bab i - 6

Upload: denis-putra

Post on 05-Nov-2015

232 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB I - 6

TRANSCRIPT

55

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangRokok merupakan benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan (Mulyadi, 2010). Merokok merupakan kegiatan menghisap rokok. Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa (Sitepu, 2000). Jumlah perokok di dunia pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 1,6 milyar, saat ini jumlah perokok telah mencapai 1,3 milyar. Sekitar 22% perempuan di negara-negara industri adalah perokok, dimana angka tersebut diperkirakan mencapai 9% di negara-negara dengan tingkat konsumtif tembakau tertinggi di dunia. Penggunaan tembakau di Indonesia tumbuh dengan sangat cepat. Keinginan merokok diindikasikan meningkat di usia muda, terutama pada populasi 5-19 tahun. Prevalensi merokok tinggi diantara usia 15-19 tahun (Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jendral Departemen Kesehatan RI, 2008).Data Survey Nasional 2004 menyebutkan bahwa 63,2% laki-laki dan 4,4% perempuan Indonesia adalah perokok. Jumlah penduduk di Indonesia yang merokok lebih dari 30% dari jumlah penduduk Indonesia merokok, artinya di negara kita sekitar 60 juta orang perokok. Sekitar 70% dari perokok di Indonesia memulai kebiasaanya sebelum berumur 19 tahun, karena terbiasa melihat anggota keluarganya yang merokok. Data tahun 2004 juga menunjukkan bahwa sebagian besar (84%) dari perokok Indonesia yang merokok setiap hari ternyata menghisap 1-12 batang per hari dan 14% merokok sejumlah 13-24 batang per hari. Perokok 25 batang sehari hanya 1,4% saja. Data tahun 2004 juga menunjukkan bahwa persentase merokok di pedesaaan Indonesia (37%) lebih tinggi dari pada perkotaan (32%). Sementara itu, baik di kota maupun di desa di negara kita terjadi peningkataan perokok sebesar 3% antara tahun 2001 ke 2003 (Aditama, 2006). Prevalensi perokok saat ini mulai meningkat pada kelompok umur 15-24 tahun sampai kelompok umur 55-64 tahun, kemudian menurun pada umur lebih lanjut. Berbeda dengan kelompok umur 10-14 tahun, walaupun prevalensi hanya 2%, tetapi rerata jumlah batang rokok yang dihisap 16 batang per hari (Riskesdas, Departemen Kesehatan RI, 2007).Prevalensi Perokok dan Rerata Jumlah Batang Rokok yang Dihisap Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas menurut Karakteristik Responden Riskesdas 2007 yaitu umur 10-14 tahun 2.0% dengan jumlah 10 rokok/hari, umur 15-24 tahun 24.6% dengan jumlah 12 rokok/hari, umur 25-34 tahun 35.0% dengan jumlah 13 rokok/hari, umur 35-44 tahun 36.0% dengan jumlah 14 rokok/hari, umur 45-54 tahun 38.0% dengan jumlah 13 rokok/hari, umur 55-64 tahun 37.5% dengan jumlah 13 rokok/hari, umur 65-74 tahun 34.7% dengan jumlah 10 rokok/hari dan umur 75 tahun keatas 33.1% dengan jumlah 13 rokok/hari (Riskesdas, 2007). Secara nasional, persenatse tertinggi usia pertama kali merokok terdapat pada usia 15-19 tahun 32,4%, disusul usia 20-24 tahun 11,7%. Berdasarkan provinsi, perokok yang mulai merokok pada usia 15-19 tahun tertinggi dijumpai di Bangka Belitung 42,0%, disusul oleh DKI Jakarta 39,9%, Sulawesi Utara 39,5% dan Jawa Barat 35,9% (Riskesdas, 2007).Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Tahun 2007 Provinsi Jawa Timur, persentase perokok tiap hari sebesar 24,3% dengan karakteristik umur 12-18 tahun sebanyak 19,1% merupakan perokok aktif. Di Kabupaten Kediri dari hasil penelitian yang dilakukun Riskesdas 2007 menunjukan remaja usia 12-18 tahun sebanyak 44,7% merupakan perokok aktif, sedangkan di Kota Kediri sendiri dengan karakteristik usia yang sama menunjukan 36,1% merupakan perokok aktif (Riskesdas, 2007). Pada survey awal yang dilakukan peneliti di SMAN 05 Kota Kediri pada tanggal 06 januari 2015 didapatkan bahwa 4 dari 10 siswa dengan perokok aktif. Hasil survey yang dilakukan oleh Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3) menyatakan bahwa dari 375 responden, 66,2% pernah mencoba berhenti merokok tetapi merek gagal. Kegagalan ini ada berbagai macam; 42,9% tidak tahu caranya; 25,7% sulit berkonsentrasi, dan 2,9% terikat oleh sponsor rokok (Fawzani dan Triratnawati, 2005).Merokok menimbulkan dampak positif yng sangat sedikit bagi kesehatan. Graham (dalam Ogden, 2000) menyatakan bahwa dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan keadaan yang sulit. Graham juga menyebutkan keuntungan merokok terutama bagi perokok yaitu mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi dan menyenangkan. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan sangat berpengaruh bagi kesehatan, tetapi dapat menimbulkan penyakit yang dapat memicu kematian. Berbagai jenis penyakit yang dapat ditimbulkan karena merokok, dimulai dari penyakit dikepala sampai dengan penyakit kardiovaskular, kanker, saluran pernafasan, menurunkan fertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag, gangguan pembuluh darah, dan menyebabkan polusi udara dalam ruangan sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokan. Data statistik tahun 2002 menggambarkan bahwa 90% kematian yang disebabkan karena gangguan pernafasan, 25% kematian yang disebabkan karena penyakit jantung koroner dan 75% kemaatian yang disebabkan karena penyakit emphysema. Semua kematian itu dipacu oleh kebiasaan merokok (Husaini, 2007). Terdapat dua metode yang umum digunakan untuk mengurangi perilaku merokok, yaitu metode perubahan perilaku yang didasarkan pada berbagai teori behavioral dan metode obat-obatan. Kedua metode tersebut kurang banyak berkembang di masyarakat karena biasanya membutuhkan waktu yang lama dan kurang melibatkan sisi afeksi pada para perokok. Hal ini mengakibatkan motivasi dan keinginan untuk berhenti merokok tidak tumbuh dengan sendirinya dan cenderung tidak bertahan lama.Salah satu teknik terapi yang kemungkinan dapat membantu untuk mengurangi kebiasaan merokok adalah SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique). SEFT adalah salah satu varian dari satu cabang ilmu baru yaitu energy psychology. SEFT merupakan penggabungan antara spiritual power danenergy psychology. Efek dari penggabungan antara spiritual danenergy psychology ini dinamakan amplifiying effect (efek pelipatgandaan) (Zainuddin, 2009).Untuk menghentikan kebiasaan merokok, hipnotis digunakan karena mampu merubah perilaku orang secara setengah sadar tetapi sukarela. Artinya, jika pada saat trance dia diberi intervensi oleh penghipnotis bahwa merokok itu buruk dan dia harus berhenti, maka pada saat dia sadar kembali, besar kemungkinan dia akan berhenti, sekalipun dia tidak tahu siapa yang menyuruhnya berhenti merokok (Komariah, 2012).Sejumlah penelitian telah membuktikan keefektifan metode tersebut untuk membantu mengurangi ketergantungan seseorang terhadap aktivitas merokok. Di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Laila Komariah (2012) yang menyatakan bahwa SEFT efektif untuk menurunkan perilaku merokok pada mahasiswa. Mahasiswa yang diberikan SEFT mengalami penurunan skala perilaku merokok dibandingkan mahasiswa yang tidak diberikan SEFT. Subjek yang mengalami penurunan perilaku merokok setelah diberikan SEFT adalah subjek yang terlihat sungguh-sungguh dan terlihat konsentrasi ketika melakukan SEFT dan mempunyai keinginan besar untuk berhenti merokok. Setelah diberikan SEFT, rokok menjadi terasa pahit di lidah dan tidak ada keinginan dalam diri subjek untuk merokok lagi. Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Efektifitas Metode Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Penurunan Intensitas Merokok Pada Siswa SMAN 5 Kota Kediri 2015.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukann penelitian tentang Bagaimana Pengaruh TherapySpiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Penurunan Intensitas Merokok Pada Siswa SMAN 5 Kota Kediri 2015 ?.

1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan UmumUntuk mengetahui bagaimana Pengaruh Therapy Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Intensitas Merokok Pada Siswa SMAN 5 Kota Kediri 2015.1.3.2 Tujuan Khusus1. Mengidentifikasi intensitas merokok sebelum dilakukan terapi Spiritual Emotional Freedom Thecnique SEFT pada siswa SMAN 5 Kota Kediri tahun 2015.2. Mengidentifikasi intesnitas merokok sesudah dilakukan terapi Spiritual Emotional Freedom Thecnique SEFT pada siswa SMAN 5 Kota Kediri tahun 2015.3. Menganalisa perbedaan intensitas merokok sebelum dan sesudah dilakukan terapi Spiritual Emotional Freedom Thecnique SEFT tahun 2015.1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Manfaat Bagi PenelitiPenelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang Pengaruh Therapy Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Penurunan Intensitas Merokok Pada Siswa SMAN 5 Kota Kediri 2015.

1.4.2 Manfaat Bagi Lahan PenelitianSebagai bahan dan data tentang Pengaruh Therapy Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Penurunan Intensitas Merokok Pada Siswa SMAN 5 Kota Kediri 2015.1.4.3 Manfaat Bagi Institusi PendidikanHasil penelitian ini dapat dijadikan referensi, dokumentasi dalam pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya yang diharpakan jauh lebih baik dan dapat bermanfaat bagi siapa saja.1.4.4 Manfaat Bagi RespondenMendapatkan perlakuan atau terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) guna meminimalisasi intensitas merokok dan derajat kesehatan pada siswa SMAN 5 Kota Kediri.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 Rokok2.1.1 Pengertian RokokRokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bahan lainya yang dihasilkan dari tanamam Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Hans Tendra, 2003).2.1.2 Pengertian MerokokMerokok merupakan kegiatan menghisap rokok. Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa (Sitepu, 2000). 2.1.3 Kandungan dalam RokokSetiap batang rokok yang dinyalakan akan mengeluarkan lebih dari 4000 bahan kimia beracun yang berbahaya dan dapat mengakibatkan maut. Di antara kandungan asap rokok termasuklah aceton (bahan pembuat cat), naftalene (bahan kapur barus), arsen, tar (bahan karsinogen penyebab kanker), methanol (bahan bakar roket), vinyl chloride (bahan plastik PVC), phenol butane (bahan bakar korek api), potassium nitrate (bahan baku pembuatan bom dan pupuk), polonium-201 (bahan radioaktif), ammonia (bahan pencuci lantai) dan sebagainya (Jaya, 2009). Racun yang paling utama ialah tar, nikotin, dan karbon monoksida (Universiti Teknologi Malaysia, 2005). Bahan - bahan kimia yang terkandung dalam rokok adalah sebagi berikut :8

1. NikotinKomponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok. Nikotin yang terkandung di dalam asap rokok antara 0.5-3 ng, dan semuanya diserap, sehingga di dalam cairan darah atau plasma antara 40-50 ng/ml. Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi bersifat racun. Zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi otak atau susunan saraf pusat. Nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Dalam jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya (Pusat Data dan Informasi, Persatuan Rumah Sakit Indonesia, 2006).2. Karbon Monoksida (CO)Gas ini bersifat toksik dan dapat menggeser gas oksigen dari transport hemoglobin. Dalam rokok terdapat 2-6% gas karbon monoksida pada saat merokok, sedangkan gas karbon monoksida yang diisap perokok paling rendah 400 ppm (part per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi-hemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%. Kadar normal karboksi-hemoglobin hanya 1% pada bukan perokok (Sitepoe, 2000).3. TarTar hanya dijumpai pada rokok yang dibakar. Eugenol atau minyak cengkeh juga diklasifikasikan sebagai tar. Di dalam tar, dijumpai zat-zat karsinogen seperti polisiklik hidrokarbon aromatis, yang dapat menyebabkan terjadinya kanker paru-paru. Selain itu, dijumpai juga N nitrosamine di dalam rokok yang berpotensi besar sebagai zat karsinogenik terhadap jaringan paru-paru (Sitepoe, 2000). Tar juga dapat merangsang jalan nafas, dan tertimbun di saluran nafas, yang akhirnya menyebabkan batuk-batuk, sesak nafas, kanker jalan nafas, lidah atau bibir (Jaya, 2009).4. Timah HitamTimah hitam merupakan partikel asap rokok, setiap satu batang rokok yang diisap mengandung 0,5 mikrogram timah hitam. Apabila seseorang mengisap 1 bungkus rokok perhari, 10 mikrogram timah hitam akan dihasilkan, sedangkan batas bahaya kadar timah hitam di dalam tubuh adalah 20 mikrogram/hari (Sitepoe, 2000).5. AmoniakAmonia adalah senyawa nitrogen dan hidrogen yang memiliki aroma tajam dengan bau yang khas. Sebuah molekul amonia terbentuk dari ion nitrogen bermuatan negatif dan tiga ion hidrogen bermuatan positif, dan karena itu secara kimia direpresentasikan sebagai NH3 (rumus kimia amonia) (Tantri, 2013).6. Hidrogen Sianida (HCN)Hidrogen sianida merupakan gas yang tidak berbau, bau pahit seperti bau kacang almond. HCN juga disebut formanitrille, dalam bentuk cairan disebut asam prussit dan asam hidrosianik . Dalam bentuk cairan HCN tidak berwarna atau dapat berwarna biru pucat pada suhu kamar. HCN bersiafat flamable atau mudah terbakar serta dapat berdifusi baik dengan udara dan bahan peledak, juga sangat mudah bercampur dengan air sehingga mudah digunakan (Jeny, 2011).7. Nitrous OxideNitric Oxide yang juga dikenal sebagai nitrogen monoksida, merupakan molekul dengan rumus kimia (N1O1). Molekul ini merupakan zat perantara yang sangat penting dalam siklus kimia di dalam tubuh. Pada manusia, senyawa Nitric Oxide (N1O1) merupakan senyawa kimia yang penting untuk tranportasi sinyal listrik didalam sel-sel, dan berfungsi dalam proses fisiologis dan patologis. Demikian pula, senyawa ini bisa menyebabkan pelebaran pembuluh darah atau dalam istilah kedokteran di sebut vasodilator yang kuat sehingga bisa menurunkan tekanan darah (Taruna, 2012).8. FenolFenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Kata fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatik yang berikatan dengan gugus hidroksil. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O yang dapat dilarutkan dalam air (Adi, 2012).9. Hidrogen SulfidaHidrogen sulfida adalah senyawa dari dua unsur zat kimia yaitu gas hidrogen dan belerang yang sering disebut hidrogen sulfur. Gas Hidrogen Sulfida merupakan gas beracun yang sangat berbahaya bagi manusia. Untuk mengurangi kadar hidrogen sulfida yang terdapat pada limbah produksi gas bisa digunakan zeolit sebagai media penyerap (Jumidah, 2011).2.1.4 Kategori PerokokSitepoe (2000) mengkategorikan perokok berdasarkan jumlah konsumsirokok harian yaitu perokok ringan (1 10 batang/ hari), perokok sedang(11 20 batang/ hari), perokok berat (> 20 batang/ hari). Perokok yangmengkonsumsi rokok dalam jumlah yang lebih kecil memiliki kecenderunganyang lebih besar untuk berhenti merokok (Kwon Myung & Gwan Seo, 2011).Taylor (2009) menyebut istilah chippers untuk menjelaskan perokok yangmengkonsumsi rokok kurang dari 5 batang/ hari dan biasanya chippers tidakmenjadi perokok berat sehingga sangat kecil kemungkinan mengalamiketergantungan nikotin. Istilah lainnya pada perokok adalah social smoker yaituindividu yang merokok hanya pada situasi sosial atau situasi tertentu misalnyasaat bertemu dengan teman lama di suatu acara atau pesta. Situasi sosial tersebutbertindak sebagai isyarat atau pemicu untuk merokok (Hahn & Payne, 2003).2.1.5 Tahap Menjadi PerokokMerokok tidak terjadi dalam sekali waktu karena ada proses yang dilalui,antara lain: periode eksperimen awal (mencoba-coba), tekanan teman sebaya dan akhirnya mengembangkan sikap mengenai seperti apa seorang perokok (Taylor,2009). Ada 4 tahapan yang merupakan proses menjadi perokok (Ogden, 2000) antara lain :

1. Tahap I dan II : Initiation dan MaintenanceTahap initiation dan maintenance cukup sulit dibedakan. Initiation merupakan tahap awal atau pertama kali individu merokok sedangkan maintenance merupakan tahap dimana individu kembali merokok.Charlton (Ogden, 2000) mengatakan bahwa merokok biasanya dimulai sebelum usia 19 tahun dan individu yang mulai merokok pada usia dewasa jumlahnya sangat kecil. Faktor kognitif berperan besar ketika individu mulai merokok, antara lain: menghubungkan perilaku merokok dengan kesenangan, kebahagiaan, keberanian, kesetia-kawanan dan percaya diri. Faktor lainnya adalah memiliki orang-tua perokok, tekanan teman sebaya untuk merokok, menjadi pemimpin dalam kegiatan sosial dan tidak adanya kebijakan sekolah terhadap perilaku merokok.2. Tahap III: CessationMerupakan suatu proses dimana perokok pada akhirnya berhenti merokok. Tahap cessation terbagi 4, yaitu: precontemplation (belum ada keinginan berhenti merokok), contemplation (ada pemikiran berhenti merokok), action (ada usaha untuk berubah), maintenance (tidak merokok selama beberapa waktu). Tahapan tersebut bersifat dinamis karena seseorang yang berada di tahap contemplation dapat kembali ke tahap precontemplation.3. Tahap IV : RelapseIndividu yang berhasil berhenti merokok tidak menjadi jaminan bahwa iatidak akan kembali menjadi perokok. Marlatt dan Gordon (dalam Ogden,2000) membedakan antara lapse dengan relapse. Lapse adalah kembali merokok dalam jumlah kecil sedangkan relapse adalah kembali merokokdalam jumlah besar. Ada beberapa situasi yang mempengaruhi pre-lapseyaitu high risk situation, coping behavior dan positive-negative outcomeexpectancies.Saat individu dihadapkan dengan high risk situation maka individu akan melakukan strategi coping behavior berupa perilaku atau kognitif. Bentukperilaku misalnya menjauhi situasi atau melakukan perilaku pengganti (makan permen karet) sedangkan bentuk kognitif adalah mengingat alas anberhenti merokok. Positive outcome expectancies (misalnya merokokmengurangi kecemasan) dan negative outcome expectancies (misalnya merokok membuatnya sakit) dipengaruhi pengalaman individu. No lapse berhasil dilakukan jika individu memiliki strategi coping dan negativeoutcome expectancies serta peningkatan self efficacy yang mempengaruhi individu tetap bertahan untuk tidak merokok. Namun, jika individu tidak memiliki strategi coping dan memiliki positive outcome expectancies sertaself efficacy yang rendah maka individu akan mengalami lapse (kembalimerokok dalam jumlah kecil).2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku MerokokTaylor (2009) mengatakan bahwa kumpulan teman sebaya dan anggota keluarga yang merokok menimbulkan persepsi bahwa merokok tidak berbahaya sehingga meningkatkan dorongan untuk merokok. Perokok berpendapat bahwa berhenti merokok merupakan hal yang sulit, meskipun mereka sendiri masih tergolong sebagai perokok yang baru (Floyd, Mimms & Yelding, 2003). Ada beberapa alasan sehingga perokok tetap merokok, antara lain: pengaruh anggotakeluarga yang merokok, untuk mengontrol berat badan, membantu mengatasi stres, self esteem yang rendah dan pengaruh lingkungan sosial (Floyd, Mimms &Yelding, 2003). Menurut Al Bachri (2003), faktor yang yang mempengaruhi konsumsi rokok adalah sebagai berikut :1. Pengaruh teman :Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok sebagian besar kemungkinan temannya adalah perokok juga dan sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh temannya atau bahkan teman tersebut yang terpengaruh oleh temannya yang akhirnya mereka semua mereka menjadi perokok.2. Faktor KepribadianKepribadian merupakan segala corak perilaku manusia yang terhimpun dalam dirinya terhadap segala rangsangan, yang datang dari lingkungannya, maupun yang berasal dari dirinya sendiri, sehingga memperlihatkan corak perilaku dalam satu kesatuan fungsional yang khas bagi manusia itu.3. Faktor KeluargaKeluarga merupakan faktro terkecil di dalam masyarakat tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental, oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap kritisnya. Tinah aneh lagi apabila ada salah satu keluarga yang merokok dapat dipastikan keluarga yang lain ikut merokok.

2.1.7 Kategori Perokoka. Perokok PasifPerokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidak merokok. Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif. Asap rokok sigaret kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka yang bukan mereka perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empar kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin (wardoyo, 1996).b. Perokok AktifMenurut Bustan (1997) rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap. Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.2.1.8 Jumlah Rokok Yang DihisapSmet (1994) mengklasifikasikan tipe perokok berdasarkan banyaknya jumlah batang rokok yang dihisap setiap harinya (Nasution, 2007). Jenis rokok dapat dibagi atas tiga kelompok yaitu :Perokok Ringan, disebut perokok ringan apabila merokok 1 - 4 batang per hari.Perokok Sedang, disebut perokok sedang jika menghisap 5 14 batang per hari dan Perokok Berat, disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 15 batang. Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap rokok maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu bungkus) per hari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan (Mangku Sitepoe, 1997).2.1.9 Dampak MerokokPerilaku merokok dapat menimbulkan banyak penyakit dan memperberat penyakit lainnya (Perwitasari, 2006). Menurut Amstrong seperti yang dikutip oleh Perwitasari (2006), penyakit jantung koroner, diabetes, tekanan darah tinggi, kanker, stroke, dan ashma merupakan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan akibat perilaku merokok. Ahnyar (2009) menambahkan bahwa dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris, ditemukan bahwa kebiasaan merokok memperbesar kemungkinan timbulnya AIDS dua kali lebih cepat pada pengidap HIV.Dalam penelitian lain yang dilakukan di Jerman ditemukan bahwa responden yang memiliki ketergantungan nikotin akibat perilaku merokok memiliki kualitas hidup yang lebih buruk, dan hampir 50% dari responden perokok memiliki setidaknya satu jenis gangguan kejiwaan (Ahnyar, 2009). Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran nafas dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran nafas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli (Ahnyar, 2009).Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama ciggarete, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru. Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren dan uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan resiko terjadinya kanker. Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering (Ahnyar, 2009). Asap yang dihembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke)(Ahnyar, 2009). Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.2.2 Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)2.2.1 Sejarah SEFTMetode SEFT merupakan sebuah pengembengan dan penyempurnaan dari beberapa metode terapi sebelumnya. Teknik ini berdasarkan prinsip prinsip yang sama dengan akupuntur, akupresur, applied kinesiology, Tought Fields Therapy (TFT) dan Emotional Freedom Technique (EFT) (Zainuddin, 2009;Thayib, 2010).Pada tahun 1991, Erika dan Helmut Simon menemukan mayat yang masih utuh terendam dalam glacier (sungai dengan suhu di bawah titik beku) di daerah sekitar perbatasan Austria dan Italia. Di tubuh mayat tersebut terdapat tatto yang menandai titik-titik utama meridian tubuh. Setelah di uji dengan carbon dating test, mayat ini diduga berumur 5300 tahun. Para ahli akupuntur modern berpendapat bahwa titik-titik akupuntur yang ditandai dengan tatto di tubuh mayat tersebut tentu dibuat oleh seorang ahli akupuntur kuno yang sangat kompeten, mengingat ketepatan dan kompleksitasnya. Karena itu mereka berkesimpulan bahwa ilmu akupuntur telah berkembang jauh sebelumnya, mungkin sekitar 5500 tahun yang lalu (Zainuddin, 2009).Di Cina terdapat dua buku tertua yang membahas tentang adanya sistem energi tubuh (life energy). Buku tersebut adalah buku Yi Jing yang ditulis oleh Fu Xi pada tahun 2852 SM (di Barat dkenal dengan The I Ching Book of Changes) dan buku Huang Ni Dei Jing (The Yellow Emperors Classic on Internal Medicine) yang ditulis oleh Kaisar Kuning yang memerintah Cina pada abad 26 SM (2696 2597 SM). Umur Kaisar Kuning yang mencapai 100 tahun diduga berkaitan dengan pengetahuan dan praktek yang ia lakukan berhubungan dengan energy medicine. Akupuntur dan akupresur merangsang energi tubuh yang berhubungan langsung dengan sumber rasa sakit (gangguan fisik). Dengan menancapnya jarum atau menekan ke beberapa titik yang terkadang terletakjauh dari rasa sakit, maka hasilnya rasa sakit akan hilang (Zainuddin, 2009).Pada tahun 1964, Dr. George Goodheart, seorang ahli chiropractic (terapi pijat pada tulang belakang untuk menyembuhkan berbagai penyakit fisik) meneliti tentang hubungan antara kekuatan otot, organ dan kelenjar tubuh dengan energy meridian. Metode yang digunakannya sebagai Applied Kinesiology ini mendiagnosa penyakit pasien dengan cara menyentuh beberapa bagian otot tubuh. Asumsinya adalah penyakit di bagian dalam tubuh seperti jantung, paru-paru, liver, dsb berdampak pada melemahkan otot tertntu. Dengan merasakan otot tertentu mana yang lemah maka dapat menentukan organ tubuh mana yang sakit (Zainuddin, 2009; Thayib, 2010). Prinsip applies kinesiology ditindaklanjuti lebih jauh oleh seorang psikiater pakar pengobatan holistik, Dr. John Diamond. Ian memperkenalkan cabang baru psikologi yaitu Energy Psycology, yang mengabungkan prisnsip pengobatann timur dengan psikologi. Dalam energy psychology menggunakan sistem energi tubuh unutk mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku. Teori ini yang menjadi pondasi bagi lahirnya Tought Fields Therapy (TFT) yang dipelopori oleh Dr. Roger Callahan (Zainuddin, 2009; Thayib, 2009).Metode TFT memanfaatkan sistim energi tubuh dan melakukan ketukan (tapping) pada titik-titik tertentu. Sebelum terapi dilakukan, harus didiagnosa terlebih dahulu jenis penyakit dan di mana titik yang harus diketuk. Titik yang diketuk berbeda-beda, disesuaikan dengan penyakitnya. Namun dirasakan sulit bagi orang awam untuk mempelaajari teknik ini. Untuk menguasainya diperlukan training-training yang tidak mudah dan tidak murah (hingga USD 100.000,-) (Zainuddin, 2009; Thayib, 2010).Selama beberapa tahun sejak tahun 1991, Gary Craig, seorang murid Dr. Callahan dan insinyur lulusan Standford University telah berhasil menyederhanakan algoritma TFT ini. Dari sinilah lahir istilah Emotional Freedom Technique (eft). Prosesnya dibuat universal agar bisa diterapkan untuk semua permasalahan mental, emosional dan fisik. Jika pada TFT menggunakan urutan titik meridian yang kompleks dan aplikasinya berbeda-beda sesuai dengan jenis penyakitnya, maka pada EFT hanya mengetuk seluruh titik meridian untuk setiap masalah, sehingga selalu dapat menggunakan titik yang tepat. Dengan demikian EFT lebih mudah untuk dipelajari, dapat digunakan oleh semua orang dan dengan protokol yang sama digunakan untuk semua masalah. Bahkan oleh Steve Wells, seorang psikolog klinis dari Australia, EFT dikembangkan lebih jauh lagi. Tidak hanya digunakan untuk penyembuhan saja, tetapi diperluas kegunannya untuk meningkatkan prestasi (peak performance) (Zainduddin, 2009; Thayib 2010).Di Indonesia, Ahmad Faiz Zainuddin mengembangkan apa yang dinamainya dengan Spirirtual-EFT (selanjutnya disebut SEFT) sejak tanggal 17 Desember 2005. Ia belajar langsung EFT dari Steve Wells dan Gary Craig. SEFT merupakan pengembangan dari EFT, yang menggabungkan antara spiritualitas (melalui doa, keiklasan dan kepasrahan) dan energy psychology untuk mengatasi berbagai macam masalah fisik, emosi serta untuk meningkatkan performa kerja. Latar belakang masyarakat Indonesia yang agamis, sudah menjadi sesuatu yang taken for granted bahwa doa sangat penting untuk penyembuhan, bahakan untuk pemecahan segala maslah hidup. Hal ini didukung oleh penelitian Larry Dossey, MD, Seorang dokter ahli penyakit dalam yang melakukan penelitian ektensif tentang efek doa dan spiritualitas memiliki kekuatan yang sama besar dengan pengobatan dan pembedahan (Zainuddin, 2009).2.2.2 Definisi SEFTSEFT merupakan teknik penggabungan dari sistem energi tubuh (energy medicine) dan terapi spiritual dengan menggunakan metode tapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh. SEFT bekerja dengan prinsip yang kuraang lebih sama dengan akupuntur dan akupresur. Ketiganya berusaha merangsang titik-titik kunci pada sepanajang 12 jalur energi (energy meridian) tubuh. Bedanya dibandingkan metode akupuntur dan akupresur adalah teknik SEFT menggunakan unsur spiritual, cara yang digunakan lebih aman, lebih mudah, lebih cepat dan lebih sederhana, karena SEFT hanya menggunakan ketukan ringan (tapping) (Zainuddin, 2009; Thayib, 2010; Saputra, 2012).Sebagian besar penyakit ternyata berasal dari gangguan emosi atau psikologis. Contohnya, ketika seseorang stres, ada yang mengalami diare, ada yang perutnya mulas dan beban pikiran yang menyebabkan seseorang terserang penyakit lambung (maag). Dalam dunia kedokteran istilahnya adalah psikosomatis, yaitu gangguan emosi yang menyebabkan penyakit. Dengan metode SEFT membuat diri penderita bisa menerima persoalan yang mengganggu stabilitas emosinya. Ketika penderita tersebut bisa berdamai dengan situasi yang mengganggu emosinya, maka penyakit penyakit fisik akan hilang dengan sendirinya (Saputra, 2012).2.2.3 Perbedaan SEFT dan EFTHampir 90% isi SEFT adalah EFT, dalam hali ini yang dimaksud adalah titik titiknya. Perlu diketahui bahwa semua teknik energy psychology yang memakai tapping, mulai dari TFT-nya Roger Callahan, EFT-nya Gary Craig, PET-nya (Provocative Energy Technique) Steve Walls dan David Lake menggunakan titik-titik tapping yang sama. Sejak 5000 tahun yang lalu titik-titik tersebut sudah digunakan oleh akupuntur, moxa dan akrupresur dan sebagainya. Proses yang dilakukan sambil men-tapping itulah yang membedakan EFT, TFT, PET dengan SEFT (Zainuddin, 2009). Berikut ini perbedaannya :

Tabel 2.3 Perbedaan EFT dan SEFTEFTSEFT

Basic Philosopy

Self centerdAsumsi kesembuhan berasal dari diri sendiri, begitu individu bisa menerima dirinya sendiriGod centeredAsumsi kesembuhan berasal dari Tuhan YME, begitu individu bisa iklas dan pasrah

Eventhough I have Set-Up pain... I deeply profound and accept my selfWalaupun saya sakit ini... saya terima diri sendiri sepenuhnya..Ya Allah... walaupun saya sakit ini... saya iklas menerima sakit saya ini, saya pasrahkan kesembuhannya pada-MU..

Sikap Saat Tapping

EFT dilakukan dalam suasana santai, kaena fokusnya pada diri sendiriSEFT dilaakukan dengan pennuh keyakinan bahwa kesembuhan datangnya dari Tuhan YME, kekhusukkan, keiklasan, kepasrahan dan rasa syukur

EFT dengan menyebut Tune In masalahnya.Sakit kepala ini, rasa pedih ini, dan seterusnya...SEFT tidak terlalu fokus pada detail masalahnya, cukup melakukan tiga hal secara bersamaan :1. Rasakan sakitnya,2. Fokuskan pikiran ke tempat sakit,3. Iklaskan dan pasrahkan kesembuhan sakit itu kepada Tuhan YME.

Tapping

EFT menggunakan 7 atau 14 titikSEFT menambahkan titiknya hingga 18 titik

Unsur Spiritualitas

Tidak ada90% penekanan pada unsur spiritualitas

Sumber : Zainuddin, 2009

2.2.4 Metode SEFTSEFT memandang jika aliran energi tubuh terganggu karena dipicu kenangan masa lalu atau trauma yang tersimpan dalam alam bawah sadar, maka emosi seseorang akan menjadi kacau. Mulai dari yang ringan, seperti bad mood, malas, tidak termotivasi melakukan sesuatu, hingga yang berat, seperti Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), depresi, phobia, kecemasan berlebihan dan stres emosional berkepanjangan. Sebenarnya semua ini penyebabnya sederhana, yakni terganggunya sistim energi tubuh. Karena itu solusinya juga sederhana, menetralisir kembali gangguan energi itu dengan metode SEFT (Zainuddin, 2009; Saputra, 2012). Zainuddin (2009) menjelaskan teknik teknik yang mendasari SEFT adalah sebagai berikut :a. Emotional Freedom Technique (EFT)Hainsworth (2008) mengatakan bahwa EFT diperkenalkan pada tahun 1995 oleh Gary Craig. EFT adalah metode sederhana yang menekankan fokus pada masalah dalam diri individu disertai dengan menekan secara lembut pada titik akupuntur (tapping) di wajah , tubuh bagian atas dan tangan. EFT dapat membantu berbagai masalah emosi dan fisik, diantaranya adalah fobia, gangguan fisik dan seksual, stress dan kecemasan, trauma, alergi, sakit kepala, migrain, kecanduan, kepercayaan diri, dan insomnia. Hainsworth (2008) menjelaskan bahwa banyak saluran energi yang berjalan dalam tubuh seseorang. Energi tersebut sangat penting perannya bagi kesehatan seseorang. Energi tersebut mengalir dalam 12 jalur energi yang disebut energy meridian. Jika aliran energi ini terhambat atau kacau maka timbullah gangguan emosi atau penyakit fisik.Proses penyembuhan dalam EFT tidak perlu mengungkap peristiwa atau emosi masa lalu. Individu hanya perlu menekankan apa yang dialami pada saat ini dan mengikuti penyebab timbulnya perasaan negatif tersebut. Individu tidak harus mengalami kembali emosi lama, hanya perlu fokus untuk menyembuhkan emosi-emosi negatif tersebut (Hainsworth, 2008).Adapun langkah langkah yang dilakukan dalam EFT adalah sebagai berikut :1) Estimate SeverityHainsworth (2008) mengatakan bahwa ada baiknya terlebih dahulu subjek menentukan nilai seberapa tinggi intensitas emosi / rasa sakit yang dialami sekarang dengan menggunakan skala 0-10 (0 = tidak terasa, 10 = intensitas maksimum). Nilai subjektif tersebut (0-10) yang menjadi tolok ukur kemajuan setelah SEFT diterapkan.2) The Set UpHainsworth (2008) mengatakan bahwa semua individu memiliki aspek bawah sadar yang tidak siap untuk menyembuhkan karena menganggap jauh lebih aman dengan keadaan dirinya yang sekarang. The set up dirancang untuk membantu individu agar siap untuk sembuh. Cara melakukan set up adalah dengan mengucapkan kalimat set up seperti Meskipun saya ingin merokok ketika minum kopi padahal saya juga ingin berhenti merokok, saya benar benar menerima dan mencintai diri saya sendir . Kalimat tersebut diucapkan sebanyak tiga kali sambil menekan pada titik karate chop yaiti pada samping telapak tangan (Hainsworth, 2008).3) TappingPada bagian tapping yang dilakukan adalah dengan menekan atau mengetuk 5-7 kali ketukan pada titik-titik di bagian tubuh tertentu sambil mengucapkan permasalahn yang sedang dialami subjek. Adapun titik-titik tersebut adalah pada bagian top of head (bagian atas kepala), end of eyebrow (titik permulaan alis mata), side of eye (titik permulaan alis mata), under eye (2 cm di bawah mata), under nose (di bawah hidung), chin (antara dagu dan bagian bawah bibir), collarbone (pada ujung tempat bertemu tulang dada dan tulang rusuk pertama), under arm, (untuk laki-laki terletak di bawah ketiak sejajar dengan putting susu dan wanita terletak di perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah payudara), gamut (di bagian antara perpanjangan tulang jari manis dan tulang jari kelingking), karate point (di samping telapak tangan) (Hainsworth, 2008). Hainsworth (2008) juga menjelaskan bahwa ketika subjek menekan pada titik-titik tertentu dalam tubuh yang telah disebutkan di atas, sadarilah bahwa setiap kenangan atau emosi atau pikiran atau perasaan dalam tubuh yang muncul ke permukaan akan menuntun subjek pada permasalahan atau apa yang harus diucapkan pada putaran tapping selanjutnya.4) ConntinuationPada tahap conntinuation individu memperkirakan kembali berapa tinggi intensitas emosi atau rasa sakit yang dialami. Jika sudah turun namun belum nol maka melakukan langkah-langkah EFT kembali mulai langkah pertama hingga ketiga. Akan tetapi, kalimat yang diucapkan ketika melakukan set up disesuaikan menjadi seperti contoh berikut ini : Meskipun saya masih ingin merokok ketika minum kopi, padahal saya juga ingin berhenti merokok, saya benar-benar mencintai dan menerima diri saya sendiri". Individu juga dipastikan untuk memasukkan setiap kenangan, pikiran, emosi atau perasaan dalam tubuhnya yang muncul saat melakukan EFT berikutnya (Hainsworth, 2008).5) Nine Gamut ProsedureHainsworth (2008) mengatakan bahwa nine gamut procedure adalah proses keseluruhan dari sembilan bagian dari bentuk panjang EFT yang pada awalnya diajarkan namun tidak banyak digunakan pada saat sekarang. Tetapi proses ini bisa sangat kuat dalam menghilangkan semua link dalam otak seseorang untuk menghilangkan peristiwa traumatis. Hainsworth (2008) juga mengatakan bahwa beberapa praktisi percaya bahwa melakukan proses ini sangat penting untuk menghilangkan trauma.Hainsworth (2008) mengatakan 9 langkah yang dilakukan dalam nine gamut procedure sambil menekan pada titik gamut dan tuning adalah menutup mata, membuka mata, mata digerakkan dengan kuat ke kanan bawah, mata digerakkan dengan kuat ke kiri bawah, memutar bola mata searah jarum jam, memutar bola mata berlawanan arah jarum jam, bergumam dengan selama 3 detik, menghitung 1,2,3,4,5 kemudian diakhiri dengan bergumam lagi selama 3 detik (Zainuddin, 2009; Thayib, 2010; Saputra, 2012).6. Self Hypnotherapy (Ericksonian)Sarafino (1990) menyebutkan bahwa hypnosis merupakan salah satu teknik yang sudah digunakan sudah digunakan beberapa dokter sejak lama untuk menghilangkan rasa sakit (analgesik) dalam pembedahan. Ketika dalam kondisis terhipnosis perhatian seseorang terhadap dirinya (termasuk tubuh) berkurang, bahkan hilang sama sekali. Masih menurut Sarafino (1990) menjelaskan bahwa meditasi dapat dipandang sebagai suatu bentuk self hypnosis karena pada saat meditasi seseorang dipuatkan pada objek meditasi (benda, napas, mantra atau doa) sehigga semakin lama seseorang semakin tidak merasakan rangsangan yang ada di sekitarnya, termasuk rangsang sakit. Zainuddin (2009) mengatakan bahwa dalam SEFT yang digunakan adalah ericksonian hypnotherapy. Subjek menghipnosis diri sendiri untuk menghapus program-program bawah sadar yang menjadi akar penyebab dari emosi negatif yang dialami.7. Meditation and RelaxationSmith (Subandi, 2003) mengatakan bahwa istilah meditasi mengacu pada sekelompok latihan untuk membatasi pikiran dan perhatian. Sementara itu, Walsh (Subandi, 2003) mengungkapkan bahwa meditasi merupakan teknik atau metode latihan yang digunakan untuk melatih perhatian supaya dapat meningkatkan taraf kesadaran yang selanjutnya dapat dapat membawa proses-proses mental dapat terkontrol secara sadar. Zainuddin (2009) mengatakan bahwa walapun terdapat berbagai jenis dan pendapat mengenai meditasi, tapi jenis meditasi yang paling banyak dipraktikan adalah yang membawa subjek pada kondisi tenang dan relaks, merasakan nafas, menyadari kehadiran Tuhan dalam diri, serta mengarahkan untuk kembali pada diri sejati (fitrah). Saat melakukan SEFT, subjek dianjurkan melakukannya dalam kondisi meditative (yakin, khsyuk, ikhlas, pasrah, dan syukur). Jika demikian, efek SEFT akan terasa lebih efektif.8. Provocative TherapyFarrelly (2002) mengatakan bahwa bahasa terpai konvensional yang penggunaannya tidak hanya menekankan pada kehebatan kata kata yang disampaikan kapada klien tetapi lebih menekankan pada kemampuan terapissupaya klien mampu memeriksa kembali asumsinya sendiri terhadap permasalahan yang di hadapinya dan menjadikannya sebagai sesuatu yang dapat menyembuhkan dan membuatnya berubah.9. Logotherapy Southwick dkk. (2006) mengatakan bahwa secara bahasa logotherapy adalah penyembuhan melalui makna. Logotherapy adalah psikoterapi yang memusatkan pada kebermaknaan yang berasal dari filsafat eksistensial dan didasarkan pada pengalaman hidup penggagas psikoterapi tersebut yaitu Viktor Frankl.10. Powerfull PrayerBarth (2004) menyatakan bahwa terdapat bukti ilmiah yang mengatakan bahwa doa dan spiritualitas berpengaruh terhadap kesehatan. Pernyataan tersebut didukung dengan penelitian Koenig (2004) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara agama, spiritualitas, dan kesehatan baik mental maupun fisisk. Zainuddin (2009) menjelaskan bahwa dalam SEFT, 90% menekankan pada unsur spiritualitas. Subjek dibawa pada keyakinan bahwa kesembuhan berasal dari Tuhan sehingga subjek dapat ikhlas dan pasrah terhadap masalah ataupun sakit yang sedang dialaminya.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik yang mendasari SEFT adalah seluruh teknik yang terdapat dalam EFT, ditambahkan dengan Logotherapy, Self Hypnosis (Ericsonian), Transcendental Relaxation & Meditation, Sedona Methode, Provocative Therapy, dan Powerfull Prayer.Zainuddin (2009) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan SEFT agar hasilnya efektif :a. Testing Sebelum menerapkan SEFT, terlebih dahulu subjek menentukan nilai seberapa tinggi intensitas emosi/rasa sakit yang dialami sekarang dengan menggunakan skala 0-10 (0 = tidak terasa, 10 = intensitas maksimum). Nilai subjektif tersebut (0-10) yang menjadi tolok ukur kemajuan setelah SEFT diterapkan. b. Aspects Ketika melakukan SEFT, subjek dibantu untuk memikirkan dan membayangkan masalah yang dialaminya. Memikirkan dan membayangkan aspek yang membuat subjek ingin merokok, sudah dapat menimbulkan gangguan energi yang hampir sama ketika subjek sedang merokok. Efektivitas SEFT yang diterapkan pada saat membayangkan aspek tersebut cenderung bertahan. c. Be Spesific Semakin spesifik mengenali akar masalah dari gangguan emosi, pikiran, dan perilaku yang dialami maka semakin efektif hasilnya.Berikut ini adalah uraaian tentang bagaimana melakukan SEFT untuk membebaskan aliran energi di tubuh yang dengannya akan membebaskan emosi dari berbagai kondisi negatif (Zainuddin, 2009; Thayib, 2010; Saputra, 2012) :a. The Set UpThe Se-Up bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh terarahkan dengan tepat.Langkah ini dilakukan unuk menetralisir psychological reversal atau perlawanan psikologis (biasanya berupa pikiran negativespontan atau keyakinan bawah sadar negatif, seperti kesulitan untuk melepaskan diri dari kecanduan merokok).Cara menetralisir psychological reversal tersebut adalah dengan melakukan the set-up words. Dalam bahasa religius, the set-up words adalah doa kepasrahan kepada Allah SWT. Contoh the set-up wordsadalah Ya Allah walaupun saya ingin sekali merokok padahal saya ingin bisa berhenti merokok.,saya ikhlas menerima masalah saya ini. Saya pasrahkan padamu kesembuhan saya dari kecanduan rokok.

b. The Tune InCara melakukan tune-in adalah dengan memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangktkan emosi negatif yang akan dihilangkan atau situasi dimana seseorang sangat ingin merokok. Tujuannya adalah untuk secara spesifik menetralisir emosi negatif atau sakit fisik yang dirasakan. Untuk membantu terjadinya tune-in adalah dengan terus memikirkan sesuatu yang membangkitkan respon emosi negatif tersebut sekaligus mengulang-ngulang kata pengingat yang mewakili emosi yang dirasakan. Dalam hal ini, kata pengingatnya adalah kecanduan rokok. Cara lain untuk melakukan tune-in adalah dengan mengganti kata pengingatnya dengan kalimat saya ikhlas, saya pasrah pada-Mu ya Allah. Tune-in tetap dilakukan sampai semua teknik SEFT dilakukan hingga akhir.c. The TappingTapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik titik tertentu di tubuh sambil terus Tune In. Titik titik ini adalah titik titik kunci dari The Major Energy Meridians, yang jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada netralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Tapping menyebabkan aliran tubuh berjalan dengan normaal dan seimbang kemabali (Zainuddin, 2009).Titik titik yang akan diberikan ketukan ringan berada di bagian kepala, daerah dada dan tangan. Pada bagian kepala titik titik tersebut terdiri dari titik CR (Crown) yaitu titik di bagian atas kepala (ubun ubun), titik EB (Eye Brow) yaitu titik permulaan alis mata dekat pangkal hidung, titik SE (Side of the Eye) yaitu titik diatas tulang ujung mata sebelah luar, titik UE (Under the Eye) yaitu titik tepat di tulang bawah kelopak mata, titik UN (Under the Nose) yaitu titik yang letaknya tepat dibawah hidung dan titik Ch (Chin) yaitu titik yang letaknya diantara dagu dan bagian bawah bibir (Zainuddin, 2009; Thayib, 2010; Saputra, 2012).Pada bagian dada titik titik tapping terdiri dari titik CB (Colar Bone) yaitu titik yang letaknya di ujung tempat bertemunya tulang dada dan tulang rusuk pertama, titk UA (Under the Arm) yaitu titik yang berada dibawah ketiaak sejajar dengan puting susu (pria) atau tepat di bagian bawah tali bra (wanita) dan titik BN (Below Nipple) yaitu titik yang letaknya 2,5 cm dibawah puting susu (pria) atau di perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah payudara (Zainuddin, 2009; Thayib, 2010; Saputra, 2012).Pada bagian tangan ada 9 titik tapping yang terdiri dari titik IH (Inside of Hand) yaitu titik yang letaknya di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan, titik OH (Outside of Hand) yaitu titik yang letaknya di bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan, titik Th (Thumb) yaitu titik yang letaknya pada ibu jari di samping luar bagian bawah kuku, titik IF (Indeks Finger) yaitu titik yang letaknya pada jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari), titik MF (Middle Finger) yaitu titik yang letaknya pada jari tengah di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang mengahdap ibu jari), titik RF (Ring Finger) yaitu titik yang letaknya pada jari manis di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari), titik BF (Baby Finger) yaitu titik yang letaknya pada jari kelingking di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari), titik KC (Karate Chop) yaitu titik yang letaknya di samping telapak tangan, bagian yang digunakan untuk mematahkan balok pada olahraga karate dan titik GS (Gamut Spot) yaitu titik yang letaknya di bagian antara perpanjangan tulang jari manis dan tulang jari kelingking (Zainuddin, 2009; Thayib, 2010; Saputra, 2012).Khusus untuk Gamut Spot, sambil men-tapping titik tersebut, kita melakukan The 9 Gamut Procedure. Ini adalah 9 gerakan untuk merangsang otaak. Tiap gerakan dimaksudkan untuk merangsang bagian otak tertentu. Sembilan gerakan itu dilakukan sambil tapping pada salah satu titik energi tubuh yang dinamakan Gamut Spot. Sembilan gerakan itu adalah menutup mata, membuka mata, mata digerakkan dengan kuat ke kanan bawah, mata digerakkan dengan kuat ke kiri bawah, memutar bola mata searah jarum jam, memutar bola mata berlawanan arah jarum jam, bergumam dengan berirama selama 3 detik, menghitung 1, 2, 3, 4, 5 kemudian diakhiri dengan berguamam lagi selama 3 detik (Zainuddin, 2009; Thayib, 2010; Saputra, 2012). The 9 Gamut Procedure ini dalam teknik psikoterapi kontemporer disebut dengan teknik EMDR (Eye Movement Desensitization Repatterning). Setelah menyelesaikan The 9 Gamut Procedure, langkah terakir adalah mengulang lagi tapping dari titik pertama hingga ke-17 (berakir di karate chop), dan di akhiri dengan mengambil napas panjang dan menghembuskannya, sambil menucap rasa syukur.(Zainuddin,2009; Thayib, 2010; Saputra, 2012).Walaupun beberapa fakta telah membuktikan keberhasilan SEFT dalam membantu banyak orang untuk berhenti merokok namun belum ada penelitian yang mengkaji secara ilmiah terkait efektivitas terapi tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik meneliti efektivitas SEFT sehingga efektivitas SEFT tidak hanya dibuktikan secara empiris namun dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.2.3 Efektifitas Terapi SEFT Terhadap Frekuensi Merokok Pada Siswa SMAN 5 Kediri.Salah satu teknik terapi yang dapat membantu mengurangi merokok pada siswa di SMAN 05 Kota Kediri adalah dengan menggunakan teknik SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique). SEFT adalah salah satu varian dari salah satu cabang ilmu baru yaitu energy psychology, SEFT merupakann penggabungan antara spiritual power dan energy psychology. Efek dari penggabungan antar spiritual dan energy psychology ini dinamakan amplifiying effect (efek pelipatgandaan). Adapaun langkah langkah bagaiman SEFT ini bekerja dalam mengurangi frekuensi merokok pada siswa SMAN 05 Kota Kediri adalah dengan melakukan Set Up, kedua Tune In dan terakhir adalah proses Tapping. Sebelum melakukan proses ketiga dalam penjelasan tersebut dimana agar lebih hasilnya lebih efektif yang perlu diperhatikan adalah ketika melakukan SEFT adalah proses Testing, Aspects dan Be Sepesific. Pada langkah testing ini adalah terlebih dahulu subyek menentukan nilai seberapa tinggi tingkat keinginan untuk merokok yang dialami sekarang dengan menggunakan skala 0 10 (0 = tidak terasa, 10 = intensitas maksimum). Nilai subyektif tersebut (0-10) yang menjadi tolok ukur kemajuan setelah SEFT diterapkan. Aspects, pada proses ini subyek dibantu untuk memikirkan dan membayangkan masalah yang dialaminya. Memikirkan dan membayangkan aspek yang membuat subyek ingin merokok, sudah dapat menimbulakan gangguan energi yang hampir sama ketika subyek sedang merokok. Pada tahap terakir Be Spesific, semakin spesifik mengenali akar masalah dari gangguan emosi, pikiran dan perilaku yang dialamui maka semakin efektif hasilnya.Setelah proses testing, aspects dan be spesific ini selesai maka peneliti mulai melakukan proses terapi SEFT. Pertama dengan melakukan Set Up, pada proses set-up ini bertujuan memastikan agar aliran energi tubuh terarahkan dengan tepat. Langkah ini untuk menetralisir psychological reversal atau perlawanan psikologis (biasanya berupa pikiran negatif spontan atau keyakinan bawah sadar negatif, seperti untuk melepaskan diri dari kecanduan merokok). Cara menetralisir psychological reversal tersebut adalah dengan melakukan the set-up words. Dalam bahasa religius, the set-up words adalah doa kepasrahan kepada Allah SWT. Contoh the set-up words adalah ya Allah walaupun saya ingin sekali merokok padahal saya ingin bisa berhenti merokok, saya iklas menerima masalah saya ini, saya pasrakan padamu kesembuhan saya dari kecanduan rokok.Selanjutnya adalah proses Tune In, Tun-in adalah dengan memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitakan emosi negatif yang akan dihilangkan atau situasi dimana seseorang sangat ingin merokok. Tujuannya adalah untuk secara spesifik menetralisir emosi negatif atau sakit fisik yang dirasakan. Untuk membantu terjadinya tune-in adalah dengan terus menerus memikirkan sesuatu yang membangkitkan respon emosi negatif tersebut sekaligus mengulang ngulang kata pengingat yang mewakili emosi yang dirasakan. Dalam hal ini, kata pengingatnya adalah kecanduan rokok. Cara lain untuk melakukan tune-in adalah dengan mengganti kata pengingatnya dengan kalimat saya ikklhas, saya pasrah pada-Mu ya Allah. Tune-in tetap dilakukan sampai semua teknik SEFT dilakukan hingga akhir. Pada proses terakhir adalah preoses Tapping. Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik meridian di tubuh sebanyak tujuh kali ketukan sambil terus melakukan tune-in, setelah proses tapping selesai diakhiri dengan mengambil nafas panjang dan kemudian menghembuskannya.

BAB 3KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka KonsepInputProsesOutput Outcome Berkurangnya tingkat perokok pada siswa Dapat memahami akan dampak dari merokok Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Meningkatkan Derajat Kesehatan Pada Siswa Frekuensi MerokokSiswa SMAN 5 Kota Kediri Yang Merok

Power Full Prayer

Faktor yang mentukan perubahan intensitas merokok Terapi Komplementer

SEFT

Terapi Medis

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual PenelitianKeterangan :: Diteliti

: Tidak Diteliti

Berdasrkan gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa input pada kerangka konseptual yang akan diteliti adalah Siswa yang merokok di SMA N 5 Kediri. Proses dalam penelitian ini adalah terapi SEFT Spiritual Emotional Freedom Technique, Dengan diberikan terapi SEFT diharapkan dapat mengahasilkan output yang diharapkan yaitu dapat berkurangnya tingkat perokok pada siswa SMAN 5 Kediri dan mengetahui akan bahaya atau dampak merokok, sehingga dengan demikian outcome yang diperoleh dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan meningkatkan derajat kesehatan pada siswa SMAN 5 Kediri.37

3.2 HipotesisHipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikann baru didasarkan pada teori yan relevan, belum didasarkan pada fakta fakta empiris yangg diperoleh melalui pengumpulan data. (Sugiyono, 2013, h. 96). Hipotesis inilah yang akan dibuktikan oleh peneliti melalui penelitian. Ada dua kemungkinan hasil apakah hipotsis penelitian terbukti atau tidak terbukti. Hipotesis dalam penelitian ini (Ha) adalah ada pengaruh intensitas merokok antara sebelum dan sesudah Terapi SEFT pada Siswa SMAN 5 Kediri. Selanjutnya diubah dalam bentuk hipotesis statistik (H0) yang berbunyi tidak ada pengaruh intensitas merokok sebelum dan sesudah Terapi SEFT pada Siswa SMAN 5 Kediri.

BAB 4METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan PenelitianDesain penelitian ini adalah pre eksperimen design dengan pendekatan the one group pretest posttest design yang dilakukan observasi sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah (Arikunto,2013,h.124). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan lingkungan penelitian termasuk penelitian inferensial. Menurut tempat penelitian, penelitian ini menggunakan lapangan. Menurut cara pengumpulan data penelitian ini menggunakan interview. Menurut ada atau tidak adanya perlakuan peneliti menggunakan teknik pre eksperimental. Menurut tujuan penelitian peneliti menggunakan analitik eksperimen. Sedangkan menurut sumber data peneliti menggunakan sumber primer.Langkah utama penerapan SEFT yang diharapkann oleh Zainuddin (2009) yang diadaptasi dari Emotional Freedom Technique nya Gary Craig (2007). Tahapan penerapan SEFT meliputi theset up, the tune in, the tapping, nine gamut proccedure, dan the tapping again.Untuk lebih jelasnya desain ini dapat dilihat pada skema 4.1 sebagai berikut :Skema 4.1 Kerangka Kerja PenelitianPretestIntervensiPosttestOutputKondisi Merokok sesudah intervensi SEFTTerapi SEFTKondisi Merokok sebelum intervensi SEFT

Adanya perbedaan atau tidak setelah Terapi SEFT

O1 X O239O1 X O2

Keterangan : O1= PretestX = SEFTO2= PosttestDi dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (01) disebut pre-test, dan observasi sesudah eksperimen (02) disebut post-test. Perbedaan antara 01 dan 02 yakni 01 - 02, diasumsikan merupakan efek dari treatment atau eksperimen (Arikunto, 2013).4.1 Populasi, Sampel, Besar Sampel, danTeknik Pengambilan Sampel4.1.1 PopulasiPada penelitian ini populasinya adalah semua siswa SMAN 5 Kota Kediri yang merokok sebesar 17 orang.4.1.2 SampelSampel dalam penelitiann ini adalah siswa SMA 5 Kota Kediri tahun 2015 sebanyak 14 orang.4.1.3 Besar Sampel

Ketererangan :n = Jumlah SampelN = Jumlah populasid = Tingkat signifikan (0,1)Besar Populasi 17, maka dapat ditentukan besar sampel adalah

Jadi, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 14 orang responden.4.1.4 Teknik Pengambilan SampelTeknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Simple Random Sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Tekinik sampling ini diberi nama demikian karena di dalam pengambilan sampelnya, peneliti mencampur subyek-subyek di dalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Oleh karena hak setiap subyek sama, maka peneliti terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subyek untuk dijadikan sampel (Arikunto, 2013).

4.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional4.2.1 Klasifikasi Variabel PenelitianVariabel independent yaitu Terapi SEFT, sedangkan variabel dependent (Y1) dalam penelitian ini adalah frekuensi merokok sebelum dan (Y2) tingkat frekuensi merokok sesudah Terapi SEFT.4.2.2 Definisi OperasionalVariabelDefinisi OperasionalAlat UkurSkalaKriteria

Therapy Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)SEFT Merupakan penggabungan antara spiritualitas melalui doa, keilkasan, kepasrahan, dengan energy psychology dengan menggunakan metode tapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh yang sangat efektif untuk mengatasi berbagai masalah fisik dan emosi.

Intesitas merokok sebelum Terapi SEFTJumlah rokok yang dikomsumsi setiap hari sebelum Terapi SEFTCheclistOrdinal Tidak Merokok (0 batang/hari) Ringan (1-4 batang/hari) Sedang (5-14 batang/hari) Berat (>15 batang/hari)

Intensitas merokok setelah Terapi SEFTJumlah rokok yang dikomsumsi setiap hari setelah Terapi SEFTCheclistOrdinal Tidak Merokok (0 batang/hari) Ringan (1-4 batang/hari Sedang (5-14 batang/hari) Berat (>15 batang/hari)

4.3 Bahan PenelitianBahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data calon responden yaitu Siswa SMAN 5 Kediri.4.4 Instrument PenelitianInstrument penelitian data dalam penelitian ini menggunakan cheklist yang akan diisi oleh responden yang diteliti. Seluruh responden diukur frekuensi merokok sebelum dan sesudah diberikan intervensi, kemudian dimasukkan ke dalam lembar pengumpulan data.4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian4.5.1 Lokasi PenelitianLokasi ini dilakukan di SMAN 5 Kota Kediri.4.5.2 Waktu PenelitianWaktu penelitian ini di laksanakan pada bulan Maret 2015.4.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data4.6.1 Proses Pengumpulan DataDalam melakukan penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara mendapatkan ijin dari Institusi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri kemudian kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Kediri dan diteruskan kepada Kepala Sekolah SMAN 05 Kota Kediri. Setelah proses ijin semuanya selesai, maka peneliti melakukan pemilihan responden dan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden kepada calon responden dan memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian kepada responden yang terpilih. Selanjutnya untuk mendapatkan data yang relevan dengan tujuan penelitian ini, maka peneliti menggunakan instrumen pengumpulan data berupa pedoman wawancara atau interview. Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan editing, coding, skoring dan tabulating.4.7 PengolahanData4.7.1 EditingEditing merupakan kegiatan pemeriksaan untuk pengecekan dari isi interview yang telah diserahkan oleh pengumpul data. Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara atau interview untuk mengumpulkan data dalam penelitian yaitu menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan, menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan, mengawali atau membuka alur wawancara, melangsungkan alur wawancaram mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakirinya, menuliskan hasil wawancara ke dalam cacatan lapangan dan terakir mengindentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh (Sugiyono, 2013).4.7.2 Coding Memberi kode dengan cara menuliskan angka pada responden yang akandiproses. Menuliskan kode pada setiap responden mulai dari nomo rurut 1 pada responden yang pertama, nomor urut 2 pada responden berikutnya, begitu seterusnya sampai responden yang terakhir.Setelah itu menuliskan kode untuk setiap data, antara lain:a. Data Umum :Umur :1. 16 tahun: 12. 17 tahun: 23. 18 tahun : 34. 19 tahun: 4b. Data Khusus :1. 0 batang per hari: 1 (Tidak Merokok)2. 1 - 4 batang per hari : 1 (Ringan)3. 5 - 14 batang per hari : 2 (Sedang)4. > 15 batang per hari: 3 (Berat)4.7.3 ScoringScoring adalah pemberian skor atau nilai pada masing-masing jawaban responden:Frekuensi merokok sebelum diberi terapiSEFTa. Tidak MerokokKode :1b. RinganKode : 2c. SedangKode : 3d. BeratKode : 4Frekuensi merokok sesudah diberi terapi SEFTa. Tidak MerokokKode : 1b. RinganKode : 2c. SedangKode : 3c. BeratKode : 44.7.4 TabulasiTabulasi adalah proses penyusunan data kedalam bentuk tabel. Pada taha ini data dianggap sudah selesai diprose ssehingga harus segera disusun kedalam suatu format yang telah dirancang.4.8 Teknik Analisa Data4.8.1 Analisis Deskriptif (Univariat)Analisa univariat dalam penelitian ini pada variabel independent dan dependent melalui proses tabulasi data kemudian diskoring. Hasil tabulasi digambarkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dilakukan perhitungan presentase dengan rumus : SPP = X 100% SM

Keterangan :P: Presentase %SP: Jumlah KasusSM : Jumlah Responden

Kemudian hasil pengolahan data dalam bentuk prosentase diinterpretasikan sebagai berikut :100%: Seluruhnya 76 99% : Hampir Seluruhnya51 75% : Sebagian Besar50% : Setengahnya26 49% : Hampir Setengahnya1 25% : Sebagian Kecil0%: Tak Satupun4.8.2 Analisis BivariatAnalisis data secara inferensial untuk mencari perbedaan variabel independent dengan dependent. Setelah data diolah dan ditabulasi kemudian dilakukan analisa data dengan menggunakan Uji statistik. Uji statistik yang digunakan adalah uji Wilcoxon Signed Rank Test terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis untuk mengetahui adakah pengaruh terapi SEFT terhadap frekuensi merokok pada siswa SMAN 5 Kediri Tahun 2015 secara komputerisasi. Untuk menguji hipotesis penelitian (tes signifikansi) yaitu dengan cara : jika nilai signifikansi () value > 0,05 maka tidak ada pengaruh terapi SEFT terhadap intensitas merokok pada siswa, dan jika nilai signifikan () value 0,05 maka ada pengaruh terapi SEFT terhadap intensitas merokok pada siswa.

BAB 5

HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini memaparkan hasil penelitian efektifitas terapi SEFT terhadap frekuensi merokok pada siswa SMAN 5 Kediri. Jumlah subyek dalam penelitian ini sebanyak 154 orang responden, semuanya masuk ke dalam satu kelompok intervensi yang mendapatkan terapi SEFT. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis univariat dan analisis bivariat sesuai jenis data sebagai berikut :5.1 Analisis UnivariatAnalisis univariat bertujuan menggambarkan karakteristik masing masing variabel yang diteliti yang terdiri dari umur responden dan rata rata intensitas merokok sebelum dan sesudah intervensi.5.1.1 Karakterisitik Responden Berdasarkan Kelompok UmurData tentang karakteristik responden umur siswa responden, yaitu umur siswa yang bersedia menjadi responden dapat dilihat dari tabel di bawah ini.Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur Siswa SMAN 5 Kediri Tahun 2015.

NoKelompok UmurFrekuensi(%)

1 16428,6

2 171071,4

Jumlah14100 %

(Sumber : Data primer penelitian Tahun 2015)Berdasarkan tabel 5.1 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar responden berumur 17 tahun yaitu sebanyak 10 responden dari total 14 responden. 48

5.1.2 Intensitas merokok pada siswa sebelum dilakukan terapi SEFT

Tabel 5.2 Distribusi Responden Frekuensi Merokok Sebelum Dilakukan Terapi SEFT Pada Siswa SMAN 5 Kediri Tahun 2015.

No.TingkatFrekuensi(%)

1.Tidak Merokok00

1.2.3.RinganSedangBerat310121,471,47,1

Jumlah14100%

(Sumber : Data primer penelitian Tahun 2015)Berdasarkan tabel 5.2 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar responden adalah perokok sedang yaitu sebanyak 10 responden (71,4%) dari total 14 responden. Frekuensi merokok yang dialami oleh perokok disebabkan oleh adanya pengaruh teman sebaya dan keluarga. Tidak ada penatalaksanaan khusus yang dilakukan untuk mengatasi frekuensi merokok sebelum peneliti memberikan intervensi yaitu dilakukan terapi SEFT.5.1.3 Karakteristik merokok pada siswa Sesudah Dilakukan Terapi SEFT

Tabel 5.3 Distribusi Responden Frekuensi Merokok Sesudah Dilakukan Terapi SEFT Pada Siswa SMAN 5 Kediri Tahun 2015.

No.TingkatFrekuensi(%)

1.Tidak Merokok214,3

1.2.3.RinganSedangBerat75050,035,70

Jumlah14100%

(Sumber : Data primer penelitian Tahun 2015)Berdasarkan tabel 5.2 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar responden perokok ringan yaitu sebanyak 7 responden (50,0%) dari total 14 responden sesudah dilakukan terapi SEFT.5.2 Analisiss BivariatAnalisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan. Hipotesis yang akan dibuktikan pada penelitian ini yaitu ada perbedaan signifikan frekuensi merokok sebelum dan sesudah terapi SEFT. Pada penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon. Selanjutnya dilakukan analisisa untuk mengetahui apakah ada perbedaan sebelum dan sesudah terapi Spiritual Emotional Freedom Thecnique SEFT terhadap frekuensi merokok pada siswa SMAN 05 Kota Kediri dengan cara menggunakan komputerisasi.5.2.1 Analisis selisih sebelum dan sesudah dilakukan terapi SEFT terhadap intensitas merokok pada siswa SMAN 5 Kediri.SebelumSesudah

Frekuensi (f)%Frekuensi (f)%

Tidak Merokok 00214,3

Ringan321,4750,0

Sedang1071,4535,7

Berat17,100

Total1410014100

value = 0,003 = 0.05

Sumber : Data primer penelitian Tahun 2015Berdasarkan tabel 5.2.1 diatas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan terapi SEFT dengan frekuensi perokok sedang sebanyak 10 responden (71,4 %) dan setelah dilakukan terapi SEFT dengan frekuensi perokok ringan sebanyak 7 responden (50,0 %).Berdasarkan perhitungan uji statistik menggunakan rumus uji Wilcoxon didapatkan hasil bahwa p value = 0,003 < = 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan arti bahwa ada pengaruh terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap intensitas merokok pada siswa SMAN 5 Kediri Tahun 2015..5.3 PembahasanDalam pembahasan ini menguraikan pembahasan meliputi interpretasi dan diskusi hasil penelitian yang telah dijelaskan dengan mengacu pada teori teori dan penelitian penelitian yang sudah ada sebelumnya. 5.3.1 Intensitas merokok sebelum dilakukan terapi SEFT pada siswa SMAN 5 Kediri Tahun 2015.

Berdasarkan hasil penelitian di SMAN 5 Kediri Tahun 2015 didapatkan bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 3 responden (21,4%) dengan frekuensi perokok ringan, 10 responden (71,4%) dengan perokok sedang dan 1 responden (7,1%) dengan perokok berat. Salah satu penyebab siswa merokok adalah dikarenakan adanya pengaruh teman sebaya maupun anggota keluarga.Hasil penelitian diatas sejalan dengan pendapat Taylor (2009) yang mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku merokok adalah teman sebaya dan anggota keluarga yang merokok, dan menimbulkan persepsi bahwa merokok tidak berbahaya sehingga meningkatkan dorongan untuk merokok. Perokok berpendapat bahwa berhenti merokok merupakan hal yang sulit, meskipun mereka sendiri masih tergolong sebagai perokok yang baru (Floyd, Mimms & Yelding, 2003). Ada beberapa alasan sehingga perokok tetap merokok antara lain yaitu pengaruh anggota keluarga yang merokok, untuk mengontrol berat badan, membantu mengatasi stres, harga diri yang rendah dan pengaruh lingkungan sosial (Floyd, Mimms &Yelding, 2003).Didapatkan hasil dari penelitian, sebagian besar responden berumur 17 tahun yaitu sebanyak 10 responden (71,4 %) dari total 14 responden. Prevalensi perokok saat ini mulai meningkat pada kelompok umur 1524 tahun sampai kelompok umur 55-64 tahun, kemudian menurun pada umur lebih lanjut. Berbeda dengan kelompok umur 10-14 tahun, walaupun prevalensi hanya 2%, tetapi rerata jumlah batang rokok yang dihisap 16 batang per hari. (Riskesdas, Departemen Kesehatan RI, 2007).Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Tahun 2007 Provinsi Jawa Timur, persentase perokok tiap hari sebesar 24,3% dengan karakteristik umur 12-18 tahun sebanyak 19,1% merupakan perokok aktif. Di Kabupaten Kediri dari hasil penelitian yang dilakukun Riskesdas 2007 menunjukan remaja usia 12-18 tahun sebanyak 44,7% merupakan perokok aktif, sedangkan di Kota Kediri sendiri dengan karakteristik usia yang sama menunjukan 36,1% merupakan perokok aktif (Riskesdas, 2007).5.3.2 Intensitas merokok sesudah dilakukan terapi SEFT pada siswa SMAN 5 Kediri Tahun 2015.

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh terapi SEFT terhadap frekuensi merokok pada siswa SMAN 5 Kediri Tahun 2015, setelah dilakukan terapi SEFT sebagian besar siswa mengalami penurunan frekuensi merokok yakni sebanyak 9 orang (64,3 %) dari 14 responden. Hal ini dikarenakan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) lebih menekankan pada unsur spiritualitas (doa) dan sistem energi tubuh dengan menggunakan metode tapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh.Perubahan intensitas merokok yang dialami setelah melakukan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT), dari yang semula mayoritas perokok sedang, menjadi perokok ringan, merupakan bukti bahwa terapi ini cocok digunakan untuk menurunkan frekuensi merokok pada siswa di SMAN 5 Kediri.Menurut pendapat peneliti, hasil penelitian pada Siswa SMAN 5 Kediri Tahun 2015 dapat diinterpretasikan bahwa dari 14 responden yang sudah dilakukan terapi SEFT, sebagian besar mengalami perubahan frekuensi merokok. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian terdahulu ada yang dilakukan oleh Komariah (2012), pada mahasiswa, telah diketahui bahwa responden yang diberikan terapi SEFT menunjukan adanya perubahan frekuensi merokok.5.3.4 Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap Intensitas Merokok Pada Siswa SMAN 5 Kediri Tahun 2015.

Berdasarkan hasil penelitian, dari 14 responden Siswa SMAN 5 Kediri Tahun 2015, sebelum dilakukan terapi SEFT terdapat 3 responden (21,4 %) dengan perokok ringan, 10 responden perokok sedang (71,4 %) dan 1 responden dengan perokok berat (7,1 %). Sedangkan setelah dilakukan terapi SEFT terjadi perubahan frekuensi merokok yaitu dari 14 responden terdapat 9 responden (64,3 %) dengan perokok ringan dan 5 responden (35,7 %) dengan perokok sedang. Pada statistik uji Wilcoxon, didapatkan frekuensi merokok sebelum dan sesudah terapi SEFT adalah p value = 0,003. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ada pengaruh terapi SEFT terhadap frekuensi merokok pada siswa SMAN 5 Kediri Tahun 2015. Penelian tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lailia Komariah tahun 2012, bahwa terapi SEFT efektif untuk menurunkan perilaku merokok pada mahasiswa. Mahasiswa yang diberikan terapi SEFT mengalami penurunan skala perilaku merokok dibandingkan mahasiswa yang tidak diberikan terapi SEFT. Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) menggunakan teknik yang aman, mudah, cepat, dan sederhana, bahkan tanpa resiko, karena tidak menggunakan alat atau jarum. Hanya dengan jari telunjuk dan jari tengah kita yang di ketuk ringan di beberapa titik meridian tubuh. Selain itu, dengan melibatkan Tuhan dalam proses energy psychology ini menjadikan SEFT mengalami amplfying effect sehingga spektrum masalah yang dapat diatasi juga jauh lebih luas meliputi fisik dan emosi, kesuksesan diri, kebahagiaan hati dan menjadikan jalan menuju personal greatness (kemuliaan diri) (Zainuddin, A.F,.2012.)Dengan melakukan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT), masalah emosi maupun masalah fisik yang dialami oleh seseorang misalnya pada siswa untuk merubah frekuensi merokok maka yang dirasakan akan berkurang. Hal ini dikarenakan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) lebih menekankan pada unsur spiritualitas (doa) dan sistem energi tubuh dengan menggunakan metode tapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh. Selain sistem energi tubuh terdapat pula metode relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan responden.

BAB 6

PENUTUP6.1 Kesimpulan1. Sebelum dilakukan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) sebagian besar responden dengan intensitas perokok sedang.2. Setelah dilakukan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) sebagian besar responden dengan intesnitas perokok ringan. 3. Ada pengaruh terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap intensitas merokok pada Siswa SMAN Kediri Tahun 2015.6.2 Saran6.2.1 Bagi Institusi PendidikanDisarankan agar menjadikan hasil penelitian ini sebagai tambahan referensi dan wacana di lingkungan pendidikan serta sebagai bahan kajian lebih lanjut khususnya untuk penelitian yang sejenis dan diharapkan institusi lebih banyak menyediakan referensi tentang pengaruh terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) dan metode penelitian, sehingga dapat mempermudah pada penelitian selanjutnya.6.2.2 Bagi Lahan atau Tempat PenelitianDiharapkan instansi terkait antara lain Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan para guru dapat meningkatkan upaya lainnya yang perlu dilakukan meliputi peningkatan pengetahuan, penjangkauan (outreach) berkesinambungan.

55

6.2.3 Bagi RespondenDiharapkan dapat lebih meningkatkan perilaku hidup sehat serta memberikan pelatihan SEFT tersebut untuk mengaplikasikannya terhadap para siswa sedini mungkin, dan diiharapakan dapat dengan mudah membantu meminimalisir frekuensi merokok baik untuk diri sendiri maupun masyarakat.6.2.4 Bagi Peneliti SelanjutnyaDiharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan kelompok kontrol sehingga berpengaruh pada hasil penelitian dan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan dan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya tentang pengaruh terapi SEFT terhadap frekuensi merokok pada kalangan siswa.

1