bab 7 kewajiban

33
KEWAJIBAN Pengertian Menurut FASB : Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransferk aset atau menyediakan / menyerahkan jasa kepada kesatuan lain dimasa datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Definisi FASB digunakan sebagai basis pembahasan karena definisi tersebut cukup lengkap secara semantic. Artinya definisi tersebut telah mencakupi berbagai gagasan atau kata kunci yang terkandung dalam beberapa definisi kewajiban oleh sumber – sumber lain. Secara umum dapat dikatakan bahwa kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu : 1. Pengorbanan Manfaat Ekonomik Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas atau tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk melunasi, menunaikan atau melaksanakan dengan cara mengorbankan manfaat ekonomik yang cukup pasti dimasa datang. Pengorbanan manfaat ekonomik diwujudkan dalam bentuk transfer atau penggunaan aset kesatuan usaha. Transfer manfaat ekonomik kepada pemilik (pemegang saham) tida termasuk dalam pengertian pengorbanan sumber ekonomik masa datang yang membentuk kewajiban karena untuk menjadi kewajiban

Upload: ana

Post on 20-Feb-2016

18 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah teori akuntansi bab 7 kewajiban

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 7 Kewajiban

KEWAJIBAN

PengertianMenurut FASB : Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang

yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk

mentransferk aset atau menyediakan / menyerahkan jasa kepada kesatuan lain dimasa datang

sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.

Definisi FASB digunakan sebagai basis pembahasan karena definisi tersebut cukup

lengkap secara semantic. Artinya definisi tersebut telah mencakupi berbagai gagasan atau

kata kunci yang terkandung dalam beberapa definisi kewajiban oleh sumber – sumber lain.

Secara umum dapat dikatakan bahwa kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu :

1.      Pengorbanan Manfaat Ekonomik

Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas atau tanggung

jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk melunasi, menunaikan

atau melaksanakan dengan cara mengorbankan manfaat ekonomik yang cukup pasti dimasa

datang. Pengorbanan manfaat ekonomik diwujudkan dalam bentuk transfer atau penggunaan

aset kesatuan usaha.

Transfer manfaat ekonomik kepada pemilik (pemegang saham) tida termasuk dalam

pengertian pengorbanan sumber ekonomik masa datang yang membentuk kewajiban karena

untuk menjadi kewajiban pengorbanan tersebut harus bersifat memaksa dan bukan atas dasar

kebijakan atau keleluasaan manajemen untuk memutuskan baik dalam hal jumlah rupiah

maupun dalam saat transfer.

Secara umum, keharusan mengorbankan sumber ekonomik masa datang tidak dapat menjadi

kewajiban kalau keharusan tersebut bersifat terbuka atau tidak pasti. Kesatuan usaha tidak

mempunyai keharusan untuk mentransfer aset ke pemilik kecuali dalam hal kesatuan usaha

dilikuidasi. Walaupun secara konseptual ekuitas juga merupakan kewajiban bagi perusahaan,

pengorbanan sumber ekonomiknya tidak cukup pasti baik dalam jumlah maupun saat

sehingga kewajiban harus dibedakan dan dilaporkan secara terpisah dengan ekuitas.

2.      Keharusan Sekarang  

Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa datang harus

timbul akibat keharusan sekarang. Pengertian “sekarang” dalam hal ini mengacu pada dua hal

: waktu dan adanya. Waktu yang dimaksud adalah tanggal pelaporan (neraca). Artinya : pada

Page 2: Bab 7 Kewajiban

tanggal neraca kalau perlu atau kalau dipaksakan secara yuridis, etis, atau rasional

pengorbanan sumber ekonomik harus dipenuhi karena keharusan itu telah ada.

Keharusan kewajiban mencakupi keharusan kontraktual, keharusan konstruktif atau

bentukan, keharusan demi keadilan dan keharusan bergantung atau bersyarat.

         Keharusan Kontraktual

Keharusan yang timbul akibat perjanjian atau peraturan hukum yang di dalam nya kewajiban

bagi suatu kesatuan udaha di nyatakan secara eksplit atau implicit dan mengikat.

Contoh : utang pajak, utang bunga, utang usaha, utang wesel, dan utang obligasi

         Keharusan Konstruktif

Keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan usaha dalam rangka menjalankan dan

memajukan usahanya untuk memenuhi apa yang disebut praktik usaha yang baik atau etika

bisnis dan bukan untuk memenuhi kewajiban yuridis.

Contoh : servis gratis sepeda motor yang dijanjikan oleh dealer sepeda motor, pengembalian

uang untuk barang yang ternyata cacat atau rusak, dan tunjangan hari raya 

         Keharusan Demi Keadilan

Keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan kewajiban bagi perusahaan semata – mata

karena panggilan etis atau moral daripada karena peraturan hukum atau praktik bisnis yang

sehat.

Contoh : kewajiban memberikan donasi untuk badan amal tiap akhir tahun dan kewajiban

member hadiah kepada penduduk yang tinggal di sekitar pabrik karena ketidaknyamanan

yang ditimbulkannya.

         Keharusan Bergantung atau bersyarat

Keharusan yang pemenuhannya tidak pasti karena bergantung pada kejadian masa datang

atau terpenuhinya syarat – syarat tertentu dimana datang.

3.      Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu

Sama seperti definisi aset, criteria ini sebenarnya menyempurkan criteria keharusan sekarang

dan sekaligus sebagai tes pertama pengakuan suatu pos sebagai kewajiban tetapi tidak cukup

untuk mengakui secara resmi dalam system pembukuan. Untuk mengakui sebagai kewajiban,

selain definisi, criteria yang lain seoerti keterukuran, keberpautan, dan keterandalan juga

harus dipenuhi. Transaksi atau kejadian masa lalu adalah criteria untuk memenuhi definisi

tetapi bukan criteria untuk pengakuan. Jadi, adanya pengorbanan manfaat ekonomik masa

datang tidak cukup untuk mengakui suatu objek ke dalam kewajiban kesatuan usaha untuk

dilaporkan via statemen keuangan.

Page 3: Bab 7 Kewajiban

Hak – Kewajiban Tak Bersyarat

Konsep hak – kewajiban tak bersyarat menyatakan bahwa walaupun kontrak telah

ditandatangani, salah satu pihak tidak mempunyai kewajiban apapun sebelum pihak lain

memenuhi apa yang menjadi hak pihak lain. Jadi, konsep hak – kewajiban tak bersyarat

menyatakan “tidak ada hak tanpa kewajiban dan sebaliknya tidak ada kewjiban tanpa hak.

Kontrak – kontrak semacam ini dikenal dengan nama kontrak saling – mengimbangi tak

bersyarat atau kontrak eksekuatori.

Contoh : bila seseorang pembeli menandatangani order pembelian, pada saat itu pembeli

tidak mempunyai kewajiban apapun sampai barang yang dipesan datang dan dikuasai

pembeli walaupun jenis, kuantitas, harga, waktu pengiriman barang sudah jelas.

Masalah timbul dalam kontrak pembelian yang tidak dapat dibatalkan. Ada dua pendapatan

mengenai hal ini, pendapat pertama tetap memperlakukan kontrak tersebut sebagai

eksekutori.sehingga kewajiban tidak perlu diakui. Alasannya, aset atau manfaat ekonomik

masa datang belum dikuasai secara nyata. Pendapatan kedua, menganjurkan bahwa

kewajiban diakui pada saat penandatanganan kontrak bersamaan dengan aset yang terlibat.

Alasannya pada saat itu, pada dasarnya ketiga criteria kewajiban telah di penuhi.

Transaksi atau kejadian yang dapat dijadikan dasar untuk menandai saat, titik, atau tanggal

pengakuan hak dan kewajiban dalam suatu kontrak. Hukum perikatan atau kontrak juga

cukup kompleks untuk menentukan timbulnya hak dan kewajiban yuridis. Dalam Most

menunjukkan bahwa titik atau saat tersebut dapat berupa :

1.      Tanggal kontraj ditandatangani

2.      Tanggal objek kontrak telah diperoleh salah satu pihak

3.      Tanggal objek kontrak telah siap digunakan oleh salah satu pihak

4.      Tanggal objek kontrak telah dipisahkan untuk digunakan oleh pihak lain

5.      Tanggal objek kontak telah diserahkan

6.      Tanggal telah diterima / dibayarnya uang muka, bila ada

7.      Dalam kasus kontrak konstruksi jangka panjang :

a. Suatu titik selama konstruksi berjalan

b. Pada saat konstruksi dimulai

Saat penentuan transaksi masa lampau perlu dipertimbangkan dengan seksama

memperhatikan kondisi yang melingkupi suatu kontrak. Most mengemukakan hal yang harus

dipertimbangkan untuk memilih saat yang tepat :

Page 4: Bab 7 Kewajiban

a. Pemenuhan definisi aset dan kewajiban

b. Kekuatan mengikat yaitu seberapa kuat bahwa pelaksanaan kontrak tidak dapat

dibatalkan

c. Kebermanfaatan bagi keputusan

Karakteristik PendukungFASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung yaitu :

1.      Keharusan membayar kas

Pelunasan kewajiban pada umumnya dilakukan dengan pembayaran kas.

Esensi kewajiban lebih terletak pada pengorbanan manfaat ekonomik masa datang daripada

terjadinya pengeluaran kas. Adanya pengeluaran kas merupakan hal penting untuk

mengaplikasikan definisi kewajiban karena dua hal :

a. Sebagai bukti adanya suatu kewajiban

b. Sebagai pengukur atribut atau besarnya kewajiban yang cukup objektif

2.      Identitas terbayar jelas

Bila identitas terbayar sudah jelas, hal tersebut hanya menguatkan bahwa kewajiban memang

ada tetapi untuk menjadi kewajiban identitas terbayar tidak harus dapat ditentukan pada saat

keharusan terjadi.

Jadi, yang penting adalah bahwa keharusan sekarang pengorbanan sumber ekonomik dimasa

datang telah ada dan bukan siapa yang harus dilunasi atau dibayar. Akan tetapi, pada saat

pelunasan kewajiban, terbayar dengan sendirinya harus teridentifikasi.

3.      Berkekuatan hukum

Keharusan melakukan pengorbanan manfaat ekonomik masa deatang tidak harus timbul dari

desakan pihak eksternal tetapi dari minat atau kebijakan internal manajemen. Itulah sebabnya

kewajiban mencakupi pengorbanan sumber ekonomik masa depan yang timbul akibat

keharusan konstruktif dan demi keadilan. Main pihak lain seperti utang usaha tidak harus di

dukung oleh dokumen yang berkekuatan hukum atau mempunyai daya paksa secara hukum

untuk memenuhi definisi kewajiban. Akan tetapi, demi keadilam dan kewajaran, perusahaan

harus membayar utang usaha tersebut. Pendapatan sewa tak terhak, laba kotor tangguhan, dan

beberapa pos lain yang timbuk dalam penyesuaian akhir tahun memenuhi criteria sebagai

kewajiban meskipun tidak dilandasi oleh daya paksa secara hukum dan bahkan bukan

merupakan keharusan pengorbanan sumber ekonomik. Itulah sebabnya, definisi kewajiban

APB memasukkan beberapa pos kredit tangguhan yang non keharusan sebagai kewajiban.

Page 5: Bab 7 Kewajiban

Laba kotor tangguhan adalah contoh kredit tangguhan yang bukan keharusan. Pos kredit

tangguhan yang merupakan keharusan misalnya adalah kredit pajak tangguhan.

Pengakuan, Pengukuran, dan PenilaianSebagai bayangan cermin aset, kewajiban juga harus diukur dan diakui pada saat

terjadinya. Kalau aset diukur atas dasar penghargaan sepakatan (kos), demikian juga

kewajiban. Jadi, kos sebagai pengukur tidak hanya diterapkan untuk aset pada saat

pemerolehan tetapi juga untuk kewajiban pada saat terjadinya. Sebagai ketentuan umum,

pengukuran kewajiban harus sejalan dengan pengukuran aset yang berkaitan.

Kalau aset yang direprentasi oleh kos mengalami tiga tahap perlakuan (pemerolehan,

pengolahan, dan penyerahan), kewajiban sebenarnya juga mengalami tiga tahap perlakuan

yaitu: penanggungan (pengakuan terjadinya), penelusuran, dan pelunasan (penyelesaian).

Dalam hal kewajiban, penelusuran berarti penentuan status dan jumlah rupiah (kos)

kewajiban pada setiap saat. Penentuan kos setiap saat (termasuk pada tanggal neraca) dapat

disebut dengan penilaian kewajiban.

PengakuanPada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat

transaksi yang sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu keharusan harus dievaluasi atas

dasar kaidah pengakuan (recognition rules). kriteria pengakuan lebih berkaitan dengan

pedoman umum dalam rangka memenuhi karakteristik kualitatif informasi sehingga elemen

statemen keuangan hanya dapat diakui bila kriteria definisi, keberpautan, keterandalan, dan

keterukuran dipenuhi. Kriteria umum ini tidak operasional sehingga diperlukan kaidah

pengakuan sebagai penjabaran teknis kriteria pengakuan umum. Dalam hal kewajiban, kaidah

pengakuan berkaitan dengan saat atau apa yang menandai bahwa kewajiban dapan diakui

(dibukukan). Empat kaidah pengakuan untuk menandai pengakuan kewajiban yaitu:

1.      Ketersediaan dasar hukum

Kaidah ini terkait dengan kualitas keterandalan dan keberpautan informasi. Faktur pembelian

(invoice) dan tanda penerimaan barang (receiving report) merupakan dasar hukum yang

cukup meyakinkan untuk mengakui kewajiban. Telah disebutkan bahwa ketersediaan dasar

hukum yang menimbulkan daya paksa hanya merupakan karateristik pendukung definisi

kewajiban. Jadi, kaidah ini tidak mutlak sehingga kewajiban juga dapat diakui bila terdapat

bukti substantif adanya keharusan konstruktif atau demi keadilan.

Page 6: Bab 7 Kewajiban

2.      Keterterapan konsep dasar

Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria keterandalan. Keadaan-keadaan tertentu

yang menjadikan konsep konservatisma terterapkan dapat memicu pengakuan kewajiban.

Implikasi dianutnya konsep konservatisma adalah rugi dapat segera diakui tetapi tidak

demikian dengan untung. Ini berarti kewajiban dapat diakui segera sedangkan aset tidak.

3.      Ketertentuan substansi ekonomik transaksi

Kaidah ini berkaitan dengan masalah relevansi informasi. Utang sewaguna (lease obligations)

dapat diakui pada saat transaksi meskipun tidak ada transfer hak milik dalam transaksi

sewaguna tersebut. Dalam hal ini, kewajiban dapat atau bahkan harus diakui kalau secara

substantif sewaguna tersebut sebenarnya adalah pembelian angsuran (yaitu memenuhi salah

satu kriteria kapitalisasi).

4.      Keterukuran nilai kewajiban

Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai kualitas keterandalan informasi.

Definisi kewajiban mengandung kata cukup pasti (probable) yang mengacu tidak hanya pada

terjadinya pengorbanan sumber ekonomik masa datang tetapi juga pada jumlah rupiahnya.

Yang menjadi masalah teknis adalah kapan keempat kaidah diatas dipenuhi. hal ini

berkaitan dengan penentuan saat (timing) pengakuan kewajiban. Pada umumnya saaat

pengakuan terjadi sangat jelas karena kebanyakan kewajiban timbul dari kontrak yang

menyebutkan secara tegas saat mengikatnya kontrak, jumlah rupiah pembayaran kewajiban,

dan saat pembayaran. Akan tetapi, untuk beberapa kasus, jumlah rupiah (kos) kewajiban

bergantung pada kejadian dimasa datang meskipun cukup pasti bahwa keharusan membayar

dimasa datang tidak dapat dihindari. Saat-saat mengakui kewajiban yaitu:

a.       Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah mengikat.

Dalam hal kontrak eksekutori, pengakuan menunggu sampai salah satu pihak memanfaatkan/

menguasai manfaat yang diperjanjikan atau memenuhi kewajibannya (to perform).

b.      Bersamaan dengan pengakuan biaya bila barang dan jasa yang menjadi biaya belum dicatat

sebagai aset sebelumnya.

c.       Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk menggunakan

barang dan jasa diperoleh.

Page 7: Bab 7 Kewajiban

d.      Pada akhirnya periode karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian.

Pengakuan ini menimbulkan pos utang atau kewajiban akrual (accrued liabilities).

Pengakuan Kewajiban BergantungUntuk keharusan bergantung (khususnya rugi bergantung yang menimbulkan

kewajiban), kaidah pengakuan keempat (keterukuran nilai kewajiban) dan pasti tidaknya

pengorbanan sumber ekonimik masa datang akan terjadi menimbulkan masalah pengakuan.

Kewajiban kontraktual, konstuktif , dan demi keadilan dalam beberapa kasus juga bersifat

bergantung terutama bila kewajiban tersebut melibatkan penaksiran jumlah masa datang yang

merugikan. FSAB memberikan contoh keadaan-keadaan kebergantungan rugi (loss

contingencies) yang berpontensi memicu pengakuan kewajiban sebagai berikut:

a.       Ketertagihan piutang usaha.

b.      Keharusan berkaitan dengan jaminan produk dan kerusakan produk.

c.       Resiko rugi atau kerusakan properitas (fasilitas) kesatuan usahan akibat kebakaran, ledakan,

dan bahaya lainnya.

d.      Ancaman pengambilalihan aset oleh pemerintah.

e.       Persengketaan yang memberatkan atau menunggu keputusan.

f.       Klaim atau pungutan yang telah diajukan/dikenakan atau yang mungkin (possible) terjadi.

g.      Resiko rugi akibat bencana yang ditanggung oleh perusahaan asuransi kerugian dan

kecelakaan dan perusahaan reasuransi.

h.      Jaminan terhadap utang pihak lain.

i.        Keharusan bank komersial dalam ikatan standby letters of credit.

j.        Perjanjian untuk membeli kembali piutang atau aset yang terkait yang telah dijual.

FSAB menetapkan bahwa rugi taksiran yang dapat terjadi kebergantungan rugi harus

diakru (to be accrued) dengan membebankannya ke pendapatan (sebagai biaya atau rugi) bila

kedua kondisi berikut dipenuhi:

a.       Informasi yang tersedia sebelum penerbitan statemen keuangan menunjukkan bahwa suatu

aset cukup pasti telah turun nilainnya (impaired) atau suatu kewajiban cukup pasti telah

terjadi pada tanggal statemen keuangan. Pada tanggal statemen keuangan harus sudah dapat

disimpulkan bahwa kewajiban atau beberapa kejadian, yang menegaskan adanya rugi, cukup

pasti (probable) akan terjadi.

b.      Jumlah rupiah rugi dapat diestimasi dengan cukup tepat (reasonably estimated).

Page 8: Bab 7 Kewajiban

Bila kondisi diatas tidak dipenuhi, jumlah rupiah rugi potensial harus tetap

diungkapkan dengan menjelaskan sfat dan implikasi kebergantungan tersebut. Ketentuan

tentang dpat diakrunya rugi potensial sebelum kejadian yang menegaskan terjadi dilandasi

oleh interpretasi tentang makna kewajiban dan asset serta konsep dasar penandingan

(matching) dan konservatisma.

PengukuranPengakuan dilakukan setelah suatu kewajiban terukur dengan cukup pasti. Penentuan

kos kewajiban pada saat terjadi paralel dengan pengukuran asset. Terjadinya kewajiban pada

umumnya disertai dengan pemerolehan asset atau timbulmnya biaya. Pemerolehan asset

dapat berupa penguasaan barang dagangannya atau asset nonmoneter lainnya yang terjadi

dari transaksi pembelian. Pemerolehan asset dapat juga berupa kas yang terjadi dari transaksi

peminjaman (penerbitan obligasi) atau penerimaan uang muka untuk barang atau jasa. Oleh

karena itu pengukur yang paling objektif untuk menentuka kos kewajiban pada saat

terjadinya adalah penghargaan sepakatan (meansured considerations) dalam transaksi-

transaksi tersebut dan bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa datang. Hal ini

berlaku khususnya untuk kewajiban jangka panjang.

Untuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup material

sehingga jumlah rupiah kewajiban yang diakui akan sama denga jumlah rupiah pengorbanan

sumber ekonimik (kas) masa datang. Dengan kata lain, untuk kewajiban jangka pendek, kos

pendanaan (financing cost) atau kos penundaan (bunga sebagai nilai waktu uang) dianggap

material.

Penghargaan sepakatan suatu kewajiban merefleksi nilai setara tunai atau nilai

sekarang (current value) kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik

seandainya kewajiban dilunasi pada saat terjadinya. Dengan demikian, bisnis pencatatan

kewajiban adalah nilai setara tunai bukan nilai nominal utang.

Kewajiban Dalam Pembelian KreditDasar pengukuran asset yang paling objektif adalah kos tunai (cash cost) atau kos

tunai implicit (implied cash cost). Karena kewajiba merupakan bayanga cermin asset,

pengukurannya juga mengikuti pengukuran asset.

Misalnya suatu perusahaan menandatangani kontrak pembelian mesin. Perusahaan

menyepakati harga kontrak mesin Rp 1.600.000 dan dibayar dalam delapan kali angsuran tiap

Page 9: Bab 7 Kewajiban

akhir triwulan sebesar Rp 200.000 tanpa menyebutkan adanya bunga secara eksplisit. Dalam

kasus ini sebenarnya harga nominal (kontrak) tersebut melebihi kos tunai implicit yaitu

jumlah rupiah yang diperlukan seandainya pembelian dilakukan secara tunai. Kalau mesin

tersebut dapat diperoleh juga dari toko yang sama dengan harga tunai Rp 1.465.000 maka

jumlah rupiah ini kos tunai implicit sedangkan selesih sebesar Rp 135.000 adlah setara

dengan bunga dan harus dibebankan terhadap pendapatan selama jangka waktu kontrak.

Bunga ini akhirnya akan menjadi biaya yang sesungguhnya terjadi atau nyata dan buka bunga

hipotetis. Dengan demikian, secara konseptual kewajiban harus diakui pada saat transaksi

sebagai berikut:

                        Mesin……………………  1.465.000

                             Utang usaha……………..  1.465.000

Secara teknisi pembukuan, dapat saja jumlah rupiah bunga dicatat untuk kepentingan internal

dan jumlah utang dicatat sebesar nominalnya sebagai berikut:

                        Mesin……………………….1.465.000

                        Bunga Tangguhan…………..135.000

                             Utang usaha…………………1.600.000

Bila cara diatas dilakukan, pelaporan kewajiban harus tetap menunjukkan nilai tunai

implisitnya dengan cara mengurangkan bunga tangguhan terhadap utang usaha. Bunga

tangguhan tidak dilaporkan sebagai asset. Kalau asset dan kewajiban dicatat dan dilaporkan

sebesar Rp 1.600.000 jelas kos asset dan kewajiban tercatat terlalu tinggi. Walaupun

demikian, kalau jangka waktu kontrak adalah pendek maka jumlah kelebihan kos adalah kecil

dan dapat diabaikan atas dasar konsep materialistas.

Diskon dan Premium Utang ObligasiNilai nominal atau jatuh tempo utang obligasi sering dianggap sebagai jumlah rupiah

kesepakatan pada saat penerbitan obligasi baik bagi penerbit maupun kreditor. Dasar

pengukuran demikian sebenarnya tidak tepat. Untuk suatu kontrak utang dengan ketentuan

pembayaran bunga periodik dan pokok pinajaman pada akhir jangka kontrak, pengukuran

jumlah rupiah (kos) utang dan asset untuk dasar pencatatan pertama kali yang tepat adalah

kos tunai implicit.

Dalam hal obligasi jangka panjang, jumlah rupiah uang yang diterima oleh penerbit

dan yang dibayarkan oleh kreditor pada saat penerbitan hanyalah merupakan bagian kecil dari

jumlah rupiah pembayaran masa datang (bunga periodik dan nominal obligasi). Pembayaran

Page 10: Bab 7 Kewajiban

masa datang ini sebenarnya terdiri atas dua unsure yaitu 1. Nilai sekarang pembayaran bunga

periodik dan nilai sekarang nominal obligasi dan 2. Bunga efektif yang terlibat dalam

penentuan harga obligasi tersebut.

Makna Harga Efektif ObligasiSegera setelah transaksi terjadi maka “kesepakatan” dalam hubungannya dengan

obligasi tersebut mulai menunjukkan makna yang sebenarnya. Dengan telah mulai

berjalannya kesepakatan dalam transaksi obligasi diatas, bunga Rp. 100.000 tiap tahun mulai

terhimpun dan dibayar secara periodik sampai jauh tempo. Bersamaan dengan itu, jumlah

rupiah utang obligasi yang mula-mula tercatat akan berangsur-angsur berubah (bertambah)

menuju jumlah rupiah nilai jatuh tempo atau nominal.

Diskon ObligasiDiskon obligasi yang belum diamortisasi bukan merupakan suatu rugi karena asset

yang diperoleh sebelumnya tidak ada yang berkurang atau menguap (dissipation).

Diskon obligasi sebenarnya merupakan bunga yang “belum dibayar”, yaitu bagian bunga

efektif total yang baru akan dibayar pada saat utang obligasi jatuh tempo.

Premium ObligasiSejalan dengan penalaran makna diskon obligasi yang dilandasi konsep dasar

penghargaan sepakatan, dapat disimpulkan bahwa premium yang dibayarkan investor untuk

obligasi merupakan unsure dari jumlah rupiah utang perusahaan. Bersamaan denga

berjalannya waktu mendekati jatuh tempo, jumlah rupiah bagian utang yang merupakan

premium harus diamortisasi secara sistematik dengan cara memisahkan dari penghargaan

sepakatan bagian yang diperhitungkan sebagai pembayaran “bunga” periodik. Mengartikan

premium obligasi sebagai “pendapatan tangguhan” (defferend income) jelas tidak tepat

karena secara konseptual pendapatan atau laba tidak timbul dari proses pemerolehan utang.

Pendapatan hanya timbul dari kegiatan pembentukan pendapatan (earning process). Atas

dasar konsep kontinuitas usaha, premium obligasi yang belum diamortisasi adalah benar-

benar merupakan utang dan jumlah amortisasi periodik adalah merupakan penyesuaian

(pengurang) terhadap biaya bunga dan bukannya merupakan elemen pendapatan. Tanpa

peneysuaian ini biaya bunga periodik akan menjadi tersaji lebih (overstated).

Page 11: Bab 7 Kewajiban

Dari segi yudiris, utang memang harus diukur sebesar nilai nomnalnya karena kalau

terjadi likuidasi hak menerima pelunasan yang melekat pada investor adalah sebesar nominal.

Pandangan yudiris yang tidak memperhatikan diskon dilandasi konsep pengukuran dengan

asumsi perusahaan likuidasi. Dalam keadaan likuidasi atau reorganisasi memang dapat

dijustifikasi pengukuran dengan menggunakan konsep yang berbeda dengan akuntasi. Akan

tetapi, secara umum akuntansi tidak harus mendasarkan diri pada konsep tersebut.

Kewajiban Moneter dan NonmoneterKewajiban moneter adalah kewajiban yang pengorbanan sember ekonomik masa

datangnya berupa kas dengan jumlah rupiah ada saat yang pasti baik jumlah tunggal maupun

beberapa pembayaran secara berkala. Untuk kewajiban moneter jangka pendek, kewajiban

dapat diukur atas dasar nilai nominal (face value) berdasarkan konsep dasar materialitas.

Termasuk dalam pengertian kewajiban moneter adalah penerimaan dimuka (advances) yang

akan dikompensasi dengan pembelian barang dan jasa dimasa datang. Disebut kewajiban

moneter karena kalau pembelian barang dan jasa batal, uang muka tersebut harus

dikembalikan.

Kewajiban nonmoneter adalah keharusan untuk menyediakan barang dan jasa dengan

jumlah saat yang cukup pasti yang bisanya timbul karena penerimaan pembayaran dimuka

untuk barang dan jasa tersebut. Bila pembayaran dimuka penuh, kewajiban nonmoneter harus

diukur atas dasar pembayaran tersebut yang menunjukkan harga yang disepakati untuk

barang dan jasa. Pembayaran penuh dimuka tersebut sebenarnya mereprentasikan jumlah

untuk menutup kos barang dan jasa yang akan diserahkan dan laba. Jumlah yang digunakan

untuk menutup kos itulah yang murni merupaka kewajiban sedangkan jumlah untuk menutup

laba merupakan laba tangguhan (deferred income) yang tidak dapat disebut kewajiban karena

tidak memenuhi definisi kewajiban.

Bila kos barang dan jasa merupakan unsure yang dominan, pembayaran dimuka dapat

dianggap seluruhnya menimbulkan kewajiban (sebagai kewajiban lancar). Aka tetapi, kalau

kos merupakan unsure yang kecil dari seluruh harga jual barang dan jasa, pembayaran

dimuka dapat dianggap seluruhnya menumbulkan kredit atau pendapatan tagguhan atau

pendapatan tak terhak (unearned revenues) yang merupakan kewajiban non keharusan.

Perlakuan ini secara konseptual lebih didukung daripada pemisahan uang muka menjadi

komponen kos (merepresentasi kewajiban) dan laba. Arugumen yang didukung yaitu:

Page 12: Bab 7 Kewajiban

a.       Keharusan menyerahkan barang dan jasa merupakan bagian dari operasi perusahaan secara

keseluruhan sehingga barang dan jasa dinyatakan dalam harga jual dari kaca mata kedua

pihak yang bertransaksi. Dengan demikian, pembayaran dimuka merupakan pendapatan

tangguhan yang menunggu penyerahan barang bukan jumlah untuk menutup kos barang dan

jasa.

b.      Sebagai bagian dari operasi perusahaan secara keseluruhan, penerimaan uang muka lebih

tepat bila diperlakukan seluruhnya sebagai kewajiban. Ini merupakan konsekuensi argument

a diatas.

c.       Laba secara automatis tercipta pada saat pendapatan telah diakui sehingga pemisahan antara

kewajiban dan laba tangguhan tidak ada manfaatnya karena keduanya sama-sama akan

dilaporkan disisi kredit dan bersifat kewajiban yang keduanya terselesaikan pada saat barang

atau jasa telah diserahkan.

d.      Kas yang diterima tidak dapat dikaitkan dengan kos penyediaan barang/produk dan jasa yang

diberi uang muka karena beberapa komponen produk atau jasa pada umumnya sudah

diperoleh perusahaan bahkan beberapa komponen mungkin belum diperoleh perusahaan pada

saat penerimaan uang muka.

e.       Penyerahan barang merupakan saat yang kritis untuk mengakui pendapatan daripada saat

penerimaan kas sehingga laba tidak dapat diakui pada saat penerimaan kas. Jadi, percuma

saja untuk memisahkan uang muka untuk mereprentasi kos dan laba.

PenilaianKalau pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang (the value of

current obligation) pada saat terjadinya, penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan

sekarang pada setiap saat antara terjadinya kewajiban sampai dilunasinya kewajiban. Makin

mendekati saat jatuh tempo, nilai kewajiban akan makin mendekati nilai nominal (face value)

kewajiban.

Penilaian kewajiban pada saat tertentu adalah penentuan jumlah rupiah yang harus

dikorbankan seandainya pada saat tersebut kewajiban harus dilunasi. Dengan kata lain,

penilaian adalah penentuan nilai sekarang kewajiban. Untuk kewajiban moneter, nilai

sekarangnya biasanya ditentukan atas dasar aliran kas keluar dimasa dtang didiskonan dengan

tingkat  bunga pasar sebagai tarif diskon.

Pelunasan

Page 13: Bab 7 Kewajiban

Pelunasan adalah tindakan atau upaya yang segaja dilakukan oleh kesatuan usaha

untuk memenuhi (to satisfy) kewajiban pada saatnya dan dalam kondisi normal usaha (in due

course of business) sehingga bebas dari kewajiban tersebut. Pelunasan biasanya merupakan

pemenuhan secara langsung kepada pihak yang berpiutang. Pelunasan menjadikan kewajiban

tersebut hapus, tiada, atau lenyap (extinguished) secara langsung (kewajiban langsung

didebit).

Perlunasan secara langsung disebut juga perlunasan secara yudiris karena kewajiban

kepada pihak yang berpiutang secara yudiris hapus melalui transaksi langsung yang benar-

benar terjadi. Perlunasan secara tidak langsung terjadi apabila kesatuan usaha melakukan

tindakan yang mengarah ke perlunasan misalnya dengan pembentukan dan khusus untuk

perlunasan (sinking fund) baik dikelola sendiri atau melalui wali amanat (trust agency).

Pembentukan atau penyisihan dana semacam ini menjadikan kesatuan usaha secara substantif

menempati keadaan yang disebut pembatalan atau pembebasan secara substansif (in

substance defeasance).

Masalah akuntansi ysng berkaitan dengan perlunasan langsung maupun tidak

langsung adalah penentuan kapan kewajiban telah dapat dikatakan hapus atau lenyap

sehingga jumlah rupiahnya dapat diakui dari sistem pembukuan. FSAB memberikan

pedoman tentang saat pelenyapan (extiguishment) kewajiban. Pada mulanya FSAB

menentukan criteria lenyapan suatu kewajiban sebagai berikut:

a.       Debitor membayar/melunasi kreditor dan bebas dari semua keharusan yang berkaitan dengan

utang.

b.      Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung utang utama baik

oleh keputusan pengadilan maupun oleh kreditor dan dapat dipastikan bahwa debitor tidak

akan diharuskan untuk melakukan pembayaran dimasa datang yang berkaitan dengan utang

dengan penjaminan dalam bentuk apapun.

c.       Debitor menaruh kas atau asset lainnya yang tidak dapat ditarik kembali dalam suatu

perwalian yang semata-mata digunakan untuk perlunasan pembayaran bunga serta pokok

suatu pinjaman tertentu dan sangat kecil kemungkinan bagi debitor untuk diharuskan lagi

melakukan pembayaran dimasa dtang yang berkaitan dengan pinjaman tersebut.

FSAB berargumen pendekatan ini tidak tepat sebagai basis untuk pengembangan

standar yang berkaitan dengan peleyapan dan pengakuan kewajiban. Dengan pendekatan ini,

transaksi-transaksi yang tidak cukup mempunyai substansi ekonomik dapat membenarkan

pengakuan kewajiban dan pengakuan untung yang dipandang FSAB tidak menyimbolkan

secara tepat realitas kegiatan yang ada. FSAB menerapkan pendekatan komponen-keuangan.

Page 14: Bab 7 Kewajiban

Dengan pendekatan ini, berbagai transaksi yang berkaitan dengan suatu kewajiban tertentu

dapat dianggap terpisah dan independen sehingga berbagai asset atau kewajiban yang terlibat

harus diperlakukan sebagai komponen-komponen terpisah. FSAB menetapkan bahwa suatu

kewajiban dapat dikatakan lenyap kalau salah satu dari kondisi berikut dipenuhi:

a.       Debobitor membayar kreditor dan terbebaskan dari keharusan yang melekat pada kewajiban.

Membayar kreditor mencakupi penyerahan kas, asset financial lain, barang, atau jasa atau

penebusan sekuritas utang oleh debitor untuk menghapus utang atau untuk menahannya

sebagai utang obligasi treasuri.

b.      Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung utang utama baik

oleh keputusan pengadilan maupun kreditor.

Transfer Aset FinansialUntuk melunasi kewajiban, suatu entitas dapat mentransfer asset financial termasuk

kas, barang, atau jasa.  Bila kewajiban telah dilunasi dengan mentransfer secara penuh kas,

barang, atau jasa ke debitor maka pada saat itu pelunasan dianggap tuntas. Debitor tidak lagi

terlibat dengan asset atau kreditor secara financial. Perlunasan kewajiban dengan asset

financial juga dapat bersifat tuntas bila penyerahan asset financial bersifat tak bersyarat dan

dianggap sebagai penjualan. Artinya, asset finasial dianggap dijual secara tunai dan kas yang

diterima seketika itu pula dianggap untuk melunasi kewajiban.

Kalau pelunasan kewajiban dilakukan dengan transferan asset financial yang

menimbulkan keterlibatan berlanjut (continuing involvement) pentransferan (transferor) 

dengan asset transferan (transferred assets) atau tertransfer (transferee). Dalam hal ini

kewajiban tidak lenyap secara tuntas atau ada kewajiban baru yang berkaitan dengan asset

transferan.

Perlunasan Sebelum Jatuh TempoBila kewajiban dilunasi pada saat jatuh tempo, nilai jatuh tempo (nominal) dengan

sendirinya merefleksi nilai sekarang (saat pelunasan) kewajiban sehingga tidak ada selisih

antara jumlah rupiah yang dibayar dan nilai nominal. Nilai jatuh tempo juga akan sama

dengan nilai buku atau nilai bawaan (carrying value) kewajiban karena proses amortisasi

selisih antara nominal dan nilai pasar pada saat penerbitan utang (misalnya obligasi). Selama

beredar, nilai pasar atau nilai sekarang kewajiban berfluktuasi mengikuti tingkat bunga yang

berlaku tetapi pada umumnya fluktuasi tersebut tidak diakui dalam pembukuan debitor.

Page 15: Bab 7 Kewajiban

Penarikan kembali obligasi yang beredar adalah suatu transaksi yang mempengaruhi

kontrak debitor atau kreditor tetapi transaksi ini sangat berbeda dengan transaksi aliran

kegiatan operasi dan transaksi penggunaan asset (investasi). Dengan demikian, terdapat

pandangan bahwa untung atau rugi yang berasal dari transaksi tersebut harus dilaporkan

sebagai suatu penyesusian modal. Bergantung pada sifatnya untung atau rugi dapat

dilaporkan sebagai pos diner atau pos ekstraordiner. Kriteria untuk menentukan hal ini adalah

apakah pos tersebut merupakan akibat dari transaksi atau kejadian yang mempunyai sifat

sebagai berikut:

a.       Sangat berbeda dengan kegiatan operasi rutin kesatuan usaha

b.      Tidak diharapkan akan sering terjadi

c.       Berpengaruh material terhadap operasi perusahaan secara keseluruhan

APB berargumen bahwa sifat semula pelunasan utang sebelum jatuh tempo pada

dasarnya sama. Untuk perlunasan dengan pendanaan sebenarnya terdapat tiga perlakuan

alternative untuk selisih yaitu:

a.       Selisih diamortisasi selama sisa umur semula utang yang ditarik kembali

b.      Selisih diamortisasi selama umur utang baru yang diterbitkan

c.       Selisih diakui pada saat penarikan dan dilaporkan distatemen laba rugi tahun bersangkutan

Perlunasan utang sebelum jatuh tempo sama sifatnya dengan perlunasan pada saat

jatuh tempo tanpa memperhatikan cara untuk melaksanakan hal tersebut (dengan pendanaan

kembali atau tidak). Untung atau rugi dapat dilaporkan sebagai pos ordiner atau ektraordiner

tergantung pada penilaian terhadap kondisi yang melingkupi transaksi.

Utang TerkonversiInstrument financial pada dasarnya merupakan alat pembayaran atau pinjaman

sehingga dapat digunakan oleh pemegangnya untuk melunasi utang. Utang terkontroversi

atau convertible (convertible debt) merupakan salah satu instrument financial tersebut.

Sekuritas utang semacam ini biasanya mempunyai status sebagai kewajiban dan ekuitas

sekaligus. Artinya, pemegang instrument mempunyai hak istimewa untuk mengubah status

utang menjadi ekuitas setiap saat selama hak tersebut masih berlaku (belum habis). Instumen

semacam ini merupakan salah satu bentuk dari apa yang disebut sekuritas hibrida (hybrid

securities).

Contoh yang paling sering dijumpai dalam praktik adalah obligasi terkonversi. Obligasi

terkontroversi pada umumnya diterbitkan untuk menarik para investor karena mereka dapat

Page 16: Bab 7 Kewajiban

menggeser resiko atau mengubah status sekuritas menjadi lebih menguntungkan. Hak

konversi digunakan untuk menarik investor untuk mengimbangi tingkat bunga nominal yang

terlalu rendah dibandingka tingkat bunga umum. Harga perdana biasanya jauh lebih tinggi

dari obligasi biasa dengan tingkat resiko yang sama. Jadi, investor bersedia membeli hak

konversi dalam bentuk bunga yang lebih rendah dari bunga obligasi setara yang dijual secara

terpisah. Obligasi terkonversi biasanya mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1.      Tingkat bunga nominal jauh dibawah tingkat bunga pasar untuk obligasi biasanya yg setara

2.      Harga konversi yang ditetapkan lebih tinggi dari harga pasar saham biasa

3.      Harga konversi tidak pernah menurun selama masa hak konversi kecuali karena penyesuaian

yang diperlukan akibat pengambilan hak yang melekat pada saham biasa seperti dalam hal

terjadi poemecahan saham atau dividen saham

Hal diatas menjadi karakteristik obligasi terkontroversi karena pada umumnya

perusahaan penerbit merupakan perusahaan yang agresif dan sedang berkembang sehingga

memerlukan dana yang cukup murah. Bila prospek perusahaan sangat baik, obligasi

terkontroversi masih tetap menarik bagi investor. Walaupun harga konversi cukup tinggi pada

saat ditawarkan, pada saatnya harga saham dapat menjadi lebih tinggi dari harga konversi dan

prediksi kenaikan harga saham dapat menjadi cukup pasti memicu investor untuk

mengkonversi obligasinya. Karakteristik obligasi terkontroversi menimbulkan masalah

akuntansi pada saat pengakuan, pengkonversian, dan perlunasan.

Pendukung alokasi berargumen bahwa karena utang terkonversi mengandung sifat

utang dan ekuitas, kedua komponen harus diakui secara terpisah. Pandangan ini didasarkan

atas pemikiran sebagai berikut:

a.       Hak konversi mempunyai nilai ekonomik sehingga tidak berbeda dengan sifat hak opsi atau

waran. Oleh karena itu, nilai tersebut harus dilaporkan secara terpisah dengan nilai utang

sejalan dengan perlakua hak opsi atau waran. Analogi dengan goodwill, nilai hak konversi

secara logis juga harus dipisahkan. Bila tidak dipisahkan, akan terjadi inkonsistensi perlakuan

akuntansi.

b.      Pada saat penerbitan hak konversi atau nilai utang obligasi biasa (tanpa hak konversi) dapat

diukur secara cukup andal sehingga tidak ada kesulitan teknis untuk mengimplementasi

pemisahan tersebut. Nilai ionformasional pemisahan jauh lebih penting dari masalah

kepraktisan sehingga kepraktisan tidak relevan sebagai basis penolakan pemisahan.

c.       Tujuan penerbitan utang terkonversi yang sebenarnya adalah pendanaan dengan ekuitas.

Sifat utang semata-mata untuk melindungi investor dari keadaan jelek yang dapat menimpa

Page 17: Bab 7 Kewajiban

perusahaan (dalam likuidasi, utang diprioritaskan). Oleh karena itu, pelunasan utang bukan

merupakan hal yang diharapkan oleh penerbit.

Sementara itu, pendukung semata-mata utang mengajukan argument sebaliknya.

Dasar pikiran yang melandasi perlakuan sebagai utang semata-mata dapat dikemukakan

sebagai berikut:

a.       Utang obligasi terkonversi merupakan sekuritas hibrida sehingga harus dipandang sebagai

satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hak kontroversi tidak independen terhadap utang

obligasi.

b.      Penilaian hak konversi akan bersifat subjektif karena ketidakterpisahan kedua komponen

(utang dan hak konversi). Alasannya adalah adanya ketidakpastian dalam hal saat

pengambilan hak konversi dan nilai saham pada saat konversi. Kesulitan praktis akan lebih

terasa bila tidak ada sekuritas sejenis yang dijual secara bebas tanpa hak konversi.

Jadi, ketidakterpisahkan dan kepraktisan menjadi ladasan pikiran untuk memperlukan

utang terkonversi semata-mata sebagai utang. Hal ini menjadi bisnis opini APB yang

memandang nilai obligasi dan hak konversi sebagai satu kesatuan. Walaupun demikian, APB

lebih menekankan alasannya pada ketidakterpisahan daripada kepraktisan.

Perdebatan mengenai perlakuan sekuritas hibrida timbul karena pembedaan elemen

kewajiban dan ekuitas secara definisional sehingga selalu timbul masalah klasifikasi terhadap

sekuritas hibrida atau instumen keuangan. Salah satu pemecahan masalah ini adalah

mendefinisi ekuitas dalam arti luas yang mencangkupi utang/kewajiban kemudian

mengklasifikasi ekuitas menjadi beberapa kelas atas dasar hak-hak yang melekat pada tiap

kelas.

Masih ada masalah apabila instrument financial harus diakui dan dilaporkan via

statemen keuangan utama karena selain memenuhi definisi, suatu pos atau objek juga harus

memenuhi kriteria pengakuan yang lain yaitu terukur (meansureable), terandalkan (reliable),

dan berpaut (relevant). Oleh karena itu cara lain untuk mengatasi masalah instrument

keuangan adalah bukan dengan pengakuan melainkan dengan pengungkapan (disclosures). 

Pembebasan Substantif            Pada mulanya, FASB menetapkan bahwa kewajiban dapat dianggap lenyap bila

kreditor menaruh kas atau lainnya misalnya obligasi pemerintah yang tidak dapat ditarik

kembali dalam satu perwalian dan aliran kas dari aset tersebut akan cukup untuk pelunasan

pembayaran bunga serta pokok pinjaman.

Page 18: Bab 7 Kewajiban

Bila telah dicapai saat sehingga debitor sehingga tidak perlu lagi melakukan

pembayaran di masa datang yang berkaitan dengan pinjaman tersebut, maka pada saat

tersebut secara substansif debitor sudah bebas dari kewajiban sehingga dapat mengakui

kewajiban dan aset dalam perwalian meskipun utang belum jatuh waktu. Bila debitor

membentuk dana pelunasan utang obligasi, pada saat debitor sudah tidak perlu lagi

membayar atau menyetor kas ke dana tersebut karena kas yang telah disetor dan pendapatan

dari dana tersebut sudah pasti akan cukup untuk menutup utang pada saat jatuh tempo, maka

pada saat itu kewajiban debitor secara substantive dianggap lenyao meskipun kewajiban

belum jatuh tempo. Jadi, pada saat tidak ada lagi keharusan membayar, telah terjadi

pembebasan substantif.

Dalam standar ini FASB menegaskan bahwa pada saat terjadi pembebasan substantif,

kewajiban tidak dapat dihapus karena kejadian tersebut tidak memenuhi karakteristik atau

criteria kritis sebagai berikut :

a.       Debitor tidak hanya sendirinya menjadi bebas dari kewajiban secara hukum hanya lantaran

perusahaan menempatkan aset ke dalam suatu perwalian.

b.      Untuk pelunasan kewajiban, sumber dana tidak dibatasi hanya dari dana yang ditempatkan

dalam perwalian.

c.       Kreditor tidak mempunyai kekuasaan untuk menggunakan secara bebas aset dalam perwalian

dan juga tidak dapat menghentikan atau membatalkan perwalian tersebut.

d.      Kreditor ataupun agennya bukan merupakan pihak yang terikat dalam kontrak pembentukan

dana pembebasan utang.

Alasan lain yang sering dikemukakan adalah pengawakan kewajiban pada saat

tercapainya pembebasan substantive sama saja dengan mengkompensasi kewajiban dengan

aset. Kritik lain adalah pengawaakuan kewajiban pada saat terjadinya pembebasan

substantive dapat dimanfaatkan oleh debitor untuk melakukan manajemen laba dan

peningkatan kinerja secara kosmetik. Hal ini dapat dilakukan karena keuntungan bagi debitor

sebagai berikut :

a.       Kewajiban dihapus dari neraca sehingga rasio kewajiban – ekuitas membaik

b.      Laba tahun berjalan akan meningkat dengan jumlah untung yang terjadi dalam

pengawaakuan kewajiban

c.       Untung pengawaakuan kewajiban tidak dikenai pajak karena untung tersebut sebenarnya

belum terealisasi sehingga perusahaan dapat menghemat atau menunda pajak dan

meningkatkan profitabilitas secara cukup berarti pada saat pembebasan substantive

Page 19: Bab 7 Kewajiban

d.      Bila aset berupa obligasi pemerintah, perusahaan dapat menghemat pajak karena untuk

perhitungan pajak  pendapatan bunga obligasi pemerintah dapat dikompensasi oleh biaya

bunga utang

e.       Pembebasan substantive memungkinkan perusahaan untuk memperlakukan kewajiban

jangka seperti mengelola surat – surat berharga di sisi aset.

PenyajianSecara umum, kewajiban disajikan dalam neraca atas dasar urutan kelancarannya

sejalan dengan penyajian aset. PSAK No. 1 (pasal 39) menggariskan bahwa aset lancer

disajikan urut menurut urutan likuidiats sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh

tempo. Ini berarti kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka

panjang. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas

perusahaan.

            PSAK No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi criteria

sebagai kewajiban jangka pendek harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.

Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek bila (paragraph 44) :

a.       Diperkirkan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal opersi perusahaan

b.      Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca

Suatu kewajiban tetap dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang bila

kewajiban tersebut tidak akan dilunasi tetapi didanai kembali atau diperbarui. Paragraf 47

menyebutkan bahwa kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan sebagai

kewajiban jangka panjang, walaupun kewajiban tersebut akan jatuh tempo dalam jangka

waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca, apabila :

a.       Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan

b.      Perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan pendanaan jangka pnjang

Hak MengkompensasiAda kalanya hak mengontra diperbolehkan bila kondisi tertentu dipenuhi. kondisi ini

biasanya berkaitan dengan apa yang disebut sebagai kontrak bersyarat dan kontrak

pertukaran. Kontrak bersyarat adalah kontrak yang hak dan kewajibannya bergantung pada

timbulnya kejadian masa datang tertentu yang belum tentu terjadi dan dapat mengubah saat

penerimaan, penyerahan, atau pertukaran jumlah rupiah atau instrument keuangan. Contoh

kontrak ini adalah futures contracts dan forward purchase – sale contracts. Kontrak

Page 20: Bab 7 Kewajiban

pertukaran adalah kontrak yang mewajibkan adanya pertukaran aset dan kewajiban dimasa

datang dan bukan hanya transfer aset dari satu pihak aja. Contoh kontrak ini adalah interest

rate swaps dan currency swaps.

Dalam FASB Interpretation No. 39,45 FASB mendefinisi hak mengkompensasi

sebagai berikut (paragraph 5) :

Hak mengintra adalah hak yuridis debitor, lantaran kontrak antara lainnya, untuk menghapus

semua atau sebagian utang kepada pihak lain dengn cara mengkompensasi utang tersebut

dengan jumlah yang pihak lain berutang kepada debitor. Hak mengkompensasi dikatakan ada

bilamana semua kondisi berikut dipenuhi :

a.       Tiap pihak dari dua pihak yang berkontrak utang kepada yang lain suatu jumlah rupiah

tertentu

b.      Pihak pelapor mempunyai hak mengkompensasi jumlah yang diutangnya dengan jumlah

yang diutang pihak lain

c.       Pihak pelapor memang berniat untuk mengkompensasi

d.      Hak mengkompensasi terpaksakan secara hukum

Page 21: Bab 7 Kewajiban

KESIMPULAN

Kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu: pengorbanan

manfaat ekonomik masa datang, menjadi keharusan sekarang dan timbul akibat

transaksi atau kejadian masa lampau.

Pengertian kewajiban merupakan bayangan cermin pengertian asset. Transaksi atau

kejadian masa lalu menimbulkan penguasaan sekarang perolehan manfaat ekonomik masa

datang untuk asset sedangkan untuk kewajiban hal tersebut menimbulakn keharusan sekarang

pengorbanan manfaat masa datang.