bab f. metodologi pelaksanaan pekerjaan
DESCRIPTION
metode konstruksiTRANSCRIPT
Bab F. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
F.1 Identifikasi Pekerjaan
Pekerjaan studi sedimentasi merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi
pekerjaan survei lapangan serta peramalan proses sedimentasi yang mana
dapat dapat diidentifikasi meliputi pokok kegiatan sebagai berikut:
1. Pengenalan area sedimentasi melalui kegiatan survei recon atau
pendahuluan.
2. Pemerkiraan gaya-gaya pembangkit sedimentasi.
3. Perkiraan proses sedimentasi.
4. Pengumpulan data primer dan sekunder melalui survei fisik
hidrooseanografi, bathimetri serta peta dan data dari instansi yang
memproduksi data parameter alam yang berkaitan dengan gaya
pembangit sedimentasi.
5. Pemodelan kondisi eksisting dan kalibrasi.
6. Pemodelan kondisi rencana (design) dan proyeksi keefktifan hasil
desain.
F.2 Teori Umum Sedimentasi
Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan
perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan
tersebut. Sedimentasi yang terjadi di lingkungan pantai menjadi persoalan
bila terjadi di lokasi-lokasi yang terdapat aktifitas manusia yang
membutuhkan kondisi perairan yang dalam seperti pelabuhan, dan alur-
alur pelayaran, atau yang membutuhkan kondisi perairan yang jernih
seperti tempat wisata, ekosistem terumbu karang atau padang lamun.
1 1
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Pemasalahan sedimentasi pada area pantai dan muara dapat
diklasifikasikan seperti disajikan pada Tabel F-1
2 2
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Tabel F-1 Klasifikasi Permasalahan Sedimentasi Pantai dan Muara
Sumber: ESTUARINE AND COASTAL SEDIMENTATION PROBLEMS, Leo C. van Rijn
Media pembawa sedimen yaitu fluida air yang bergerak atau arus dapat
dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
1. Arus steady yang berasal dari aliran misalnya sungai dan saluran
langgeng
2. Arus berosilasi, misalnya gelombang pasang surut
3. Arus turbulen, misal dari saluran pembuangan turbulen.
Saat kecepatan arus berkurang maka secara umum pontensi terjadinya
sdimentasi akan timbul. Sebagai contoh adalah pendalaman alur akan
menyebabkan pengurangan arus sehingga menyebabkan shoaling
(pendangkalan), negitu juga dengan pelebaran alur maupun kolam putar.
Ketika aliran menyeberangi alur, maka kecepatannya akan berkurang
karena bertambahnya kedalaman alur sehingga kapasitas transport
sedimen dari bed load dan suspended load berkurang, akibatnya partikel
bed load dan suspended akan terdeposisi di alur sebagaimana dijelaskan
pada Gambar F-1 dan Gambar F-2.
3 3
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Gambar F-1 Deposisi Sedimen
Gambar F-2 Sedimentasi Alur (Tampak Atas dan Melintang)
4 4
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Gambar F-3 Proses Pergerakan Sedimen
Pada Gambar F-3 di atas disajikan jenis pergerakan sedimen transport
yang mana dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Deposisi, terjadi apabila tegangan geser dasar lebih kecil dari pada
tegangan geser kritis sehingga suspended sediment yang menggumpal
mampu jatuh pada dasar badan air.
2. Erosi, terjadi apabila sedimen yang telah terdeposisi terangkat karena
kenaikan kecepatan arus sehingga sedimen tersebut menjadi
terseuspensi lagi.
3. Salting, terjadi apabila sedimen yang telah terdeposisi terangkat
karena kenaikan kecepatan arus namun tidak cukup kuat untuk
mempertahankan lagi sehingga sedimen tersebut terdeposisi lagi.
4. Konsolidasi, terjadi apabila sedimen yang telah terdeposisi tidak dapat
terangkat lagi oleh arus yang terjadi.
5 5
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Gambar F-4 Skala Waktu Proses Pergerakan Sedimen
Pada Gambar F-4 disajikan skala waktu proses pergerakan sedimen yang
terjadi dan terlihat bahwa pergerakan partikel sedimen dapat terbagi
menjadi beberapa tenggang waktu bergantung pada faktor asal arus yang
mempengaruhinya.
Adapun proses pergerakan sedimen pada suspended load di wilayah muara
dan pantai disebabkan oleh beerapa hal yaitu sebagai berikut:
1. Ketidaksimetrisan Pasang Surut (Tidal Asymetri), terjadi apabila
waktu pasang lebih cepat dari pada waktu surut (flood dominance) yang
menyebabkan kecepatan arus saat pasang lebih tinggi sehingga
mendorong sedimen menuju sisi darat atau sebaliknya (ebb dominance)
yang mendorong sedimen menuju sisi laut.
2. Settling Lag dan Scour Lag, adalah proses deposisi sedimen menuju
ke arah darat yang terjadi saat arus pasang berkurang atau mengecil,
6 6
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
selanjutnya saat surut terjadi dan arusnya tidak cukup kuat untuk
mensuspensikan sedimen yang terdeposisi sebelumnya, maka kemudian
sedimen tersebut akan dideposisikan kembali oleh arus pasang dan
proses tersebut berulang sampai sedimen tidak dapat tersuspensi lagi.
3. Penggumpalan (Flocculation), adalah penggumpalan sedimen kohesif
yang disebabkan oleh beberapa parameter diantaraya faktor ionik,
misalnya penggumpalan garam yang terjadi karena air tawar yang
mengandung suspended sedimen memasuki wilayah dari air asin,
sehingga partikel mineral pada suspended sedimen yang mengandung
ion negatif dan bertolakan satu sam lain maka ketika memasuki air asin
akan dinormalkan sehingga akan tarjadi tarikan atau rekatan satu
dengan lainnya.
F.3 Metode Pendekatan Studi Sedimentasi
Adapun metodologi pendekatan yang dilakukan untuk melakukan studi
sedimentasi dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai beriku:
1. Identifikasi permasalahan sedimentasi.
2. Formulasi tujuan umum dan target yang dicapai.
3. Formulasi hipotesis proses sedimentasi.
4. Mengeluarkan alternatif solusi.
5. Pengumpulan data analisis.
6. Proses analisis sedimentasi
7. Pemilihan solusi yang efektif.
Adapun urutan metodologi pendekatan pelaksanaan pekerjaan studi
sedimentasi tersebut secara deskirptif terlihat pada Gambar F-5
7 7
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Gambar F-5. Bagan Alir Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan.
8 8
LAPORAN FINALLAPORAN FINAL
LAPORAN DRAFT FINALLAPORAN DRAFT FINAL
LAPORAN INTERIMLAPORAN INTERIM
LAPORAN PENDAHULUANLAPORAN PENDAHULUAN
Pemodelan Kondisi Eksisting
Pemodelan Kondisi Eksisting
Survei ReconaissanceSurvei ReconaissanceIdentifikasi MasalahPenentuan Model SedimenPenetuan Area Survei Fisik
Identifikasi MasalahPenentuan Model SedimenPenetuan Area Survei Fisik
Pembuatan Domain ModelEksekusi ProgramKalibrasi Model
Pembuatan Domain ModelEksekusi ProgramKalibrasi Model
Survei Fisik
(Pasang Surut, Arus, Sedimen Hidrooseanografi)
Survei Fisik
(Pasang Surut, Arus, Sedimen Hidrooseanografi)
Pengolahan Data ArusPengolahan Data PasutPengolahan Data SedimenPengolahan Data BathimetriGenerating Time Series Gelombang
Pengolahan Data ArusPengolahan Data PasutPengolahan Data SedimenPengolahan Data BathimetriGenerating Time Series Gelombang
Pemodelan Kondisi Rencana (Design)
Pemodelan Kondisi Rencana (Design)
Pembuatan Domain ModelEksekusi ProgramProyeksi Hasil Desain
Pembuatan Domain ModelEksekusi ProgramProyeksi Hasil Desain
Perbaikan Laporan Draft FinalPerbaikan Laporan Draft Final
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
F.4 Tahapan Persiapan
Sasaran utama kegiatan konsultan pada tahapan ini adalah untuk menentukan program rencana kerja dan penugasan personil yang akan terlibat pada pekerjaan ini. Rincian tahapan kerja yang tercakup dalam pekerjaan ini dapat dilihat pada uraian berikut ini.
F.4.1 Pengurusan Administrasi
Meliputi pengurusan surat-menyurat dan dokumen sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan. Jenis surat yang diperlukan pada tahap ini berupa surat tugas konsultan dan surat pengantar dari pihak Direksi maupun Konsultan, yang ditujukan untuk instansi terkait dan berwenang di wilayah studi. Pelaksanaan pengurusan administrasi dimaksudkan untuk memudahkan kelancaran pekerjaan, terutama berkaitan dengan pengumpulan data dan pekerjaan di lapangan.
Pengurusan Administrasi yang akan dilakukan terdiri dari :
Dokumen kontrak, Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), Surat Pengantar yang diterbitkan oleh pihak pemberi kerja.
Surat pengantar dari pihak konsultan, untuk pelaksanaan pekerjaan surveylapangan.
Surat Pengatar dari Pihak Konsultan, guna mendapatkan data-data yang berhubungan dengan pekerjaan ini pada instansi yang terkait .
F.4.2 Koordinasi Dengan Instansi Terkait
Sebelum memulai kegiatan pekerjaan di lapangan, Konsultan melakukan koordinasi dengan instansi pemberi tugas untuk menyamakan persepsi tentang maksud, tujuan dan sasaran pakerjaan serta sebagai perkenalan dengan staf instansi di proyek maupun di daerah/propinsi Kalimantan Selatan atau yang ditunjuk oleh intansi pemberi tugas untuk turut terlibat dalam pekerjaan ini.
F.4.3 Pengumpulan Data Awal Dan Kunjungan Lapangan (reconaissance)
Data sekunder adalah data-data yang dikumpulkan dari instansi-instansi terkait maupun laporan-laporan studi sebelumnya. Data sekunder yang diperoleh meliputi data-data untuk melengkapi data-data primer atau lapangan yang berasal dari penelitian langsung di lapangan dan hasil studi terdahulu yang dapat dijadikan acuan untuk pekerjaan selanjutnya.
Kegiatan pengumpulan data sekunder akan dilakukan dengan mengumpulkan laporan perencanaan, hasil studi, kebijakan, yang terkait dengan lokasi pekerjaan baik langsung maupun tidak langsung serta peta yang tersedia dari berbagai instansi pemerintah atau swasta terkait. Pengumpulan data terdiri atas data-data yang bersifat data dasar
9 9
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
diantaranya peta Hidral yang akan dipakai sebagai dasar perhitungan besaran-besaran yang menyangkut panjang sungai, arah dan posisi.
Data sekunder lainnya didapatkan dengan melakukan koordinasi terhadap instansi terkait, Bappeda, BPN, BMKG, dan Instansi Terkait lainnya. Data-data yang dikumpulkan antara lain adalah :
Peta perairan daerah lokasi pekerjaan dari Dinas Hidro-oseanografi TNI-AL.
Data struktur dan Permasalahan di sepanjang alur
Meliputi data catatan pelayaran dan informasi mengenai permasalahan kondisi fisik sepanjang segmen alur seperti kapal karam, karang dan perubahan bathymetry akibat sedimentasi dan aktivitas/kegiatan manusia yang terjadi disepanjang alur.
Kunjungan lapangan dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal secara visual tentang lokasi pekerjaan. Kegiatan ini akan menghasilkan suatu konsep ututk pelaksanaan pekerjaan selanjutnya sesuai dengan kondisi lapangan yang ada.
F.4.4 Studi Pustaka
Studi Pustaka, berupa studi kepustakaan terhadap bahan-bahan awal yang telah diperoleh dari pengumpulan data awal yang berkaitan dengan lokasi pekerjaan.
Melalui studi pustaka akan didapat posisi dan lokasi-lokasi dimana bahaya yang dapat mengancam keselamatan pelayaran pada rencana alur tersebut. Dengan studi pustaka, maka pelaksanaan survey di lokasi alur yang akan distudi ini akan dapat dilakukan dengan lebih efisien.
Catatan penting pelaksanaan pelayaran menjadi penting dalam kegiatan ini, melalui catatan terhadap kejadian dalam pekayaran di wilayah studi akan memberikan gambaran kondisi serta permasalahan yang dihadapi oleh kapal yang melalui alur pelayaran di Banjarmasin ini.
F.4.5 Penyusunan Rencana Kerja
Berdasarkan hasil kajian sebelumnya, ditetapkan rencana kerja lebih rinci, sesuai dengan lingkup pekerjaan yang diminta. Rencana kerja tersebut meliputi tahapan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan dan lingkup pekerjaan, durasi waktu pelaksanaan, dan kondisi lapangan.
F.4.6 Penyusunan Laporan Pendahuluan Dan Diskusi
Laporan Pendahuluan merupakan bentuk laporan tahap awal, yang akan menjelaskan kesiapan pihak konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan, yang dituangkan dalam bentuk metodologi dan rencana kerja. Disamping itu, pada laporan ini juga sudah disajikan hasil
10 10
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
penelaahan data sekunder tahap awal, yang dituangkan dalam bentuk konsep penilaian sesuai dengan spesifikasinya. Setelah Laporan Pendahuluan selesai disusun, dilakukan Diskusi Laporan Pendahuluan dengan mengundang instansi yang terkait untuk memperoleh masukan untuk lebih melengkapi Laporan dan Rencana Kerja yang disusun.
F.5 Survey Dan Investigasi Lapangan
F.5.1 Identifikasi Lokasi Prekerjaan (Reconaissance)
Tahap awal dalam proses pengembangan “ STUDI PEMETAAN ALUR PELAYARAN DAN PENETAPANNYA”, adalah mengidentifikasi lokasi pelabuhan, alur pelayaran dan identifikasi awal permasalahan yang terdapat di sekitar lokasi alur.
Dengan pendekatan tersebut diatas, lokasi rencana survey mendetail dengan sidescan sonar akan di identifikasikan dan digambarkan pada peta yang ada.
Gambar F-6 Lokasi Pekerjaan pengukuran
F.5.2 Pengukuran Topografi Lokasi Pekerjaan (Acuan Titik Tinggi)
Pengukuran Topografi ini dimaksudkan adalah untuk mendapatkan titik acuan dari elevasi darat terhadap elevasi dasar alur. Dengan melakukan survey topografi kita juga akan mudah untuk melakukan analisa terhadap perubahan yang terjadi pada alur pelayaran rencana.
11 11
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Alur pelaksanaan pekerjaan survey topografi dapat di lihat pada Gambar F-7 Kegiatan ini dilakukan sebagai dasar untuk tahapan pekerjaan selanjutnya. Pekerjaan pemetaan dan pengukuran meliputi :
a) Pemetaan daerah Dermaga Site skala 1: 500, dengan luasan sesuai kebutuhan pemgikatan (terutama terhadap benchmark).
b) Melakukan evaluasi elevasi benchmark eksisting terhadap elevasi titik acuan (jika ada) pada lokasi studi (terhadap TTG, Bakosurtanal dan lain-lain)
Gambar F-7. Bagan alir pekerjaan survey topografi.
Lingkup pekerjaan ini secara garis besar terdiri dari:
12 12
START PEKERJAAN
PERSIAPAN PERALATAN
- Theodolite T.2 - Waterpass - Theodolite T.0 - Rambu
ORIENTASI DAERAH
PEMASANGAN PATOK
- Bench Mark (BM) - Control Point (CP)
PENGUKURAN SITUASI
KERANGKA HORISONTAL
KERANGKA VERTIKAL PENG. SITUASI DETAIL
Pengolahan Data, Penggambaran Situsi Detail Daerah Genangan bendungan
Perhitungan Ketelitian Hasil Hitungan
Pengecekan posisi pengukuran terhadap peta
PENGGAMBARAN Situasi Sungai (Alur pelayaran)
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Penentuan Titik-titik referensi
Pemasangan Bench Mark (BM)
Pengukuran Kerangka Dasar Pemetaan
Pengukuran Situasi Detail Sungai/Rencana Alur
Pengukuran Trase berikut penampang-penampang
Pengukuran situasi untuk lokasi tapak bangunan.
Perhitungan dan penggambaran draft sementara di lapanganPelaksanaan kegiatan ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Titik referensiTitik referensi untuk awal pengukuran adalah titik-titik yang sudah diketahui koordinatnya dan tingginya seperti titik Triangulasi atau titik Dopler atau titik- titik yang telah dipasang pada studi terdahulu sebagai acuan titik awal dari pengukuran, atau titik lainnya yang disetujui oleh Direksi.
2. Orientasi Lapangan & Inventarisasi BMKegiatan di lokasi dimulai dengan persiapan pengukuran, berupa:
Koordinasi dengan instansi daerah terkait mengenai rencana areal pengukuran, dan metode kerja pengukuran yang akan dilaksanakan;
Meninjau areal yang akan diukur.
Menyiapkan base camp, tenaga lokal dan sarana transportasi lapangan;
Bersama-sama dengan pengawas/Direksi Lapangan menentukan titik awal acuan pengukuran, lokasi BM (di lokasi pelabuhan eksisting).
3. Pemasangan Bench Mark (BM)Secara umum kegiatan ini meliputi pekerjaan :
Mengukur kembali semua ketinggian patok BM yang ada dan mengikatkan pada BM yang baru (x,y,z). Pelaksanaan pengukuran harus mengikuti Standar yang ditentukan oleh dierksi pekerjaan.
Membuat daftar(register) BM lama dan baru serta membuat peta lokasi posisi ketinggiannya (x,y,z) serta sket peta lokasinya.
Setiap perbedaan dalam elevasi dan koordinat BM lama dan baru harus akan dijelaskan dalam Bab laporan mengenai survey dalam laporan akhir.
4. Kerangka Dasar Pemetaan.
13 13
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Karena pengukuran topografi ini lebih dimaksudkan untuk melakukan penyamaan level Benchmark darat terhadap elevasi dasar alur pelayaran yang akan dievaluasi dalam pekerajaan ini maka pengukuran darat tidak perlu mendetail..
Pelaksanaan survey direncanakan dengan membagi areal menjadi dua saja mengingat bahwa areal pengukurannya cukup kecil.
Pengukuran Sifat Datar (WATER PASS).Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM
Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM) seperti digambarkan pada Gambar f-7.
Sistem dan Referensi
Semua titik poligon utama dan cabang akan dilakukan pengukuran sifat datar.
Pengukurannya dilakukan secara pulang pergi dan kontrol ukuran beda tinggi diambil dari data double stand.
Pembacaan benang akan dibaca tiga benang dengan urutan pembacaan benang adalah (bt-ba-bb) dan memenuhi 2 bt = ba+bb.
Jumlah jarak kemuka diusahakan sama dengan jumlah jarak kebelakang.
Jumlah slaag harus genap.
Toleransi kesalahan penutup max. 10D Km (mm), dimana : D = Jumlah jarak sifat datar dalam Km.
Bentuk rangkaian pengukuran sifat datar (water pass) adalah tertutup.
Untuk mendapatkan data vertikal harus dilakukan pengukuran beda tinggi pergi-pulang pada setiap seksi.
Jarak tiap seksi maksimum 1- 2 Km.
Pembacaan rambu harus lengkap yaitu benang atas, tengah dam bawah, dan setiap slag harus dilakukan dua kali berdiri posisi alat
Jarak antara instrument terhadap rambu muka dan belakang maksimum 100 m.
14 14
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Rambu harus dilengkapi dengan nivo dengan landasan dari plat besi yang mempunyai permukaan lengkung setengah lingkaran.
Titik referensi tinggi diambil dari BM yang telah diukur sebelumnya dan sebagai titik awalnya.
BM tersebut adalah BM yang juga digunakan sebagai titik awal pengukuran poligon.
Ketelitian yang harus dicapai
Salah penutup tinggi dari hasil pengukuran pulang-pergi harus lebih kecil dari 8,4 mm D, dimana D adalah jarak optis dalam Km.
Hasil perhitungan tinggi diperoleh dari analisa kwadrat terkecil.
Pencatatan data yang salah harus dicoret tidak boleh didobel atau di Tip Ex, kemudian bacaan yang benar ditulis diatasnya dengan ballpoint warna hitam.
Pada formulir data harus ditulis dengan lengkap : nomor halaman, jenis & nomor alat, nama surveyor, tanggal pengukuran, lokasi dan sebagainya.
Penentuan BM sebagai referensi tinggi akan ditunjukkan oleh Direksi kemudian.
Bidang Referensi
Slag 1
Slag 2
b1
b2
m1
m21
DD
Gambar F-8. Pengukuran waterpass.
Pengukuran kerangka vertikal mengikuti ketentuan sebagai berikut :
Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.
Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.
15 15
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang menjadi rambu muka.
Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap.
Pengecekan baut-baut tripod (kaki tiga) jangan sanpai longgar. Sambungan rambu ukur harus betul. Rambu harus menggunakan nivo.
Sebelum melakukan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis bidiknya. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur.
Waktu pembidikan, rambu harus diletakkan di atas alas besi.
Bidikan rambu harus dintara interval 0,5 m dan 2,75 m (untuk rambu yang 3 m).
Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) kali pembacaan benang tengah, benang atas dan benang bawah.
Kontrol pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah (BB), yaitu : 2 BT = BA + BB.
Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm.
Jarak rambu ke alat maksimum 50 m
Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.
5. Pengolahan Data Survey Topografi
Hitungan Kerangka Horizontal
1. Perhitungan Koordinat Titik PoligonHitungan Koordinat
APAPAP SindXX
APAPAP CosdYY
Dalam Hal ini:
XA, YA = Koordinat titik yang akan ditentukan
dAP SinAP = Selisih absis ( XAP) definitif (telah diberi koreksi)
dAP CosAP = Selisih ordinat ( YAP) definitif (telah diberi koreksi)
dAP = Jarak datar AP definitif
AP = Azimuth AP definitif
16 16
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan rumus sebagai berikut:
1804
180
1803
180
1802
180
1801
4321A43
434443B4
321AAP
32333234
21AAP
21212123
1AAP
1A112
a) Syarat Geometriks SudutAkhir - Awal - + n.180 = f
dimana:
= Sudut Jurusan
= Sudut Ukuran
n = Bilangan Kelipatan
f = Salah penutup sudut
b) Syarat Geometriks Absis
m
iiAwalAkhir XXX
1
0
dimana:
Di = Jarak vektor antara dua titik yang berurutan
di = Jumlah jarak
X = Absis
X = Elemen vektor pada sumbu absis
m = Banyak titik ukur
17 17
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
c) Koreksi Ordinat
Yfd
YKdi
i
dimana:
dI = Jarak vektor antara dua titik yang berurutan
di = Jumlah jarak
Y = Ordinat
Y = Elemen vektor pada sumbu ordinat
m = Banyak titik ukur
Untuk mengetahui ketelitian jarak linier-(SL) ditentukan berdasarkan besarnya kesalahan linier jarak (KL)
22 YfXfSL
000.5:1
22
D
YfXfKL
Hitungan Kerangka Vertikal
1. Syarat geometris
FHHHH AwalAkhir
mmDT 8
2. Hitungan Beda TinggiBtmBtbH 21
3. Hitungan Tinggi TitikKHHHH 1212
dimana:
H = Tinggi titik
H = Beda tinggi
Btb = Benang tengah belakang
18 18
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Btm = Benang tengah muka
FH = Salah penutup beda tinggi
KH = Koreksi beda tinggi
FHd
d
T = Toleransi kesalahan penutup sudut
D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal (kilo meter)
Perhitungan Situasi DetailPengukuran situasi detail dilakukan dengan cara Tachymetri dengan menggunakan alat ukur theodolite kompas (TO). Dengan cara ini diperoleh data-data sebagai berikut:
Azimuth magnetis
Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)
Sudut zenith atau sudut miring
Tinggi alat ukurBerdasarkan besaran-besaran tersebut diatas selanjutnya melalui proses hitungan, diperoleh Jarak datar dan beda tinggi antara dua titik yang telah diketahui koordinatnya (X, Y, Z).
Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat (X, Y, Z), digunakan rumus sebagai berikut:
Untuk menghitung jarak datar (Dd)
HTT AB
BtTAmSinBbBaH
21002
1
Dd = DOCos2m
Dd = 100(Ba-Bb)Cos 2 m
Dimana:
TA = Titik tinggi A yang telah diketahui
TB = Titik tinggi B yang akan ditentukan
19 19
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
H = Beda tinggi antara titik A dan B
Ba = Bacaan benang diafragma atas
Bb = Bacaan benang diafragma bawah
Bt = Bacaan benang diafragma tengah
TA = Tinggi alat
Do = Jarak optis 100Ba-Bb
m = sudut miring
Mengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka akan diperlukan titik-titik bantu yang membentuk jaringan poligon kompas terikat sempurna. Sebagai konsekuensinya pada jalur poligon kompas akan terjadi perbedaan arah orientasi utara magnetis dengan arah orientasi utara peta sehingga sebelum dilakukan hitungan, data azimuth magnetis diberi koreksi Boussole supaya menjadi azimuth geografis. Hubungan matematik koreksi boussole (C) adalah:
C = g - m
dimana:
G = Azimuth geografis
M = Azimuth Magnetis
6. Penggambaran.
Setiap lembar peta harus berisi :
Garis tepi wajah peta.
Garis-garis silang grid yang berjarak setiap 10 cm baik vertikal maupun horizontal dengan lembar sayap grid 0,5 cm.
Kop di pojok kanan bawah lembar peta.
Penggambaran situasi dengan skala 1 : 1000 dengan selang garis tinggi 1,0 m.
Penulisan huruf dan angka dengan model dan format sesuai dengan petunjuk Direksi.
7. Produk
20 20
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Laporan disajikan dalam bentuk naskah ataupun gambar peta dan laporan ini harus disampaikan secara terpisah (volume penunjang) dengan laporan akhir.
Buku sketsa lapangan untuk situasi dermaga yang digunakan sebagai acuan
Gambar inventarisasi kondisi lapangan.
Buku pengukuran
Buku diskripsi BM (Untuk BM acuan (TTG) maupun BM di lokasi pelabuhan)
Pengambaran hasil pengukuran
F.5.3 Survey Batimetri
Survei batimetri atau seringkali disebut dengan pemeruman (sounding)
dimaksudkan untuk mengetahui keadaan topografi sungai atau laut.
Cara yang dipakai dalam pengukuran ini adalah dengan menentukan
posisi-posisi kedalaman laut pada jalur memanjang dan jalur melintang
untuk cross check. Penentuan posisi-posisi kedalaman dilakukan
menggunakan echosounder Garmin GPSMap.
A. Penentuan Jalur Sounding
Jalur sounding adalah jalur perjalanan kapal yang melakukan sounding
dari titik awal sampai ke titik akhir dari kawasan survei. Jarak antar
jalur sounding tergantung pada resolusi ketelitian yang diinginkan.
Untuk area di depan lokasi Tanjung Uma, jarak antar jalur sounding
dibuat sejauh 50 m.
Titik awal dan akhir untuk tiap jalur sounding dicatat dan kemudian di-
input ke dalam alat pengukur yang dilengkapi dengan fasilitas GPS,
untuk dijadikan acuan lintasan perahu sepanjang jalur sounding. Contoh
jalur sounding pada kawasan pengukuran dapat dilihat pada Gambar F-
9
21 21
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Gambar F-9 Pergerakan perahu dalam menyusuri jalur sounding.
B. Peralatan Survei
Peralatan survei yang diperlukan pada pengukuran batimetri adalah:
i. Echo Sounder GPSMap 188 dan perlengkapannya. Alat ini mempunyai
fasilitas GPS (Global Positioning System) yang akan memberikan
posisi alat pada kerangka horisontal dengan bantuan satelit. Dengan
fasilitas ini, kontrol posisi dalam kerangka horisontal dari suatu titik
tetap di darat tidak lagi diperlukan. Selain fasilitas GPS, alat ini
mempunyai kemampuan untuk mengukur kedalaman perairan dengan
menggunakan gelombang suara yang dipantulkan ke dasar perairan.
Gambar alat ini disajikan pada Gambar 2.3, sedangkan penempatan
alat ini dan perlengkapannya pada perahu dapat dilihat pada Gambar
2.4.
ii. Notebook. Satu unit portable computer diperlukan untuk menyimpan
data yang di-download dari alat GPSMap setiap 300 kali pencatatan
data.
22
JALUR SOUNDING
DARATAN
Perairan SuNGAI
DARATAN
22
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Gambar F-10 Reader alat GPSMap yang digunakan dalam survei batimetri.
ANTENA
SATELIT
READER
DASAR LAUT
TRANDUSER TRANDUSER
ANTENA
TAMPAK BELAKANGTAMPAK SAMPING
Permukaan Air Laut
Gambar F-11 Penempatan GPSMap (transducer, antena, reader) di perahu.
23 23
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
iii. Perahu. Perahu digunakan untuk membawa surveyor dan alat-
alat pengukuran menyusuri jalur-jalur sounding yang telah
ditentukan. Dalam operasinya, perahu tersebut harus memiliki
beberapa kriteria, antara lain:
Perahu harus cukup luas dan nyaman untuk para surveyor dalam
melakukan kegiatan pengukuran dan downloading data dari alat ke
komputer, dan lebih baik tertutup dan bebas dari getaran mesin.
Perahu harus stabil dan mudah bermanuver pada kecepatan
rendah.
Kapasitas bahan bakar harus sesuai dengan panjang jalur sounding.
iv. Papan duga. Digunakan pada kegiatan pengamatan fluktuasi
muka air di laut.
v. Peralatan keselamatan. Peralatan keselamatan yang diperlukan
selama kegiatan survei dilakukan antara lain life jacket.
C. Pengukuran Pengikatan
Pada kegiatan survei batimetri dilakukan pengukuran
pengikatan(Waterpass) yaitu pengukuran untuk mendapatkan titik-titik
referensi posisi horisontal dan posisi vertikal.
Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk kegiatan survei pengukuran
pengikatan adalah:
i) 1 unit Theodolite T2 (untuk posisi horisontal)
ii) 1 unit waterpass NAK (untuk posisi vertikal)
iii) 2 set bak ukur
Metoda Pelaksanaan
1) Titik Referensi Posisi Horisontal/Koordinat (X,Y)
Untuk pekerjaan ini dibuat satu buah BM. Dalam proses
pemetaan dibuat BM.1 sebagai referensi horisontal (X,Y), yang
sudah memiliki nilai koordinat global hasil pengukuran dengan
alat GPS Map-188. Pada titik referensi tersebut dipasang 1 buah
patok utama (BM.1) sebagai titik awal perhitungan (titik
24 24
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
referensi) dan dipasang pula 1 buah patok bantu, dengan jarak
25 m dari patok utama, sebagai arah (pengamatan matahari)
awal perhitungan. Titik referensi dan titik bantu ini dilalui atau
termasuk dalam jaringan pengukuran poligon, sehingga
merupakan salah satu titik poligon.
2) Titik Referensi Posisi Vertikal (Z)
Sebagai referensi ketinggian digunakan Lowest Low Water Level
(LLWL) hasil pengamatan pasang surut 16 hari dengan interval
pengamatan tiap 1 jam. LLWL diikatkan ke titik BM.1 sebagai
titik referensi, diilustrasikan pada Gambar F-12.
Gambar F-12 Metoda pengukuran pengikatan elevasi.
Dari Gambar F-12 di atas diformulasikan tinggi titik BM terhadap
bidang referensi sebagai berikut:
T. BM = (BT.1 – BT.2) – KP
dimana:
T.BM = tinggi Titik BM terhadap bidang referensi (0.0
LLWL)
BT.1 = bacaan benang tengah rambu belakang
BT.2 = bacaan benang tengah rambu muka
KP = koreksi nol palem
25 25
KP
0 Palem
MSLZ0
0.0 LLWL
BT 2
T BMB M
BT 1
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
D. Pembuatan Titik Tetap (Bench Mark)
Sebagai titik pengikatan dalam pengukuran topografi (Waterpass) perlu
dibuat bench mark (BM) dibantu dengan control point (CP) yang
dipasang secara teratur dan mewakili kawasan secara merata. Kedua
jenis titik ikat ini mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk menyimpan
data koordinat, baik koordinat (X,Y) maupun elevasi (Z).
Mengingat fungsinya tersebut maka patok-patok beton ini diusahakan
ditanam pada kondisi tanah yang stabil dan aman. Kedua jenis titik ikat
ini diberi nomenklatur atau kode, untuk memudahkan pembacaan peta
yang dihasilkan. Disamping itu perlu pula dibuat deskripsi dari kedua
jenis titik ikat yang memuat sketsa lokasi dimana titik ikat tersebut
dipasang dan nilai koordinat maupun elevasinya. Bentuk bench mark
yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar F-13
Jumlah BM yang akan dipasang di lokasi pekerjaan ini adalah 1 BM yang
terletak di lokasi proyek.
26 26
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Gambar F-13 Bench mark yang dibuat untuk titik referensi.
F.5.4 Survei Pasang Surut
Lokasi Pekerjaan ini terletak disungai atau di antara kegiatan reklamasi
di Pantai Utara Jakarta, yangcukup sibuk sehingga sangat perlu
pertimbangan matang dalam menentukan lokasi pengamatan.
Pengamatan pasang surut dilaksanakan selama 15 hari dengan
pembacaan ketinggian air setiap satu jam. Pengukuran dilakukan pada
satu tempat yang secara teknis memenuhi syarat.
Pengamatan pasut dilaksanakan menggunakan peilschaal dengan
interval skala 1 (satu) cm.
Hasil pengamatan pada papan peilschaal dicatat pada formulir
pencatatan elevasi air pasang surut yang telah disediakan. Kemudian
diikatkan (levelling) ke patok pengukuran topografi terdekat pada salah
satu patok seperti Gambar 3.9, untuk mengetahui elevasi nol peilschaal
dengan menggunakan Zeiss Ni-2 Waterpass. Sehingga pengukuran
topografi, Batimetri, dan pasang surut mempunyai datum (bidang
referensi) yang sama.
Elevasi Nol Peilschaal = T.P + BT.1 – BT.2
Dimana : T.P = Tinggi titik patok terdekat dengan peilschaal
BT.1= Bacaan benang tengah di patok
BT.1= Bacaan benang tengah di peilschaal
27 27
Patok
BT. 1BT. 2
Peilschaal
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Gambar F-14 Pengikatan (levelling) peilschaal.
F.5.5 Pengukuran Arus
Tujuan pengukuran arus adalah untuk mendapatkan besaran kecepatan
dan arah arus yang akan berguna dalam penentuan sifat dinamika
perairan lokal. Metoda pelaksanaan pengukuran ini dijelaskan sebagai
berikut:
i. Pengukuran arus dilakukan pada beberapa lokasi dimana arus
mempunyai pengaruh penting. Penempatan titik pengamatan ini
disesuaikan dengan kondisi oceanography lokal dan ditentukan hasil
studi pengamatan/survei pendahuluan (reconnaissance survey). Yang
dilakukan adalah: pengukuran distribusi kecepatan, dalam hal ini
pengukuran dilakukan di beberapa kedalaman dalam satu
penampang. Berdasarkan teori yang ada, kecepatan arus rata-rata
pada suatu penampang yang besar adalah :
V = 0.25 ( v0.2d + 2v0.6d + v0.8d)
dimana :v0.2d = arus pada kedalaman 0.2d
d = kedalaman lokasi pengamatan arus.
ii. Pengamatan kecepatan arus dilakukan pada kedalaman 0.2d, 0.6d,
0.8d seperti yang ditampilkan pada Gambar F-15.
iii. Pengukuran arus akan dilakukan pada 2 saat, yaitu pada saat pasang
tertinggi (spring tide) dan surut terendah (neap tide). Lama
pengukuran masing-masing selama 24 jam dengan interval waktu
tertentu, yaitu dari saat surut sampai dengan saat surut berikutnya
atau pada saat pasang ke saat pasang berikutnya atau disebut 1 siklus
pasang surut.
iv. Di samping mengetahui besar arus, arah arus juga diamati.
28 28
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Gambar F-15 Arus diukur pada tiga kedalaman Perairan.
F.5.6 Pengamatan Sedimen Layang dan Sedimen Dasar
Pekerjaan ini mencakup pengambilan contoh sedimen suspensi dan
dasar. Peralatan pengambilan contoh air (sedimen suspensi)
menggunakan satu unit botol yang dilengkapi dengan katup-katup
pemberat. Botol yang digunakan, dimasukkan pada kedalaman yang
dikehendaki di titik pengambilan sampel air. Sampel air yang didapat,
disimpan dalam botol plastik untuk di tes di laboratorium.
Dalam pengambilan sampel air, terdapat dua metoda pengambilan yaitu
grab sample dan composite sample. Grab sample adalah pengambilan
sampel dilakukan dengan sekali ambil pada kedalaman tertentu.
Sementara composite sample adalah pengambilan sampel pada
kedalaman air yang berbeda dan kemudian digabung menjadi satu
sampel. Metoda yang dipilih untuk diterapkan dalam pekerjaan ini
adalah composite sample.
Pengambilan contoh sedimen suspensi dilakukan pada kedalaman yang
sama dengan pengukuran arus seperti yang ditampilkan sebelumnya
pada Gambar 3.10.
Sementara pengambilan sampel sedimen dasar menggunakan satu unit
grabber seperti yang diilustrasikan pada Gambar 3.11. Grabber dengan
kondisi “mulut” terbuka diturunkan dengan mengulur tali hingga
29 29
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
membentur tanah dasar laut/sungai. Saat tali ditarik kembali, secara
otomatis mulut grabber akan menggaruk material di bawahnya hingga
tertutup. Dengan demikian grabber yang telah memuat material dasar
ditarik ke atas. Sampel material dasar tersebut dimasukkan ke dalam
wadah plastik yang diberi tanda untuk dites di laboratorium.
Gambar F-16 Metode pengambilan sedimen dasar.
F.5.7 Penyelidikan Mekanika Tanah
Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mendapatkan sifat-sifat mekanika tanah sebagai bahan masukan perencanaan bangunan-bangunan dan saluran yang efisien, berupa :
Analisa kestabilan lereng Sungai.
Besaran konsolidasi dan settlement.
Sifat-sifat pemadatan.
Daya dukung tanah.
A. Pekerjaan Lapangan
a) Orientasi LapanganMengadakan diskusi dengan Direksi Lapangan mengenai rencana pelaksanaan survey dan penyebaran titik-titik pengamat serta persiapan tenaga lokal dan peralatan penunjang.
30 30
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
b) Pekerjaan LapanganUntuk mempercepat pelaksanaan survey dibagi atas beberapa tim yang bekerja dilapangan secara simultan.
Jumlah titik dan penyebaran lapangan disesuaikan dengan jumlah rencana bangunan air dan lokasi tanggul yang akan dibuat berdasarkan hasil diskusi dengan Direksi pada Orientasi Lapangan dan pengamatan visual tanah dilokasi.
Pemboran Tanah.
Tujuan test ini untuk mengetahui struktur lapisan yang ada dengan kedalaman maximum kurang lebih 5 meter, atau telah mencapai batuan keras (masif).
Pengambilan contoh undisturbed setiap titik dilaksanan sebanyak 2 (dua) tabung pada kedalaman yang diperlukan.
Penetration Test (SONDIR)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui perlawanan qonus (bearing qonus) dari suatu lapisan tanah kondisi keras/padat. Ketentuan kondisi keras/padat, apabila pembacaan jarum manometer pada alat ini menunjukkan minimum 150 kg/cm2 atau mencapai kedalaman tertentu sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Direksi
Test Pit.
Dilaksanakan sebanyak 2 lokasi dengan masing-masing lokasi berukuran panjang = panjang x kedalaman = 2 x 2 x 2 meter, lokasi dan kedalaman test akan ditentukan kemudian dilapangan.
Pembuatan Sumur Uji dimaksudkan untuk mengetahui kualitas bahan timbunan yan ada, beserta prakiraan volumenya.
Contoh tanah dari pekerjaan ini diambil pada setiap kedalaman atau setiap perubahan warna atau jenis tanah, dengan kantong plastik, dengan berat masing-masing kantong kurang lebih 30 kg, sebanyak 2 kantong pada setiap kedalaman. Contoh tersebut ditutup rapat, sehingga keadaan contoh tidak berubah kelembabannya.
Pencarian lokasi bahan bangunan.
Pencarian lokasi bahan bangunan ini hanya bersifat peninjauan lapangan dan kualitas bahan bangunan pun hanya bersifat visual
31 31
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
tampa adanya penelitian. Jenis bahan bangunan yang akan ditinjau adalah batu belah, koral, pasir, batu muka.
Bahan bangunan untuk tanah timbunan tanggul akan digunakan sedapat mungkin bahan setempat (sistim cut and fill) yang digali dan ditimbunkan untuk tanggul, kalau hal ini tidak mungkin baru akan dicarikan tempat lainnya yang terdekat dengan lokasi timbunan tanggul.
Gambar F-17. Diagram Alur Pekerjaan Survey Mekanika Tanah
B. Pekerjaan Laboratorium
32
START PEKERJAAN MEKANIKA TANAH
START PEKERJAAN MEKANIKA TANAH
PERSIAPAN
- Personil Pelaksana
- Peralatan dan Bahan Survey
- Peta distribusi titik penyelidikan
PERSIAPAN
- Personil Pelaksana
- Peralatan dan Bahan Survey
- Peta distribusi titik penyelidikan
ORIENTASI
- Penentuan Titik-titik Penyelidikan di Lapangan
- Pengikatan titik penyelidikan terhadap BM
ORIENTASI
- Penentuan Titik-titik Penyelidikan di Lapangan
- Pengikatan titik penyelidikan terhadap BM
Pemerian/Deskripsi-
Pemerian/Deskripsi-
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
LAPORAN PENUNJANG MEKANIKA TANAH
LAPORAN PENUNJANG MEKANIKA TANAH
MOBILISASI
- Personil Pelaksana
- Peralatan dan Bahan Survey
MOBILISASI
- Personil Pelaksana
- Peralatan dan Bahan Survey
Bor Mesin
Undistrub sampleCore sampel
Bor Mesin
Undistrub sampleCore sampel
TEST PIT dan Hand Bor
- Undisturbed Sample
Lokasi Bahan Bangunan /Timbunan
Gambar Profil Tst Pit
TEST PIT dan Hand Bor
- Undisturbed Sample
Lokasi Bahan Bangunan /Timbunan
Gambar Profil Tst Pit
- Parameter Tanah
Rekomendasi Daya DukungBahan-bahan Bangunan
- Parameter Tanah
Rekomendasi Daya DukungBahan-bahan Bangunan
32
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Contoh-contoh tanah yang diambil dari lapangan dibawa ke laboratorium untuk diuji guna mendapatkan besaran-besaran sifat karakteristik fisik dan mekanika tanah.
Pengujian Contoh Tanah Tidak Terganggu
a) Penyelidikan sifat fisik tanah Berat jenis (ASTM D.3456) Berat volume (ASTM D. 854) Ruang pori total (ASTM D2216) Atterberg limit (ASTM D 4318) Gradasi butiran (ASTM D.42) Permeabilitas (Constant head test/Falling head test)
b) Penyelidikan Sifat Mekanika Tanah Konsolidasi (ASTM D. 2435) Triaxial Test ( ASTM D.565)
Pengujian Contoh Tanah Terganggu
a) Penyelidikan Sifat Fisik Tanah Berat jenis Atterberg limits Gradasi butiran
b) Penyelidikan Sifat Mekanis Percobaan pemadatan (Compaction test Modified ASSHO)
F.6 Analisis Data
F.6.1 Analisa Data Bathymetry
A.Koreksi Terhadap Kedalaman
Data yang tercatat pada alat GPSMap adalah jarak antara tranducer alat ke dasar perairan. Tranducer tersebut diletakkan di bagian belakang kapal, di bawah permukaan air yang terpengaruh oleh pasang surut. Oleh sebab itu diperlukan suatu koreksi kedalaman terhadap jarak tranducer ke permukaan air dan koreksi kedalaman terhadap pasang surut.
Gambar 3.12 menampilkan sketsa definisi besaran-besaran panjang yang terlibat dalam proses koreksi tersebut.
33 33
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
TAMPAK SAMPING
TRANDUSER
ANTENA
DASAR LAUT
Permukaan Air Laut
READER
PAPAN DUGA
0.00
EMA
Z
A
Gambar F-18 Sketsa definisi besaran-besaran yang terlibat dalam koreksi kedalaman.
Keterangan gambar:
EMA = Elevasi muka air diukur dari nol papan duga.
Z = Kedalaman air hasil sounding (jarak dasar perairan ke tranducer)
A = Jarak tranducer ke muka air
Dari definisi-definisi di atas maka elevasi dasar saluran dihitung dari nol papan duga adalah (ED):
B.Pengikatan Terhadap Elevasi Referensi
Hasil dari koreksi pertama (koreksi terhadap jarak tranducer ke muka air dan terhadap pasang surut) menghasilkan elevasi dasar perairan terhadap nol papan duga. Elevasi ini kemudian diikatkan kepada elevasi LLWL yang dihitung pada pengolahan data pasang surut.
Pengikatan terhadap LLWL dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut ini:
Ket: EDLWS = Elevasi dasar perairan relatif terhadap LLWL
ED = Elevasi dasar perairan relatif terhadap nol papan duga
34 34
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
ELWS = Elevasi LWS relatif terhadap nol papan duga
Dengan demikian LLWL berada pada elevasi + 0.00m.
F.6.2 Analisa Data Pasang Surut, Arus dan Sedimen
A. Pasang Surut
Selanjutnya dilakukan pengolahan data pasang surut dengan alur
sebagaimana disajikan oleh Gambar 3.13. Perhitungan konstanta pasang
surut dilakukan dengan menggunakan metode Admiralty. Hasil pencataan
diambil dengan interval 1 jam sebagai input untuk Admiralty dan konstanta
pasang surut.
Dengan konstanta pasang surut yang ada pada proses sebelumnya
dilakukan penentuan jenis pasang surut menurut rumus berikut:
Dimana jenis pasut untuk nilai NF:
0 - 0,25 = semi diurnal
0,25 - 1,5 = mixed type (semi diurnal dominant)
1,5 - 3,0 = mixed type (diurnal dominant)
>3,0 = diurnal
Selanjutnya dilakukan peramalan pasang surut untuk 15 hari yang dipilih
bersamaan dengan masa pengukuran yang dilakukan. Hasil peramalan
tersebut dibandingkan dengan pembacaan elevasi di lapangan untuk
melihat kesesuaiannya. Dengan konstanta yang didapatkan dilakukan pula
peramalan pasang surut untuk masa 20 tahun sejak tanggal pengamatan.
Hasil peramalan ini dibaca untuk menentukan elevasi-elevasi penting
pasang surut yang menjadi ciri daerah tersebut sebagaimana disajikan
pada Tabel 3.1.
Dari elevasi penting pasang surut yang ada maka ditetapkan nilai LLWL
sebagai elevasi nol acuan. Disamping itu dari peramalan untuk masa 20
35 35
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
tahun ke depan akan didapatkan nilai probabilitas dari masing-masing
elevasi penting di atas.
Gambar 3.13 Bagan alir perhitungan dan peramalan perilaku pasang surut laut.
Tabel 3.1 Elevasi Penting Pasang Surut
No Jenis Elevasi Penting
1 HHWL, Highest High Water Level
2 MHWS, Mean High Water Spring
3 MHWL, Mean High Water Level
4 MSL, Mean Sea Level
5 MLWL, Mean Low Water Level
6 MLWS, Mean Low Water Spring
7 LLWL, Lowest Low Water Level
B. ArusPengolahan data arus dilakukan untuk mengetahui besar arus rata di lokasi titik survei Data ini akan digunakan sebagai data kalibrasi model matematik (simulasi) yang akan dilakukan.
C. Sedimen
36 36
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Pengolahan data sedimen di laboratorium dilakukan untuk memperoleh gradasi butiran sedimen. Data ini selanjutnya digunakan sebagai data masukan dan kalibrasi dalam simulasi transpor sedimen.
a. Metodologi Pengamatan dan Pengolahan Kecepatan Arus
Dalam pengambilan sampel air, terdapat dua metoda pengambilan yaitu grab sample dan composite sample. Grab sample adalah pengambilan sampel dilakukan dengan sekali ambil pada kedalaman tertentu. Sementara composite sample adalah pengambilan sampel pada kedalaman air yang berbeda dan kemudian digabung menjadi satu sampel. Metoda yang dipilih untuk diterapkan dalam pekerjaan ini adalah composite sample.
F.7 Tahapan Laporan
F.7.1 Permetaan Dan dan Analisa Kondisi Sedimentasi
Permodelan dilakukan untuk memprediksi keadaan perairan sungai, arus dan sedimentasi pada layout serta dampak yang mungkin ditimbulkan. Data-data yang dibutuhkan untuk permodelan sebagai berikut:
Peta bathimetri perairan
Peta bathimetri perairan dengan skala 1 : 2.000, kemudian dibuatkan grid perairan dengan interval 25 m.
1. Simulasi Hidrodinamis Arus
Simulasi hidrodinamis arus menggunakan program SMS 7.0 dengan modul RMA2. Program ini mempunyai basis finite element sehingga grid simulasinya, lazim juga disebut sebagai mesh, mempunyai elastisitas dalam batas-batas tertentu sehingga mampu mengikuti kondisi fisik garis pantai ataupun struktur yang disimulasikan. Simulasi ini dijalankan simultan dengan simulasi transportasi sedimen untuk periode tahunan tertentu. Asumsi yang digunakan sebagai berikut:
Arus yang disimulasikan adalah dua dimensi dengan penyeragaman
kecepatan untuk setiap kedalaman (vertically uniform).
Arus yang disimulasikan merupakan tidal induced current atau arus
yang dibangkitkan oleh pergerakan elevasi pasang surut, sehingga
besar kecepatan arus juga mempunyai periode harmonik yang
berulang seiring dengan elevasi pasang surut yang terjadi.
37 37
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Untuk memudahkan analisis, maka diberikan titik tinjauan arus.
2. Simulasi Transport Sedimen
Transportasi sedimen merupakan sebuah proses yang sangat berkaitan dengan simulasi hidrodinamis karena pada prinsipnya simulasi ini “menumpangkan” konsentrasi sedimen melayang pada hasil simulasi hidrodinamis. Program yang digunakan adalah modul SED2D dari SMS 7.0.
F.7.2 Penggambaran
Penggambaran seluruh rencana pengembangan, terdiri dari:
Gambar Peta Orientasi; Skala 1 : 20.000
Gambar trase Saluran/sungai ; skala 1 : 2000
Potongan Memanjang dan Melintang Saluran/sungai
Denah Pelabuhan; Skala 1 : 100
Detail bangunan; Skala 1 : 5Berdasarkan pengalaman merencanakan proyek-proyek sejenis, Konsultan mengestimasikan jumlah gambar yang akan dibuat sekitar 150 lembar gambar.
F.7.3 Perhitungan Volume Pekerjaan (Bill Of Quantity)
Daftar volume pekenjaan agar dininci untuk seluruh usulan pekerjaan, kemudian dibuat daftar rekapitulasi pada masing masing perincian yaitu antara lain volume galian dan timbunan (m3),volume pasangan batu(m3), lining saluran(m2) dan sebagainya. Prosedur yang sistimatis dan sederhana akan memudahkan cara perhitungan dan pengontrolan terhadap volume pekerjaan, khususnya untuk perhitungan volume bangunan gambar sket yang jelas akan sangat membantu pada saat Mutual Check pada tahap pelaksanaan nantinya.
Dalam penghitungan biaya konstruksi pekerjaan perlu dilakukan perhiotungan besaran volume pekerjaan yang akan dilakukan. Volume dpekerjaan dihitung menurut jenis pekerjaannya seperti :
Pekerjaan Persiapan
Administrasi/Perijinan
Kantor Proyek
Mobilisasi Peralatan
Barak Pekerja
Gudang Alat dan Bahan, dll
Pekerjaan Pembersihan (land clearing)
38 38
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Pekerjaan Pembuatan Saluran
Galian tanah
Timbunan Tanah
Pasangan Batu
Plesteran
Pembersihan, dll
Pekerjaan Pembuatan Bangunan Air (Bg-Bagi, Bg-Intake, dll)
Galian tanah
Timbunan Tanah
Pasangan Batu
Pas. Beton
Plesteran
Pas. Pintu air
Pembersihan, Pengecatan, dll
F.7.4 Penyusunan Rencana Anggaran Biaya
Perhitungan anggaran biaya didasarkan pada lima komponen biaya yaitu:
Biaya bahan-bahan.
Biaya tenaga kerja.
Biaya peralatan.
Biaya overhead.
Keuntungan yang diperoleh.
Dalam perhitungan anggaran biaya, biaya asuransi dan pajak tenaga buruh sudah termasuk dalam harga buruh sedangkan biaya asuransi alat berat dan asuransi operator sudah termasuk dalam sewa alat berat. Biaya tenaga buruh dan alat dihitung berdasarkan jumlah jam kerja. Proses perhitungan rencana anggaran biaya dapat dilihat berikut ini:
1. Estimasi Volume Pekerjaan
Estimasi volume dan jenis pekerjaan dibuat berdasarkan gambar-gambar desain rencana. Seluruh pekerjaan yang ada dapat dibagi dalam 4 (empat) komponen utama, yaitu:
Pekerjaan persiapan.
Pekerjaan konstruksi fasilitas dasar/pokok.
Pekerjaan kontruksi fasilitas fungsional.
39 39
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Pekerjaan konstruksi fasilitas pendukung/pelengkap.
2. Rencana Anggaran Biaya
a. Bahan/Material
Kebutuhan Bahan/Material dan biaya bahan diambil berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku.
b. Tenaga Kerja
Produktifitas dan biaya tenaga kerja/upah diambil berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku.
c. Alat Berat
Alat berat digunakan untuk membantu pelaksanaan konstruksi di lapangan apabila jenis pekerjaan yang ada tidak dapat dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia disebabkan karena volume yang besar atau material konstruksi yang digunakan terlalu berat. Produktifitas dan biaya sewa alat berat diambil berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku.
F.8 Pembuatan Laporan Akhir Dan Diskusi Final
Hasil-hasil studi yang telah dilakukan akan dituliskan dalam Laporan akhir. Sebelum dibuat laporan akhir, akan dibuat laporan akhir sementara. Laporan ini memuat laporan semua hasil analisis dan studi serta hasil evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi sementara. Setelah laporan akhir sementara disetujui, akan dibuat laporan akhir yang isinya memuat hasil akhir pekerjaan.
40 40
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Bab F. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan F-1
F.1 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan F-1
F.2 Jenis Kegiatan & Tahapan Studi F-1
F.3 Tahapan Persiapan F-3
F.3.1 Pengurusan Administrasi F-3
F.3.2 Koordinasi Dengan Instansi Terkait F-3
F.3.3 Pengumpulan Data Awal Dan Kunjungan Lapangan (reconaissance) F-3
F.3.4 Studi Pustaka F-5
F.3.5 Penyusunan Rencana Kerja F-5
F.3.6 Penyusunan Laporan Pendahuluan Dan Diskusi F-5
F.4 Survey Dan Investigasi Lapangan F-5
F.4.1 Identifikasi Lokasi Prekerjaan (Reconaissance) F-5
F.4.2 Pengumpulan Data Hidroklimatologi, Hidrologi /Hidrometri F-5
F.4.3 Pengukuran Topografi Lokasi Pekerjaan F-7
F.4.4 Survey Batimetri F-24
F.4.5 Survei Pasang Surut F-30
F.4.6 Pengukuran Arus F-31
F.4.7 Pengamatan Sedimen Layang dan Sedimen Dasar F-32
F.4.8 Penyelidikan Mekanika Tanah F-34
F.5 Analisis Data F-37
F.5.1 Analisa Data Bathymetry F-37
F.5.2 Analisis Dan Pengolahan Data Hidrologi / Hidrometri F-39
F.5.3 Analisa Data Pasang Surut, Arus dan Sedimen F-51
41 41
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
F.5.4 Analisis Laboratorium Mekanika TanahF-53
F.5.5 Perkiraan Laju Sedimentasi F-54
F.5.6 Analisa Geoteknik F-57
F.6 Evaluasi Masterplan/Studi Pengembangan F-64
F.6.1 Penentuan Pola Kegiatan di PelabuhanF-65
F.6.2 Evaluasi Hasil Analisa Kebutuhan Fasilitas F-66
F.6.3 Evaluasi Konsep Tata Ruang F-66
F.6.4 Evaluasi Pentahapan Pelaksanaan Pembangunan F-67
F.7 Tahapan Detail Desain F-68
F.7.1 Permodelan Optimasi Layout F-68
F.7.2 Perencanaan Detail Desain F-69
F.7.3 Perencanaan Dan Analisis Struktur & Geoteknik F-69
F.7.4 Penggambaran F-71
F.7.5 Perhitungan Volume Pekerjaan (Bill Of Quantity) F-71
F.7.6 Penyusunan Rencana Anggaran BiayaF-72
F.7.7 Perkiraaan Biaya Ekonomi F-73
F.7.8 Kelayakan Ekonomis F-75
F.8 Pembuatan Laporan Akhir Dan Diskusi Final F-77
42 42
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Gambar 1. Bagan Alir Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan...................F-3
Gambar 2. Bagan alir pekerjaan survey topografi................................F-8
Gambar 3. Konstruksi BM dan CP......................................................F-10
Gambar 4. Pengamatan azimuth astronomis......................................F-12
Gambar 5. Pengukuran jarak pada permukaan miring.......................F-13
Gambar 6. Pengukuran sudut antar dua patok...................................F-14
Gambar 7. Pengukuran waterpass.....................................................F-16
Gambar 8 Pergerakan perahu dalam menyusuri jalur sounding.........F-25
Gambar 9 Reader alat GPSMap yang digunakan dalam survei batimetri.F-26
Gambar 10 Penempatan GPSMap (transducer, antena, reader) di perahu.F-27
Gambar 11 Metoda pengukuran pengikatan elevasi...........................F-28
Gambar 12 Bench mark yang dibuat untuk titik referensi..................F-30
Gambar 13 Pengikatan (levelling) peilschaal......................................F-31
Gambar 14 Arus diukur pada tiga kedalaman Perairan......................F-32
Gambar 15 Metode pengambilan sedimen dasar................................F-33
Gambar 16. Diagram Alur Pekerjaan Survey Mekanika Tanah...........F-36
Gambar 17 Sketsa definisi besaran-besaran yang terlibat dalam koreksi kedalaman................................................................................F-38
Gambar 18. Bagan alir proses pengolahan data hujan menjadi hujan wilayah.....................................................................................F-41
Gambar 19. Skema Perhitungan Anggaran Biaya.............................F-75
43 43
Usulan Teknis STUDI SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN LAUT AKIBAT KEGIATAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA
Tabel F-1.Nilai kritis (Dcr) dari Smirnov-Kolmogorov.........................F-48
Tabel F-2. Erosi yang diijinkan...........................................................F-56
Tabel F-3. Kriteria Faktor Keamanan Kestabilan Lereng...................F-70
Tabel F-4. Faktor Konversi Biaya Ekonomi.........................................F-74
44 44