bab i diabetes

11
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosial Budaya menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, terdiri dari dua kata yaitu sosial yang berarti segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka memperhatikan kepentingan umum (kata sifat), sedangkan budaya dari kata Sans atau Bodhya yang artinya pikiran dan akal budi. Budaya ialah segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung cinta, rasa dan karsa (Poerwadarminta, 2010). Kebiasaan adalah titik temu antara pengetahuan, ketrampilan dan keinginan (Covey, 2013). Kebiasaan makan adalah usaha memperoleh, memproduksi, mempersiapkan, melestarikan, dan mengkonsumsi yang diwariskan kepada generasi selanjutnya seperti sebuah teks suci dan tradisi keluarga (Cummings et al, 2010). 1

Upload: chohanra

Post on 25-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

diabetes

TRANSCRIPT

GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG STIMULASI PADA BAYI DI RUANG RAWAT PERINATOLOGI BPK RSUZA KOTAMADYA BANDA ACEH

7

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Sosial Budaya menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, terdiri dari dua kata yaitu sosial yang berarti segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka memperhatikan kepentingan umum (kata sifat), sedangkan budaya dari kata Sans atau Bodhya yang artinya pikiran dan akal budi. Budaya ialah segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung cinta, rasa dan karsa (Poerwadarminta, 2010).Kebiasaan adalah titik temu antara pengetahuan, ketrampilan dan keinginan (Covey, 2013). Kebiasaan makan adalah usaha memperoleh, memproduksi, mempersiapkan, melestarikan, dan mengkonsumsi yang diwariskan kepada generasi selanjutnya seperti sebuah teks suci dan tradisi keluarga (Cummings et al, 2010).

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit Endokrin yang paling umum ditemukan. Penyakit ini ditandai oleh naiknya kadar gula darah (Hiperglikemia) dan tingginya kadar gula dalam urine (Glikosuria). Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Sugiyarti, Meikawati & Salawati, 2011 : 52). Diabetes mellitus disebabkan oleh banyak faktor tergantung tipe diabetes dimana pada diabetes tipe 1 disebabkan proses imunitas dan idiopatik sedangkan tipe 2 sebagian besar karena gaya hidup (Longo et al, 2012).

World Health Organization (WHO) melalui publikasi dalam Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2010, menyatakan penyebab kematian dengan frekwensi tinggi di beberapa kawasan dunia termasuk Asia Tenggara adalah penyakit tidak menular. Penyakit ini diperkirakan oleh WHO akan menjadi faktor utama penyebab meningkatnya angka kematian pada dekade mendatang. Angka kematian 36 juta jiwa penduduk dunia tahun 2008 yang disebabkan penyakit tidak menular akan meningkat sebesar 15% secara keseluruhan pada tahun 2020 menjadi 40 juta jiwa, dengan variasi tertinggi ditemukan dibeberapa wilayah diantaranya Asia Tenggara yang dapat mencapai peningkatan sebesar 20%. Diabetes mellitus digambarkan sebagai satu dari 4 penyakit tidak menular penyebab utama kematian 1,4 juta penduduk dunia. Penderita diabetes mellitus bersama dengan hipertensi, sebagian besar atau lebih dari 80% meninggal dunia. Penderita diabetes mellitus di seluruh dunia diperkirakan diderita sebesar 10% dari populasi penduduk usia data 25 tahun (WHO, 2010).

Indonesia termasuk salah satu negara dengan penderita diabetes mellitus cukup tinggi. Berdasarkan survey World Health Organization (WHO), jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia 17 juta orang (8,6% dari jumlah penduduk) atau urutan terbesar ke-4 setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. International Diabetic Federation (IDF) mengestimasikan jumlah penduduk Indonesia usia 20 tahun ke atas menderita diabetes mellitus sebanyak 5,6 juta orang pada tahun 2001 dan akan meningkat 8,2 juta pada 2020 (Setyobakti, 2006, dalam Putro & Suprihatin, 2012 : 73).

Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi penyakit diabetes mellitus di atas prevalensi nasional, yaitu Aceh, Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi tengah, Gorontalo, dan Papua Barat. Prevalensi penyakit diabetes mellitus di Aceh mencapai 8,5% (Riskesdas, 2007).

Wilayah dalam provinsi Aceh dengan diabetes mellitus sebagai penyakit kedua tertinggi penderitanya dari 20 penyakit terbanyak adalah Kota Langsa. Penderita diabetes non insulin tahun 2010 diperkirakan sebanyak 2.652 jiwa dan jumlah penderita diabetes insulin sebesar 871 jiwa dan lebih besar diderita golongan pra usia lanjut serta usia lanjut (Dinkes Kota Langsa, 2011). Peningkatan penderita diabetes mellitus terjadi akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan perubahan gaya hidup, mulai dari pola makan/jenis makanan yang dikonsumsi, budaya sampai berkurangnya kegiatan jasmani. Hal ini terjadi terutama pada kelompok usia dewasa ke atas pada seluruh status sosial-ekonomi (Zahtamal, dkk 2007 : 142). Budaya telah menjadi konsep penting dalam memahami masyarakat dan kelompok manusia untuk waktu yang lama. Budaya diartikan sebagai cara hidup yang berkembang di sebuah kelompok yang diwariskan turun temurun.Data menyebutkan bahwa ternyata prevalensi mengonsumsi makanan manis di Aceh mencapai 69,1% dan prevalensi konsumsi makanan berlemak 15,6%. Angka tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Aceh mempunyai prevalensi mengonsumsi makanan manis dan berlemak diatas rata-rata prevalensi Indonesia yang hanya menembus angka 65,2% pada makanan manis dan 12,8% pada makanan berlemak. Selain itu, tercatat bahwa prevalensi kurangnya aktivitas fisik penduduk Langsa mencapai 17,9% (Riskesdas, 2007).

Lansia di daerah Aceh sering mengonsumsi jenis makanan atau minuman yang mengandung gula, tinggi garam, lemak yang berlebihan, sayuran yang mengandung gas, buah-buahan yang mengandung gas serta minuman kopi dan teh. Pola penyakit lansia yang diderita pada umumnya adalah penyakit degeneratif yaitu hipertensi reumatik, diabetes mellitus, jantung, osteoporosis dan stroke (Elvia, Siregar & Siagian, 2012).

Pencegahan terhadap kejadian diabetes mellitus dapat dilakukan dengan perubahan pola hidup termasuk pola mengkonsumsi makanan. Pola hidup yang tidak sehat dan tidak sesuai dengan ketentuan seperti mengonsumsi makanan manis dan berlemak secara berlebihan, ditambah dengan kurangnya aktivitas fisik pada penderita diabetes mellitus dapat menyebabkan penderita mengalami komplikasi, dengan perubahan pola hidup ke arah yang lebih sehat akan membuat penderita terhindar dari komplikasi dan dapat meningkatkan kualitas hidup.

Pola diet seseorang diketahui sebagian besar dipengaruhi oleh kebiasaan dari lingkungan terdekat seperti keluarga dan faktor sosial budaya. Pola diet yang telah terbentuk secara turun temurun menjadi pola yang diterapkan sepanjang hidup sehingga terdapat hambatan ketika hal yang telah menjadi rutinitas tersebut harus diubah karena memiliki dampak yang besar terhadap kesehatan. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas dan didukung oleh teori, hal menjadikan dasar bagi penulis untuk melakukan penelitian guna melihat pengaruh faktor kebiasaan dan sosial budaya terhadap pola diet penderita diabetes mellitus yang terdapat di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Langsa dengan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner yang telah penulis susun sendiri. Kuesioner yang penulis susun telah diuji cobakan kepada 10 orang penderita diabetes mellitus untuk mendapatkan nilai validitas dan reliabilitas.Hasil uji mendapatkan bahwa seluruh item pertanyaan yang terdiri atas kebiasaan, sosial budaya dan pola diet responden seluruhnya lulus uji validitas dan reliabilitas karena memiliki nilai lebih besar dari nilai r tabel untuk 10 responden dengan taraf signifikan 0,05 dan uji dua arah yaitu 0,632. Nilai ini menjadi dasar bagi penulis untuk menggunakan item dalam kuesioner pada pengumpulan data penelitian.1.2 Rumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini adalah kejadian diabetes mellitus terus mengalami peningkatan namun pola diet yang berperan besar terhadap kejadian tersebut di banyak daerah belum dilakukan penelitian untuk melihat faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola diet sebelum menderita diabetes dan setelah mengalaminya sehingga kualitas hidup pasien diabetes diketahui mengalami penurunan yang menyebabkan tindakan rawat inap perlu dilakukan. Hal ini yang menjadi dasar untuk dilakukan penelitian terhadap dua variabel yang umum memberikan pengaruh tinggi terhadap pola diet seperti kebiasaan dan sosial budaya pasien terhadap gaya konsumsi makanan. 1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kebiasaan dan sosial budaya terhadap pola diet pada pasien diabetes mellitus di Ruang Rawat Inap Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Langsa Tahun 2014.1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui gambaran pola diet pada pasien diabetes mellitus di Ruang Rawat Inap BLUD RSUD Kota Langsa Tahun 2014.

1.3.2.2 Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan terhadap pola diet pada pasien diabetes mellitus di Ruang Rawat Inap BLUD RSUD Kota Langsa Tahun 2014.1.3.2.3 Untuk mengetahui pengaruh sosial budaya terhadap pola diet pada pasien diabetes mellitus di Ruang Rawat Inap BLUD RSUD Kota Langsa Tahun 2014.1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, khususnya terhadap:

1.4.1 Pendidikan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan bagi peserta didik dalam materi pembelajaran asuhan keperawatan medikal bedah, tentang pengaruh tinggi terhadap pola diet seperti kebiasaan dan sosial budaya pasien terhadap gaya konsumsi makanan.1.4.2 Praktik Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti dan pembaca yang ingin mengetahui hal-hal yang terkait dengan pengaruh tinggi terhadap pola diet seperti kebiasaan dan sosial budaya pasien, dan juga sebagai bahan informasi tambahan dalam materi penyuluhan terhadap pasien diabetes mellitus tentang pengaruh tinggi terhadap pola diet seperti kebiasaan dan sosial budaya pasien terhadap gaya konsumsi makanan. Selain itu dapat dijadikan Evidence Base bagi praktik keperawatan di semua tatanan pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun di masyarakat.

1.4.3 Penelitian Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar pada pengembangan penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama karena perhatian terhadap tentang pengaruh tinggi terhadap pola diet seperti kebiasaan dan sosial budaya pasien di negara berkembang masih kurang.

1.4.4 Penderita Diabetes Mellitus

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dari penderita diabetes mellitus tentang tentang pengaruh tinggi terhadap pola diet seperti kebiasaan dan sosial budaya pasien terhadap gaya konsumsi makanan sehingga dengan pengetahuan yang cukup akan mengubah pola hidup yang adaptif bagi penderita diabetes mellitus, sehingga dapat menghindarkan penderita dari komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup.1.4.5 BLUD RSU Kota LangsaFasilitas kesehatan ini diharapkan dapat meningkatkan promosi kesehatan pada pasien diabetes mellitus untuk meningkatkan kemampuan menerapkan pola diet yang sesuai dengan penyakit yang diderita. Peningkatan ketaatan pasien terhadap diet yang telah ditentukan dapat mengurangi resiko komplikasi yang dapat memperpanjang waktu rawatan di rumah sakit.

1