bab-3 metodologi pelaksanaan pekerjaan
TRANSCRIPT
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
BAB IIIBAB IIIMETODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAANMETODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN
3.1 UMUM
Pekerjaan Studi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi
Maluku. Dilaksanakan menurut Konsep Tugas (Task Konsep), yaitu konsultan bertanggung
jawab atas hasil studi, pengumpulan data, pemasangan patok kayu, Bench Mark (BM) dan
Control Point (CP), Studi lnvestigasi lokasi Danau, perhitungan desain teknis,
laporan-laporan, gambar-gambar perencanaan, peta-peta berikut perhitungan biaya
pelaksanaan fisik.
Danau merupakan bagian dari sungai yang melebar, selain berfungsi sebagi sumber
air, Danau juga berfungsi sebagai pengendali banjir, kekeringan serta berfungsi sebagai
resapan untuk meningkatkan ketersediaan air tanah.
Semua pekerjaan pengumpulan data pengukuran, investigasi dan desain termasuk
penyelesaian peta, laporan, penggambaran dan lain - lain harus mengikuti Kriteria Standar
Perencanaan yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum atau Direktorat Jenderal
Pengairan. Setiap penyimpangan dari Kriteria tersebut supaya diuraikan secara jelas dalam
suatu laporan, untuk disampaikan dan didiskusikan dengan Pemberi Tugas.
3.2 Pendekatan Teknis
3.2.1 Standart dan Peraturan Teknis
Standard dan peraturan teknis yang dipergunakan tim Konsultan dalam pelaksanaan
pekerjaan studi ini pada dasarnya adalah menggunakan standard yang berlaku di Indonesia.
3.2.2 Sistematika Pelaksanaan Pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang diperlukan dalam rangka studi ini adalah meliputi :
1) Survey Pengukuran memanjang dan melintang sungai yang masuk dan yang keluar
Danau Rana masing-masing 100 M - 200 M
III - 1
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
2) Survei dan pengumpulan data, antara lain:
Peta digital Situasi dan geometri di daerah tangkapan danau
Data variasi air sebagai fungsi waktu dan tinggi muka air danau
Data teknis danau (data pemanfaatan danau, curah hujan, fluktuasi muka air,
iklim, angin dan lain-lain)
3) Pengumpulan data parameter sungai yang mengalir menuju dan meninggalkan danau.
4) Penyusunan konsep langkah-langkah kegiatan pemanfaatan dan konservasi potensi
dan penanggulangan problema yang ada, serta meminimalkan pertentangan
kepentingan dalam pemanfaatan dan konservasi sumber daya danau.
Penjabaran secara skematis mengenai metoda pelaksanaan seluruh kegiatan
disajikan pada pada Bagan Alir Metoda Pelaksanaan Kegiatan (gambar 3.1), dibawah.
III - 2
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
III - 3
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Lanjutan
Gambar 6. 1 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan
III - 4
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
3.3 Metode Pelaksanaan Pekerjaan
3.3.1 Pekerjaan Pesiapan
Kegiatan persiapan dan pengumpulan data pada dasarnya adalah kegiatan awal
sebelum tim memulai kegiatan utama, yaitu meliputi :
a. Melakukan Penyusunan Tim dan Membuat Program Kerja serta Laporan
Jaminan Mutu (Rencana)
Penyusunan tim didasarkan pada persyaratan dalam kerangka acuan kerja (KAK), yaitu
meliputi kualifikasi dan jumlah tenaga. Setelah tim terbentuk, maka langkah selanjutnya
adalah menyusun program kerja dan jadual pelaksanaan pekerjaan, dengan mendasarkan
pada alokasi waktu yang telah ditentukan, baik global maupun masing-masing tenaga
ahli sesuai dengan sistematika keterpaduan dalam pelaksanaan pekerjaan studi ini.
Disamping hal tersebut penyusunan Laporan Jaminan Mutu (Rencana) juga dibuat
sebagai acuan dalam pelaksanaan pengawasan kwalitas selama dalam pelaksanaan
pekerjaan ini.
b. Kegatan ini meliputi orientasi lapangan, memperkirakan hambatan-hambatan
yang mungkin timbul dan upaya penyelesaiannya.
Inventarisasi data yang dibutuhkan untuk pembuatan data base sitem irigasi adalah
sebagai berikut :
a. Inventarisasi Danau dan bangunan utama
b. Inventarisasi lahan irigasi teknis
c. Inventarisasi lahan kering
d. Pendataan jenis vegetasi, dll.
c. Mengumpulkan Data menganalisa data serta informasi yang ada.
Guna menunjang penyelesaian pekerjaan dengan baik sesuai dengan kerangka acuan
kerja (KAK) maka dilakukan pengumpulan data sosial ekonomi, data pertanian dan data
studi terdahulu yang pernah dilaksanakan, dan data lainnya.
III - 5
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
- Data Sosial Ekonomi
Data sosial ekonomi dikumpulkan sebagai bahan untuk membuat kuisioner, setelah
kuisioner di setujui oleh direksi kuisioner disebarkan kepada instansi terkait dan
masyarakat yang terlibat langsung atau tidak dalam kegiatan di daerah irigasi
tersebut, meliputi :
Jumlah penduduk
Mata pencaharian
Penghasilan
Tata guna Lahan dan sebagainya
- Data Pertanian, meliputi :
Data ini meliputi data musim tanam
Biaya produksi
Tata niaga hasil pertanian dsb
Disamping itu perlu dilakukan inventarisasi bangunan dan jaringan irigasi yang ada,
yaitu :
Inventarisasi meliputi inventarisasi kondisi jaringan Danau yang ada, meliputi
kondisi fisik saluran dan bangunan yang ada, status dan klasifikasi jenis.
Panjang dan kondisi saluran
Jumlah dan kondisi bangunan
Kondisi lahan yang ada.
inventarisasi titik triangulasi / bench mark yang ada.
Inventarisasi saluran irigasi akan diperkuat dengan pengukuran trase saluran
yang ada.
d. Melakukan persiapan untuk pekerjaan lapangan maupun kantor, mobilisasi
personil serta peralatan
Pembuatan jadwal keterlibatan personil sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya.
Dengan jumlah dan jadwal personil tersebut mampu menyelesaikan tidap tahapan
pekerjaan dengan baik dan tepat waktu. Penyusunan jadwal penggunaan peralatan
III - 6
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
sesuai dengan fungsi dan ketelitiannya. Dengan jumlah dan jadwal peralatan tersebut
akan menunjang kepada terselesaikannya pekerjaan dengan baik dan tepat waktu.
Kegiatan persiapan survey di lapangan meliputi:
Program Kerja Survey (jadwal kerja dan personil)
Pembuatan Peta Kerja
Pemeriksaan Alat Survey
Mobilisasi peralatan Pemeriksaan peralatan/perlengkapan survey akan dilakukan
terhadap:
1) Peralatan Topografi
Theodolite type T-2, ketelitian bacaan 1” (satu second)
Theodolite type T-0, ketelitian bacaan 1’ (satu menit)
Alat Ukur Jarak
Waterpass
2) Peralatan Survey Hidrologi, Survei Kualitas Air dan biota air dan
pengumpulan data danau
Alt Pengukur Kecepatan aliran
Alat pengambil material dasar sungai (bottom grab),
Alat pengambil sampel tanah dan air
3) Penyiapan Kantor Lapangan
Dalam penyelesaian pekerjaan ini, kegiatan lapangan memerlukan waktu yang
cukup lama, untuk itu ditempatkan kantor proyek di lapangan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Kantor lapangan ditempatkan pada daerah yang strategis.
Jika memungkinkan letak kantor lapangan dekat dengan jalan raya yang
dilewati kendaraan umum.
Tersedianya sarana dan prasarana yang baik.
Dapat menampung seluruh personil yang ditugaskan di pekerjaan.
III - 7
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
e. Pengumpulan Data Sekunder dan Survey Pendahuluan.
Survey Lokasi dilaksanakan untuk mengetahui informasi teknisdari instansi yang
bekompeten mengelola sumber daya air dan informasi umum dari masyrakat yang
berdomisili di sekitar danau.
Sementara data sekunder yang dikumpulkan adalah data teknis danau (data
pemanfaatan danau, curah hujan, fluktuasi muara air, iklim, angin lain-lain), data rencana
tata ruang dan wilayah (RTRW) daerah yang bersangkutan, gambar-gambar perencanaan
dan nota desain sarana dan prasarana keairan yang ada maupun yang sedang direncanakan.
Pengumpulan data yang dimaksud adalah kegiatan identifikasi awal dan
pengumpulan data guna mendapatkan informasi dan gambaran sebelum masuk pada
kegiatan utama.
Pengumpulan data dan survey awal tersebut masih terbatas pada sebagian data-data
sekunder dan informasi antara lain:
Peta topografi
a. Peta dasar untuk acuan kerja, meliputi peta topografi skala 1:25.000 sampai 1:250.000
untuk menentukan DAS/SWS dan lokasi proyek, peta geologi skala 1:25.000.
b. Gambaran lokasi pekerjaan dan pencapaiannya.
c. Batasan area/wilayah studi.
d. Masterplan atau hasil studi yang pernah dilakukan (bila ada).
e. Rencana tata detail ruang dan tataguna lahan.
f. Data statistik tahun terbaru (Kabupaten atau Kecamatan dalam angka)
g. Informasi kondisi kultur atau adat istiadat setempat.
h. Informasi kondisi cuaca setempat dan data curah hujan.
i. Kondisi sarana dan prasarana yang tersedia disekitar lokasi pekerjaan khususnya untuk
menunjang kelancaran pekerjaan.
j. Informasi pihak-pihak yang perlu dihubungi dalam rangka koordinasi berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan, termasuk kontak person masing-masing pihak bila ada.
k. Pengkajian data hidrologi, ketersediaan air dan genangan banjir
III - 8
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Dengan diperolehnya data dan informasi awal tersebut dimaksudkan agar dapat
dijadikan bahan masukan untuk menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang lebih rinci
dan realistis dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan kendala yang akan dihadapi.
3.3.2 Mengkaji Studi Terdahulu
Analisa dan evaluasi studi terdahulu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui atau
mengidentifikasi permasalahan, kelengkapan data, dan validitas data sehingga dapat
diketahui kekurangan data yang masih perlu dicari baik berupa data sekunder maupun data
primer yang akan dicari berdasarkan survey lapangan.
3.3.3 Penyusunan Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat :
Rencana kerja konsultan.
Rencana mobilisasi personil dan peralatan.
Outline
Masalah dan hambatan yang ada dilapangan upaya / usulan pemecahannya,
termasuk hasil pembahasannya dalam konsep Laporan Pendahuluan.
Laporan Pendahuluan diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh ) hari kalender sejak
berlakunya Surat Perintah Mulai Kerja ( SPMK ), sebanyak 10 (Lima ) set setelah dilakukan
pembahasan konsep laporan Pendahuluan.
3.3.4 Persiapan Survey
Penyiapan Personil dan Peralatan
Pembuatan jadwal keterlibatan personil sesuai dengan fungsi dan tanggung
jawabnya. Dengan jumlah dan jadwal personil tersebut mampu menyelesaikan
tidap tahapan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu.
Penyusunan jadwal penggunaan peralatan sesuai dengan fungsi dan ketelitiannya.
Dengan jumlah dan jadwal peralatan tersebut akan menunjang kepada
terselesaikannya pekerjaan dengan baik dan tepat waktu.
III - 9
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Penyiapan Kantor Lapangan
Dalam penyelesaian pekerjaan ini, kegiatan lapangan memerlukan waktu yang
cukup lama, untuk itu ditempatkan kantor proyek di lapangan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Kantor lapangan ditempatkan pada daerah yang strategis.
- Jika memungkinkan letak kantor lapangan dekat dengan jalan raya yang dilewati
kendaraan umum.
- Tersedianya sarana dan prasarana yang baik.
- Dapat menampung seluruh personil yang ditugaskan di proyek.
A. Pengolahan data dan analisis data
Data primer yang diperoleh hasil survai lapangan (pengukuran topografi,
pengukuran hidrometri dan pemboran/pengambilan contoh tanah), maka akan
dilakukan kegiatan sebagai berikut :
Data ukur topografi akan diolah dan dianalisis serta dihitung
untuk dijadikan sebuah gambar Situasi dari geometris
Sungai, termasuk gambar potongan memanjang dan
melintang.
Data ukur hidrometri yang diperoleh atas hasil pengukuran
pada aliran Sungai, diolah dan dianalisis, sehingga
menghasilkan suatu debit.
Contoh tanah yang diambil yang diperoleh dari hasil
pengeboran, akan dilakukan penelitian/pengujian di
laboratorium untuk mengetahui sifat/karakteristik dari tanah
(engineering properties).
Data hasil survey dan inventarisasi kondisi Sungai serta
identifikasi daerah genangan banjir disusun dalam tabel dan
dipetakan dalam peta sementara hasil pengukuran
Topografi.
B. Pembuatan konsep penggulangan banjir
III - 10
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Kegiatan selanjutnya adalah menyusun konsep penanggulangan banjir yang akan
dibuat detail desainnya, hasil dari konsep penanggulangan banjir dibuat dalam
laporan pertengahan yang disertai dengan hasil pekerjaan lapangan dan
selanjutnya didiskusikan bersama dengan pihak pemberi kerja (Direksi
pekerjaan).
3.3.5 Pekerjaan Lapangan
3.3.5.1 Investigasi Lapangan dan Identifikasi
Permasalahan
Investigasi permasalahan dilakukan dengan menggunakan beberapa metode antara
lain:
a. Investigasi langsung di lapangan terhadap lokasi banjir dan data-data banjir yang
dilaporkan.
b. Wawancara langsung di lapangan terhadap tinggi genangan, luasan, lama genangan,
penyebab banjir dan jenis sedimen, bangunan pengendali banjir yang ada serta kondisi
dan daya tampungnya, tutupan lahan, skema jaringan dan lain-lain.
c. Inventarisasi bangunan-bangunan yang ada di badan Danau, serta saluran-saluran
drainase (baik alam maupun buatan) yang bermuara ke Sungai tersebut.
d. Inventarisasi lokasi-lokasi di Danau yang terkena erosi, yang mengalami sedimentasi,
serta lokasi-lokasi rawan banjir.
Orientasi ini untuk mengetahui Situasi lapangan, batas yang diukur sesuai dengan
petunjuk direksi, serta malaksanakan sinkronisasi rencana kerja dengan kondisi lapangan
hasil Orientasi lapngan diplot dalam peta dasar berupa peta wilayah genangan yang
menunjukkan letak, luas, tinggi serta lama genangan. Demikian juga dengan saluran dan
bangunan eksisting.
3.3.5.2 Survey Pemetaan Topografi
Survey topografi dilakukan di sepanjang aliran ruas Danau yang diteliti termasuk
potongan-potongannya meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :
a. Orientasi Lapangan
III - 11
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Orientasi lapangan tahap awal pelaksanaan pengukuran di lapangan yang tujuannya
untuk mengetahui secara pasti batas areal pengukuran, serta kondisi topografi seluruh
areal pengukuran, untuk selanjutnya dapat disusun rencana kerja secara detail dan
menyeluruh.
Untuk itu orientasi lapangan dilakukan dengan menelusuri sepanjang aliran sungai
serta batas areal pemetaan yang ditunjukkan oleh petugas yang berwenang dan betul-
betul mengetahui titik-titik batas areal, serta prioritas-prioritas tertentu yang perlu
dilakukan.
Berdasarkan pengamatan dalam orientasi lapangan tim survey harus membuat rencana
kerja dan peta kerja yang memuat hal-hal sebagai berikut :
Jaringan titik-titik poligon utama, dan pengikatnya.
Jaringan titik-titik poligon sekunder yang dibuat mengikuti alur saluran
existing.
Posisi BM dan patok-patok lainnya.
Rencana jalur raai pengukuran Situasi detail.
Jadwal pelaksanaan pengukuran.
Dan lain sebagainya.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui Situasi lapangan, batas yang diukur
sesuai petunjuk direksi serta melaksanakan sikronisasi rencana kerja dengan kondisi
lapangan.
b. Pemasangan Patok –patok bantu, patok lainnya serta Pembuatan / Pemasangan
Patok Beton (BM)
Setelah perencanaan posisi pemasangan BM berdasarkan hasil orientasi lapangan
(konsultasi bila perlu), maka kemudian dilakukan pemasangan Bench Mark (BM) dan
Patok di lapangan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Pemasangan Bench Mark (BM) di lapangan sebagai titik-titik tetap yang diketahui
kordinatnya dalam sistim koordinat peta yang telah dibuat, dimaksudkan sebagai data
yang dipasang di lapangan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan
pekerjaan-pekerjaan terkait.
III - 12
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Mengingat arti penting pemasangan patok BM dalam menunjang pelaksanaan
pekerjaan detail design keseluruhan , maka pemasangan BM akan dilaksanakan
sebagai berikut :
Pembuatan beton BM dengan ukuran 20 x 20 x 100 cm harus
dipasang tiap 5 km. Patok tersebut harus ditanam sedemikian
rupa sehingga bagian patok yang diatas tanah adalah lebih
kurang 20 cm, di bagian atas patok BM dipasang baut 5/8".
Patok beton paralon (CP/Control Point) dengan ukuran 3" - 60
cm, dipasang diantara patok beton BM. Patok CP juga dibuat
diseberang patok BM untuk dipakai sebagai pengarah azimuth.
Memasangan patok-patok bantu serta patok lainnya yang
ukurannya 8 cm, panjang 60 Cm.
Baik patok beton BM, Paralon maupun patok kayu harus diberi
tanda (BM dan nomor urut).
Konsultan harus membuat BM pada masing-masing Danau
sebanyak 1 bh dan diikat dengan rnenggunakan GPS.
Pemasangan patok batas dilakukan dengan dasar petunjuk
petugas yang berwenang dari perusahaan dan diusahakan
petugas tersebut betul-betul mengetahui secara pasti letak
masing-masing titik batas areal.
a) Bentuk dan Ukuran Patok Beton/Control Point (CP)
III - 13
0.4
0.6
Pen Kuningan Level
Baut 5/ 8 cm
Anker 6 - 60 cm
Muka Tanah Asli
PVC 3 " isi beton cor 1 : 2 : 3
PVC 3 " Spesi beton cor 1 : 2 : 3Pen Kuningan LevelTempat Label CP
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
b) Pemasangan Patok-patok bantu serta patok lainnya
Gambar 3. 2 Deskripsi BM, CP dan Patok-patok Bantu serta patok lainnya
Konsep Dasar Global Position System (GPS)
Contoh-contoh receiver tipe navigasi, pemetaan, dan geodetik ditunjukkan pada
gambar berikut
Gambar 3. 3 Contoh Contoh-contoh receiver tipe navigasi, pemetaan
III - 14
8 cmPaku Seng
60 cm
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Konsep dasar penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi jarak, yaitu dengan pengukuran
jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui. Secara
vektor, prinsip dasar penentuan posisi dengan GPS diperlihatkan pada gambar berikut.
Pada pengamatan dengan GPS, yang dapat diukur adalah jarak antara pengamat dengan
satelit (bukan vektornya), agar posisi pengamat dapat ditentukan maka dilakukan
pengamatan terhadap beberapa satelit sekaligus secara simultan. Gambar berikut adalah
ilustrasi prinsip dasar penentuan posisi dengan GPS.
Secara garis besar metode penentuan posisi dengan GPS dapat dikelompokkan atas metode
yaitu absolute dan defferensial. Penentuan posisi secara absolut umumnya disebut point
positioning adalah metode penentuan posisi secara instan dengan menggunakan satu
receiver dan tipe navigasi, metode mi tidak dimaksudkan untuk aplikasiaplikasi yang
menuntut ketelitian posisi yang tinggi. Umumnya digunakan untuk pelayanan navigasi.
Penentuan posisi secara defferensial, posisi suatu titik ditentukan relatif terhadap titik
lainnya yang telah diketahui koordinatnya. Penentuan posisi secara differensial hanya dapat
dilakukan minimal menggunakan dua receiver dan tipe pemetaan ataupun tipe geodetik.
Ilustrasi pengukuran posisi secara defferensial dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Penentuan posisi dengan menggunakan GPS memiliki karakteristik sebagai berikut :
Posisi yang diberikan adalah posisi 3-D, yaitu (X,Y,Z) atau (L,B,H)
Tinggi yang diberikan oleh GPS adalah tinggi ellipsoid
Datum dan posisi yang diperoleh adalah WGS (World Geodetic Systems) 1984 yang
menggunakan ellipsoid referensi GRS 1980
Ketelitian posisi yang diperoleh tergantung pada metode penentuan posisi, geometri
satelit, tingkat ketelitian data dan metode pengolahan data.
Penentuan posisi dapat dilakukan dengan beberapa metode absolute positioning dan
differential positioning.
Posisi titik dapat ditentukan terhadap pusat massa bumi ataupun terhadap titik lainnya
yang telah diketahui koordinatnya.
Spektrum ketelitian posisi yang diberikan berkisar dan sangat teliti (orde : mm) sampai
kurang teliti (orde : puluhan meter)
c. Penentuan titik awal/referensi dilaksanakan oleh konsultan setelah mendapat
petunjuk dari Direksi.
Penetepan titik referensi harus memperhatikan kepentingan desain yang akan
dilakukan yang mana pengukuran ini dimaksudkan untuk perencanaan banjir di muara
disamping juga memperhatikan studi-studi terdahulu.
III - 15
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Mengingat perencanaan banjir di muara tidak terlepas dari kondisi pasang surut air laut
di muara maka referensi ketinggian tentunya harus mengacu pada pasang surut muka
air laut oleh karena itu perlu adanya pengikatan fluktuasi muka air pasang surut
terhadap referensi yang dipergunakan, sementara beberapa referensi yang terikat
kepada muka air laut rata-rata (pasang surut) yang telah diukur secara nasional adalah
titik NWP dan titik TTG (dari Bakosurtanal).
Untuk hal tersebut diatas maka penetapan titik referensi akan ditentukan seefisien
mungkin memperhatikan keberadaan, kedekatan lokasi dan jenis titik referensi tersebut
terhadap pekerjaan perencanaan yang akan dilaksanakan.
d. Pengukuran kerangka horizontal dilakukan dengan metode po1igon dan
ketentuan dari pembuatan poligon sesuai dengan aturan yang lazim yaitu :
Metode pengukuran adalah polygon
Alat ukur sudut adalah theodolite T-2 atau alat lain yang sejenis
Alat ukur jarak adalah pita ukur atau EDM
Jalur pengukuran polygon mengikuti jalur kerangka pengukuran
Sudut horizontal diukur satu seri lengkap (B, LB)
Perbedaan sudut horizontal Dibaca dalam satu seri lengkap
dengan selisih sudut hasil pembacaan ≤ 5” (detik)
Pengukuran sudut-sudut poligon harus menggunakan alat
Theodolit order I, yaitu theodolit Wild T-2 atau yang sederajat
ketelitiannya, dan pengukuran sudut dilakukan minimal dengan
“satu seri” pengukuran
Ketentuan kesalahan pengukuran sudut poligon adalah tidak
lebih dari 10n dimana n adalah jumlah titik poligon.
Jaringan titik-titik poligon harus dipasang tidak jauh dari tepi
saluran/Danau, sehingga pelaksanaan pengukuran Situasi
sekitar sungai dapat dilakukan dengan baik.
Untuk orientasi arah dan kontrol ukuran sudut harus dilakukan
pengamatan matahari sesuai petunjuk Direksi atau apabila
diketahui dua buah titik referensi yang saling terlihat dapat
digunakan azimuth pada sisi yang dibentuk oleh kedua titik
referensi tersebut.
Jarak pengukuran Maks 100 m
III - 16
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Toleransi kesalahan penutup sudut 10 N, dimana N adalah
jumlah titik poligon.
Toleransi kesalahan penutup koordinat O.3D, D adalah jumlah
jarak sisi polygon
Ketentuan untuk poligon cabang,
a. sudut dibaca dalam satu serie ( B-LB) dan selisih sudut, pembacaan ≤ 5
detik
b. Pengukuranjarakdengan EDM, maks 100 m, pengamatan dilakukan 2
kali dengan meetband dan dikontrol dengan jarak optis.
Perhitungan poligon dilakukan secara bertahap, yaitu meliputi
tahap perhitungan dan perataan (adjustment) sudut yang
selanjutnya setelah perhitungan dan perataan sudut selesai,
dilanjutkan dengan perhitungan dan perataan jarak.
Salah penutup sudut pada perhitungan poligon tertutup :
fs = s ± n.180°
Dimana :
fs = salah penutup sudut
= - koreksi
n = jumlah stasiun pengamatan
s = jumlah sudut yang diukur
Ketelitian linier jarak :
dimana :
S = jumlah jarak pengukuran
X = jumlah kesalahan komponen x
Y = jumlah kesalahan komponen y
SL = jumlah linier kesalahan jarak
III - 17
AB
A(XA,YB)
B (XB,YB)
U
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
e. Pengukuran kerangka vertiKal
Pengukuran dengan menggunakan metode sipat datar, untuk menentukan beda tinggi
antara dua titik, ketentuan untuk pengukuran ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dalam bidang pengukuran.
Metode pengukuran adalah waterpass/penyipat datar
Alat yang digunakan : waterpass otomatis dan rambu ukur yang
dilengkapi dengan nivo.
Ketinggian/elevasi setiap titik-titik polygon dan BM ditentukan
dengan pengukuran waterpass.
Sebelum dan sesudah pengukuran (setiap hari) harus dilakukan
checking garis bidik
Metode pengukuran waterpass adalah double stand atau pergi
pulang
f. Pengukuran azimuth matahari
azimuth matahari digunakan untuk menentukan azimuth awal hitungan poligon
dan mengontrol hasil sudut.
Penentuan Azimuth / Arah
Pada sisi yang dibentuk oleh dua titik yang telah diketahui koordinatnya,
maka azimuth ditentukan dengan :
AB =Arcus tangen
dimana : (XA, YA) koordinat A
(XB, YB) koordinat B
azimuth dari titik A ke titik B
III - 18
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Apabila kondisi pengarah BM yang ada (pasangan BM) tidak didapatkan,
maka dilakukan pengamatan matahari, yang dilakukan dengan cara
mengamati posisi matahari pada jam/waktu tertentu, kemudian posisi
matahari ini diorientasikan terhadap sisi poligon yang akan dicari
azimuthnya.
AB = M + SDimana :
S = sudut antara matahari dan titik B
M = azimuth matahari
AB = azimuth AB
M = Arcus Cosinus
Dimana:
M = Azimuth matahari
= Deklinasi matahari pada saat pengamatan
= Posisi lintang tempat pengamatan
h = tinggi matahari hasil ukuran pada saat pengamatan
g. Pengukuran Situasi
Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi areal yang
dipetakan, untuk ketelitian beda tinggi 30D dan pengecekan kondisi lapangan dengan
kountur pada peta, ketelitian Jarak 1 : 1000 dan sudut 30D serta membuat sket
pengukuran untuk penggambaran.
Pengukuran detail Situasi dimaksudkan untuk mendapatkan data posisi planimetris
maupun ketinggian dari semua titik-titik di lapangan, baik itu titik-titik yang mewakili
III - 19
AB
M
S
B
U
A
M
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
keadaan topografi kemiringan tanah maupun detail alam maupun detail bangunan
existing yang ada.
Pengukuran Situasi detail meliputi Situasi topografi areal secara keseluruhan , dan
Situasi khusus bangunan yang membutuhkan perencanaan secara detail.
Dalam pelaksanaan pengukuran Situasi detail dilakukan dengan kriteria berikut :
Pengukuran Situasi detail dilakukan menggunakan sistim raai atau lajur-lajur
arah Utara-Selatan atau arah Barat-Timur, dimana jarak antara lajur adalah
maksimal 30 m.
Pengukuran Situasi dilakukan dengan menggunakan theodolit T-0 atau lebih
tinggi derajat ketelitiannya dengan sistim tachimetri, dan harus selalu
diikatkan kepada titik-titik poligon utama atau sekunder yang terdekat.
Pengukuran Situasi detail meliputi semua tinggi rendah tanah pada areal
coverage lengkap semua detail bangunan existing yang ada, maupun titik-titik
poligon utama atau sekunder yang terdekat.
Khusus pada tempat sungai dimana terdapat intake, bendungan atau dam atau
terjunan, harus dilakukan pengukuran Situasi khusus dan digambarkan dengan
skala besar 1 : 500 atau lebih besar disesuaikan dengan kebutuhan.
Metode pelaksanaan Pengukuran Situasi:
Metode pengukuran tachymetri
Unsur jarak: jarak datar = optis Cos 2 α
Unsur beda tinggi : H = ½ optis Sin 2 α
dimana :
D optis = Jarak optis
H = Beda tinggi
α = sudut miring.
Alat yang digunakan adalah Theodolite T-0
Posisi tiitik ditentukan oleh arah dan jarak atau sudut dan jarak
Semua kenampakan yang ada baik alami maupun buatan
manusia harus diukur (jaringan saluran irigasi, pembuang, jalan
kampung dan lain-lain)
Pengukuran harus diikatkan pada titik polygon
2) Pengukuran tampang melintang.
III - 20
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Skala dibuat sama antara vertikal dan horisontal ( 1 : 1000 ) dan jarak tiap profil
adalah 25 m.
Pengukuran Cross Section dibuat setiap jarak 100 m di daerah
lurus dan 50 m di daerah belokan dan untuk lokasi yang
membutuhkan detail desain dibuat lebih rapat yaitu setiap 25 m
atau menurut petunjuk Direksi
Pengukuran Cross Section dibuat sejauh 50 m ke arah kiri dan
50 m ke arah kanan dari tebing Sungai disamping dilakukan
pengukuran cross section pada badan Sungai.
Titik-titik yang perlu diperhatikan ialah tebing Sungai
Peralatan yang dipakai yaitu T0 atau yang sederajat
Profil memanjang pada Sungai dibuat pada sumbu dan kedua
sisi tebing Sungai
Pada lokasi Sungai yang cukup dalam dan lebar yang tidak
mungkin dipergunakan alat ukur theodolite berikut rambu ukur
maka dipergunakan alat ukur kedalaman echosounder dimana
posisi echosounder tersebut ditentukan secara horizontal
menggunakan theodolite T0 dan echosounder sendiri
ditempatkan pada perahu motor dengan arah sesuai
melintangnya Sungai.
Penentuan Posisi Horizontal Echosounder
Gambar 3. 4 Penentuan Posisi Horizontal Echosounder
Penentuan Kedalaman Pada Kertas Echosounder
III - 21
1 2 3P2
P3
123
Arah laju perahu motor + echosounder
Theodolite Pengamat
a
b c ef
gh
l l
d2d1
dl
1 2 3
P2
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 3. 5 Penentuan Kedalaman Pada Kertas Echosounder
Keterangan :
titik a,b,c,d,e,f,h,h ditentukan elevasnya secara tachymetri dari
titik P2
Titik 1,2 dan 3 elevasinya = titik 1 = elevasi d (muka air) -
(bacaan echosounder d1 + l
transducer)
Titik 2 = elevasi d (muka air) - (bacaan echosounder d2 + l
transducer)
Titik 1 = elevasi d (muka air) - (bacaan echosounder d3 + l
transducer)
h. Buku Ukur
Buku ukur harus mendapat persetujuan dari direksi, tulisan dibuat jelas, bila ada
kesalahan langsung dicoret dan pembetulannya langsung ditulis, tidak dibenarkan
menutup atau menghapus tulisan pada buku ukur.
Perhitungan sementara di lapangan ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui
hasil pengukuran yang telah dilakukan apakah sudah memenuhi syarat dan kriteria
yang telah ditetapkan., sehingga dapat ditentukan apakah harus dilaksanakan
pengukuran ulang atau hanya cukup pengukuran tambahan sebagai koreksi pada titik-
titik tertentu yang diperlukan.
Perhitungan sementara ini dilakukan di lapangan setelah selesai pelaksanaan
pengukuran terutama untuk pengukuran poligon dan pengukuran levelling poligon.
III - 22
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Dari hasil perhitungan sementara ini dapat diketahui data mana yang tidak memenuhi
syarat sesuai ketentuan yang telah ditetapkan , maka dapat diambil keputusan pada
titik-titik yang mana harus dilakukan pengukuran ulang atau pengukuran tambahan.
i. Perhitungan dan Penggambaran
Seluruh hasil perhitungan dan penggambaran harus mendapat persetujuan direksi.
Gambar Situasi / Peta skala 1 : 1000 dan memuat petunjuk sebagai berikut :
Grid Koordinat tiap 10 cm ( = 100 m di lapangan )
Keterangan / legenda standard yang lazim digunakan dan
dikonsultasikan dengan Direksi.
Petunjuk arah geografis
Plotting semua data informasi lapangan ( x,y dan z)
Untuk skala 1 : 5000 harus memuat petunjuk :
Grid Koordinat tiap 5 cm ( = 250 m di lapangan )
Keterangan / legenda standard yang lazim digunakan dan
dikonsultasikan dengan Direksi.
Petunjuk arah geografis
Plotting semua data informasi lapangan (x,y dan z)
Penggambaran dilakukan dengan Digital, hasil pemetaan selain hard copy juga
dalam bentuk pta digital dan siap dimasukkan / dihubungkan pada peta yang
ada di Balai Wilayah Sungai Maluku
j. Mutual Check
Pengecekan lapangan dilaksanakan bersama-sama dengan Direksi pekerjaan, meliputi
koordinat, elavasi dan BM yang terpasang, serta kondisi lapangan dengan kountur pada
Peta.
Untuk lebih jelasnya, pekerjaan pengukuran dapat di lihat pada Gambar 6.6 sampai
dengan Gambar 6.11
III - 23
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 6. 6.Bagan Alir Pengamatan Matahari
III - 24
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 6. 7 Bagan Alir Pekerjaan Topografi
III - 25
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 3. 8. Bagan Alir Pengukuran Poligon
III - 26
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 3. 9. Bagan Alir Pengukuran Sipat Datar
III - 27
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 3. 10. Bagan Alir Pengukuran Titik detail
III - 28
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 3. 11. Bagan Alir Pengukuran Profil Melintang
III - 29
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
3.3.5.3 Survey Pengkajian data Hidrologi
1. Kegiatan Survey Hidrologi
Pengumpulan data hidrologi dimaksudkan untuk mendapatkan data-data hidrologi dan
klimatologi sebagai masukkan di dalam menentukan besaran perencanaan seperti curah
hujan maksimum dengan periode ulang tertentu, hidrograf banjir dan drainase modul serta
penentuan parameter-parameter lainnya yang dapat menunjang desain hidrolik.
Pengumpulan data hidrologi meliputi:
1. Pengumpulan data curah hujan diambil dari stasiun yang terdekat selama 20 tahun
dengan catatan pengamatan selama 10 tahun berturut-turut merupakan data hujan
minimum terbaru.
2. Pengumpulan data temperatur selama minimum 5 tahun berturut-turut dari stasiun
iklim yang terdekat.
3. Pengumpulan data kelembaban relatif selama minimum 5 tahun berturut- turut dari
stasiun klimatologi terdekat.
4. Pengumpulan data Lama Penyinaran Matahari minimum selama 5 tahun dari
stasiun pengamat terdekat.
5. Pengumpulan data kecepatan angin minimum selama 5 tahun berturut-turut dari
stasiun pengamat terdekat.
6. Pengumpulan data informasi banjir (tinggi, lamanya dan luas genangan serta saat
terjadinya) baik dengan pengamatan langsung ataupun memperhatikan bekas-bekas
dan tanda-tanda banjir di pohon maupun melalui wawancara dengan penduduk
setempat.
2. Kegiatan Survey Hidrometri
Survey hidrometri bertujuan untuk mendapatkan data tentang karakteristik Sungai,
anak/cabang Sungai dan saluran yang ada yang berpengaruh terhadap kondisi proyek pada
umumnya serta sistem tata saluran pada khususya.
1. Pengukuran Debit
Pengukuran debit dilakukan pada pos duga muka air atau lokasi yang
direncanakan akan dibangun bangunan pengendali banjir dengan memasang
papan duga muka air yang diikatkan terhadap BM yang ada, sehingga
membentuk satu sistem ketinggian dengan topografi.
Tujuan dan pengukuran ini adalah untuk mendapatkan hubungan antara tinggi
muka air dan besarnya debit. Hubungan ini lazim disebut “Rating Curve”.
III - 30
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Secara umum pengukuran debit secara langsung dapat dilakukan dengan 2
macam cara yaitu:
a) Pengukuran kecepatan aliran menggunakan alat “Current Meter”
b) Pengukuran kecepatan aliran menggunakan alat pelampung.
Pada pekerjaan ini akan digunakan cara pertama, cara kedua hanya akan
digunakan bila pengukuran dengan cara pertama secara teknis tidak mungkin
dilakukan.
2. Metode Pengukuran dengan Current Meter
Mengingat bahwa distribusi kecepatan pada awal vertikal dalam aliran laminer
merupakan distribusi parabola, maka pengukuran kecepatan dapat dilakukan
pada kedalaman berikut :
a) Satu titik pengukuran pada kedalaman 0,6 H dari permukaan air.
b) Dua titik pengukuran pada kedalaman 0,2 H dan 0,8 H dari permukaan air.
c) Tiga titik pengukuran pada kedalaman 0,2 H, 0,6 H dan 0,8 H dari
permukaan air
Kecepatan rata-rata pada satu vertikal dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
V = V0,6H
V = (V0,2H + V0,8H )/2
V = ( V0,2H + 2 . V0,6H + V0,8H ) / 4
Bila kedalaman air H < 0,6 m, maka pengukuran dilakukan pada kedalaman 0,6
H dari permukaan air, sedangkan apabila H > 0,6 m, pengukuran akan dilakukan
pada 2 titik atau 3 titik.
3. Perhitungan Debit Terukur
Setelah didapatkan hasil pengukuran kecepatan aliran dan luas penampang dan
Sungai, maka perhitungan debit dapat dilakukan dengan metode ‘Mid Section”
dimana lebar satu sub bagian ditentukan oleh 1/2 jarak pengukuran vertikal di
sebelah kiri dan 1/2 jarak pengukuran vertikal di sebelah kanan.
III - 31
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 3. 12 Lokasi Titik Pengukuran pada Penampang Melintang Sungai
An = { ( Hin x Hin) + ( Hn x Han ) }
Vn = V0,6n
Vn = (V0,2H + V0,8H ) / 2
Vn = (V0,2n + 2 . V0,6n + V0,8n)
Vn = merupakan kecepatan rata-rata dan jumlah pengukuran.
3.3.5.4 Pengumpulan Data Kualitas Air dan Biota AirPengambilan sampel air pada beberapa lokasi dan kondisi muka air danau dan
menganalisis kualitasnya di Laboratorium dengan menerapkan Satandar Nasional Indonesia
yang sesuai dan mengklarifikasikan sesuai peruntukan air danau.
Pekerjaan Analisa Kualitas Air meliputi :
Kualitas air untuk domestik sangat diperlukan dalam rangka menjamin
kesehatan yang mungkin terjadi akibat pencemaran air Danau yang disebabkan
oleh tinja manusia maupun kotoran lainnya
Persyaratan untuk kebutuhan air minum penduduk seperti adanya unsur fisika
dan kimia untuk penyediaan air bersih
Penelitian tersebut untuk dapat diketahui bahwa air Danau layak dikonsumsi
penduduk, ternak, maupun untuk tanaman dengan mengadakan penelitian
kualitas air di laboratorium.
Parameter kualitas air sebagaimana yang diteliti di laboratorium antara lain
meliputi :
1. Parameter fisika
2. Parameter kimia (kimia anorganik, kimia organik, mikrobiologi, dan radio
aktif).
III - 32
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
3. Hasil analisis di laboratorium dibandingkan dengan standar baku kualitas
air yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan melalui Keputusan Gubernur
Propinsi Maluku.
Pengambilan sample masing-masing lokasi diambil 2 (dua) titik Sample
Pekerjaan Pengambilan Contoh Air dan Tanah Dasar
Pengambilan contoh air menggunakan botol sampel sedangkan tanah sedimen
menggunakan bottom grabber;
Lokasi pengambilan pada tempat yang dianggap perlu, dan dicatat lokasi
pengambilan serta waktunya;
Pengambilan contoh air di saluran dan sungai dilakukan pada saat pasang dan
air surut;
Pengambilan sampel air akan menggunakan 'cammerer bottle sampler' secara
komposit maupun masing-masing kedalaman (jika perlu).
Sample air akan disimpan sedemikian rupa, sehingga perubahan yang terjadi
seminimal mungkin. Selain itu, untuk keperluan pengukuran beberapa
parameter kualitas air yang mudah berubah akan dilakukan pengawetan dengan
bahan kimia. Sedangkan untuk mengetahui komposisi plankton, sampel air
akan diawetkan.
Data parameter air (sifat fisika dan kimia) yang akan dianalisis di laboratorium
antara lain adalah :
Tabel 6. 1 Kriteria Pengukuran Kualitas Air dan Metoda Pengukuran.
Peubah yang diukur Satuan Metoda Pengukuran
A. Peubah Fisik: 1. Warna 2. TDS 3. Kekeruhan
B. Peubah Kimiawi: 1. pH 2. Sainitas 3. Total Amonia 4. Nitrit 5. Nitrat 6. Total fosfat 7. H2S. 8. Kadmium. 9. Besi 10. Tembaga 11. Nikel 12. Timbal 13. Merkuri 14. Aluminium. 15. Khrom total 16. Pestisida.
Pt.Cogr/l
NTU
--
mg/lmg/lmg/lmg/lmg/lmg/lmg/lmg/lmg/lmg/lmg/lmg/lmg/lmg/l
Spektrofotometrik PenimbanganNefelometer
Elektrometrik dengan pHmeter Konduktivitimetrik dengan water checkerPengukuran dengan spektrofotometerDiazotasi dengan spektrofotometerPengukuran dengan spektrofotometerPengukuran dengan spektrofotometerKolorimetrik dengan spektrofotometerEkstraksi solven dengan AASPengukuran dengan AASEkstraksi solven dengan AASEkstraksi solven dengan AASPengukuran dengan spektrofotometerReduksi dengan AASPengukuran dengan AASKo-presipitasi dengan AASKromatografi gas cair dengan GLC-ECD
III - 33
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Pengolahan dan analisa data lapangan dan laboratorium sebagai masukan dalam
perhitungan desain jaringan reklamasi.
3.3.5.5Pengumpulan Data DanauKegiatan Survei dan pengumpulan parameter lapangan yang masuk dan
meninggalkan danau adalah:
a. Menganalisa jumlah air yang masuk dan keluar danau berdasarkan data hitungan
hidrologi
b. Pengamatan kondisi Geoteknik secara umum untuk mendapatkan gambaran
kecenderungan perkembangan morfologi danau
Pemetaan geologi permukaan
Pemetaan geologi permukaan terutama ditunjukkan untuk
keperluan geologi teknik pemetaan geologi antara lain
meliputi:
Pembahasan keadaan dan susunan satuan batuan
termasuk tanah pelapukannya, juga penyebaran dan
hubungan antar satuan batuannya.
Keadaan dan susunan satuan batuan termasuk tanah
pelapukannya, juga penyebaran dan hubungan antar
satuan batuannya.
Struktur geologi seperti : lipatan (antiklin/sinklin), patahan,
kekar, arah jurus dan kemiringan lapisan, gejala longsoran
dan sebagainya.
Pendugaan keadaan bawah permukaan
Dari hasil pemetaan geologi permukaan, dapat diadakan
pendugaan dan dianalisa tentang keadaan geologi bawah
permukaan secara umum dari daerah rencana penyelidikan
dilakukan.
Laporan tahap pertama
Pihak yang melaksanakan penyelidikan geologi teknik dan
mekanika tanah diharuskan melaporkan hasil penyelidikan
tahap ke-1 kepada Direksi Pekerjaan, dimana dalam tahap ini
III - 34
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
dicantumkan tentang asumsi dan saran-saran umum yang
berhubungan dengan sifat teknis tanah/batuan.
Kemudian diadakan diskusi dengan pihak Direksi untuk
menentukan tahap penyelidikan selanjutnya. Hal ini penting
dan perlu sekali dilakukan, seandainya pada nantinya lokasi-
lokasi titik-titik penyelidikan bila ditinjau dari segi geologinya
kurang menguntungkan.
c. Pengumpulan data bangunan keairan, terutama yang dapat mempengaruhi kondisi
kelestarian danau
Metode evaluasi dampak adalah dengan penelitian yang terfokus perhitungan
untuk memperkirakan besarnya dan pentingnya dampak. Besarnya dampak
diperkirakan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan metode analisa
data. Besarnya dampak dapat dihitung dengan melihat selilih keadaan parameter
lingkungan yang akan datang tanpa proyek dan dengan proyek
Evaluasi dampak yang diperkirakan akan terjadi dapat dilaksanakan secara
holistik. Pedoman mengenai ukuran dampak penting yang ditentukan oleh
beberapa kriteria :
1). Jumlah manusia yang terkena dampak
2). Luas wilayah persebaran dampak
3). Lamanya dampak berlangsung
4). Intensitas dampak
5). Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak
6). Sifat kumulatif dampak
7). Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Untuk melaksanakan indentifikasi dampak seluruh komponen lingkungan,
pertama kali dipergunakan metode bagan alir (flow chart), baru kemudian di cek
dengan metode matrik
1). Menyusun daftar dampak yang mungkin akan timbul terhadap komponen
lingkungan dari suatu rencana kegiatan
2). Sesudah daftar dampak dibuat kemudian diurut dampak yang disebabkan
atau oleh sumber aktifitasnya, baru kemudian ditentukan komponen yang
terkena dampak
III - 35
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Kajian UKL dan UPL dalam pekerjaan ini adalah kegiatan yang tidak
menimbulkan dampak besar dan penting dari rencana kegiatan Studi Investigasi
Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku. Dalam pengertian
tersebut upaya pengelolaan lingkungan hidup mencakup empat kelompok
aktivitas yaitu :
1). Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah
dampak negatif lingkungan hidup melalui pemilihan atas alternatif, tata
letak (tata ruang mikro) lokasi dan rancang bangun proyek
2). Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk menanggulangi,
meminimalsasi, atau mengendalikan dampak negatif baik yang timbul disaat
kegiatan Studi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru,
Propinsi Maluku beroperasi maupun hingga saat kegiatan tersebut berakhir
3). Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat meningkatkan dampak positif
sehingga dampak tersebut dapat memberikan manfaat lebih besar baik
kepada pemrakarsa maupun pilak lain terutama masyarakat yang turut
menikmati dampak positif tersebut
4). Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat memberikan pertimbangan
ekonomi lingkungan (baik dalam arti sosial ekonomi dan atau ekologis) dari
kegiatan Studi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru,
Propinsi Maluku.
Kajian UPL atau Upaya Pemantauan Lingkungan pada Studi Investigasi Potensi
SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku yang merupakan kegiatan
berorientasi pada data sistematis, berulang dan terencana
UPL merupakan upaya untuk memahami fenomena-fenomena yang terjadi pada
berbagai tingkatan, mulai dari tingkat Proyek Studi Investigasi Potensi SDA
Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku sampai ke tingkat kawasan atau
bahkan regional disekitarnya tergantung pada skala keacuhan terhadap masalah
yang dihadapi.
Dalam penyusunan UPL Proyek Studi Investigasi Potensi SDA Danau Rana
Kabupaten Buru, Propinsi Maluku perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1). Komponen/parameter lingkungan hidup yang dipantau hanyalah yang
mengalami perubahan mendasar, atau terkena dampak besar dan penting.
Dengan demikian tidak seluruh komponen lingkungan hidup yang akan
dipantau.
III - 36
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
2). Aspek-aspek yang dipantau perlu memperhatikan benar dampak besar dan
penting yang dinyatakan dalam AMDAL, dan sifat pengelolaan dampak
lingkungan hidup yang dirumuskan dalam dokumen UPL.
3). Pemantauan dapat dilakukan pada sumber penyebab dampak dan atau
terhadap komponen/parameter lingkungan hidup yang terkena dampak.
Dengan memantau kedua hal tersebut sekaligus akan dapat dinilai/diuji
efektifitas kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang dijalankan.
4). Pemantauan lingkungan hidup akan layak secara ekonomi, walau aspek-
aspek yang akan dipantau telah dibatasi pada hal-hal yang akan dipantau
telah dibatasi pada hal-hal yang penting saja, namun biaya yang dikeluarkan
untuk pemantauan perlu diperhatikan mengingat kegiatan pemantauan
senantiasa berlangsung sepanjang usia kegiatan proyek Studi Investigasi
Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku.
6.3.6 Analisa Data
6.3.6.1 Analisa HidrologiAnalisa dan perhitungan terhadap data hidrologi, yang dilakukan untuk
mempelajari karakteristik kondisi hidroklimatologi yang meliputi sifat-
sifat fisik, kimia dan biologis dari air.
Dengan adanya data hidroklimatologi maka dapat diperoleh besaran-
besaran perencanaan yang meliputi :
Nilai Evapotranspirasi bulanan
Curah hujan efektif untuk padi dan palawija
Curah hujan rencana.
Debit andalan sungai-sungai yang akan dimanfaatkan airnya
Kebutuhan air irigasi
Debit drainase
Debit banjir rencana
Uji Kosistensi Data
Pengujian konsistensi dengan menggunakan data dari stasiun itu sendiri
yaitu pengujian dengan komulatif penyimpangan terhadap nilai rata-rata
III - 37
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
dibagi dengan akar komulatif rerata penyimpangan kuadrat terhadap
nilai reratanya, lebih jelas lagi bisa dilihat pada rumus dibawah :
S 00
S Y Yk ii 1
k
dengan k = 1,2,3,...,n
y
kk D
SS
n
YYD
n
1i
2
i2y
nilai statistik Q dan R
Q = maks Sk untuk 0 k n
R = maks Sk - min Sk
Dengan melihat nilai statistik diatas maka dapat dicari nilai Q/n dan
R/n. Hasil yang di dapat dibandingkan dengan nilai Q/n syarat dan
R/n syarat, jika lebih kecil maka data masih dalam batasan
konsisten.
Analisis Frekuensi Curah Hujan Rencana
Ada 6 metode analisis frekuensi yang dipergunakan yaitu : Normal, Log Normal 2
Parameter, Log Normal 3 Parameter, Gumbel I, Pearson III dan Log Pearson III.
Metode dipilih berdasarkan penyimpangan yang terkecil (Soewarno, 1995 : 106).
Pemilihan Distribusi
Adapun rumus-rumus yang dipakai dalam penentuan distribusi tersebut antara lain :
III - 38
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Pemilihan distribusi berdasarkan penyimpangan (cr*) yang terkecil.
Distribusi Normal
Distribusi ini mempunyai fungsi densitas peluang normal (normal probability
density function) dari variable acak kontinyu X sebagai berikut (Soewarno, 1995 :
106) :
Ditribusi Log-Normal
Distribusi ini mempunyai fungsi densitas peluang (probability density function)
dari variable acak kontinyu X sebagai berikut (Soewarno, 1995 : 148):
Distribusi log-normal dua parameter mempunyai persamaan transformasi
(Soewarno, 1995 : 149) :
Distribusi log-normal tiga parameter mempunyai persamaan transformasi
(Soewarno, 1995 : 155):
dimana :
n =
Besar asimetrinya (skewnes) adalah :
dimana :
III - 39
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
kurtosis (Ck ) =
Log pearson type III
Rumus yang digunakan dalam metode Log Pearson III adalah
(Soemarto, 1987: 243) :
Rumus-rumus parameter :
Harga rata-rata (mean)
(Koefisien kemencengan (skewness)
Simpangan baku (standard deviasi)
Besarnya curah hujan rancangan
Pada persamaan Pearson terdapat 12 buah distribusi, tapi hanya distribusi Pearson
type III dan log-Pearson type III yang digunakan dalam analisis curah hujan
maksimum (Suwarno, 1995 : 141).
Probability density function distribusi ini adalah :
dengan parameter :
III - 40
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
c = 4/1 – 1
sedangkan :
Harga rata-rata (mean) = median +
Standar deviasi = + 2c
Asimetri = 1/2 1
Metode gumbel
Distribusi ini mempunyai fungsi densitas peluang (probability density function)
dari variable acak kontinyu X sebagai berikut (Soewarno, 1995 : 123):
Dalam penggambaran pada kertas milimeter dapat dituliskan sebagai berikut:
Hubungan antara faktor frekwensi K dengan kala ulang T dapat disajikan dalam
persamaam sebagai berikut:
Secara umum frekwensi analisis dapat disederhanakan dalam
bentuk:
Uji kesesuaian pemilihan distribusi
Uji smirnov kolmogorof
Tahap-tahap pengujian Smirnov Kolmogorof adalah sebagai berikut :
Plot data dengan peluang agihan empiris pada kertas probabilitas, dengan
menggunakan persamaan Weibull (Subarkah, 1980: 120) :
Tarik garis dengan mengikuti persamaan :
III - 41
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Dari grafik ploting diperoleh perbedaan perbedaan maksimum antara distribusi
teoritis dan empiris :
Taraf signifikan diambil 5% dari jumlah data (n), didapat Cr dari tabel.
Dari tabel Uji Smirnov Kolmogorof, bila maks < Cr, maka data dapat
diterima.
Uji chi square
Perhitungannya dengan menggunakan persamaan (Shahin, 1976: 186) :
Agar distribusi frekuensi yang dipilih dapat diterima, maka harga X2 hitung < X2Cr.
Harga X2Cr dapat diperoleh dengan menentukan taraf signifikan dengan derajat
kebebasan.
Batas kritis X2 tergantung pada derajat kebebasan dan . Untuk kasus ini derajat
kebebasan mempunyai nilai yang di dapat dari perhitungan sebagai berikut
DK = JK - ( P + 1)
Distribusi Hujan Jam-jaman
Prosentase distribusi hujan yang terjadi dihitung dengan rumus
Monobone sebagai berikut (Sosrodarsono, 1989: 38) :
Dari hasil analisis ini ditetapkan hujan jam-jaman di lokasi perencanaan yaitu untuk
studi ini dipilih distribusi 6 jam yang didistribusikan dengan cara Mononobe.
Koefisien Pengaliran
Besarnya koefisien pengaliran suatu daerah dipengaruhi oleh kondisi
karakteristik, sebagai berikut (Subarkah, 1980: 51) :
Keadaan hujan.
Luas dan bentuk daerah pengaliran.
Kemiringan daerah pengaliran dan kemiringan dasar pegunungan.
Daya infiltrasi tanah dan perkolasi tanah.
Kebasahan tanah.
III - 42
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Suhu, udara, angin dan evaporasi.
Letak daerah aliran terhadap arah angin.
Daya tampung palung sungai dan daerah sekitarnya.
Bila tidak terdapat pengukuran limpasan yang terjadi maka untuk
DAS tertentu besarnya koefisien pengaliran dapat dilihat pada tabel
berikut (Sosrodarsono, 1978: 145) :
Tabel 3. 2 Koefisien Pengaliran menurut Mononobe
Kondisi Daerah Koefisien Pengaliran
Daerah pegunungan berlereng terjalDaerah perbukitanDaerah bergelombang yang bersemak-semakDaerah dataran yang digarapDaerah persawahan irigasiSungai di daerah pegununganSungai kecil di daerah dataranSungai besar dengan wilayah pengaliran yang lebih dari seperduanya terdiri dari dataran
0,75 – 0,900,70 – 0,800,50 – 0,750,45 – 0,600,70 – 0,800,75 – 0,850,45 – 0,75
0,50 – 0,75
Curah hujan netto jam-jaman
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Rn = C * R
Perhitungan Evapotranspirasi
Ada beberapa metoda perhitungan evapotranspirasi yang ada terdiri
dari :
Metoda Thornth Waite
Metoda Blaney – Criddle
Metoda Penmann Modifikasi
Persamaan umum yang digunakan dalam analisa evapotranspirasi
potensial bulanan, dengan metoda Penmann Modifikasi adalah
sebagai berikut :
Et = C x (W.Rn + (1+W) x f(U) x (ea – ed))
Perhitungan Curah Hujan Efektif
Dasar Teori
Perhitungan curah hujan efektif dilakukan dengan 2 (dua) kondisi
yang berbeda, yaitu :
III - 43
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Untuk padi
Re = 70% x (R80/15) untuk setengah bulanan
Untuk palawija
Re = 70% x (R50/15) untuk setengah bulanan
Adapun penetapan harga curah hujan R80 dan R50 dilakukan dengan menggunakan
metoda Harza dan rata-rata, sebagai berikut :
Penetapan R80
Dengan metoda Harza yang menetapkan curah hujan efektif (R80) berdasarkan
ranking pada urutan ke-n dari harga terkecil, dengan memakai rumus dasar :
n = (N/5)+1
dimana :
n = nomor urut yang terpilih (bilangan bulat)
N = jumlah data.
Digunakan metoda rata-rata dari rangkaian data curah hujan yang ada, atau
berdasarkan ranking data pada urutan ke-n = N/2.
Analisa Curah Hujan Efektif
Penetapan R80
R80 merupakan data urutan ke-n pada Tabel, dengan harga
n = (N/5) + 1
Penetapan R50
R50 merupakan data urutan ke-n pada Tabel , dengan harga
n = (N/2) + 1
Jika data yang tersedia adalah data tengah bulanan atau dua mingguan, maka untuk
menetapkan curah hujan efektif harian diambil asumsi :
Untuk padi
Re = 70% x R80 x 1/15 mm/hari
Untuk palawija
Re = fD x (1.25 x R50 0.824 – 2.93) x 100.000955 x Eto mm/hari
FD = 0,53 + (0,00016 x D) - (8,94 x 10 -5 x D2) + (2,32 x 10 -7 x D3)
Kebutuhan Air (Water Requirements)
Kebutuhan Air
Kebutuhan air untuk padi :
III - 44
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
IR = NFR / e
NFR = Etc + P – Re + WLR
Kebutuhan air untuk padi :
IR = (Etc – Re) / e
Penggantian Lapisan Air (WLR)
Setelah satu atau dua bulan dari transplantasi, dilakukan penggatian air
sebanyak 50 mm ssetiap kalinya, diberikan dengan jangka waktu 1,5 bulan
sesuai dengan kondisi tersebut di atas, jadi kebutuhan air tambahan untuk
penggatian lapisan air (WLR) adalah sebesar 3,3 mm/hari untuk setengah bulan.
Penggatian lapisan air dilakukan secara bertahap pada bagian petak tersier
sehingga kebutuhan tambahan untuk penggantian air menjadi 1,10 dan 2,20
mm/hari seperti disajikan pada Pola Tata Tanam.
Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan (LP)
IR = (M . eK)/ (eK – 1)
M = Eo + P (mm/hari)
Berdasarkan uraian diatas kebutuhan air selama penyiapan lahan diambil harga
kondisi ekstrim yaitu saat T = 45 hari dan S = 250 mm.
Kebutuhan Air Komsumtif (Etc)
Koefisien tanaman digunakan untuk menghitung kebutuhan konsumtif tanaman
(Eto), dengan persamaan sebagai berikut :
Etc = Kc . Eto
Tabel 3. 3 Koefisien Tanaman Padi dan PalawijaPeriodeSetengahBulanan
Nedeco/Prosida FAOFAO
PalawijaPadi Padi
V. Biasa V. Unggul V. Biasa
V. Unggul
12345678
1.201.201.321.401.351.241.120.00
1.201.271.331.301.300.00
1.101.101.101.101.101.050.950.00
1.101.101.051.050.950.00
0.500.590.961.0510.20.95
Perkolasi
III - 45
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah dan karakteristik
pengolahannya. Air untuk perkolasi diberikan selama masa pertumbuhan
tanaman bertujuan untuk menjernihkan lapisan tanah sub surface. Pada kondisi
tanah lempung dengan karakteristik pengolahan yang baik, laju perkolasi
mencapai harga sekitar 1 s/d 3 mm/hari.
Efisiensi Irigasi
Efisiensi irigasi (e) adalah merupakan prosentase jumlah air yang sampai di
sawah dari pintu pengambilan. Efisiensi timbul karena kehilangan air yang
disebabkan rembesan, bocoran, eksploitasi, dan lain-lain.
Tabel 3. 4 Efisiensi Irigasi
Saluran Efisiensi Efisinsi TotalSaluran TersierSaluran SekunderSaluran Primer
0.800.900.90
0.800.80 x 0.90
0.80 x 0.90 x 0.90
0.800.720.65
Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi
Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan air irigasi antara lain adalah : Dengan Rotasi alamiah didalam petak tersier, kegiatan penyiapan lahan
diseluruh petak yaitu 1,5 bulan diselesaikan secara bertahap. Rotasi alamiah
dinyatakan dalam pengaturan kegiatan setiap jangka waktu setangah bulan
secara bertahap sehingga koefisien tanaman dan jumlah air yang diperlukan
untuk penggantian lapisan air direntukan secara bertahap pula.
Transplantasi dimulai pada pertengahan bulan kedua hingga setengah bulan
setelah penyiapan lahan (LP).
Pola tanam ditetapkan Padi – Palawija dengan jenis budidaya palawija
diantaranya : jagung, kedelai, kacang tanah dan lain-lain.
Perhitungan Debit Andalan
Ada beberapa metode perhitungan antara lain :
Metoda Neraca Air (Water Balance)
Metode SMEC
Pengukuran Hidrometri
Dalam pekerjaan ini digunakan metoda Neraca Air FJ. Mock dan
Nreca untuk mengetahui debit andalan, metode-metode tersebut yaitu :
III - 46
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Metoda Neraca Air (Water Balance)
Perhitungan debit andalan (dependable flow) dengan metode neraca air
dikembangkan oleh Dr. F.J. Mock.
Neraca air metode F.J. Mock dirumuskan sebagai berikut :
Q = (Dro + Bf) F Bf = 1 - Vn
Dro = Ws - 1 Ws = R - Et
Run off = (1-Vn) + 60 (P-EL), mm/dt
Q = Run off x A, m3/dt
Va = Vn - Vn-1 = storage bulanan, mm
Vn = 0,50 (1 + K) 1 + K(n-1)
Metoda NRECA
Di lokasi pekerjaan ketersediaan data debit tidak ada, sehingga untuk data debit
dilakukan dengan pendekatan menggunakan metode NRECA. Perhitungan debit
bulanan yang akan digunakan adalah dengan metode NRECA mencakup 19 tahap
yaitu :
(Kolom 1) = Nama bulan.
(Kolom 2) = Data curah hujan rata-rata bulanan.
(Kolom 3) = Besarnya evapotranspirasi potensial (PET).
(Kolom 4) = Nilai tampungan kelengasan awal (W0). Nilai harus
dicoba-coba, dan percobaan pertama diambil 600
(mm/bulan) di bulan Januari.
(Kolom 5) = Tampungan kelengasan tanah = (kolom 4) / Nominal.
Nominal = 100 + 0,2 Ra
Ra = hujan tahunan (mm).
(Kolom 6) = Rasio Rb / PET = (kolom 2) / (kolom 3).
(Kolom 7) = Rasio AET / PET.
Diperoleh dari grafik hubungan antara AET / PET dan nilai yang tergantung dari
(kolom 6) dan (kolom 5).
(Kolom 8) = AET = (kolom 7) x (kolom 3) x (koefisien reduksi).
(kolom 9) = Neraca air = (kolom 2) – (kolom 8).
(Kolom 10) = Rasio kelebihan kelengasan, yang dapat diperoleh sebagai
berikut :
III - 47
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Jika (kolom 9) positif, maka rasio tersebut dapat diperoleh dari
grafik dengan memasukkan nilai (kolom 5).
Jika (kolom 9) negatif, rasio = 0.
(Kolom 11) = Kelebihan kelengasan = (kolom 10) x (kolom 9)
(Kolom 12) = Perubahan tampungan = (kolom 9) – (kolom 11).
(kolom 13) = Tampungan air tanah = P1 x (kolom 11).
P1 = Parameter yang menggambarkan karakteristik tanah permukaan
(kedalaman 0 – 2).
P1 = 0,1 bila bersifat kedap air.
P1 = 0,5 bila bersifat lulus air.
(Kolom 14) = Tampungan air tanah awal yang harus dicoba-coba dengan
lai awal = 2.
(Kolom 15) = Tampungan air tanah akhir = (kolom 13) + (kolom 14)
(Kolom 16) = Aliran air tanah = P2 x (kolom 15)
P2 = Parameter seperti P1 tetapi untuk lapisan tanah dalam (kedalaman
2 – 10m).
P2 = 0,9 bila bersifat kedap air.
P2 = 0,5 bila bersifat lulus air.
(Kolom 17) = Aliran langsung = (kolom 11) – (kolom 13).
(Kolom 18) = Aliran total = (kolom 17) + (kolom 16).
(Kolom 19) = Aliran total = (kolom 18) x 10 x luas tadah hujan (ha)
Untuk perhitungan bulan berikutnya diperlukan nilai tampungan kelengasan
(kolom 4) untuk bulan berikutnya dan tampungan air tanah (kolom 14) bulan
berikutnya yang dapat dihitung dengan rumus :
Tampungan kelengasan = (kolom 4) + (kolom 12), semuanya dari bulan
sebelumnya.
Tampungan air tanah = (kolom 15) – (kolom 16), semuanya dari bulan
sebelumnya.
Perhitungan Kebutuhan Air Baku
Proyeksi Jumlah Penduduk
Persamaan perhitungan proyeksi penduduk tersebut adalah sebagai berikut :
Pn = Po ( 1 + r ) n
Proyeksi Kebutuhan Air
III - 48
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Pelayanan air baku untuk kebutuhan rumah tangga pada umumnya direncanakan
dengan 2 (dua) jenis pelayanan, yaitu :
Sambungan rumah
Hidran umum
Perhitungan Modulus Pembuang (Drainase Module)
Perhitungan Modulus pembuang ini nantinya untuk perhitungan jaringan drainase pada
jaringan irigasi. Untuk saat ini hasil perhitungan ini tidak dipergunakan
Kriteria perhitungan modulus pembuang
Penentuan debit buangan rencana didasarkan pada kriteria berikut :
Low land
Up land
Hujan rencana
Low land
Up land
Langkah-langgah perhitungan hujan rencana up land :
Menghitung hujan maksimum 1 harian masing-masing stasiun
Menghitung hujan maksimum 1 harian rata-rata daerah
Menghitung hujan maksimum 1 harian rencana dengan metode curah
hujan terpilih hasil analisa.
Debit pembuang
Low land
Qd = 1,62 . Dm . A0,92
Dm =
Dn = R (n)T + n(IR - ET - P) . S
Up land
Debit rencana dirumuskan sebagai berikut :
Qd = 1,62 . Dm . A0,22
III - 49
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Dm =
Debit Banjir Rencana
Hidrograf Satuan Sintetik Metode Nakayasu
Perhitungan debit banjir rancangan menggunakan metode Nakayasu. Persamaan
umum hidrograf satuan sintetik Nakayasu adalah sebagai berikut (Soemarto, 1995:
100) :
Tp = tg + 0,8 tr
tg = 0,21 x L0,7 (L < 15 km)
tg = 0,4 + 0,058 x L (L > 15 km)
T0,3 = x tg
dimana :
Qp = debit puncak banjir (m3/det)
C = koefisien pengaliran
R0 = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak
sampai menjadi 30% dari debit puncak
A = luas DPS (km2)
tg = waktu konsentrasi (jam)
Tr = satuan waktu hujan, diambil 1 jam
= parameter hidrograf, bernilai antara 1,5 – 3,5
L = panjang sungai (m)
III - 50
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 3. 6 Hidrograf Metode Nakayasu
Persamaan hidrograf satuannya adalah :
Pada kurva naik
0 ≤ t ≤ Tp
Pada kurva turun
Tp < t ≤ (Tp + T0,3)
(Tp + T0,3) ≤ t ≤ (Tp + T0,3 + 1,5T0,3)
t > (Tp + T0,3 + 1,5T0,3)
dimana :
Qt = debit pada saat t jam (m3/det)
III - 51
0,3 Qp 0,32 Qp
0,8 Tr tg
Qp
LengkungNaik Lengkung Turun
Tp T0,3 1,5 T0,3
Tr
Q (
m3/d
et)
t (jam)
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Hidrograf Satuan Sintetik Metode Snyder
Unsur-unsur yang ditentukan dalam analisis hidrograf satuan
metode Snyder adalah tinggi d = 1 cm, Qp (m3/det), Tb serta Tr
(jam).
Gambar 3. 7 Hidrograf Banjir Metode Snyder
Unsur-unsur hidrograf tersebut dihubungkan dengan :
A = luas daerah pengaliran (km2)
L = panjang aliran utama (km)
Lc = jarak antara titik berat daerah pengaliran sungai dengan
pelepasan
(out let) yang diukur sepanjang aliran utama.
Rumus-rumus metode Snyder :
Tp = Ct + ( L . Lc )0.3
Tr = Tp/4.5
Qp = 2.78 x ( Cp A ) / Tp
Tb = 72 + 3 Tp
Koefisien-koefisien Ct dan Cp ditentukan secara empiris, karena besarnya berubah-
ubah antara daerah satu dengan daerah lain.
Besarnya Ct = 0,75 – 3,00 sedangkan besarnya Cp = 0,9 – 1,0.
III - 52
Qp
Tp Tb
tr
t
i
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Fungsi lain yang digunakan adalah :
Tp = Ct ( L . Lc )n
S
dimana :
S = kemiringan rata-rata daerah pengaliran
Tb = 5 (tp + tr/2)
Koefisien Ct dan n dapat dicari dari semua hidrograf-hidrograf satuan yang ada
daerah-daerah pengaliran dalam wilayah tersebut pada tinggi dan periode yang
sama, kemudian dilakukan plotting log tp terhadap log (L.Lc/S). sehingga :
Log tp = Lo Ct + n Log (L. Lc/S)
Titik-titik disekitar best fit adalah merupakan ukuran kelayakan dari cara tersebut.
6.3.6.2 Analisa Hidrolika
Setelah dilakukan analisa hidrologi maka dalam perencanaan desain Danau
selanjutnya dilakukan analisa hidrolika. Diperlukan data yang telah dianalisa (data awal)
maupun data dari hasil pengamatan dan pencatatan dari hasil studi yang telah ada.
Adapun analisa hidrolika yang akan dilakukan dalam perencanaan bangunan serta jaringan
tata air antara lain dilihat dari tingkat kepentingan dan standar perencanan yang telah ada):
a. Analisa tinggi muka air bangunan Air
b. Analisa aliran di bangunan pelimpah
c. Analisa aliran di In Let dan Out Let pembuang
d. Analisa bangunan pelengkap lainnya.
6.3.6.3 Analisa Sedimentasi
Analisa sedimentasi dilakukan berdasarkan data hasil penyelidikan kadar
sedimentasi yang terkandung pada air sungai. Tujuan analisa sedimentasi adalah untuk
memperkirakan usia guna embung yang direncanakan berdasarkan kapasitas tampungan
mati yang direncanakan.
Sedimen yang terangkut ke dalam sungai dan masuk ke daerah genangan embung/
reservoir tidak akan seluruhnya mengendap dan tertinggal di dalam waduk, akan tetapi
sebagian akan terangkut melalui intake maupun melalui pelimpah.
Prosentase sedimen yang akan mengendap dalam genangan embung/reservoir sangat
tergantung dari besarnya Traf Eficiency dari sedimen bersangkutan.
Untuk menentukan traf eficiecy tersebut dapat memakai grafik atau dapat dihitung
dengan persamaan seperti berikut :
III - 53
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Y = 100 (1 – 1/(1+ax))n 5.4 - 1
Dimana :
Y = prosentase sedimen yang tertangkap
X = perbandingan daya tampung dari tampungan sedimen dengan inflow tahun
A, n = konstanta yang besarnya adalah
A = 130, n = 1,0 ( enveloping curve )
A = 100, n = 1,5 (mean curve )
A = 65, n = 2,0 (reasonable)
Simulasi digunakan untuk menentukan Tinggi maksimum air genangan di waduk,
lebar pelimpah, saluran pengelak dan cofferdam .
Prinsip dasar dari studi optimasi dengan simulasi adalah pengembangan dari
persamaan kontinuitas, yaitu :
dsI – O dtdimana :
I = Inflow (m3/det)
O = Outflow (m3/det)
ds = Perubahan tampungan yang merupakan fungsi dari waktu
dt
Persamaan tersebut diatas dapat dijabarkan sebagai berikut :
It – Lt-1 – St – SPt – Ot =
dimana :
It = Rata-rata inflow di waduk (m3/det)
Lt = Kehilangan air pada embung oleh evaporasi (m3/det)
St = Kehilangan air akibat rembesan melalui pondasi embung (m3/det)
SPt = Air yang melalui pelimpah (m3/det)
Ot = Outflow yang dibutuhkan untuk air domestik (m3/det)
Wt = Volume embung (m3)
dt = Periode operasai dari embung
Langkah optimasi adalah :
1. Menghitung optimasi berdasarkan inflow
2. Menghitung kehilangan akibat penguapan dan rembesan
III - 54
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
3. Menghitung hubungan kemampuan embung dengan kebutuhan air domestik (air
yang lewat pelimpah, intake atau pengelak)
4. Ulangi point 2
5. Hasilnya berdasarkan tingkat kegagalan kurang dari 80% (untuk irigasi)
Analisa pengamatan debit dengan memperoleh data primer merupakan suatu hal
yang harus dilakukan untuk mengestimasi besarnya suplai sedimen dan sungai kepada
mekanisme sistem transport sedimen Danau. Pola sebaran sedimen akan memberikan
justifikasi dalam nenentukan jumlah dan arah pergerakan sedimen.
Tahapan Pelaksanaan
Mengingat agradasi lapisan dasar sungai sangat labil terhadap gerusan, maka
dilaksanakan beberapa detail pengambilan sample sedimen dasar dan layang. Pelaksanaan
dilakukan pada 3 point titik pengambilan dengan masing-masing 5 kali pengambilan
sample.
Pengukuran dengan pengambilan sample sebagai berikut :
A. Muatan Cuci (Wash Load)
Wash load adalah partikel silt dan debu yang paling halus yang terangkut ke dalam
sungai. Dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan perubahan kekentalan air di
sungai. Mengukur wash load sangatlah mudah, tetapi harus dilakukan dengan cara-cara
yang laboratoris. Data banyaknya kadar sedimen dapat dinyatakan dengan satuan
konsentrasi sedimen sebagai berikut :
Konsentrasi wash load dapat diambil dengan alat water sampler atau alat lain yang
dapat menahan material lebih kecil dari 50 milimikron. Sebagai contoh adalah alat US
Depth – Integrating sediment sampler atau US Point – Integrating sampler.
Secara umum wash load dapat dianggap menyebar merata ke arah vertikal dan
konsentrasinya dapat dipertimbangkan selebar sungai.
B. Muatan Layang (Suspended Load)
Suspended load dapat dianggap sebagai bed material dalam sistem suspensi, dan
terutama terdiri atas butiran pasir halus yang hampir secara terus menerus terangkut
oleh aliran.
Untuk mengukur suspended load dapat digunakan alat :
SBotol Delft (sediment transport meter)
US Depth – Integrating Sampler US D – 49 (sedimen concentration meter)
III - 55
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
US Point – Integrating Sampler US D – 49 (sedimen concentration meter)
Botol Delft adalah alat ukur yang pada prinsipnya memakai sistem aliran yang lewat.
Sedimen dalam air melalui alat yang berbentuk botol dan kemudian sejumlah besar
volume air dan sedimen langsung diukur transportasinya.
edang US – Integrating Sampler adalah pengukur konsentrasi yang tidak menggunakan
sistim aliran yang lewat melainkan botol diisi dengan sampler air yang berisi sedimen
dalam ukuran yang relatif kecil. Volume campuran ini ditempatkan pada botol ukuran.
B. 1. Perhitungan Transportasi dengan Botol Delft
Data-data pengukuran yang diperlukan :
Profil penampang sungai
Distribusi kecepatan arah vertikal (current meter)
Kedalaman tempat mengambil contoh (dengan blok kawat pengukur)
Waktu pengukuran (dengan stopmatch)
Ukuran butiran rata-rata.
Sedimen hasil penangkapan (dengan gelas pengukur : DF cc)
Untuk mendapatkan total kedalaman pada arah vertikal irisan penampang yang
dimaksud, harus diukur dengan gema suara (echosounder)
Distribusi kecepatan diperoleh dengan current meter yang ditempatkan di bawah air,
dan kecepatan ini diukur pada semua kedalaman dimana pengangkutan sedimen
akan diukur pada semua kedalaman dimana pengangkutan sedimen akan diukur.
Ukuran butiran rata-rata diperoleh di laboratorium dengan cara sebagai berikut :
Dengan memakai mistar standar (cepat tetapi hasilnya kasar)
Dengan tabung setting VAT (Visual Accumulation Tube) – tepat dan agak
cepat.
Dengan pengeringan dan penyaringan (tepat tetapi lambat)
Setelah data terkumpul, maka setiap titik pengukuran ada arah vertikal, pengankutan
dihitung dengan rumus :
S = G.α/T’.F atau T = V.α/T’.F.
Dimana :
S = pengangkutan dalam kg/dt/m2 (material kering)
T = pengangkutan dalam m3/dt/m2 (termasuk pori)
α = faktor koreksi yang tergantung pada nozzle yang digunakan, ukuran butiran
rata-rata dan kecepatan-kecepatan aliran.
G = tangkapan dalam kg (kering)
III - 56
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
V = tangkapan dalam m3
F = luas nozzle dalam m2
T’ = waktu sampling dalam detik
B. 2. Perhitungan transportasi dengan US Depth-Integrating Sampler
Data-data pengukuran yang diperlukan :
Profil irisan melintang sungai
Distribusi kecepatan arah vertikal
Kedalaman sampling
Konsentrasi sedimen untuk setiap sample (ppm)
Waktu pengukuran
Kecepatan-kecepatan dapat digambarkan secara kuantitatif sebagai angkutan volume
persatuan waktu per luas irisan lintang (m3/dt/m3 = m/dt)
Konsentrasi dapat disajikan sebagai berat sedimen kering per satuan volume
(kg/m3). Hasil perkalian keduanya adalah berat sedimen kering per satuan waktu per
satuan luas (m3/dt/m2 x kg/m3 = kg/dt/m2) ......lihat gambar
Pengangkutan sedimen dapat dihitung secara tidak langsung yakni dengan
mengalikan kecepatan aliran rata-rata dengan konsentrasi rata-rata yang ditentukan
dari sampel-sampel air.
Koreksi kesalahan dapat diketahui sebagai berikut :
Pengangkutan pada sebuah titik dengan periode T harus dipertimbangkan sebagai
rata-rata perkalian antara kecepatan aliran (v) dengan konsentrasi (c) yang terukur
selama periode T (detik) tersebut.
Persamaannya adalah :
Dimana :
v = kecepatan rata-rata pada periode t (ditentukan)
v’ = perubahan kecepatan pada v (komponen stokastik)
c = konsentrasi rata-rat selama periode T (ditentukan)
c’ = perubahan konsentrasi pada c (komponen stokastik)
III - 57
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Persamaan tersebut di atas dapat juga ditulis
dan
maka :
atau
jika v’dan c’ saling berhubungan. Maka v’.c’ bernilai nyata, dan sebaliknya bila tidak berhubungan, maka v’.c’=0 = pengangkutan dihitung dengan , hal ini berbeda dengan nilai (botol Delft)
Gambar 3. 8 Delft Bottle
Gambar 3. 9 Point Integrating Sampler US-P 61
III - 58
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 3. 13 Depthh-Integrated Sampler US-D 49
Gambar 3. 14 Bed Load Transport Meter Arnhem (BTMA)
III - 59
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 3. 15 Ilustrasi Perhitungan Angkutan Sedimen
C. Muatan dasar (Bed Load)
Bed load merupakan material material dengan butir-butir kasar yang terangkut aliran
secara menggelinding dan menggeser, dan sukar sekali terangkat dari dasar. Di sebelah
hulu sungai merupakan produksi pengangkutan bed load terbesar. Ketelitian sampling
bed load tidak hanya dipengaruhi oleh kompleksitas kejadian pengangkutan sedimen,
tetapi juga oleh ketelitian sampler, prosedur pengukuran dan faktor kalibrasi alat serta
kekasaran dasar sungai (ripples, dunes, plane bed, bed material) Tangkapan material
sangat dipengaruhi oleh posisi pengambilan sampler. Misalnya bed material yang
terangkut oleh gelombang air, tangkapan maksimum terdapat pada puncak gelombang
atau bukit pasir dan tangkapan minuman terdapat pada lembah/antara gelombang-
gelombang. Untuk garik hubungan perbedaan pengangkutan bed load rata-rata sebagai
fungsi dari sejumlah pengamatan (De Vries, 1973) dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.
III - 60
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 3. 13 Hubungan Nomor Sampel Bed Load dan Standar Deviasi
D. Perhitungan bed load
Tangkapan sampler dirata-rata dan volume tangkapan rata-rata ini atau seluruhnya
dikonversikan ke dalam pengangkutan harian (m3/24 jam/m2) dengan menggunakan
kurva kalibrasi alat BTMA (Bed Load transport Meter Arnhem)
Kurva ini didasarkan pada percobaan yang dilakukan oleh Laboratorium Hidrolika
Delft dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3. 164 Kurva Kalibrasi BTMA
Sampel bed load yang didapat dengan alat BTMA harus dibawa ke laboratorium
terlebih dahulu, dan berat kering sedimen dapat ditentukan dengan rumus :
III - 61
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
S = (2 . G . B) / (0,085 . T)
Dimana :
S = pengangkutan sedimen melalui irisan melintang (kg/det)
G = berat kering sedimen rata-rata semua contoh yang diambil pada irisan
melintang (kg)
B = lebar sungai (m)
T = waktu sampling (untuk satu pengukuran)
Angka 2 pada rumus diatas adalah faktor efiensi, sedangkan angka 0,85 adalah faktor
yang mewakili lebar keranjang alat (m).
E. Sampling dasar (Bottom sampling)
Sampling dasar sangat berguna untuk mendapatkan pengetahuan morfologi dari
sungai, erodibilitas dasar sungai, dan untuk menentukan karakteristik-karakteristik
sungai.
Pemilihan tempat-tempat pengukuran harus ditentukan sedemikian rupa sehingga
sampel pada irisan melintang dapat mewakili sepanjang profil longitudinal dari sungai.
Pengambilan sampel dasar sungai dapat dilakukan dengan menggunakan alat “Van
Veen Bottom Grab“ dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3. 15. Van Veen Bottom Grab
Pengamatan secara visual terhadap sedimentasi yang terjadi dengan menggunakan
parameter-parameter, sebab-sebab terjadinya sedimentasi serta areal endapan sedimen
serta daerah Gerusan / erosi.
III - 62
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
3.3.6.4 Analisa Hidrometri
1. Persamaan Dasar untuk Perhitungan Profil
Profil permukaan air dihitung dari suatu potongan melintang saluran ke potongan
selanjutnya dengan memecahkan persamaan kekekalan energi dengan prosedur
interaktif yang disebut Metode Tahapan Standar (Standard Step Method).
Persamaan kekekalan energi ditulis sebagai berikut:
dimana:
Y1, Y2 = kedalaman air pada potongan melintang
Z1, Z2 = elevasi pada saluran utama
V1, V2 = kecepatan rata-rata (jumlah total debit)
1, 2 = koefisien tinggi kecepatan
he = kehilangan energi
Kehilangan energi antara dua potongan melintang diakibatkan oleh kehilangan
energi akibat gesekan dan ekspansi maupun kontraksi. Persamaan kehilangan
tinggi energi dituliskan sebagai berikut:
dimana:
L = jarak sepanjang bentang yang ditinjau
= kemiringan gesekan (friction slope) antara dua potongan melintang
C = koefisien ekspansi atau kontraksi
Jarak sepanjang bentang yang ditinjau, L, dihitung dengan persamaan:
dimana:
III - 63
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Llob, Lch, Lrob = jarak sepanjang potongan melintang pada aliran yang
ditinjau di pinggir kiri Sungai/left overbank (lob), saluran
utama/main channel (ch), dan pinggir kanan Sungai/right
overbank (rob).
lob, ch, rob= jarak sepanjang potongan melintang pada aliran yang ditinjau di
pinggir kiri Sungai (lob), saluran utama (ch), dan pinggir
kanan Sungai (rob).
2. Pembagian Potongan Melintang (Cross Sections)
Penentuan penyaluran total aliran dan koefisien kecepatan untuk potongan
melintang membutuhkan pembagian aliran menjadi beberapa satuan sehingga
kecepatan didistribusikan secara merata. Pendekatan yang digunakan pada HEC-
RAS adalah membagi daerah aliran pada pinggir saluran atau Sungai dengan
menggunakan masukan nilai n pada potongan melintang dimana nilai n berubah
sebagai dasar pembagian. Penyaluran/aliran dihitung di dalam tiap sub bagian dari
bentuk persamaan Manning berikut ini:
dimana:
K = penyaluran untuk suatu sub bagian
n = koefisien kekasaran Manning untuk sub bagian
A = luas daerah aliran pada sub bagian
R = jari-jari hidraulik pada sub bagian
Program akan menjumlahkan tambahan penyaluran pada pinggir saluran utuk
mendapatkan penyaluran pada sebelah kiri dan kanan pinggir Sungai. Penyaluran
saluran utama dihitung dengan cara biasa sebagai satu bagian penyaluran. Jumlah
total penyaluran dapat diperoleh dengan menjumlahkan tiga sub bagian penyaluran,
yaitu: sub bagian kiri pinggir Sungai, saluran utama, dan sub bagian kanan pinggir
Sungai.
3. Perhitungan Nilai Rata-Rata Tinggi Energi Kinetik
Perangkat lunak HEC-RAS adalah program perhitungan profil permukaan air satu
dimensi, oleh karenanya hanya satu permukaan air dan satu tinggi energi rata-rata
yang dihitung pada tiap potongan melintang. Jika suatu nilai permukaan air
diketahui, rata-rata tinggi energi didapatkan dengan menghitung tinggi energi
III - 64
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
aliran dari tiga sub bagian pada potongan melintang (left overbank, main channel,
dan right overbank).
Untuk menghitung rata-rata energi kinetik diperlukan perhitungan koefisien tinggi
kecepatan alpa (). Alpha dihitung dengan cara sebagai berikut:
Dalam bentuk umumnya:
Koefisien kecepatan, , dihitung berdasarkan pada penyaluran di tiga bagian aliran.
Persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk penyaluran dan daerah luasannya
seperti pada persamaan di bawah ini:
dimana:
At = jumlah total luas daerah aliran pada potongan melintang
Alob, Ach, Arob = luas daerah pada tiap sub bagian penampang saluran
Kt = jumlah total penyaluran pada potongan melintang
Klob, Kch, Krob = penyaluran pada sub bagian penampang saluran
4. Perhitungan Kehilangan Energi Akibat Gesekan
Kehilangan energi akibat gesekan yang diperhitungkan pada HEC-RAS adalah
produk dari Sf dan L (persamaan 3-2). Kemiringan gesekan Sf pada tiap bagian
potongan melintang dihitung dari persamaan Manning sebagai berikut:
Bentuk alternatif persamaan-persamaan kemiringan Sf pada HEC-RAS adalah:
Persamaan Penyaluran Rata-rata:
III - 65
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Persamaan Kemiringan Gesekan Rata-rata:
Persamaan Kemiringan Gesekan Rata-rata Geometri:
Persamaan Kemiringan Gesekan Rata-rata Harmonik:
Persamaan tersebut diatas adalah persamaan standar yang digunakan oleh program.
Persamaan ini secara otomatis digunakan kecuali jika persamaan yang berbeda
diinginkan. Program juga menyediakan pilihan untuk memilih persamaan secara
otomatis sesuai dengan daerah aliran dan tipe profil yang ditinjau.
5. Perhitungan Kehilangan Energi Akibat Kontraksi Dan Ekspansi
Kehilangan energi akibat kontraksi dan ekspansi pada HEC-RAS dihitung dengan
persamaan berikut ini:
dimana: C = koefisien ekspansi atau kontraksi
Program akan mengasumsikan kontraksi terjadi jika tinggi kecepatan di hilir lebih
besar dari pada tinggi kecepatan di hulu. Sebaliknya, ekspansi terjadi jika tinggi
kecepatan di hulu lebih besar dari pada tinggi kecepatan di hilir.
3.3.6.5 Analisa Neraca Air (Water Balance)
Untuk optimalisasi alokasi air, akan dilakukan beberapa simulasi Danau untuk
alokasi air yang akan dibantu dengan menggunakan Model DSS-Ribasim (River Basin
Simulation Model). DSS-Ribasim merupakan salah satu model alokasi air yang dapat
digunakan pada tahap perencanaan pembangunan sumber daya air maupun secara
operasional untuk membantu pengambilan keputusan taktis (misalnya sebagai sarana untuk
negosiasi operasibeberapawaduk atau pemberian ijin pengambilan air industri).
III - 66
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Data masukan dari model RIBASIM adalah kondisi sistem tata jaringan air sebagai
berikut:
a) Konfigurasi jaringan skematisasi sistem tata air yang menyatakan sungai, saluran, lokasi
waduk, daerah irigasi, pengambilan air baku dan lain-lain yang dinyatakan sebagai
simpul (node) dan ruas (branch atau link).
b) Data mengenai karakteristikmasing-masing simpul.
Simpul sumber air (inflow node) memerlukan data time-series bersarnya
ketersediaan air dalam time-stepbulanan
Simpul irigasi (irrigation node)membutuhkan data luas daerah irigasi, kebutuhan air
dan besarnya air buangan (return flow) serta curah hujan dan curah hujan efektif
Simpul perikanan tambak (fispon node) mebutuhkan data luas tambak dankebutuhan
air serta curah hujan dan curah hujan efektif
Simpul air bersih (publick water supply node) memerlukan data mengenai jumlah
kebutuhan air bersih
Simpul penggelontoran (low flow node) memerlukan
3.3.6.6 Pembuatan Zonasi Pengelolaan Danau
Dalam penetapan pengelolaan danau ini perlu dibahas dasar-dasar yang menjadi
acuan dalam penetapan sempadan dan usulan penetapan zonasi serta rekomendasi yang bisa
dilakukan untuk perbaikan pengelolaan daerah danau.
3.3.6.7 Konsep Dasar Geographic Information System
(GIS)
Di jaman modern ini, kebutuhan akan tempat penyimpanan data (storage) dalam jumlah
yang besar, keinginan untuk melakukan analisis dari sejumlah data dalam upaya membantu
pemecahan suatu maslaah yang cukup kompleks serta menyajikan hasil analisis dalam bentuk-
bentuk tertentu/khusus, telah membawa kita pada penggunaan komputer dan sistem informasi.
Komputer memang punya kemampuan menangani (handling) data dalam jumlah besar, tetapi
komputer saja tenu tidak cukup untuk mentransformasikan data-data menjadi informasi yang
berguna bagi kita. Masih diperlukan satu sistem yang efektif dan efisien, agar data dan informasi
tadi dapat diaplikasikan dengan baik. Hal inilah yang membuat kita berkenalan dengan suatu
teknologi baru, dikenal dengan nama Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System),
disingkat SIG. Teknologi SIG semakin dirasa penting karena semakin hari semakin banyak masalah-
masalah yang menghendaki kita untuk melakukan analisis terhadap data-data yang ada kaitannya
dengan bumi dan kehidupan manusia. Analisis tersebut akan menghasilkan berbagai macam
informasi, yang pada akhirnya dapat saja menaikkan taraf hidup dan kesejahteraan kita semua.
III - 67
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
a. Beberapa Pengertian Dasar
Untuk memperjelas pengertian SIG, kita kenali dulu istilah-istilah berikut ini :
1. Sistem. Sistem adalah suatu kumpulan komponen-komponen atau elemen-elemen yang
diatur dan diorganisir menurut satu tata cara dan struktur tertentu, yan saling berhubungan
sehingga berfungsi secara efektif.
2. Data. Data yaitu bahan dasar (berupa fakta, keadaan, kondisi, obeyek dan lain sebagainya)
yang diolah atau diproses dan akan digunakan untuk menghasilkan suatu informasi.
3. Informasi. Informasi adalah data yang sudah diproses sedemikian rupa sehingga
mempunyai suatu arti, yang akan digunakan bagi satu atau beberapa keperluan (rencana,
keputusan dan sebagainya). Hubungan antara data dan informasi dapat kita lihat pada
gambar 6.23.
Gambar 3. 16 Hubungan Antara Data dan Informasi
4. Sistem Informasi adalah suatu sistem yang merupakan gabungan dari tata cara, fasilitas dan
kegiatan-kegiatan yang digunakan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan oleh
organisasi, instansi pemerintah dan sebagainya. Yang dimaksud dengan istilah-istilah di
atas adalah sebagai berikut :
a. Tata Cara (Methods) adalah prosedur dan instruksi dalam hal pengumpulan.
Memproses dan mendistribusikan data.
b. Fasilitas (facilities) adalah orang/personil, material yang dipakai, uang dan sebagainya.
c. Kegiatan-kegiatan (activities) adalah pekerjaan untuk memproses data menjadi
informasi. Dari pengertian di atas ini sebenarnya suatu sistem informasi tidak selalu
dan harus memakai komputer (berbasis komputer), tetapi cara manual pun mungkin
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sebuah teknologi berbasis komputer yang
digunakan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan pengumpulan, penyimpanan, mencari
kembali, memanipulasi dan transformasi, penyajian serta analisis data geografis. Data
geografis yang dimaksud disini adalah data spasial, yaitu :
1. Data yang memiliki geometric properties seperti koordinat, alamat dan lain-lain.
2. Data yang terkait dengan aspek ruang seperti persil, kota, propinsi, kawasan
pemukiman, kawasan pembangunan dan sebagainya.
3. Data yang berhubungan dengan semua fenomena yang ada di bumi (misalnya : data,
fakta, keadaan, obyek, kejadian, gejala dan sebagainya).
4. Data yang dipakai untu suatu maksud tertentu, misalnya : analisa, pemantauan,
pengelolaan dan sebagainya)
III - 68
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Secara singkat SIG adalah sistem yang berurusan dengan komputer dan data geografis
untuk menghasilkaninformasi. Sesungguhnya perkembangan SIG tidak dapat
dilepaskan dari kemajuan yang sangat pesat dalam bidang komputer, sistem
komunikasi dan sensor. Engan adanya SIG disamping tata cara pengumpulan datanya
berbeda dibandingkan dengan cara manual yang sudah kita kenal, ktapun mampu
membuat analisis untuk suatu aplikasi tertentu dengan beberapa kemungkinan pilihan,
misalnya data spasial dari citra satelit dapat langsung direkam dalam media perekam
(disket, pita magnetic dan sebagainya). Kemudian dengan perangkat lunak tertentu, kita
akan melakukan klasifikasi, perhitungan-perhitungan atau manipulasi data-data
tersebut. Selanjutnya berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan kita dapat
melakukan analisis seperti memperkirakan pola perubahan penggunaan tanah pada
suatu daerah. Dari analisis ini beberapa pilihan perencanaan tata gunan tanah untuk
kurun waktu tertentu dapat dibuat. Pilihan-pilihan inilah yang akan digunakan oleh
para pengambil keputusan untuk membuat keputusan tentang penatagunaan tanah.
b. SIG dan Pemetaan Konvensional
Komputer sebenarnya sudah lama digunakan untuk membantu pekerjaan-pekerjaan pemetaan
tetapi pada umumnya masih terbatas pada proses pengumpulan data, menghitung dan
menyajikannya di layar komputer atau mem-plot di atas kertas secara otomatis. Dengan SIG kita
akan melangkah lebih jauh lagi, yaitu disamping hal-hal yang sama seperti pekerjaan pemetaan
tadi (mengumpulkan, menghitung dan menyajikan data), SIG juga mampu membuat analisis-
analisis spasial (keruangan) untuk memperlihatkan pilihan-pilihan pemecahan suatu bidang
aplikasi dalam bentuk scenario. Bidang aplikasi yang dimaksud, antara lain :
1. Teknik geodesi : survey, pemetaan topografi dan tematik, fotogrametri, kartografi.
2. Teknik Lingkungan : Pemantauan dan pengelolaan dampak lingkungan dari suatu kawasan.
3. Teknik Geologi : Analisis kawasan longsor.
4. Perencanaan : Penataan ruang, penataan kawasan industri
5. Keutanan dan pertanian : Klasifikasi kawasan hutan dan pertanian
6. Teknik Sipil : Perencanaan route jalan raya untuk kawasan daya dukung lahan kritis
7. Kadaster : Peta analisis harga di kawasan tertentu, misalnya : untuk ganti rugi dan lain
sebagainya.
8. Perpajakan : Inventarisasi dan perhitungan pajak bumi dan bangunan dan lain sebagainya.
Yang membuat SIG lebih unggul dari teknik pemetaan konvensional yang kita kenal selama ini
adalah karena dalam SIG kita menggunakan data digital yang punya “fleksibilitas” tinggi serta
mampu melakukan pekerjaan analisa. Secara umum dapat dikemukakan kelebihan-kelebihan
dari SIG dibandingkan dengan pemetaan konvensional adalah sebagai berikut :
1. Lebih cepat dan mudah untuk berhubungan (meng’access’) dengan data dalam jumlah yang
cukup besar/banyak,
III - 69
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
2. Punya kemampuan dalam memilih dan mecari detail atau tema yang diinginkan,
menggabungkan satu kumpulan data dengan kumpulan data lainnya, melakukan analisa,
melakukan ‘updating’ (dengan lebih cepat), pemodelan (modelling) serta melakukan analisa
suatu pilihan keputusan (dalam bentuk scenario).
3. ‘Fleksibilitas’ datanya (baik untuk ‘menurunkan’/men-‘generate’ data dalam berbagai
bentuk, menghasilkan beberapa macam keluaran seperti peta, grafik dan sebagainya,
menampung dan menerima masukan dalam format yang berbeda.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa SIG juga dapat berfungsi sebagai alat bantu
pekerjaan-pekerjaan pengelolaan untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan persoalan
sumber daya yang kita miliki (alam, tanah, air, hutan dan sebagainya). Lihat prosesnya pada
gambar 6.24. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa data yang diperlukan harus sesuai dengan
tujuan analisisnya dan memadai dalam jumlah dan macamnya.
Gambar 3.17. Fungsi SIG Dalam Kaitannya Dengan Pekerjaan Pengelolaan
(sumber : Valenzuela, 1990)
Dengan tersedianya perangkat lunak untuk melakukan pekerjaan analisis, ditambah dengan
perangkat keras yang semakin canggih, SIG sudah merupakan alat baku (standard tools) dalam
berbagai bidang aplikasi. Rasanya suit dibayangkan di abad komputer ini, bagaimana pekerjaan
perencanaan, pengelolaan, pemantauan serta analisis tanpa bantuan SIG.
Pada saat ini, data digital dalam kaitannya dengan aspek spasial sudah banyak tersedia.
Perangkat lunak yang dapat dikategorikan sebagai toolsboxes (berupa modulmodul untuk
melakukan analisis dan manipulasi informasi geografis) juga sudah ada di pasaran dengan harga
yang terjangkau, sehingga kita mampu bekerja secara lebih efisien dan cepat. Demikian
majunya perangkat lunak SIG saat ini sehingga kita tidak lagi membuat bermacam-macam
III - 70
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
perangkat lunak untuk berbagai macam pengguna, tetapi membuat satu perangkat lunak dengan
bermacam-macam modul/paket aplikasi yang dapat dikombinasikan sedemikian rupa untuk
memuaskan keinginan banyak pengguna.
SIG dapat juga dikelompokkan dalam beberapa bidang aplikasi meskipun pengelompokkan ini
tidak dapat dinyatakan secara tegas, misalnya :
1. SIG untuk sistem pemetaan dan rekayasa (CAD/CAM) untuk aplikasi-aplikasi dalam bidang
fotogrametri, pemetaan topografi, teknik dan perencanaaan jalan raya dan sebagainya.
2. SIG yang berhubungan dengan pekerjaan kadaster (kepemilikan dari persil)
3. SIG yang dipakai pada pekerjaan pemetaan tematik serta untuk pengelolaan dan
inventarisasi sumber daya alam (hutan, tetumbuhan, geologi dan tanah),
4. SIG yang dipakai untuk melakukan dokumentasi data geografis
5. SIG untuk pengolahan citra
c. Komponen-komponen SIG
Ada empat komponen dasar yang membentuk SIG, antara lain :
1. Komponen masukan data (input) :
Data hasil digitasi peta
Data tabulasi (statistik)
Data pengukran lapangan (data digtal hasil survey lapangan, GPS dan sebagainya)
Data yang berasal dari basis data (database) lainnya
Data digital citra satelit (penginderaan jauh)
2. Basis data spasial digital (Spatial Database), yang punya kemampuan untuk :
Menyimpan (storage) dan mencari kembali (retrieval) data grafis dan atribut
3. Sistem pengelolaan basis data (Database Management System), yaitu sistem yang :
Terdiri dari sejumlah (kumpulan) perangkat lunak (software) untuk melakukan
pekerjaan manipulasi, analisis dan pemodelan serta mengatur data yang ada dalam basis
data.
4. Komponen penyajian data/keluaran (Output) :
Laporan-laporan dalam bentuk tulisan (reports)
Peta-peta dan gambar-gambar grafis
Tabel-tabel statistik
Data-data untuk basis data lainnya
Data-data untuk pembuatan bentuk/model perencanaan, penataan kawasan dan
sebagainya.
Dari komponen-komponen SIG yang disebutkan di atas ini, dapat kita lihat bahwa sebenarnya
faktor yang sangat menentukan dalam SIG adalah data dan basis data. Secara geometrik, data
untuk SIG ada dua macam, yaitu vektor dan raster. Masing-masing data memiliki posisi
geografis, atribut/sifat/karakteristik/properti/deskriptif dan dimensi waktu. Pada tahap awal
III - 71
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
perkembangan SIG, perbedaan data geometri ini (vektor dan raster) selalu menimbulkan
perdebatan tentang mana yang lebih unggul, tetapi pada saat ini persoalan itu sudah tidak ada
lagi. SIG modern sudah mampu melakukan integrasi kedua macam data tersebut.
Dalam basis data spasial, persoalan utama yang kita hadapi adalah bagaimana mengatur
hubungan antar data (geometrik dan atribut) secara efisien. Basis data sebenarnya merupakan
kumpulan sejumlah data yang disimpan dan diatur sedemikian rupa, dalam jumlah yang
cukup/tidak berlebihan serta dapat dipakai bersama-sama untuk berbagai macam aplikasi.
Hubungan antar data atribut ada tiga macam, yaitu : hirarki, jaringan kerja dan relasional. Dalam
SIG, hubungan antar data geografis akan diatur dalam satu macam hubungan yang disebut
topologi.
d. Perangkat Keras SIG
Perangkat keras SIG adalah sebuah komputer, lengkap dengan perangkat lunak sistemnya yang
berfungsi sebagai pusat kendali kerja komputer, sedangkan jenis komputer biasanya dibedakan
berdasarkan ukuran, kemampuan dan kecepatannya. Pada saat ini, komputer pribadi (PC)
dengan kemampuan yang semakin besar, menyimpan data dalam jumlah banyak dan punya
kecepatan tinggi sudah bayak beredar di pasaran. Akibatnya komputer jenis PC ini menjadi
sangat populer digunakan untuk SIG. Berikut ini adalah gambar perangkat keras SIG dalam
konfigurasi komputer besar.
Semua komputer punya komponen-komponen yang fungsinya relatif sama. Untuk
melaksanakan pekerjaan-pekejaan yang cukup rumit, komputer harus dilengkapi dengan
sejumlah perangkat pelengkap yang disebut peripheral devices, misalnya : untuk memasukkan
data (input), menyimpanan data (storage) dan menyajikan hasil keluaran (output). Dari sekian
banyak komponen yang ada, komponen-komponen yang paling penting adalah :
1. Unit pusat pemrosesan/CPU (Central Processing Unit). CPU tidak saja melaksanakan
proses pekerjaan hitung menghitung (arithematical operations), tetapi mengendalikan juga
komponen lainnya dalam sistem tersebut. Dalam hal ini, CPU mampu mengatur arus
informasi yang ada pada sistem. Otak pengendalinya (disebut processors) mempunyai
kemampuan yang luar biasa. Bahkan microprocessors modern (dengan dimensi sekitar ± 5
mm2) mampu mengendalikan dan menangani jutaan instruksi setiap detik.
2. Internal memory, berfungsi sebagai tempat bekerja (working space) serta tempat untuk
menyimpan program-program dan data. Penanganan data pada satu saat (‘akses’)/secara
bersamaan dalam internal memory (disebut RAM/Random Access Memory) umumnya
hanya mampu menangani jumlah data yang terbatas. Bila jumlah datanya cukup banyak
dan rumit, maka kemampuan RAM untuk menangani data ada satu saat itu tentu tidak
cukup. Jadi akan diperlukan proses berulang-ulang dalam RAM dan hasilnya akan
‘diletakkan’/dituliskan pada sebuah perangkat penyimpan tambahan (external storage
III - 72
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
device)., misalnya adalah perangkat yang diperlukan untuk pekerjaan SIG, dalam
konfigurasi komputer besar (main frame); yang terdiri dari :
- Komputer dengan unit pemrosesan
- Terminal dan Meja Digitasi
- Media penyimpan (misalnya : tape) dan tape drive-nya
- Printer/plotter (untuk hard copy)
- Digital display (disebut juga dengan istilah soft copy)
- Film writer (untuk citra/image)
Contoh konfigurasi SIG untuk komputer PC dapat dilihat pada gambar
Gambar 3.18. Perangkat Keras SIG Dalam Konfigurasi Komputer Besar
(Sumber : Valenzuela, 1990)
III - 73
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 3.19 Perangkat Keras SIG Dalam Konfigurasi PC
e. Beberapa Contoh Sistem Informasi Geografis
SIG tersedia dalam beberapa versi : komputerbesar, mini dan C. misalnya, memperlihatkan
contoh SIG dalam versi PC yang tersedia di pasaran. Perlu dicatat bahwa SIG masa kini,
umumnya sudah dilengkapi dengan bermacam-macam modul untuk melakukan analisis dan
manipulasi (misalnya : overlay, re-classification, networks dan sebagainya), penggambaran serta
proses untuk query. Artinya kita dapat bekerja dengan lebih mudah, efisien dan cepat.
Tabel 3. 5 SIG Dalam Versi PC
f. Data Untuk SIG
Data SIG yang kita persoalkan disini adalah data digital yang terdiri dari data posisi (data
spasial) dan data semantiknya (atribut). Data, disamping basis data, adalah bagian yang paling
penting dari suatu SIG karena informasi hanya mungkin ada (dihasilkan) bila didukung oleh
data-data yang sesuai. Telah kita ketahui bahwa data masukan (input), dta pengukuran lapangan,
data yang berasal dari basis data (database) lainnya dan data digital citra satelit (penginderaan
jauh). Secara umum, kitapun sudah mengetahui bahwa secara geometrik, data SIG ada dua
macam yaitu vektor dan raster.
Dalam SIG, data dairtikan sebagai obyek yang melukiskan atau memberi gambaran sebenarnya
tentang keadaan bumi. Obyek itu sendiri akan sangat tergantung dari persepsi seseorang.
Misalnya : bagi yang awam terhadap pemetaan, garis kontur akan memberi gambaran
permukaan bumi atau model tiga dimensi. Ini berarti bahwa setiap orang, sebenarnya semua
III - 74
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
obyek yang ada di bumi mempunyai model sendiri-sendiri. Persoalannya sekarang adalah
bagaimana obyek-obyek itu tadi diterjemahkan ke dalam komputer.
Dalam terminologi SIG, satu obyek dinamakan entiti (entity). Entiti ini harus khas (unique),
terdefinisi dengan jelas dan memiliki karakteristik (dinamakan atribut) serta terkait dengan
bidang aplikasi yang diinginkan. Untuk satu bidang aplikasi, sebuah entiti akan selalu punya
hubungan (relationship) dengan entiti lainnya. Entiti inilah yang nantinya harus ‘diterjemahkan’
dalam sebuah model (biasanya disebut model fisik atau physical model) yang dimengerti oleh
komputer. Pada dasarnya, model ini akan sangat tergantung dari bidang aplikasi SIG.
Gambar 3. 17. Hubungan Antara Real World (entiti, karakteristik), model dan komputer
Catatan : Dalam pelaksanaan pekerjaan SIG, data-data ini akan disimpan dalam media
penyimpan yang diatur secara efisien dalam suatu basis data dan untuk implementasinya basis
data akan diatur lagi dalam satu struktur perangkat keras (hardware) Kita tahu bahwa cara
komputer ‘melihat’ (visualisasi) data geografis tentu tidak sama dengan cara manusia (pengguna
SIG) melihat data. Apa yang menurut kita sudah efisien belum tentu efisien dalam proses
komputer. Paling tidak, ada 4 tahap ‘strukturisasi’ yang harus dilewati agar data sampai pada
tahap implementasi, yaitu :
Yang kita bicarakan dalam bab ini sebenarnya tahap A, B dan C saja. Tahap D berhubungan
dengan disiplin ilmu komputer khususnya computer architecture. Jadi dalam tahap A struktur
obyek adalah semua obyek seperti apa adanya, seperti yang kita lihat dengan mata kita; tahap B
strukturnya berubah menjadi suatu model yang diterjemahkan dalam bentuk ttik, garis dan luas;
pada tahap C obyekdisimpan dalam struktur komputer/basis data (file, record dan sebagainya).
g. Uraian Tentang Data SIG
Seperti yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya, bahwa SIG adalah sistem yang mengelola
data geografis. Data geografis ini didefinisikan sebagai data spasial yang bergeoreferesi dan
dapat dipetakan. Satu data (data item) akan terdiri dari data lokasi (posisi) dan semantiknya
(atribut). Dalam SIG data lokasi dinyatakan dengan :
III - 75
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
1. Sistem koordinat (x,y) atau vektor,
2. Sistem grid atau raster
Jadi dapat didefiniskan menurut :
a. Geometric properties, misalnya koordinat, bentuk (shape) dan ukuran (size)
b. Hubungan logikal (logical relations) antar data, misalnya : topologi, semantik, hirarki, dan
c. Hubungan diskriptif (deskriptive relations) atau klasfikasi
Karena data SIG akan disimpan dalam basis data, maka data geometrik tersebut sebaiknya
mempunyai sistem referensi (atau proyeksi) yang sama. Ini tentunya akan mempermudah
proses-proses yang dikerjakan dengan SIG seperti “overlay;, analisis dan sebagainya. Perlu juga
dicatat bahwa data digital SIG pada dasarnya tidak terikat pada satu skala. Dalam SIG skala peta
(sebagai salah satu output) akan ditentukan oleh level data dalam basis datanya.
h. Struktur Data
Dalam pengoperasian komputer kita kenal istilah-istilah berikut ini :
a. file : Kumpulan dari data (yang terdiri dari sejumlah record),
b. record : Kumpulan dari item. Satu record terdiri dari beberapa word dan
jumlah word menentukan panjang dari record tersebut.
Suatu basis data biasanya terbentuk dari file-file yang terdiri dari sejumlah record dengan
panjang yang tetap (fixed length record), misalnya : satu record terdiri dari 32 word. Satu word
besarnya tergantung dari computer architectur dari sistem komputer yang digunakan. Untuk
komputer 16 bits, misalnya, satu word sama dengan 2 bytes sedangkan komputer 32 bits, satu
word sama dengan 4 bytes.
Secara konsepsi data geografis dapat dinyatakan dalam bentuk titik, garis dan luas (area). Dalam
SIG, konsep titik, garis dan luas seperti pada peta tetap dipakai. Kalau dihubungkan dengan
istilah yang dikenal dalam komputer semua ini akan ‘diterjemahkan’ dalam jenis-jenis file. Jenis
file akan sangat tergantung dari struktur data yang membentuk file tersebut.
i. Klasifikasi Data
Pada pekerjaan pemetaan konvensional, semua unsur yang ada di muka bumi ini, biasanya
disebut sebagai unsur buatan alam, misalnya : sungai, hutan dan lain sebagainya dan unsur
buatan manusia, misalnya : jalan raya, rumah dan sebagainya akan digambarkan dalam bentuk
penyajian grafis atau simbol. Dengan melihat simbol dan membaca legenda/keterangan yang
ada, para pemakai peta akan memahami arti unsur atau obyek yang digambar tersebut. Dari
obyek atau kumpulan obyek ini para pemakai peta akan mendapatkan informasi yang dia
inginkan. Pada dasarnya, tidak semua obyek yang ada di muka bumi ini akan digambar, sebab
obyek di muka bumi ini begitu banyak. Disamping itu, ukuran lembaran peta juga terbatas. Ini
berarti bahwa pembuat peta akan menggambar obyek-obyek yang penting saja (tergantung dari
skalanya) atau dengan kata lain obyek-obyek tersebut dipilih, diklasifikasi, dikelompokkan dan
diatur/dikoordinir sedemikian rupa sehingga meskipun tidak seluruh obyek tergambar tetapi
III - 76
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
pembuat peta dapat memnuhi keinginan pemakai peta untuk memperoleh informasi yang
diperlukannya. Dari ilustrasi ini dapat dilihat bahwa sebenarnya tujuan klasifikasi data, tidak
lain adalah untuk mengatur pengelompokkan obyek agar data dapat digunakan se-efisien
mungkin, sesuai dengan maksud dan tujuan pemetaannya (apakah itu pemetaan topografi,
tematik, statistik dan sebagainya).
Dalam kaitannya dengan data digital, disamping hal-hal seperti yang disebutkan dalam ilustrasi
di atas, klarifikasi obyek juga diamaksudkan untuk mempermudah pertukaran data (data
exchange). Secara garis besar, obyek atau entiti dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Yang bersifat umum, dalam kaitannya dengan bidang pekerjaan BPN. Obyek yang bersifat
umum ini termasuk : data geometri (situasi, bentuk topografi), kawasan perkotaan, pedesaan
dan sebagainya.
b. Yang bersifat spesifik (taxonomy) sesuai dengan bidang aplikasi. Untuk BPN, misalnya,
yang termasuk dalam kategori ini adalah : data persil, kepemilikan (nama, alamat, nomor
sertifikat, nomor pendafatran), dan lain sebagainya.
j. Struktur File
Seperti yang kita ketahui, data untuk masukan (input) SIG diperoleh dari beberapa sumber,
salah satunya adalah digitasi. Tujuan digitasi adalah merubah obyek dalam bentuk analog (A/N)
ke dalam bentuk digital. Data hasil digital disebut data spasial akan dilengkapi dengan data
atribut (non spasial). Perangkat lunak SIG yang ada sekarang menyediakan fasilitas untuk
menghubungkan (linking) dua jenis dataini secara otomatis. Agar dapat diproses, data-data
tersebut harus sudah ‘bersih’ dari kesalahan (clean data set). Pekerjaan ‘membersihkan’ data
dari kesalahan ini disebut editing. Setelah editing barulah data-data dapat kita proses untuk
tujuan-tujuan analisis (seperti ‘overlay’, ‘buffering’), ‘query’ atau penyajian (peta, grafik dan
lain-lain).
Tergantung dari cara pengorganisasian basis datanya, kita akan membuat (meng-create) file.
Ada dua file yang akan dibuat, yaitu file data spasial dan file atribut. File data spasial terdiri dari
koordinat x,y dan kode unsurnya, misalnya : Kabupaten Bengkulu Utara pada lembar peta
topografi nomor 0912, dengan kode unsur/ID (identifier) A0912). Dalam basis data (melalui
perangkat lunaknya) data spasial A0912 dihubungkan dengan file atribut (misalnya : nama
kabupaten, ibu kota kabupaten, jumlah penduduk dan lain sebagainya). Struktur file atribut
terdiri dari recor, field dan key atau ID. Record terdiri dari sejumlah field dan setiap field akan
terdiri dari satu data item.
III - 77
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 3. 18 Contoh File Spasial (Sumber Burrough, 1986)
Gambar 3.192 Contoh File Atribut (Sumber : Aronoff, 1989)
k. Data Spasial dan Data Atribut
Bentuk data spasial untuk SIG ada dua macam, yaitu : vektor dan raster (cell). Dalam model
vektor, data akan diwakili dalam bentuk titik dan garis., sesuai dengan batas yang ada. Setiap
titik dan garis punya posisi yang dinyatakan dalam besaran koordinat (x,y). Bentuk obyek atau
entiti yang ada di muka bumi kurang lebih mirip dengan model vektor ini. Misalnya bentuk
jalan raya mirip dengan garis. Kawasan hutan bentuknya seperti poligon. Sedangkan dalam
model raster, data dinyatakan cell-cell (biasanya cell yang berbentuk segi empat). Posisinya
dinyatakan dalam baris (row) dan kolom (column).
Karena model raster memakai pernyataan baris dan kolom, maka posisi sebuah obyek akan
mengacu kepada baris dan kolom terdekat. Tiap cell mempunyai besaran harga (value). Berbeda
dengan model vektor, bentuk obyek diatas muka bumi ini tidak sama dengan satu cell dalam
model raster. Satu cell merupakan unit tersendiri dan masing-masing cell punya satu besaran.
Besaran atau harga satu cell akan menyatakan kondisi obyek dalam cell tersebut. Tiap cell
punya besaran sendiri-sendiri (dalam penginderaan jauh, misalnya harga ini merupakan
reflectance value). Oleh karena itu dalam model raster, sebuah jalan (entiti) tidak dinyatakan
dalam satu cell, tetapi dalam sekumpulan cell dengan sejumlah harga yang menyatakan kondisi
III - 78
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
jalan tersebut. Gambar 6.15 adalah gambaran bentuk obyek-obyek di muka bumi dalam model
vektor dan model raster.
Perlu juga dicatat bahwa meskipun SIG masa kini telah mampu mengintegrasikan data vektor
dengan data raster, tetapi dlam proses integrasi, misalnya vectorize (raster dijadikan vektor) atau
sebaiknya rasterize (vektor dijadikan raster) ketelitian geometrik atau resolusi akan sedikit
berkurang. Disamping itu dominasi masing-masing model dalam bidang aplikasi tertentu masih
tetap ada. Misalnya untuk SIG yang mempersoalkan sumber daya alam (geologi, tanah) model
rasterlah yang dipakai, sedangkan dalam bidang pekerjaan BPN, model data yang banyak
dipakai adalah model vektor (model raster mungkin hanya dipakai dalam pekerjaan dan
perencanaan tata guna tanah). Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa model raster akan
sangat bermanfaat untuk pembuatan peta skala kecil dan analisis untuk daerah/kawasan yang
luas. Sebaliknya model vektor akan sangat bermanfaat untuk pembuatan peta-peta skala besar
dan daerah/kawasan yang tidak begitu luas.
Gambar 3.220. Perbedaan Model vektor dan Model Raster
Data atribut, baik untuk model vektor atau model raster akan dibentuk dalam file tersendiri.
Dalam pelaksanaannya, file atribut akan dibuat dalam bentuk tabel-tabel dan hubungan antar
tabel ini mengacu kepada konsepsi dasar organisasi basis datanya.
l. Topologi
Topologi adalah suatu bentuk atau model matematik yang digunakan dalam SIG untuk
menyatakan hubungan spasial (lihat gambar 6.16). Model tersebut sudah ada dalam sistemnya,
sehingga bagi pemakai SIG Topologi itu tinggal dibentuk. Bentuk dasar topologi adalah model
‘segmen garis simpul’ atau ‘Arc-Node model’. Jadi, sebenarnya bentukan topologi adalah
poligon. Poligon terdiri dari segmen garis (arc) sedangkan simpul adalah tempat satu segmen
garis dengan segmen garis lainnya berhubungan. Dalam gambar dapat dilihat hubungan antara
poligon, segmen garis dan simpul. Sebuah peta terdiri dari poligon A, B dan C. Poligon A
dibentuk dari segmen garis a1, a3 dan a5 (misalnya kawasan hutan). Dalam poligon A ada
III - 79
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
sebuah jalan yang merupakan segmen garis a4 dengan simpul N1 sampai N4. Poligon B
(perkebunan karet) berbatasan dengan poligon A dan di dalam poligon A ada areal pabrik
(poligon C). Sedangkan rumah D terletak juga dalam poligon B.
Gambar 3.24. Model Data Topologi (Sumber : Aronoff, 1989)
Dengan topologi hubungan contiguity (hubungan spasial antara obyek-obyek yang saling
bersinggungan) dapat diketahui. Dengan hubungan topologi contiguity komputer akan dapat
menggambarkan bagaimana hubungan obyek-obyek yang ada dalam peta. Topologi sangat
penting untuk pekerjaan analisis seperti overlay, buffer dan sebagainya. Komputer tidak akan
mampu mengenal satu obyek yang bersinggungan dengan obyek yang lain tanpa instruksi.
Dengan topologi komputer akan mengenal bahwa hutan A berbatasan dengan perkebunan karet
B; bahwa dihutan A ada sebuah jalan; bahwa ada kawasan pabrik C dan rumah D dalam
perkebunan C; dan seterusnya. Dengan adanya topologi ini tidak akan terjadi ‘ruang kosong’
(gap) antara satu obyek dengan obyek lainnya sebab dalam kenyataan semua obyek yang ada
dimuka bumi akan saling berhubungan.
3.3.6.8 Penggunaan Geographic Information System
(GIS)
Berikut ini adalah tampilan dari Sistem Informasi Geografis.
III - 80
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 3. 25 Tampilan Sistem Informasi Geografis (SIG)
Informasi GIS terdiri dari 2 (dua) bentuk, yaitu :
1. Peta (citra grafis)
2. Tabel database (text)
Peta merepresentasikan bentuk, symbol, luasan, sedangkan table merepresentasikan angka,
keterangan. Dalam bidang sumber daya air, GIS digunakan untuk mengetahui cakupan
DAS, topologi sungai, tipe tanah yang dapat digunakan untuk perhitungan hidrologi
selanjutnya.
Data tersebut dapat digabung dengan data DTM (Digital Terrain Model) atau DEM (Digital
Elevation Model) untuk mengetahui pola aliran, volume, slope dari model DAS atau
penggenangan suatu sungai (Damming).
Informasi tersebut dapat disajikan dengan cepat dan akurat.
Data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
1. Peta topografi digital (hasil dari scanning, digitizing, foto udara, citra satelit) skal
1/25,000 – 1/50,000
2. Data DTM (DEM) lokasi tersebut
3. Data Demografi
4. Tipe Tanah
5. Sumber daya (energi, hasil bumi)
6. Land Use (tata guna lahan)
7. Data Hidrologi
Output yang dihasilkan adalah :
1. Hardcopy (peta)
III - 81
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
2. Softcopy (File)
3. Reporting hasil analisis
Konsep GIS meliputi Coverage (cakupan) yang merupakan bentuk digital dari peta atau
secara tipikal merupakan bagian homogen dari peta misal jalan, dll.
Di dalam suatu coverage, tampilan peta disimpan pada titik (node), garis (line), atau poligon
(Polygon). Deskriptor tematik seperti nama, symbol, klasifikasi atau atribut lain disimpan
pada Tabel Atribut.
Apabila kita menyusun suatu peta, maka atribut tersebut dapat diaksis dari table atribut.
Coverages disimpan sebagai suatu kelompok features, dimana setiap features terdiri dari
lokasi dan atribut yang menerangkan features tersebut. Sebagai contoh, sebuah garis
ditentukan oleh rangkaian koordinat X,Y yang saling berhubungan. Atribut record
disambungkan ke User-ID.
Pada umumnya Coverage Features terdiri dari :
1. Tics
2. Arc
3. Node
4. Polygon
5. Anotation
Penyusunan Coverage secara otomatis ada 7 (tujuh) langkah, yaitu :
1. Persiapan menyiapkan peta untuk digitasi
2. Digitasi coverage
3. Identifikasi dan koreksi kesalahan digitasi
4. Menentukan feature dan pembuatan topologi
5. Identifikasi dan koreksi kesalahan pembuatan topologi
6. Menentukan atribut features
7. Identifikasi dan koreksi kesalahan pengkodean atribut
Langkah 1
Mempersiapkan peta dimana peta tersebut dalam kondisi baik, informasi mengenai
referensi (x,y) lengkap. Penyesuaian bidang peta dengan bidang digitasi dengan tics
(minimum 4 titik). Apabila bidang peta lebih besar bidang digitasi dapat digunakan
perintah append.
Langkah 2
Digitasi coverage harus memperhatikan perintah software yang dipakai, misal untuk arc /
info.
Built Point ----------- Untuk digitasi titik
III - 82
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Line ----------- Untuk garis
Poly ----------- Untuk poligon
Untuk memasukan label text dapat digunakan createlabels. Kesalahan pada digitasi dapat
terjadi karena kurang teliti operator, peta kurang bagus. Kesalahan ini menyebabkan
posisi mode kurang tepat.
Node akibat over / under shoot biasa disebut Dangling- node, dimana dangling arc tidak
terkoneksi secara tepat.
Langkah 3–7 merupakan analisis yang disesuaikan dengan pekerjaan yang sedang
berjalan.
Penggunaan Database
Coverage features dapat diakses dengan menggunakan :
1. Obyek data
2. Database
Untuk memanipulasi dan menganalisis data coverage GIS membutuhkan system
database modern yang mengacu pada R – DBMS (Relational Dtabase Management
System) yang terdiri dari database terstruktur baris sebagai Record dan kolom sebagai
Field. Untuk mengakses feature, system akan menggunakan query (SQL).
Pada umumnya data base yang digunakan seperti :
1. Dbase (*.dbf)
2. Oracle
3. Mikrosoft Acces dll
Atau menggunakan Spreadsheet seperti :
1. Microsoft Excel
2. Lotus
Pengurangan database eksternal dapat mengurangi besar ukuran file Peta daripada
menggunakan Obyek data. Hubungan system database dengan coverage menggunakan
metode Linking (secara manual dan otomatis).
III - 83
Kartografi
CAD
Survey danPemetaan
Interpolasi
ANALISADATABASE
Remote Sensing
Output
GIS
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 6.21. Bagan Alir dari Operasi GIS
Output dari operasi GIS dapat meliputi :
1. Peta Tematik
2. Peta 3D (dilengkapi dengan data DEM)
3. Analisa database berdasarkan materi yang diinginkan.
Hardware dan Software yang dibutuhkan untuk operasi GIS
Hardware (minimal) yang dibutuhkan :
1. Procesor setingkat Pentium III – IV
2. Harddisk 20 Gb
3. Memori RAM 256 Mb
4. Monitor 17”
5. Modem
6. Scanner
7. Plotter (Drum plotter A1 – A0)
8. Printer A3
Software yang dibutuhkan :
A. GIS Software
1. AutoCAD Land Development
2. Arc/Info, Arc View
3. WMS (Wareshed Modelling System)
B. Database Software
1. Microsoft Acces
III - 84
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
2. Visual Dbase
C. Spreadsheet Software
1. DELPHI Release 6
Tipe ( Format ) File :
DXF, DWG, SHP – untuk vector graphic file dan GIS
DBF, MDB – untuk data base file
XLS, WK – untuk spreadsheet
GRD,MAP,DEM – untuk DEM file
PRN,TXT,DAT – untuk data Scatter XYZ
EXE – hasil compiling program data base
III - 85
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 3.27. Penyusunan Data Base dan GIS
III - 86
PETA BASISSKALA 1/25,000 – 1/100,000DALAM BENTUK DIGITAL
DATA R U T R W LOKASI STUDI
TABEL – DATABASEPERTANIAN, DEMOGRAFI,
DLL.
DATA DARI STUDI UNTUKUPDATING DATA GIS
INPUT
PETA IKHTISARDARI DAERAH RAWA
TRACING DAN
PENYESUAIAN SKALA
DAERAH RAWA DAERAH RAWA DAERAH RAWA
EDITING DANCOMPLETION
ANALISALuasTipe tanahkenampakan kondisi lahan secara tematis
PLOTTING/CETAK
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
3.3.6.9 Penyusunan konsep langkah-langkah kegiatan
pemanfaatan potensi dan penanggulangan
problema yang ada
Memperhatikan hasil pembuatan zonasi danau, kemudian disusun konsep langkah-
langkah kegiatan pemanfaatan potensi dan penanggulangan problema yang diperlukan agar
usaha konservasi dan pemanfaatan Potensi SDA Danau dapat dilakukan dengan optimal.
3.3.7 Pra Desain Danau
3.3.7.1 Kriteria Perencanaan Detail Desain Danau
Perencanaan Terowongan Pengelak
Aliran Terbuka
Aliran terbuka dapat dihitung berdasarkan metode Manning, yaitu
sebagai berikut:
Q = A . V
Untuk lebih jelasnya lihat gambar, dimana kapasitas aliran
melalui terowongan :
Gambar 3. 28 Hidrolika Aliran dalam Terowongan dalam Kondisi Aliran Bebas
Kapasitas pengaliran melalui terowongan :
Bentuk Lingkaran
III - 87
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 3. 29 Hidrolika Aliran pada Terowongan Lingkaran
Bentuk Persegi
A = B . h
P = B + 2 h
T = B
Gambar 3. 30 Hidrolika Aliran pada Terowongan Persegi
Untuk mengontrol kedalaman kritisnya dapat digunakan
persamaan :
Aliran superkritis apabila Qc < Q, maka titik kontrol berada pada
bagian
udik gorong-gorong. Hubungan antara elevasi muka air embung
(EMAE) dengan kedalaman air, dirumuskan sebagai berikut :
EMAE =Elv.dasar inlet gorong-gorong + h + V2/2g
III - 88
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 3. 22 Hidrolika Aliran dalam Terowongan dalam Kondisi Super Kritis
Aliran Tertekan
Aliran tertekan dapat dihitung dengan persamaan Bernaulli, yaitu
sebagai berikut
Kehilangan energi dalam perencanaan ini diakibatkan oleh :
Inlet (pemasukan) yang dirumuskan :
dimana fe =1
Outlet (pengeluaran) yang dirumuskan :
dimana fo = 1
Gesekan, yang dirumuskan :
untuk bentuk lingkaran,
Dengan demikian persamaan di atas menjadi,
III - 89
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 3. 23 Hidrolika Aliran dalam Terowongan dalam Kondisi Tekan
Penelusuran Banjir
Untuk menentukan tinggi cofferdam digunakan metode
penelusuran banjir (flood routing) yang dirumuskan sebagai
berikut :
Tinggi Cofferdam
Tinggi cofferdam diperoleh dari penjumlahan tinggi air maksimum
hasil perhitungan penelusuran banjir ditambah dengan tinggi
jagaan.
Penentuan tinggi jagaan cofferdam sama dengan penentuan
tinggi jagaan untuk bendungan kecil (small dam) tipe urugan,
dimana ditentukan antara 0,5 m – 1,00 m.
Lebar Mercu
Lebar mercu cofferdam ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :
III - 90
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
B = 3,6 H 1/3 - 3
Analisa dan Perhitungan Dimensi Tubuh Embung
Kemiringan Lereng Embung
Kemiringan Lereng Hulu
Kemiringan Lereng Hilir
n – k Fs = --------- tg
1 + n . k
Tinggi Bangunan Utama Embung
Persamaan penentuan elevasi mercu embung adalah :
E mercu = E muka air rencana maksimum + hf + hs
Dimana :
hf = tinggi jagaan (akan diuraikan pada sub bab berikutnya)
hs = tinggi jagaan extra akibat proses konsolidasi
Tinggi Gelombang Akibat Tiupan Angin (Hw)
Hw = 0,17 (V x Fe)0,5 + 2,5 - Fe0,25 (feet)
∑ Fi ( cos i )² Fe =
∑ cos i
Tinggi Gelombang Akibat Gempa
Tinggi gelombang karena gempa dihitung dengan rumus : KT He = (g.Ho )0,5
2
Kenaikan Muka Air Karena Angin
Kenaikan muka air karena angin dihitung dengan rumus : 0,02223 V²F Hs = 1400 D
III - 91
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Tinggi Jagaan1. Keadaan muka air normal
H1 = ¾ Hw + Hs + Hr + He + hu2. Keadaan muka air banjir
H2 = ¾ Hw + Hs + Hr + He + hu
Lebar Mercu Embung
Rumus pendekatan lebar mercu (b) :
b = 3,6 H 1/3 –3
dimana :
b = lebar mercu
H = tinggi embung
Analisa Stabilitas Tubuh Embung
Stabilitas Lereng Embung Tipe Urugan
Timbunan dan bidang kontak antara timbunan dan pondasi harus mempunyai
tahanan gelincir yang dapat dilihat dari nilai-nilai hasil penyelidikan laboratorium
mekanika tanah dari material timbunan dan material tanah asli.
Analisis Stabilitas Lereng Embung (Hulu dan Hilir)
(1) Metode Analisis dan Faktor Keamanan
Analisis stabilitas untuk kemiringan permukaan juga harus ditinjau. Faktor
keamanan ( safety factor Fs) lebih dari 1.5 tanpa gempa dan 1.1 untuk gempa
dianjurkan untuk kasus di atas.
(2) Metode Irisan Bidang Luncur
Untuk analisis tegangan total digunakan parameter-parameter (c,),
Untuk analisis tegangan efektif digunakan parameter-parameter c’ and ’,
(a) Segera Setelah Selesai Konstruksi dan Waduk
dalam keadaan kosong
Total berat irisan adalah (W).
III - 92
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
W = t.A (t : berat jenis basah dari material timbunan)
A = luasan dari irisan = h.b
We = K.W
N = W. cos Ne = We. Sin
T = W. sin Te = We. Cos
l = b/cos K = intensitas gempa rencana
Gambar 3. 33 Gaya yang Bekerja pada Sebuah Irisan (Waduk kosong)
(u adalah kelebihan tekanan air pori, yaitu tekanan yang
bekerja pada satu unit luasan dari permukaan luncur)
(b)Waduk dalam kondisi Penuh dengan Kondisi Aliran
Rembesan Tetap (Full Reservoir Level with Steady
Seehalaman State)
1) Irisan dengan garis Phreatic (irisan (1) dan (2)
pada gambar 5.10)
W = Wa + Wb
Wa = t.Aa
Wb = ’.Ab
N-U = W. cos = (Wa + Wb) cos
T = W. sin
We = K (t. Aa + sat. Ab) = K (W + w. Ab)
sat : berat jenis jenuh dari material timbunan
III - 93
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Ne = We. Sin
Te = We. Cos
Aa = Luasan dari irisan di atas garis phreatic (m2)
t = berat jenis basah dari material timbunan (t/m3)
Ab = Luasan dari irisan di bawah garis phreatic (cm2)
(gunakan
berat jenis tenggelam “ submerged” untuk luasan
ini)
’ = Berat jenis tenggelam “submerged” dari material
timbunan (= sat - w) (t/m3)
sat = Berat jenis jenuh “saturated” material timbunan
(t/m3)
w = Berat jenis air (t/m3)
Jika luasan bagian atas di atas perpanjangan dari elevasi
waduk diasumsikan sebagai e (Aa1), dan luasan antara
perpanjangan dari elevasi waduk dan garis rembesan
diasumsikan sebagai (Aa2), untuk irisan 1, 2, maka :
Jika (Aa2) akan menjadi relatif kecil, hal tersebut bisa
diabaikan. Hal ini dikarenakan jika (Aa2) diabaikan, hasil dari
factor keamanan akan diestimasikan pada sisi yang sempit
dikarenakan berupa bilangan pecah yang besar. Hal ini
diaplikasikan dengan baik seperti pada kasus dibawah.
Gambar 3. 324 Gaya-gaya yang Bekerja pada Suatu Irisan (Waduk kondisi penuh)
III - 94
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
2) Irisan di bawah muka air (Irisan (3) - (7) pada
gambar)
W = ’.Ac
N-U = W. cos = (’.Ac). cos
T = W. sin
> 0; irisan (3), (4), (5)
< 0; irisan s (6), (7)
We = K. sat. Ac = K (W + w. Ac)
Ne = We. Sin
Te = We. Cos
Ac = Luasan dari material timbunan di bawah muka
air
’ = Berat jenis tenggelam “submerged” dari material
timbunan
(= sat - w) (t/m3)
sat = Berat Jenis Jenuh dari material timbunan (t/m3)
w = Berat Jenis Air (t/m3)
(c) Penurunan Tiba-tiba Elevasi Muka Air Pada Waduk
Hal ini diasumsikan bahwa elevasi muka air normal
pada waduk tiba-tiba turun (pengosongan) tiba-tiba
seperti ditunjukkan pada gambar berikut
1) Dam Tipe Urugan Homogem (Sejenis) Kedap Air
(sama seperti gambar 6.42)
Gambar 3. 35 gaya-gaya yang bekerja pada permukaan runtuh suatu Irisan
Irisan dengan garis permukaan (Irisan (1), (2)
III - 95
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
W = Wa + Wb + Wc
Wa = t.Aa
Wb = sat.Ab
Wc = ’.Ac
N-U = (Wa + ’sat.Ab + Wc). Cos = (W - w. Ab).
Cos
T = W. sin
We = K. (t.Aa + ’sat.Ab + ’sat.Ac) = K (W + w.
Ac)
Ne = We. Sin
Te = We. Cos
Irisan antara Elevasi Air Paling rendah dan Elevasi
Normal Penuh
(Lihat bagian (3), (4), (5) pd. Gambar 5.10)
W = Wb + Wc
Wb = sat.Ab
Wc = ’.Ac
N-U = (’. (Ab + Ac)). Cos = (W - w. Ab). Cos
T = W. sin
We = K. (’sat.Ab + ’sat.Ac) = K (W + w. Ac)
Ne = We. Sin
Te = We. Cos
Irisan Dibawah Muka Air Paling Rendah ((6), (7) pada
Gambar. 3.35
Wc = ’.Ac
N-U = W. Cos
T = W. sin
III - 96
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
We = K. ’sat.Ac = K (W + w. Ac)
Ne = We. Sin
Te = We. Cos
2) Tubuh Bendungan terdiri dari bagian kedap air dan
bagian tidak kedap air
Gambar 6. 36 Gaya-gaya yang Bekerja pada Irisan dari Permukaan BusurBidang (pada
Penurunan Tiba-tiba, Dam Tipe Zona)
Dimana suatu zona dengan tidak adanya sisa tekanan
air pori pada saat penurunan tiba-tiba dalam kasus ini
tekanan air pori pada zona yang tidak kedap air
mengalami penurunan hampir serentak dengan
penurunan tiba-tiba muka air waduk sehingga
mendekati identifikasi seperti pada (3) (a). Namun
demikian. Berat jenis basah ()t. dan berat jenis tidak
jenuh (sat) yang digunakan untuk zona tidak kedap
pada saat penurunan elevasi muka air. Sebagai
contoh, irisan (3) pada gambar. 5.12 adalah sebagai
berikut :
Wc = t.Ab’ + sat.Ab + ’.Ac
N-U = (t.Ab’ + ’.( Ab + Ac)) Cos = (W - w. Ab)
Cos
T = W. sin
We = K. (t.Ab’ + sat.Ab + ’.Ac) = K (W + w. Ac)
III - 97
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Ne = We. Sin
Te = We. Cos
t = Berat jenis basah dari material tidak kedap
(t/m3)
Sisa tekanan air pori masih ada pada timbunan pada
saat penurunan tiba-tiba elevasi muka air. Faktor
keamanan dapat dihitung dengan persamaan berikut;
Zona kedap air irisan bagian (2),
W = Wa + Wb + Wc
Wa = t.Aa
Wb = sat.Ab
Wc = ’.Ac
N-U = (Wa + ’.Ab + We). Cos = (W - w. Ab). Cos
T = W. sin
We = K. (Wa + Wb + ’sat.Ae) = K (W + w. Ae)
Ne = We. Sin
Te = We. Cos
Lapisan semi kedap air bagian diluar inti (irisan bagian (4) pada Gambar
Berikut
Gambar 6. 37 Gaya-gaya yang Bekerja pada Irisan pada Permukaan Lengkung
Keruntuhan (pada Saat Penurunan Tiba-tiba, Bendungan Urugan Tipe Zonal)
W = Wa + Wb + Wc
Wa = t.Aa
Wb = sat.Ab
Wc = ’.Ac
III - 98
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
N-U = ((Wa + ’.Ab + We)). Cos = (W - w. Ab).
Cos
T = W. sin
We = K. (Wa + Wb + ’sat.Ae) = K (W + w. Ae)
Ne = We. Sin
Te = We. Cos
Analisa Stabilitas Tubuh Embung Terhadap Geser
Rumus yang dipakai
Penahan Geser (shear resistance) pada dasar embung :
R = C + W tan
Tekanan Air Horizontal
P = ½ w x h²
Faktor Keamanan Terhadap Geser Horizontal pada Dasar
Embung.
Parameter yang Dipakai Dalam Analisa Stabilitas
Parameter yang dipakai dalam perhitungan sama seperti pada
analisa stabilitas lereng.
Rembesan Melalui Inti Embung
Menentukan Letak Garis Rembesan (Phreatic Line).
Menentukan letak garis rembesan (phreatic line)
Untuk 60º < ≤ 90º
a = ¾ ( √ h² + d² - d )
Menghitung Besaran Rembesan (Seepage Quantity) dari
flow net.
Menentukan besaran rembesan (seepage quantity) melalui inti
embung dari flownet.
Q = k h L
III - 99
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Perhitungan Rembesan Melalui Inti Embung :
Menentukan letak garis rembesan (phreatic line)
Untuk 60º < ≤ 90º
a = ¾ ( √ h² + d² - d )
Menentukan besaran rembesan (seepage quantity) melalui inti embung dari flownet
Rembesan Lewat Pondasi Embung
Rumus total rembesan lewat pondasi sepanjang embung :
Q = k . i . A,
Daya Dukung Tanah dasar
Besarnya daya dukung tanah dasar (ultimate bearing capacity) dihitung dengan persamaan Terzaghi yaitu sebagai berikut :
Q ult = . C. Nc. + . Z. Nq + . . B. N
Qa = q ult/(F + . Z)
Penurunan Pondasi Tubuh Embung
Penurunan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Untuk tanah dalam keadaan jenuh air.Po = (sat - w) H
Untuk tanah dalam keadaan tidak jenuh air.
Po = . H
Perkuatan Lereng Tanggul
Perkuatan lereng tanggul berguna untuk menambah stabilitas lereng tanggul. Usaha
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Lereng Bagian Hulu
Lereng Bagian Hilir
Mercu tanggul
Kapasitas Pengaliran Melalui Pelimpah
Debit yang melalui pelimpah dengan ambang tetap pada embung dihitung berdasarkan
rumus (Sosrodarsono, 1989: 181) :
Q = C . L . H3/2
Koefisien debit
III - 100
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Koefisien debit (C) dari tipe standart suatu pelimpah dihitung dengan persamaan
Iwasaki (Sosrodarsono, 1989: 182) :
Cd = 2,200 – 0,0416 (Hd/W)0,99
Lebar efektif pelimpah
Persamaan yang digunakan untuk menghitung panjang efektif pelimpah dari Civil
Engineering Departement U.S. Army adalah (Sosrodarsono, 1989: 183) :
L = L’ – 2(n . Kp + Ka) . H
Penelusuran banjir
Prinsip dasar penelusuran banjir lewat waduk dikembangkan dari persamaan kontinuitas (Soemarto, 1995: 108) yaitu :
I – O =
Persamaan diatas dapat dikembangkan dengan cara Modified Puls menurut Civil
Engineering Departement U.S. Army, dilakukan dengan menggunakan fungsi
tampungan tampungan (S) dan (S + ½.. Q . t). Cara ini baik untuk beberapa tipe dari
perancangan untuk pengendalian banjir, dengan persamaan sebagai berikut (Varshney,
1978: 779) :
Bentuk ambang pelimpah
Metode yang dipakai untuk menentukan bentuk penampang sebelah hilir dari titik
tertinggi mercu pelimpah adalah lengkung Harold (Sosrodarsono, 1989: 189) :
X1,85 = 2Hd0,85 . Y
dengan :
Hd = tinggi tekan rencana
X = jarak horizontal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik di
permukaan mercu di sebelah hilirnya
Y = jarak vertikal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik di mercu
sebelah hilirnya.
III - 101
Y X1 Hd X2 x R1 R2 X1,85 = 2.Hd 0,85.Y z
X1 = 0,282 Hd
X2 = 0,175 Hd
R1 = 0,5 Hd
R2 = 0,2 Hd
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 3. 38 Bentuk Ambang Pelimpah Tipe Ogee
Penentuan tinggi muka air pada pelimpah
Untuk penentuan tinggi muka air pada ambang pelimpah dipergunakan persamaan-
persamaan sebagai berikut (Ven Te Chow, 1989: 345) :
Kondisi Aliran Di Kaki Pelimpah
Gambar 3. 39 Sketsa Kondisi Aliran di Kaki Pelimpah
Kodisi aliran di kaki pelimpah diperlukan dalam kaitannya dengan penentuan tinggi
dinding samping serta panjang lapisan perkuatan dasar, agar dasar saluran tahan
terhadap erosi.
Kecepatan Air di Kaki Pelimpah
III - 102
y1
V 1
y 2
L j
H
Z
1
0,8
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Kecepatan aliran di kaki pelimpah V1 dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan yang direkomendasikan oleh USBR yang dinyatakan sebagai:
Kedalaman Air Hilir, y2
Kedalaman air di hilir dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut
dimana :
Jenis Loncatan hidrolik yang terjadi menurut USBR tergantung pada nilai bilangan
froude. Untuk F1 = (4,5 < F < 9) diklasifikasikan sebagai loncatan tunak.
Panjang Saluran Hilir, Lj
Panjang loncatan hidraulik ditentukan dengan persamaan garis yang dikembangkan
oleh USBR berdasarkan percobaan seperti gambar berikut:
Gambar 3. 25 Grafik Hubungan F1 dengan L/Y2 berdasar rekomendasikan USBR
III - 103
3
4
5
6
7
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
LONCATANBEROSILASI
GELOMBANG
LONCATAN TUNAK
Unjuk kerja yang baik
LONCATAN KUAT
Kolam olakan yang mahal dan keadaan permukaannya kasarUnjuk kerja yang masih dapat
diterima
Lonc
atan
bero
mba
k
Permulaan yang mengalamiturbulensi
1
1
gyV
F
LY 2
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Perencanaan Saluran Transisi
Panjang Saluran Transisi, L
Untuk menentukan panjang saluran transisi ditentukan dengan
rumus sebagai berikut:
Gambar 3. 26 Sketsa Saluran Transisi
Elevasi Dasar Hilir
Untuk merencanakan elevasi dasar di bagian hilir saluran transisi
dipergunakan rumus Bernaulli dan kontinuitas aliran. Adapun
rumus tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar 3. 27 Sketsa Persamaan Energi Rumus Bernaulli
III - 104
b 2
b 1
L
z1
z2
y 1
g2V 2
11
g2V 2
22
y 2
h e
h f = Sf x
21
Garis Persamaan
Z 1
Z 2
z2 + So X
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Perencanaan Kolam Olakan
Terdapat bermacam-macam type kolam olak menurut standar USBR, dimana pemilihan
type kolam olak ditentukan oleh besarnya Bilangan Froude.
Panjang kolam olak, L ditentukan dengan persamaan:
Dimana:
Kedalaman muka air di kolam olak, y2 digunakan hubungan sebagai berikut:
Penentuan Type Kolam Olak berdasarkan loncatan hidrolisnya
menurut (Sosrodarsono, 1989 : 216) adalah :
Kolam Olak type datar I
Kolam olak ini terbentuk oleh loncatan yang terjadi pada lantai dasar tanpa adanya
peralatan tambahan. Kolam olak type ini sesuai untuk mengalirkan debit yang
relatif kecil dengan kapasitas peredam energi relatif kecil.
Kolam Olak type datar II
Kolam olak type ini sangat cocok dipergunakan untuk aliran dengan tekanan
hidrolis yang cukup tinggi dengan debit aliran yang cukup besar pula (tekanan
hidrolis > 60, q > 45 m3.dt-1.m-1, dan bilangan froude (F1) > 4,5)
Kolam Olak type datar III
Kolam olakan type ini prinsip kerjanya hampir mirip dengan kolam olakan type II,
akan tetapi lebih sesuai untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrolis rendah dan
debitnya sedikit lebih kecil (q > 18.5 m3.dt-1.m-1, V < 18 m.dt-1 dan bilangan
froude (F1) > 4,5)
Kolam Olak type datar IV
Kolam olakan type ini prinsip kerjanya hampir mirip dengan kolam olakan type III,
akan tetapi lebih sesuai untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrolis yang rendah
dan debit per-unit lebar yang besar, yaitu untuk aliran dalam kondisi super kritis
dengan bilangan froude (F1) = 2,5 – 4,5
Saluran Hilir
III - 105
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Untuk mengetahui parameter hidraulik di saluran hilir dipergunakan rumus Manning,
yang dinyatakan dengan :
Dimana :
Tinggi Jagaan
Tinggi total dinding samping ditentukan dengan rumus:
Stabilitas Pelimpah
Beban Mati
Beban mati adalah berat sendiri dari stuktur tersebut termasuk berat material-
material pengisinya. Mengacu pada Standar Indonesia, berat jenis dari berbagai
material yang biasanya digunakan untuk penghitungan beban adalah sebagai
berikut.
III - 106
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Tabel 3. 6 Berat Jenis dari Berbagi Material
No. Material Berat Jenis (t/m3)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Baja
Batu galian, batu kali (tidak dipadatkan)
Batu Koral
Besi Cor
Beton Polos (tanpa tulangan)
Beton Bertulang
Kayu Kelas I
Kayu Kelas II
Kerikil
Adonan Semen (Mortar)
Pasangan Batu bata
Pasangan Batu
Pasir kering
Pasir basah
Air
Tanah, lempung, lanau (kering)
Tanah, lempung, lanau (basah)
7,85
1,50
0,70
7,25
2,20
2,40
1,00
0,80
1,65
2,15
1,70
2,20
1,60
1,80
1,00
1,70
2,00
Beban Hidup
Beban hidup yang bekerja pada didnding dapat dihitung dengan
mengunakan rumus berikut tanpa tergantung dari kedalaman
tanah yang menyelimuti.
Gambar 3. 43 Beban Hidup yang Bekerja pada Dinding
III - 107
q
pe
Pe
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Pe = Ka . q
Dimana,
Pe = beban horizontal akibat beban hidup (t/m2)
Ka = koef. Tekanan tanah Aktif (Acuan. Kp – 06 hal. 22)
q = beban merata (t/m2)
q = w / (L x A)
w = total berat beban (t)
L = panjang bebanLength
A = lebar dari beban
Tekanan Tanah
Perhitungan dari tekanan tanah yang bekerja pada dinding dihitung dengan rumus
Rankine’s. Rumus di atas tidak mempertimbangkan kohesi tanah.
Gambar 3. 44 Distribusi Tekanan Tanah
Ea = 0.50 X X Ka X H12
Ep= 0.50 X X Kp X H22
Dimana :
Ea : Tekanan Tanah Aktif (t)
Ep : Tekanan Tanah Pasif (t)
: Berat jenis dari Tanah (t/m3)
H1 & H2 : Ketinggian dari permukaan tanah (m)
Ka : Koeff. Tekanan Tanah Aktif (Acuan. KP-06, hal. 22)
Kp : Koef. Tekanan tanah Pasif (Acuan. KP-06, hal. 22)
Tekanan Hidrolis
Total tekanan hidrolis yang bekerja pada permukaan bidang dihitung dengan
rumusan berikut :
III - 108
Ep H2 Ea
H1
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gambar 3. 45 Distribusi Tekanan Hidrostatik
Ph = 0.50 X w X H2
Dimana,
Ph : Total tekana hidrostatik
w : Berat Jenis Air (= 1.00 t/m3 )
H : Kedalaman air (m)
Tekanan Uplift (Gaya angkat)
Tekanan uplift diakibatkan oleh tekanan air rembesan pada
pondasi batuan atau tanah. Total tekanan uplift yang bekerja
pada suatu bangunan dapat dihitung sebagai berikut :
Gambar 3. 46 Distribusi tekanan Uplift
Ux = Hx - H X L x / L
Dimana :
Ux : Tekanan Uplift pada titik X (t/m2)
Hx : Tinggi tekan dari elevasi muka air bag. Hulu pada titik X (m)
L x : Garis rembesan sampai dengan titik X (m), dihitung berdasarkan
metode Lane’s
L : Total panjang dari garis rembesan (m), diihitung berdasarkan metode Lane
H : Perbedaan Tinggi tekan (m).
Gaya Gempa
III - 109
Ph
H
Muka air bag. hulu
level
Muka air bag. hilir
Muka air bag. hulu
Muka air bag. Hilir
x
A
B
D
C
H
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Gaya gempa yang bekerja pada suatu bangunan dapat dihitung
dengan persamaan berikut .
Gambar 3. 28 Distribusi Gaya Gempa
E = Kh x G
Dimana,
E : Gaya gempa (t)
G : Beban Mati/berat sendiri struktur (t)
Kh : Koefisien gempa horisontal (= 0.12)
Tekanan Hidrodinamik
Perhitungan pasti dari gaya hidrodinamik tidak menjadi
keharusan, karena gaya ini kecil untuk ukuran bangunan-banguan
irigasi.
Gambar 3. 48 Distribusi Tekanan Hidrodinamik
Phd = 0.726 x Cm x w x KH x H2
Dimana :
Phd : Gaya hidrodinamik (t)
Cm : Nilai Maksimun dari koefisien tekanan untuk kemiringan yang konstan
(= 0.735 X /900 )
: Sudut antara struktur dengan bidang horisontal
III - 110
G E
Phd H
0.412 H
Elevasi muka air
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Kh : Koefisien gempa horisontal. (= 0.12)
w : Berat Jenis Air ( = 1.00 t/m3 )
Stabilitas Dinding Penahan
Dinding Penahan dibangun dibagian kanan dan kiri pelimpah sampai peredam energi
yang berfungsi menahan tanah yang ada. Perhitungan terhadap stabilitas dinding
penahan ini diambil pada bagian dinding yang paling tinggi yaitu pada dinding saluran
pelimpah. Perhitungan dengan memperhatikan kondisi air saat banjir dan tidak
diperhitungkan dalam kondisi gempa.
3.3.7.2 Penyusunan Studi Investigasi Potensi SDA
Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Pada umumnya Danau sudah membentuk keseimbangan dengan muka air tanah
sekitar. Berdasarkan pengukuran muka air Danau secara relative dengan muka air Danau
secara relative dengan muka air tanah sekitarnya, diperoleh gambaran bahwa hampir semua
muka air Danau relative memiliki elevasi yang sama dengan muka air tanah. Pada keadaan
demikian air Danau bisa bertindak sebagai sumber resapan air tanah, atau menjadi
tampungan keluaran air tanah. Beberapa Danau memiliki muka air yang lebih rendah
dibanding muka air tanah. Pada kondisi demikian muka air Danau sebenarnya merupakan
tampungan dari kelauaran air tanah.
Penyusunan Studi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi
Maluku merupakan upaya pencegahan terhadap bahaya banjir maupun pengurangan
dampak negatif yang diakibatkan oleh banjir. Pengendalian banjir dengan cara ini
merupakan upaya-upaya yang bersifat pengaturan, yang antara lain berupa:
1.Pengelolaan DPS
Upaya pengelolaan DPS bertujuan untuk menjadikan DPS
(terutama bagian hulu) sebagai waduk alam yang mampu
menampung sebanyak-banyaknya air hujan yang jatuh sehingga
besar aliran permukaan dapat dikurangi, serta mengurangi
tingkat erosi lahan. Pelaksanaan pengelolaan DPS antara lain
mencakup hal-hal sebagai berikut:
Pencagaran hutan.
Pengaturan tata pengelolaan lahan yang sesuai dengan kaidah
konservasi
Pembuatan bangunan pengendali erosi
III - 111
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Penanaman tanaman-tanaman pencegah erosi, dan lain-lain
Pelaksanaan pengelolaan DPS dapat diperkuat dengan hal
berikut:
Pengendalian penebangan hutan serta mengadakan reboisasi.
Dalam pengelolaan ladang, disarankan menanam tanaman
yang membutuhkan pengelolaan tanah minimum (minimum
tillage) serta yang mempunyai efek dapat mengurangi aliran
permukaan.
Saluran-saluran pembuangan punggung alam agar dilengkapi
dengan bendung penahan sedimen
Permukaan saluran agar dilindungi dengan menggunakan
rumput.
Tidak diperkenankan ada aktivitas peladangan atau pengolahan
lahan lainnya di sepanjang lembah Sungai.
Sepanjang alur Sungai disarankan untuk disediakan semacam
green-belt.
2.Pengendalian dan pengelolaan dataran banjir
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkecil kerugian yang
diakibatkan oleh banjir, termasuk kerugian sosial ekonomi dan
kerusakan lingkungan. Kegiatan pengendalian dan pengelolaan
dataran banjir dilaksanakan berdasarkan informasi peta rawan
banjir yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam kaitan ini,
informasi yang terdapat pada peta rawan banjir harus ditambah
dengan analisa dan rekomendasi atas resiko kerugian.
Rekomendasi yang termuat dalam peta rawan banjir dengan
segala tingkat resiko harus ditetapkan dengan Peraturan Daerah
(Perda) agar dapat dilaksanakan dengan baik. Perda untuk
penetapan daerah rawan banjir pada prinsipnya mencakup hal-hal
sebagai berikut:
Membatasi atau mencegah pembangunan baru pada daerah
yang mempunyai resiko kerugian akibat banjir.
Mencegah timbulnya kegiatan-kegiatan baru yang dapat
menempati wilayah genangan.
III - 112
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
Pengaturan daerah rawan banjir harus terpadu sedikitnya
menyangkut komponen-komponen sebagai berikut:
Efek dari suatu kegiatan terhadap masalah banjir.
Daerah rawan banjir, termasuk resiko kuantitatif dan kualitatif
yang diakibatkan oleh banjir.
Penyebab, frekuensi dan luasan banjir.
Rencana menyeluruh penanggulangan bahaya banjir.
Program asuransi daerah, dan lain-lain
3.Sandi bangunan
Dalam upaya pencegahan bahaya dan kerugian akibat banjir,
pembuatan sandi bangunan mempunyai maksud agar bangunan
beserta komponen-komponennya tahan terhadap ancaman banjir
serta bangunan tersebut dapat dihindarkan dari genangan banjir
dengan cara meninggikan lantainya.
Hal penting lainnya dari pola pengendalian banjir ini adalah sifat dari penanganannya.
Apakah merupakan penanganan yang mendesak, jangka pendek, jangka menengah
ataukah jangka panjang. Umumnya pola pengendalian banjri dengan cara-cara
pengaturan atau non teknis adalah termasuk penanganan jangka menengah dan
panjang. Sedangkan pola pengendalian banjir dengan rekayasa teknis digunakan
untuk penanganan yang mendesak, jangka pendek serta jangka menengah.
3.3.7.3 Perhitungan Volume Pekerjaan (Bill of
Quantity/BOQ)
c) Menyusun paket pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan dan
diskonsultasikan dengan Direksi Pekerjaan
d) Perhitungan volume pekerjaan dirinci sesuai dengan paket konstruksi
yang mengacu pada hasil system planning. Kemudian dibuat daftar
rekapitulasi kuantitas pada masing-masing rincian tersebut antara
lain volume galian (m3), timbunan (m3), psangan batu (m3), plesteran
(m2), sairan (m2) dan sebagainya
e) Perhitungan volume dilakukan dengan sistematis untuk
mempermudah perhitungan dan pengontrolan volume yang
dilengkapi dengan gambar sketsa yang jelas untuk mutual check
berikutnya antara Proyek dan Kontraktor.
III - 113
Laporan PendahuluanStudi Investigasi Potensi SDA Danau Rana Kabupaten Buru, Propinsi Maluku
f) Perhitungan BOQ selanjutnya dijelaskan kepada Pihak Direksi agar
estimasi volume pelaksanaan pembangunan tidak terjadi kesalahan.
3.3.7.4 Rencana Anggaran Biaya (RAB)
g) RAB dihitung berdasarkan kuantitas dan harga satuan pekerjaan
h) Harga satuan pekerjaan dihitung berdasarkan hasil dari perhitungan
suatu analisa biaya
i) Untuk menentukan harga satuan upah dan bahan, dilakukan suatu
survey harga di lapangan dengan mengambil sampel sekurang-
kurangnya 3 lokasi. Khusus untuk harga satuan bahan diperhitungkan
harga beli ditempat penjualan atau diantar ke lokasi proyek.
j) Menghitung biaya-biaya tambahan diluar biaya dari perhitungan
volume, seperti biaya persiapan, mobilisasi dan demobilisasi personil
dan alat, dokumentasi, dewatering, dan lain-lain.
Dari perhitungan volume pekerjaan yang ada, selanjutnya
dilakukan perhitungan estimasi biaya proyek. Setelah itu, dilakukan
evaluasi/analisa ekonomi, dengan menggunakan kaidah ekonomi yang
berlaku, misalnya : B/C (Benefit Cost) ratio, EIRR (Economic Internal Rate
of Return) dan analisa kepekaan (Sensitivity Analysis). Hasil estimasi
biaya ini akan dialokasikan sesuai periode pelaksanaan konstruksi
(Disbursement Schedule).
III - 114