bab 7 8

24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan merupakan suatu proses yang mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi lebih baik lagi. Prosesnya merupakan sebuah tinjauan menyeluruh dimana setiap ahli memiliki pandangan tertentu yang ideal menurut mereka. Komponen perancangan yaitu menetapkan fungsi arsitek sebagai perancang dan menerapkan pemecahan-pemecahan dari setiap permasalahan yang ada. Fungsi seperti membuat program, membuat rancangan bangunan, dilakukan oleh si arsitek. Pada awalnya perancangan dilakukan juga dalam pendidikan, dengan adanya beberapa sekolah arsitektur, sekolah seni. Yang notabene mengikuti mata pelajaran pokok dalam program perancangan yang sama. Contoh suatu pendidikan perancangan yang terpadu adalah Bauhaus. Sebuah sekolah perancangan yang didirikan pra Perang Dunia II di Jerman. Para mahasiswa baik dari arsitektur, seni lukis, seni tari, seni teater mendapatkan pengalaman dan perancangan dasar yang sama. Bauaus merupakan sebuah reaksi pendekatan tradisional arsitektur yang dipengaruhi sistem Beaux Arts Prancis. Sistem ini yang mendominasi pendidikan arsitektur saat itu. Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi perubahan sehingga mempengaruhi pendidikan. Kurangnya penekanan pada aspek rekayasa arsitektur untuk menanggapi kebutuhan pendidikan. Berkurangnya penekaan pada struktur, teknologi, juga terjadi. Adanya pengkajian terhadap perilaku manusia juga terjadi dalam perubahan saat ini yang kian pesat. Arsitek harus mengetahui perilaku manusia hubungannnya dengan lingkungan. Jadi, saat ini penekanan permasalahan pada pemecahan masalah yang kreatif. Saat ini perancangan dan prosesnya masih dilakukan secara aktif dalam dunia arsitektur. Mungkin hanya metodenya saja yang berbeda digunakan dalam masing-masing perancangan. Maka dari itu, kita sebagai calon arsitek hendaknya mengetahui perancanga dan

Upload: rachel-thomas

Post on 26-Dec-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asd

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 7 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perancangan merupakan suatu proses yang mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi lebih baik lagi. Prosesnya merupakan sebuah tinjauan menyeluruh dimana setiap ahli memiliki pandangan tertentu yang ideal menurut mereka. Komponen perancangan yaitu menetapkan fungsi arsitek sebagai perancang dan menerapkan pemecahan-pemecahan dari setiap permasalahan yang ada. Fungsi seperti membuat program, membuat rancangan bangunan, dilakukan oleh si arsitek.

Pada awalnya perancangan dilakukan juga dalam pendidikan, dengan adanya beberapa sekolah arsitektur, sekolah seni. Yang notabene mengikuti mata pelajaran pokok dalam program perancangan yang sama. Contoh suatu pendidikan perancangan yang terpadu adalah Bauhaus. Sebuah sekolah perancangan yang didirikan pra Perang Dunia II di Jerman. Para mahasiswa baik dari arsitektur, seni lukis, seni tari, seni teater mendapatkan pengalaman dan perancangan dasar yang sama. Bauaus merupakan sebuah reaksi pendekatan tradisional arsitektur yang dipengaruhi sistem Beaux Arts Prancis. Sistem ini yang mendominasi pendidikan arsitektur saat itu.

Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi perubahan sehingga mempengaruhi pendidikan. Kurangnya penekanan pada aspek rekayasa arsitektur untuk menanggapi kebutuhan pendidikan. Berkurangnya penekaan pada struktur, teknologi, juga terjadi. Adanya pengkajian terhadap perilaku manusia juga terjadi dalam perubahan saat ini yang kian pesat. Arsitek harus mengetahui perilaku manusia hubungannnya dengan lingkungan. Jadi, saat ini penekanan permasalahan pada pemecahan masalah yang kreatif.

Saat ini perancangan dan prosesnya masih dilakukan secara aktif dalam dunia arsitektur. Mungkin hanya metodenya saja yang berbeda digunakan dalam masing-masing perancangan. Maka dari itu, kita sebagai calon arsitek hendaknya mengetahui perancanga dan tahapan-tahapan yang dimaksud sehingga kita dapat mendesain dengan benar sesuai dengan metode-metode perancangan.

Page 2: BAB 7 8

1

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, mengenai perancangan dan prosesnya, adapun rumusan masalah yang kami dapatkan diantaranya :

1. Apa yang dimaksud dengan perancangan ?2. Bagaimana tahapan dalam proses perancangan 5 langkah ?3. Bagaimana proses desain dalam praktek standar ?4. Apa yang dimaksud dengan Pemrograman ?5. Bagaimana Tahapan Dalam Pemrograman ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang penulis ungkapkan adalah :

1. Mendeskripsikan yang dimaksud dengan perancangan.2. Mendeskripsikan tahapan dalam proses perancangan 5 langkah.3. Mendeskripsikan proses desain dalam praktek standar.4. Mendeskripsikan yang dimaksud dengan Pemrograman5. Mendeskripsikan tahapan pemrograman

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam membuat laporan ini adalah metode studi pustaka yaitu memperoleh data dengan membaca melalui bukuPengantar Arsitektur serta melalui internet yang mencakup tentang masalah yang diangkat pada laporan ini. Dimana data tersebut sebagian besar dimasukan ke dalam pembahasan ini sebagai landasan teori untuk penulisan.

Page 3: BAB 7 8

1

BAB II

PERANCANGAN

Perancangan, dalam konteks arsitektur adalah semata-mata suatu aktivitas pembuatan usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih baik.

Perancangan dapat dianggap sebagai suatu proses tiga bagian yang terdiri dari:

Keadaan mula-mula, Suatu metode atau proses transformasi, Keadaan masa depan yang dibayangkan.

Komponen-komponen ini juga menetapkan fungsi-fungsi perancang arsitektur mengidentifikasi masalah-masalah, mengidentifikasi metode-metode untuk mencapai pemecahan, dan melaksanakan pemecahan ini. Dengan kata-kata yang lebih praktis, fungsi-fungsi ini adalah melakukan pemograman, membuat rancangan bangunan, dan melaksanakan rencana.

Fungsi seorang perancang arsitektur adalah:

Mengenali permasalahan – penyusunan program. Mengenali metode-metode untuk memperoleh pemecahan – pembuatan

alternative rancangan bangunan. Menerapkan pemecahan tersebut – penerapan rencana tersebut.

Page 4: BAB 7 8

1

2.1 Proses Perancangan

Proses Perancangan adalah suatu perubahan dari suatu keadaan awal ke arah suatu keadaan masa depan yang dibayangkan belum menjelaskan sepenuhnya aktivitas-aktivitas yang dijalankan sepanjang proses tersebut.

Gambar Lima Tahap Proses Perancangan

1. Permulaan

Permulaan melibarkan pengungkapan dan perumusan permaslahan yang harus di pecahkan. Meskipun sering kaliseorang arsitek dilibatkan dalam suatu pemecahan permasalahan, tradisi yang biasa dilakukan adalah seorang klien menyodorkan maslah pada seorang arsitek.

Aspek lain dari langkah permulaan melibatkan peranan imaginasi dan aspirasi. Yaitu, seorang arsitek harus bisa membangkitkan aspirasi dari masyarakat dari segi kualitas lingkungan yang terbentuk. Seorang arsitek juga harus mampu mengungkapkan permasalahan umum, membimbing masyarakat, dan memberikan pemecahan permasalahannya. Arsitek menyediakan imajinasi kritis dalam bidang

Page 5: BAB 7 8

1

keahlian yang mendorong aspirasi klien. Lebih seorang arsitek yang membayangkan bahwa “klien yang baik menghasilkan bangunan yang baik”.

2. Persiapan

Setelah proses perancangan, yaitu persiapan meliputi kumpulan dan analisis informasi tentang permasalahan yang harus di pecahkan. Seorang arsitek profisionalselalu siap untuk memberikan pelayanan, dan secara tidak resmi dengan cara belajar dari tiap pekerjaan berikutnya. Lebih khusus, persiapan meliputi kumpulan dan analisis informasi tentang suatu proyek khusus secara sistematik. Aktivitas ini di sebut”penyusun program” hasilnya berupa suatu program bangunan di Amerika Serikat, dan suatu laporan ringkas di Inggris dan Eropa

Aktifitas persiapan yang laen meliputi pengumpulan data-data dasar, mengenai tapak dan data wilayahnya. (tentang lingkungan alamiah dan buatan, lalu lintas, dan lain sebagainya). Produk tahap persiapan yang lain adalah sebuah daftar kriteria yang menggambarkan karakteristik-karakteristik yang diinginkan dari sebuah pemecahan arsitektur. Pemecahan-pemecahan di ukur melalui daur ulang tahap-tahap pembuatan evaluasi.

Perancangan dapat menemukan bahwa berbagai jenis informasi diperlukan pada tahap perancangan. Contohnya kriteria untuk rancangan sebuah rumah sakit dapat berubah dikarnakan oleh pembaharuan teknologi selama berbulan-bulan waktu yang dibutuhkan untuk merancangnya.

Jadi, pengumpulan informasi dan analisis merupakan langkah permulaan dalam perancangan maupun langkah yang berlanjut di seluruh perancangan.

3. Pembuatan Usulan

Seorang arsitek yang memperoleh informasi adalah dipersiapkan untuk membangkitkan gagasan-gagasan dan usulan-usulan bangunan. Sering kali bahwa, klien, mahasiswa, ataupun arsitek membuat usulan bangunan yang sangat di yakini, kemudian mencoba memaksakan aktifitas-aktifitas yang di dalam program ke dalam bentuk yang di bayangkan.

Beberapa perancang berpendapat bahwa kualitas perancangan adalah berbanding dengan lamanya waktu di mana keputusan-keputusan intuitifdi perlambat sementara lainnya berpendapat bahwa pembuatan program dan skema yang sejalan menjamin interaksi persyaratan-persyaratan dan pemecahan permasalahan yang semestinya. Para pengajar lainnya melakukan hal yang sebaliknya, mereka berpendapat bahwa inti dari perancangan adalah penemuan masalah yang sebenarnya

Proses pembuatan perancangan usulan rancangan sebenarnya sering kali disebut dengan sintesis. Yaitu, usulan-usulan rancangan harus menggabungkan bersama serangkaian pertimbangan-pertimbangan dari konteksnya(sosial, ekonomi, fisik); programnya, tapaknya, kliennya, teknologi baru, estetik, dan nilai-nilai dari perancangan.

Perancang sering membuat membuat gambar-gamabar permulaan tumpang tindih guna merekam dampak dampak informasi terhadap pemecahan dan menyelidiki potensi-potensi susunan fisik dan bentuk yang berbeda-beda. Gambar serta catatan

Page 6: BAB 7 8

1

merupakan alat untuk penyelidikan dan pengulangan berturut-turut yang memusat pada suatu pemecahan. Pemeriksaan gambar-gambar ini menuntun orang dari asumsi-asumsi permulaan perancangan ke pemecahan yang diusulkan. Pada berbagai tahap, rancangan yang dikaji dapat disajikan kepada klien untuk memastikan atau mengubah tujuan-tujuan program

4. Evaluasi

Evaluasi dalam perancangan arsitektur terdapat pada beberapa skala dan meliputi serangkaian partisipasi. Pembahasan di sini memusatkan pada evaluasi usul-usul alternatif oleh perancang, meskipun rancangan-rancangan biasanya di tinjau oleh klien,badan pengawas bangunan,para pemakai bangunan tersebut dan lain sebagainya.

Evaluasi usul-usul yang dilakukan oleh arsitek meliputi pembandingan pemecahan rancangan yang diusulkan dengan sasaran dan kriteria yang dikembangkan pada tahap penyusunan program. Kita dapat membayangkan daur ulang persiapan, perancangan, evaluasi sebagai proses bagian yang terdiri dari penentuan sasaran dan kriteria untuk perancangan.

Kita dapat membayangkan daur persiapan-persiapan evaluasi sebagai suatu proses tiga bagian, yang terdiri dari penetapan tujuan dan kriteria untuk rancangan, pembuatan rancangan potensial, dan pengukuran pemecahanyang diusulkan terhadap kriteria program. Lagi pula, usul-usul atau rancangan-rancangan mungkin dinilai dari segi kriteria tersirat, yang tidak dinyatakan dalam program tapi pada uumnya diterima dam profesi. Tetapi yang terpenting adalah kesanggupan perancang untuk menilai usul-usulnya dari segi temu pada suatu usul yang layak dan berhasil.

5. Tindakan

Tahap tindakan meliputi aktivitas-aktivitas yang dihubungkan dengan persiapan dan pelaksanaan sebuah proyek. Dokumen pelaksanaan meliputi gambar-gambar uraian keterangan tertulis mengenai bangunannya.

Page 7: BAB 7 8

1

2.2 Daur Ulang, Umpan Balik, Pengulangan

Beberapa prosedur memilki kekhasan yaitu bersifat daur ulang. Dimana seorang perancang dapat bekerja melalui urutan-urutan secara cepat pada permulaan proyeknya untuk membangkitkan serangkaian usulan-usulan pendahuluan ataupun terbatas.

Umpan balik juga melukiskan sifat daur ulang (cyclic) proses perancangan. Informasi baru menyebabkan perancang mempertimbangkan kembali informasi yang ada sebagai kemajuan usulan perancangan.

Kedua proses tersebut bersifat berulang. Perancang bekerja melalui daur ulang tersebut berulang kali tiap daur ulang menggabungkan sejumlah besar pokok-pokok persoalan sintesa menjadi lebih sulit. Perulangan yang berturut-turut akan menemukan suatu pemecahan yang memuaskan. Akhirnya, proses adalah sangat grafis.

Secara khas, para mahasiswa dan arsitek menggunakan kertas kalkir murah sebagai lapisan, mengkalkir gambar atau ciri-ciri dari pengulangan terdahulu dan melanjutkan penjelajahan. Gambar-gambar lanjutan tidak dibuang, malahan merupakan dokumentasi penting bagai rancangan.

Gambar Proses Perancangan: Umpan Balik Gambar Proses Perancangan: Berdaur

Gambar Proses Perancangan: Pengulanagan

Page 8: BAB 7 8

1

2.3 Lima Tahap Proses Perancangan pada Praktek Standar

Menurut The American Institute of Achitects (AIA), dikatakan bahwa pelayanan dasar seorang arsitek dapat dibagi ke dalam lima tahapan yang berurutan: Rancangan Skematik, Pengambangan Rancangan, Dokumen Pelaksanaan, Pelelanagn atau Perundingan Kontrak, dan Administrasi Kontrak Pelaksanaan.Arsitek dapat memberikan jasa tambahan.

Kemajuan melalui kelima langkah tersebut tergantung pada persetujuan dari tiap tahapan oleh kliennya. Hal ini untuk melindungi baik klien maupun arsitek. Seorang arsitek mungkin memerlukan penggantian tambahan jika perubahan tersebut menyimpang dari pokok-pokok yang telah disetujui pada tahap sebelumnya.

Jadi, jasa pelayanan profesional dimaksudkan untuk berfungsi sebagai elemen suatu kontrak hukum seperti halnya suatu proses perancangan.

1. Rancangan Skematik

Tujuan rancangan skematik adalah untuk menetapkan karakteristik umum suatu rancangan bangunan, seperti skala yang dikehendaki untuk memenuhi persyaratan-persyaratan program dasar, pengaturan tapak, dan perkiraan biaya. Pada umumnya rancangan skematik disajikan pada klien berupa alternatif bagi klien, termasuk citra umum bangunan, ukuran dan pengaturan ruang, sirkulasi dan penapakan.

Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi pokok persoalan yang penting dan membuat keputusan awal sebagai dasar bagi tahap-tahap berikutnya. Ini merupakan kesempatan klien untuk mempesonakan klien. Ini juga merupakan tahap dimana arsitek mengidentifikasi konsep bangunan. Rancangan skematik dapat di sajikan berupa gambar-gambar sketsa-sketsa ide, yaitu sebagai laporan sederhana, atau sebagai presentasi dan visual dramatis.

2. Pengambangan Rancangan

Seorang arsitek memulai mengembangkan rancangannya setelah disetujuinya rancangan skematis. Tujuan tahap pengambangan rancangan adalah untuk menguraikan sifat terinci dan maksud keseluruhan proyek. Dokumen-dokumen yang dihasilkan berupa denah tapak, denah lantai, tampak dan potongan-potongan, dengan catatan yang menguraikan bahan-bahan penting. Gambar-gambar dan catatan-catatan juga memperlihatkan syarat-syarat mekanis dan listrik dari bangunanyang mencakup rincian yang teliti tentang biaya-biaya yang mungkin.

Dalam menentukan cakupan dan sifat proyek yang spesifik,klien sering terlibat dalam serangkaian pembahasan dan keputusan, meliputi kemungkinan biaya, perwajahan, mutu dan penampilan. Sebagian klien lebih menyukai arsitek sebagai seorang ahli, membuat sebagian besar keputusan, sedangkan lainnya ingin agar mereka ikut dilibatkan.

Para arsitek menganggap ini sebagai inti dari proses perancangan. Ini menghendaki koordinasi informasi teknik dan pekerjaan sejemlah besar orang dlm proyek yang kompleks. Dilaksanakannya interaksi-intraksi yang lancar serta koordinasi informasi dan tokoh-tokoh adalah perlu bila tahap-tahap yang tersisa harus dilanjutkan

Page 9: BAB 7 8

1

dengan segala efisiensi. Gambar-gambar skala besar yang dibuat pada tahap ini dibutuhkan untuk mempelajari pilihan-pilihan dan untuk merinci bahan-bahan dan metode-0metode konstruksi. Presentasi pada klien tentang pekerjaan yang dilakukan pada tahap ini biasanya diselaraskan dengan berbagai keputusan terinci yang akan dibuat.

3. Dokumen Konstruksi

Dokumen konstruksi didasarkan atas gabungan gambar yang disebut “gambar kerja” dan syarat-syarat tertulis yang disebut “spesifikasi”. Gambar-gambar tersebut memperlihatkan lokasi dan kuantitas, dan spesifikasi mengidentifikasi mutu dan prosedur yang dianjurkan. Tujuan dokumen konstruksi adalah untuk memperlihatkan dengan jelas dan ringkas informasi yang perlu diketahui oleh kontraktor agar dapat menawarkan dan membangun proyek yang bersangkutan. Lebih spesifik lagi, gambar kerja memperlihaykan apa yang dibutuhkan, dimana segala sesuatu ditempatkan, dan bagaimana dimensi-dimensi fisiknya, sedangkan spesifikasi menyampaikan bahan-bahannya.

4. Penawaran dan Perundingan

Dokumen-dokumen konstruksi dikeluarkan penawaran dan perundingan. Beberapa kontraktor umum mungkin mengajukan tawaran atas kontrak atau pemilik lebih suka berunding dengan kontraktor tunggal. Arsitek berperan sebagai fasilitator yang memudahkan jalannya perundingan.kontrak konstruksi disusun antara kontraktor dengan pemilik, bukan antara arsitek dan kontraktor.

5. Tata-laksana Kontrak Konstruksi

Secara tradisional, seorang arsitek bertanggung jawab untuk mensupervisi semua aspek konstruksi,yang menjamin bahwa bangunan akan dibangun sesuai gambar-gambar dan spesifikasi-spesifikasi. Masalah dalam hubungan ini menjadi tanggung jawab arsitek. Sekarang ini, yang bertanggung jawab atas bangunan-bangunan menurut dokumen adalah kontraktor.

Arsitek bertindak sebagai agen klien dan menafsirkan serta mensupervisi korespondensi antara pemilik dan pembangun.arsitek harus menafsirkan dokumen-dokumen serta membuat keputusan-keputusan dan perubahan-perubahan yang diperlukan dalam setiap proyek pembangunan.

Dalam merundingkan perbedaan pendapat antara klien dan kontraktor, arsitek harus memihak salah satu, namun tetap mengabdi kepada bangunan yang akan digunakan klien. Arsitek bertanggung jawab atas tata-laksana kontrak antara pemilik dan kontraktor. Selanjutnya, dikehendaki bahwa arsitek menjelaskan perubahan-perubahan, menetapkan standar-standar, dan menilai prestasi.

Page 10: BAB 7 8

1

2.4 Pengajuan Usul : Pembuktian Grafik

Dengan resiko yang tidak boleh tidak terlalu menyederhanakan dan terlalu menggeneralisasi pokok persoalan, ada delapan pertanyaan menentukan yang harus dijawab :

1. Berapakah besarnya bangunan ?2. Cocokkah bangunan tersebut ditapak yang bersangkutan ?3. Adakah keseimbangan yang baik antara tapak dan kegiatan yang diusulkan ?4. Apakah interaksi dan hubungan antara kegiatan-kegiatan dalam bangunan dan

ditapak ?5. Apakah perancang memiliki citra kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam

bangunan dan tapak ?6. Informasi tambahan apa yang diperlukann ?7. Persoalan-peersoalan apa yang penting ?8. Dapatkah semua yang diketahui digabungkan dalam satu gambar tunggal ?

Peretanyaan-pertanyaan ini dapat diikhtisarkan sebagai ukuran, tapak, penapakan, interaksi, citra, arti pentingnya, informasi dan keterpaduan. Yang pertama, ukuran, tampaknya seolah-olah sederhana tapi mempunyai dampak penting terhadap citra seorang tentang proyek yang bersangkutan. Suatu jawaban memudahkann perbandingan dengan proyek-proyek lain yang lebih biasa dan dapat dipakai untuk menentukan hubungan skala untuk kerja perancangan. Ruang-ruang yang diperlukan yang diukur dengan kaki atau meter persegi (dapat diterapkan dan tak dapat diterapkan, interior dan eksterior) digambarakan berdasrakan skala untuk tiap fungsi atau kegiatan program.

Disamping bangunan itu sendiri, tapak juga penting. Pertanyaan ini, yang dijawab dalam suatu gambar denah yang sederhana., harus memuat pertimbangan-pertimbangan syarat-syarat pembagian wilyah dan pensubdivisian (tinggi, garis sepadan, kemudahan, dan sebagainya). Pemasangan bangunan pengganti dan alternative-alternatif lokasi dapat diselidiki dalam hal ini.

Pertanyaan ketiga, penapakan (siting), memerlukan serangkaian gambar yang mencatat data-data mengenai tapak yang bersangkuatn; lokasinya dan ciri-ciri buatan manusia dan alamnya-terutama vegetasi, kemiringan, orientasi kematahari dan angin, jalann masuk, utilitas, dan sebaginya. Penapakan bersangkutan dengan pengidentifikasian factor-faktor tapak yang akan mempengaruhi pemecahan perancangan.

Selanjutnya, perancang secara grafik menyelidiki hubungan-hubungan program, biasanya dengan serangkaian “diagram gelembung”. Tehnik grafik ini menerjemahkan fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan kedalamm susunan ruang dengan mempertimbangkan skala realtif ruang, hubungan antara ruang, orientasai mereka terhadap tapak, dan sebagainya. Pengulangan yang berturt-turut dari diagram ini bertemu pada kira-kira denah lanntai dan susuna vertical yang menggambarkan rancangan bangunan.

Penyelidikan grafik juga menyinggung persoalan-persoalan citra ruang bangunan. Perancang penyelidikan cara-cara alternative diaman fungsi dapat

Page 11: BAB 7 8

1

diakomodasi, atau bentuk-bentuk fisik, alternative yang menaggapi kegiatan-kegiatan program.

Perancang (bila ada) jarang memulai proses perancangan dengan informasi lengkap. Orang terus menerus merasakan kebutuhan akan informasi tambahan. Apa yang dikehendaki peraturan pembagian wilayah ? Bagaimana rupanya tapak bagian utara ? Apakah ruang khusus itu akan digunakan untuk suatu kegiatan tertentu ? Pertanyan-pertanyaan ini harus dicatat sedemikian rupa sehinnggga informasi yang dikehendaki dapat dikumpulkan secara efisien.

Selanjutnya, perancang harus berupaya mensintesiskan semua telaah terdahulu. Hal ini mengharuskan perancang membuat keputusan-keputusan, apa yang penting dan apa yang tidak. Tidak boleh terdapat pertukaran (trade-off) diantar sasaran-sasaran. Kuncinya adalah mengidentifikasi persoalan-persoalan yang penting untuk perancangan.

Sekalipun tidak terdapat peraturan-peraturan yang ditetapkan untuk membuat usul-usul perancangan, meyatukan semua informasi kedalam suatu gambar tunggal adalah cara yang baik sekali untuk memeriksa factor-faktor yang seyogyanya mempengaruhi pemecahan akhir.

Penyelidikan garfik yang diuraikan diatas benar-benar merupakan penuntun yang afak umum untuk praktek arsitektur. Tap ada beberapa konsep tmbahan yang digunakan sebagai bantuan untuk pemahaman proses perancangan.

Konsep alternative memperkirakan kesediaaann dipihak perancang untuk penyelidikan jalan-jalan ganda yang dapat digunakan untuk perancang suatu bangunan.

Konsep hirarki bertalian dengan gagasan bahwa suatu bangunan tidak hanya merupakan jumlah bagian-bagiannya. Suatu bangunan merupakan integrasi dari jumlah bagian (Bahan-bahan, fungsi-fungsi, dan citra-citra), yang disusun dlam suatu cara yang tidak hanya merupakan jumlah dairr bagian-bagian itu. Suatu usul rancangan harus menggabungkann bagian-bagian yang terkecil kedalam suatu kesatuan, dan keseluruhan bangunan kedalam tapak dan lingkukngannya.

Konsep yang terakhir yaitu upaya yang paling sedikitnya menyangkut pencarian jalan yang paling efisien untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Umpamanya suatu banguan mempunyai yang mencapai fungsi dengan suatu struktur yang sederhana sering lebih baik daripada bangunan yang menghendaki suatu struktur yang rumit. Konsep ini berpendapat bahwa sederhana yang menangggapi dengan jelas berbagai persoalan sering yang merupakan paing canggih. Konsep upaya paling sedikit tidak berarti bahwa arsitektur adalah hasil upaya yang paling sedikit dipihak perancang.

Page 12: BAB 7 8

1

2.5 Keterampilan

Perancang harus memiliki pengetahuan tentang luasnya keanekaragaman persoalan-persoalan dan metode-metode, dan seperangkat keterampilan khas yang memudahkan penerapan pengetahuan itu pada proyek untuk klien. Walaupun pengetahuan, perasaan, dan titik pandang, merupakan aspek-aspek perancangan, tapi mereka berbeda dari keterampilan. Pengetahuan ditunjang oleh keterampilan, tapi keterampilan bukanlah pengganti pengetahuan.

1. Keterampilan garfik

Keterampilan grafik dalam arsitektur pada pokoknya berarti menggambar, tapi didalamnya termasuk juga ankeragam keterampilan lainya yang bertautan dengan bangunan modern, percetakan, fotografi, dan seni grafis. Keterampilan-keterampilan ini dapat digolongkan sebagai keterampilan visualisasi dan keterampilan menggambar yang generative.

2. Keterampilan intelektual

Arsitektur bersifat rasional serta cerdas; rancangan bangunan adalah produk pengetahuan yang luas dan penerapan yang layak dari pengetahuan tersebut. Tidak ada pengganti bagi pemikiraan yang jernih dan ringkas. Jadi, keterampilan-keterampilan umum yang bertautan dengan pendidikan tingkat akademi (kesanggupan untuk berrpikir jernih untuk masalah-masalah dan metode-metode untuk memcahkan masalah) jelas serasi. Tetapi, jumlah keterampilan khusus perlu disebut

Para arsitek harus menggunakan penalaran dedaktif ataupun induktif. Deduktif menghasilkan kesimpulan dari suatu dasar pemikiran awal atau keyakinan umum; ia menimbulkan suatu kesimpulan khusus dari suatu keadaaan umum.

Kebalikannya, penalaran atau kesimpulan induktif menimbulkan suatu keyakinan umumdari suatu atau beberapa pengamatan indifidual. . bukti-bukti dikumpulkan dari berbagai sumber untuk mendukung suatu ketentuan umum.

3. Kritik diri

Keterampilan penting lain untuk para perancang adalah kritik diri. Bila kritik merupakan tanggapan pendapat atas suatu gagasan atau pemecahan, maka kritik diri adalah kesanggupan perancang memberikan pendapat yang kritis (positif dan negative) atas karyanya sendiri. Keterampilan ini menghendaki bahwa perancang sanggup untuk melukiskan kembali setiap gagasan didalam beberapa cara yang berbeda sehingga gagasan-gagasan asli dapat dibandingkan dengan pilihan-pilihan lain.

Page 13: BAB 7 8

1

BAB III

PEMROGRAMAN ARSITEKTUR

Pekerjaan para arsitek dapat dibagi kedalam bidssng-bidang yang sangat berbeda. Dalam bagian pertama pekerjaan mereka, yang disebut pemrograman (programming), para arsitek menetapkan hal-hal yang menjadi perhatian klien, yang meminta mereka merancang suatu bangunan dan apa sesungguhnyayang diperlukan sang klien. Pada bagian kedua, mereka menyatakan masalah umum klien menjadi sejumlah maslah “standar” yang lebih kecil yang telah diakui pemecahannya atau yang mudah dipecahkan. Kadang-kadang ini di sebut perencanaan (planning). Pada bagian ketiga pekejaan, para arsitek menggunakan informassi dari dua tahap mula sebagai tuntutan dalam pengembangan suatu gagasan keseluruhan dan suatu usul bagi bentuk dan konstruksi bangunan. Bagiann ini disebut perancangan (seluruh proses ini juga disebut sebagi perancangan)

Ketika para arsitek memberikan gambaran teknis dari pekerjaan perancang yang akan mereka laksanakan dalam suatu kontrak, mereka melukiskanya dalam suatu cara yang agak berbeda, agar mengidentifikasi bagian-bagian pekerjaan mereka yang berbeda dengan jelas kepada klien. Lukisan teknisya adalah sebagai berikut.

Pertama-tama, para arsitek mengatakan, bahwa klien harus memberikan kepada mereka suatu program untuk baangunan. Ini mereka sebut tahap pertama kerja perancangan skematis (schematic design). Dalam tahap ini, para arsitek banyak melakukan hal-hal yang kelak akan yang dilukisakan sebagai pemrograman dan mereka membuat suatu usul untuk bangunan yang disederhanakan.

Para arsitek menyebut tahap kedua pengembangan rancangan (design development). Selam tahap ini mereka dituntun informasi dari rancangan klien dan oleh suatu rancangan skematis yang telah diterima klien. Mereka mulai mengerjakan sejumlah masalah yang harus dipecahkan agar bangunan tersebut berfungsi dengan baik. Bila masalah-masalah ini telah dipecahkan, mereka membuat suatu skema terperinci meyeluruh dari bangunan. Setelah ini disetujui, para arsitek beralih pada dokumen-dokumen konstruksi (construction documents). Selama ini gambar-gambar terperinci dan spesifikasi dikembangkan untuk bangunan. Lalu mereka beralih ketahap konstruksi (contruction) ; disini kontrak untuk kontruksi antara klien dan pengembangan dilaksanakan.

Suatu bagan alir(berdasarkan jenis bagan alir yang digunakan pemrogram computer) dapat digunakan untuk memperlihatkan banyaknya proses pemrrograman yang berbeda-beda. Dengan memasukkan pertanyaan-pertanyaan yang berbeda (atau hal-hal keputusan) kedlam bagan, adlah mungkin untuk mengetahui bilamana operasi yang lebih rumit harus dilakukan, dan bilamana operasi-operasi ini ini dapat diabaikan. Diagram-diagram bagan alir yang berdekatan memperlihatkan susunan suatu proses pemrograman.

Page 14: BAB 7 8

1

3.1 Memulai Suatu Program

Pemrograman biasanya mulai dengan cara yang sementara bila para arsitek melakukan pembicaraan-pembicaraannya yang pertama denga klien atau klien-klien. Bagaimanapun juga, permulaan proses pemrograman seharusnya mengidentifikasi sepenuhnya yang akan diperlukan. Mengklasifikasi informasi yang telah diketahui menurut suatu spectrum (orang, tujuan, Perilaku, fungsi, obyek) memperlihatkan informasi apa yang tidak terdapat dan menetapkan tugas pengumpulan informasi para arsitek.

Bila arsitek mulai membicarakan bangunan yang akan mereka rancang dengan seorang klien, mereka harus melaksanakan sejumlah tugas. Pertama, mereka harus belajar sebanyak mungkin tentang masalah kilen. Dalamnya termasuk hal-hal seperti mengidentifikasi tipe bangunan, mempelajari apa yang salah dengan bangunan yang ada, memperkirakan bagaimana beratnya masalah-masalah kilen, memperkirakan usaha perancang yang dikehendaki dan mempelajari kebutuhan-kebutuhan klien (untuk suatu rencana jangka panjang, untuk studi kelayakan, atau untuk rencana-rencana bagi kontruksi langsung).

Sesudah usaha pengenalan ini, para arsitek beralih kepertanyaan-pertanyaan yang agak lebih terperinci tentang masalah-masalah kilen. Apakah organisasi klien telah berubah sifatnya atau ukurannya ? Apakah tujuan bangunan- bangunan telah berubah? Apakah klien ingin dapat melakukan berbagai jenis hal dalam bangunan yang diusulkan dari pada yang direncanakan pada masa lalu ? Haruskah bangunan baru dipersiapkan untuk fungsi yang berbeda-beda ? haruskah bangunan mempunyai sifat yang berbeda ? Apakah gedung yang sekarang telah menjadi kuno secara fisik, fungsional, atau ekonomis ? atau adakah sesuatu yang telah berubah tentang lingkungan bangunan ? apakah sekarang terlalu banyak kebisingan, polusi atau lalu lintas ? sementara menanyakan masalaha-masalah kilen , dalam pikirannya sang arsitek memilki jenis-jenis- informasi yang diperlukan untuk design bangunan.

Suatu cara yang biasa untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan ialah dengan penggolongan- dengan penggolongan bersama-sama pertanyaan-pertanyaan tentang subyek yang sama. Ada beberapa bentuk klasifikasi berbeda-beda yang berguna. Yang paling biasa diantaranya ialah suatu skema hirarkis, dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan tentang bangunan dengan cara yang sama akhirnya bangunan akan disusun. Jadi terdapat pertanyaan-pertanyaan tentang bangunan secara keseluruhan, tentang bagian atau subdivisi utama yang berbeda-beda dari bangunan, tentang tiap-tiap subdivisi, dan tentang kamar-kamar perorangan.

Terdapat beberapa keuntungan dalam menggunakan bentuk-bentuk baku klasifikasi dalam pengumpulan informasi program. Pertama, arsitek dapat melihat kelengkapan informasi. Kedua, dengan sedikit pengalaman, mereka dapat menemukan apakah ada yang bertentangan. Ketiga, mereka dapat miulai menentukan informasi mana yang penting.

Page 15: BAB 7 8

1

3.2 Mengembangkan Program

Sebelum para arsitek dapat beranjak lebih jauh dengan pemrograman,mereka harus merencanankan tatacara pemrograman.Pembicaraan-pembicaran pertama dengan klien telah menunjukkan pemrograman yang diperlukan.

Permintaan-permintaan informasi Program Orang(sifat-sifat structural orang) Tujuan(sifat-sifat fungsional peristiwa) Perilaku (sifat-sifat fungsional peristiwa) Fungsi (sifat-sifat fungsional obyek) Obyek (sifat-sifat fungsional obyek)

Untuk merencanakan prosedur pemrograman ,para arsitek harus mempertimbangkan jenis data bagaimana yang diperlukan,dalam bentuk apa seharusnya data tersebut agar paling berguna,apakah data-data terdapat dalam bentuk ini,bila jenis data yang berbeda beda akan diperlukan,siapa yang bersedia untuk mengumulkan data-data tersebut,dan dari siapa data data harus dikumpulkan.

Bila data-data tersedia dan lengkap,mereka dapat disusun dalam suatu cara yang akan membantu upaya desain pertama.pada bangunan yang lebih sedehana ,para arsitek dapat langsung membuat “diagram gelembung”grafik yang memperlihatkan hubungan antara berbagai ruang dalam dalam bangunan.dalam membuat diagram gelembung mereka dituntut oleh telaahjenis bangunan sebelumnya.

Sebaliknya bila bangunan rumit,para arsitek akan harus menggunakan beberapa teknik yang dikembangkan akhir-akhir ini(dalam 15 tahun terakhir) dengan mengguanakan matriks,teknik-teknik pengelompokan,dan teori grafik untuk menentukan antar hubungan yang harus terdapat antara bagian bagian bangunan yang berlainan.matriks digunakan dalam salah satu bentuk(matriks interaksi peranan, matriks permintaan jasa, matriks konteks fungsi).

3.3 Pendekatan Pada Penelitian Program

Bila tidak tersedia informasi yang memadai dari klien ,para arsitek harus mencari jalanuntuk mengumpulkannya.Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara berlainan tergantung pada jenis informasi yang diperlukan.Bila lbih dari satu jenis informasi yang kurang maka di perlukan sejumlah usaha pendekatan.Dari segi penelitian program terdapat 3 jenis informasi yaitu:

1. Otoritatif;informasi yang dapat dan memang diberi klien mengenai kesukaan-kesukaan pilihan pribadi.

2. Faktual;apa yang tidak dimiliki klien tapi dapat diperoleh dengan metode-metode penelitian perilaku biasa.(studi kasus,survey,atau eksperimen)

3. Proyektif;data-data yang tidak dimiliki klien dan tidak dapat diperoleh dengan penelitian konvensional,sebaliknya harus diperoleh dengan suatu gambaran matematis.

Page 16: BAB 7 8

1

Sebelum para arsitek dapat mengatakan jenis-jenis informasi bagaiamana yang mereka butuhkan,pertanyaan-pertanyaan harus dinyatakan dengan jelas.Langkah pertama untuk mengemukakan pertanyaan ialah menemukan daerah problem.

3.4 Mempersiapkan Program

Bila semua data data telah lengkap , maka mulailah persiapan program yang sesungguhnya.sebenarnya,pengembangan dari program yang dilengkapi bisanya mulai sebelum bagian informasi terakhir diperoleh.Keuntungan dari suatu informasi program yang teratur adalah bahwa pekerjaan dapat dimulai pada bagian-bagian,sementara informasi lain masih dikumpulkan.

Program tersebut dapat mengambil bentuk garis besar berikut1. Bahan depan:judul ,prakata atau pendahuluan,table isi,tujuan dan cakupan

dokumen,organisasi program,dan metodologi pemrograman.2. Klien /pemakai;siapa orang orangnyadan lembaga-lembaga yang minta

bagngunan tersebut dirancang3. Masalah-masalah dan tujuan-tujuan;bagaimana kondisi-kondisi yang ada dan

apa masalah-masalah yang ditimbulkan bagi klien .apakah tujuan-tujuan klienyang menghendaki perubahan dalam kondisi-kondisi itu.

4. Perilaku-perilaku yang diinginkan;sasaran-sasaran khusus apa yang ada pada klien untuk bangunan tersebut

5. Kriteria fungsi;fungsi-funsi apa yang seharusnya diadakan oleh bangunan yang akan membantu perilaku-perilaku itu.

6. Kriteria obyek;syarat-syarat fisik ,seperti yang ditetapkan oleh kode-kode setempat,kesukaan-kesukaan pilihan klien.dsb

7. Pendekatan-pendekatan ;kajian-kajian jenis ,pola-pola ,gagasan-gagasan pengaturan,dan bentuk-bentuk rekomendasi lain yang mengemukakan bagimana para arsitek dapat melakukan pendekatan pada rancangan bangunan.

8. Bahan belakang ;indeks,lampiran-lampiran,peragaan,batasan-batasan,penghargaan,dsb

3.5 MENYAJIKAN PROGRAM

Penyajian tentang program biasanya dilakukan secara lisan kepada klien.sementara program tertulis dapat dapat memberikan detail banyak sekali yang meliputi suatu program bangunan,

Page 17: BAB 7 8

1

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan mengenai proses perancangan yang telah banyak dibahas tadi, adapun kesimpulan yang kami dapatkan adalah :

1. Perancangan adalah suatu aktivitas pembuatan usulan-usulan yang merubah sesuatu yang telah ada menjadi sesuatu yang lebih baik.

2. Proses perancangan lima langkah terdiri dari permulaan, persiapan, pembuatan usulan, evaluasi, dan tindakan.

3. Proses desain dalam praktek standar terdiri dari 5 tahapan juga yaitu rancangan skematik, pengembangan rancangan, persiapan dokumen pelaksanaan, pelelangan atau perundingan kontrak, dan administrasi kontrak pelaksanaan.

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang kami dapatkan, adapun saran yang kami ajukan yaitu dalam proses perancangan hendaknya kita mengikuti proses yang telah ditentukan. Teori-teori yang ada, hendaknya diaplikasikan dalam pembuatan rancangan. Dimana, berfungsi juga untuk menciptakan rancangan dan ide-ide yang lebih baik.Serta cara pemogramannya