bab h landasan teori - dewey.petra.ac.id · dan lengkap, bukan hanya berarti terhindarnya dari...
TRANSCRIPT
BAB H
LANDASAN TEORI
Beberapa teori tentang rumah sederhana, rtanajcmen pembangunan dan
juga syarat-syarat rumah sehat dijabarkan dalam bab ini. Dalam pembangunan
rumah sederhana diperlukan manajemen pembangunan yang baik.
1. PENGERTIAN RUMAH DAN LINGKUNGANNYA
Rumah adalah salah salu kebutuhan pokok manusia unluk berlempal
tmggal dan melindungi seseorang dari pengaruh lingkungan fisik yang
berhubungan secara langsung, misalnya hujan, panas matahari, angin, dan
lain-lain Sedangkan rumah sehat adalah rumah yang memenuhi persyaratan
teknis konslruksi, juga harus diperhatikan persyaralan kesehatan, yang sucara
teknis disebut Hygiene Bangunan agar memenuhi kebutuhan akan kondisi
tempat tinggal yang sehat dan menyenangkan (Gunawan, 1982).
Mengenai pengertian "Sehat" yang lebih terperinci, oleh WHO
didefinisikan sebagai keadaan kesehatan jasmani, rohani, dan sosial yang baik
dan lengkap, bukan hanya berarti terhindarnya dari penyakit atau kelemahan.
Menurut The Amencan Pubhc Health Association (didalam Gunawan, 1962)
yang telah meneliti dan merumuskan 4 fungsi pokok dari rumah, sebagai
tempal tinggal yang sehat bagi setiap manusia dengan keluarganya selama
masa hidupnya, keempat fungsi pokok itu ialah :
1. Rumah adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmam
manusia yang pokok (the satisfaction of fundamental physiological needs)
2. Rumah adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan rohani
manusia yang pokok (the satisfaction of fundamental psychological
needs).
3. Rumah adalah tempat perlindungan terhadap penularan penyakit menular
(protection against communicable diseases).
4. Rumah adalah tempat perlindungan terhadap gangguan/kecelakaan
(protection against accident).
Dari pengertian 4 fungsi pokok rumah, sebagai tempat tinggal yang
dapat menyediakan kondisi yang sehat bagi manusia, maka dapat ditentukan
beberapa syarat umum dari rumah sehat dan lingkungan perumahan yang
sehat, yakni antara lain :
A. Rumah sehat ialah tempat kediaman suatu keluarga yang lengkap berdiri
sendiri, cukup awet dan cukup kuat konstruksinya, selain itu juga
memenuhi syarat-syarat antara lain:
1. tersedia jumlah kamar/ruang kediaman yang cukup dengan luas lantai
dan isi yang cukup besar, agar dapat memenuhi kebutuhan
penghuninya untuk melakukan kegiatan hidupnya.
2. memiliki tata letak ruangan yang baik, agar memudahkan komunikasi
dan perhubungan antar ruangan di dalam rumah dapat lancar, tetapi
juga menjamin Kebebasan dan kerahasiaan pribadi bagi masing-masing
penghuni.
3. persediaan air bersih yang cukup banyak untuk diminum dan
digunakan pemeliharaan kebersihan penghuni dan tempat
kediamannya.
4. tersedia perlengkapan untuk pembuangan air hujan, air kotor, sampah
dan kotoran lain dengan cara yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
5. konstruksi atap rumah yang cukup rapat dan tidak bocor (tiris).
6. konstruksi lantai rumah harus rapat air, dan selalu kering, agar mudah
dibersihkan dari kotoran dan debu, juga dapat menghindari
kelembaban air tanah naik ke lantai.
7. terdapat ventilasi yang baik, agar pertukaran udara dapat berjalan
dengan lancar, dan selalu tersedia udara yang bersih dan sehat di dalam
rumah.
8. terdapat penerangan alam dan/atau penerangan buatan yang cukup
terang.
B. Lingkungan perumahan yang sehat harus memenuhi syarat-syarat yang
antara lain ialah:
1. untuk perumahan umum sebaiknya ditempatkan dilingkungan daerah
yang dapat menjamin ketenangan hidup penghuninya
2. tesedia fasilitas-fasilitas umum, antara lain :
- jaringan jalan untuk perhubungan
sistem penyediaan air minum
- jaringan listrik untuk penerangan dan sebagainya
sistem pembuangan air hujan dan air kotor
- sistem pengangkutan dan pembuangan sampah dan kotoran lain
3. terdapat fasilitas penjagaan keamanan dan ketentraman umum
4. cukup jauh jaraknya dengan kompleks industri yang banyak
mengeluarkan asap kotor dan mengandung racun/debu atau yang dapat
mengakibatkan pencemaran udara atau air dan tanah.
5. cukup jauh dari tempat-tempat yang dpat mengganggu kesehatan
kesejahteraan dan moral masyarakat.
6. tersedia fasilitas olahraga dan taman untuk bermain/rekreasi di sekitar
lingkungan perumahan.
7. didekat daerah perumahan juga diperlukan adanya sarana bangunan-
bangunan untuk kegiatan dan keperluan umum.
2. PERBAIKAN LEVGKUNGAN RUMAH
Pertumbuhan daerah pemukiman yang diakibatkan oleh tingkat
pertumbuhan penduduk yang cukup pesat menyebabkan lingkungan
perumahan sangat membutuhkan peningkatan dan perbaikan fasilitas-fasilitas
yang ada, khususnya lingkungan kampung. Agar mas^^arakat dapat tinggal
dalam lingkungan perumahan yang sehat dan nyaman, niaka salah satu usaha
yang harus dilakukan adalah dengan mengadakan perbaikan terhadap
lingkungan rumah itu. Hal ini bisa dilakukan dengan biaya swadaya dari
masyarakat sendiri atau mendapat bantuan dari pemerintah. Salah satu
program pemerintah untuk membantu penyediaan fasilitas perumahan di
kampung adalah Kampung Improvement Programme yang dikenal dengan
KIP.
Pada dasamya perbaikan kampung merupakan perbaikan fasilitas
umum lingkungan kampung karena keterbatasan fasilitas-fasilitas yang ada
10
dan pemeliharaan yang tak memadai sehingga mempercepat proses kerusakan
yang menjadi suatu problem tersendiri yang harus ditanggulangi demi
peningkatan suatu kualitas lingkungan permukiman kampung. Hal-hal tersebut
adalah peningkatan kualitas jalan-jalan kampung, pengadaan air minum dan
pelayanan sosial yang lebih baik, misalnya : adanya pelayanan kesehatan
(Puskesmas atau Posyandu), MCK ( Mandi, Cuci, Kakus), dan lain-lain.
2.1. Konsep perbaikan kampung
Kampung adalah suatu daerah perumahan yang keadaan fisiknya
tidak memenuhi syarat kebutuhan dan kehidupan yang layak, dimana
penduduk kurang memelihara daerahnya yang miskin serta kemampuan
materinya rendah. Program perbaikan kampung yang dikenal dengan
nama Kampung Improvement Programme yang disingkat KIP pada
kenyataannya bukan suatu program baru di Indonesia. Kegiatan tersebut
telah ada pada waktu penjajahan Belanda dengan nama Kampoeng
Verbetermg.
Tujuan program ini pada awalnya adalah untuk memperbaiki
kondisi lingkungan perumahan kampung di dalam kota yang kumuh dan
tidak sehat, agar masyarakat dapat tinggal dalam lingkungan perumahan
yang lebih sehat dan lebih nyaman. Dengan adanya perbaikan kondisi
rumah mereka masing-masing dan prasarana fisik lingkungan kampung.
Di Surabaya KIP telah dilaksanakan sejak 1923 (Silas, 1996:p.8)
dan sampai saat ini sudah mencapai 70% dari kampung yang ada di kota
Surabaya, tetapi ada beda yang yang mendasar antara KIP pada waktu
11
itu dengan yang sekarang kita lihat. Dahulu KJP lebih diarahkan untuk
menanggapi politik etis yang dilancarkan kaum oposisi di Parlemen
Belanda, dan sekaligus untuk melindungi warga Eropa yang tinggal di
dekat kampung dari bahaya epidemi. Orientasi KIP pada waktu itu hanya
pada aspek sanitasi saja, amat sederhana.
Selama tahun 1984-1990 KIP di Surabaya telah mengembangkan
70 km jalan masuk, 150 km jalan setapak, 93 km saluran, 56 km saluran
pembuangan dari pipa, 86 MCK umum telah dibuat.
Konsep pelaksanaan program perbaikan kampung pada awalnya
sangat sederhana. Untuk meningkatkan kondisi fisik lingkungan
perumahan kampung sasarannya adalah :
a. mengurangi genangan air diwaktu hujan, dengam cara memperbaiki
sistem saluran drainase dan pengerasan jalan-jalan dalam kampung.
b. meningkatkan pengadaan air bersih, dengan cara pemasangan kran-
kran umum di beberapa tempat.
c. mengurangi gangguan sampah, dengan cara memperbaiki sistem
pembuangan sampah melalui pengadaan gerobak-gerobak sampah,
tong, dan bak sampah.
d. meningkatkan kondisi sanitasi lingkungan, dengan cara
pembangunan fasilitas mandi, cuci, kakus atau MCK.
Selain sasaran diatas, ada beberapa hal juga yang mendapatkan
bantuaa dalam pembangunan fasilitas-fasilitas umum bagi masyarakat
kampung seperti fasilitas kesehatan, pendidikan seperti Puskesmas, Pos
Pelayanan Kesehatan, perbaikan Sekolah Dasar, dan iain-lain.
Evaluasi di Jakarta pada tahun 1983 (Kantor Menteri Negara
Perumahan Rakyat, 1990) menunjukkan bahwa investasi dan kondisi
rumah pada kampung yang menerima KIP lebih baik daripada kampung
yang tidak menerima KIP, sehingga baik kampung yang menerima KIP
dan tidak, untuk memperbaiki rumah mereka menggunakan bahan dengan
kualitas yang baik dan permanen sebagai ganti dari bambu dan kayu.
Kebanyakan rumah memiliki dinding dari semen, tile/terasso dan lantai
dari semen, dan atap seng. Kemajuan pada kampung yang menerima KIP
bagaimanapun juga lebih cepat.
2.2. KomponenKlP
Fasilitas yang disediakan oleh KIP merupakan bantuan yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat ekonomi lemah. Oleh karena itu dalam
merealisasi Program Perbaikan Kampung (KIP), penduduk yang mendapat
bantuan perbaikan diikutsertakan dari tahap perencanaan dan menentukan
prioritas perbaikan sehingga komponen perbaikan yang ditentukan tersebut
merupakan pencerminan kebutuhan fasilitas bagi penduduk kampung yang
ada. Setelah implementasi KIP, masyarakat diharapkan dapat
meningkatkan sendiri baik secara kualitas maupun kuantitas sesuai
kebutuhan dan prioritas mereka terutama komponen-komponen yang
masih belum dapat disediakan oleh KIP.
Secara umum, setiap proyek mencakup dua komponen. Pertama,
komponen dalam skala kota yang bakal mendukung aksesibilitas
masyarakat. Bagaimanapun, apabila dalam pelaksanaannya tidak
13
terpikirkan dalam skala kota, apabila dimisalkan dalam satu kampung
sering terjadi banjir, membangun saluran air hujan hanya berpikir skala
kampung tidak akan berarti tanpa pemecahan pematusannya dalam skala
kota. Kedua, komponen yang dibangun merupakan kebutuhan didalam
kampung itu sendiri.
Menurut Johan Silas (Silas, 1987: p.28), komponen standar KIP
yang lebih umum dilaksanakan di kampung Surabaya adalah :
• jalan kendaraan (sampai dengan 300 meter)
• jalan setapak (sesuai kebutuhan setempat)
• pengadaan air bersih (melayani lebih-kurang 30 KK)
• saluran air hujan (dengan gorong-gorongrtya)
• MCK (Mandi, Cuci, Kakus) umumnya berupa komponen tambahan,
karena untuk daerah perkotaan hampir semua rumah sudah memiliki
secara perorangan).
Dengan demikian diharapkan program perbaikan kampung yang
mengikutsertakan masyarakat kampung dapat menimbulkan kesadaran
rasa tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga kelestarian
lingkungan kampung itu sendiri.
2.3. Sumber-Sumber Pembiayaan
Program perbaikan kampung yang dilaksanakan oleh pemerintah
memiliki tujuan meningkatkan martabat dan mutu kehidupan masyarakat
di perkampungan serta mewujudkan secara lebih baik tata kehidupan
lingkungan permukiman kampung yang baik, sehat, dan teratur.
Pembiayaan yang dipergunakan bagi perbaikan kampung di
Surabaya dapat diperoleh dari swadaya masyarakat sendiri, dana subsidi
pemerintah daerah atau pemerintah atasan, dana Inpres, maupun dana
penggunaan bantuan kredit yang kesemuanya dipergunakan untuk program
perbaikan kampung. Sumber-Sumber pembiayaannya terdiri dari:
1. Swadaya murni masyarakat.
2. Dana bersama yang berasal dari masyarakat dan Pemerintah Daerah.
3. Danalnpres.
4. Dana Bantuan kredit Bank Dunia.
5. DanaAPBN.
6. Dana-dana Intemasional lainnya. (Silas, 1982 :p.52)
3. PERENCANAAN RUMAH SEDERHANA
Rumah sederhana dapat diartikan sebagai rumah yang dapat dibeli atau
dimiliki oleh golongan tingkatan masyarakat terbanyak (Frick, 1982). Rumah
sederhana disini berarti bagaimana dengan kemampuan yang terbatas bisa
mendapatkan rumah yang paling optimal dalam perencanaan, organisasi,
denah (lay'Out), konstruksi, bahan bangunan, dan sebagainya. Jadi, tujuan
pembangunan rumah sederhana adalah agar masyarakat ekonomi lemah dapat
membangun rumah dengan biaya yang murah.
Agar perencanaan rumah sederhana berhasil maka harus
memperhatikan/memanfaatkan hal-hal seperti:
menggiatkan masyarakat untuk membangim sendiri pondoknya/rumah
sederhana (Manusia).
15
memilih bahan bangunan tradisional setempat (Material).
menggunakan bentuk dan konstruksi bangunan tradisional setempat
(Modal).
menggunakan teknologi sederhana yang seimbang dengan pertukangan
tradisional setempat (Manajemen).
menghindari peralatan yang harus diimpor/yang asing dan bahan
bangunan menjadi elemen dan rumah-rumah pre-fabricated (Mesin).
Oleh karena itu, faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah sumber
daya manusia, manajemen pembangunan, keuangan, peralatan, dan material
yang digunakan, dikenal juga dengan 5M. Perencanaan pembangunan rumah
yang meliputi 5M akan diuraikan satu persatu sebagai berikut:
3.1. Manusia
Manusia yang dimaksud disini adalah sumber daya manusia dalam
pembangunan. Suatu proyek tidak akan berjalan jika tidak ada faktor
manusia, baik itu pria maupun wanita. Sementara ini kita beranggapan
kalau semakin banyak tenaga kerja yang kita gunakan, maka hasil yang
didapat akan semakin banyak pula, sedangkan tenaga kerja itu sangat
heterogen baik dilihat dari segi umur, kemampuan bekerja, kesehatan,
pendidikan, jenis kelamin, keahlian, dan sebagainya. Faktor tenaga kerja
ini sangat memegang peranan dalam berjalannya suatu proyek, jika
faktor tenaga kerja ini kualitasnya kurang baik, maka hasil yang
diperoleh juga akan kurang baik. Tanpa ada sumber daya manusia yang
baik, maka tidak akan ada kegiatan proyek karena faktor ini yang
menggerakan ada tidaknya proyek pembangunan.
16
3.2. Material
Bahan bangunan adalah merupakan unsur penting dalam
pembangunan fisik (rumah dan bangunan lainnya). Agar dapat menekan
biaya pembangunan serendah mungkin, maka akan lebih baik untuk
menggunakan bahan bangunan lokal sebanyak munakin.
Adapun bahan bangunan lokal yang umum dipakai untuk
keperluan berbagai komponen bangunan antara lain kayu, bambu, batu
bata, genteng, dan batako
1. Kayu
Kayu adalah bahan yang penting untuk bangunan maupun untuk
perabot ramah tangga, sebab kayu mudah didapat, harganya murah,
dan mudah dikerjakan. Kayu terdiri dari serabut-serabut, maka
kekuatan dan kepadatan serabutlah yang menentukan mutu daripada
suatu kayu. Meskipun kayu bermacam-macarn kekuatannya, pada
dasarnya kayu mempunyai sifat-sifat umum afttara lain :
a. tahan lentur
b. kuat terhadap tarikan
c. kurang kuat terhadap tekanan.
2. Bambu
Bambu adalah suatu rumput raksasa dengan batang-batang yang
berkayu. Batang-batang bambu berbentuk pipa yang pada jarak
tertentu terdapat ruas-ruas dengan dinding antar atau sekat.
Sebagai bahan bangunan, bambu banyak dipakai masyarakat
pedesaan dan di kota, alasannya karena bambu mudah didapat,
murah harganya, dan mudah untuk dikerjakan menurut keperluan.
Seperti halnya kayu, bambupun mempunyai sifat-sifat umum seperti
kekuatan tarik, tekan, dan lentur. Oleh karena itu dalam
pemakaiannya bambu harus diperlukan sesuai dengan ukuran dan
sifat-sifat tadi.
Bambu banyak tersedia di Indonesia. Untuk mendapatkannya bisa
dengan cara membeli di pasaran.
3. Batubata
Batu bata adalah unsur bangunan sebagai bahan konstruksi yang
dibuat dari tanah liat dengan atau tanpa campuran bahan lainnya,
dibakar dengan temperatur tinggi dan tidak hancur bila direndam
dalam air.
Tanah liat untuk bahan batu bata ini yang penting harus diperhatikan
ialah sifat-sifat fisiknya sebagai berikut:
a. jumlahnya cukup banyak tersedia, sehingga tidak cepat habis
b. tanah harus cukup plastis, sehingga mudah dibentuk dan bentuk
ini tidak berubah, baik dalam keadaan basah maupun dalam
keadaan kering.
c. pada suhu tidak terlalu tinggi (+/- 1000°C) dapat dibakar
menjadi batu bata yang kuat dengan tidak terlalu banyak
mengeras tanpa perubahan bentuk.
Tidak semua tanah liat dapat dipergunakan untuk pembuatan batu
bata. Tanah yang berpasir akan lebih menguntungkan karena akan
mengurangi penyusutan pada saat pengeringan dan pembakaran.
Tanah liat yang terlalu plastis dapat menimbulkan banyak
penyusutan dan perubahan bentuk, maka perlu ditambah dengan
pasir atau semen merah.
4. Genteng
Genteng adalah unsur bangunan yang dipakai sebagi penutup atap.
Tanah liat adalah bahan mentah dari genteng dimana tanah liat itu
dibakar (genteng keramik) atau dengan cara lain misalnya, dari
campuran semen portland, pasir, dan air yang dicetak dan sesudah itu
dibiarkan mengeras.
Tanah liat sebagai bahan mentahnya harus memenubi syarat-syarat
fisik seperti:
a. harus cukup plastis sebingga pembentukan dari pelat-pelat
tanah menjadi genteng dapat dikerjakan dengan tidak terjadinya
retak-retak.
b. penyusutannya dari keadaan basah sampai keadaan kering dan
dari kering sampai dibakar, tidak terlalu banyak, hingga tidak
terjai perubahan bentuk dan retak-retak.
c. pada suhu tidak terlalu tinggi (kurang dari 1000°C) dapat
dibakar menjadi genteng yang cukup kuat dan tidak tiris/bocor.
Tanah liat yang dipakai untuk pembuatan genteng sifatnya haras
lebih baik daripada tanah liat untuk pembuatan batu bata. Tanah liat
yang dipakai genteng selalu dapat dipakai untuk pembuatan batu
bata, sebaliknya tidak dapat. Sama seperti halnya dalam pembuatan
batu bata, tanah liat yang terlalu plastis dapat ditambah pasir halus
atau semen merah unutk menghindari terjadinya retak-retak bila
dibakar.
Bila penambahannya terlalu banyak, permukaannya menjadi kasar,
genteng akan lebih mudah. bocor dan kekuatahnya berkurang.
5. Batako
Batako adalah suatu bahan bangunan yang terbuat dari tras dan
kapur. Pada pemakaiannya bila dibandingkan dengan batu bata,
terlihatlah beberapa keuntungannya antara lain
a. ukuran batako lebih besar, sehingga jumlati akan lebih sedikit
b. hemat dalam pemakaian adukan
c. berat tembok relatif ringan, sehingga pondasi tidak perlu terlalu
dalam dan berat
d. bentuknya bermacam-macam, memungkinkan kita membuat
variasi yang menarik dan karena bentuknya menarik, maka
tembok tidak perlu diplester lagi
Batu cetak ini mudah dibuat dengan menggunakan alat-alat yang
sederhana dan dapat dikerjakan dengan tangan namun bahan
bangunan tersebut masih baru untuk orang-orang di pedesaan, cara-
cara pembuatan, pemakaian pemasangan maupun adukannya masih
haras dipelajari dengan seksama.
3.3. Modal
Modal yang dimaksud disini adalah uang. Modal juga
merupakan faktor penting dalam pembangunan rumah. Meskipun
faktor-faktor yang lain telah dipenuhi dan direncanakan dengan baik,
tanpa ada modal yang cukup, maka semua yang telah direncanakan
hanya akan menjadi impian yang tidak akan menjadi kenyataan. Segala
sesuatu yang ada pada proyek secara langsung maupun tidak selalu ada
kaitannya dengan modal.
3.3.1. Cara Pembiayaan Pembangunan Perumahan
Dana untuk pembiayaan pembangunan relatif lebih besar
dibandingkan kebutuhan dana untuk pangan dan sandang.
Tidak semua orang mempunyai kemampuan menyediakan dana
untuk pembiayaan pembangunan perumaihan pada saat mereka
butuhkan, tetapi apabila ada sebagian penghasilannya dapat
ditabung, pada suatu saat tertentu, mereka menjadi mampu
menyediakan dana untuk pembiayaan pembangunan
perumahan.
Adanya kenyataan diatas dalam masyarakat, pembiayaan
pembangunan perumahan dapat dilakukan dengan :
pembiayaan dengan dana sendiri
pembiayaan dengan dana pinjaman.
21
3.4. Manajemen
Proses pembangunan suatu proyek akan selalu berhubungan
dengan manajemen. Segala sesuatu yang ada dan termasuk pada
proyek pembangunan memerlukan pengaturan manajemen yang baik.
Tanpa adanya manajemen dalam suatu proyek maka proyek itu tidak
akan dapat berjalan dengan lancar.
Manajemen proyek meliputi; perencanaan, pengaturan,
pengarahan, pengontrolan, pengkoordinasian. Maksud dan tujuan
manajemen dalam suatu proyek adalah usaha kegiatan untuk meraih
sasaran yang telah direncanakan sebelumnya.
a. Perencanaan
Perencanaan mencakup APA, BILAMANA, DIMANA,
BAGAIMANA, dan OLEH SIAPA untuk mendapatkan kondisi
yang diinginkan yang dinilai cukup memenuhi dalam jangka waktu
periode tertentu. Dalam hal ini perencanaan mempunyai 3 arti,
yaitu memilih(pengambilan keputusan), memikirkan secara
mendalam dalam memutuskan apa yang akan diperbuat, dan
menetapkan sasaran dan menjabarkan cara untuk mencapai
sasaran. Tujuannya adalah menemukan kesempatan dimasa
mendatang dan membuat rencana untuk memanfaatkan sehingga
tercipta kontrol yang lebih baik bagi manajernen.
b. Pengaturan
Bilamana dua orang atau lebih bersepakat untuk bekerjasama,
maka diperlukan suatu pengaturan yang jelas, SIAPA yang
mengerjakan APA, dan kepada SIAPA orang yang bekerja itu
harus mempertanggung jawabkan pekerjaannya.
c. Pengarahan
Tujuan pengarahan yaitu mengarahkan organisasi yang diciptakan
kepada sasaran yang telah direncanakan, terutama dalam
pemberian motivasi, dengan melibatkan adanya komunikasi timbal
balik, partisipasi dalam memecahkan masalah dan pengambilan
keputusan.
d. Pengkoordinasian
Koordinasi memiliki prinsip kerja selalu tetap yaitu semua
aktivitas yang berkaitan dengan proyek baik dari dalam maupun
dari luar harus disesuaikan dengan tujuan dan maksud
pembangunan rumah tersebut. Hal ini dimaksudkan supaya
masing-masing tahu apa sasaran, bagian apa yang mereka lakukan,
dan waktu yang berkaitan dengan pembangunan rumah.
e. Pengontrolan
Tujuan pengontrolan adalah menjaga dan melihat apakah
pembangunan rumah dilakukan sesuai yang direncanakan atau
terjadi penyimpangan. Unsur kontrol amat menunjang manajemen
dalam mengendalikan jalannya pekerjaan secara keselurahan.
23
3.5. Mesin
Yang dimaksud dengan mesin disini adalah peralatan-peralatan
yang digunakan dalam pembangunan. Selain menggunakan tenaga
manusia dalam melakukan suatu proyek pembangunan diperlukan juga
beberapa peralatan bangunan yang dapat membantu meringankan
pekerjaan sebagai contoh mesin molen, sekop, timba, dan lain-lain.
Tanpa adanya faktor mesin ini maka pembangunan akan terhambat.