bab i baf

4
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penggunaan obat herbal di Indonesia yang lebih dikenal dengan nama jamu, telah diperkenalkan sejak dahulu dan hingga kini. Berbagai macam tanaman yang ada dapat dimanfaatkan untuk obat herbal yang mampu mengatasi berbagai penyakit. Saat ini, belum ada obat yang efektif dalam merangsang fungsi hati, melindungi sel hati terhadap kerusakan, dan membantu meregenerasi sel hati meskipun kemajuan pengobatan secara modern bekembang dengan pesat (Chattopadhyay I, 2004). Di lain sisi, berbagai upaya pengobatan gangguan fungsi hati secara klinis memerlukan biaya yang mahal dan sering kali menyebabkan efek samping yang merugikan. Oleh karena itu, masyarakat mulai beralih ke pengobatan secara tradisional sesuai dengan semboyan “Back to nature” yang sering kali memberikan efek yang cukup signifikan. Hingga saat ini juga masih dilakukan berbagai penelitian untuk mendapatkan komponen bahan aktif yang mampu berperan sebagai hepatoprotektor. Beberapa tananan seperti kunyit, temulawak dan alang-alang dapat digunakan sebagai hepatoprotektor. Hepatoprotektor senyawa atau zat yang berkhasiat melindungi sel sekaligus memperbaiki jaringan hati yang rusak akibat pengaruh toksik (Dalimartha 2005). Dilihat dari strukturnya, senyawa yang bersifat hepetoprotektor diantaranya meliputi senyawa golongan fenilpropanoid, kumarin, lignin, minyak atsiri, terpenoid, glikosida, flavonoid, asam

Upload: armydha-iga

Post on 19-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Latar BelakangPenggunaan obat herbal di Indonesia yang lebih dikenal dengan nama jamu, telah diperkenalkan sejak dahulu dan hingga kini. Berbagai macam tanaman yang ada dapat dimanfaatkan untuk obat herbal yang mampu mengatasi berbagai penyakit. Saat ini, belum ada obat yang efektif dalam merangsang fungsi hati, melindungi sel hati terhadap kerusakan, dan membantu meregenerasi sel hati meskipun kemajuan pengobatan secara modern bekembang dengan pesat (Chattopadhyay I, 2004). Di lain sisi, berbagai upaya pengobatan gangguan fungsi hati secara klinis memerlukan biaya yang mahal dan sering kali menyebabkan efek samping yang merugikan. Oleh karena itu, masyarakat mulai beralih ke pengobatan secara tradisional sesuai dengan semboyan Back to nature yang sering kali memberikan efek yang cukup signifikan. Hingga saat ini juga masih dilakukan berbagai penelitian untuk mendapatkan komponen bahan aktif yang mampu berperan sebagai hepatoprotektor. Beberapa tananan seperti kunyit, temulawak dan alang-alang dapat digunakan sebagai hepatoprotektor. Hepatoprotektor senyawa atau zat yang berkhasiat melindungi sel sekaligus memperbaiki jaringan hati yang rusak akibat pengaruh toksik (Dalimartha 2005). Dilihat dari strukturnya, senyawa yang bersifat hepetoprotektor diantaranya meliputi senyawa golongan fenilpropanoid, kumarin, lignin, minyak atsiri, terpenoid, glikosida, flavonoid, asam organik lipid, serta senyawa nitrogen (alkaloid dan xantin). Beberapa senyawa antioksidan alami seperti flavonoid, terpenoid, dan steroid telah diteliti secara farmakologi memiliki aktivitas hepatoproteksi (Murugesh et al. 2010). Penggunaan ekstrak atau bahan alam sebagai pengobatan akan lebih mudah dikonsumsi masyarakat luas dalam bentuk sediaan seperti tablet atau kapsul. Saat ini sudah beredar sediaan kaspul fitofarmaka misalnya SM SARI yang diproduksi oleh SidoMuncul yang mengandung 500mg ekstrak kunyit. Permasalahan ekstrak atau bahan alam adalah cenderung memiliki rasa yang tidak enak dan bau yang khas. Oleh karena itu, untuk menutupi kekurangan bahan alam tersebut sediaan dibuat dalam bentuk kapsul. Isi kapsul dapat berupa serbuk atau granul. Formulasi serbuk sering membutuhkan penambahan zat pengisi, lubrikan dan glidan pada bahan aktif untuk mempermudah proses pengisian kapsul. Formulasi kapsul yang mengandung ekstrak kental dengan kadar air cukup tinggi memerlukan perlakuan khusus untuk menghasilkan kapsul yang baik. Oleh karena itu perlu adanya eksipien yang mampu mengadsorpsi serta eksipien yang dapat meningkatkan sifat alirnya. Saccharum Lactis adalah eksipien yang dapat digunakan sebagai adsorbent dan pengering ekstrak. Penambahan Mg stearat pada formulasi digunakan sebagai pelicir dan penambahan talkum sebagai lubrican dan glidan pada sediaan kapsul (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Hepacure merupakan sediaan jamu dalam bentuk kapsul yang mengandung ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domesticae rhizom). Tanaman kunyit dalam bahasa latin disebut Curcuma domestica atau Curcuma longa memiliki kandungan kimia yang terdiri atas karbohidrat (69,4%), protein (6,3%), lemak (5,1%), mineral (3,5%), dan moisture (13,1%). Minyak esensial (5,8%) dihasilkan dengan destilasi uap dari rimpang yaitu a-phellandrene (1%), sabinene (0.6%), cineol (1%), borneol (0.5%), zingiberene (25%) and sesquiterpines (53%). Kurkumin (diferuloylmethane) (34%) merupakan komponen aktif dari kunyit yang berperan untuk warna kuning, dan terdiri dari kurkumin I (94%), kurkumin II (6%) and kurkumin III (0.3%) (Chattopadhyay I, 2004). Dalam produk Hepacure memanfaatkan senyawa kurkumin yang terdapat dalam rimpang kunyit dan efektif menurunkan SGOT dan SGPT sebagai hepatoprotektor, antiinflamasi, antioksidan serta antivirus.

I.2. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menyusun dan membuat formulasi serta memproduksi sediaan kapsul dari ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domesticae rhizom) sebagai hepatoprotektor. DapusMurugesh, S et al., (2010) Hepatoprotective Effects of Adenema hyssopifolium G.Don (Gentianaceae) in carban tetrachloride-Induced Hepatotoxocity in Rats.Tropical Journal of Pharmaceutical Research. Vol.9 : IndiaDalimartha, Setiawan (2005).Atlas Tumbuhan Ubek Indonesia.3.Depok: Puspa Swara.ISBN978-3235-73-X.Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Chattopadhyay I, Biswas K, Bandyopadhyay U, Banerjee RK. Turmeric andcurcumin: Biological actions and medicinal applications. Current science[online] 2004 [cite d 2007 des 28]; 87(1): [11 screens).