bab i - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95386/po...bab i pendahuluan...

17
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi bagi manusia. Hal ini memungkinkan manusia untuk menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaan kepada individu lain (Alwasilah, 1990:12). Dalam proses berkomunikasi, manusia dituntut untuk menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaan dengan bahasa yang jelas agar lawan tutur dapat memahami informasi yang disampaikan. Penutur dan lawan tutur juga harus saling memahami maksud tuturan dengan baik agar komunikasi dapat berlangsung sesuai yang diharapkan. Ungkapan pikiran dan gagasan yang disampaikan melalui bahasa tidak semata-mata menghasilkan tuturan yang mengandung kata-kata dan struktur gramatikal saja, tetapi juga memperlihatkan tindakan-tindakan melalui tuturan- tuturan tersebut. Tindakan-tindakan yang diperlihatkan lewat tuturan tersebut, dalam studi pragmatik biasa disebut sebagai tindak tutur (Yule, 2006:82). Salah satu tindak tutur dalam studi pragmatik adalah tindak tutur direktif. Searle (dalam Rohmadi, 2010:34-35) menyatakan bahwa direktif adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penuturnya dengan maksud agar lawan tutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam ujaran itu, misalnya menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, dan menantang. Dalam hal ini, penutur dianjurkan untuk menggunakan bahasa yang benar, baik, dan santun dalam menyatakan sebuah tuturan agar lawan tutur tidak tersinggung dengan tuturan yang disampaikan. KESANTUNAN DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NASKAH DRAMA SYAMSU AN-NAHAR KARYA TAUFIQ AL-HAKIM: ANALISIS PRAGMATIK RIADHOTUS SA'ADAH Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Upload: buinhan

Post on 12-Jul-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95386/po...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi bagi

manusia. Hal ini memungkinkan manusia untuk menyampaikan gagasan, pikiran,

dan perasaan kepada individu lain (Alwasilah, 1990:12). Dalam proses

berkomunikasi, manusia dituntut untuk menyampaikan gagasan, pikiran, dan

perasaan dengan bahasa yang jelas agar lawan tutur dapat memahami informasi

yang disampaikan. Penutur dan lawan tutur juga harus saling memahami maksud

tuturan dengan baik agar komunikasi dapat berlangsung sesuai yang diharapkan.

Ungkapan pikiran dan gagasan yang disampaikan melalui bahasa tidak

semata-mata menghasilkan tuturan yang mengandung kata-kata dan struktur

gramatikal saja, tetapi juga memperlihatkan tindakan-tindakan melalui tuturan-

tuturan tersebut. Tindakan-tindakan yang diperlihatkan lewat tuturan tersebut,

dalam studi pragmatik biasa disebut sebagai tindak tutur (Yule, 2006:82). Salah

satu tindak tutur dalam studi pragmatik adalah tindak tutur direktif. Searle (dalam

Rohmadi, 2010:34-35) menyatakan bahwa direktif adalah tindak tutur yang

dilakukan oleh penuturnya dengan maksud agar lawan tutur melakukan tindakan

yang disebutkan dalam ujaran itu, misalnya menyuruh, memohon, menuntut,

menyarankan, dan menantang. Dalam hal ini, penutur dianjurkan untuk

menggunakan bahasa yang benar, baik, dan santun dalam menyatakan sebuah

tuturan agar lawan tutur tidak tersinggung dengan tuturan yang disampaikan.

KESANTUNAN DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NASKAH DRAMA SYAMSU AN-NAHARKARYA TAUFIQ AL-HAKIM:ANALISIS PRAGMATIKRIADHOTUS SA'ADAH Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95386/po...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi

2

Bahasa yang benar dan baik merupakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa

dan konteks saat bahasa tersebut dituturkan. Dengan menggunakan bahasa yang

benar dan baik, komunikasi akan berlangsung dengan lancar sehingga tidak

melanggar norma-norma kesantunan.

Kesantunan adalah suatu sistem hubungan antarmanusia yang diciptakan

untuk mempermudah hubungan dengan meminimalkan potensi konflik dan

perlawanan yang melekat dalam segala kegiatan manuasia (Yule, 2006:183).

Penyampaian gagasan dengan memperhatikan kesantunan berbahasa akan

mempermudah keberlangsungan komunikasi. Seperti halnya komunikasi

antarpenghuni kerajaan, yaitu antara raja dengan pangeran, putri, menteri, atau

pelayan. Perbedaan status sosial antarpenghuni kerajaan akan mempengaruhi

tuturan yang disampaikan. Seorang menteri yang status sosialnya lebih rendah

dari rajanya, harus menggunakan bahasa yang santun agar komunikasi

antarkeduanya berlangsung sesuai yang diharapkan. Hal tersebut berlaku juga

sebaliknya, seorang raja tidak boleh semena-mena terhadap para menterinya dan

pelayannya. Perbedaan status sosial antarpenghuni kerajaan tersebut akan tetap

berjalan sesuai yang diharapkan dengan cara tetap memperhatikan kesantunan

berbahasa.

Dalam studi pragmatik, kesantunan dalam tindak tutur direktif perlu untuk

dikaji terutama dalam bahasa Arab karena bahasa Arab adalah bahasa yang sudah

banyak dipakai oleh orang Indonesia dan dipelajari dalam tingkat menengah

sampai tingkat perguruan tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini membahas tentang

kesantunan dalam tindak tutur direktif yang datanya dari naskah drama Syamsu

KESANTUNAN DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NASKAH DRAMA SYAMSU AN-NAHARKARYA TAUFIQ AL-HAKIM:ANALISIS PRAGMATIKRIADHOTUS SA'ADAH Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95386/po...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi

3

An-Nahār karya Taufīq Al-Ḥakīm, yaitu naskah drama berbahasa Arab yang latar

ceritanya berada dalam sebuah istana. Tokoh-tokoh di dalam naskah drama

tersebut memiliki status sosial yang berbeda sehingga tingkat jarak sosialnya pun

berbeda. Hal ini memungkinkan adanya berbagai macam tuturan dan tindak tutur

di dalam naskah tersebut. Selain itu, bahasa Arab yang digunakan dalam naskah

drama ini adalah bahasa Arab resmi atau fuṣḥah yang telah dijadikan bahasa

standar di berbagai Negara Arab serta di dalamnya juga terdapat banyak tindak

tutur direktif sehingga cocok dijadikan sebagai data penelitian untuk mendapatkan

gambaran mengenai tindak tutur direktif bahasa Arab.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi yang telah diuraikan pada bagian latar belakang,

ada beberapa permasalahan yang perlu dirumuskan, yaitu: Apa saja bentuk-bentuk

tindak tutur direktif dan bagaimana kesantunan itu diekspresikan dalam tindak

tutur direktif bahasa Arab pada naskah drama Syamsu An-Nahār karya Taufīq Al-

Ḥakīm.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, penelitian ini

bertujuan untuk menginventarisasi bentuk ungkapan tindak tutur direktif bahasa

Arab, mendeskripsikan dan menjelaskan kategori kesantunan tindak tutur direktif

bahasa Arab pada naskah drama Syamsu An-Nahār karya Taufīq Al-Ḥakīm.

1.4 Tinjauan Pustaka

Sejauh pengamatan penulis, kajian tentang kesantunan tindak tutur direktif

sebelumnya pernah diteliti oleh Novianti (2008) dalam tesisnya yang berjudul

KESANTUNAN DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NASKAH DRAMA SYAMSU AN-NAHARKARYA TAUFIQ AL-HAKIM:ANALISIS PRAGMATIKRIADHOTUS SA'ADAH Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95386/po...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi

4

“Tindak Tutur Direktif dalam Bahasa Melayu Sambas”. Pada penelitian tersebut

dijelaskan bahwa wujud tuturan direktif dalam bahasa Melayu dialek Sambas

berkonstruksi imperatif, deklaratif dan interogatif. Wujud tuturan tersebut

mengandung 9 makna, yaitu: (1) perintah, (2) suruhan, (3) permohonan atau

harapan, (4) ajakan, (5) larangan, (6) pembiaran, (7) permintaan, (8) anjuran dan

(9) menyule`. Selain itu, wujud kesantunan pemakaian tuturan direktif dalam

bahasa Melayu dialek Sambas terbagi menjadi dua, yaitu (1) wujud kesantunan

berdasarkan ciri linguistik (kesantunan linguistik), (2) wujud kesantunan

berdasarkan ciri nonlinguistik (kesantunan pragmatik).

Puspitasari (2009) juga pernah meneliti tindak tutur direktif dalam

skripsinya yang berjudul “Penggunaan Strategi Kesantunan dalam Tindak Tutur

Direktif pada Novel Memoirs of a Geisha Karya Arthur Golden”. Pada penelitian

tersebut dinyatakan bahwa tuturan direktif dalam bentuk menyuruh (order)

merupakan tuturan yang paling sering digunakan dalam tuturan novel Memoirs of

a Geisha karya Arthur Golden. Penelitian tersebut memiliki kecenderungan

penggunaan strategi kesantunan Brown dan Levinson (1987) yaitu strategi

langsung tanpa basa-basi. Kemudian, penulis menemukan strategi kesantunan

positif yang digunakan oleh penutur untuk mengungkapkan tuturan direktif seperti

order, request, advise, tell, invite, suggest, instruct.

Mahmud (2010) dalam bukunya yang berjudul “Al-afʻa>lu Al-Inja>ziyatu fi>

Al-Arabyyati Al-Muʻa>s}irati” memaparkan bahwa bentuk-bentuk tindak tutur

direktif meliputi: “T}alabiyyah dan nafsiyyah. T}alabiyyah meliputi (1) t}alabu al-

ada>'i awi at-tarki (igra>', amr, isti'z|a>n, istiʻt}a>f, iqtira>h}, iltima>s, tah{z|i>r, tah}rid},

KESANTUNAN DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NASKAH DRAMA SYAMSU AN-NAHARKARYA TAUFIQ AL-HAKIM:ANALISIS PRAGMATIKRIADHOTUS SA'ADAH Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 5: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95386/po...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi

5

tah}d}i>d}, takhyi>r, tasyji>ʻ, tanbi>h, tahdi>d, taubi>kh, tawassul, duʻa>' (duʻa>' ʻalaihi dan

duʻa>' lah), qasam, nus}h}, nahi>, dan wasyyah. (2) Talabu al-iqba>li (istiga>s|ah, nida>',

nudbah, dan ʻard}). (3) T}alabu al-fahmi (istifta>', istifha>m, dan isti>d}a>h}). Nafsyyah

meliputi istibt}a>', tah}addin, tahakkum, taʻjiz, syatm, syakwa> (taz}allum),

t}ama'anah, mawa>sa>h, mah}a>sabah, maz}a>h, dan ʻita>b).”

Kesantunan dalam tindak tutur direktif juga pernah diteliti oleh Santoso,

Mardikantoro, dan Herwanti (2011) dalam penelitian mereka yang berjudul “Kode

dan Kesantunan dalam Tindak Tutur Direktif pada Rapat Dinas: Kajian

Sosiopragmatik Berperseptif Jender dan Jabatan”. Pada penelitian tersebut

dijelaskan bahwa penggunaan kode TTD, berupa kode Indonesia secara dominan,

baik baku maupun tidak baku, dan sebagian kecil berupa campur kode. Realisasi

kesantunan berbahasa, baik pemimpin rapat maupun peserta rapat (laki-laki)

dalam ber-TTD cenderung menggunakan tindak tutur langsung, baik berpenanda

kesantunan (misalnya tolong, harap, mari, silakan, penggunaan partikel –lah)

maupun tidak berpenanda kesantuanan.

Sari (2011) juga pernah meneliti kesantunan tindak tutur direktif dalam

skripsinya yang berjudul “Tindak Tutur Direktif dan Kesantunan Negatif dalam

Reality show Minta Tolong di Rajawali Citra Televisi Indonesia”. Pada penelitian

tersebut dinyatakan bahwa wujud tindak tutur direktif yang terdapat dalam RSMT

sebanyak tujuh jenis, yaitu: tindak tutur meminta, menasihati, menyarankan,

melarang, memperingatkan, mengingatkan dan membujuk. Sedangkan realisasi

strategi kesantunan negatif yang terdapat dalam RSMT ada lima, yaitu

menggunakan ungkapan secara tidak langsung, menggunakan pertanyaan

KESANTUNAN DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NASKAH DRAMA SYAMSU AN-NAHARKARYA TAUFIQ AL-HAKIM:ANALISIS PRAGMATIKRIADHOTUS SA'ADAH Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 6: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95386/po...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi

6

berpagar, meminimalkan paksaan, memberi penghormatan, dan menghindari

penyebutan penutur dan lawan tutur.

Hal yang sama juga pernah diteliti oleh Ardhiarta (2012) dalam skripsinya

yang berjudul “Kesantunan Berbahasa dalam Interaksi Sosial di Pondok Pesantren

Darul Ulum Jombang: Suatu Kajian Pragmatik”. Pada penelitian tersebut

dinyatakan bahwa beberapa faktor yang melatarbelakangi kesantunan berbahasa

yaitu: pertama, jarak sosial antara penutur dan lawan tutur. Kedua, status sosial

antara penutur dan lawan tutur. Ketiga, tindak tutur didasarkan atas kedudukan

relatif tindak tutur yang satu dengan yang lainnya. Keempat, adanya sikap

tawad}u’, hormat dan santun. Kelima, adanya ilmu Ladunni.

Adapun naskah drama Syamsu An-Nahār sebagai objek material, sejauh

pengamatan penulis pernah diteliti oleh Mukaromah (2012) dalam skripsinya

yang berjudul “Nasihat dalam Drama Syamsu An-Nahār Karya Taufīq Al-Ḥakīm

Kajian Semiotik”. Pada penelitian tersebut dinyatakan bahwa nasihat yang

terkandung dalam drama Syamsu An-Nahār berdasarkan kajian semotik Riffaterre

berupa, (1) percaya kepada Allah SWT, (2) menuntut ilmu, (3) teguh pendirian,

(4) bertanggung jawab, (5) percaya diri, (6) sabar, (7) qana’ah, (8) rendah hati, (9)

mandiri, (10) tidak berlebih-lebihan, (11) adil, (12) jujur, (13) tolong menolong,

(14) tidak menyia-nyiakan kesempatan, (15) saling menyanyangi antarsesama

makhluk hidup, (16) menjaga lisan, (17) menghormati orang tua, (18)

mengerjakan sesuatu yang lebih bermanfaat, (19) menahan diri dari sikap amarah,

(20) kerja keras, dan (21) kewaspadaan dalam hidup.

KESANTUNAN DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NASKAH DRAMA SYAMSU AN-NAHARKARYA TAUFIQ AL-HAKIM:ANALISIS PRAGMATIKRIADHOTUS SA'ADAH Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 7: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95386/po...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi

7

Penelitian kesantunan tindak tutur direktif pada tulisan ini, berbeda dengan

penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut terletak pada objek penelitian yang

dikaji. Pada penelitian ini, diambil kesantunan tindak tutur direktif pada sebuah

karya sastra yang berbentuk naskah drama berbahasa Arab, yaitu naskah drama

Syamsu An-Nahār karya Taufīq Al-Ḥakīm yang sebelumnya belum pernah diteliti

dengan pembahasan yang sama. Perbedaan pada objek material itulah yang

nantinya akan memunculkan perbedaan pada hasil penelitian ini dengan

penelitian-penelitian sebelumnya.

1.5 Landasan Teori

Beberapa para ahli mendefinisikan istilah pragmatik sebagai berikut:

menurut Yule (2006:3), pragmatik merupakan studi yang mempelajari tentang

maksud yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar. Sebagai

akibatnya studi pragmatik lebih berhubungan dengan maksud tuturan-tuturan yang

disampaikan oleh seseorang daripada makna leksikal dari tuturan-tuturan tersebut.

Sehubungan dengan hal ini, Wijana (2010:4) menyatakan bahwa pragmatik adalah

cabang linguistik atau ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara

eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi.

Konteks merupakan komponen yang sangat penting dalam kajian

pragmatik. Leech (1993:20) menjelaskan bahwa konteks adalah latar belakang

pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur untuk

membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan. Selain konteks, komponen lain

yang penting dalam kajian pragmatik adalah penutur, lawan tutur dan tujuan tutur.

KESANTUNAN DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NASKAH DRAMA SYAMSU AN-NAHARKARYA TAUFIQ AL-HAKIM:ANALISIS PRAGMATIKRIADHOTUS SA'ADAH Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 8: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95386/po...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi

8

Tindak tutur merupakan salah satu pembahasan dalam kajian pragmatik.

Dalam penelitian ini, penulis hanya mengkaji tindak tutur direktif. Searle (dalam

Rohmadi, 2010:34-35) menyatakan bahwa direktif adalah tindak tutur yang

dilakukan oleh penuturnya dengan maksud agar lawan tutur melakukan tindakan

yang disebutkan dalam ujaran itu. Menurut Searle (dalam Leech, 1993:327) yang

termasuk tuturan direktif adalah ask (meminta), beg (meminta dengan sangat), bid

(memohon dengan sangat), command (memberi perintah), demand (menuntut),

forbid (melarang), recommend (menganjurkan), dan request (memohon).

Selain hal itu, menurut Wijana (2010:28-29), bentuk tindak tutur dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak

langsung serta tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal. Tindak tutur

langsung (direct speech act) adalah tindak tutur yang secara langsung

diungkapkan oleh penutur kepada lawan tutur baik berupa kalimat berita, tanya,

maupun perintah. Tindak tutur tidak langsung (indirect speech act) adalah tindak

tutur untuk memerintah seseorang agar melakukan sesuatu secara tidak langsung.

Biasanya menggunakan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang

diperintah tidak merasa bahwa dirinya diperintah. Sedangkan tindak tutur literal

(literal speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna-

makna yang menyusunnya. Tindak tutur tidak literal (nonliteral speech act)

adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan makna kata-kata yang

menyusunnya.

Leech, (1993:206-207) berpendapat bahwa sebuah wacana kontekstual,

yaitu proses percakapan yang terikat konteks, akan berlangsung lancar apabila

KESANTUNAN DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NASKAH DRAMA SYAMSU AN-NAHARKARYA TAUFIQ AL-HAKIM:ANALISIS PRAGMATIKRIADHOTUS SA'ADAH Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 9: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95386/po...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi

9

peserta-peserta tutur memenuhi prinsip kesantunan yang terjabar dalam enam

maksim, yaitu: (1) maksim kebijaksanaan (tact maxim) adalah aturan dalam

pertuturan dengan cara meminimalkan kerugian terhadap lawan tutur dan

memaksimalkan keuntungan bagi lawan tutur. (2) Maksim kedermawanan

(generosty maxim) adalah pertuturan dengan meminimalkan keuntungan bagi diri

sendiri dan memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri. (3) Maksim pujian

(approbation maxim) adalah aturan pertuturan yang meminimalkan

ketidakhormatan terhadap orang lain dan memaksimalkan pujian kepada orang

lain. (4) Maksim kerendahan hari (modezty maxim) adalah aturan dalam

pertuturan dengan memaksimalkan ketidakhormatan terhadap diri sendiri, dan

meminimalkan rasa hormat terhadap diri sendiri. (5) Maksim kesepakatan

(agreement maxim) adalah aturan dalam pertuturan dengan memaksimalkan

kesetujuan terhadap orang lain. (6) Maksim kesimpatian (simpaty maxim) adalah

aturan dalam pertuturan dengan memaksimalkan rasa simpati kepada orang lain,

dan meminimalkan rasa antipati kepada orang lain.

Prinsip kesantunan sangat erat kaitannya dengan parameter pragmatik

yang berupa: (1) tingkat jarak sosial (distance rating) ditentukan berdasarkan

ukuran parameter keakraban dan parameter perbedaan umur, jenis kelamin, dan

latar belakang sosiokultural. Semakin jauh jarak sosial antara penutur dengan

lawan tutur, tuturan yang digunakan akan cenderung semakin santun. Sebaliknya,

semakin dekat jarak status sosial diantara keduanya, akan semakin berkurang

peringkat kesantunan tuturan tersebut. (2) Tingkat status sosial (power rating)

didasarkan atas kedudukan yang asimetrik antara penutur dan lawan tutur di

KESANTUNAN DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NASKAH DRAMA SYAMSU AN-NAHARKARYA TAUFIQ AL-HAKIM:ANALISIS PRAGMATIKRIADHOTUS SA'ADAH Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 10: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95386/po...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi

10

dalam konteks pertuturan. Di ruang praktik seorang dokter memiliki kedudukan

yang lebih tinggi dari seorang polisi. Akan tetapi, di jalan raya polisi dapat

menilangnya bila sang dokter melakukan pelanggaran. Dalam konteks yang

terakhir ini polisi memiliki status sosial yang lebih tinggi. (3) Tingkat peringkat

tindak tutur (rank rating) didasarkan atas kedudukan relatif tindak tutur yang satu

dengan tindak tutur yang lain. Misalnya, di dalam situasi normal meminjam mobil

kepada seseorang mungkin dipandang tidak sopan, atau tidak mengenakan. Akan

tetapi, di dalam situasi yang mendesak (darurat) semisal untuk mengantar orang

sakit keras, tindakan itu wajar-wajar saja, Leech (dalam Rohmadi, 2010:22-23).

Menurut Leech (1993:194-195) ada tiga skala yang dapat menunjukkan

derajad kesantunan yang sesuai dengan situasi percakapan tertentu, yaitu: (1)

skala untung-rugi, pada skala ini menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan

keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan.

Semakin tuturan tersebut merugikan diri penutur, akan dianggap semakin santun.

Demikian sebaliknya, semakin tuturan itu menguntungkan diri penutur akan

semakin dianggap tidak santun. (2) Skala kemanasukaan, skala ini menunjuk

kepada panjang pendek atau banyak sedikitnya pilihan yang disampaikan penutur

kepada lawan tutur. Semakin pertuturan itu memungkinkan lawan tutur

menentukan pilihan yang banyak dan leluasa, akan dianggap semakin santun.

Sebaliknya, apabila pertuturan itu sama sekali tidak memberikan kemungkinan

memilih bagi si lawan tutur, tuturan tersebut akan dianggap tidak santun. Menurut

Rahardi (2009:27), dikatakan demikian karena sebenarnya tuturan yang

memberikan sejumlah pilihan itu memang memiliki kadar ketegasan atau

KESANTUNAN DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NASKAH DRAMA SYAMSU AN-NAHARKARYA TAUFIQ AL-HAKIM:ANALISIS PRAGMATIKRIADHOTUS SA'ADAH Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 11: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95386/po...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi

11

kelangsungan yang rendah. Sebaliknya, ketidakhadiran pilihan dalam sebuah

pertuturan itu mengindikasikan tingkat kelangsungan atau ketegasan yang tinggi.

(3) Skala ketidaklangsungan, skala ini menunjuk kepada peringkat langsung atau

tidak langsungnya maksud sebuah tuturan. Semakin tuturan itu bersifat langsung

akan dianggap semakin tidak santun. Demikian sebaliknya, semakin tidak

langsung maksud sebuah tuturan, akan dianggap semakin santun.

Berdasarkan tinjauan pustaka (1.4), bentuk-bentuk tindak tutur direktif

sangatlah beragam, akan tetapi dalam penelitian ini membahas bentuk tindak tutur

direktif langsung dan tidak langsung yang berupa ask (meminta), beg (meminta

dengan sangat), bid (memohon dengan sangat), command (memberi perintah),

demand (menuntut), forbid (melarang), recommend (menganjurkan), dan request

(memohon) saja, karena dianggap lebih sederhana. Selain itu penelitian ini juga

membahas kesantunan tindak tutur direktif kategori santun dan kategori tidak

santun, dengan berdasar pada parameter pragmatik dan skala yang dapat

menunjukkan derajad kesantunan tersebut di atas.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Objek material

dalam penelitian ini adalah naskah drama Syamsu An-Nahār karya Taufīq Al-

Ḥakīm. Objek formal dalam penelitian ini adalah kesantunan dalam tindak tutur

direktif pada naskah drama Syamsu An-Nahār karya Taufīq Al-Ḥakīm. Menurut

Sudaryanto (1993:5), tiga tahap upaya strategis dalam penelitian bahasa secara

berurutan, yaitu: penyediaan data, penganalisisan data, dan penyajian hasil

KESANTUNAN DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NASKAH DRAMA SYAMSU AN-NAHARKARYA TAUFIQ AL-HAKIM:ANALISIS PRAGMATIKRIADHOTUS SA'ADAH Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 12: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95386/po...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi

12

analisis data yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga

tahapan yang telah disebutkan di atas.

Pada tahap penyediaan data, naskah drama Syamsu An-Nahār karya

Taufīq Al-Ḥakīm sebagai sumber data didapatkan dengan cara mengunduhnya

melalui internet. Kemudian, tuturan-tuturan yang ada dalam naskah drama

tersebut di simak, dibaca, dan diartikan ke dalam bahasa Indonesia. Tahap

selanjutnya adalah pengumpulan data yang berupa tuturan yang mengandung

tindak tutur direktif, dilakukan dengan membaca berulang-ulang tuturan-tuturan

yang terdapat pada naskah drama tersebut. Setelah itu, tuturan-tuturan yang

mengandung tindak tutur direktif diberi penanda, lalu dicatat dalam kertas folio

dengan bulpoin, sesuai klasifikasi bentuk tindak tutur direktif (langsung atau tidak

langsung) baik berupa ask, beg, bid, command, demand, forbid, recommend, dan

request. Setelah data terhimpun dalam kertas folio, data tersebut kemudian

diklasifikasikan sesuai dengan kategorinya, yaitu kategori santun dan kategori

tidak santun. Klasifikasi data dilakukan untuk mendapatkan tipe-tipe data yang

tepat dan cermat, untuk mempermudah analisis pada tahap-tahap selanjutnya.

Setelah data terklasifikasi berdasarkan bentuk tindak tutur dan kategori

kesantunan, data tersebut diketik dalam komputer, lalu ditransliterasikan ke dalam

tulisan latin berdasarkan pedoman transliterasi yang dikeluarkan oleh Menteri

Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Pada tahap analisis data, penulis menggunakan metode analisis

kontekstual. Menurut Rahardi (2005:16), metode analisis kontekstual adalah cara-

cara analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan, memperhitungkan,

KESANTUNAN DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NASKAH DRAMA SYAMSU AN-NAHARKARYA TAUFIQ AL-HAKIM:ANALISIS PRAGMATIKRIADHOTUS SA'ADAH Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 13: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95386/po...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi

13

dan mengaitkan identitas konteks-konteks yang ada. Dalam hal ini, penafsiran

tuturan selalu diawali dengan penyajian konteks. Konteks itu sendiri merupakan

lingkungan (fisik maupun non-fisik) di mana entitas bahasa itu digunakan,

Rahardi (2009:36). Konteks pada naskah drama Syamsu An-Nahār karya Taufīq

Al-Ḥakīm diperoleh dari semua aspek di luar bahasa yang melatarbelakangi

kesantunan dalam tindak tutur direktif yang dituturkan pada naskah drama

tersebut.

Tahap terakhir adalah tahap penyajian hasil analisis data. Penulis

menggunakan metode informal yaitu penyajian hasil penelitian dipaparkan secara

deskriptif dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:145). Setelah itu, hasil

analisis data dipaparkan dalam bentuk laporan penulisan.

1.7 Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini disajikan dalam empat bab, yaitu: Bab I berisi

pendahuluan. Pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika

penulisan, dan pedoman transliterasi. Bab II berisi tentang bentuk-bentuk tindak

tutur direktif pada naskah drama Syamsu An-Nahār karya Taufīq Al-Ḥakīm. Bab

III dipaparkan mengenai kategori kesantunan dalam tindak tutur direktif pada

naskah drama Syamsu An-Nahār karya Taufīq Al-Ḥakīm, dan Bab IV berisi

kesimpulan dan saran hasil penelitian.

KESANTUNAN DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NASKAH DRAMA SYAMSU AN-NAHARKARYA TAUFIQ AL-HAKIM:ANALISIS PRAGMATIKRIADHOTUS SA'ADAH Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 14: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95386/po...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi

14

1.8 Pedoman Translitrasi Arab-Latin

Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakan

pedoman transliterasi dari keputusan bersama Mentri Agama RI dan Mentri

Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987.

1. Konsonan

Konsonan bahasa Arab dilambangkan dengan huruf hijaiyah/disebut huruf

Arab. Daftar huruf Arab dan lambang transliterasi dalam huruf latin akan

disajikan dalam tabel berikut.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا

Ba B Be ب

Ta T Te ت

Śa Ṡ S (dengan titik diatasnya) ث

Jim J Je ج

Ha Ḥ H (dengan titik di bawahnya) ح

Kha Kh Ka dan ha خ

Dal D De د

Żal Ż Z (dengan titik di atasnya) ذ

Ra R Er ر

Za Z Zet ز

Sin S Es س

Syin Sy Es dan ye ش

Sad Ṣ S (dengan titik di bawahnya) ص

Dad Ḍ D (dengan titik di bawahnya) ض

Ta Ṭ T (dengan titik di bawahnya) ط

KESANTUNAN DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NASKAH DRAMA SYAMSU AN-NAHARKARYA TAUFIQ AL-HAKIM:ANALISIS PRAGMATIKRIADHOTUS SA'ADAH Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 15: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95386/po...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi

15

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Za Ẓ Z (dengan titik di bawahnya) ظ

Ain ‘ Koma terbalik (di atas)‘ ع

Gain G Ge غ

Fa F Ef ف

Qaf Q Qi ق

Kaf K Ka ك

Lam L El ل

Mim M Em م

Nun N En ن

Wawu W We و

Ha H Ha ه

ˋ Hamzah ء

Apostrof, tetapi lambang ini

tidak dipergunakan untuk

hamzah diawal kata

Ya Y Ye ي

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal

rangkap atau diftong, dan vokal panjang.

Vokal tunggal Diftong Vokal Panjang

Tanda Latin Tanda Latin Tanda Latin

_ A ي... Ai ا ...ى... Ā

I و... Au ي... Ī

_ U و... Ū

KESANTUNAN DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NASKAH DRAMA SYAMSU AN-NAHARKARYA TAUFIQ AL-HAKIM:ANALISIS PRAGMATIKRIADHOTUS SA'ADAH Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 16: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95386/po...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi

16

3. Tā Marbūtah

Transliterasi untuk tā Marbūtah ada dua, yaitu: tā Marbūtah hidup atau

mendapat harakat fathah, kasrah, atau dammah, transliterasinya adalah /t/ dan tā

Marbūtah mati atau mendapat sukūn, transliterasinya adalah /h/. Kata terakhir

dengan tā Marbūtah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta

kedua kata itu terpisah, maka tā Marbūt}ah itu ditransliterasikan dengan /h/.

Contoh : املنور املدينة al-Madinah al-Munawwarah.

4. Syaddah

Tanda Syaddah dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang

diberi tanda syaddah tersebut.

Contoh : نزل : nazzala

5. Kata Sandang

Transliterasi kata sandang dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh

huruf syamsiyyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah. kata

sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan

bunyinya, yaitu huruf /I/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang

langsung mengikuti kata sandang tersebut.

Contoh : الشمس : asy-syamsu

Kata sandang yang diikuti huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai

dengan bunyinya, yaitu /I/ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Contoh : القمر : al-qamar

KESANTUNAN DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NASKAH DRAMA SYAMSU AN-NAHARKARYA TAUFIQ AL-HAKIM:ANALISIS PRAGMATIKRIADHOTUS SA'ADAH Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 17: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95386/po...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi

17

6. Hamzah

Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof jika terletak ditengah dan akhir

kata. Bila terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab

berupa alif.

Contoh : إن : inna, ويأخذ : ya'khużu, قرأ : qara'a

7. Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata ditulis terpisah, tetapi untuk kata-kata tertentu

yang penulisannya dalam huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain

karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka transliterasinya

dirangkaikan dengan kata lain yang mengikutinya.

Contoh : وإن اهلل هلو خري الرازقني : Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn

8. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab tidak dikenal huruf kapital, tetapi

dalam transliterasinya huruf kapital digunakan dengan ketentuan Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD).

Contoh : و ما حممد إال رسول : Wa mā Muhammadun illā rasūl

KESANTUNAN DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NASKAH DRAMA SYAMSU AN-NAHARKARYA TAUFIQ AL-HAKIM:ANALISIS PRAGMATIKRIADHOTUS SA'ADAH Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/