5. bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan

84
Dalam bab ini diuraikan metodologi pelaksanaan pekerjaan konsultan dalam melaksanakan pekerjaan: “Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat” Metodologi dan konsep pendekatan yang diuraikan dalam sub bab - sub bab ini didasarkan pada hal-hal di bawah ini: Informasi yang telah dikumpulkan oleh konsultan sejauh ini tentang daerah penelitian. Hal-hal yang disyaratkan dalam Kerangka Acuan pekerjaan ini. Pengalaman Konsultan dalam mengerjakan pekerjaan sejenis. Keahlian, sumber daya, dan perangkat lunak yang dimiliki Konsultan. 3.1. 3.1. Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan Rekayasa pembangunan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang berdasarkan analisa dari berbagai aspek untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu dengan hasil seoptimal mungkin. Secara garis besar, aspek-aspek yang berkaitan dengan rekayasa pembangunan dapat dikelompokkan menjadi empat tahapan, yaitu: Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 1 METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD BAB

Upload: asad55001

Post on 02-Jan-2016

174 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Dalam bab ini diuraikan metodologi pelaksanaan pekerjaan konsultan dalam

melaksanakan pekerjaan:

“Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat

BPBD

Provinsi Papua Barat”

Metodologi dan konsep pendekatan yang diuraikan dalam sub bab - sub bab

ini didasarkan pada hal-hal di bawah ini:

Informasi yang telah dikumpulkan oleh konsultan sejauh ini tentang

daerah penelitian.

Hal-hal yang disyaratkan dalam Kerangka Acuan pekerjaan ini.

Pengalaman Konsultan dalam mengerjakan pekerjaan sejenis.

Keahlian, sumber daya, dan perangkat lunak yang dimiliki Konsultan.

3.1.3.1. Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan

Rekayasa pembangunan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang

berdasarkan analisa dari berbagai aspek untuk mencapai sasaran dan

tujuan tertentu dengan hasil seoptimal mungkin. Secara garis besar, aspek-

aspek yang berkaitan dengan rekayasa pembangunan dapat dikelompokkan

menjadi empat tahapan, yaitu:

Tahapan Studi

Tahapan Perencanaan

Tahapan Pelaksanaan

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 1

METODOLOGI PELAKSANAAN

PEKERJAANPerencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD

Provinsi Papua Barat BAB

III

Page 2: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Tahapan Operasi dan Pemeliharaan

Di dalam keempat tahapan tersebut ada berbagai macam aktivitas yang

dilaksanakan untuk mendukung kegiatan masing-masing tahapan. Secara

makro rekayasa, penjabaran dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilihat

pada Gambar 3.1. Berdasarkan tahapan rekayasa pembangunan secara

makro seperti yang telah dijelaskan di atas, pekerjaan “Perencanaan

Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi

Papua Barat” ini, termasuk dalam tahapan perencanaan.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 2

Page 3: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Tidak

Ya

Ide atau Sasaran/ Tujuanyang Akan Dicapai

Pra Studi Kelayakan Analisa Teknis Analisa Ekonomi Analisa Sosial Analisa Lingkungan (AMDAL)

Studi Kelayakan Analisa Teknis Analisa Ekonomi Analisa Sosial Analisa Lingkungan (AMDAL)

Rekomendasi BeberapaAlternatif

Seleksi Perancangan

Detail Desain

Pelaksanaan Fisik

Operasi dan Pemeliharaan

Layak

Kajian Ulang

Berhenti

Layak

Kajian Ulang

Berhenti

Tahap S

tudi

Tahap

Pere

nca

naan

Tahap

Pela

ksa

naan

Tahap

O &

P

Ya

Tidak

Gambar 3. 1. Tahapan Kegiatan Umum Proyek.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 3

Page 4: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Berdasarkan acuan yang telah digariskan dalam Kerangka Acuan

Pekerjaan/TOR, maka dalam menyiapkan rencana kegiatan akan dilakukan

pendekatan teknis dan metodologi pelaksanaan yang optimal, ekonomis,

tepat guna dan solusinya dapat diandalkan. Oleh karena itu dalam

melaksanakan pekerjaan ini, pihak konsultan akan menyajikan pendekatan

teknis dan metodologi pelaksanaan dari masing-masing kegiatan yang

dimulai dari tahap awal hingga penyelesaian akhir pekerjaan. Lingkup

pelaksanaan serta metode yang digunakan di setiap tahapan digambarkan

dalam Gambar 3.2. Lingkup kegiatan di atas akan dilaksanakan dengan

tahapan sebagai berikut:

1. Tahapan Persiapan.

2. Tahapan Pengumpulan Data Sekunder.

3. Tahapan Pelaksanaan Survei Lapangan.

4. Tahapan Analisa Data.

5. Tahapan Detail Desain.

6. Tahapan Pelaporan.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 4

Page 5: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

SPMK

Persiapan

Permasalahan :- Latar Belakang Perencanaan- Kebutuhan Pembangunan Pelabuhan- Penyusunan Metodologi Kerja Detail

Pengumpulan data Sekunder dan survey

Pendahuluan

Survey Lapangan

Topografi dan Bathymetri

Hidro Oceanografi

Penyelidikan Tanah

Analisa Data

Perencanaan Detail

Optimasi Lay OutPerencanaan

TeknisPrakiraan Biaya

Draft Detail Disain

Setuju?Perbaikan Draft Detail Desain

Final Detail Disain

SELESAI

No

Yes

Diskusi I

Diskusi II

Laporan Pendahuluan

- Laporan Inerim- Preliminary Design

Draft Final Report

- Laporan Final- Gambar Rencana- Boq & Rab- Spesifikasi Teknis- Executive Summary

Gambar 3. 2. Bagan Alir Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 5

Page 6: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.2.3.2. Tahapan Persiapan

Pekerjaan persiapan ini meliputi penyelesaian administrasi, mobilisasi

personil dan peralatan, persiapan pekerjaan lapangan, dan pengumpulan

data tahap awal.

1. Penyelesaian Administrasi

Masalah administrasi yang harus diselesaikan terutama meliputi

administrasi kontrak dan legalitas personil yang akan ditugaskan untuk

melaksanakan pekerjaan ini, baik di lingkungan intern konsultan maupun

untuk berhubungan dengan pihak lain.

2. Mobilisasi Personil dan Peralatan

Bersamaan dengan penyelesaian administrasi, konsultan akan melakukan

mobilisasi personil dan peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan ini.

Kemudian setelah semua personil dimobilisir, dilakukan rapat koordinasi

untuk menentukan langkah-langkah guna penyelesaian pekerjaan ini agar

didapatkan hasil kerja yang maksimal.

3. Persiapan Pekerjaan Lapangan

Selain persiapan-persiapan yang dilakukan di kantor, dilakukan juga

persiapan di lapangan. Persiapan pekerjaan lapangan ini meliputi penyiapan

kantor di lokasi proyek dan pekerjaan persiapan untuk survei-survei.

Sedangkan pekerjaan persiapan untuk survei meliputi pembuatan program

kerja (jadwal kerja lebih rinci) dan penugasan personil, pembuatan peta

kerja, penyiapan peralatan survei dan personil, penyiapan surat-surat

ijin/surat keterangan, dan pemeriksaan alat-alat survei.

4. Pendefinisian Kebutuhan Pengguna

Pendefinisian ulang kebutuhan pemakai sangat penting untuk dilakukan. Hal

ini penting mengingat penjelasan pekerjaan sebelumnya belum dijelaskan

secara teknis dan bagaimana hasil (produk) yang mencerminkan keinginan

pengguna jasa dan kualitas pekerjaan yang harus dihasilkan oleh konsultan.

Pendefinisian ulang kebutuhan pemakai ini harus sudah diselesaikan

sebelum laporan pendahuluan dibuat. Dengan demikian, laporan

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 6

Page 7: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

pendahuluan yang dibuat oleh konsultan akan menjadi acuan konsultan dan

pemilik pekerjaan (pengguna jasa) dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

3.3.3.3. Tahapan Pengumpulan Data Sekunder

3.3.1 Tujuan

Mengumpulkan semua data yang ada (data sekunder), yang berkaitan

dengan kondisi fisik teknis, sosial ekonomi dan kebijaksanaan pemerintah,

untuk selanjutnya dianalisa guna memperoleh gambaran tentang daya

dukung terhadap pembangunan Pelabuhan.

3.3.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pekerjaan pengumpulan data sekunder ini adalah sebagai

berikut:

1. Laporan Studi Terdahulu yang Terkait

Pekerjaan ini bersifat studi literatur yang komprehensif. Literatur yang

digunakan dalam studi ini harus mencakup berbagai sasaran teknis

sehingga tidak terjadi tumpang tindih data (Data Redundancy) dan tumpang

tindih literatur (Overlap Literacy).

2. Peta Terbaru

Peta digunakan sebagai salah satu acuan referensi dalam perencanaan

khususnya untuk hal-hal yang berkaitan dengan topografi dan geologi. Peta-

peta yang dikumpulkan sebagainya merupakan peta-peta keluaran terbaru

dari instansi yang terkait. Jenis-jenis peta yang diperlukan antara lain:

Peta Topografi rupa bumi dari BAKOSURTANAL atau Direktorat

Topografi.

Peta Bathimetri dari Direktorat Oceanografi.

Peta Geologi dari Direktorat Geologi.

Peta tata guna lahan.

3. Data Hidro-Oceanografi

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 7

Page 8: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Data-data sekunder Hidro-Oceanografi merupakan data pendukung sebagai

referensi dalam perencanaan terutama pengecekan hasil survei Hidro-

Oceanografi yang akan dilakukan. Kebutuhan data antara lain:

Data pasang surut.

Data arus dan gelombang.

4. Data Meteorologi

Dalam perencanaan pelabuhan, kebutuhan data meteorologi adalah salah

satu unsur yang sangat penting terutama untuk menentukan layout

rencana. Data meteorologi yang digunakan sebaiknya merupakan hasil

pengamatan dari stasiun yang terdekat sehingga dapat dianggap mewakili

kondisi di lokasi perencanaan. Data meteorologi yang diperlukan adalah:

Data angin harian maksimum stasiun terdekat.

Data curah hujan harian maksimum stasiun terdekat.

Data iklim stasiun terdekat.

5. Data Sosial Ekonomi Penunjang

Parameter sosial dan ekonomi menjadi sangat penting mengingat

peruntukkan dan fungsi pelabuhan tidak terlepas dari perkembangan sosial

lingkungan dan ekonomi wilayah tersebut. Data-data yang diperlukan antara

lain:

Data kependudukan (Demografi).

Data sarana dan prasarana pendukung wilayah yang ada.

Data fasilitas dan utilitas yang tersedia.

Data potensi sumberdaya alam.

Data pendapatan ekonomi wilayah (PDRB/GDP/GRDP).

Data perdagangan dan industri.

Data bahan bangunan/material dan upah.

6. Data Eksisting Pelabuhan

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 8

Page 9: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Perencanaan pelabuhan baru maupun rencana pengembangan pelabuhan

yang ada tidak terlepas dari kondisi pelabuhan yang telah ada sebelumnya.

Oleh sebab itu dalam perencanaan diharapkan selalu melihat kondisi yang

ada pada pelabuhan yang lama. Data-data eksisting pelabuhan yang

diperlukan antara lain:

Data pergerakan serta jenis kapal yang ada.

Data jenis dan jumlah komoditas/barang yang dilayani.

Data fasilitas sarana dan prasarana yang ada serta waktu

pelayanannya.

Data tarif jasa angkutan dan penyimpanan barang.

Data-data kepelabuhan lainnya.

7. Data Lingkungan Penunjang

Kegiatan pembangunan secara langsung maupun tidak langsung akan

membawa dampak terhadap lingkungan. Perubahan ini akan berpengaruh

terhadap kehidupan sekitarnya.

8. Data Kebijakan/Peraturan Pemerintah

Perencanaan pelabuhan selalu terkait dengan strategi perkembangan

wilayah lokasi rencana pembangunan baik dalam skala kabupaten maupun

propinsi. Dengan demikian, berbagai rekomendasi strategi pengembangan

pelabuhan diusahakan tidak menyimpang dari kebijakan-kebijakan yang

telah ada sebelumnya. Data-data yang diperlukan, yaitu:

Rencana Umum Tata Ruang (RUTR).

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Rencana Strategi (RENSTRA) pemerintah propinsi.

Rencana kawasan pertumbuhan ekonomi propinsi, kabupaten, kota.

Rencana strategi pengembangan pemerintah

pusat/propinsi/kabupaten/kota dalam bidang transportasi laut.

Kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan pelabuhan.

Peraturan-peraturan/kebijakan-kebijakan lain yang terkait.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 9

Page 10: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.3.3 Output

File data base, statistik, rencana kerja survei lapangan.

3.4.3.4. Tahapan Pelaksanaan Survei Lapangan

3.4.1 Survei Sosial Ekonomi

3.4.1.1 Tujuan

Mengumpulkan data primer tentang aspek sosial ekonomi yang berkaitan

dengan perencanaan kepelabuhan baik mikro (masyarakat sekitar) maupun

makro (pengguna jasa dan pihak pengelola), dengan melakukan survei

langsung di lapangan.

3.4.1.2 Ruang Lingkup

Masyarakat di sekitar lokasi rencana.

Instansi yang terkait (Syah Bandar Pelabuhan, Perhubungan Laut,

Bappeda, Industri dan Perdagangan).

Pihak-pihak pengguna jasa (pengusaha angkutan, industri, pedagang,

dll).

3.4.1.3 Metodologi Survei

Survei lapangan sosial ekonomi dilakukan dengan cara:

Diskusi dengan nara sumber.

Penyebaran quistioner dan wawancara dengan responden.

Pengamatan langsung di lapangan.

Sebelum survei dilakukan, konsultan akan mempersiapkan quistioner yang

berisi daftar pertanyaan dan format isian data yang sesuai dengan yang

dibutuhkan. Dalam pelaksanaannya konsultan akan mengunjungi instansi-

instansi yang terkait dengan masalah-masalah kepelabuhan. Pada setiap

kunjungan tersebut konsultan akan mengadakan diskusi dengan pejabat

yang bersangkutan sebagai narasumber.

Questioner akan disebarkan kepada para responden yang dipilih baik yang

ada di sekitar lokasi maupun pengguna jasa pelabuhan, yang selanjutnya

diikuti dengan wawancara langsung dengan yang bersangkutan.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 10

Page 11: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.4.1.4 Peralatan Survei

Format wawancara dan diskusi.

Questioner.

Buku catatan.

3.4.1.5 Output

File data sosial ekonomi dan statistik.

3.4.2 Survei Topografi dan Bathimetri

3.4.2.1 Tujuan

Survei topografi dan bathimetri ini adalah memperoleh data lapangan

sebagai gambaran bentuk permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian

serta posisi kenampakan yang ada baik untuk area darat maupun area

perairan laut di depan calon pelabuhan.

Hasil dari survei ini kemudian disajikan dengan peta dasar skala 1 : 2.500

dan peta kerja skala 1 : 1.000 dengan interval kontur 1 m.

3.4.2.2 Ruang Lingkup

1. Survey Topografi

Pemasangan Bech Mark (BM) dan patok kayu

Pengukuran poligon (kerangka dasar horizontal).

Pengukuran sipat datar (kerangka dasar vertikal).

Pengukuran situasi detail.

Perhitungan hasil pengukuran.

2. Survey Bathimetri

Menentukan patok-patok tetap referensi.

Pengukuran kedalaman menggunakan echosounder dan pengukuran

posisi menggunakan satelit GPS (Global Positioning System).

Perhitungan dan pengolahan hasil pengukuran.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 11

Page 12: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.4.2.3 Metodologi Survei Topografi

Secara garis besar, survei topografi yang dilakukan terdiri dari kegiatan

sebagai berikut:

1. Pekerja Pengukuran

Pengukuran ini maksudkan untuk menetapkan posisi dari titik awal proyek

terhadap koordinat maupun elevasi triangulasi, agar pada saat pengukuran

untuk pelaksanaan (stake out) mudah dilakukan.

Data koordinat dan ketinggian titik triangulasi diperoleh dari jawatan

Topografi angkatan darat (JANTOP-AD) atau dari BAKOSURTANAL. Referensi

ketinggian titik triangulasi adalah permukaan laut rata-rata, sedangkan data

koordinat triangulasi berupa koordinat geografis lintang dan bujur dalam

sistem koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) yang kemudian

ditransformasi ke dalam sistem koordinat Cartesian (x, y).

Pengukuran pengikatan dilakukan dari titik triangulasi terhadap salah satu

titik pada kerangka dasar horizontal/vertikal utama, agar seluruh daerah

pemetaan berada dalam satu sistem referensi yang sama. Apabila titik

triangulasi tidak ada/berada jauh sekali dari lokasi proyek, maka dapat

digunakan titik referensi lokal.

Setelah dilakukan pengukuran pengikatan untuk menentukan titik awal

proyek, selanjutnya dilakukan pengukuran titik-titik kontrol, baik titik kontrol

horizontal maupun vertikal. Pengukuran titik-titik kontrol (control survey)

adalah pekerjaan pengukuran untuk pemasangan patok-patok yang kelak

akan digunakan sebagai titik-titik dasar dalam berbagai macam pekerjaan

pengukuran. Pengukuran yang dilakukan untuk memperoleh hubungan

posisi di antara titik-titik dasar disebut pengukuran titik-titik kontrol dan

hasilnya akan dipergunakan untuk pengukuran detail.

2. Orientasi Medan

Sebagai langkah awal setelah tim tiba di Base Camp lapangan adalah

melakukan orientasi medan yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai

berikut:

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 12

Page 13: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

a. Melacak letak dan kondisi existing BM (BM yang telah terpasang

sebelumnya) dan pilar beton lainnya yang akan dimanfaatkan sebagai

titik-titik kontrol pengukuran.

b. Meninjau dan mengamati kondisi sungai beserta keadaan daerah

sekitarnya.

c. Melacak serta mengamati keadaan di dalam lokasi.

d. Penghimpunan Tenaga Lokal (TL) yang diambil dari penduduk sekitar

lokasi.

e. Melakukan konsolidasi internal terhadap kesiapan personil, peralatan,

perlengkapan, material, serta logistik.

f. Melakukan konsultasi teknis serta meninjau lokasi secara bersama-

sama dengan Pengawas Lapangan.

3. Pemasangan BM (Bench Mark) dan Patok Kayu

BM dipasang di tempat yang stabil, aman dari gangguan dan mudah dicari.

Setiap BM akan difoto, dibuat deskripsinya, diberi nomor dan kode.

Penentuan koordinat (x, y, z) BM dilakukan dengan menggunakan

pengukuran GPS, poligon dan sipat datar. Pada setiap pemasangan BM akan

dipasang CP pendamping untuk memudahkan pemeriksaan.

Tata cara pengukuran, peralatan dan ketelitian pengukuran sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Titik ikat yang dipakai adalah BM lama yang

terdekat.

Bentuk, ukuran dan konstruksi Bench Mark besar berukuran (20x20x100)

cm dengan jumlah BM sebanyak 2 buah. Bench Mark besar dipasang

seperti berikut:

a. BM harus dipasang pada jarak setiap 2,5 km sepanjang jalur poligon

utama atau cabang. Patok beton tersebut harus ditanam ke dalam

tanah sepanjang kurang lebih 50 cm (yang kelihatan di atas tanah

kurang lebih 20 cm) ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan

mudah dicari. Pembuatan tulangan dan cetakan BM dilakukan di Base

Camp. Pengecoran BM dilakukan dilokasi pemasangan. Pembuatan

skets lokasi BM untuk deskripsi. Pemotretan BM dalam posisi "Close

Up", untuk lembar deskripsi BM.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 13

Page 14: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

b. Baik patok beton maupun patok-patok polygon diberi tanda benchmark

(BM) dan nomor urut, ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan

mudah pencariannya.

c. Untuk memudahkan pencarian patok sebaiknya pada pohon-pohon

disekitar patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.

d. Untuk patok kayu harus dibuat dari bahan yang kuat dengan ukuran

(3x5x50) cm3 ditanam sedalam 30 cm, dicat merah dan dipasang paku

di atasnya serta diberi kode dan nomor yang teratur.

40

2015

6520

100

Beton 1:2:3

Pasir dipadatkan

Pen kuningan

Tulangan tiang Ø10

Sengkang Ø5-15

Pelat m arm er 12 x 12

20

1020

10

Ø6 cm

Pipa pralon PVC Ø6 cm

Nom or titik

Dicor beton

Dicor beton

7525

Benchmark Control Poin t

Gambar 3. 3. Konstruksi BM.

4. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal

Pada dasarnya ada beberapa macam cara untuk melakukan pengukuran

titik kerangka dasar horizontal, diantaranya yaitu dengan melakukan

pengukuran dengan menggunakan satelit GPS (Global Positioning System)

dan dengan pengukuran poligon. Keuntungan menggunakan metoda GPS

untuk penentuan titik kerangka dasar horizontal yaitu:

Waktu pelaksanaan lebih cepat.

Tidak perlu adanya keterlihatan antar titik yang akan diukur.

Dapat dilakukan setiap saat (real time), baik siang maupun malam.

Memberikan posisi tiga dimensi yang umumnya bereferensi ke satu

datum global yaitu World Geodetic System 1984 yang menggunakan

ellipsoid referensi Geodetic Reference System 1980.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 14

Page 15: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Proses pengamatan relatif tidak tergantung pada kondisi terrain dan

cuaca.

Ketelitian posisi yang diberikan relatif tinggi.

Sedangkan kerugiannya antara lain:

Datum untuk penentuan posisi ditentukan oleh pemilik dan pengelola

satelit. Pemakai harus menggunakan datum tersebut, atau kalau tidak,

ia harus mentransformasikannya ke datum yang digunakannya

(transformasi datum).

Pemakai tidak mempunyai kontrol dan wewenang dalam

pengoperasian sistem. Pemakai hanya mengamati satelit sebagaimana

adanya beserta segala konsekuensinya.

Pemrosesan data satelit untuk mendapatkan hasil yang teliti, relatif

tidak mudah. Banyak faktor yang harus diperhitungkan dengan baik

dan hati-hati.

Spesifikasi pengamatan GPS untuk memperoleh titik kerangka utama ini

adalah:

Pengamatan dilakukan secara double difference dengan metode static

atau rapid static.

Lama pengamatan 30-45 menit setiap sesi pengamatan.

Panjang tiap baseline maksimal 2.5 kilometer.

Masking angle adalah sebesar 15 derajat.

GPS receiver yang digunakan adalah GPS single frekuensi baik L1 atau

L2.

RMS error dari setiap koordinat hasil perhitungan maksimum adalah 1

mm.

Pengukuran titik kontrol horizontal yang dilakukan dalam bentuk poligon,

harus terikat pada ujung-ujungnya. Dalam pengukuran poligon ada dua

unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan.

Pengukuran titik kontrol horizontal (titik poligon) dilaksanakan dengan cara

mengukur jarak dan sudut menurut lintasan tertutup. Pada pengukuran

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 15

Page 16: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

poligon ini, titik akhir pengukuran berada pada titik awal pengukuran.

Pengukuran sudut dilakukan dengan pembacaan double seri, dimana besar

sudut yang akan dipakai adalah harga rata-rata dari pembacaan tersebut.

Azimut awal akan ditetapkan dari pengamatan matahari dan dikoreksikan

terhadap azimut magnetis.

a. Pengukuran Jarak

Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 meter.

Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur,

sangat tergantung kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan

permukaan tanah. Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring

dilakukan dengan cara seperti di Gambar 3.4.

Jarak AB = d1 + d2 + d3

d1d2

d3

A

B2

1

Gambar 3. 4. Pengukuran Jarak Pada Permukaan Miring.

Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak, maka dilakukan juga

pengukuran jarak optis pada saat pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.

b. Pengukuran Sudut Jurusan

Sudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal

alat ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut

jurusan dihitung berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-

masing titik poligon. Penjelasan pengukuran sudut jurusan sebagai berikut

lihat Gambar 3.5.

= sudut mendatar

AB = bacaan skala horisontal ke target kiri

AC = bacaan skala horisontal ke target kanan

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 16

Page 17: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B)

dan luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut:

Jarak antara titik-titik poligon adalah 50 m.

Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.

Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 100 meter.

Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2).

Selisih sudut antara dua pembacaan 5” (lima detik).

Ketelitian jarak linier (KI) ditentukan dengan rumus berikut.

000.5:1

22

d

ffKI

yx

Bentuk geometris poligon adalah loop.

A

B

C

AB

AC

Gambar 3. 5. Pengukuran Sudut Antar Dua Patok.

c. Pengamatan Azimuth Astronomis

Pengamatan matahari dilakukan untuk mengetahui arah/azimuth awal yaitu:

Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif

pada sudut-sudut terukur dalam jaringan poligon.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 17

Page 18: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Untuk menentukan azimuth/arah titik-titik kontrol/poligon yang tidak

terlihat satu dengan yang lainnya.

Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan

pengukuran yang bersifat lokal/koordinat lokal.

Pengamatan azimuth astronomis dilakukan dengan:

Alat ukur yang digunakan Theodolite T2

Jumlah seri pengamatan 4 seri (pagi hari)

Tempat pengamatan, titik awal (BM.1)

Dengan melihat metoda pengamatan azimuth astronomis pada Gambar

3.6, Azimuth Target (T) adalah:

T = M + atau T = M + ( T - M )

di mana:

T = azimuth ke target

M = azimuth pusat matahari

(T) = bacaan jurusan mendatar ke target

(M) = bacaan jurusan mendatar ke matahari

= sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke

target

Matahari

U (Geografi)

Target

A

M

T

Gambar 3. 6. Pengamatan Azimuth Astronomis.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 18

Page 19: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

5. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal

Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat

datar pada titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup

(loop), yaitu pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama.

Pengukuran beda tinggi dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh

ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka pengukuran) telah diikatkan

terhadap BM

Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan

melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang

referensi (BM) seperti digambarkan pada Gambar 3.7.

Bidang Referensi

Slag 1

Slag 2

b1

b2

m1

m21

DD

Gambar 3. 7. Pengukuran Waterpass.

Pengukuran waterpas mengikuti ketentuan sebagai berikut:

Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.

Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.

Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu

belakang menjadi rambu muka.

Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu

lengkap.

Pengecekan baut-baut tripod (kaki tiga) jangan sanpai longgar.

Sambungan rambu ukur harus betul. Rambu harus menggunakan nivo.

Sebelum melakukan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu

garis bidiknya. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 19

Page 20: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Waktu pembidikan, rambu harus diletakkan di atas alas besi.

Bidikan rambu harus diantara interval 0,5 m dan 2,75 m.

Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) kali pembacaan benang

tengah, benang atas dan benang bawah.

Kontrol pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang

bawah (BB), yaitu : 2 BT = BA + BB.

Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm.

Jarak rambu ke alat maksimum 50 m

Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.

Toleransi salah penutup beda tinggi (T).

T = 10” D mm dimana:

D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satu kilo meter.

6. Pengukuran Situasi

Dimaksudkan untuk mendapatkan data situasi dan detail lokasi pengukuran.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran situasi, yaitu:

Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara Tachymetri.

Ketelitian alat yang dipakai adalah 20”.

Poligon tambahan jika diperlukan dapat diukur dengan metode Raai

dan Vorstraal.

Ketelitian poligon raai untuk sudut 20” n, dimana n = banyaknya titik

sudut.

Ketelitian linier poligoon raai yaitu 1 : 1000.

Kerapatan titik detail harus dibuat sedemikian rupa sehingga bentuk

topografi dan bentuk buatan manusia dapat digambarkan sesuai

dengan keadaan lapangan.

Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga

memudahkan penggambaran dan memenuhi mutu yang baik dari peta.

Sudut poligon raai dibaca satu seri.

Ketelitian tinggi poligon raai 10 cmD (D dalam km).

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 20

Page 21: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Dengan cara tachymetri ini diperoleh data-data sebagai berikut:

Azimuth magnetis.

Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah).

Sudut zenith atau sudut miring.

Tinggi alat ukur.

Berdasarkan besaran-besaran tersebut diatas selanjutnya melalui proses

hitungan, diperoleh Jarak datar dan beda tinggi antara dua titik yang telah

diketahui koordinatnya (X, Y, Z).

7. Perhitungan Hasil Pengukuran

a. Semua pekerjaan hitungan sementara harus selesai di lapangan

sehingga kalau ada kesalahan dapat segera diulang untuk dapat

diperbaiki saat itu pula.

b. Stasiun pengamatan matahari harus tercantum pada sketsa.

c. Hitungan poligon dan sipat datar digunakan hitungan perataan dengan

metode yang ditentukan oleh Direksi.

d. Pada gambar sketsa kerangka utama harus dicantumkan hasil hitungan

: Salah penutup sudut poligon dan jumlah titiknya, salah linier poligon

beserta harga toleransinya, jumlah jarak, salah penutup sipat datar

beserta harga toleransinya, serta jumlah jaraknya.

e. Perhitungan dilakukan dalam proyeksi UTM.

3.4.2.4 Metodologi Survey Bathimetri

Survey Bathimetri atau seringkali disebut dengan Pemeruman (sounding)

dimaksudkan untuk mengetahui keadaan topografi dasar laut. Cara yang

dipakai dalam pengukuran ini adalah dengan menentukan posisi-posisi

kedalaman laut pada jalur tegak lurus pantai ke arah laut dan jalur sejajar

pantai untuk cross check. Penentuan posisi-posisi kedalaman dilakukan

menggunakan GPS. GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi

menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 21

Page 22: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

yang dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam segala cuaca ini,

serta didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang

teliti dan juga informasi mengenai waktu secara kontinyu di seluruh dunia.

Dalam kaitannya dengan aktivitas pemetaan laut, metode penentuan posisi

yang digunakan umumnya adalah metode kinematik diferensial

menggunakan data pseudorange untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut

ketelitian menengah (level meter) dan menggunakan data fase untuk

ketelitian yang lebih tinggi (level cm).

Penentuan posisi secara kinematik adalah penentuan posisi dari titik-titik

yang bergerak dan receiver GPS tidak dapat atau tidak punya kesempatan

untuk berhenti pada titik-titik tersebut.

Penentuan titik lajur sounding setiap 10 meter (disekitar rencana dermaga)

dan 20 meter di luar itu, dilaksanakan dengan cara pengukuran traverse

sepanjang sungai/pantai. Titik lajur sounding ini diikatkan pula dengan

jaringan poligon (dari pekerjaan topografi).

Untuk lebih jelasnya, metode pelaksanaan survei bathimetri dijelaskan

sebagai berikut:

1. Persiapan

Dalam pekerjaan persiapan ini dilakukan pengukuran polygon dan

waterpass untuk pengukuran garis pantai, pemasangan patok untuk jalur

sounding tiap 10 m dan 20 m.

Sebelum pemeruman dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pemeruman

global secara visual dan dibantu dengan tali. Hal ini dimaksudkan supaya

dapat menentukan distribusi pemeruman dengan teliti dan efisien. Pada

posisi dimana pola dasar laut relatif landai, pemeruman dilakukan dengan

lintasan-lintasan yang relatif jarang, sedang pada pola dasar laut relatif

dalam dilakukan pemeruman dengan lintasan-lintasan yang relatif rapat.

2. Pengukuran Titik-titik Ikat Posisi Kedalaman

Pengukuran dimaksudkan untuk mendapatkan titik-titik ikat bagi posisi

kedalaman. Pada pelaksanaan di lapangan, titik ikat posisi kedalaman

memakai sistem koordinat lokal. Sistem pengukuran untuk pengikatan

digunakan pengukuran polygon.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 22

Page 23: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3. Haluan Pemeruman

Haluan Pemeruman yang dilaksanakan semaksimal mungkin tegak lurus

garis pantai, sesuai dengan ketentuan, isobath (isometric-depth) hampir

sejajar garis pantai.

a. Cara Penentuan Fix Point (Posisi Kedalaman)

Penentuan fix point dilakukan dengan cara ikatan kemuka. Untuk cara ini

diperlukan dua buah theodolite yang ditempatkan di darat, pada titik

kerangka dasar peta (poligon), dibantu dengan minimal dua buah titik

referensi.

Seorang surveyor hidro-oceanografi berada di motor boat memberi

aba-aba kepada surveyor topografi melalui handy talky, pada saat

yang bersamaan, di baca sudut jurusan ke arah posisi motor boat.

Satu surveyor memberi tanda pada kertas rekaman sounding.

Dua orang buruh lokal yang memegang bendera di darat pindah ke

jalur selanjutnya sesudah satu jalur selesai.

Untuk pengecekan kedalaman pada jalur sounding, dibuat beberapa

jalur cross sounding atau sounding silang.

Jarak antara ray (jalur) sounding dekat darat sampai perairan di depan

dermaga 10 m dan di laut 25 m.

Sounding dilakukan pulang-pergi, pergi dengan jalur-jalur ganjil dan

pulang dengan jalur-jalur genap.

b. Alat Apung (Kapal Perum atau Sekoci Perum)

Kapal perum yang digunakan diusahakan supaya:

Ruangan cukup untuk peralatan (echosounder, tempat memplot fix

point dan personil),

Kecepatan dapat dipertahankan konstan selama pemeruman

berlangsung, dan

Untuk lebih jelasnya metoda penentuan posisi fix point dapat dijelaskan

seperti pada Gambar 3.8. Berdasarkan gambar tersebut posisi fix point

dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 23

Page 24: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

123 Sin

D

Sin

D

Sin

D SBSABA

Menentukan jarak A-S dan B-S

AB

S1 S2bergerak

1

1

2

2

D(A-B)

D(A-S1) D(A-S2)D(B-S1) D(B-S2)

Gambar 3. 8. Penentuan Posisi Kedalaman.

Menentukan sudut

Menentukan azimuth (a)

di mana:

AB = azimuth A ke B

AS = azimuth A ke S

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 24

Page 25: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

BS = azimuth B ke S

Menentukan koordinat titik S

Koordinat titik S dihitung dari titik A

Xs.1 = XA + DASSinAS

Ys.1 = YA + DASCosAS

Koordinat titik S dihitung dari titik B

Xs.2 = XB + DBSSinBS

Ys.1 = YB + DBSCosBS

Koordinat titik S rata-rata

;

Untuk mengukur kedalaman akan digunakan echosounder merk Raytheon

atau Furuno. Bersamaan dengan pengukuran kedalaman (sounding)

dilakukan juga pembacaan pasang surut dengan maksud untuk koreksi

kedalaman. Untuk menghitung elevasi titik-titik sounding dipakai elevasi

muka air dari hasil pembacaan pasang surut di lokasi proyek. Untuk harga

kedalaman, diperhitungkan juga koreksi dari hasil bar check (tesbar)

terhadap alat echosounder.

3.4.2.5 Peralatan Survei

Peralatan yang digunakan dalam survei topografi:

Wild T - 0 Theodolit.

Wild NAK 1 Waterpass.

Rambu ukur.

Pita ukur 50 meter.

Jalon.

Rol meter.

Echosounder Raytheon DE-719B.

Sextant.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 25

Page 26: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Waterpass Kern.

Kompas Sestrel.

Handy Talky AICOM.

Perahu Motor.

Peilschaal.

3.4.2.6 Output

Data pengukuran asli dan perhitungan semua hasil pengukuran di

lapangan baik topografi maupun bathimetri.

Daftar koordinat dan ketinggian dari semua patok BM yang dipasang di

lapangan dan berikut data triangulasi yang dipakai sebagai titik ikat

pengukuran.

3.4.3 Survei Hidro-Oceanografi

3.4.3.1 Tujuan

Mendapatkan data pengukuran, pengamatan dan sampel sebagai gambaran

yang sebenarnya tentang kondisi oceanografi dari perairan di sekitar lokasi

yang meliputi kondisi pasang surut, arus, gelombang dan sedimen.

3.4.3.2 Ruang Lingkup

Pengamatan pasang surut (15 hari).

Pengukuran arus.

Pengamatan gelombang.

Pengambilan contoh air.

Pengambilan contoh sedimen.

3.4.3.3 Metodologi Survei

1. Pengamatan Pasang Surut (15 hari)

Pengamatan pasang surut dilakukan pada lokasi yang representatif dengan

lama pengamatan 15 hari x 24 jam. Pengamatan dilakukan dengan cara

memasang alat duga muka air yang dibaca setiap jam. Alat pengamatan

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 26

Page 27: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

pasut yang dipakai adalah peilschaal dengan interval skala 1 (satu) cm.

Elevasi hasil pengamatan muka air selanjutnya diikatkan pada titik tetap

yang ada (Bench Mark). Data hasil pengamatan akan digunakan untuk

analisa tinggi muka air rata-rata dan konstanta-konstanta pasang surutnya.

Hasil pengamatan ini diikatkan (levelling) ke patok pengukuran topografi

terdekat seperti Gambar 3.9 untuk mengetahui elevasi nol peilschaal

dengan menggunakan waterpass sehingga pengukuran topografi, bathimetri

dan pasang surut mempunyai datum (bidang referensi) yang sama. Rumus

pengikatan adalah sebagai berikut:

Elevasi Nol Peilschaal = T.P + BT.1 – BT.2

di mana:

T.P = tinggi titik patok terdekat dengan peilschaal

BT.1 = bacaan benang tengah di patok

BT.2 = bacaan benang tengah di peilschaal

BT. 1BT. 2

Nol Peilscaal

T.P

Gambar 3. 9. Pengikatan (levelling) Peilschaal.

2. Pengukuran Arus

Untuk mengetahui arah dan kecepatan arus yang terjadi di perairan

tersebut akan dilakukan pengukuran arus di 2 (dua) titik pada lokasi.

Pengukuran arus terdiri atas pengukuran arus tetap dan arus bergerak.

a. Pengukuran Arus Tetap

Pengukuran arus tetap akan dilakukan di suatu tempat yang telah

ditetapkan dengan cara menjangkar perahu di titik tersebut. Pengukuran

akan dilakukan selama 25 jam pada saat spring tide. Pengukuran harus

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 27

Page 28: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

dilakukan pada kedalaman 0,2; 0,4 dan 0,8 d (d = kedalaman laut). Data

hasil pengukuran berupa kecepatan dan arah arus.

b. Pengukuran Arus Bergerak

Pengukuran arus bergerak akan dilakukan 2 (dua) kali yaitu pada saat spring

tide dan neap tide. Lama pengukuran masing-masing 8 jam yaitu dari

saat surut sampai dengan saat surut berikutnya atau dari saat pasang ke

saat pasang berikutnya atau disebut 1 siklus pasang surut. Pengukuran

dilakukan dengan cara melepaskan alat pelampung dan resistant body pada

kedalaman 0,5 d (d = kedalaman laut).

Posisi saat peluncuran (posisi pertama) diukur kedudukannya, selang

beberapa waktu kemudian misalnya 10 atau 15 menit posisi pelampung

diukur kembali. Jarak antara posisi pertama dan posisi kedua berikut

arahnya diketahui sehingga kecepatan dan arah arus dapat dihitung.

3. Pengamatan Gelombang

Pengamatan tinggi gelombang dapat dilakukan dengan menggunakan alat

ukur otomatis atau secara visual. Pengamatan dilakukan selama 15 hari.

4. Pengambilan Contoh Air

Contoh air diambil pada beberapa titik di sekitar lokasi proyek. Contoh

diambil pada saat spring tide dan neap tide, masing-masing pada saat air

tinggi dan air rendah. Contoh air dimasukkan kedalam wadah/botol-botol

plastik yang terlindung dari pengaruh luar yang telah disediakan dan akan

diperiksa di laboratorium untuk mendapatkan kadar sedimen, salinitas dan

kadar sulfat.

5. Pengambilan Contoh Sedimen

Contoh sedimen yang di ambil adalah sedimen dasar (bed load) dan

sedimen layang (suspended load). Pengambilan contoh sedimen dasar dan

sedimen suspensi diperlukan untuk mengetahui diameter butiran dan

kecepatan endap butiran sedimen yang mengendap di sepanjang pantai.

Lokasi pengambilan contoh sedimen diusahakan sama dengan lokasi

pengambilan contoh air pada beberapa titik di lokasi. Contoh sedimen

dimasukkan kedalam wadah/botol-botol plastik yang terlindung dari

pengaruh luar yang telah disediakan dan akan diperiksa di laboratorium.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 28

Page 29: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.4.3.4 Peralatan Survei

Theodolite T0.

Peilschaal.

Currentmeter.

Alat pelampung.

Resistant body.

Kompas.

Waverecorder.

Tabung-tabung sampel.

3.4.3.5 Output

Data pengamatan pasang surut 15 hari

Data kecepatan dan arah arus

Data pengamatan gelombang

Sampel air dan sedimen.

3.5.3.5. Tahapan Analisa Data

3.5.1 Analisa Sosial Ekonomi

3.5.1.1 Tujuan

Merumuskan hasil pengumpulan data sekunder sosial ekonomi dan data

hasil survei sosial ekonomi sehingga dapat memberikan gambaran tingkat

pengembangan pelabuhan berdasarkan kondisi sosial ekonomi dan arahan

kebijakan pemerintah serta melakukan prediksi sosial ekonomi guna

penentuan arah kebijakan pengembangan untuk masa yang akan datang.

3.5.1.2 Ruang Lingkup

Analisa kebutuhan pihak pengelola dan pengguna jasa pelabuhan.

Analisa dan prediksi pertumbuhan ekonomi.

Analisa dan prediksi pergerakan kapal.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 29

Page 30: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Analisa dan prediksi kegiatan bongkar muat barang/komoditas.

3.5.1.3 Metodologi Analisa

Pertumbuhan tingkat kebutuhan pergerakan (dalam hal ini yang melalui

pelabuhan) sangat tergantung kepada beberapa faktor. Karena itu prediksi

pergerakan yang membutuhkan pelayanan di rencana Pelabuhan harus

didasarkan kepada pertimbangan terhadap beberapa faktor sebagai berikut:

Peranan dan fungsi rencana Pelabuhan Container Arar, baik secara

nasional maupun secara lokal (bagi Kabupaten Sorong itu sendiri).

Rencana Pengembangan kawasan ekonomi dan industri yang ada.

Pola kecenderungan pergerakan yang ada pada pelabuhan lama

selama ini.

Pola kegiatan sosial ekonomi di Kabupaten Sorong.

3.5.1.4 Output

Hasil prediksi pertumbuhan ekonomi.

Hasil dan prediksi pergerakan kapal.

Hasil prediksi kegiatan bongkar muat barang/komoditas.

3.5.2 Analisa Topografi dan Bathimetri

3.5.2.1 Tujuan

Pengolahan dan perhitungan data lapangan hasil pengkuran topografi dan

bathimetri sehingga dapat dihasilkan suatu peta lengkap yang dapat

memberikan gambaran bentuk permukaan tanah berupa situasi dan

ketinggian serta posisi kenampakan yang ada baik untuk area darat maupun

area perairan laut di depan calon pelabuhan.

3.5.2.2 Ruang Lingkup

Hitungan kerangka horizontal.

Hitungan kerangka vertikal.

Hitungan situasi detail.

Penggambaran topografi dan bathimetri.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 30

Page 31: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.5.2.3 Metodologi Analisa

1. Hitungan Kerangka Horizontal

Dalam rangka penyelenggaraan Kerangka Dasar Peta, dalam hal ini

Kerangka Dasar Horizontal/posisi horizontal (X,Y) digunakan metoda poligon.

Dalam perhitungan poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan

yaitu jarak dan sudut jurusan yang akan diuraikan berikut ini:

a. Perhitungan Koordinat Titik Poligon

Prinsip dasar hitungan koordinat titik poligon B dihitung dari koordinat titik

poligon A yang telah diketahui sebagai berikut:

APAPAP SindXX

APAPAP CosdYY

Dalam hal ini:

XA, YA = koordinat titik yang akan ditentukan

dAP SinAP = selisih absis ( XAP) definitif (telah diberi koreksi)

dAP CosAP = selisih ordinat ( YAP) definitif (telah diberi koreksi)

dAP = jarak datar AP definitif

AP = azimuth AP definitif

Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan

rumus sebagai berikut:

1804

180

1803

180

1802

180

1801

4321A43

434443B4

321AAP

32333234

21AAP

21212123

1AAP

1A112

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 31

Page 32: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan metoda Bowdith.

Rumus-rumus yang merupakan syarat geometrik poligon dituliskan sebagai

berikut:

Sarat geometriks sudut

Akhir - Awal - + n.1800 = f

di mana:

= sudut jurusan

= sudut ukuran

n = bilangan kelipatan

f = salah penutup sudut

Syarat geometriks absis

m

iiAwalAkhir XXX

1

0

di mana:

Di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan

di = jumlah jarak

X = absis

X = elemen vektor pada sumbu absis

m = banyak titik ukur

Koreksi ordinat

Yf

dYK

di

i

di mana:

di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan

di = jumlah jarak

Y = ordinat

Y = elemen vektor pada sumbu ordinat

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 32

Page 33: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

m = banyak titik ukur

Untuk mengetahui ketelitian jarak linier-(SL) ditentukan berdasarkan

besarnya kesalahan linier jarak (KL)

22 YfXfSL

000.5:1

22

D

YfXfKL

b. Pengamatan Azimuth Astronomis

Untuk menghitung azimuth matahari didasarkan pada rumus-rumus sebagai

berikut:

mCosCos

SinmSinSinCos M ..

.

di mana:

M = azimuth matahari

= deklinasi matahari dari almanak matahari

m = sudut miring ke matahari

= lintang pengamat (hasil interpolasi peta topografi)

Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut

Zenith (Z) yang dimasukkan adalah harga definitif sebagai berikut:

ipdrmm

atauipdrZZ

ud

ud

21

21

di mana:

Zd = sudut zenith definitif

Md = sudut miring definitif

Zu = sudut zenith hasil ukuran

Mu = sudut zenith hasil ukuran

R = koreksi refraksi

1/2d = koreksi semidiameter

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 33

Page 34: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

p = koreksi paralax

I = salah indeks alat ukur

2. Hitungan Kerangka Vertikal

Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan

melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang

referensi (BM).

Syarat geometris

FHHHH AwalAkhir

mmDT 8

Hitungan beda tinggi

BtmBtbH 21

Hitungan tinggi titik

KHHHH 1212

di mana:

H = tinggi titik

H = beda tinggi

Btb = benang tengah belakang

Btm = benang tengah muka

FH = salah penutup beda tinggi

KH = koreksi beda tinggi

FHd

d

T = toleransi kesalahan penutup sudut

D = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal (kilo meter)

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 34

Page 35: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3. Perhitungan Situasi Detail

Data-data hasil pengukuran situasi detail sebagai berikut:

Azimuth magnetis

Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)

Sudut zenith atau sudut miring

Tinggi alat ukur

Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat

(X, Y, Z), digunakan rumus sebagai berikut:

HTT AB

BtTAmSinBbBaH

21002

1

Dd = DOCos2m

Dd = 100(Ba - Bb)Cos2m

di mana:

TA = titik tinggi A yang telah diketahui

TB = titik tinggi B yang akan ditentukan

H = beda tinggi antara titik A dan B

Ba = bacaan benang diafragma atas

Bb = bacaan benang diafragma bawah

Bt = bacaan benang diafragma tengah

TA = Tinggi alat

Do = jarak optis (100(Ba-Bb))

m = sudut miring

Mengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya

kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka akan

diperlukan titik-titik bantu yang membentuk jaringan poligon kompas terikat

sempurna. Sebagai konsekuensinya pada jalur poligon kompas akan terjadi

perbedaan arah orientasi utara magnetis dengan arah orientasi utara peta

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 35

Page 36: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

sehingga sebelum dilakukan hitungan, data azimuth magnetis diberi koreksi

Boussole supaya menjadi azimuth geografis. Hubungan matematik koreksi

boussole (C) adalah:

C = g - m

di mana:

g = azimuth geografis m = azimuth Magnetis

3.5.2.4 Output

Peta dasar topografi dan bathimetri skala 1 : 2.500 dan skala 1 : 1.000

dengan interval kontur 1 m.

3.5.3 Analisa Hidro-Oceanografi

3.5.3.1 Tujuan

Melakukan analisa data hasil survei hidro-oceanogafi sehingga dapat dilihat

gambaran kondisi hidro-oceanogafi dari perairan di sekitar lokasi yang

nantinya akan digunakan untuk perencanaan fasilitas-fasilitas pelabuhan.

3.5.3.2 Ruang Lingkup

Analisa pasang surut.

Analisa arus.

Analisa angin.

Analisa gelombang.

Analisa contoh air.

Analisa contoh sedimen.

3.5.3.3 Metodologi Analisa

1. Analisa Pasang Surut

Analisa pasang surut dilakukan untuk menentukan elevasi muka air rencana

bagi perencanaan fasilitas laut, mengetahui tipe pasang surut yang terjadi

dan meramalkan fluktuasi muka air. Urutan analisa pasang surut adalah

sebagai berikut:

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 36

Page 37: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

a. Menguraikan Komponen-komponen Pasang Surut

Menguraikan komponen-komponen pasang surut adalah menguraikan

fluktuasi muka air akibat pasang surut menjadi 9 (sembilan) komponen-

komponen harmonik penyusunnya. Besaran yang diperoleh adalah

amplitudo dan fasa setiap komponen. Metode yang biasa digunakan untuk

menguraikan komponen-komponen pasang surut adalah metode Admiralty

dan Least Square. Sebelum dilakukan perhitungan, data hasil pengamatan

terlebih dahulu diikatkan pada referensi topografi yang ada.

Tabel 3. 1. Komponen Harmonik Pasang Surut.

Komponen SimbolPeriode (jam)

Keterangan

Utama bulan M2 12.4106Utama matahari S2 12.0000Bulan akibat variasi bulanan jarak bumi-bulan N2 12.6592Matahari-bulan akibat perubahan sudut deklinasi matahari-bulan K2 11.9673

Matahari-bulan K1 23.9346Utama bulan O1 25.8194Utama matahari P1 24.0658

Utama bulan M4 6.2103Matahari-bulan MS4 6.1033

Pasang Surut Semi Diurnal

Pasang Surut Diurnal

Perairan Dangkal

b. Penentuan Tipe Pasang Surut

Dengan didapatkannya nilai amplitudo dari komponen pasang surut, dapat

ditentukan tipe pasang surut yang terjadi pada lokasi, yaitu dengan

melakukan perhitungan Formzall (F) dengan persamaan sebagai berikut:

F =

di mana:

AO = amplitudo komponen O1

AK1 = amplitudo komponen K1

AM2 = amplitudo komponen M2

AS2 = amplitudo komponen S2

Tipe pasang surut berdasarkan angka formzall dapat dilihat pada tabel

berikut.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 37

Page 38: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Tabel 3. 2 Tipe Pasang Surut.

Bilangan Formzall (F)

Tipe Pasang Surut Keterangan

F < 0.25 Pasang harian ganda (semidiurnal)Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan ketinggian yang hampir sama dan terjadi berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.

0.25 < F < 1.5 Campuran, condong ke semi diurnalDalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan ketinggian dan periode yang berbeda.

1.5<F<3.0 Campuran, condong ke diurnalDalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut dengan ketinggian yang berbeda. Kadang-kadang terjadi 2 kali air pasang dalam 1 hari dengan perbedaan yang besar pada tinggi dan waktu.

F < 3.0 Pasang harian tunggal (diurnal)Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit

c. Menghitung Elevasi Muka Air Rencana

Dengan menggunakan komponen pasang surut yang telah dihasilkan dapat

ditentukan beberapa elevasi muka air penting. Dari beberapa elevasi muka

air tersebut, dipilih salah satu muka air yang akan digunakan sebagai acuan

dalam perencanaan yang disebut elevasi muka air rencana.

Tabel 3. 3 Elevasi Muka Air Penting.

Elevasi Muka Air Keterangan

HHWL (Highest High Water Level) Air tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.

MHWS (Mean High Water Spring) Rata-rata muka air tinggi saat purnama.

MHWL (Mean High Water Level) Rerata dari muka air tinggi selama periode 19 tahun.

MSL (Mean Sea Level) Muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata.

MLWL (Mean Low Water Level) Rerata dari muka air rendah selama periode 19 tahun.

MLWS (Mean Low Water Spring) Rata-rata muka air rendah saat purnama.

LLWL (Lowest Low Water Level) Air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.

2. Analisa Arus

Data hasil pengukuran arus adalah berupa posisi serta waktu pencapaian

dari pelampung percobaan yang bergerak. Dari data dapat dihitung arah

dan besar kecepatan arus.

3. Analisa Angin

Angin merupakan pembangkit gelombang laut. Oleh karena itu data angin

dapat digunakan untuk memperkirakan tinggi dan arah gelombang di lokasi.

Data angin yang diperlukan adalah data angin maksimum harian tiap jam

berikut informasi mengenai arahnya yang diperoleh dari Badan Geofisika

dan Meteorologi setempat. Data angin diklasifikasikan berdasarkan

kecepatan dan arah yang kemudian dihitung besarnya persentase

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 38

Page 39: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

kejadiannya. Arah angin dinyatakan dalam bentuk delapan penjuru arah

mata angin (Utara, Timur Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat

dan Barat Laut). Kecepatan angin disajikan dalam satuan knot, di mana:

1 knot = 1 mil laut / jam

1 mil laut = 6080 kaki (feet) = 1853,18 meter

1 knot = 0,515 meter / detik

Dalam bentuk tabel angka-angka statistik klasifikasi angin tersebut dapat

disajikan secara visual dalam bentuk windrose. Penyajian statistik total

(semua tahun data yang berhasil dikumpulkan) kadang-kadang tidak

mempunyai banyak arti karena musim angin dari bulan ke bulan bervariasi.

Yang justru lebih sering dibutuhkan adalah statistik angin bulanan untuk

mengetahui perilaku angin dan gelombang yang ditimbulkan menurut bulan

kejadiannya.

Gambar 3. 10. Contoh Windrose.

4. Analisa Gelombang

Salah satu cara peramalan gelombang adalah dengan melakukan

pengolahan data angin. Prediksi gelombang disebut hindcasting jika

dihitung berdasarkan kondisi meteorologi yang telah lalu dan disebut

forecasting jika berdasarkan kondisi meteorologi hasil prediksi. Prosedur

perhitungan keduanya sama, perbedaannya hanya pada sumber data

meteorologinya. Metode perhitungan gelombang dengan cara hindcasting

menggunakan metode SMB (Sverdrup-Munk-Brechneider).

Gelombang laut yang akan diramal adalah gelombang laut dalam yang

dibangkitkan oleh angin di laut dalam suatu perairan, kemudian merambat

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 39

Page 40: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

ke arah pantai dan pecah seiring dengan mendangkalnya perairan dekat

pantai. Hasil peramalan gelombang berupa tinggi gelombang signifikan (HS)

dan perioda gelombang signifikan untuk tiap arah angin utama (TS). Untuk

peramalan gelombang dengan cara pengolahan data angin ini diperlukan

data angin minimal 10 tahun. Data yang diperlukan untuk peramalan

gelombang terdiri dari:

Kecepatan angin.

Arah angin.

Durasi/waktu bertiupnya angin.

Langkah-langkah analisa gelombang yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Perhitungan Fetch Efektif

Fetch adalah daerah pembentukan gelombang yang diasumsikan memiliki

kecepatan dan arah angin yang relatif konstan. Penghitungan panjang fetch

efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta topografi lokasi

dengan skala yang cukup besar, sehingga dapat terlihat

pulau-pulau/daratan yang mempengaruhi pembentukan gelombang di suatu

lokasi. Penentuan titik fetch diambil pada posisi laut dalam dari perairan

yang diamati. Ini karena gelombang laut yang dibangkitkan oleh angin

terbentuk di laut dalam suatu perairan, kemudian merambat ke arah pantai

dan pecah seiring dengan mendangkalnya perairan dekat pantai.

Panjang fetch dihitung untuk 8 arah mata angin dan ditentukan berdasarkan

rumus berikut:

di mana:

Lfi = panjang fetch ke-i

i = sudut pengukuran fetch ke-i

i = jumlah pengukuran fetch

Jumlah pengukuran “i” untuk tiap arah mata angin tersebut meliputi

pengukuran-pengukuran dalam wilayah pengaruh fetch (22,50 searah jarum

jam dan 22,50 berlawanan arah jarum jam).

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 40

Page 41: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

TLBL

U

TB

22.50 22.50

Gambar 3. 11. Daerah Pengaruh Fetch Untuk Arah Utara.

Panjang daerah pembentukan gelombang atau fetch ditentukan sebagai

berikut:

Pertama ditarik garis-garis fetch setiap selang sudut lima derajat.

Tiap penjuru angin (arah utama) mempunyai daerah pengaruh selebar

22,5 derajat ke sebelah kiri dan kanannya.

Panjang garis fetch dihitung dari wilayah kajian sampai ke daratan di

ujung lainnya. Jika sampai dengan 200 km ke arah yang diukur tidak

terdapat daratan yang membatasi maka panjang fetch untuk arah

tersebut ditentukan sebesar 200 km.

Masing-masing garis fetch dalam daerah pengaruh suatu penjuru angin

(arah utama) diproyeksikan ke arah penjuru tersebut.

Panjang garis fetch diperoleh dengan membagi jumlah panjang

proyeksi garis-garis fetch dengan jumlah cosinus sudutnya.

b. Perhitungan Gelombang Rencana

Penentuan gelombang rencana didasarkan atas gelombang di laut dalam.

Pada peramalan gelombang, perlu ditentukan kondisi pembentukan

gelombang yang terjadi di lokasi. Pembentukan gelombang oleh angin dapat

dikategorikan:

Terbatas Waktu

Pada pembentukan gelombang terbatas waktu, waktu angin bertiup

kurang lama. Kondisi gelombang yang terbentuk adalah fungsi dari

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 41

Page 42: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

kecepatan angin dan durasi. Penghitungan parameter gelombang

untuk jenis ini menggunakan bantuan grafik.

Terbatas Fetch

Pada pembentukan gelombang terbatas fetch, angin bertiup cukup

lama dan kondisi gelombang yang terbentuk adalah fungsi dari

kecepatan dan panjang fetch. Penghitungan parameter gelombang

terbatas fetch ini dapat menggunakan persamaan berikut ini:

;

di mana:

HS = tinggi gelombang signifikan (m)

TS = periode gelombang signifikan (m)

v = kecepatan angin (m/det)

Pembentukan Sempurna

Gelombang ini terbentuk bila angin bertiup cukup lama dan dengan

kecepatan yang cukup besar. Persamaan-persamaan yang digunakan

untuk kondisi pembentukan gelombang sempurna adalah:

;

di mana:

HS = tinggi gelombang signifikan (m)

TS = periode gelombang signifikan (m)

v = kecepatan angin (m/det)

Untuk menentukan kondisi pembentukan gelombang di lokasi, dilakukan

prosedur perhitungan sebagai berikut:

Gunakan data kecepatan angin maksimum.

Tentukan durasi x (untuk Indonesia diambil t = 3 jam).

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 42

Page 43: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Hitung kecepatan angin untuk durasi 3 jam dengan langkah sebagai

berikut:

di mana:

UX = kecepatan angin 3 jam

Ut = kecepatan angin dari data angin

Hitung durasi minimum (tmin).

di mana:

v = kecepatan angin = UX

g = percepatan gravitasi

F = panjang fetch efektif

Periksa harga dari tmin.

Jika x > tmin : gelombang terbatas fetch

Jika x < tmin : gelombang terbatas waktu

Hitung tinggi dan periode gelombang signifikan berdasarkan kondisi

yang ada.

Dari tinggi dan periode gelombang (HS dan TS) yang didapatkan dari

perhitungan masing-masing data angin kemudian dilakukan analisa

frekuensi dengan menggunakan metode Gumbell untuk memperoleh tinggi

dan periode gelombang untuk periode ulang H2, H5, H10, H25, H50 dan

H100 menurut arah datang gelombang. Hasil penentuan gelombang

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 43

Page 44: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

berdasarkan analisa frekuensi ini yang digunakan untuk perencanaan teknis

fasillitas selanjutnya.

c. Pembuatan Waverose

Tinggi dan perioda gelombang yang diperoleh dari hasil peramalan

gelombang dengan menggunakan data angin yang ada kemudian

dikelompokkan menurut bulan kejadian. Langkah selanjutnya dicari

persentase kejadian tinggi dan periode gelombang setiap bulannya menurut

besar dan arahnya yang disajikan dalam tabel dan wave rose.

Gambar 3. 12 Contoh Waverose.

5. Analisa Contoh Air

Untuk pemeriksaan terhadap contoh air dilakukan test laboratorium untuk

masing-masing sampel air yang diambil. Analisa dilakukan untuk

mendapatkan kadar sedimen, salinitas dan kadar sulfat di lokasi rencana

pelabuhan.

6. Analisa Contoh Sedimen

Contoh sedimen yang diambil di lokasi akan dianalisa dengan test

laboratorium. Jenis sedimen yang diambil adalah sedimen dasar (bed load)

dan sedimen layang (suspended load). Dari hasil test laboratorium tersebut

akan dihasilkan diameter butiran dan kecepatan endap butiran untuk

masing-masing jenis sedimen.

Analisa sedimentasi dilakukan dengan menggunakan berbagai macam

metoda dimana masing-masing metoda mempunyai kekurangan dan

kelebihan masing-masing. Dalam hal ini keseluruhan metoda yang

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 44

Page 45: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

didetailkan telah terangkum dalam satu paket program SEDDISCH yang

dikembangkan oleh Chih Ted Yang.

3.5.3.4 Output

Komponen pasang surut dan tipe pasang surut.

Hasil peramalan pasang surut.

Elevasi muka air rencana.

Besar dan arah kecepatan arus.

Besar dan arah kecepatan angin dominan.

Gambar windrose lokasi.

Fetch efektif lokasi.

Tinggi dan periode gelombang rencana.

Gambar waverose lokasi.

Hasil test laboratorium kualitas air.

Hasil test laboratorium sedimentasi.

3.5.4 Analisa Data Hidrologi

3.5.4.1 Tujuan

Menganalisa dan mengevaluasi data iklim dan curah hujan dari stasiun iklim

terdekat guna kebutuhan perencanaan fasilitas khususnya sistem drainase

di lokasi.

3.5.4.2 Ruang Lingkup

Analisa frekuensi curah hujan rencana.

Uji kecocokan (Smirnov-Kolmogorov).

Intensitas curah hujan rencana.

3.5.4.3 Metodologi Analisa

1. Analisa Frekuensi Curah Hujan Rencana

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 45

Page 46: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Curah hujan rencana adalah curah hujan dengan periode ulang tertentu

yang kemudian dipakai untuk perencanaan fasilitas drainase. Penentuan

curah hujan rencana dengan periode ulang tertentu dapat dihitung

menggunakan metode analisa frekuensi. Beberapa metoda yang sangat

dikenal antara lain adalah Metoda Normal, Log Normal, Pearson III dan , Log

Pearson Type III. Metoda yang dipakai nantinya harus ditentukan dengan

melihat karakteristik distribusi hujan daerah setempat. Periode ulang yang

akan dihitung pada masing-masing metode adalah untuk periode ulang 2, 5,

10, 25, 50 serta 100 tahun.

2. Uji Kecocokan (Smirnov-Kolmogorov)

Pengujian kecocokan sebaran dengan metode Smirnov-Kolmogorov adalah

untuk menguji apakah sebaran yang dipilih dalam pembuatan duration

curve cocok dengan sebaran empirisnya. Prosedur dasarnya mencakup

perbandingan antara probabilitas kumulatif lapangan dan distribusi kumulat

teori.

3. Intensitas Curah Hujan Rencana

Bermacam-macam metoda untuk menentukan intensitas hujan, terutama

untuk intensitas hujan dalam waktu yang pendek. Ditinjau sifat data yang

dipakai, metoda tersebut terbagi atas:

Memakai data intensitas hujan yang dicatat dalam waktu yang pendek.

Memakai curah hujan harian maksimum untuk berbagai periode ulang

sebagai data basis.

Untuk memperoleh kurva IDF (Intensity Duration Frequency), digunakan

metoda dari Prof. Talbot yang menggunakan data harian maksimum untuk

mendapatkan intensitas hujan dengan rumus sebagai berikut:

di mana:

a,b = konstanta tak berdimensi

t = durasi hujan (menit)

I = intensitas hujan (mm/jam)

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 46

Page 47: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Untuk memperoleh konstanta a dan b digunakan rumus sebagai berikut:

;

dengan:

N = jumlah data

I = intensitas curah hujan (mm)

Bila tidak didapatkan data intensitas hujan, karena di daerah tersebut tidak

ada penakar hujan otomatis, maka kurva IDF dengan cara

membandingkannya dengan intensitas hujan daerah lainnya yang paling

lengkap data pengamatannya.

3.5.4.4 Output

Curah hujan rencana dengan periode ulang tertentu.

Kurva intensitas hujan rencana.

3.6.3.6. Penentuan Pola Kegiatan di Pelabuhan

3.6.1 Tujuan

Merencanakan pola kegiatan yang akan dilakukan atau dioperasikan pada

rencana Pelabuhan serta rencana kegiatan penanganan barang.

3.6.2 Ruang Lingkup

Pola operasional pelabuhan (darat dan laut).

Pola penanganan barang.

3.6.3 Metodologi Analisa

1. Pola Operasional Pelabuhan

Pola operasional adalah siklus-siklus kegiatan yang akan diterapkan di

pelabuhan agar pelabuhan tetap mampu melayani berbagai kegiatan yang

ada dengan optimal sesuai dengan fungsinya. Penentuan pola operasional

pelabuhan didasarkan rencana strategi pengembangan yang telah

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 47

Page 48: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

ditetapkan. Secara garis besar, pola operasional yang ada di pelabuhan

mencakup hal sebagai berikut:

Pola operasional di laut.

Pola operasional di darat.

2. Pola Penanganan Barang

Dalam perencanaan pelabuhan container dan barang perlu diperhatian

untuk mempertahankan agar barang yang akan dimuat atau dibongkar

tidak rusak dan dapat sampai ke konsumen. Untuk itu perlu direncanakan

suatu pola penanganan barang yang baik dan benar.

3.6.4 Output

Pola kegiatan pelabuhan yang meliputi pola operasi dan pola penanganan

barang.

3.7.3.7. Analisa Kebutuhan Fasilitas

3.7.1 Tujuan

Membuat analisa jenis dan kebutuhan fasilitas bagi Pelabuhan sesuai

dengan strategi pengembangan dan pola kegiatan pelabuhan yang

direncanakan.

3.7.2 Ruang Lingkup

Penentuan jenis fasilitas pelabuhan.

Penentuan kebutuhan fasilitas (kapasitas).

3.7.3 Metodologi Analisa

1. Penentuan Jenis Fasilitas Pelabuhan

Secara garis besar, pengelompokkan jenis fasilitas dalam pelabuhan

meliputi:

Fasilitas dasar

Fasilitas yang harus ada agar pelabuhan dapat beroperasi.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 48

Page 49: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Fasilitas fungsional

Fasilitas yang berfungsi untuk memberikan pelayanan dan manfaat

langsung yang diperlukan untuk kegiatan operasional.

Fasilitas penunjang

Fasilitas tambahan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan

pelabuhan.

2. Penentuan Kebutuhan Fasilitas (kapasitas)

Kebutuhan kapasitas fasilitas-fasilitas pelabuhan diharapkan

3.7.4 Output

Daftar jenis dan kapasitas fasilitas-fasilitas pelabuhan yang diperlukan.

3.8.3.8. Tahapan Detail Desain

3.8.1 Permodelan Optimasi Layout

3.8.1.1 Tujuan

Optimasi layout Pelabuhan terpilih.

3.8.1.2 Ruang Lingkup

Simulasi transformasi gelombang (refraksi/difraksi).

Simulasi hidrodinamis arus.

Simulasi transport sedimen.

Simulasi perubahan garis pantai.

3.8.1.3 Metodologi Permodelan

Permodelan dilakukan untuk memprediksi keadaan gelombang, arus dan

sedimentasi pada layout serta dampak yang mungkin ditimbulkan. Data-

data yang dibutuhkan untuk permodelan sebagai berikut:

Peta bathimetri perairan

Peta bathimetri perairan dengan skala 1 : 2.000, kemudian dibuatkan

grid perairan dengan interval 25 m.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 49

Page 50: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Tinggi Gelombang

Tinggi gelombang yang digunakan sebagai data masukan adalah tinggi

gelombang yang diperoleh dari hasil pasca-kiraan gelombang

berdasarkan data angin.

Arah datangnya gelombang

Untuk daerah kajian, arah yang ditinjau adalah arah-arah yang

menghadap ke laut bebas atau relatif bebas.

Perioda Gelombang

Perioda gelombang harus ditetapkan perencana. Dasar penetapan

dalam hal ini adalah informasi yang diperoleh dari inventarisasi

gelombang terbesar.

Permodelan yang dilakukan dapat diterangkan sebagai berikut:

1. Simulasi Transformasi Gelombang (refraksi/difraksi)

a. Refraksi Gelombang

Refraksi terjadi karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut.

Perubahan arah gelombang karena refraksi menghasilkan konvergensi

(penguncupan) atau divergensi (penyebaran) energi gelombang seperti

yang ditunjukkan pada gambar berikut.

Kontur

d

Ortogonal

0.5

Gelombang pecah

Lau

t dal

am

b0

0L

Puncak gelombang

dasar laut

gelombang

0.4

0.3

0.2

L0

_ = 0.1

Gambar 3. 13. Refraksi Gelombang.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 50

Page 51: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Penurunan persamaan refraksi gelombang dengan menganggap dua garis

ortogonal yang melintas dari laut dalam menuju pantai dan dianggap tidak

ada energi gelombang yang keluar dari lintasan tersebut sehingga dianggap

konstan (Gambar 3.14). Besarnya tinggi gelombang yang terjadi akibat

pengaruh refraksi adalah:

H = KsKrH0

dengan:

Ks = koefisien pendangkalan

Kr = koefisien refraksi

H = KsKrH0

Koefisien pertama adalah pengaruh pendangkalan sedangkan yang kedua

adalah pengaruh garis ortogonal konvergen atau divergen yang disebabkan

oleh refraksi gelombang.

Kontur kedalaman

x

0

Ortogonal gelombang

0b

b

L

0L

x

Pantai

Gambar 3. 14. Refraksi Gelombang Pada Kontur Lurus dan Sejajar.

Untuk gelombang yang tidak mengalami shoaling, dengan Ks = H/H’0, maka

persamaan tinggi gelombang menjadi:

H’0 = KrH0

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 51

Page 52: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

di mana:

H’0 = tinggi gelombang dalam ekivalen

Penyelesaian masalah refraksi gelombang karena perubahan kedalaman

dapat menggunakan hukum Snell seperti dilihat pada Gambar 3.15.

Garis puncak gelombang

L

TC

1=

1

2TL

2C

=

x d

2

1

2

Ortogonal gelombang

1

2d

1d > 2dC>1C 2L>1L 2

Gambar 3. 15. Hukum Snell untuk Refraksi Gelombang.

Gelombang menjalar dari laut dengan kedalaman d1 menuju kedalaman d2

dengan perubahan kedalaman mendadak (seperti anak tangga) dan

dianggap tidak ada refleksi gelombang. Karena adanya perubahan

kedalaman maka cepat rambat dan panjang gelombang berkurang dari C1

dan L1 menjadi C2 dan L2. Berdasarkan Hukum Snell, berlaku:

di mana:

1 = sudut antara garis puncak gelombang dengan kontur dasar di

mana gelombang melintas

2 = sudut yang sama diukur saat garis puncak gelombang melintas

dasar kontur berikutnya

C1 = kecepatan gelombang pada kedalaman kontur pertama

C2 = kecepatan gelombang pada kedalaman kontur kedua

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 52

Page 53: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Apabila ditinjau di laut dalam dan pada titik yang ditinjau, maka persamaan

di atas menjadi:

Jarak ortogonal di laut dalam dan di suatu titik yang ditinjau adalah b0 dan

b. Apabila kontur dasar laut lurus dan sejajar maka jarak x di titik O dan titik

berikutnya adalah:

Sehingga koefisien refraksi adalah:

b. Difraksi gelombang

Difraksi adalah fenomena di mana energi dialihkan secara lateral sepanjang

puncak gelombang apabila gelombang datang terhalang oleh suatu

rintangan seperti pemecah gelombang atau pulau. Pada Gambar 3.16.a

menunjukkan apabila tidak terjadi difraksi gelombang maka daerah di

belakang rintangan akan tenang. Bila terjadi difraksi (Gambar 3.16.b),

maka daerah di belakang rintangan akan terpengaruh oleh gelombang

datang. Garis puncak gelombang di belakang rintangan akan membelok dan

mempunyai busur lingkaran dengan pusatnya pada ujung rintangan. Pada

daerah ini, tinggi gelombang akan berkurang, semakin jauh dari ujung

rintangan maka berkurangnya tinggi gelombang akan semakin besar.

Sedangkan untuk daerah di depan rintangan akan terjadi superposisi antara

gelombang datang dan gelombang balik yang dikenal dengan short crested

waves (gelombang hasil superposisi beberapa gelombang yang sudut

datang/perginya tidak sama).

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 53

Page 54: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Puncak gelombang

P

L

Arah Gelombang

Rintangan

Titik tinjau

K'

r

Perairan tenang

Arah Gelombang

Puncak gelombang

P

L

Rintangan

a. Tidak Terjadi Difraksi b. Terjadi Difraksi

Gambar 3. 16. Pola Gelombang di Belakang Rintangan.

Perhitungan difraksi gelombang berdasarkan jenis rintangan yang dilalui

dapat dibedakan menjadi:

Difraksi gelombang melewati celah tunggal

Contoh diraksi gelombang melewati celah tunggal dapat dilihat pada

Gambar 3.16.a. Tinggi gelombang di suatu tempat di daerah

terlindung tergantung kepada:

Jarak titik tersebut terhadap ujung rintangan r.

Sudut antara rintangan dan garis yang menghubungkan titik

tersebut dengan ujung rintangan .

Sudut antara arah penjalaran gelombang dan rintangan .

Dengan demikian koefisien difraksi dapat didefinisi sebagai:

di mana:

H = tinggi gelombang setelah difraksi

HI = tinggi gelombang datang

K’ = koefisien difraksi = f’(,,r/L)

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 54

Page 55: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Nilai K’ untuk ,,r/L tertentu dapat dicari dengan menggunakan

diagram difraksi. Langkah-langkah untuk menggunakan diagram

difraksi adalah:

Hitung panjang gelombang (L).

Hitung jarak lokasi dari ujung rintangan (r).

Hitung r/L.

Tentukan arah gelombang.

Gunakan diagram difraksi untuk arah gelombang yang sesuai.

Bila arah gelombang tidak sama dengan yang ada pada diagram,

lakukan interpolasi.

Difraksi gelombang melewati dua celah

Untuk menentukan koefisien difraksi gelombang yang melewati dua

celah digunakan grafik yang dikembangkan oleh Jonhson (1952, 1953;

dalam Wiegel 1964) yang menunjukkan kurva difraksi yang sama

untuk arah gelombang datang tegak lurus sisi celah dan untuk

berbagai perbandingan antara lebar celah B dan panjang gelombang L

(B/L). Apabila lebar celah sama dengan lima kali panjang gelombang

atau lebih, maka difraksi oleh kedua ujung celah tidak saling

mempengaruhi sehingga teori difraksi untuk gelombang melewati

celah tunggal dapat digunakan untuk kedua sisi.

Simulasi perambatan gelombang menggunakan aplikasi program REF/DIF.

Program ini mengadopsi basis finite difference dalam algoritma numeriknya

dengan input tinggi gelombang jam-jaman dengan arah tertentu.

2. Simulasi Hidrodinamis Arus

Simulasi hidrodinamis arus menggunakan program SMS 7.0 dengan modul

RMA2. Program ini mempunyai basis finite element sehingga grid

simulasinya, lazim juga disebut sebagai mesh, mempunyai elastisitas dalam

batas-batas tertentu sehingga mampu mengikuti kondisi fisik garis pantai

ataupun struktur yang disimulasikan. Simulasi ini dijalankan simultan

dengan simulasi transportasi sedimen untuk periode tahunan tertentu.

Asumsi yang digunakan sebagai berikut:

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 55

Page 56: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Arus yang disimulasikan adalah dua dimensi dengan penyeragaman

kecepatan untuk setiap kedalaman (vertically uniform).

Arus yang disimulasikan merupakan tidal induced current atau arus

yang dibangkitkan oleh pergerakan elevasi pasang surut, sehingga

besar kecepatan arus juga mempunyai periode harmonik yang

berulang seiring dengan elevasi pasang surut yang terjadi.

Untuk memudahkan analisis, maka diberikan titik tinjauan arus.

3. Simulasi Transport Sedimen

Transportasi sedimen merupakan sebuah proses yang sangat berkaitan

dengan simulasi hidrodinamis karena pada prinsipnya simulasi ini

“menumpangkan” konsentrasi sedimen melayang pada hasil simulasi

hidrodinamis. Program yang digunakan adalah modul SED2D dari SMS 7.0.

4. Simulasi Perubahan Garis Pantai

Perubahan garis pantai sebagian besar disebabkan oleh adanya pergerakan

sedimen sejajar garis pantai, lazim dikenal sebagai littoral drift atau littoral

sediment transport. Pergerakan ini terjadi sebagai akibat adanya fenomena

nearshore wave induced current. Sesuai dengan namanya, maka elemen

dominan yang menimbulkan fenomena ini adalah gelombang laut berarah

relatif terhadap garis pantai (obligued wave). Elemen lainnya adalah kondisi

fisik dan geomorfologi setempat yang pada prinsipnya mencakup kontur

batimetri kawasan pantai serta keberadaan struktur perlindungan pantai

alami maupun buatan. Struktur alami melingkupi gugusan karang atau

hutan bakau, sedangkan struktur buatan adalah konstruksi yang dibangun

oleh manusia (man-made).

Simulasi ini menggunakan program GENESIS. Seperti halnya program

REF/DIF, program ini mempunyai basis finite difference.

3.8.1.4 Output

Pola distribusi tinggi gelombang dalam bentuk plot garis kontur tinggi

gelombang.

Pola distribusi arah perambatan gelombang.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 56

Page 57: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Kondisi arus di lokasi layout rencana pelabuhan

Penyebaran konsentrasi sedimen pada perairan yang disimulasikan.

Perubahan posisi garis pantai.

Gross sediment transport relatif sepanjang garis pantai.

Net sediment transport relatif sepanjang garis pantai.

3.8.2 Penyelidikan Tanah

3.8.2.1 Tujuan

Pekerjaan penyelidikan tanah dilakukan untuk mendapatkan parameter-

parameter tanah yang akan digunakan dalam perencanaan detail desain,

khususnya yang berkaitan dengan perencanaan struktur bawah bangunan.

3.8.2.2 Ruang Lingkup

Pengujian di lapangan.

Pengujian di laboratorium.

3.8.2.3 Metodologi Penyelidikan

1. Pengujian di Lapangan

Pengujian di lapangan dilakukan untuk memperoleh kondisi daya dukung

tanah langsung di lokasi yang nantinya diperkuat dengan hasil analisa

laboratorium.

a. Cone Penetrasion Test (CPT)

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan lapisan-lapisan tanah

berdasarkan tahanan ujung konus qc (kg/cm2) dan nilai lekatan Lf (kg/cm2)

setiap kedalaman pada alat sondir dengan kapasitas 2,5 ton dengan

kedalaman penetrasi 20 cm. Analisa perhitungan yang dapat dilakukan

adalah:

Hambatan lekat:

HL = (JP – PK) Cf

di mana:

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 57

Page 58: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

JP = jumlah perlawanan

PK = perlawanan penetrasi konus

Cf = faktor koreksi/kalibrasi alat

Cf = A/B

A = tahap pembacaan 20 cm

B = luas konus/luas torak = 10

Jumlah hambatan lekat:

JHLi = SHL

i = kedalaman lapisan yang ditinjau

b. Pemboran Inti (Core Drilling)

Tujuan pemboran ini adalah untuk mendapatkan contoh-contoh tanah dasar

yang akan digunakan untuk analisa laboratorium. Pemboran dilaksanakan

dengan mesin bor sistem putaran dan pengambilan sampel dilakukan

memakai tabung.

c. Uji Penetrasi Standar (SPT)

Uji Penetrasi Standar (SPT) dilakukan untuk memperoleh nilai N yang dipakai

untuk membuat perkiraan kondisi lapisan tanah bawah untuk perhitungan

kapasitas dukung pondasi. Harga N didefinisikan sebagai jumlah pukulan

dengan palu seberat 140 lb (63 kg) yang dijatuhkan bebas setinggi 30 in (75

cm), untuk memasukan tabung standar (split spoon sampler) sepanjang 24

in (60 cm) kedalaman tanah. Nilai N dihitung sebagai jumlah 2 x 6 inches

pukulan akhir dari 3 x 6 inches penetrasi. Hasil pengujian SPT ini kemudian

digambarkan dalam grafik bor log.

2. Pengujian di Laboratorium

Untuk mendapatkan informasi data perencanaan, maka terhadap contoh-

contoh tanah dilakukan pengujian laboretorium, meliputi hal-hal sebagai

berikut :

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 58

Page 59: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

a. Penetapan Berat Jenis

Pengujian dilaksanakan untuk mendapatkan perbandingan antara berat

satuan butir tanah dengan berat satuan air. Pengujian ini sesuai ASTM D-

854.

b. Pengukuran Kadar Air (Natural Water Conten)

Pengukuran dilakukan untuk mengetahui kelembaban contoh-contoh tanah.

Pekerjaan dilakukan sesuai ASTM D-2116.

c. Pengukuran Berat Volume ( Bulk Density)

Pengukuran dimaksudkan untuk mendapatkan berat persatuan volume dari

contoh tanah, sesuai ASTM D-29. Berat volume digunakan dalam

menghitung daya dukung tanah, perhitungan stabilitas talud, dll.

d. Pengukuran Batas-batas Konsistensi (Atterberg Limits)

Pengukuran dilakukan sesuai ASTM D-423 dan D-424 dimaksudkan untuk

menetapkan batas cair dan batas plastis tanah yang dipakai pada banyak

klasifikasi tanah, antara lain : USCS, AASHTO, dll.

e. Kuat Geser Tanah dengan Triaxial Test

Pengujian kekuatan tanah dengan triaxial test, ASTM D-2850 ini bertujuan

untuk mendapatkan sudut perlawanan geser dalam dan kohesi tanah.

Pengujian dilakukan atas contoh-contoh tanah dengan kondisi tanpa

pengaliran air pori tanah dan tanpa menunggu proses konsolidasi contoh

tanah.

f. Pengujian Konsolidasi (Consolidation test)

Pengujian ini dilakukan dengan alat konsolidometer yang dilengkapi dengan

dial pencatat penurunan, pencatat waktu serta pembebanan, dimaksudkan

untuk mengetahui perilaku pemampatan tanah akibat pembebanan, dan

waktu yang dibutuhkan untuk pemampatan tersebut. Pengujian ini sesuai

dengan ASTM D-2435.

g. Distribusi Ukuran Butir

Dimaksudkan untuk mengetahui ukuran butir dan susunan butir tanah.

Pengujian dilakukan berdasarkan standard ASTM D-421 dan D-422. Untuk

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 59

Page 60: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

contoh tanah berbutir dilakukan dengan analisa ayakan, sedangkan untuk

contoh tanah kohesive dilaksanakan dengan metode hidrometer.

3.8.2.4 Output

Data sondir dan grafik sondir.

Bor log.

Hasil test laboratorium

3.8.3 Perencanaan Detail Desain

3.8.3.1 Tujuan

Membuat perencanaan detail semua struktur bangunan fasilitas laut dan

darat yang dilengkapi dengan perhitungan-perhitungan teknis dan disajikan

dalam gambar konstruksi.

3.8.3.2 Ruang Lingkup

Perhitungan detail desain (struktur dan geoteknik) fasilitas-fasilitas

pelabuhan serta penggambaran hasil perhitungan desain.

3.8.3.3 Metodologi Perencanaan

Berdasarkan hasil analisa kebutuhan fasilitas dan layout yang sudah

disetujui ini, Konsultan akan membuat perencanaan detail dengan

berpedoman pada standar dan peraturan yang berlaku.

Perencanaan teknis detail desain struktur dilakukan dengan memperhatikan

kaidah-kaidah yang berlaku dalam perencanaan pelabuhan pada umumnya.

Kriteria yang akan digunakan dalam membuat perencanaan detail ini:

Setiap fasilitas akan direncanakan terhadap kemudahan operasional

terutama disain dermaga akan diperhitungkan terhadap kemudahan

bongkar muat bagi kapal-kapal yang akan bertambat.

Perencanaan struktur akan diperhitungkan terhadap keamanan, daya

tahan serta kemudahan memperoleh material dilokasi.

Semua perhitungan struktur akan dibuat analisanya berdasarkan

analisa yang lazim digunakan.

Konstruksi permanen dengan batas umur konstruksi minimal 30 tahun.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 60

Page 61: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Efisiensi biaya dengan mempertimbangkan sistem konstruksi yang

paling mudah, bahan bangunan setempat, peralatan dan kemampuan

teknis kontraktor.

Keamanan dalam pelaksanaan

Kemudahan dalam operasi dan pemeliharaan

3.8.3.4 Output

Gambar-gambar desain.

Nota perhitungan struktur.

3.9.3.9. Pentahapan Pelaksanaan Pembangunan

3.9.1 Tujuan

Membuat tahapan pelaksanan pembangunan Pelabuhan.

3.9.2 Ruang Lingkup

Pentahapan pembangunan fasilitas pelabuhan yang dikaitkan dengan kala

waktu pengembangan.

3.9.3 Metodologi Pentahapan

Dalam pembuatan pentahapan pelaksanaan pembagunan fasilitas-fasilitas

pelabuhan terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan, antara lain:

Pentahapan harus disesuaikan dengan strategi pengembangan yang

telah dilakukan.

Pentahapan memperhatikan konsep tata ruang pelabuhan serta

rencana layout yang ada.

Pentahapannya akan disesuaikan dengan azas prioritas sesuai fungsi

dan biaya yang tersedia.

Umumnya pentahapan pelaksanaan pembangunan pelabuhan dibagi dalam

tiga tahap, yaitu:

Tahap jangka pendek

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 61

Page 62: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Tahap jangka menengah

Tahap jangka panjang

3.9.4 Output

Pentahapan pelaksanaan pembangunan Pelabuhan.

3.10.3.10. Evaluasi Dampak Lingkungan

3.10.1 Tujuan

Untuk mengetahui dampak pengembangan dan operasional Pelabuhan serta

cara penanggulangannya. Selain itu juga untuk mengetahui penyerapan

tenaga kerja dengan keberadaan Pelabuhan.

3.10.2 Ruang Lingkup

Melakukan pengkajian terhadap beberapa aspek lingkungan, yaitu:

Biogeofisik – Kimia, Biologi, Sosial Ekonomi dan Budaya serta masyarakat.

3.10.3 Metodologi Evaluasi

Untuk evaluasi dampak lingkungan akan dilakukan tinjauan atas beberapa

kondisi antara lain:

Kondisi sebelum adanya proyek.

Kondisi saat proyek dilaksanakan.

Kondisi pasca proyek.

Untuk masing-masing kondisi tersebut akan dilakukan kajian terhadap

beberapa aspek yang mendasari adanya perubahan lingkungan yaitu:

1. Aspek Biogeofisik – Kimia, tinjauan ini meliputi:

Iklim (suhu, temperatur, curah hujan dan lain-lain).

Kualitas udara dan kebisingan (debu, gas beracun, tingkat kebisingan).

Fisiografi.

Tata guna lahan.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 62

Page 63: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Hidrologi.

2. Aspek Biologi, tinjauan ini meliputi perubahan flora dan fauna.

3. Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya, tinjauan ini meliputi:

Demografi.

Mata pencaharian.

Tingkat perekonomian.

Kondisi budaya setempat.

4. Aspek Persepsi masyarakat atas keberadaan proyek.

3.10.4 Output

Rekomendasi pengelolaan lingkungan pelabuhan.

3.11.3.11. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya

3.11.1 Tujuan

Melakukan estimasi volume pekerjaan dan pembuatan Rencana Anggaran

Biaya pembangunan Pelabuhan .

3.11.2 Ruang Lingkup

Estimasi volume pekerjaan

Rencana Anggaran Biaya

3.11.3 Metodologi Penyusunan

Perhitungan anggaran biaya didasarkan pada lima komponen biaya yaitu:

Biaya bahan-bahan.

Biaya tenaga kerja.

Biaya peralatan.

Biaya overhead.

Keuntungan yang diperoleh.

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 63

Page 64: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Dalam perhitungan anggaran biaya, biaya asuransi dan pajak tenaga buruh

sudah termasuk dalam harga buruh sedangkan biaya asuransi alat berat

dan asuransi operator sudah termasuk dalam sewa alat berat. Biaya tenaga

buruh dan alat dihitung berdasarkan jumlah jam kerja. Proses perhitungan

rencana anggaran biaya dapat dilihat berikut ini:

1. Estimasi Volume Pekerjaan

Estimasi volume dan jenis pekerjaan dibuat berdasarkan gambar-gambar

desain rencana. Seluruh pekerjaan yang ada dapat dibagi dalam 4 (empat)

komponen utama, yaitu:

Pekerjaan persiapan.

Pekerjaan konstruksi fasilitas dasar/pokok.

Pekerjaan kontruksi fasilitas fungsional.

Pekerjaan konstruksi fasilitas pendukung/pelengkap.

2. Rencana Anggaran Biaya

a. Bahan/Material

Kebutuhan Bahan/Material dan biaya bahan diambil berdasarkan peraturan-

peraturan yang berlaku.

b. Tenaga Kerja

Produktifitas dan biaya tenaga kerja/upah diambil berdasarkan peraturan-

peraturan yang berlaku.

c. Alat Berat

Alat berat digunakan untuk membantu pelaksanaan konstruksi di lapangan

apabila jenis pekerjaan yang ada tidak dapat dilakukan dengan

menggunakan tenaga manusia disebabkan karena volume yang besar atau

material konstruksi yang digunakan terlalu berat. Produktifitas dan biaya

sewa alat berat diambil berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku.

3.11.4 Output

Dokumen volume dan Rencana Anggaran Biaya pembangunan.

Dokumen Bill of Quantity

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 64

Page 65: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.12.3.12. Tahapan Pelaporan

Daftar laporan yang harus diserahkan oleh konsultan serta diskusi yang

akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Inception Report

Berisi rencana kerja konsultan yang lebih terperinci serta metode

pelaksanaan yang diambil, dicetak sebanyak 15 buku dan

didiskusikan/seminar.

2. Interim Report

Berisi laporan survey dan analisa data.

3. Draft Final

Berisi hasil perencanaan dalam bentuk draft, dicetak sebanyak 30 buku

kemudian didiskusikan/seminar.

4. Final Report

Merupakan hasil perbaikan draft final report setelah didiskusikan dan

disetujui dicetak sebanyak 15 buku.

5. Gambar Rencana A3

6. BOQ dan Rencana Anggaran Biaya

7. Spesifikasi Teknis

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 65

Page 66: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.1. Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan...................................................1

3.2. Tahapan Persiapan.............................................................................6

3.3. Tahapan Pengumpulan Data Sekunder..............................................7

3.3.1 Tujuan..........................................................................................7

3.3.2 Ruang Lingkup.............................................................................7

3.3.3 Output.........................................................................................9

3.4. Tahapan Pelaksanaan Survei Lapangan...........................................10

3.4.1 Survei Sosial Ekonomi...............................................................10

3.4.1.1 Tujuan.................................................................................10

3.4.1.2 Ruang Lingkup....................................................................10

3.4.1.3 Metodologi Survei...............................................................10

3.4.1.4 Peralatan Survei..................................................................10

3.4.1.5 Output.................................................................................11

3.4.2 Survei Topografi dan Bathimetri................................................11

3.4.2.1 Tujuan.................................................................................11

3.4.2.2 Ruang Lingkup....................................................................11

3.4.2.3 Metodologi Survei Topografi................................................11

3.4.2.4 Metodologi Survey Bathimetri.............................................21

3.4.2.5 Peralatan Survei..................................................................25

3.4.2.6 Output.................................................................................26

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 66

Page 67: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.4.3 Survei Hidro-Oceanografi..........................................................26

3.4.3.1 Tujuan.................................................................................26

3.4.3.2 Ruang Lingkup....................................................................26

3.4.3.3 Metodologi Survei...............................................................26

3.4.3.4 Peralatan Survei..................................................................28

3.4.3.5 Output.................................................................................29

3.5. Tahapan Analisa Data......................................................................29

3.5.1 Analisa Sosial Ekonomi..............................................................29

3.5.1.1 Tujuan.................................................................................29

3.5.1.2 Ruang Lingkup....................................................................29

3.5.1.3 Metodologi Analisa..............................................................29

3.5.1.4 Output.................................................................................30

3.5.2 Analisa Topografi dan Bathimetri...............................................30

3.5.2.1 Tujuan.................................................................................30

3.5.2.2 Ruang Lingkup....................................................................30

3.5.2.3 Metodologi Analisa..............................................................30

3.5.2.4 Output.................................................................................36

3.5.3 Analisa Hidro-Oceanografi.........................................................36

3.5.3.1 Tujuan.................................................................................36

3.5.3.2 Ruang Lingkup....................................................................36

3.5.3.3 Metodologi Analisa..............................................................36

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 67

Page 68: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.5.3.4 Output.................................................................................44

3.5.4 Analisa Data Hidrologi...............................................................45

3.5.4.1 Tujuan.................................................................................45

3.5.4.2 Ruang Lingkup....................................................................45

3.5.4.3 Metodologi Analisa..............................................................45

3.5.4.4 Output.................................................................................47

3.6. Penentuan Pola Kegiatan di Pelabuhan............................................47

3.6.1 Tujuan........................................................................................47

3.6.2 Ruang Lingkup...........................................................................47

3.6.3 Metodologi Analisa....................................................................47

3.6.4 Output.......................................................................................48

3.7. Analisa Kebutuhan Fasilitas.............................................................48

3.7.1 Tujuan........................................................................................48

3.7.2 Ruang Lingkup...........................................................................48

3.7.3 Metodologi Analisa....................................................................48

3.7.4 Output.......................................................................................48

3.8. Tahapan Detail Desain.....................................................................49

3.8.1 Permodelan Optimasi Layout.....................................................49

3.8.1.1 Tujuan.................................................................................49

3.8.1.2 Ruang Lingkup....................................................................49

3.8.1.3 Metodologi Permodelan.......................................................49

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 68

Page 69: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.8.1.4 Output.................................................................................56

3.8.2 Penyelidikan Tanah....................................................................56

3.8.2.1 Tujuan.................................................................................56

3.8.2.2 Ruang Lingkup....................................................................57

3.8.2.3 Metodologi Penyelidikan......................................................57

3.8.2.4 Output.................................................................................59

3.8.3 Perencanaan Detail Desain........................................................59

3.8.3.1 Tujuan.................................................................................59

3.8.3.2 Ruang Lingkup....................................................................59

3.8.3.3 Metodologi Perencanaan.....................................................60

3.8.3.4 Output.................................................................................60

3.9. Pentahapan Pelaksanaan Pembangunan.........................................60

3.9.1 Tujuan........................................................................................60

3.9.2 Ruang Lingkup...........................................................................61

3.9.3 Metodologi Pentahapan.............................................................61

3.9.4 Output.......................................................................................61

3.10. Evaluasi Dampak Lingkungan.......................................................61

3.10.1 Tujuan........................................................................................61

3.10.2 Ruang Lingkup...........................................................................62

3.10.3 Metodologi Evaluasi...................................................................62

3.10.4 Output.......................................................................................63

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 69

Page 70: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.11. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya.........................................63

3.11.1 Tujuan........................................................................................63

3.11.2 Ruang Lingkup...........................................................................63

3.11.3 Metodologi Penyusunan............................................................63

3.11.4 Output.......................................................................................64

3.12. Tahapan Pelaporan.......................................................................64

Gambar 3. 1. Tahapan Kegiatan Umum Proyek.............................................3

Gambar 3. 2. Bagan Alir Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan.........................5

Gambar 3. 3. Konstruksi BM........................................................................14

Gambar 3. 4. Pengukuran Jarak Pada Permukaan Miring..............................16

Gambar 3. 5. Pengukuran Sudut Antar Dua Patok.......................................17

Gambar 3. 6. Pengamatan Azimuth Astronomis..........................................18

Gambar 3. 7. Pengukuran Waterpass..........................................................19

Gambar 3. 8. Penentuan Posisi Kedalaman.................................................24

Gambar 3. 9. Pengikatan (levelling) Peilschaal............................................27

Gambar 3. 10. Contoh Windrose.................................................................39

Gambar 3. 11. Daerah Pengaruh Fetch Untuk Arah Utara...........................40

Gambar 3. 12 Contoh Waverose...................................................................44

Gambar 3. 13. Refraksi Gelombang............................................................50

Gambar 3. 14. Refraksi Gelombang Pada Kontur Lurus dan Sejajar............51

Gambar 3. 15. Hukum Snell untuk Refraksi Gelombang...............................52

Gambar 3. 16. Pola Gelombang di Belakang Rintangan..............................54

Tabel 3. 1. Komponen Harmonik Pasang Surut............................................37

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 70

Page 71: 5. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Tabel 3. 2 Tipe Pasang Surut........................................................................37

Tabel 3. 3 Elevasi Muka Air Penting..............................................................38

Perencanaan Teknis Pembangunan Dermaga dan Fasilitas Darat BPBD Provinsi Papua Barat III- 71