bab 7 dan 8
DESCRIPTION
manajemen pengadaanTRANSCRIPT
BAB 7
Cara Menyusun Kontrak Konstruksi
Peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan industri jasa
konstruksi (UU No.18/1999,PP No.28/2000,PP.29/2000,dan PP No.30/2000),
mengatur agar kita menjadikannya sebagai rujukan menyusun kontrak konstruksi.
PENGERTIAN/BATASAN
1. Kontrak konstruksi adalah perjanjian tertulis antara pengguna jasa dan
penyedia jasa
2. Dokumen kontrak adalah kumpulan dokumen yang berkaitan dengan
pelaksanaan kontrak
Berisi: a. Surat perjanjian
b. Dokumen Tender
c. Penawaran
d. Berita acara
e. surat pernyataan pengguna jasa
f. surat pernyataan penyedia jasa.
3. Cara menyusun kontrak disertai dengan cara menyusun syarat-syarat
kontrak.
4. tercantum dalam PP.No.29/2000 pasal 23 bahwa isi kontrak harus terdapat
dalam dokumen kontrak.
5. dokumen yang akan disusun antara lain:
a. Perjanjian/kontrak
b. Syarat-syarat umum
c. Syarat-syarat khusus
d. spesifikasi teknis
e. lampiran-lampiran
f. Gambar-gambar (kontrak).
CARA MENYUSUN KONTRAK/PERJANJIAN
1. Acuan/Landasan
a. Acuan baku adalah UU No.18/1999 tentang jasa konstruksi dan PP
No.29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
b. Syarat-syarat Umum/AV41 dan peraturan lain:
- UU No.18/1999 Pasal 44 ayat 1:
- UU No.18/1999 Pasal 45
- PP No.29 Pasal 62
c. Dalam KUHPer Pasal 1320:
- Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
- Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
- Suatu hal tertentu.
- Suatu sebab yang halal.
-
2. Isi Perjanjian/Kontrak
Sesuai PP No.29/2000 pasal 22 ayat a, maka perjanjian harus memuat:
a. Uraian Para Pihak
Nama dan alamat perusahaan harus dijelaskan, kuasa untuk bertindak,
akta pendirian perusahaan yang berhak
b. Konsiderasi
Isinya adalah pertimbangan-pertimbangan yang mendasari
penandatanganan kontrak.
c. Lingkup Pekerjaan
Yang dimaksud adalah lingkup pekerjaan secara garis besar (global).
d. Nilai kontrak
Besar kontrak dicantumkan dalam angka dan huruf serta mata uang
yang dipakai
e. Bentuk kontrak yang dipakai
Diberikan jenis kontrak, pengertian dan batasannya menjaga apabila
ada masalah di kemudian hari.
f. Jangka waktu pelaksanaan
Dijelaskan dalam angka dan huruf dan pengertian hari (hari kalender
atau hari kerja) dan sejak kejadian apa
g. Prioritas dokumen
Menjelaskan urutan prioritas keberlakuan dokumen.
3. Isi Syarat-syarat Umum Kontrak
Isi dan syarat-syarat kontrak sekurang-kurangnya harus memuat:
a. Definisi dan Interpretasi
Biasanya dicantumkan di awal untuk memudahkan hal-hal lain
yang mengikutinya.
b. Para Pihak
Akta pendirian badan/usaha perseorangan beserta tempat
kedudukannya perlu di jelaskan di bagian ini.
c. Rumusan Pekerjaan
Yang dimaksud adalah lingkup pekerjaan pokok yang
diperjanjikan.
d. Nilai Pekerjaan/Harga Borongan
Ditulis dalam angka dan huruf dan sebaiknya ditebalkan.
e. Jangka Waktu Pelaksanaan dan Perpanjangannya.
Disebut dalam ‘hari’ (angka dan huruf), penting untuk
menyebutkan tanggal surat tersebut berlaku.
f. Pertanggungan (asuransi)
Termasuk jenis-jenis asuransi seperti Contractor’s All Risk (CAR),
Third Party Liability (TPL), ASKES, ASTEK, Kegagalan bangunan.
g. Jaminan
Yang dimaksud di sini diantaranya adalah jaminan pelaksanaan,
jaminan uang muka, jaminan pembayaran, jaminan masa perawatan
atas cacat, dan sebagainya. Masa berlaku dan perpanjangannya.
h. Tenaga Ahli
Disebutkan persyaratan kualifikasi, prosedur perekrutan,
pemberhentian, dan sebagainya.
i. Hak dan Kewajiban Para Pihak.
Diusahakan agar mendapat keadilan dan kesetaraan bagaimana
diuraikan dalam UU No.18/1999 pasal 2 dan pasal 3.
j. Cara pembayaran
Dijelaskan prosedur pembayaran dan periode/masa bayar
k. Penyerahan Pekerjaan/ Serah Terima Pekerjaan
Diatur tata cara penyerahan penyelesaian pekerjaan. Apakah sudah
mencapai penyelesaian praktis (Practical completion), dengan
demikian pengguna jasa harus menerbitkan berita acara serah terima
pertama pekerjaan (certificate of Practical completion).
l. Masa Pertanggungan atas cacat (Defect Liability Period).
Merupakan kewajiban penyedia jasa untuk menjamin pekerjaan-
pekerjaan yang cacat atau kurang sempurna dalam kurun waktu
tertentu. Diuraikan lama nya waktu tersebut,pekerjaan yang harus
dilakukan, serta sanksa apabila melanggar perjanjian.
Diuraikan pula langkah-langkah selanjutnya setelah masa ini
berakhir.
m. Ganti Rugi Keterlambatan (Liquidated Damages)
Menjelasakan kewajiban penyedia jasa harus membayar sanksi
apabila terlambat menyelesaikan pekerjaan dari waktu yang telah
ditetapkan.
n. Pekerjaan Tambah/Kurang (Perubahan Pekerjaan)
hal-hal yang dijelaskan dalam pasal ini adalah pengertian dari
pekerjaan tambahan,tata cara pelaksanaannya,cara pembayaran pekerjaan
tambahan dan pengurangan pembayaran jika atas pekerjaan kurang. Dalam
pasal disebutkan juga pertambahan pekerjaan memberikan hak kepada
penyedia jasa untuk mendapatkan tambahan waktu pelaksanaan.
Dalam buku terjemahan Algemene Vooorwarden (AV) 41 yang
disusun oleh soekarso malangyudo halaman 21 diuraikan mengenai
pengaturan pekerjaan tambah /kurang sebagai berikut:
PASAL 50
PENYIMPANGAN DARI RENCANA
(PEKERJAAN TAMBAH DAN KURANG)
1. Penyimpangan dari rencana (ontwerp) tidak boleh trjadi tanpa izin
dari kepala departemen;dinas;perusahaan atau pemerintah
daerah,kecuali jika untuk itu direksi diberi kuasa.
2. Pembororng berkewajiban membiarkan (mengizinkan) setiap
perubahan yang diperintahkan.
3. Jika terjadi pekerjaan ,pemborong haru menerima jika pekerjaan
ini diperhitungkan dalam pasal 51.
4. Jika terjadi pekerjaan tambahan, dan direksi menghendakinya,
pemborong harus mengerjakan hal tersebut, kecuali jika pekerjaan
ini sesudah dipotong dengan pekerjaan kurang dan kemudian
diperhitungkan, mengakibatkan kenaikan biaya lebih dari 10% dari
harga borongan.
5. Jika dalam pekerjan tidak terjadi penambahan atau pengurangan
pekerjaan, mengakibatkan kenaikan biaya lebih dari 10% dari
harga borongna dan direksi menganggap perlu bahwa pekerjakan
lebih ini dikerjakan oleh pemborong, maka pemborong harus
memberikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu tertentu
apakah dia bersedia untuk mengerjakan pekerjaan lebih diatasnya
10% dari harga borongan. Syarat-syarat apa yang dikehendaki oleh
pemborong juga harus dinyatakan dalam pernyataan tertulis
tersebut.
6. Jika pemborong dalam pasal 5 tidak bersedia atau dalam jangka
waktu yang ditentukan dia tidak memberi pernyataan tertulis
tentang hal tersebut, maka kepala departemen;dinas;perusahaan
atau pemerintah daerah berwenang untuk melengkapi pekerjaan
tersebut dengan cara yang dianggap berguna.
7. Jika pemborong membuktikan adanya kerugian kepadanya karena
penerapan pasal 2, maka kerugian akan diganti sampai jumlah yang
telah ditetapkan oleh kepala departemen;dinas;perusahaan atau
pemerintah daerah.
Sehubungan dengan pekerjaan tambah/kurang ini tercantum dalam
buku terjemahan AV41 susunan Soekarsono Mangkujudo,pasl 51
halaman 22 sebagai berikut:
PASAL 51
PERHITUNGAN (VERREKENING)
PEKERJAAN LEBIH ATAU PEKERJAAN KURANG
1. Selama dalam pelaksanaan pekerjaan lebih atau kurang harus
dibuat catatan dalam buku harian,daftar oleh direksi yang isinya
berupa daftar nama dicantumkan perincian lengkap dari harga
pekerjaan tambah atau pekerjaan kurang, yang dihitung
berdasarkan harga-harga satuan tersebut dalam bestek atau dalam
surat penawaran.
2. Dilakukan atas dasar harga satuan seperti dimaksudkan dalam ayat
terdahulu dan pelaksanaannya pada saat-saat seperti ditunjukan
dalam ayat 4 pasal 58.
3. Jika pekerjaan lebih melebihi pekerjaan kurang, maka 10% dari
selisih akan dibayarkan kepada pemborong di atas harga borongan
sebagai keuntungan pemborong; dalam hal sebaliknya pada selisih
tidak dikenakan potongan 10% dari selisih itu terhadap harga
borongan.
4. Harga satuna yang dibuat dalam bestek atau dalam surat
penawaran,ditetapkan atas dasar musyawarah anatara direksi dan
pemborong.
5. Jika sifat dari suatu perubahan menyebabkan penyimpangan dari
ketentuan tentang perhitungan harga satuan menurut ayat-ayat
sebelumnya dalam pasal ini bisa ditentukan sesuatu sejumlah
harga, dengan mana harga borongan bisa dinaikkan dan
diturunkan.penetapan jumlah harga tersebut dilakukan atas dasar
musyawah antara kepala departemen;dinas;perusahaan;atau
pemerintah daerah yang bersangkutan dengan pemborong.
o. Cidera Janji
Cidera janji dilakukan dalam kondisi: penyedia jasa tidak meyelesaikan
tugas, tidak memenuhi mutu, kuantitas, tidak menyerahkan hasil
pekerjaan, menunda pelaksanaan, tidak melaksanakan intruksi pemberi
tugas.
Disebutkan juga kompensasi yang akan diperoleh pihak yang dirugikan
akibat terjadi cedera janji.
p. Pelimpahan Pekerjaan
Maksunya adalah pelimpahan pekerjaan dari penyedia jasa yang telah
mendapatkan pekerjaan/memenangkan tender kepada pihak ketiga.
Dalam pasal disebutkan pekerjaan tidak boleh diserahkan keseluruhan
kepada pihak ketiga,penyerahan sebagian boleh dilakukan dengan izin
tertulis pengguna jasa.
Disebutkan juga bahwa pelimpahan bagian pekerjaan yang diserahkan
kepada pihak ketiga tidak membebaskan penyedia jasa dari tanggung
jawab terhadap pekerjaan yang dilimpahkan tersebut.
q. Penyedia Jasa Lain
Maksudnya adalah penyedia jasa lain yang dipekerjakan pengguna jasa
untuk satu pekerjaan lain tetapi lokasinya sama atau berdekatan dengan
lokasi pekerjaan yang dibicarakan.
Yang diatur adalah kesedian penyedia jasa untuk bekerja sama dengan
syarat tidak boleh sampai mengganggu kelancaran pekerjaan penyedia
jasa.
r. Pengawas,Pelaksana dan Pekerjaan
Dalam pasal ini diatur penunjukan pengawas sebagai kuasa dari pengguna
jasa,keharusan penyedia jasa menempatkan seseorang pelaksana yang
berkuasa penuh untuk memberikan instruksi pengawas disertai kualifikasi
san hak pengguna jasa unutk mengganti pelaksana apabila terbukti tidak
cakap.
s. Gambar Kerja
Gambar kerja harus dibuat penyedia jasa berdasarkan gambar kontrakdan
harus disetujui lebih dahulu oleh pengguna jasa sebelum dilaksanakan.
Biaya gambar ditanggung penyedia jasa.
t. Kemudahan Memasuki Lapangan,Tempat Penyimpanan,Bengkel
Penyedia jasa harus menjamin kemudahan pengguna jasa untuk setiap saat
memasuki lapangan pekerjaan, bengkel, tempat penyimpanan bahan unutk
penyedia jasa dan para sub penyedia jasa.
u. Laporan/Dokumentasi
Ditetapkan kewajiban kepada penyedia jasa untuk membuat laporan
berkala mengenai kemakuan pekerjaan,bahan persediaan,peralatan, dan
sejumlah tenaga kerja. Kemajuan pekerjaan direkam melalui foto
dokumentasi.
v. Bahan,Peralatan dan Tenaga Kerja
Kewajiban penyedia jasa untuk menyediakan bahan, peralatan alat bantu
dan tenaga kerja.
w. Pemeriksaan dan Pengujiaan
Diatur tata cara pemeriksaan dan pengujian hasil pekerjaan beserta
konsejoensi yang timbul serta penetapan biayanya.
x. Perlindungan Pekerjaan
Ditetapkan persyaratan-persyaratan untuk melindungi pekerja beserta
jaminan sosial dan kesejahteraannya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
y. Keadaan Memaksa (Force Majeur)
Ditetapkan apa saja yang dapat disebut/digolongkan force majeur dan
resiko lainnya yang dapat disamakan dengan force majeur.yang dibahas
adalah hak para pihak jika kondisi ini terjadi dan bagaimana tata cara
pemberitahuan serta konsekuensi terhadap kelangsungan pekerjaan.
z. Kegagalan Bangunan
Ditetapkan jangka waktu tanggung jawab atas kegagalan bangunan sesuai
UU No.18 pasal 25 dan PP No.29/2000 pasal 34 s/d 39 termasuk bentuk
tanggung jawab yang menyebabkan kegagalan bangunan tersebut.
BAB 8
Pengelolaan Kontrak Konstruksi
Pengelolaan kontrak konstruksi diawali dengan adanya kebutuhan terhadap suatu
kontrak untuk melaksanakan suatu pekerjaan/proyek yang sudah direncanakan.
Oleh karena itu, proses pengolahan kontak diulai dari kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan perencanaan kontrak. Setelah tahap ini selesai, kegiatan
selanjutnya adalah menyusun atau membentuk kontrak konstruksi sampai dengan
penunjukan pemenang tender (contract award).
Setelah itu, kontak tersebut harus dijalankan. Dalam menjalankan kontrak
sesungguhnya ada 2 aspek yang harus berjalan parallel karena kedua hal tersebut
saling terkait dan saling mempengaruhi. Yang pertama adalah kegiatan fisik di
lapangan (konstruksi) dan yang kedua (yang kurang diperhatikan) adalah kegiatan
administrai kontrak, yaitu segala kegiatan nonteknis yang menunjang pelaksanaan
teknis konstruksi seperti pelapoan, penagihan pembayaran, perubahan pekerjaan,
dan klaim. Inilah ang dimaksud dengan tahapan ketiga dari proses perkontrakan.
Seluruh kegiatan ini (pengelolaan kontrak, pembentukan kontran, dan
pengadministrasiannya kontrak) harus terus dipantau.
1. Perencanaan kontrak
Mudah dipahami, perencanaan konrak adalah tugas penyedia jasa karena dialah
yang membutuhkan atau menginginkan suatu pekerjaan/proyek untuk
dilaksanakan. Kontrak harus direncanakan dan diatur agar mencerminkan sasaran
keseluruhan dari proyek yang direncanakan. Jika penyedia Jasanya adalah
Pemerintah, tentunya sasaran tersebut harus sesuai dengan program pemerintah.
Apabila penyedia jasanya adalah suatu perusahaan atau sektor swasta, maka
sasaran tersebut harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan tersebut.
Selain itu, perencanaan kontrak harus mencerminkan keadaan-keadaan khusus
dari proyek tersebut seperti kecocokan lokasi proyek, gaktor social/adat istiadat,
dan dampak lingkungan. Masalah teknis, penjadwalan dan resiko-resiko komersial
juga harus tercermin dalam perencanaan proyek tersebut. Contohnya adalah
pilihan struktur bangunan yang cocok dan tepat dengan kondisi tanah dan
lingkungan (banyak gedung di sekitarnya). Selain faktor masa pembangunan,
resiko-resiko komersial seperti laku tidaknya fasilitas yang akan dibangun juga
harus diperhitungkan. Misalnya, apakah pembangunan suatu apartemen perlu
dilakukan sedangkan di sekitarnya sudah banyak apartemen sejenis yang kosong
(kurang laku). Sama halnya, membangun hotel bintang 5 di daerah bisnis kelas
menengah jelas akan menyebabkan hotel yang dibangun menjadi kurang laku
karena businessman kelas menengah umumnya memilih hotel yang baik tapi
murah, dekat dengan pusat bisnis dan perkantoran pemerintah dan tidak perlu
mewah.
Demikian pula halnya dengan memilih bentuk kontrak. Apakah kontrak yang
dipilih adalah bentuk kontrak pra pendanaan penuh dari penyedia jasa? Di satu
sisi memang benar pengguna jasa tidak perlu mengeluarkan dana sejak awal
proyek karena ia dapat membayar setelah proyek selesai (mungkin setelah 2 atau
3 tahun). Tetapi jangan lupa bahwa nilai kontrak adalah lebih tinggi daripada
kontrak kontrak pembayaran termin karena penyedia jasa memasukkan bunga
bank selama masa konstruksi (interest during construction) karena dia harus
mendanai sendiri proyek tersebut hingga selesai. Contoh lain, pengguna jasa
memutuskan memakai bentuk kontrak spesialis dengan perhitungan bahwa nilai
kontrak/proyek akan lebih murah karena tidak ada duplikasi jasa seperti kontrak
konvensional ( lihat bab 4 yang membahas bentuk-bentuk kontrak konstruksi).
Tetapi harus diperhatikan bahwa bentuk kontrak ini membutuhkan banyak
pengawas dari pelbagai disiplin ilmu (sipil, mesin, listrik, dan sebagainya),
mungkin biaya pengawas menjadi mahal sehingga secara keseluruhan bentuk
kontrak ini lebih mahal dari kontrak konvensional. Jadi, dalam perencanaan hal-
hal di atas harus dikaji dan dianalisis secara teliti.
2. pembentukan/penyusunan kontrak
Dalam tahap/proses ini pun pihak yang berperan adalah penyedia jasa. Dialah
yang menyiapkan dokumen tender yang kemudian menjadi dokumen kontrak bagi
pemenang tender. Apabila ada pemilihan calon peserta tender, maka pengguna
jasa harus menyiapkan dokumen prakualifikasi, melakukan proses prakualifikasi,
dan menetapkan yang lulus. Selanjutnya dilakukan proses tender, evaluasi, dan
akhirnya menetapkan pemenang tender.
Dalam tahap ini, sudah harus disiapkan dokumen kontrak yang antara lain terdiri
dari perjanjian, syarat-syarat kontrak, spesifikasi teknis, gambar-gambar, yang
tentunya harus mengikuti ketentuan yang berlaku sekarang seperti unddang-
undang no.18/1999, peraturan pemerintah no. 28/2000, peraturan pemerintah
no.29/2000, peraturan pemerintah no.30/2000 dan undang-undang no.30/1999
serta peraturan perundang-undangan lain yang masih berlaku.
Di samping itu, sejalan dengan system manajemen mutu ISO-9000 dalam proses
tender, penyedia jasa harus diingatkan tentang kewajibannya untuk melakukan
penelitian yang cermat mengenai dokumen kontrak/tender, antara lain memilih
dan meyakini pemilihan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam dokumen
tender sehingga penawaran yang diajukan sudah memenuhi permintaan pengguna
jasa, antara lain persyaratan bahwa peserta tender adalah penyedia jasa yang telah
memiliki sertifikat ISO 9000.
Seharusnya pengguna jasa membuat kontrak yang menjamin bahwa kontrak
tersebut adil dan setara, memuat persyaratan-persyaratan yang melindungi baik
kepentingan pengguna jasa maupun penyedia jasa, mewujudkan pengawasan
terlaksana, dan dapat diadministrasikan secara benar.
3. Administrasi kontrak
Proses selanjutnya adalah pengolahan kontrak atau disebut administrasi kontrak.
Proses dimulai sejak kontrak ditandatangani sampai kontrak berakhir, baik karena
memang pekerjaan sudah selesai dan diterima dengan baik oleh pengguna jasa
(setelah berakhir masa tanggung jawab atas cacat) atau putus di tengah jalan
karena suatu sebab.
Dalam tahap ini berlangsunglah pekerjaan-pekerjaan nonteknis yang berhubungan
langsung dengan pelaksanaan fisik pekerjaan seperti mobilisasi catatan/laporan
kemajuan pekerjaan, penagihan pembayaran, perubahan pekerjaan dan klaim.
Baik penyedia jasa maupun pengguna jasa harus membuang kebiasaan buruk
malas membaca kontrak seperti telah disinggung dalam bab III mengenai
gambaran kontrak konstruksi sampai saat ini. Kontrak harus dikelola setiap hari
terhitung sejak saat ditandatangani sampai kontrak berakhir dan ditunjuk
orang/pejabat khusus untuk hal tersebut.
Ketiga proses/tahap di atas haarus terus dipantau. Hal ini disebut pemantauan
kontrak yang terdiri dari laporan dan audit. Dari ketiga tahapan/proses situ dengan
mudah dapat dipahami bahwa 2 (dua) tahapan, yaitu perencanaan kontrak dan
pembuatan kontrak, dibuat pengguna jasa. Sedangkan proses ketiga, yaitu
administrasi kontrak, seharusnya dikelola penyedia jasa maupun pengguna
jasa.Mengenai pembuatan kontrak, penyedia jasa masih mempunyai peluang
untuk merundingkannya dengan pengguna jasa jasa setelah penyedia jasa ditunjuk
sebagai pemenang tender atau ditunjuk langsung. Dengan demikian, pedoman
untuk menyusun kontrak sebagaimana diuraikan dalam bab VII dapat dipakai.
Kembali ke masalah administrasi kontrak, kebiasaan buruk penyedia jasa maupun
pengguna jasa yang malas membaca kontrak, seperti telah disinggung dalam bab
III gambaran kontrak konstruksi sampai saat ini harus dibuang. Kontrak harus
dikelola setiap hari terhitung sejak saat ditandatangani sampai kontrak berakhir
dengan menunjuk seseorang/pejabat khusus untuk itu.
Pengelolaan Kontrak menurut Robert D. Gilbreath
Menurut Robert D. Gilbreath dalam buku Managing Construction Contracts,
empat elemen utama atau fase penting dalam pengelolaan kontrak adalah
Perencanaan Kontrak, Pembentukan Kontrak, Administrasi Kontrak, dan
Pemantauan Kontrak.
1. Perencanaan Kontrak
Proses kontrak harus direncanakan dan ditata untuk menggambarkan:
- Sasaran perusahaan secara menyeluruh
- Kendala-kendala khusus proyek
- Risiko-risiko teknis, jadwal, dan komersial
Perencanaan ini harus mengikuti suatu pendekatan struktur dan disiplin
dengan mempertimbangkan sasaran pengguna jasa, lingkungan kontrak yang
ada, dan alternatif-alternatif untuk pelaksanaan dan pengawasan proyek.
2. Pembentukan Kontrak
Kontrak konstruksi diberikan hanya jika pengguna jasa yakin bahwa:
- Kontrak tersebut adil dan setara
- Kontrak berisi ketentuan-ketentuan yang melindungi semua pihak
- Kontrak mengatur pengawasan pelaksanaan
- Kontrak dapat diadministrasikan dengan benar
3. Administrasi Kontrak
Administrasi kontrak adalah suatu istilah yang menerangkan tentang
penanganan komersial suatu kontrak sejak diberikan (awarded) hingga
kontrak tersebut berakhir, baik secara disengaja maupun akibat terjadinya
suatu penyebab di luar perencanaan. Kontrol administrasi kontrak dilakukan
untuk memastikan bahwa kontrak dipenuhi sebagaimana yang disepakati di
dalamnya. Hal tersebut meliputi pemenuhan kontrak oleh kontraktor dan
pengguna jasa sendiri, seperti mencatat perkembangan proyek dan
pembayaran periodik.
4. Pemantauan Kontrak
Pemantauan terhadap tiga tahapan yang telah disebutkan (perencanaan,
pembentukan, dan administrasi) perlu dilakukan melalui:
- Pelaporan kontrak secara berkala
- Audit biaya kontrak secara efektif
Dua sarana utama untuk menjamin bahwa perencanaan, pembentukan,
administrasi kontrak telah dilaksanakan dengan benar meliputi pelaporan
kontrak dan audit kontrak.
Manfaat-Manfaat dari Pengawasan Pengelolaan Kontrak
Terdapat sejumlah manfaat dari adanya pengawasan pengelolaan kontrak.
Manfaat tersebut antara lain:
- Perencanaan kontrak membuat pemilik (owner) dapat menentukan jumlah,
lingkup kerja, struktur harga untuk memperoleh kontrak yang paling dapat
memenuhi tujuannya.
- Akan diperoleh kontrak dengan perusahaan yang berkompeten dengan
harga serendah mungkin.
- Biaya evaluasi menjadi lebih rendah.
- Lingkup pekerjaan terdefinisikan dengan baik.
- prepayment dan overpayment dapat dihindari.
- Perubahan permintaan berkurang secara signifikan dalam hal jumlah dan
dampaknya.
- Frekuensi dan biaya klaim berkurang.
- Peluang pembebanan di belakang mungkin saja muncul dan perlu
diusahakan semaksimal mungkin.
- Pelaporan kontrak yang informatif menuntut kita untuk menitikberatkan
pada tindakan perbaikan bila diperlukan.
- Audit kontrak akan menghemat biaya langsung.
Kesimpulan:
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keempat tahapan pengelolaan
kontrak (perencanaan, pembuatan, administrasi, dan pemantauan) sangat
menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan suatu kontrak. Kesalahan memilih
bentuk kontrak pada tahap perencanaan saja dapat menyebabkan nilai kontrak
menjadi mahal.
Kesalahan dalam memilih pemenang tender menimbulkan resiko pada proyek,
kesalahan/kelalaian administrasi kontrak mengakibatkan hak-hak penyedia jasa
dalam hal pembayaran tidak terpenuhi. Selain itu, dalam uraian di atas terungkap
pula pentingnya administrasi kontrak yang baik agar penanganan komersial dari
suatu kontrak berjalan dengan baik sehingga dapat mengurangi pengeluaran yang
tidak perlu seperti pembayaran terlalu dini, kelebihan membayar, munculnya
klaim-klaim yang sesungguhnya dapat dihindari.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa seluruh kegiatan proses perkontrakan
mulai dari tahap perencanaan, pembentukan sampai administrasi kontrak harus
dipantau dengan tepat dengan cara memelihara system pelaporan dan audit.
BAB 9
Teknik dan Strategi Negosiasi Kontrak
Untuk membuat suatu kontrak yang adil dan setara, kontrak konstruksi dibuat
melalui suatu negosiasi antara pihak-pihak yang melakukan kontrak. Isi kontrak
akan tergantung pada keberhasilan cara-cara melakukan negosiasi. Secara garis
besar, bab ini membahas mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
negosiasi agar kontrak yang dihasilkan cukup adil dan setara.
Pedoman Umum
1. Karakter Pihak Lawan Negosiasi
- Usahakan untuk mencari informasi mengenai karakter pihak lawan
negosiasi.
- Perunding harus pandai bersikap dan mengatasi segala karakter pihak
lawan, dengan tetap bersikap tegas.
2. Komposisi para Perunding
- Bila pihak lawan merupakan satu tim lengkap, perunding di pihak kita
harus mengimbanginya dengan juga membentuk tim. Satu tim tetap
diwakili oleh satu juru bicara.
- Tidak perlu meminta adanya juru bicara dari pihak lawan. Perdebatan di
antara perunding pihak lawan akan membantu pihak perunding kita untuk
mematahkan argumentasi pihak lawan.
3. Pemilihan Juru Runding
Juru runding harus berwibawa, tegas, jelas ucapannya tapi luwes. Akan lebih
baik bila juru runding memiliki rasa humor agar tidak menjemukan dan
membantu melunakkan pihak lawan.
4. Tata Tertib Berunding
- Jangan beradu argumentasi dengan sesama anggota tim.
- Dengarkanlah apa yang dikatakan pihak lawan dengan seksama. Jangan
menginterupsi bila tidak perlu.
- Tempat negosiasi harus diusahakan bebas dari segala gangguan, termasuk
telepon dan telepon genggam.
5. Konsep Kontrak yang Dipakai
- Setiap pihak akan menginginkan konsep kontrak mereka yang dipakai.
- Usahakan dengan cara bijak agar pihak lawan mau menerima konsep kita.
6. Risalah Rapat Negosiasi
- Dalam setiap rapat negosiasi perlu dibuat risalah (notulensi) yang
ditandatangani kedua pihak.
- Usahakan agar pihak kitalah yang menyusun risalah rapat.
7. Otoritas para Perunding
- Sejak awal negosiasi, masing-masing pihak harus memiliki otoritas untuk
memutuskan.
- Hal tersebut dapat disepakati di awal perundingan.
8. “Menang tanpa Mengalahkan”
- Usahakan agar kita menang dalam argumentasi tanpa pihak lawan merasa
dikalahkan.
- Kemenangan dalam perundingan lebih penting dibanding kemenangan
dalam perdebatan.
9. Judul Pasal
- Judul-judul pasal dalam kontrak tidak harus diartikan sebagai bagian
kontrak atau dipertimbangkan dalam menafsirkan kontrak.
10. Win-Win Solution
Win-Win Solution adalah kesetaraan dan keadilan isi suatu kontrak dengan
pengguna jasa dan penyedia jasa.
Penguasaan Materi Kontrak
- Para perunding harus menguasai materi kontrak yang dirundingkan
- Untuk memahami materi kontrak yang dirundingkan, konsep kontrak yang
dirundingkan harus dipelajari dengan seksama
- Perlu diperhatikan bahwa kata-kata dalam kontrak harus jelas; Makna ganda
dalam kontrak harus dihindari
- Bila konsep kontrak yang dirundingkan dituangkan dalam bahasa asing,
perunding harus berhati-hati dengan pemahaman bahasa asing tersebut.
- Perunding yang tampak tidak menguasai materi yang dirundingkan akan dapat
dikalahkan dengan mudah dalam negosiasi
Acuan/Referensi yang Dipakai
- Sebelum negosiasi dilakukan, para perunding harus terlebih dahulu menguasai
acuan/referensi yang akan dipakai.
- Perlu diperhatikan mengenai masa berlaku peraturan/perundang-undangan
yang digunakan dalam perumusan kontrak.
- Penyebutan referensi harus jelas
- Isi pasal-pasal tidak boleh bertentangan
Konsistensi Antar-Pasal
- Konsistensi antar pasal: Isi/materi dalam salah satu pasal tidak boleh
menghilangkan, menambah, atau mengurangi arti dari pasal lain.
- Pengulangan dalam pasal harus dihindari
Kemahiran Berargumentasi
- Kemahiran berargumentasi: Keahlian seorang perunding dalam
mempertahankan pendapatnya dengan berlandaskan pada fakta-fakta
kebenaran, bukan debat kusir.
- Argumentasi yang dilakukan jangan sampai keluar dari pokok permasalahan
yang sedang diperdebatkan.
- Hal yang diperdebatkan adalah arti/makna suatu topik, bukan
memperdebatkan susunan kata-kata atau kalimat dan gaya bahasa.
- Bahan yang diperdebatkan hanyalah topik penting/pokok.
- Jika perundingan menemui jalan buntu, sebaiknya pembahasan dipindahkan
ke topik lain sebagai penyegaran.
- Iklim dan suasana negosiasi harus dibuat menyenangkan, tidak tegang, dan
terkendali.
Tempat Perundingan
- Tempat perundingan memegang peranan penting. Tempat perundingan yang
baik adalah tempat yang tenang, nyaman, sirkulasi udara lancar, dan cukup
cahaya.
- Pilihlah tempat diluar kota yang tenang dan berhawa nyaman. Perundingan
yang jauh dari hiruk pikuk kota besar akan membantu kelancaran negosiasi.