

12

terikat dengan Konvensi Basel serta tidak memiliki perjanjian bilateral dengan

Indonesia akan perdagangan Limbah.

Penelitian terdahulu kelima yang dapat mendukung penelitian ini adalah

Skripsis berjudul “Implementasi Indonesia-Japan Economic Partnership

(IJEPA) dalam capacity building melalui MIDEC: Tinjauan Ekonomi Politik”.

Penelitian ini ditulis oleh Brian Nova Permana, Ilmu hubungan internasional,

Universitas Gadjah mada.15 Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

Penelitian ini menjelaskan dalam kesepakatan IJEPA, Indonesia dan Jepang

membuka akses pasar yang besar sehingga produk Jepang dapat masuk keIndonesia

begitupun sebaliknya. Akan tetapi barang Indonesia yang masuk ke Jepang belum

memiliki kualitas yang dapat disandingkan dengan barang produksi Jepang.

Mengingat Jepang dan Indonesia berada dalam posisi asimetris yang mana

teknologi industri manufaktur Jepang lebih advance dan mature, sedangkan

Indonesia masih berada jauh dibawah Jepang. Pada akhirnya di dalam IJEPA juga

disepakati mengenai pilar cooperation khususnya yaitu capacity building industri

manufaktur yang tujuannya adalah meningkatkan daya saing global produk

Indonesia. Bagi Indonesia capacity building memiliki arti penting karena

diharapkan dengan dilaksanakannya capacity building industri manufaktur ini,

produk Indonesia dapat menembus pasar Jepang yang terkenal dengan control

kualitas tinggi. Apabila produk Indonesia dapat menembus pasar Jepang, itu artinya

15 Brian Nova P, 2014, “Implementasi Indonesia-Japan Economic Partnership (IJEPA) dalam

capacity building melalui MIDEC: Tinjauan Ekonomi Politik”, Skripsi: Yogyakarta, FISIP,

Universitas Gadjah Mada, diakses dari

http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?act=view&buku_id=76180&mod=penelitian_detail&sub

=PenelitianDetail&typ=html (13/04/2018, 22.54 WIB)

Page 13: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

13

produk Indonesia tidak diragukan lagi kualitasnya. Oleh karena itu nantinya produk

tersebut menembus pasar negara lain, yang juga berarti dapat berpotensi positif

untuk kesejahteraan nasional Indonesia.

Hasil implementasi IJEPA selama 5 tahun sejak 2008 hingga 2013

khususnya dalam sektor kerjasama yaitu capacity building melalui MIDEC, belum

maksimal. Serta Jepang memiliki kepentingan besar dalam pelaksanaan MIDEC

baik dari segi ekonomi maupun politik di Asia tenggara untuk mendominasi dari

segi pasar, investasi dan sebagai penjamin stabilitas politik serta keinginan

mengungguli China dan Korea selatan. Selain itu Jepang juga berkepentingan untuk

melindungi dan memperkuat basis produksi industry manufaktur milik Jepang yang

beroperasi di Indonesia. Penelitian ini memiliki objek yang sama yaitu Kerangka

kerjasama IJEPA akan tetapi memiliki subjek yang berbeda, dimana penelitian ini

hanya berfokus terhadap pengimplementasian MIDEC dalam kerangka IJEPA dan

tidak membahas tentang perdagangan Limbah sama sekali.

Penelitian terdahulu keenam yang dapat mendukung penelitian ini adalah

Jurnal berjudul “Kebijakan Pelarangan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3)

dan Permasalahannya”. Penelitian ini ditulis oleh Teddy Prasetiawan, Pusat

Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) sekretariat jenderal DPR RI

dalam Jurnal Widyariset Vol.15 No.1 April 2012.16 Penelitian ini menggunakan

16 Teddy Prasetiawan, 2012, “kebijakan pelarangan impor pelarangan impor Limbah bahan

berbahaya beracun (B3) dan permasalahannya”, Jurnal: Jurnal Widyariset Vol.15 No.1 April 2012,

di akses dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=351167&val=8084&title=HAZARDOUS%2

0WASTE%20IMPORT%20BAN%20POLICY%20AND%20PROBLEMS (13/04/2018, 21.35

WIB)

Page 14: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

14

metode kualitatif yang bersifat deskriptif yang mengambarkan bahayanya Limbah

B3. Limbah B3 merupakan jenis Limbah yang membutuhkan perhatian khusus

dalam pengelolaanya. Kecenderungan negara maju untuk mengekspor Limbah B3

ke negara miskin dan berkembang dimana Indonesia salah satunya. Padahal hal ini

dapat mengancam kesehatan dan menyebabkan kerusakan lingkungan. Oleh karena

itu Indonesia berkomitmen untuk melarang adanya impor limbah. Selain hal diatas

pelarangan impor limbah yang diambil oleh Indonesia juga disebabkan oleh resiko

bencana yang dapat diakibatkan oleh pengolahan Limbah yang salah, komitmen

Indonesia dalam Konvensi Basel untuk melarang impor Limbah serta keterbatasan

pengolahan Limbah B3 didalam negeri.

Indonesia masih sering kurang berhati-hati, sehingga masih ada kasus

masuknya limbah ke Indonesia. Modus memasukan limbah ke wilayah Indonesia

antara lain (a) mencampurkan Limbah B3 dengan bahan lain, (b) memalsukan

dokumen barang, (c) membuang limbah dilepas pantai Indonesia (Open sea

discharge). Penelitian ini memiliki objek yang sama yaitu tentang perdagangan

limbah akan tetapi memiliki subjek yang berbeda, dimana penelitian ini hanya

membahas kebijakan pelarangan Limbah B3 di Indonesia secara umum tanpa

membahas kerjasama perdagangan limbah yang lebih spesifik. Akan tetapi

penelitian-peneliatian diatas dapat menjadi sumber informasi tambahan dalam

penulisan penelitian ini.

Page 15: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

15

Tabel 1.1 Posisi Penelitian

No. Nama Penelitian &

Judul

Teori / Konsep

& Metodologi

Hasil Penelitian,

persamaan dan

perbedaan

1. Nurshinta Anggia

Anggraeni

(Tesis: Diplomasi

ekonomi Jepang dalam

upaya perpindahan

Limbah B3 melalui

Indonesia-Japan

Economic Partnership

Agreement (IJEPA))

Metodologi:

Kualitatif

Deskriptif

Konsep:

- Diplomasi

Ekonomi

- Issue Linkerd

Hasil: Jepang berhasil

melakukan diplomasi

ekonomi dalam Upaya

perpindahan Limbah B3

dengan menggunakan

IJEPA sebagai alatnya.

Dimana Jepang berhasil

meyakinkan Indonesia

menandatangani Klausul

Perdagangan limbah untuk

melindungi kelestarian

lingkungan territorial

Jepang dari Limbah B3

dengan cara menawarkan

transfer teknologi serta

investasi pengolahan

Limbah B3 secara ramah

lingkungan pada

Indonesia.

Persamaan: Membahas

perdagangan limbah dalam

kerangka IJEPA

Perbedaan: Lebih

berfokus pada strategi

diplomasi Jepang dalam

perdagangan limbah

dengan menggunakan

issue linkerd.

2. Muhammad Azmi

Mubarak

(Skripsi: Dampak

kerjasama Indonesia-

Japan Economic

Partnership Agreement

terhadap industri

manufaktur Indonesia)

Metodologi:

Deskriptif

Konsep:

- Liberalisme

- Kerjasama

Internasional

- Industri

Manufaktur

Hasil: Dampak kerjasama

Indonesia dan Jepang

dalam IJEPA dalam

bidang Manufaktur

memberikan keuntungan

yang positif bagi

Indonesia.peningkatan

ekspor manufaktur serta

penciptaan lapangan kerja

Page 16: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

16

merupakan hasil yang

diperoleh bagi Indonesia

Persamaan: membahas

kerjasama ekonomi dalam

kerangka IJEPA

Perbedaan: lebih

berfokus pada bidang

manufaktur dalam

kerangka IJEPA

3. Danar Anindito

(Skripsi:

Tinjauan hukum

internasional terhadap

ekspor-impor Limbah

B3 yang disepakati

dalam Indonesian-

Japan Economic

Partnership Agreement

(IJEPA))

Metodologi:

Deskriptif analitis

Konsep:

- Perjanjian

perdagangan

bilateral

- Limbah B3

- Prinsip

lingkungan

internasional

- Enviromental

Exception

Hasil: Perjanjian

perdagangan IJEPA

melanggar beberapa

ketentuan Konvensi Basel

sehingga perdagangan B3

hanya boleh dilakukan

dalam hal Jepang

mengimpor Limbah B3

dari Indonesia.

Persamaan: membahas

perdagangan Limbah B3

dalam kerangka IJEPA

Perbedaan: lebih

berfokus pada ketentuan

hukum internasional serta

pengimplemetasianya.

4. Rahayu Repindewati

Harahap

(Jurnal: Impor New

Process Scraps and

Waste of Natural Latex

Condoms ditinjau dari

prespektif Konvensi

Basel (Studi Kasus

pada PT. Rubber &

Rubber Tech))

Metodologi:

Yuridis Normatif

Konsep:

- Hukum

Internasional

- Hukum

Nasional

Hasil: Indonesia pada

akhirnya mengirim

kembali (Re-ekspor)

limbah kondom bekas

yang dikirim oleh Jerman,

karena kondom bekas

digolongkan sebagai

Limbah B3 yang dapat

menyebabkan masalah

kesehatan dan lingkungan

serta melanggar Konvensi

Basel serta Hukum

lingkungan hidup nasional

Indonesia.

Persamaan: Perdagangan

limbah yang diatur dalam

Konvensi Basel dan

Page 17: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

17

Peraturan lingkungan

Hidup Indonesia

Perbedaan: Limbah B3

berasal dari Jerman yang

tidak memiliki perjanjian

bilateral dengan Indonesia.

5. Brian Nova Permana

(Skripsi: Implementasi

Indonesia-Japan

Economic Partnership

(IJEPA) dalam capacity

building melalui

MIDEC: Tinjauan

Ekonomi Politik

Metodologi:

Kualitatif

Konsep:

- Issue Linkage

Economy

diplomacy

Hasil: Implementasi

MIDEC IJEPA belum

berjalan sesuai dengan

yang diharapkan

Indonesia. Hambatan dari

implementasi MIDEC

sendiri yaitu kepentingan

Jepang yang tidak ingin

Indonesia memiliki daya

saing di bidang

manufaktur serta Jepang

tidak ingin kehilangan

peranan dan pasar di Asia

Tenggara

Persamaan: membahas

kerjasama dalam kerangka

IJEPA

Perbedaan: lebih

berfokus pada

pengimplementasian

MIDEC

6. Teddy Prasetiawan

(jurnal: kebijakan

pelarangan impor

pelarangan impor

Limbah Bahan

Berbahaya Beracun

(B3) dan

permasalahannya )

Metodologi:

Deskriptif

Konsep:

- Limbah B3

- Konvensi Basel

Hasil: Masih terdapat

masalah dalam penegakan

kebijakan pelarangan

impor Limbah B3. Masih

tumpang tindihnya

kebijakan yang mengatur

Limbah B3 di Indonesia

Persamaan: membahas

tentang perdagangan

limbah

Perbedaan: hanya

berfokus pada

perdagangan limbah secara

umum di Indonesia

Page 18: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

18

1.5 Kerangka Teori dan Konseptual

1.5.1 Rational Choice Theory

Charles W Kegley dan Shannon L Blaton dalam bukunya World Politics

Trend and Transformation mendefinisikan bahwa Model pengambilan kebijakan

Rational Choice merupakan proses pegambilan suatu kebijakan dengan tujuan

memperoleh kepentingan secara maksimal serta memperoleh resiko yang minimal

dengan pertimbangan yang cermat. hal ini menuntut pengambil kebijakan untuk

mempertimbangan berbagai faktor baik internal dan eksternal sebelum pada

akhirnya mengambil sebuah keputusan. Pengambilan keputusan kemudian

dimanifestasikan dalam bentuk kebijakan yang berakhir pada keputusan yang

dinilai rasional.

Terdapat tahapan-tahan yang harus dilewati untuk menentukan suatu

keputusan yang Rasional. Menurut Kegley terdapat 4 tahapan yang harus dilewati

oleh aktor dalam pengambilan keputusan yaitu: Problem Recognition and

Definition, Goal Selection, Identification of Alternatives serta tahap yang paling

terakhir yaitu Choice. Penjelasan terkait 4 tahapan tersebut diuraikan sebagai

berikut17:

1. Problem Recognition and Definition

Tahapan pertama ini merupakan tahap awal dalam proses pembuatan

keputusan oleh aktor, yang dimana aktor pembuatan keputusan harus mampu

mendefinisikan isu yang tengah dipermasalahkan serta mampu menggambarkan

17 Charles W Kegley and Shannon L. Blanton, 2010-2011 Edition,” World Politics Trend and

Transformation” The University of Memphis

Page 19: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

19

secara objektif bagaimana situasi yang ada dilingkungan eksternal. Dalam

medefinisikan isu, aktor harus mampu melihat secara objektif serta memerlukan

suatu informasi yang lengkap dimulai dari tindakan, kemampuan, motivasi, serta

karakteristik lingkungan eksternal yang mempengaruhi.

Dalam hal ini Indonesia dan Jepang membentuk hubungan kerjasama dalam

bidang ekonomi tahun 2008 yaitu Indonesia Japan Economic Partnership

Agreement (IJEPA), guna mencapai kepentingan nasional masing-masing negara.

Akan tetapi dalam perjanjian kerjasama IJEPA kedua negara tersebut memasukan

Limbah hasil produksi dan konsumsi yang tergolong dalam Limbah B3 sebagai

barang yang dapat diperdagangkan, sedangkan Indonesia sendiri telah meratifikasi

Konvensi Basel yang mengatur lalu lintas Limbah B3.

2. Goal Selection

Goal selection atau penentuan tujuan merupakan tahap kedua dalam

rangkaian pengambilan keputusan. Dimana pengambilan keputusan harus memiliki

tujuan yang jelas sehingga dapat menentukan model serta strategi yang dapat

diambil. Tujuan yang ingin dicapai bisa dalam bidang ekonomi, politik, keamanan

ataupun yang lainnya. Dalam hal ini, Indonesia memiliki kerjasama hubungan

ekonomi dengan Jepang demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara dengan

perdagangan maupun Investasi yang ditawarkan dalam perjanjian IJEPA.

3. Identification of Alternatives

Tahap ketiga dari proses pengambilan keputusan yang harus dilalui oleh

actor pengambilan kebijakan yaitu proses pengidentifikasian alternatif-alternatif

pilihan yang muncul. Dalam tahap ini, aktor harus mampu menganalisa setiap

Page 20: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

20

peluang yang mendasari pengambilan suatu keputusan. Aktor juga harus mampu

mengkalkulasikan untung rugi dari setiap alternatif yang diambilnya. Dalam hal ini

Indonesia dihadapkan dalam 2 pilihan dimana Indonesia ingin mencapai

keuntungan ekonomi dengan diberlakukannya kesepakatan IJEPA yang

didalamnya terdapat Klausul yang memperbolehkan perdagangan Limbah atau

menjadi negara yang patuh akan Konvensi Basel yang telah diratifikasi oleh

Indonesia.

4. Choice

Tahap ini merupakan tahan terakhir dalam tahapan pengambilan keputusan.

Setelah melakukan banyak pertimbangan aktor pengambil keputusan akan

memutuskan satu pilihan yang paling rasional atas dasar pertimbangan faktor-faktor

pendorongnya. Dimana keputusan tersebut nantinya akan membawa keuntungan

yang maksimal atau memiliki peluang yang paling menguntungkan dengan

kerugian yang paling sedikit. Dalam hal ini Indonesia memutuskan untuk

meratifikasi perjanjian kerjasama IJEPA yang didalamnya terdapat klausul

perdagangan Limbah dengan Jepang. Hal ini dianggap lebih menguntungkan bagi

Indonesia dalam upaya peningkatan keuntungan ekonomi.

1.5.2 Konsep Liberalisasi Perdagangan

IJEPA merupakan sebuah wujud dari liberalisasi perdagangan, dimana

Liberalisasi perdagangan atau perdagangan bebas didefinisikan sebagai situasi

tanpa hambatan tarif atau pengurangan hambatan tarif dan non tarif yang dikenakan

kepada arus masuk dan arus keluar barang dan jasa. Dasar pemikiran liberalisasi

perdagangan berawal dari Adam Smith pada abad 18 dan David Ricardo pada abad

Page 21: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

21

ke 19 yang mengembangkan basis perdagangan internasional.18 Liberalisasi

perdagangan mencakup langkah-langkah kebijakan untuk meningkatkan

perdagangan bebas .19

Menurut Sadono Sukirno terdapat empat manfaat yang dapat diperoleh dari

perdagangan internasional yaitu pertama, memperoleh barang yang tidak dapat

diproduksi di negeri sendiri. kedua, memperoleh keuntungan dari spesialisasi.

ketiga, memperluas pasar serta menambah keuntungan, serta keempat, Tranfer

teknologi modern. Selain manfaat dari perdagangan internasional, menurut

Apridar, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi serta mendorong suatu

negara untuk melakukan perdagangan internasional diantaranya yaitu:20

1. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri

2. Keinginan untuk memperoleh keuntungan dan meningkatkan

pendapatan negara

3. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi

4. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk

menjual produk tersebut

5. Adanya perbedaan keadaan sumber daya alam, iklim, tenaga kerja,

budaya dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan

hasil produksi dan keterbatasan produksi

18 Hariati sinaga, “free trade or trade liberalization”, diakses pada www.uni-

kassel.de/einrichtungen/fileadmin/datas/einrichtungen/icdd/Publications/Decent_Work_Glossary/1

.Hariati_Free_Trade.pdf (16/12/2017,20.04 WIB) 19 Vasiliki Pigka, “The impac of trade openness on economic growth”, diakses pada

https://thesis.eur.nl/pub/15905/356613-Pigka-Balanika.pdf (16/12/2017, 20.24 WIB) 20 Gocklas L, Sulasmiyati S, Op.Cit., Hal.193

Page 22: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

22

6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang

7. Keinginan membuka kerjasama, hubungan politik, dan dukungan dari

negara lain

8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satupun negara yang dapat

hidup sendiri

Menurut sebagian pakar ekonomi, perdagangan antar negara sebaiknya

dibiarkan secara bebas dengan pengenaan dan hambatan tarif yang seminim

mungkin. Dimana perdagangan yang lebih bebas akan memberikan manfaat bagi

kedua negara pelaku dan bagi dunia serta meningkatkan kesejahteraan

dibandingkan dengan tidak adanya perdagangan. Selain meningkatkan

kesejahteraan antar negara liberalisasi perdagangan juga akan meningkatkan

kuantitas perdagangan dunia dan peningkatan efensiensi ekonomi.21

Secara konsep, penghapusan berbagai bentuk intervensi dan hambatan

menjadikan penerapan liberalisasi perdagangan akan mendorong peningkatan

volume perdagangan baik ekspor maupun impor menjadi semakin besar sehingga

nilai tambah yang diciptakan juga semakin besar. Kondisi ini akan terus berlanjut

dan memacu pertumbuhan ekonomi dunia.22

Kerjasama antara Indonesia dan Jepang dalam kerangka IJEPA, sesuai

dengan konsep Liberalisasi perdagangan dimana hubungan kerjasama perdagangan

regional maupun bilateral, hambatan tarif maupun non-tarif yang ditetapkan lebih

21 Gatot hardono, Dkk, “Liberalisasi perdagangan”, diakses pada

http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/fae/article/view/4080/3407 (19/12/2017, 11.18

WIB) 22 Ibid.

Page 23: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

23

diturunkan bahkan dihilangkan melampaui aturan yang ditetapkan WTO (World

Trade Organization) pada seluruh sektor termasuk Limbah. Dimana pada

Pemberlakuan tarif dan non-tarif oleh IJEPA lebih rendah dibandingkan

pemberlakuan tarif yang ditetapkan oleh WTO yaitu sekitar 9% hingga 15%. Tarif

masuk bea cukai dari Indonesia dan Jepang diturunkan atau dihapus menjadi 0%.

Ketentuan ini diberlakukan bagi impor barang yang dilengkapi dengan surat

keterangan asal (dari IJEPA) yang telah ditandatangani oleh pejabat setempat.23

1.6 Metodelogi penelitian

1.6.1 Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah eksplanatif. Penelitian eksplanatif

merupakan penelitian yang mengkaji keterkaitan berupa sebab-akibat atau

kausalitas beserta pengaruhnya terhadap fenomena yang hendak diteliti. Adapun

tujuan dari penelitian eksplanatif adalah untuk menerangkan suatu fenomena dan

menguji hipotesis berdasarkan variabel-variabel penelitian yang telah ditemukan.

1.6.2 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisa deduksi yaitu

dengan cara menguji data terkait fenomena yang diteliti melalui teori yang

digunakan sebgai bahan dasar analisis dalam peneitian. Hal ini kan mempengaruhi

proses pembentukan hipotesis dalam penelitian.

23 Direktorat bea Cukai, ”petunjuk pelaksanaan impor barang dalam rangka skema

IJEPA”,http://itpc.or.jp/wp-content/uploads/pdf/ijepa/Presentasi%20IJ-

EPA%20Bea%20dan%20Cukai.pdf diakses pada (15/12/2017, 20.40 WIB)

Page 24: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

24

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini penulis memperoleh data dari penelitian bersumber dari

kegiatan studi pustaka (library research) dengan cara mengumpulkan beberapa

materi dan data fenomena yang bersumber dari buku, jurnal ilmiah, maupun surat

kabar elektronik dan situs daring yang berkaitan dengan judul penelitian. Sifat dari

bahan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini termasuk dalam kategori

data sekunder berupa hasil analisis dari berbagai literatur yang kemudian

dikembangkan dan digunakan untuk mendukung penelitian

1.7 Ruang lingkup penelitian

Penulis menentukan ruang lingkup dan Batasan pada penelitian ini

berdasarkan batasan waktu dan batasan materi sebagai berikut:

1.7.1 Batasan waktu

Batasan waktu yang digunakan oleh penulis yaitu dari rentang waktu 2005-

2008. Pada tahun 2005 merupakan awal dari pembentukan Joint Study Group antara

Indonesia dan Jepang. Serta tahun 2008 merupakan tahun dimulainya pelaksanaan

implementasi IJEPA.

1.7.2 Batasan materi

Pada penelitian ini pembahasan materi akan berfokus pada Rasionalitas

Indonesia dalam menyutujui klausul perdagangan limbah B3 dalam Indonesian

Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA).

Page 25: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

25

1.8 Hipotesa

Hipotesa yang diajukan oleh penulis akan Analisa Rasionalitas Indonesia

dalam menyetujui klausul perdagangan Limbah B3 dalam kerangka IJEPA yaitu

adanya kepentingan nasional (national interest) dalam bidang ekonomi. Hal ini

dijelaskan berdasarkan rational choice theory, dimana pengambilan keputusan

diambil melewati 4 tahapan-tahapan pengambilan keputusan yaitu Problem

Recognition and Definition, Goal selection, Identification of Alternatives dan

Choice. Rasionalitas Indonesia dalam mengambil keputusan didasari pada kalkulasi

untung ruginya. Adapun faktor-faktor tersebut sebagai berikut:

1. Dengan adanya kesepakatan IJEPA, Indonesia dapat melakukan

perdagangan ekspor-impor dengan Jepang serta Indoensia dapat

memperoleh investasi yang ditanam oleh Jepang di Indonesia serta

berbagai keuntungan ekonomi yang ditawarkan dalam perjanjian IJEPA

2. Kurangnya kewajiban serta kopensasi hukum dari Konvensi Basel

menjadikan Indonesia “berani” untuk melanggar ketentuan yang telah

ditetapkan oleh Konvensi Basel. Selain itu limbah yang diperdagangkan

juga dapat membawa keuntungan bagi Indonesia karena posisi Indonesia

yang belum mampu mengelola Limbah B3 secara ramah lingkungan

membuat Indonesia memilih untuk mengirim Limbah B3 ke Jepang yang

mana pengolahan Limbah B3 secara mandiri oleh Indonesia lebih besar

dibandingkan biaya pengiriman.

Page 26: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

26

1.9 Sistematika Penulisan

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan sistematika

penulisan yang dapat dibagi dalam lima bab sebagai berikut :

Bab I merupakan bab pendahuluan. Komposisi dalam bab ini tersusun atas

Latar belakang, Rumusan Masalah, Tujuan penelitian, Manfaat Penelitian,

Penelitian terdahulu, Kerangkan teori dan konseptual, Metode penelitian, Hipotesa

dan Sistematika penulisan.

Bab II menggunakan judul Masalah Limbah B3 dan Kesepakatan Konvensi

Basel terkait perdagangan limbah. Dimana pada bab ini, penulis akan mepaparkan

Masalah dan dampak dari Limbah B3, Konvensi Basel sebagai rezim perdagangan

Limbah B3, Serta Konsekuensi terhadap negara yang telah meratifikasi Konvensi

Basel .

Bab III menggunakan judul Perdagangan Limbah dalam kerangka IJEPA.

Dimana dalam bab ini akan dipaparkan Ekonomi menjadi Prioritas pembangunan,

Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) dalam kerangka

Liberalisasi perdagangan, serta Perdagangan limbah dalam kerangka Indonesian

Japan Economic Partneship Agrement (IJEPA)

Bab IV menggunakan Judul Rasionalitas Indonesia dalam Klausul

Perdagangan Limbah B3 IJEPA: Kepentingan ekonomi. Dimana pada bab ini,

penulis akan menjelaskan Faktor pendorong rasionalitas penandatangan perjanjian

IJEPA serta Kalkulasi untung rugi keputusan Indonesia: Ratifikasi kerjasama

IJEPA berdasarkan Rational Choice Theory

Page 27: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/56004/2/BAB I.pdf · 2019-11-19 · 3 movement of natural person5, sumber daya energi dan mineral, hak kekayaan intelektual, kerjasama, kebijakan

27

Bab V merupakan Penutup. Dimana pada bab ini penulis akan memberikan

kesimpulan dan saran berdasarkan pembahasan yang telah dibahas didalam skripsi

ini.