bab 3 pendekatan teori dan metodologi pelaksanaan pekerjaan
TRANSCRIPT
Penyusunan Detailed Enginnering Desain
(DED) Bandar Udara Manismata
Laporan Pendahuluan |III - 1
3.1 Pendekatan Teori
Bandara adalah suatu tempat dimana kegiatan-kegiatan didalamnya
berhubungan dengan yang namanya transportasi udara. Bandara
kebanyakan digunakan untuk tujuan komersial namun ada beberapa
bandara yang berfungsi sebagai landasan pesawat militer. Pedoman-
pedoman perencanaan bandara secara detail ada pada peraturan-
peraturan yang dikeluarkan FAA dan ICAO, di Indonesia sendiri aturan-
aturan tersebut tercakup dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 70 tahun 2001 tentang Kebandarudaraan dan Kepmen
Perhubungan No. KM 44 Tahun 2002 tentang Tatanan Kebandarudaraan
Nasional. Bandara memiliki dua area berbeda yaitu sisi darat dan sisi
udara. kebutuhan-kebutuhan yang berbeda pada dua bagian tersebut
terkadang saling bertentangan antara satu kegiatan dengan kegiatan
lainnya. Misalnya kegiatan keamanan membatasi sedikit mungkin
hubungan (pintu-pintu) antara sisi darat (land side) dan sisi udara (air
side), sedangkan kegiatan pelayanan memerlukan sebanyak mungkin
pintu terbuka dari sisi darat ke sisi udara agar pelayanan berjalan lancar.
Kegiatan-kegiatan itu saling tergantung satu sama lainnya sehingga suatu
kegiatan tunggal dapat membatasi kapasitas dari keseluruhan kegiatan.
Beberapa istilah kebandarudaraan yang perlu diketahui
Airport
Area daratan atau air yang secara regular dipergunakan untuk kegiatan
take-off and landing pesawat udara. Diperlengkapi dengan fasilitas untuk
pendaratan, parkir pesawat, perbaikan pesawat, bongkar muat
penumpang dan barang, dilengkapai dengan fasiltas keamanan dan
BAB
3
Penyusunan Detailed Enginnering Desain
(DED) Bandar Udara Manismata
Laporan Pendahuluan |III - 2
terminal building untuk mengakomodasi keperluar penumpang dan
barang dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi.
Kebandarudaraan
Meliputi segala susuatu yang berkaitan dengan pennyelenggaraan nadar
udara (bandara) dan kegiatan lainnya dalang melaksanakan fungsi
sebgaia bandara dalam menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban
arus lalulintas pesawat udara, penumpang, barang dan pos.
Airfield
Area daratan atau air yang dapat dipergunakan untuk kegiatan take-off
and landing pesawat udara. fasilitas untuk pendaratan, parkir pesawat,
perbaikan pesawat dan terminal building untuk mengakomodasi keperluar
penumpang pesawat.
Aerodrom
Area tertentu baik di darat maupun di air (meliputi bangunan sarana-dan
prasarana, instalasi infrastruktur, dan peralatan penunjang) yang
dipergunakan baik sebagian maupun keseluruhannya untuk kedatang,
keberangkatan penumpang dan barang, pergerakan pesawat terbang.
Namun aerodrom belum tentu dipergunakan untuk penerbangan yang
terjadwal.
Aerodom Reference Point
Letak geografi suatu aerodrom.
Landing Area
Bagian dari lapangan terbang yang dipergunakan untuk take off dan
landing, Tidak termasuk terminal area. Landing strip
Bagian yang bebentuk panjang dengan lebar tertentu yang terdiri atas
shoulders dan runway untuk tempat tinggal landas dan mendarat pesawat
terbang.
Runway (r/w)
Bagian memanjang dari sisi darat aerodrom yang disiapkan untuk tinggal
landas dan mendarat pesawat terbang.
Penyusunan Detailed Enginnering Desain
(DED) Bandar Udara Manismata
Laporan Pendahuluan |III - 3
Taxiway (t/w)
Bagian sisi darat dari aerodrom yang dipergunakan pesawat untuk
berpindah (taxi) dari runway ke apron atau sebaliknya.
Apron
Bagian aerodrom yang dipergunakan oleh pesawat terbang untuk parkir,
menunggu, mengisi bahan bakar, mengangkut dan membongkar muat
barang dan penumpang. Perkerasannya dibangun berdampingan dengan
terminal building.
Holding apron
Bagian dari aerodrom area yang berada didekat ujung landasan yang
dipergunakan oleh pilot untuk pengecekan terakhir dari semua instrumen
dan mesin pesawat sebelum take off. Dipergunakan juga untuk tempat
menunggu sebelum take off.
Holding bay
Area diperuntukkan bagi pesawat untuk melewati pesawat lainnya saat
taxi, atu berhenti saat taxi.
Terminal Building
Bagian dari aeroderom difungsikan untuk memenuhi berbagai keperluan
penumpang dan barang, mulai dari tempat pelaporan ticket, imigrasi,
penjualan ticket, ruang tunggu, cafetaria, penjualan souvenir, informasi,
komunikasi, dan sebaginnya.
Turning area
Bagian dari area di ujung landasan pacu yang dipergunaka oleh pesawat
untuk berputar sebelum take off.
Over run (o/r)
Bagian dari ujung landasan yang dipergunakan untuk mengakomodasi
keperluan pesawat gagal lepas landas. Over run biasanya terbagi 2 (dua)
: (i) Stop way : bagian over run yang lebarnya sama dengan run way
dengan diberi perkerasan tertentu, dan (ii) Clear way: bagian over run
yang diperlebar dari stop way, dan biasanya ditanami rumput.
Penyusunan Detailed Enginnering Desain
(DED) Bandar Udara Manismata
Laporan Pendahuluan |III - 4
Fillet
Bagian tambahan dari pavement yang disediakan pada persimpangan
runmway atau taxiway untuk menfasilitasi beloknya pesawat terbang agar
tidak tergelincir keluar jalur perkerasan yang ada.
Shoulders
Bagian tepi perkerasan baik sisi kiri kanan maupun muka dan belakang
runway, taxiway dan apron.
Klasifikasi airport atau bandara Menurut Horonjeff (1994) ditentukan oleh
berat pesawat terbang hal ini penting untuk menentukan tebal perkerasan
runway, taxiway dan apron, panjang runway lepas landas dan pendaratan
pada suatu bandara. Bentang sayap dan panjang badan pesawat
mempengaruhi ukuran apron parkir, yang akan mempengaruhi susunan
gedung-gedung terminal. Ukuran pesawat juga menentukan lebar runway,
taxiway dan jarak antara keduanya, serta mempengaruhi jari-jari putar
yang dibutuhkan pada kurva-kurva perkerasan. Kapasitas penumpang
mempunyai pengaruh penting dalam menentukan fasilitas-fasilitas di
dalam dan yang berdekatan dengan gedung-gedung terminal. Panjang
runway mempengaruhi sebagian besar daerah yang dibutuhkan di suatu
bandara. Selain berat pesawat, konfigurasi roda pendaratan utama sangat
berpengaruh terhadap perancangan tebal lapis keras. Pada umumnya
konfigurasi roda pendaratan utama dirancang untuk menyerap gaya-gaya
yang ditimbulkan selama melakukan pendaratan (semakin besar gaya
yang ditimbulkan semakin kuat roda yang digunakan), dan untuk
menahan beban yang lebih kecil dari beban pesawat lepas landas
maksimum. Dan selama pendaratan berat pesawat akan berkurang akibat
terpakainya bahan bakar yang cukup besar.
3.1.1 Runway (Landas pacu)
Runway (Landas pacu) adalah jalur perkerasan yang dipergunakan oleh
pesawat terbang untuk mendarat (landing) atau lepas landas (take off).
Menurut Horonjeff (1994) sistem runway di suatu bandara terdiri dari
perkerasan struktur, bahu landasan (shoulder), bantal hembusan (blast
pad), dan daerah aman runway (runway end safety area). Terdapat
banyak konfigurasi runway, diantaranya Runway Tunggal (runway ini
Penyusunan Detailed Enginnering Desain
(DED) Bandar Udara Manismata
Laporan Pendahuluan |III - 5
adalah yang paling sederhana). Runway Sejajar, Runway Dua jalur,
Runway Bersilangan, Runway V terbuka.
Untuk menghitung panjang runway akibat pengaruh prestasi pesawat
(tergantung dari tipe mesin yang digunakan) dipakai suatu peraturan
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Amerika Serikat bekerja sama dengan
Industri Pesawat Terbang yang tertuang dalam Federal Aviation
Regulation (FAR). Peraturan-peraturan ini menetapkan bobot kotor
pesawat terbang pada saat lepas landas dan mendarat dengan
Penyusunan Detailed Enginnering Desain
(DED) Bandar Udara Manismata
Laporan Pendahuluan |III - 6
menentukan persyaratan prestasi yang harus dipenuhi.
Untuk pesawat terbang bermesin turbin dalam menentukan panjang
runway harus mempertimbangkan tiga keadaan umum agar
pengoperasian pesawat aman. Ketiga keadaan tersebut adalah:
1. Lepas landas normal Suatu keadaan dimana seluruh mesin dapat
dipakai dan runway yang cukup dibutuhkan untuk menampung
variasi-variasi dalam teknik pengangkatan dan karakteristik khusus
dari pesawat terbang tersebut.
2. Lepas landas dengan suatu kegagalan mesin Merupakan keadaan
dimana runway yang cukup dibutuhkan untuk memungkinkan
pesawat terbang lepas landas walaupun kehilangan daya atau
bahkan direm untuk berhenti.
3. Pendaratan Merupakan suatu keadaan dimana runway yang cukup
dibutuhkan untuk memungkinkan variasi normal dari teknik
pendaratan, pendaratan yang melebihi jarak yang ditentukan
(overshoots), pendekatan yang kurang sempurna (poor aproaches)
dan lain-lain.
Panjang runway yang dibutuhkan diambil yang terpanjang dari ketiga
analisa di atas. Peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pesawat
terbang bermesin piston secara prinsip mempertahankan kriteria diatas,
tetapi kriteria yang pertama tidak digunakan. Peraturan khusus ini
ditujukan pada manuver lepas landas normal setiap hari, karena
kegagalan mesin pada pesawat terbang yang digerakkan turbin lebih
jarang terjadi.
3.1.2 Terminal Udara
Terminal udara merupakan penghubunga antara sisi udara dengan sisi
darat. Perencanaan terminal disesuaikan dengan Rencana Induk Bandara
(Master Plan) menurut tingkat (stage) dan tahapan (phase). Yang
pertama meliputi jangka panjang, sedangkan yang kedua berhubungan
dengan dengan usaha jangka menengah masalah penyesuaian kapasitas
dengan perkiraan perkembangan permintaan. Ciri pokok kegiatan di
gedung terminal adalah transisionil dan operasional. Dengan pola (lay-
out), perekayasaan (design and Engineering) dan konstruksinya harus
Penyusunan Detailed Enginnering Desain
(DED) Bandar Udara Manismata
Laporan Pendahuluan |III - 7
memperhatikan expansibility, fleksibility, bahan yang dipakai dan
pelaksanaan konstruksi bertahap supaya dapat dicapai penggunaan
struktur secara maksimum dan terus menerus. Secara expansibility
struktur bangunan harus dapat dirubah, diperluas dan ditambah dengan
pembongkaran dan gangguan yang minimum. Jadi bagian dan instalasi
penting sedapat mungkin tidak perlu dipindahkan. Secara flexsibility
terutama menyangkut rencana tentang kemampuan gedung untuk
menerima perubahan bentuk dan penggunaan interior seperti:
Pembagian ruangan yang tidak menanggung beban struktural
,Kemungkinan pemakaian ruangan untuk maksud yang lain dari
perencanaan sebelumnya, Memungkinkan pekerjaan perluasan dilakukan
dengan gangguan minimum terhadap ruangan / bangunan di
sekelilingnya, penggunaan bahan serta metoda konstruksi yang cocok
dengan pekerjaan “remodelling”, dan hal-hal lainnya.
Gedung terminal mengintegrasikan kegiatan dan permintaan masyarakat,
pengusaha penyewa dan pemilik/ pengelola, jadi harus berfungsi langsung
secara efisien dengan tingkat keselamatan yang tinggi. Sirkulasi langsung
harus dimungkinkan untuk penumpang datang dan berangkat serta
bagasinya sampai pada posisi bongkar muat pesawat. Jika penanganan
pos dan barang dilakukan dengan kendaraan yang sama dengan untuk
bagasi, maka perencanaan meliputi juga sirkulasi di apron
Penyusunan Detailed Enginnering Desain
(DED) Bandar Udara Manismata
Laporan Pendahuluan |III - 8
Konsep-konsep operasionil lalu lintas internasional dipisahkan dari arus
lalu lintas dalam negeri, karena perlu penanganan khusus. Masing-masing
kemudian bisa dikelola berdasarkan:
1. Konsep terpusat (Centralised concept) Dimana semua kegiatan
perusahaan-perusahaan penerbangan dilakukan dalam gedung
terminal yang sama. Konsolidasi kegiatan dapat dilakukan dengan
dan dengan demikian menghemat ruangan personil dan peralatan
yang diperlukan untuk tincketing dan bagage handling. Hal tersebut
berlaku juga dalam hal mengelola kegiatan trasnfer di tempat/
pelabuhan udara interchange, karena bisa dilakukan oleh suatu
organisasi saja.
2. Konsep pemencaran (unit operation concept)
Dimana setiap perusahaan mempunyai gedung terminal sendiri-
sendiri.
3. Investasi untuk pemilik / pengelola pelabuhan udara adalah lebih
besar karena duplikasi fasilitas sedqng dari sudut konsesioner
(pengusaha penyewa) akan mengurangi keuntungan karena letak
usahanya yang terpisah-pisah.
4. pada tempat-tempat interchange maka jarak untuk penumpang
transfer menjadi jauh, demikian juga untuk kendaraan angkut di
apron untuk bagasi, pos dan barang.
5. konsolidasi kegiatan airline tidak bisa diterapkan misalnya
pelayanan penumpang dan bagasi.
Menurut kegiatannya daerah-daerah bangunan dapat dibagi dalam:
1. Daerah Gedung Terminal Merupakan pust dari segala kegiatan
pengelolaan manusia, barang dan pesawat. Perlu diperhatikan
hubungan-hubungan (langsung dan tidak langsung) antara
kegiatan-kegiatan di daerah bangunan lainnya. Di termiunal
penumpang terjadi transisi penumpangm, bagasi, pos, barang,
makanan, bahan bakar antara angkutan darat dan udara.
2. Daerah Penerbangan Umum dan Lokal (Commercial fixed base
operations areas). Untuk kegiatan jual beli dan sewa pesawat
Penyusunan Detailed Enginnering Desain
(DED) Bandar Udara Manismata
Laporan Pendahuluan |III - 9
ringan, parkir, perawatan dan perbaikan, charter, penyemprotan,
helicopter, pendidikan, dsb. Hubungan dengan kegiatan lain di
pelabuhan udara perlu dipertimbangkan dalam perencanaan daerah
bangunan lapangan terbang.
3. Daerah Hangar Untuk persiapan-persiapan pesawatnya:
4. Daereah dekat tempat bongkar muat pesawat untuk peralatan dan
bahan ringan pelayanan pesawat
5. Daerah dekat parkir apron pesawat untuk perawatan diantara
jadwal terbangnya.
6. Daerah hangar dan sekitarnya untuk perawatan berat pesawat
lengkap. Luas daerah ini diperngaruhi oleh sifat dan ruang lingkup
perawatan. Yang terakhir ini tergantung dari pola jaringan
udaranya dan fasilitas besat diperlukan di tempat penernbangan-
penerbangan asal, tujuan dan membalik (originating/ mulai,
ending/berakhir dan turn-around points). Kemungkinan perluasan
harus diperhitungkan dalam perencanaannya.
7. Daerah Cargo Luasnya tergantung dari sistem pengelolaan dan
banyaknya muatan yang ditangani supaya bisa berjalan efisien.
Bisa menyatu dengan gedung terminal dan bisa mencakup pos,
daerah pengelolaan pos dan kiriman barang ringan (paket pos) bisa
direncanakan dekat daerah kargo atau dekat / menjadi satu dengan
daerah gedung terminal penumpang sesuai intensitas kegiatan pos.
8. Daerah Parkir Pesawat (Parking Apron) Untuk perawatan yang perlu
waktu di tanah agak lama. Sebaiknya disediakan parking apron
terpisah untuk pesawat-pesawat type executive general aviation.
9. Daerah Khusus Untuk peralatan yang akan dipakai dalam keadaan
darurat yang harus bisa mencapai langsung semua daerah
sekeliling lapangan udara. Demikian juga diperlukan daerah khusus
untuk peralatan yang akan dipakai untuk perawatan umum
pelabuhan udara. Jadi sebaiknnya didekat fasilitas pendaratan
seperti landasan dan taxiway dan jalan masuk lapangan udara,
tetapi tidak perlu berdekatan dengan gedung terminal penumpang
ataupun daerah bongkar muat barang.
Penyusunan Detailed Enginnering Desain
(DED) Bandar Udara Manismata
Laporan Pendahuluan |III - 10
3.1.3 Peraturan – peraturan
Peratruan –peraturan yang terkait dalam penyusunan Detailed
Engineering Design Bandara Manismata adalah sebagai berikut :\
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan
Keselamatan Penerbangan (Lembaga Negara Tahun 2001 Nomor 9,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4075)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang
Kebandarudaraan (Lembaga Negara Tahun 2001 Nomor 128,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4146)
4. Keputusan Menteri Perhubungan Udara Nomor : T.11/2/4-U tanggal
30 November 1960 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan
Sipil (CASR) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor KM.22 Tahun 2002
5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun 2002 tentang
Penyelenggaraan Bandar Udara Umum
6. Keputusan Dirjen Perhubungan Udara Nomor SKEP/120/VI/2002
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan Rencana Induk Bandar
Udara
7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 20 Tahun 2005 SNI
03-7046-2004 tentang Terminal Penumpang Bandar Udara
8. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 21 Tahun 2005 SNI
03-7095-2005 tentang Marka dan Rambu Pada Daerah Pergerakan
Pesawat Udara di Bandar Udara
8. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 22 Tahun 2005 SNI
03-7094-2005 tentang Rambu-Rambu di Terminal Bandar Udara
9. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 23 Tahun 2005 SNI
03-7051-2004 tentang Pemberian Tanda dan Pemasangan Lampu
Halangan (obstacle lights) di Sekitar Bandar Udara
Penyusunan Detailed Enginnering Desain
(DED) Bandar Udara Manismata
Laporan Pendahuluan |III - 11
10.Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM : 24 Tahun 2005 SNI
03-7067-2005 tentang Teknis Fasilitas Pertolongan Kecelakaan
Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK)
11.Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 25 Tahun 2005 SNI
03-7066-2005 tentang Pemeriksaan Penumpang dan Barang Yang
Diangkut Pesawat Udara di Bandar Udara
12.Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 26 Tahun 2005 SNI
03-7050-2004 tentang Kriteria Penempatan Distance Measuring
Equipment (DME)
13.Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 27 Tahun 2005 SNI
03-7097-2005 tentang Peralatan Komunikasi Darat Udara
Berfrekuensi Amat Tinggi (VHF-Air Ground) di Bandar Udara
14.Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 28 Tahun 2005 SNI
03-7041-2004 tentang Kriteria Penempatan Rambu Udara Tak
Terarah (Non Directional Beacom/NDB)
15.Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 29 Tahun 2005 SNI
03-7047-2004 tentang Terminal Kargo Bandar Udar
16.Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 30 Tahun 2005 SNI
03-7048-2004 tentang Kriteria Penempatan Fasilitas Komunikasi
Darat Udara Berfrekuensi Amat Tinggi (VHF Air Ground/VHF-A/G)
17.Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 31 Tahun 2005 SNI
03-7049-2004 tentang Perancangan Fasilitas Bagi Pengguna
Khusus di Bandar Udara
18.Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 32 Tahun 2005 SNI
03-7040-2004 tentang Kriteria Penempatan Pemancar Sinyal Ke
Segala Arah Berfrekuensi Amat Tinggi (VHF Omnidirectional
Range/VOR)
19.Keputusan Dirjen Perhubungan Udara Nomor SKEP/347/XII/1999
tentang Standar Rancang Bangun dan atau Rekayasa Fasilitas dan
Peralatan Bandar Udara
20.Persyaratan/ketentuan teknis lainnya yang dikeluarkan oleh
Departemen Perhubungan
Penyusunan Detailed Enginnering Desain
(DED) Bandar Udara Manismata
Laporan Pendahuluan |III - 12
3.2 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
3.2.1 Metode Perencanaan Perkerasan Runway, Taxiway dan
Appron (Sisi Udara)
Dalam melakukan perencanaan perkerasan runway dan taxiway, analisa
yang dipakai adalah dengan menggunakan Perancangan perkerasan lentur
menggunakan metoda FAA yang menggunakan nilai CBR tanah dasar
(subgrade) sebagai dasar perhitungan atau sering disebut CBR methode.
Sedangkan dalam merencanakan perkerasan Appron, digunakan
perancangan perkerasan kaku (Rigid Pavement) yaitu beton tanpa
tulangan agar tahan terhadap ceceran bahan bakar, minyak hidrolis
pesawat dan oli.
3.2.2 Metode Perencanaan Struktur Gedung
Dalam merencanakan struktur gedung digunakan analisa struktur beton
dengan menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor SNI 03-
2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung.
3.2.3 Metode Perencanaan Perkerasan Jalan Akses, Jalan
lingkungan dan Parkir Kendaraan (Sisi Darat)
Menggunakan Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Nomor Pt
T-01-2002-B yang dikeluarkan oleh Dinas Pemukiman dan Prasarana
Wilayah Tahun 2002. Pedoman ini mengacu kepada perancanaan metode
AASHTO Guide for Design of Pavement Structure, 1993.
3.2.4 Metode Penghitungan Biaya Pembangunan
Dalam menghitung beaya pembangunan digunakan 2 (dua) analisa yang
dipakai supaya lebih mendekati keadaan riil di lapangan. Analisa tersebut
adalah :
1. Analisa BOW (Analisa SNI DT ABK)
Analisa ini digunakan untuk menghitung beaya pembangunan
seluruh Gedung yang ada pada lingkungan Bandara Manismata.
Analisa ini dianggap representatif dalam mempertimbangkan harga
material dan upah kerja untuk setiap pekerjaan. Dalam analisa ini
jarak antara bangunan dan Stok material tidak diperhitungkan
Penyusunan Detailed Enginnering Desain
(DED) Bandar Udara Manismata
Laporan Pendahuluan |III - 13
karena dianggap dekat dan harga material dihitung dengan harga
sampai di lokasi bangunan.
2. Analisa Harga Satuan E (Analisa Bina Marga)
Analisa ini digunakan untuk menghitung beaya perkerasan
(pavement) yang ada di dalam lingkungan Bandara Manismata.
Analisa ini dianggap representatif karena dalam perhitungannya
memperhatikan jarak antara lokasi stok material, lokasi pekerjaan
dan penggunaan alat. Hal ini dirasa cocok dengan kondisi pekerjaan
jalan yang relatif panjang yaitu 1.620 meter.