bab i binjai serbangan.docx

7
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Demam Dengue/DF dan Demam Berdarah Dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Infeksi virus dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan subtropis, oleh karena peningkatan jumlah penderita, menyebarluasnya daerah yang terkena wabah dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan demam hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditadai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/ syok. Pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di Asia Tenggara pada 1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini telah menjadi penyebab kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di daerah tersebut.(WHO 2005).

Upload: penjaga-duren

Post on 20-Jan-2016

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Demam Dengue/DF dan Demam Berdarah Dengue/DBD (dengue haemorrhagic

fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui

gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Infeksi virus dengue telah menjadi masalah

kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan subtropis, oleh karena peningkatan jumlah

penderita, menyebarluasnya daerah yang terkena wabah dengan manifestasi klinis demam, nyeri

otot, dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan

demam hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditadai oleh hemokonsentrasi

(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue

(dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/ syok.

Pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika

Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di

Asia Tenggara pada 1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini telah menjadi penyebab

kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di daerah tersebut.(WHO 2005).

Insiden berdarah telah tumbuh secara dramatis di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir.

Lebih dari 2,5 miliar orang - lebih dari 40% dari populasi dunia - sekarang menghadapi risiko

dari demam berdarah. WHO memperkirakan saat ini mungkin ada 50 – 100.000.000 infeksi

dengue di seluruh dunia setiap tahun. Sebelum tahun 1970, hanya sembilan negara telah

mengalami epidemi demam berdarah yang parah. Penyakit ini sekarang endemik di lebih dari

100 negara di Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Amerika,

Asia Tenggara dan daerah Pasifik Barat adalah yang paling terkena dampak serius. Kasus

seluruh Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat telah melampaui 1,2 juta kasus pada tahun

2008 dan lebih dari 2,3 juta pada tahun 2010 (berdasarkan data resmi disampaikan oleh Negara

Anggota). Baru-baru I ni jumlah kasus yang dilaporkan terus meningkat. Pada tahun 2010 1,6

juta kasus demam berdarah dilaporkan di Amerika saja, yang 49.000 kasus yang berdarah parah.

Tidak hanya jumlah kasus meningkat sebagai penyakit menyebar ke daerah baru, tetapi wabah

ledakan yang terjadi. Ancaman kemungkinan wabah demam berdarah sekarang ada di Eropa dan

transmisi lokal dengue dilaporkan untuk pertama kalinya di Perancis dan Kroasia pada tahun

2010 dan kasus impor terdeteksi di tiga negara Eropa lainnya. Baru-baru ini pada tahun 2012

wabah demam berdarah di pulau Madeira, Portugal telah menghasilkan lebih dari 1800 kasus dan

kasus impor terdeteksi di lima negara lain di Eropa selain dari daratan Portugal. Wabah juga

terjadi di Sudan. Ketika itu, 604 kasus, 156 di antaranya meninggal, dilaporkan di negara bagian

Kordofan Selatan, pusat penyebaran penyakit tersebut. Mengingat jumlah kasus dan kematian

yang dilaporkan di Darfur, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah sekarang ini

lebih buruk dari pada sebelumnya. Menurut data terakhir WHO, jumlah terduga pengidap

demam kuning mencapai 732 orang, 165 di antaranya meninggal dunia. Diperkirakan 500 000

orang dengan demam berdarah yang parah memerlukan rawat inap setiap tahun, sebagian besar

di antaranya adalah anak-anak. Sekitar 2,5% dari mereka yang terkena dampak mati.

Jumlah penderita demam berdarah (DBD) dinilai meningkat setiap tahun, jumlah kota atau

kabupaten yang terjangkit endemis DBD meningkat sejak 2006. Pada 2006 tercatat sebanyak 200

kota dan kabupaten yang terjangkit, namun angka ini meningkat menjadi 350 kota dan kabupaten

pada 2007. Sementara pada 2010, angka ini sudah mencapai 464 kota dan kabupaten. Sementara

itu, berdasarkan data Kementerian Kesehatan, tercatat kasus DBD mencapai angka 117.830 di

Indonesia dengan angka kematian sebesar  953 pada 2008. Pada 2010, angka ini meningkat

menjadi 156.086 kasus dengan 1358 kematian.

Dari kasus yang dilaporkan selama tahun 2009, tercatat 10 provinsi yang menunjukkan

kasus terbanyak, yaitu Jawa Barat (29.334 kasus 244 meninggal), DKI Jakarta (26.326 kasus 33

meninggal), Jawa Timur (15.362 kasus 147 meninggal), Jawa Tengah (15.328 kasus, 202

meninggal), Kalimantan Barat (5.619 kasus, 114 meninggal), Bali (5.334 kasus, 8 meninggal),

Banten (3.527 kasus, 50 meninggal), Kalimantan Timur (2.758 kasus, 34 meninggal), Sumatera

Utara (2.299 kasus, 31 meninggal), dan Sulawesi Selatan (2.296 kasus, 20 meninggal). Beberapa

provinsi yang mengalami peningkatan kasus dibandingakan tahun 2008 adalah Jambi, Bangka

Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat dan

Papua.

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih mengancam Sumatera Utara. Soalnya,

berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sumatera Utara, hingga September 2012 tercatat

sebanyak 3.060 kasus DBD di Sumatera Utara. Dari jumlah tersebut, sebanyak 18 orang

meninggal. Medan merupakan terbesar jumlah kasus DBD yaitu 956 orang, diikuti Simalungun

423 kasus dan 1 meninggal, Pematang Siantar 381 kasus, Deli Serdang 343 kasus dan Asahan

115 kasus dan 1 meninggal. Sementara data dari RSU Dr Pirngadi Medan, hingga September

2012 sebanyak 168 orang yang menjalani rawat inap karena terserang DBD yang datang dari

berbagai daerah. Dari jumlah itu 1 dewasa yang meninggal pada bulan Maret.

Sedangkan menurut data puskesmas di kecamatan binjai serbangan tempat kami

melakukan penelitian KKS mengenai Ilmu kesehatan Masyarakat, jumlah penderita Demam

Berdarah dari 7 Desa di kecamatan Air Joman. Pada tahun 2011 berjumlah 3 orang, pada tahun

2012 berjumlah 6 orang, dan meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi 20 orang. Angka penderita

DBD tertinggi terdapat di daerah punggulan sebanyak 8 orang pada 2013 terhitung dari bulan

Januari – Desember 2013.

Penyakit demam berdarah ini sangat penting untuk di bahas, karena banyak warga di

Indonesia yang masih menganggap penyakit ini, penyakit yang biasa. Apa lagi dilihat dari

kondisi masyarakat saat ini masih banyak yang terkena demam berdarah dengue. Berdasarkan

uraian di atas kami tertarik dengan penelitian DBD, karena DBD merupakan penyakit yang

menjadi masalah kesehatan di Indonesia pada umumnya dan khususnya di Provinsi Sumatra

Utara. Terutama di daerah penelitian kami di Kecamatan Air Joman.

Kami menyadari bahwa upaya penurunan Angka Kesakitan DBD bukan hanya dari peran

serta masyarakat saja tetapi masih banyak faktor lain yang mempengaruhi angka kesakitan

DBD.Mengingat keterbatasan waktu, kami hanya menjabarkan mengenai Peran Serta masyarakat

dalam upaya penurunan angka kesakitan DBD.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

belum diketahuinya Gambaran Sikap, Perilaku dan Tindakan Masyarakat Terhadap Penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Punggulan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan

Tahun 2014.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui sikap, perilaku, dan tindakan masyarakat terhadap penyakit demam

berdarah dengue (DBD) di kecamatan Air Joman.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui Lingkungan di tempat tinggal responden yang menderita DBD dalam

upaya penurunan angka kesakitan DBD.

2. Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap penyakit DBD.

3. Untuk mengetahui perilaku masyarakat terhadap penyakit DBD.

4. Untuk mengetahui tindakan masyarakat terhadap penyakit DBD.

5. Untuk mengetahui keterkaitan sikap, perilaku, dan tindakan masyarakat terhadap

penyakit DBD.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan, wawasan bagi peserta Kepaniteraan Klinik Senior

serta pengalaman langsung dalam pelaksanaan penelitian dan sekaligus

mengaktualisasikan ilmu yang telah diterima di bangku kuliah dengan penelitian di

lapangan dalam bentuk karya tulis ilmiah dalam usaha meningkatkan peran serta

masyarakat dalam upaya penurunan angka kesakitan DBD.

1.4.2 Bagi Institusi Puskesmas

Sebagai masukan bagi pihak Puskesmas Binjai Serbangan, khususnya dalam

memberikan penyuluhan tentang demam berdarah dengue sehingga dapat diterapkan

oleh masyarakat di lingkungan nya dalam upaya penurunan angka kesakitan DBD.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahun masyarakat tentang

penyakit demam berdarah sehingga dapat berperan serta dalam upaya penurunan angka

kesakitan DBD dan menerapkan di lingkungan nya.

1.4.4 Bagi Pemerintah Kecamatan Binjai Serbangan

Hasil Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam meningkatkan

program promosi kesehatan di Kecamatan Binjai Serbangan.

1.4.5 Bagi Dinas Kesehatan

Sebagai masukan bagi pengelola program dalam mengetahui gambaran sikap,

perilaku dan tindakan masyarakat terhadap penyakit demam berdarah dengue (DBD) di

kecamatan Air Joman di Kabupaten Asahan, sehingga pengambil keputusan dapat

menyusun rencana strategis yang efektif dalam penanganan demam berdarah dengue.