bab i connecting rod

65
BAB I PRAKTIKUM PENGUKURAN CONNECTING ROD 1.1 DASAR TEORI 1.1.1 PENGERTIAN PENGUKURAN LINEAR Pengukuran Linear adalah proses pengukuran untuk mengetahui dimensi dari suatu benda kerja yang belum diketahui ukurannya. a. Pengukuran Linear Pembacaan Langsung Alat ukur langsung adalah alat ukur yang mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi dan hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada skala tersebut. Contoh alat ukur langsung : Mistar Ukur Mistar Ingsut Mikrometer : Mikrometer dalam dan Mikrometer luar Jadi, Pengukuran linear pembacaan langsung adalah proses pengukuran dimana hasil pengukuran dapat dilihat langsung dari skala alat ukur yang dipakai. b. Pengukuran Linear Pembacaan Tidak Langsung Pengukuran Linear pembacaan tidak langsung yaitu pengukuran dengan instrumen pembanding, maksudnya dengan membandingkan dimensi yang diperoleh dari hasil

Upload: rofiq-fauzi

Post on 05-Jul-2015

1.048 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

BAB I

PRAKTIKUM PENGUKURAN CONNECTING ROD

1.1 DASAR TEORI

1.1.1 PENGERTIAN PENGUKURAN LINEAR

Pengukuran Linear adalah proses pengukuran untuk mengetahui dimensi dari suatu

benda kerja yang belum diketahui ukurannya.

a. Pengukuran Linear Pembacaan Langsung

Alat ukur langsung adalah alat ukur yang mempunyai skala ukur yang telah

dikalibrasi dan hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada skala tersebut.

Contoh alat ukur langsung :

Mistar Ukur

Mistar Ingsut

Mikrometer : Mikrometer dalam dan Mikrometer luar

Jadi, Pengukuran linear pembacaan langsung adalah proses pengukuran dimana

hasil pengukuran dapat dilihat langsung dari skala alat ukur yang dipakai.

b. Pengukuran Linear Pembacaan Tidak Langsung

Pengukuran Linear pembacaan tidak langsung yaitu pengukuran dengan instrumen

pembanding, maksudnya dengan membandingkan dimensi yang diperoleh dari hasil

pengukuran kemudian membacanya dengan bantuan alat ukur langsung. Pada

pengukuran ini, kita melakukan dua kali proses pengerjaan. Macam-macam alat

ukur yang tergolong alat ukur tidak langsung yaitu

Outside Caliper

Inside caliper

Spring Divider

CMM (Coordinate Measuring Machine)

c. Pengukuran Dengan Kaliber Batas

Pengukuran dengan kaliber batas ( limit gage) yaitu pengukuran menggunakan alat

ukur batas/kaliber. Pengukuran ini tidak menentukan ukuran suatu dimensi dengan

pasti, melainkan hanya menunjukkan apakah dimensi tersebut terletak di dalam atau

di luar daerah toleransi. Cara pengukuran seperti ini dimaksudkan untuk

mempercepat pemeriksaan atas produksi masal, dan alat ukur yang digunakan

adalah jenis kaliber GO dan NO GO gauges.

d. Pengukuran dengan Bentuk Acuan

Pengukuran dengan cara membandingkan yaitu pengukuran dengan cara ini tidak

menentukan dimensi ataupun toberansi suatu benda ukur secara langsung.

Pengukuran dengan cara ini menggunakan perbandingan dengan bentuk standar

misalnya untuk pengecekkan/pemeriksaan bentuk konis.

e. Pengukuran Geometi Khusus

Berbeda dengan pemeriksaan secara perbandingan, pengukuran geometrik khusus

benar-benar mengukur geometri ybs. Dengan memperhatikan imajinasi daerah

toleransinya, alat ukur dan prosedur pengukuran dirancang dan dilaksanakan secara

khusus. Berbagai masalah pengukuran geometri umumnya ditangani dengan cara

ini, misalnya kekasaran permukaan, kebulatan poros atau lubang, geometri ulir, dan

geometri roda gigi.

f. Pengukuran Dengan Mesin Ukur Koordinat

Seperti namanya, alat ukur ini (lebih cocok dinamakan mesin ukur, karena

dimensinya yang relatif besar dan dioperasikan dengan prosedur tertentu) memiliki

tiga sumbu gerak yang membentuk sumbu koordinat kartesian (X,Y,Z). sensor alat

ukur dapat digerakkan pada sumbu ini secara manual dan mungkin juga secara

otomatik mengikuti program gerakan pengukuran yang tersimpan dalam komputer

pengontrolnya.

Alat ukur linear juga memiliki sifat umum. Hal ini dkarenakan alat ukur tersebut

buatan manusia dan kesempurnaan merupakan cirri utamanya. Sifat umum alat ukur

antara lain :

1. Rantai kalibrasi, yaitu proses pemeriksaan alat ukur yang bertujuan untuk

mencocokan harga-harga yang tercantum pada skala alat ukur dengan

harga-harga standar, agar tidak terjadi penipuan dari alat ukur.

2. Kepekaan (Sensitivity), yaitu kemampuan suatu alat ukur untuk merasakan

suatu perbedaan yang relatif kecil dari harga yang diukur.

3. Kemudahan Baca (readibility),yaitu kemampuan sistem penunjukkan dari

alat ukur untuk memberikan suatu angka yang jelas dan berarti

4. Histerisis, yaitu penyimpangan yang timbul sewaktu dilakukan pengukuran

secara kontinyu dari dua arah yang berlawanan, yakni dari skala nol

menuju skala maksimal dan dari skala maksimal menuju skala nol.

5. Kestabilan nol,yaitu kemampuan suatu alat ukur untuk kembali ke posisi

awal (nol) setelah melakukan pengukuran.

6. Pengambangan (floating), yaitu keadaan suatu jarum penujuk dari alat ukur

yang tidak mau berhenti (terus bergerak), atau angka terakhir paling kanan

dari penunjuk berangka (digitas) yang selalu berubah-ubah.

7. Kepasifan (Pasivity) atau kelambatan reaksi,yaitu kekurang-pekaan alat

ukur dalam menerima perubahan yang terjadi pada sensor.

8. Pergeseran (shifting, drift), yaitu terjadi perubahan atau pergeseran pada

pencantat/penunjuk sementara sensor tidak mengisnyaratkan adanya

pergesran tersebut.

Semua alat ukur perlu untuk dikalibrasi. Kalibrasi merupakan proses verifikasi

bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa

dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar

nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.

Rantai kalibrasi, yaitu proses pemeriksaan alat ukur yang bertujuan untuk

mencocokan harga-harga yang tercantum pada skala alat ukur dengan harga-harga

standar, agar tidak terjadi penipuan dari alat ukur. Rantai Kalibrasi :

a. Tingkat 1 : Kalibrasi alat ukur kerja dengan menggunakan acuan alat ukur standar

kerja

b. Tingkat 2 : Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan memakai acuan alat ukur

standart

c. Tingkat 3 : kalibrasi alat ukur standar dengan acuan alat ukur standar dengan

tingkatan yang lebih tinggi (standar nasional)

d. Tingkat 4 : Kalibrasi standar nasional dengan acuan standar meter (internasional)

(Taufiq Rochim hal.77 , Spesifikasi, Metrologi Industri dan Kontrol Kualitas,2001)

1.1.1 JENIS-JENIS ALAT UKUR LINIER

Mistar Baja

Gambar 1.1 Mistar Baja

(www.chinatradeonline.com)

Mistar baja adalah sebuah alat ukur dan alat bantu gambar untuk menggambar garis

lurus. Mistar baja dibuat dari baja tahan karat atau baja perkakas. Sakala yang

dicantumkan adalah dalam satuan inci dan metric. Mistar baja dapat diperoleh

dalam berbagai ukuran panjang, dan pada umunya jenis yang banyak dipakai adalah

yang berukuran 150 mm hingga 300 mm. mistar baja dengan skala metrik

digoreskan pada setengah dan satu millimeter, sedangkan pada skala inci digoreskan

dalam pecahan dan persepuluhan. Pecahan yang biasa dicantumkan adalah 1/64,

1/32, 1/16 dan 1/8 inci. Mistar metrik lebih mudah dibaca karena tidak dibuat dalam

bentuk pecahan dan tidak dikecilkan.

(Pekerjaan Logam Kasar, Bagyo Sucahyo, 2004)

Jangka Sorong

Jangka sorong juga dikenal dengan nama Mistar Sorong, Mistar Ingsut, Mistar

Geser ataupun Vernier Caliper. Jangka sorong merupakan alat ukur linier yang

dapat mengukur ketelitian dengan baik dan tepat sampai ketelitian dengan baik dan

tepat sampai pada ukuran 0,1 mm, 0,05 mm, 0,02 mm dan 0,01 mm. Jangka sorong

memiliki dua skala utama yaitu skala vernier atau nonius. Bagian-bagian dan

kegunaan jangka sorong adalah sebagai berikut:

Gambar 1.2. Jangka Sorong

Bagian bagian dari vernier caliper

1. Pengukuran diameter dalam

2. Pengukuran diameter luar

3. Pengukuran kedalaman

4. Kunci peluncur

5. Kunci penggerak halus

6. Penggerak halus

7. Batang skala utama

8. Peluncur

11

12

9. Rahang gerak diameter dalam

10. Rahang gerak diameter luar

11. Skala utama

12. Skala nonius

Kegunaan jangka sorong adalah:

untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;

untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada

pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur;

untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara

"menancapkan/menusukkan" bagian pengukur. Bagian pengukur tidak

terlihat pada gambar karena berada di sisi pemegang.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Jangka_sorong)

Mikrometer

Dalam pengukuran linier (dengan benda ukur pada gambar 14) ini kita menggunakan

mikrometer:

1. Mikrometer dengan kapasitas ukur 0-25 mm

Mikrometer jenis ini berarti mampu mengukur benda ukur dengan ukuran

antara 0-25 mm dan tidak bisa mengukur benda yang ukurannya lebih dari

25 mm (atau melebihi kapasitas ukur).

2. Micrometer dengan kapasitas ukur 25-50 mm

Micrometer jenis ini berarti mampu mengukur benda kerja yang memiliki

ukuran antara 25-50 mm. Jika benda kerja kita memiliki ukuran yang lebih

ataupun kurang dari kapasitas ukur ini, berarti kita harus mengganti dengan

alat ukur yang memiliki kapasitas yang berbeda.

3. Micrometer dengan kapasitas ukur 50-75 mm

Mikrometer jenis ini memiliki kapasitas ukur mulai dari 50 mm sampai 75

mm.

4. Mikrometer dengan kapasitas ukur 75-100 mm

Micrometer ini berarti memiliki kapasitas ukur mulai dari 75 sampai 100

mm.

5. Mikrometer dengan kapasitas ukur 100-125 mm

Mikrometer jenis ini berarti mampu mengukur benda ukur dengan ukuran

antara 100-125 mm dan tidak bisa mengukur benda yang ukurannya lebih

dari 125 mm (atau melebihi kapasitas ukur).

6. Micrometer dengan kapasitas ukur 125-150 mm

Mikrometer ini berarti dapat mengukur benda kerja yang memiliki ukuran

maksimal 150 mm dan minimal 125 mm.

Mikrometer luar adalah alat ukur linier yang memiliki kecermatan yang

lebih baik dibandingkan dengan jangka sorong, walaupun ada kelebihan lain dari

jangka sorong yang tidak dimiliki oleh mikrometer luar. Mikrometer mempunyai

ketelitian 0,002 mm dan pengukuran bisa dilakukan dengan cepat. Mikrometer

terdiri dari sekrup yang berskala sampai 50 dimana setiap skala bernilai 0,01 mm.

Disamping itu terdapat skala linier pada barrel yang mempunyai skala 1 mm untuk

bagian bawah dan 0,5 mm untuk bagian atas. Mikrometer sekrup biasa digunakan

untuk mengukur ketebalan suatu benda. Misalnya tebal kertas. Selain mengukur

ketebalan kertas, mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur diameter kawat

yang kecil.

Gambar 1.3. Mikrometer

(Pekerjaan Logam Kasar, Bagyo Sucahyo, 2004)

CMM (Coordinate Measuring Machine)

Alat ukur yang juga biasa digunakan untuk mengukur sudut adalah Coordinate

Measuring Machine (CMM). CMM merupakan alat ukur geometrik modern dengan

memanfaatkan komputer untuk mengontrol gerakan sensor relatif terhadap benda ukur serta

untuk menganalisis data pengukuran. Berbagai rancangan mesin dibuat sesuai dengan

kebutuhan, demikian pula dengan jenis sensor yang bisa merupakan sensor kontak atau

sensor scanning. Proses pengukuran yang rumit bisa dilaksanakan dengan relatif mudah dan

cepat. Meskipun demikian, tetap dibutuhkan operator yang mempunyai keahlian dan

keterampilan di bidang metrologi geometrik.

Sesuai dengan namanya, alat ukur ini memiliki tiga sumbu gerak yang membentuk

sumbu koordinat kartesian (X,Y,Z). Sensor alat ukur dapat digerakkan pada sumbu ini

secara manual dan mungkin juga secara otomatik mengikuti program gerakan pengukuran

yang tersimpan dalam komputer pengontrolnya. Setiap sumbu memiliki alat ukur jarak

berjenis inductosyn, photocosyn, atau optical-grating.

Berbagai jenis CMM dapat diadakan dipilih/disesuaikan dengan jenis pekerjaan

yang banyak ditangani dimana ukuran dan ketelitian memegang peranan. Sementara itu,

jenis sensor dapat dibeli terpisah. CMM juga dapat digunakan dalam kegiatan manufaktur

dan proses perakitan.

Gambar 1.4. Coordinate Measuring Machine (CMM)

Gambar 1.5. Bagian-Bagian CMM

1.1.2 CARA MENGGUNAKAN MACAM-MACAM ALAT UKUR LINIER

Jangka Sorong

Gambar 1.6. Bagian-Bagian Jangka Sorong

Untuk mengukur diameter luar :

1. Pastikan pengunci dalam keadaan terbuka.

2. Buka rahang dan letakkan benda yang diukur pada rahang.

3. Putarlah pengunci sampai skala putar tidak dapat digerakkan.

4. Baca hasil pengukuran.

Gambar 1.7 Pengukuran Diameter Luar dengan Jangka Sorong

Untuk mengukur diameter dalam :

1. Pastikan pengunci dalam keadaan terbuka.

2. Buka rahang dan letakkan benda yang diukur pada rahang bagian atas.

3. Putarlah pengunci sampai skala putar tidak dapat digerakkan.

4. Baca hasil pengukuran.

Gambar 1.8 Pengukuran Diameter Dalam dengan Jangka Sorong

(saintek.uin-suka.ac.id/file_kuliah/Metrologi%20Industri-1.pdf)

Mikrometer

Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup :

1. Pastikan pengunci dalam keadaan terbuka.

2. Buka rahang dengan cara memutar ke kiri pada skala putar hingga benda

dapat masuk ke rahang.

3. Letakkan benda yang diukur pada rahang, dan putar kembali sampai tepat.

4. Putarlah pengunci sampai skala putar tidak dapat digerakkan dan

terdengar bunyi 'klik'.

Cara membaca skala pada mikrometer :

Pertama-tama perhatikan bilangan bulat pada skala utama barrel, lalu

perhatikan apakah terbaca skala setengah milimeter pada bagian atas

skala utama (ada kalanya dibawah), dan akhirnya bacalah skala

perseratusan pada lingkaran.

Gambar 1.9 Pengukuran dengan Mikrometer

Nilai ukuran dari gambar dibaca sbb :

- Skala utama = 10 x 1,00 mm = 10,00 mm

- Skala minor = 1 x 0,50 mm = 0,50 mm

- Skala pemutar = 16 x 0,01 mm = 0,16 mm

Nilai = 10,66 mm

(http://www.dikmenum.go.id/dataapp/e-)

Mistar baja

Pengukuran dengan mistar baja dengan cara menempelkan mistar ini pada

benda kerja sehingga panjang pada benda ukur dapat langsung dibaca pada

skala mistar ukur.

Gambar 1.10. Penggunaan Mistar Baja

Kecermatan penggunaan mistar ukur adalah 0.5 mm. Pada metrologi

industri, mistar ukur hanya digunakan untuk memperkirakan dimensi obyek

ukur serta untuk melakukan penggambaran secara kasar kerena mistar ukur

tidak memiliki kecermatan yang tinggi.

CMM

Penggunaan pada CMM adalah dengan cara menghidupkan alat tersebut lalu

melakukan setting nol pada alat tersebut. Pada layar akan terdapat pilihan

pilihan menu. Pemilihan menu tersebut tergantung pada profil dari obyek

kerja yang akan diukur, lalu kemudian akan muncul perintah dititik-titik

mana saja kita harus menyentuhkan probe pada benda kerja. Setelah selesai

maka pada layar akan langsung muncul besaran angka dari obyek yang kita

ukur. (Arifin. 1981).

Cara setting nol pada mesin CMM :

1. Nyalakan mesin CMM

2. Tekan F4

3. Gerakkan kursor

4. Kunci

5. Gerakkan sensor (x,y,z) sampai terdetect

6. Tekan F11, F4, F1

7. Tekan F1

8. Tekan F8

9. Tekan F10

β

γ

10. Kemudian tekan F4 input

11. Gerakkan sensor pada benda

12. Tekan F4

13. Tekan F1

14. Kemudian tekan F4 tekan F1 keluar

15. Tekan F1 mulai pengukuran benda

Salah satu contoh pengukuran menggunakan CMM:

Cara mengukur sudut dengan Coordinate Measuring Machine

(CMM) adalah

1. Nyalakan Coordinate Measuring Machine (CMM)

2. Pilih F8 untuk menu pengukuran sudut

3. Kenakan sensor CMM ke 4 titik

Gambar 1.7 pengukuran Benda Kerja CMM

4

1

3

2

1.1.3 APLIKASI ALAT UKUR LINIER DALAM KEHIDUPAN

Menentukan Diameter Sebuah Kelereng

Bagaimanakah caranya menentukan diameter sebuah kelereng? Bila kita hanya

memiliki mistar kita bisa menggunakan cara tidak langsung dengan cara berikut:

Tetapi bila menggunakan alat ukur yang langsung bisa digunakan jangka sorong.

Jangka sorong memiliki ketelitian lebih besar dibanding mistar. Selain itu jangka sorong

juga memiliki fungsi lebih banyak dibanding mistar. Jangka sorong bisa digunakan untuk

mengukur diameter luar tabung, diameter dalam tabung atau bahkan kedalamannya.

Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang lebih teliti dibanding mistar. Jika

suatu mistar mempunyai ketelitian 0,5 mm, maka jangka sorong mempunyai ketelitian 0,1

mm atau mungkin juga 0,05 mm. Terdapat berbagai fasilitas jika menggunakan jangka

sorong diantaranya mengukur diameter luar dan diameter dalam suatu tabung serta

menentukan kedalaman suatu benda. Meski alat ini cukup teliti, ternyata masih juga alat

dengan ketelitian lebih yang perlu Anda pelajari. Yaitu, mikrometer. Alat ini digunakan

untuk mengukur benda-benda dengan ukuran kecil, misalnya dimeter rambut, ketebalan

kertas atau diameter sebutir pasir.

1.1.4 JENIS-JENIS ALAT UKUR SUDUT

Adapun peralatan yang biasa digunakan untuk melakukan pengukuran sudut

sesuai dengan cara penggunaannya dapat dibedakan menjadi cara langsung dan cara

tak langsung.

1. Alat ukur sudut langsung

a. Busur baja

Busur baja merupakan alat ukur sudut langsung dengan kecermatan sampain

dengan satu derajat.Oleh sebab itu hanya digunakan untuk memperincikan harga

sudut secara kasar.Alat ini berupa tembereng setengah lingkaran dari pelat baja

dengan pembagian skala dalam satu derajat pada tepi lingkaran.

Busur baja merupakan alat untuk mengukur sudut yang sering digunakan.

Alat ini mempunyai kecermatan sebesar 1o. alat ini terbuat dari baja. Terdapat

bagian busur dan cantilever.

b. Busur Bilah

Alat ukur ini digunakan untuk mengukur sudut antara dua permukaan benda

ukur dengan kecermatan lebih kecil dari satu derajat.

Adapun bagian-bagian dari Busur Bilah adalah :

Badan piringan dasar, berupa longkaran penuh dengan diameter kurang lebih

55 mm.Pada tepi dari permukaan atas terdapat skala dengan pembagian

dalanm derajat dan diberi nomor dari 0,-90-0-90 ( skala kiri dan kanan)

Pelat dasar, bersatu dengan piringan dasar.panjang,lebar dan tebal dari pelat

dasar,kurang lebih 90 x 15 x 7 mm.Sisi kerja dari plat dasar dibuat dasar dan

lurus,dengan toleransi kerataan 0,01 mm untuk sepanjang sisi kerja.

Piringan indeks,mempunyai titik pusat putaran berimpit dengan pusat dari

piringan dasar.Pada piringan ini tercantum garis indeks dan skala nonius

sudut ( skala nonius kiri dan kanan).kecermatan sanpai 5 menit

Bilah utama dapat diatur kedudukannya dengan kunci yang terletak pada

piringan indeks.Panjang,lebar dan tebal dari bilah utama , kurang lebih

150/300 x 13 x 2 mm,dan ujungnya dibuat menyudut masing-masing sebesar

45 ºdan 60º.Kedua tepi dibuat lurus dengan toleransi kerataan sebesar 0,02

sampai 0,03 mm untuk seluruh panjangnya

c. Blok Sudut (Angel Gauge )

Jika dalam pengukuran linier kita kenal standar panjang yaitu blok

ukur,maka dalam pengukuran sudut dikenal dengan suatu alat ukur standar

sudut yang disebut sebagai blok sudut.Dimensi dari setiap blok ukur sudut

kuirang lebih mempunyai panjang dan lebar sebesar 76 x 16 mm.Dibuat dari

baja yang dikeraskandan mempunyai ksatabilan dimensi yang baik.Kedua

muka ukurannya digosok halus sehingga rata dan mempunyai sifat mampu

lekat sebagaimana halnya dengan blok ukur. Dalam satu set blok sudut

biasanya terdiri dari tiga belas buah dengan berbagai ukuran sudut.

d. Alat Ukur Sinus

Suatu sudu dapat diketahui besarnya apabila diketahui harga sinis

sebagaimana rumus sinis dalam alat ukur sidut, yaitu :

Sin α = hl

Atau arc Sin hl

Dengan demikian masalah pengukuran sudut menjadi masalah pengukuran

linier,yaitu mengukur tinggi h dan hipotenua ( sisi terpanjang) l.

Pada dasarnya alat ukur sinus terdiri dari beberapa komponen,yaitu;

- Batang sinus

Batang Sinus (since bar)

Digunakan untuk mengukur sudut dengan teliti atau untuk mengukur kedudukan

benda kerja. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan azas trigonometri. Hasil ukur

dicari dengan menggunakan rumus : snø = (h1-h2)/L Tinggi h1 dan h2 diukur dengan

balok ukur.

Balok ukur berbentuk persegi panjang, bulat atau persegi empat, mempunyai

dua sisi sejajar dengan ukuran yang tepat. Dibuat dari baja perkakas, baja khrom, baja

tahan karat, khrom karbida atau karbida tungsten. Digunakan sebagai pembanding

pengukur teliti untuk mengukur perkakas, pengukur dan die dan sebagai standar

laboratorium induk untuk mengukur ukuran selama produksi.

Ukuran blok ukur karbida yang terdiri dari 88 blok :

- 3 blok : 0,5; 1,00; 1,0005 mm

- 9 blok dengan imbuhan sebesar 0,001 mm mulai dari 1,001 hingga

1,009

- 49 blok dengan imbuhan sebesar 0,01 mm dari 1,01 hingga 1,49 mm

- 17 blok dengan imbuhan sebesar 0,5 mm dari 1,5 hingga 9,5 mm

- 10 blok dengan imbuhan sebesar 10 mm dari 10 hingga 100 mm.

(Arifin, Syamsul. 1981. Alat – Alat Ukur dan Mesin – Mesin

Perkakas.Jakarta: Yudhistira.)

Gambar. 2.6. Batang

Sinus

(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki)

- Meja sinus

Meja sinus merupakan pengembangan prinsip dari batang

sinus.Salah satu rolnya berfungsi sebagai engsel antara pelat atas

dan plat dasar.Dimensi dari meja sinus tedapat dalam beberapa

macam sesuai dengan dimensi dari benda ukur yang akan

diperiksa.Selain digunakan sebagai alat ukur,meja sinus dapat pula

dipakai sebagai meja untuk meletakkan benda kerja pada sudut

tertentu,

- Senter Sinus (sine centre)

Benda ukur konoidapat diukur sudut konisnya secara cermat,dengan

mememakai centre sinus.Alat ini serupa dengan meja sinus,dengan

dua centre yang dapat diatur letakknya pada plat atas

- Meja Sinus gabungan (Compound Sine Table)

Dua meja sinus dapat digabungkan,dimana pelat atas dari meja sinus

bawah merupakan pelat dasar dari meja sinus atas dengan kedua

serabu engsel berpotongan tegak lurus.

Biasanya jarak senter antara kedua rol untuk meja yang dibawah

dibuat sama dengan jarak senter antara kedua rol dari meja yang di

atas.Apabila pembukaan meja bawah diatur (dengan blok ukur)

setinggi h1 dan pembukaan meja bawah diatur setinggi h2.maka

permukaan plat yang teratas akan miring dengan sudut tertentu

terhadap pelat dasar (permukaan meja rata).

- Busur sinus

Busur sinus adalah kombinsi antara busur bilah dengan batang sinus.

e. siku lipat

Siku lipat mempunyai kaki-kaki yang dapat distel dan digunakan untuk pengalihan dan

pembandingan sudut-sudut. Contoh penggunaannya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 1.18 Siku Lipat

f. Siku tetap

Siku tetap digunakan untuk pemeriksaan sudut yang sering terjadi, misalnya 90°, 120°.

Sudut 90° diuji dengan siku rata atau siku tumpu. Penempatan siku yang kurang tepat,

misalnya miring mengakibatkanhasil pengukuran yang salah.

Gambar 1.19 Siku tetap

g. Coordinat Measuring Machine (CMM)

Merupakan alat ukur geometrik modern dengan memanfaatkan computer

untuk mengontrol gerakan sensor relatif terhadap benda ukur serta untuk

menganalisis data pengukuran. CMM merupakan Instalasi untuk mengukur

macam-macam jenis pengukuran dengan menggunakan arah X, Y dan Z. Secara

garis besar, konstruksi CMM dibagi menjadi 3 bagian:

– Unit mesin

– Instalasi pengolah data (PC/Softwear)

– Probe (touch probe, copy probe, un-direct probe, dsb)

Gambar. 2.7. Coordinate Measuring Machne (CMM)

(Sumber: Laboratorium Metrologi Industri)

1.1.6 CARA MENGGUNAKAN MACAM-MACAM ALAT UKUR SUDUT

a. Busur Baja ( Steel Engineer Protractor)

Cara kerja busur baja dimana sesuai dengan bentuknya yang berupa

tembereng setengah lingkaran dari pelat baja dengan pembagian skala dalam

satu derajat pada tepi lingkaran. satu pelat panjang berengselkan pada titik

pusat lingkaran dapat berputar sehingga bagian yang runcing berfungsi

sebagai garis indeks untuk pembacaan skala yaitu merupakan harga sudut

antara dasar tembereng dengan salah satu sisi plat yang panjang.

b. Busur Bilah (Bevel Protactor)

Harga sudut yang ditunjukkan oleh skala pada busur adalah sudut

antara sisi bilah utama dan sisi kerja dari plat dasar.jadi bukan sudut

sesungguhnya dari benda ukur. Adapun pemakaianya adalah

1. Aturlah kedudukan bilah utama dengan memekai kunci bilah, Permukaan

benda ukur dan permukaan benda kerja dari busur bilah harus bersih.

2. Bidang dari busur bilah harus berimpit atau sejajar dengan bidang dari

sudut yang diukur.(bidang normal).Bila kondisi ini tidak terpenuhi maka

harga sudut yang dibaca pada busur bilah mungkin lebih kecil dari sudut

benda ukur.

3. Sisi kerja dari plat dasar dan salah satu sisisdari bilah utama harus betul-

betul berimpit dengan permukaan dari benda ukur,tidak boleh terjadi

celah.Untuk mempermudah pengukuran daribenda ukur yang besr maka

kunci piringan indeks dapat dikendorkan dan kemudian gerakakan busur

bilah (dengan sisi kerja pelat dasar berimpit dengan permukaan benda

ukur) menuju permukaan yang menyudut sampai bilah utama berputar

dan berimpit dengan permukaan tersebut

4. Posisi bila utama terhadap plat dasar adalah tegak lurus .Dimana garis

indeks ( garis nol nonius) menunjukkan 90º.

5. Pengukuran dan pembacaan harga sudut diulang beberapa kali.

6. Untuk sudut yang kecil ataupun yang besar maka pembacaan harga sudut

pada skala baik secara langsung ataupun dengan mengurangkannya

terhadap 180º( sudut pelurusnya ).Sedangkan sudut benda kerja yang

hampir sama dengan 45º ( misalnya 44º dan 45º ) harus diperhatikan arah

pemutaran bilah utama apabila posisis semula adalah 90 º.

(Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur Univ. Darma Persada Jakarta,2005)

c. Siku lipat

1. Siku lipat memiliki 3 kaki pengukur da 2 kaki diantaranya dapat di stel sesuai

keinginan

2. Siapkan benda ukur lalu jepit lah benda ukur dengan kaki siku lipat

3. Lakukan pengaturan kaki untuk mengukur sudut yang ingin di cari

4. Kunci siku lipat dan catatlah sudut yang nampak di siku lipat

d. Siku tetap

1. Siku tetap memiliki dua kaki dengan kaki yang tetap besarannya 90°, 120° ,

dll.

2. Letakkan siku tetap di sisi benda ukur secara tegak dan lurus (siku tetap yang

miring mengakibatkan hasil pengukuran yang salah)

3. Jika benda ukur dan siku tetap bersinggungan secara sempurna maka benda

ukur memiliki sudut yang sesuai jenis siku tetap tersebut. (jika siku tetap 90°

maka benda ukur sudutnya 90° juga dst).

e. Batang Sinus (Sinus Bar)

Batang sinus berupa suatu batang baja dengan dua buah rol yang dilekatkan

pada kedua ujungnya pada sisi bawah. Batang dan rol tersebut dikeraskan dan

diasah halus pada permukaannya yang penting. Kedua rol mempunyai kesamaan

diameter dan kesilindrisan dengan toleransi sekitar 0,003mm. (Wikipedia.com)

Batang sinus diletakkan pada meja rata, kemudian denda ukur diletakkan dipermukaan atas

dan menempel pada sisi penahan. Ujung dari batang sinus yang tidak berpenahan diangkat

dan diberi suatu blok ukur dengan tinggi yang sudah diketahui tepat dibawah ujung

tersebut. Sebelum pengukuran dimulai maka tinggi dari blok ukur harus benar-benar sudah

diketahui, kemudian dengan mengukur sudut menggunakan busur bilah. Setelah didapat

harga sinusnya maka dapat dicari panjang masing-masing komponen.

Gambar. 2.8. Proses pengukuran dengan batang sinus

Dengan menggunakan jam ukur, ini digunakan untuk mengukur dari kesejajaran

benda kerja terhadap meja kerja. Apabila terdapat kesalahan maka tinggi dari blok harus

dipertimbangkan lagi karena tinggi yang sebenarnya sudah berubah. Perubahannya dapat

dicari :

y= d x L/I’ ; dimana :

y = perubahan tinggi

d = harga yang ditunjukkan dari jam ukur

L = jarak antara center nol

I’ = jarak pergeseran jam ukur.

Dan tingginya harus ditambah dengan hasil perhitungan diatas (H± Y).

Jika dalam pengukuran linier kita kenal standard panjang yaitu blok ukur, maka dalam

pengukuran sudut dibuat suatu alat ukur standard sudut yang disebut blok sudut. Dimensi

setiap blok sudut kurang lebih mempunyai panjang dan lebar sebesar 76 x 16 mm. dibuat

dari baja yang dikeraskan dan mempunyai kstabilan dimensi yang baik.

Satu set blok sudut biasanya terdiridari 13 buah dengan berbgai ukuran sudut. Beberapa

blok sudut dapat disusun sehingga didapat 2 permukaan yang mempunyai sudut tertentu

sesuai dengan yang dikehendaki.

Dari ke-13 blok tersebut, hampir semua sudut yang dikehendaki dapat dibuat, hal ini

disebabkan karena kita dapat mencapainya dengan pengurangan dan penjumlahan.

Balok ukur berbentuk persegi panjang, bulat atau persegi empat, mempunyai dua sisi

sejajar dengan ukuran yang tepat. Dibuat dari baja perkakas, baja khrom, baja tahan karat,

khrom karbida atau karbida tungsten. Digunakan sebagai pembanding pengukur teliti untuk

mengukur perkakas, pengukur dan die dan sebagai standar laboratorium induk untuk

mengukur ukuran selama produksi.

Ukuran blok ukur karbida yang terdiri dari 88 blok :

- 3 blok : 0,5; 1,00; 1,0005 mm

- 9 blok dengan imbuhan sebesar 0,001 mm mulai dari 1,001 hingga

1,009

- 49 blok dengan imbuhan sebesar 0,01 mm dari 1,01 hingga 1,49 mm

- 17 blok dengan imbuhan sebesar 0,5 mm dari 1,5 hingga 9,5 mm

- 10 blok dengan imbuhan sebesar 10 mm dari 10 hingga 100 mm.

(Arifin, Syamsul. 1981. Alat – Alat Ukur dan Mesin – Mesin Perkakas.Jakarta:

Yudhistira.)

Gambar 2.9. Blok ukur

Pada setiap blok sudut selain dicantumkan harga nominal sudutnya maka dituliskan pula 2

buah tanda (+) dan (–) pada kedua sisinya atau tanda sudut (<) pada salah satu sisinya, guna

mempermudah penyusunan (penambahan atau pengurangan).

Benda ukur diletakkan diatas meja rata sisi atas, sudut antara salah satu permukaan benda

ukur terhadap meja rata atau bidang dasar dapat ditentukan dengan cara menyusun blok

sudut dan kemudian diletakkan disamping benda ukur. Harga sudut benda ukur terlebih

dahulu diperkirakan dengan memakai busur bilah (sampai kecermatam 5’). Tinggi

permukaan benda ukur dengan muka ukur yang teratas dari blok sudut diatur supaya

berimpit dengan cara menggeserkan susunan blok sudut atau dengan bantuan blok ukur

untuk mempertinggi salah satu permukaan yang dibandingkan. Kemudian kesejajaran

anatara permukaan benda ukur dengan muka ukur dari blok sudut yang teratas diperiksa

dengan pisau lurus (straight edge). Apabila masih terlihat adanya celah ,maka susunan blok

sudut harus diubah dan pemeriksaan kesejajaran diulangi lagi sampai tidak terjadi celah.

(Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur Univ. Darma Persada Jakarta,2005)

f. Coordinate Measuring Machne (CMM)

Merupakan alat ukur geometrik modern dengan memanfaatkan computer untuk mengontrol

gerakan sensor relatif terhadap benda ukur serta untuk menganalisis data pengukuran.

CMM merupakan Instalasi untuk mengukur macam-macam jenis pengukuran dengan

menggunakan arah X, Y dan Z. Secara garis besar, konstruksi CMM dibagi menjadi 3

bagian:

Unit mesin

Instalasi pengolah data (PC/Softwear)

Probe (touch probe, copy probe, un-direct probe, dsb)

(http://en.wikipedia.org/wiki/CMM )

Cara mengukur sudut dengan Coordinate Measuring Machine (CMM) adalah

4. Nyalakan Coordinate Measuring Machine (CMM)

5. Pilih F8 untuk menu pengukuran sudut

6. Kenakan sensor CMM ke 4 titik

7. Hasil akan keluar otomatis di layar CMM

β

γ

4

1

3

2

Gambar 2.10. pengukuran Benda Kerja CMM

Rumus Perhitungan Pengukuran Sudut

ε = 1800 – (α + δ) ………………………... (1)

ε = β – (1800 – γ) ……………………….. (2)

H = L.sin ε ……………………………... (3)

Y = d x L/I’……………………………... (4)

ε = arc sin (H/L) ………………………. (5)

(Sumber: Modul Praktikum Metrologi Industri, Univ.Diponegoro Semarang)

1.1.7 APLIKASI PENGUKURAN SUDUT DALAM KEHIDUPAN SEHARI-

HARI

Mengukur Sudut Luar dengan Rol dan Bola Baja

Untuk melakukan pengukuran sudut dengan bantuan rol dan bola baja

maka diperlukan alat-alat perlengkapan yang lain yaitu meja rata, mistar

ingsut atau mikrometer, mistar ketinggian, blok ukur, rol dan bola baja serta

alat-alat pembersih. Di samping itu, karena ini pengukuran tidak langsung

maka pengetahuan tentang trigoneometri perlu dikuasai. Pengentahuan ini

sangat penting karena sangat membantu di dalam perhitungan-perhitungan

radius dan sudut.

1.1.8 PENGERTIAN CMM

Coordinate Measuring Machine (mesin pengukur kordinat) adalah sebuah alat

pengukur multi fungsi berkecepatan tinggi yang menghasilkan akurasi dan

efisiensi pengukuran yang tinggi. Pada prinsipnya CMM adalah kebalikan

dari CNC. Pada CNC kordinat yang dimasukkan menghasilkan gerakan pahat

pada sumbu X, Y dan Z. Sedangkan pada CMM kontak antara probe dengan

benda kerja menghasilkan kordinat. Selain itu jika pada mesin CNC

menggunakan bantalan peluru bersirkulasi (circulated ball bearing) maka

pada mesin CMM menggunakan batalan udara (air pad bearing) sehingga

gerakannya sangat halus.

Untuk menjamin keakuratan konstruksi CMM dibuat sangat kaku (rigid).

Salah satu caranya dengan menggunakan granit sebagai meja atau bidang

acuan.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Coordinate_Measuring_Machine)

1.1.9 PENGERTIAN DAN FUNGSI CONNECTING ROD

Connecting Rod adalah batang penghubung yang digunakan untuk

mentransmisikan daya atau mengubah gerakan dari sebuah mesin.

Dalam gerakan bolak-balik piston silinder, batang penghubung atau

Connecting Rod menghubungkan piston ke engkol atau crankshaft. Bersama

dengan engkol, mereka membentuk sebuah mekanisme sederhana yang

mengubah gerakan translasi menjadi gerakan rotasi. Connecting Rod juga

dapat mengkonversi gerakan rotasi menjadi gerak linier. Secara historis,

sebelum pengembangan mesin, mereka pertama kali digunakan dengan cara

ini. Karena Connecting Rod memiliki sifat yang kaku, maka mampu

mentransmisikan daya baik berupa dorongan atau tarikan dan juga dapat

memutar engkol melalui kedua bagiannya dari satu kali revolusi, yaitu

mendorong piston dan menarik piston. Mekanisme sebelumnya, seperti rantai,

hanya bisa menarik. Dalam beberapa mesin dua langkah, Connecting Rod

hanya diperlukan untuk mendorong.

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM PENGUKURAN LINIER

1.2.1 TUJUAN UMUM

Tujuan umum dari praktikum pengukuran linier ini adalah agar praktikan yang

merupakan mahasiswa Teknik Mesin Undip dapat mengaplikasikan berbagai

macam teknik pengukuran di dalam dunia kerja maupun lingkungan hidup

bermasyarakat di masa datang.

1.2.2 TUJUAN KHUSUS

2. Mengetahui jenis-jenis alat ukur linier.

3. Mampu memilih/menetapkan serta menggunakan beberapa alat ukur linier

pada suatu proses pengukuran.

4. Membandingkan hasil pengukuran dari beberapa alat ukur linier.

1.3 PERALATAN DAN BENDA UKUR

1.3.1 GAMBAR ALAT DAN BENDA UKURA. Alat Ukur

a. Vernier Caliper

Gambar 1.17. Jangka Sorong (Vernier Caliper)(Sumber: Laboratorium Metrologi Industri teknik mesin UNDIP)

b. Mistar Ukur

Gambar 1.17. Mistar Ukur(Sumber: Laboratorium Metrologi Industri teknik mesin UNDIP)

c. Coordinate Measuring Machine (CMM)

Gambar 1.17. CMM(Sumber: Laboratorium Metrologi Industri teknik mesin UNDIP)

d. Mikrometer

Gambar 1.17. Mikrometer(Sumber: Laboratorium Metrologi Industri teknik mesin UNDIP)

B. Benda Ukura. 1 buah connecting rod

1.3.2 PROSEDUR KALIBRASI DAN PERAWATAN ALAT UKUR

Kalibrasi sharus dilakukan dengan prosedur tertentu karena pada hakekatnya

mengalibrasi serupa dengan mengukur yaitu membandingkan alat ukur

(skalanya atau harga nominalnya) dengan acuan yang dianggap lebih benar.

Acuan yang dianggap benar absolut boleh dikatakan tidak ada.

Jangka Sorong

Prosedur pengkalibrasian jangka sorong dapat dilakukan dengan

menggunakan blok ukur. Pastikan ketika kedua rahang pada mistar ingsut

tertutup rahang gerak tertutup dengan sempurna dan menunjukan pada

angka nol.

Gunakan paling tidak 3 blok ukur dengan ukuran yang berbeda untuk

mengkalibrasi mistar ingsut, gunakan blok ukur 0-150 mm. Ketika

melakukan pengukuran pastikan rahang luar dapat menempel sempurna pada

blok ukur, jika menempel sempurna maka tidak ada error pada rahang luar.

Untuk mengkalibrasi presisi alat pada pengukuran adalah dengan

mencocokan hasil pengukuran mistar ingsut dengan yang tertera pada blok

ukur

Mikrometer (dengan kapasitas ukur 0-25 mm)

Untuk mengkalibrasi landasan dan spindle micrometer gunakan blok ukur

dan bola besi. Cek apakah spindel dan landasan bisa trtutup

sempurna.gunakan 3 ukuran berbeda blok ukur untuk mengecek kesalahan

pada pengukuran micrometer. Gunakan ratchet pada micrometer untuk

meminimalisasi kesalahan pada variasi pemutar. Lakukan pengukuran pada

setiap blok ukur untuk mengukur kepresisian micrometer. Jumlahkan

pengukuran tadi. Cocokan dengan yang tertera pada blok ukur dan bola besi.

Gambar 1.16 kalibrasi Mikrometer

Mikrometer (dengan kapasitas ukur 25-50 mm dan 125-150 mm)

Proses kalibrasi yang dilakukan pada mikrometer jenis sama saja dengan

mikrometer dengan kapasitas ukur 0-25 mm. Gunakan blok ukur dalam

pengkalibrasiannya. Cek apakah spindel dan landasan bisa tertutup

sempurna.gunakan 3 ukuran berbeda blok ukur untuk mengecek kesalahan

pada pengukuran micrometer. Gunakan ratchet pada micrometer untuk

meminimalisasi kesalahan pada variasi pemutar. Lakukan pengukuran pada

setiap blok ukur untuk mengukur kepresisian micrometer.

CMM

Kalibrasi CMM dapat dilakukan dengan cara setting nol, yaitu dengan

langkah-langkah :

1. Nyalakan mesin CMM

2. Tekan F4

3. Gerakkan kursor

4. Kunci

5. Gerakkan sensor (x,y,z) sampai terdetect

6. Tekan F11, F4, F1

7. Tekan F1

8. Tekan F8

9. Tekan F10

10. Kemudian tekan F4 input

11. Gerakkan sensor pada benda

12. Tekan F4

13. Tekan F1

14. Kemudian tekan F4 tekan F1 keluar

15. Tekan F1 mulai pengukuran benda

1.3.3 PROSEDUR PENGUKURAN CONNECTING ROD

A. Persiapan Pengukuran

1. Persiapkan tempat pengukuran

2. Tuliskan data ruangan pada lembar kerja, tabel 1. Data tersebut

meliputi: temperatur awal dan kelembaban ruangan.

3. Periksa keberadaan alat sesuai dengan daftar pada kartu alat.

Lengkapi kartu alat, bila alat ukur yang ada tidak sesuai dengan

yang terdaftar pada kartu alat segera hubungi asisten

praktikum.

4. Bersihkan semua alat ukur dengan menggunakan kertas

pembersih yang dibasahi dengan bensin pencuci.

5. Buanglah sampah/tissue pada tempat sampah yang telah

disediakan.

6. Tulis data alat ukur pada lembar kerja.

B. Pengukuran dengan Vernier Caliper

1. Pelajari cara penggunaan vernier caliper yang digunakan.

2. Tuliskan data vernier caliper yang digunakan pada lembar

kerja, tabel 2. Data meliputi merk, kecermatan dan kapasitas

ukur vernier caliper.

3. Pelajari fungsi masing-masing bagian dari vernier caliper

(khususnya kemampuan masing-masing vernier caliper) dalam

mengukur obyek ukur.

4. Pelajari gambar benda kerja pada gambar 1. Lakukan proses

pengukuran berdasarkan bimbingan dari asisten.

5. Tuliskan hasil pengukuran pada lembar kerja.

C. Pengukuran dengan CMM

1. Pelajari penggunaan CMM

2. Tuliskan data alat CMM

3. Lakukan pengukuran dengan menggunakan CMM sesuai

bimbingan asisten.

4. pengukuran CMM dengan cara berikut:

- Lakukan kalibrasi setting nol. Kalibrasi CMM dapat

dilakukan dengan cara setting nol, yaitu dengan melakukan

pengukuran pada bola pejal yang sudah diketahui dimensinya

(X=300, Y=500, Z=300).

-Lakukan pengukuran dengan memasukan program-program

sesuai dengan bidang yang akan di ukur,seperti:

1. Bidang A menggunakan program F4 dengan cara meletakan

sensor di titik bidang berikut

2. Bidang B menggunakan program F7 dengan cara meletakan

sensor di titik bidang berikut

3. Bidang C menggunakan program F6 dengan cara meletakan

sensor di titik bidang berikut

4. Bidang D menggunakan program F4 dengan cara meletakan

sensor di titik yang sama dengan bidang A

5. Bidang E menggunakan program F4 dengan cara meletakan

sensor di titik yang sama dengan bidang A

6. Bidang F menggunakan program F6 dengan cara meletakan

sensor di titik yang sma dengan bidang C

7. Bidang G menggunakan program F5 dengan cara meletakan

sensor di titik bidang berikut

8. Bidang H menggunakan program F5 dengan cara

meletakan sensor di titik yang sama dengan bidang G

9. Bidang I menggunakan program F2 dengan cara meletakan

sensor di titik bidang berikut

10. Bidang J menggunakan program F2 dengan cara

meletakan sensor di titik yang sama dengan bidang I

11. Bidang K menggunakan program F2 dengan cara

meletakan sensor di titik yang sama dengan bidang I

5. Tulis data hasil pengukuran dengan menggunakan CMM.

D. Pengukuran dengan Mikrometer

1 .Pelajari penggunaan coordinate measuring machine (CMM)

2. Tuliskan data CMM tersebut pada lembar kerja, tabel 2. Data meliputi

merk, kecermatan dan kapasitas alat ukur.

3. Lakukan kalibrasi setting nol. Kalibrasi CMM dapat dilakukan dengan

cara setting nol, yaitu dengan melakukan pengukuran pada bola pejal yang

sudah diketahui dimensinya (X=300, Y=500, Z=300).

4. Lakukan pengukuran

E. Pengukuran dengan Mistar ukur

1. Persiapkan benda ukur

2. Lakukan pengukuran sesuai bagian yang telah ditentukan

3. Catat hasil pengukuran ke tabel pada lembar kerja.

1.4 Pembahasan

1.4.1 Data Pengukuran Linear

a. Tabel 1.4.1. Data alat ukur

Nama Alat Ukur MERK Kecermatan ( mm ) Kapasitas Ukur ( mm )

1. Benda ukur

2. Vernier caliper

3. Outside Micrometer

Triple Band

Vogel

Vogel

0.02

0.01

0-150

0 – 25

4. Outside Micrometer

5. Steel rule

6. CMM 353Mitutoyo

0.01

1

0.0001

25-50

100-125

0-300

X=300, Y= 300, Z= 300

b. Tabel 1.4.2. Data Hasil Pengukuran dengan Mistar Baja

Objek Ukur

Hasil Pengukuran (mm)

Rata-rata

1 2 3

A 126 125 125 125

B 90 89 90 90

C 35 35 34 35

D 5 5 5 5

E 2 2 3 2

F 23 23 23 23

G 25 25 24 25

H 19 19 17 18

I 14 14 14 14

J 7 6 7 7

K 14 14 14 14

Tabel 1.4.3. Data Hasil Pengukuran dengan Vernier Calliper

Objek Ukur

Hasil Pengukuran

(mm)

Rata-rata

1 2 3

A 125.70 125.50 125.60 125.60

B 89.25 88.60 89.10 88.98

C 34.80 34.70 34.70 34.73

D 4.40 4.50 4.40 4.43

E 2.80 2.90 2.80 2.83

F 23.00 23.10 23.10 23.07

G 26.10 26.10 26.10 26.10

H 18.00 18.10 18.10 18.07

I 13.90 13.90 13.80 13.87

J 6.90 6.80 6.90 6.87

K 14.10 14.20 14.10 14.13

Tabel 1.4.4. Data Hasil Pengukuran dengan Mikrometer Sekrup

Objek Ukur

Hasil Pengukuran

(mm)

Rata-rata

1 2 3

A 125.55 125.40 125.60 125.52

B 96.21 96.74 96.21 96.39

C 34.67 34.61 34.61 34.63

D 4.83 4.85 4.79 4.82

E 3.15 3.23 3.24 3.21

F 23.13 23.12 23.14 23.13

G 25.01 24.91 25.03 24.98

H 16.83 16.66 16.66 16.72

I 14.96 12.92 12.93 13.60

J 6.72 6.75 6.74 6.74

K 13.10 12.93 12.95 12.99

Tabel 1.4.5. Data Hasil Pengukuran dengan CMM

Objek Ukur

Hasil Pengukuran

(mm)

A 125.2524

B 96.4492

C 34.5978

D 4.1764

E 2.2400

F 23.2442

G 26.1390

H 18.1142

I 14.1057

J 6.9518

K 14.0530

1.4.2 ANALISIS DATA

Alat ukur yang memiliki kecermatan adalah alat ukur yang mampu mengkur

benda kerja dengan kecermatan tertentu sesuai dengan skala yang tertera

pada alat ukur tersebut. CMM memiliki kecermatan yang paling tinggi serta

mistar memiliki kecermatan yang paling rendah, karena mistar memiliki

kecermatan yang paling rendah dari semua alat ukur yang disediakan, yaitu 1

mm.

B tidak akan dapat di hitung secara langsung. Untuk mendapatkan nilai dari

B kita dapat menggunakan rumus B= A – (D +12

G +12

H + E).

Hubungan matematika yang terjadi selain untuk B juga dapat untuk

menghitung G, yang nilainya G = C – 2D dan H = F – 2E.

Hasil pengukuran dengan mikrometer lebih cermat daripada mistar baja

karena pada posisi yang sama karena micrometer memiliki kecermatan yang

lebih baik, yaitu 0.01 mm sedangkan mistar baja 1 mm.

1.5 KESIMPULAN & SARAN

1.5.1 Kesimpulan

1. Keakuratan

CMM memberikan hasil yang paling akurat karena CMM memiliki cara kerja

yang otomatis dan ketelitian yang tinggi,sedangkan mistar baja, wernier caliper

dan micrometer memiliki kecermatan yang lebih rendah dan potensi kesalahan

pada saat pengukuran lebih tinggi karena masih dilakukan secara manual.

2. Kemudahan penggunaan

Dari ketiga alat tersebut yang paling mudah digunakan adalah denga CMM,

karena hasil pengukuran yang dilakukan dalam bentuk angka digital sehingga

mudah dalam pembacaanya

3. Profil yang tidak dapat diukur

Dalam mengukur benda ukur, dari semua alat yang disediakan dapat dipakai

semua. Parameter yang tidak dapat diukur oleh alat ukur adalah B, yaitu jarak

pusat antar lingkaran pada Connecting Rod. Namun, hal itu dapat diatasi dengan

penggunaan rumus.

4.Untuk pengukuran dengan menggunakan CMM terjadi penyimpangan pengukuran

antara dimensi A dengan dimensi B,C,D,E dan F. Hali ini dikarenakan penyentuhan

jarum sensor pada benda ukur tidak tepat. Kemungkinan kesalahan terbesar terjadi

saat pengukuran lingkaran. Selain itu, penyimpangan hasil dapat disebabkan oleh

fungsi formulasi yang digunakan.

Keuntungan dan Kerugian Alat Ukur

Jenis Alat Ukur

Kecermatan (mm)

Keuntungan Kerugian

Mistar Baja 1 Mudah penggunaannya

Sangat Kurang cermat

Vernier Caliper / Mistar ingsut

0,02 mm 1. Mudah Penggunaanya

2. Mampu mengukur obyek dengan bentuk rumit

1.Kurang cermat

Mikrometer sekrup

0.01 Mudah Penggunaanya

Mampu mengukur obyek dengan bentuk rumit

Skalanya sangat kecil sehingga agak sulit untuk dibaca

dan ketelitiannya sangat tinggi

CMM 0,0005 mm 1.Paling teliti2.Mudah

digunakan dan dibaca

3.Mampu melakukan berbagai macam pengukuran

1. Harga yang mahal

2. Sulit dibawa kemana-mana

1.5.2 Saran

a) Saat melakukan pengukuran sebaiknya praktikan lebih cermat

membaca hasil pengukuran serta berkonsentrasi lebih untuk

menghasilkan pengukuran yang akurat.

b) Agar hasil pengukuran memuaskan, sebaiknya alat ukur harus

dirawat dengan baik agar tetap valid.

c) Sebaiknya asisten selalu mendampingi praktikan agar pengukuran

dapat berjalan cepat, lancar, dan efisien.

d) sebaiknya dalam melakukan percobaan kita lebih cermat dalam

menggeser jarum pada dial indikator serta pembacaan dari skala pada

protaktor.

e) Jarum penunjuk pada dial indicator kami rasa itu sudah tidak valid

lagi, karena menurut pengalaman kami selama melakukaan

pengukuran sudut, ketika kita menyeting nol tiba-tiba saja jarum

penunjuknya itu berubah sendiri, padahal kita tidak melakukan

sendiri.

Daftar Pustaka

Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur, Univ. Darma Persada Jakarta, 2005)

Rochim, Taufiq & Wirjomartono, S.H. 2001. Spesifikasi Geometris Metrologi

Industri & Kontrol Kualitas.Bandung: ITB Press.

http://en.wikipedia.org/wiki/Caliper

http://wikimediafoundation.org/