bab 6. keuangan daerah · ringkasan eksekutif ... kerusakan pltu mpanau. sektor keuanga n,...

61
BANK INDONESIA PALU BAB 6. KEUANGAN DAERAH 41

Upload: lamquynh

Post on 15-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

41

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

42 

LAPORAN TRIWULANAN 

PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEUANGAN 

PROPINSI SULAWESI TENGAH 

TRIWULAN IV – 2007

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

43 

Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun

internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil

Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan

moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang berkesinambungan

Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur dan mengawasi bank

Kritik, saran, masukan dan komentar dapat disampaikan kepada :

Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik dan Survei Kantor Bank Indonesia Palu Jl. Dr. Sam Ratulangi No.23 Palu Telp : 0451 - 421181 Fax : 0451 - 421180 Email : [email protected]; [email protected] Homepage : www.bi.go.id

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

44 

KATA PENGANTAR

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya

sehingga kita semua dapat melewati tahun 2007 dengan baik, dan tentunya dengan berbagai

catatan keberhasilan dan tantangan yang harus dihadapi dengan langkah nyata di tahun 2008 ini.

Di bidang ekonomi dan perbankan, keberhasilan tersebut diantaranya pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Tengah tahun 2007 yang diperkirakan sebesar 7,96% atau sesuai dengan perkiraan Bank

Indonesia Palu di awal tahun 2007, laju inflasi tahunan (y-o-y) Kota Palu sebesar 8,13% atau lebih

rendah dibandingkan tahun 2006 sebesar 8,69%, pertumbuhan kredit mencapai 28,67%,

pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 16,44%, LDR perbankan sebesar 90,19%, rasio

kredit bermasalah (Non Performing Loans/NPLs) net perbankan dibawah angka 5% dan jaringan

kantor perbankan yang terus bertambah yaitu dari 123 kantor di akhir tahun 2006 menjadi 137

kantor di akhir tahun 2007. Namun demikian, tantangan besar yang masih kita hadapi adalah

angka kemiskinan dan pengangguran yang relatif tinggi. Untuk menjawab tantangan tersebut,

kita semua perlu berupaya keras mewujudkan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang lebih

berkualitas di tahun ini antara lain melalui penyediaan data/informasi dan kajian ekonomi yang

lebih baik serta pembangunan dan perbaikan infrastruktur.

Sehubungan dengan itu maka sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di daerah,

Kantor Bank Indonesia Palu berperan memberikan informasi dan masukan kepada stakeholders

khususnya pemerintah daerah antara lain dengan menyusun buku Perkembangan Ekonomi dan

Keuangan Propinsi Sulawesi Tengah yang diterbitkan secara triwulanan. Buku ini merupakan salah

satu bentuk kontribusi Bank Indonesia untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan

moneter dan sekaligus diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi stakeholders di

daerah mengenai perkembangan perekonomian daerah.

Dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan kualitas buku/publikasi di masa yang akan

datang, saran dan masukan dari berbagai pihak sangat kami harapkan. Oleh sebab itu kepada

pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini diucapkan terima kasih.

Palu, Februari 2008 BANK INDONESIA PALU

TTD

Suparmo Pemimpin

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

45 

DAFTAR ISI

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .... i

Daftar Isi .... ii

Daftar Tabel ........................... iv

Daftar Grafik .......................... v

Ringkasan Eksekutif ......................... 1

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI......................................................................................... 6

1. Permintaan Daerah 7

2. Penawaran Daerah . 10

Boks 1 : Kondisi Ketenagalistrikan PT. PLN (Persero) Cabang Palu

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI 15

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN.................................................................................... 21

1. Perkembangan Moneter .............. 22

2. Perkembangan Perbankan .............. 23

2.1. Aset dan Jaringan Kantor . 23

2.2. Penghimpunan Dana .. 24

2.3. Penyaluran Kredit 26

2.4. Kolektibilitas Kredit ........... 28

Boks 2 : Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ........................... 31

1. Perkembangan Uang Kartal ..................................... 31

2. Perkembangan Uang Palsu Yang Ditemukan................................................ 33

3. Perkembangan Kliring Lokal........................................................................... 34

4. Perkembangan RTGS........................................................................................ 35

BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT................................................................................. 37

5.1. Perkembangan Ketenagakerjaan................................................................. 37

5.2. Kemiskinan..................................................................................................... 39

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

46 

DAFTAR ISI

iii

BAB 6. KEUANGAN DAERAH . 41

BAB 7. PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI ...... 43

1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi ........................... 43

2. Prospek Inflasi . 44

3. Prospek Perbankan . 44

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

47 

DAFTAR TABEL

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rp)......... 7

Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga

Konstan 2000 (%) . 8

Tabel 1.3. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000

(Miliar Rp) ... 11

Tabel 1.4. Produksi Padi Sulawesi Tengah . 11

Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar

Harga Konstan 2000 (%) . 12

Tabel 2. Inflasi Kota Palu Menurut Kelompok Barang dan Jasa .. 18

Tabel 3.1. Perkembangan Komponen Uang Beredar Regional (Miliar Rp) ... 23

Tabel 3.2. Perkembangan Total Aset Perbankan (Miliar Rp) .. 23

Tabel 3.3. Perkembangan Dana Perbankan Berdasarkan Golongan Pemilik di

Bank Umum (Miliar Rp)....................................................................................... 25

Tabel 3.4. Penghimpunan Dana Perbankan (Miliar Rp) . 25

Tabel 3.5. Perkembangan Kredit Perbankan (Miliar Rp) .............. 26

Tabel 3.6. Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Sulawesi Tengah (Miliar Rp)............ 28

Tabel 3.7. Kolektibilitas Kredit Bank Umum (Miliar Rp) ............... 29

Tabel 3.8. Perkembangan NPLs Gross Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi ......... 29

Tabel 3.9. Kolektibilitas Kredit BPR (Juta Rp) .. 30

Tabel 4.1. Jumlah Uang Palsu Yang Ditemukan (Lembar) .............. 34

Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong . 35

Tabel 4.3. Perkembangan Transaksi BI-RTGS di KBI Palu ........................... 36

Tabel 5.1. Perkembangan Ketenagakerjaan 38

Tabel 5.2. Perkembangan Indikator-Indikator Kemiskinan di

Propinsi Sulawesi Tengah..................................................................................... 39

Tabel 6. Realisasi Pendapatan dan Belanja Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007....... 41

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

48 

DAFTAR GRAFIK

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Sulawesi Tengah ... 6

Grafik 1.2. Realisasi Pengadaan Semen di Sulawesi Tengah Tahun 2007........................... 9

Grafik 1.3. Perkembangan Kedatangan-Keberangkatan Penumpang Angkutan Laut dan

Angkutan Udara................................................................................................... 13

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) .. 15

Grafik 2.2. Disagregasi Inflasi (q-t-q) .. 16

Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi (y-o-y) .. 17

Grafik 2.4. Sumbangan Kelompok Pengeluaran Terhadap Inflasi Triwulanan . 17

Grafik 3.1. Perkembangan Suku Bunga .. 21

Grafik 3.2. Distribusi Kantor Bank di Sulawesi Tengah Triwulan IV-2007............................ 24

Grafik 4.1. Perkembangan Inflow-Outflow .......... 32

Grafik 4.2. Laju Pertumbuhan Inflow dan Outflow Tahun 2000-2007................................. 32

Grafik 4.3. Perkembangan PTTB ........................ 33

Grafik 5.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)...................................... 37

Grafik 5.2. Perkembangan Angkatan Kerja yang Bekerja

Berdasarkan Sektor Ekonomi............................................................................... 38

Grafik 5.3. Perkembangan UMP di Sulawesi Tengah .. 38

Grafik 5.4. Realisasi Penyaluran Raskin di Sulawesi Tengah Tahun 2007............................ 40

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

49

Perekonomian Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuh 7,66% (y-o-y)

RINGKASAN EKSEKUTIF

1

RINGKASAN EKSEKUTIF 

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEUANGAN 

PROPINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV­2007

Perekonomian Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuh

sebesar 7,66% (y-o-y), melambat dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya sebesar 8,09% (y-o-y). Perlambatan pertumbuhan pada triwulan

laporan terutama akibat melambatnya pertumbuhan sektor pertanian, sektor

listrik dan air bersih serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Sektor pertanian mengalami perlambatan pertumbuhan antara lain akibat

bergesernya masa panen dan kondisi cuaca yang kurang baik (pada subsektor

perikanan). Sektor listrik dan air bersih tumbuh lebih lambat terutama pada

subsektor listrik akibat adanya gangguan pasokan energi listrik saat terjadi

kerusakan PLTU Mpanau. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

melambat pertumbuhannya antara lain akibat kenaikan biaya sewa bangunan

dan jasa perusahaan.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2007

terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga, investasi dan konsumsi

pemerintah. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didukung oleh faktor

musiman hari raya keagamaan dan tahun baru serta perbaikan daya beli

masyarakat yang tercermin dari tren kenaikan nilai tukar petani (NTP).

Sementara itu, pertumbuhan investasi dan konsumsi pemerintah terjadi seiring

dengan peningkatan belanja daerah menjelang akhir tahun. Untuk keseluruhan

tahun 2007, perekonomian Sulawesi Tengah diperkirakan tumbuh 7,96% atau

sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 7,97%.

Laju inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) Kota Palu pada triwulan IV-2007

mencapai 3,84% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

1,60% (q-t-q). Berdasarkan kelompoknya, penyumbang utama inflasi pada

triwulan laporan adalah kelompok bahan makanan, kelompok perumahan, air,

listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok sandang. Sementara itu berdasarkan

disagregasinya, penyumbang utama inflasi adalah kelompok volatile foods.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya inflasi Kota Palu pada triwulan

IV-2007 antara lain meningkatnya permintaan masyarakat terkait dengan

Laju inflasi IHK Kota Palu pada triwulan IV-2007 mencapai 3,84% (q-t-q)

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

50 

RINGKASAN EKSEKUTIF

2

datangnya hari-hari besar keagamaan dan tahun baru, keterbatasan pasokan

akibat ketidaklancaran distribusi dan cuaca yang kurang baik, serta

ketergantungan pada pasokan barang dan jasa daerah lain. Secara tahunan, laju

inflasi mencapai 8,13% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan tahun 2006 sebesar

8,69% (y-o-y), namun demikian lebih tinggi daripada laju inflasi nasional sebesar

6,59% (y-o-y).

Penurunan level BI Rate di akhir triwulan IV-2007 sebesar 25 basis poin

sehingga menjadi 8,00% diikuti dengan penurunan suku bunga simpanan dan

suku bunga kredit, termasuk di Sulawesi Tengah. Suku bunga deposito 1 bulan

perbankan Sulawesi Tengah turun dari 7,00% di akhir triwulan III-2007 menjadi

6,70% di akhir triwulan laporan. Demikian juga rata-rata tertimbang (weighted

average) suku bunga kredit, mengalami penurunan yang cukup signifikan. Suku

bunga kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi masing-masing

turun dari 14,64%, 14,42% dan 15,17% di akhir triwulan sebelumnya menjadi

14,21%, 14,11% dan 14,92% di akhir triwulan IV-2007. Sementara itu, suku

bunga penjaminan deposito 1 bulan masih tertahan di level 8,25%.

Dari sisi penghimpunan dana, posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan

Sulawesi Tengah sampai dengan akhir tahun 2007 tumbuh sebesar 16,44%

sehingga menjadi Rp5.225,65 miliar. Pertumbuhan tersebut mencerminkan

kepercayaan masyarakat yang masih tinggi terhadap perbankan di tengah tren

penurunan suku bunga simpanan. Berdasarkan jenis simpanan masyarakat,

deposito dan tabungan tumbuh positif di akhir triwulan laporan, sedangkan giro

mengalami pertumbuhan negatif seiring dengan turunnya giro milik Pemerintah

Daerah. Sebagaimana diketahui, giro masyarakat di perbankan Sulawesi Tengah

didominasi oleh giro milik Pemerintah Daerah, dan di akhir tahun realisasi

belanja daerah diperkirakan meningkat sehingga pencairan dana milik

Pemerintah Daerah (terutama giro) juga meningkat.

Dari sisi penyaluran kredit, pertumbuhan kredit terus berakselerasi

melampaui perkiraan pertumbuhan di awal tahun 2007. Total penyaluran kredit

perbankan Sulawesi Tengah sampai dengan triwulan IV-2007 tercatat sebesar

Rp4.713,13 miliar atau meningkat 28,67% (y-o-y). Berdasarkan jenis

penggunaannya, kredit perbankan didominasi kredit konsumsi (50,02%) dan

kredit modal kerja (43,87%), sedangkan kredit investasi masih terbatas dengan

pangsa 6,11%. Akselerasi penyaluran kredit ini mencerminkan semakin

membaiknya fungsi intermediasi perbankan, dan semakin meningkatnya

pembiayaan ke sektor riil.

Penurunan level BI Rate di akhir triwulan IV-2007 diikuti oleh penurunan suku bunga simpanan dan suku bunga kredit...

Pertumbuhan kredit terus berakselerasi melampaui perkiraan pertumbuhan di awal tahun 2007...

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

51

Kondisi ketenagakerjaan posisi Agustus 2007 menunjukkan adanya perbaikan

RINGKASAN EKSEKUTIF

3

Perkembangan uang kartal masuk (inflow) dan uang kartal keluar (outflow)

di Bank Indonesia Palu pada triwulan IV-2007 mengalami peningkatan yang

signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan

meningkatnya kebutuhan uang tunai masyarakat menghadapi hari raya

keagamaan dan tahun baru.

Jumlah inflow di Bank Indonesia Palu pada triwulan IV-2007 tercatat

sebesar Rp393,97 miliar atau naik 43,70% dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar Rp274,16 miliar. Sementara itu, jumlah outflow tercatat sebesar

Rp1.042,44 miliar atau naik 92,74% dibandingkan triwulan III-2007 sebesar

Rp540,84 miliar. Dengan demikian pada triwulan laporan Bank Indonesia Palu

mengalami net outflow sebesar Rp648,47 miliar.

Sementara itu, jumlah warkat kliring turun 15,24% yaitu dari 34.730 lembar

pada triwulan III-2007 menjadi 29.436 lembar pada triwulan laporan. Sementara

itu, nominal perputaran kliring meningkat 18,84% dibandingkan triwulan

sebelumnya sehingga menjadi Rp1.641,77 miliar. Peningkatan tersebut didorong

oleh realisasi pembayaran proyek-proyek Pemerintah Daerah menjelang akhir

tahun 2007.

Aliran dana keluar (outflow) dari Kota Palu melalui BI-RTGS pada triwulan

IV-2007 tercatat sebesar Rp5.258,92 miliar atau naik 9,84% dibandingkan

triwulan III-2007 sebesar Rp4.787,68 miliar dengan volume transaksi sebanyak

13.635 transaksi. Sementara itu, aliran dana masuk (inflow) tercatat turun

-2,00% dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga menjadi Rp4.408,78 miliar

dengan volume transaksi sebanyak 10.056 transaksi. Peningkatan volume

transaksi melalui BI-RTGS menunjukkan semakin meningkatnya aktifitas

perekonomian di Sulawesi Tengah.

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2007 yang relatif tinggi dan

di atas pertumbuhan ekonomi nasional, serta terkendalinya laju inflasi secara

bertahap mampu memperbaiki kesejahteraan masyarakat Sulawesi Tengah.

Pendapatan per-kapita penduduk cenderung meningkat dan didukung dengan

pertumbuhan populasi penduduk yang rendah. Selain itu, tingkat pengangguran

dan angka kemiskinan mengalami penurunan walaupun belum sesuai dengan

yang diharapkan.

Kondisi ketenagakerjaaan di Sulawesi Tengah posisi Agustus 2007

menunjukkan adanya perbaikan. Pada bulan Agustus 2007 tingkat

pengangguran terbuka (TPT) di Sulawesi Tengah tercatat 8,39% atau lebih

rendah dibandingkan bulan Agustus 2006 sebesar 10,31%, dan bahkan masih di

Inflow dan outflow mengalami peningkatan yang signifikan...

Perputaran kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.641,77 miliar...

Outflow dari Kota Palu melalui BI-RTGS naik 40,27%...

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

52 

RINGKASAN EKSEKUTIF

4

bawah TPT nasional sebesar 9,11%. Faktor utama yang mempengaruhi

perbaikan tersebut adalah pertumbuhan ekonomi.

Secara keseluruhan operasi keuangan Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah

sampai dengan triwulan III-2007 masih mencatat surplus anggaran sebesar

Rp278,98 miliar. Besarnya surplus terkait dengan masih rendahnya penyerapan

belanja daerah, terutama untuk komponen belanja modal. Penyerapan belanja

daerah sampai dengan triwulan III-2007 mencapai Rp304,95 miliar atau 43,82%.

Sementara itu, realisasi pendapatan daerah telah mencapai Rp583,93 miliar

atau 83,54%. Dari jumlah tersebut, sebagian besar berasal dari dana

perimbangan (77,48), diikuti PAD (22,52%). Dari semua komponen pendapatan

daerah, realisasi lain-lain PAD yang sah mencapai 277,98%, tertinggi

dibandingkan komponen lainnya. Hal ini diperkirakan berhubungan dengan

masih rendahnya realisasi belanja daerah sehingga simpanan Pemerintah

Propinsi di perbankan meningkat, dan akhirnya pendapatan bunga/jasa giro

juga mengalami peningkatan.

PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI

Prospek perekonomian Sulawesi Tengah tahun 2008 diperkirakan tetap

optimis, walaupun dihadapkan pada tantangan yang semakin berat.

Perekonomian diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari tahun 2007 dengan

konsumsi rumah tangga tetap sebagai motor utama penggerak. Pertumbuhan

konsumsi rumah tangga terutama didorong oleh perbaikan daya beli masyarakat

yang berasal dari kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) sekitar 20% dan Upah

Minimum Propinsi (UMP) serta pemberian tunjangan untuk tenaga

kependidikan. Dari sisi pembiayaan, tren penurunan suku bunga di tahun 2007

juga memberikan modal ke depan pada meningkatnya konsumsi rumah tangga.

Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2008 masih

didominasi oleh sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan, hotel

dan restoran. Kinerja sektor pertanian tahun 2008 diperkirakan lebih baik

dibandingkan tahun 2007, terutama untuk subsektor tanaman bahan makanan

dan subsektor perkebunan. Peningkatan output sektor pertanian didorong oleh

peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanaman. Hal ini didukung

dengan komitmen Pemerintah yang telah mengalokasikan anggaran subsidi

kepada petani berupa pupuk, bunga kredit program dan benih, disamping juga

anggaran untuk penyediaan dan perbaikan infrastruktur pertanian, serta

pengendalian hama dan penyakit. Berdasarkan data dari Departemen

Operasi keuangan Pemerintah Propinsi sampai dengan triwulan III-2007 mencatat surplus sebesar Rp278,98 miliar...

Prospek perekonomian Sulawesi Tengah tahun 2008 diperkirakan tetap optimis...

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

53 

RINGKASAN EKSEKUTIF

5

Keuangan, pada tahun 2008 Sulawesi Tengah mendapatkan alokasi dana

infrastruktur sarana dan prasarana sebesar Rp152,30 miliar serta Dana Alokasi

Khusus (DAK) sebesar Rp578,98 miliar. Penggunaan dana tersebut salah satunya

untuk perbaikan dan penyediaan infrastruktur pertanian seperti irigasi dan

pencetakan sawah baru.

Inflasi IHK Kota Palu tahun 2008 diperkirakan sekitar 7±1%. Tekanan inflasi

terutama berasal dari imported inflation. Sementara itu, tekanan inflasi

administered prices dan volatile foods diperkirakan akan memberi tekanan

minimal pada tahun 2008. Namun demikian, laju inflasi Kota Palu yang cukup

tinggi di awal tahun 2008 perlu diwaspadai karena akan mendorong

peningkatan ekspektasi inflasi masyarakat di masa yang akan datang.

Berdasarkan perkembangan berbagai indikator perbankan sampai dengan

akhir tahun 2007, perbankan Sulawesi Tengah pada tahun 2008 diperkirakan

masih tetap stabil dengan beberapa pencapaian antara lain pertumbuhan kredit

sekitar 20% dan NPLs netto di bawah 5%. Faktor yang mendukung

perkembangan perbankan tahun 2008 antara lain tren penurunan suku bunga

selama tahun 2007, peningkatan jumlah jaringan kantor bank, perbaikan daya

beli masyarakat dan peningkatan belanja daerah.

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

54 

TABEL INDIKATOR EKONOMI 

TABEL INDIKATOR EKONOMI 

PROPINSI SULAWESI TENGAH

a. Inflasi dan PDRB 2007

Indikator 2006 Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

MAKRO

Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Palu 152,86 156,67 159,17 165,29

Laju Inflasi Tahunan (%) Kota Palu 8,69 5,56 5,94 8,13

PDRB harga konstan (miliar Rp) 12.688,55 3.337,12 3.551,84 3.855,58

- Pertanian 5.604,79 1.431,34 1.500,29 1.705,68

- Pertambangan dan Penggalian 320,29 95,74 104,05 109,89

- Industri Pengolahan 819,32 211,02 222,89 229,23

- Listrik dan Air Bersih 97,73 23,92 26,27 29,93

- Bangunan 819,59 206,42 243,50 270,75

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.640,64 429,57 473,88 508,63

- Pengangkutan dan Komunikasi 889,46 244,66 249,37 248,88

- Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 570,89 143,67 160,34 179,37

- Jasa-Jasa 1.925,84 550,78 571,25 573,22

Pertumbuhan PDRB tahunan (%) 7,97 9,09 9,06 7,66

Nilai Ekspor Non-Migas (USD Juta) 202,16 72,17 89,85 28,76 *)

Volume Ekspor Non-Migas (Ton) 177.743,68 52.366,36 65.359,52 18.414,86 *)

Nilai Impor Non-Migas (USD Juta) 6,29 0,41 0,04 -

Volume Impor Non-Migas (Ton) 2.681,99 666,80 53,94 -

Ket. : *) Posisi Oktober November 2007

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

55 

TABEL INDIKATOR EKONOMI

b. Perbankan

2007 Indikator Tahun 2006

Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

PERBANKAN

Bank Umum :

Total Aset (Miliar Rp) 5.940,16 6.295,37 6.621,16 6.713,79

DPK (Miliar Rp) 4.476,61 4.786,87 4.984,40 5.171,15

- Tabungan (Miliar Rp) 2.108,10 2.149,94 2.252,23 2.933,15

- Giro (Miliar Rp) 1.407,93 1.695,77 1.780,41 1.285,46

- Deposito (Miliar Rp) 931,58 941,16 951,76 952,54

Kredit (Miliar Rp) - Berdasarkan Lokasi Proyek 3.837,49 4.275,69 4.694,44 4.838,12 *)

- Modal Kerja 1.684,80 1.878,24 1.987,43 1.939,16 *)

- Konsumsi 1.859,99 2.076,58 2.313,68 393,86 *)

- Investasi 292,70 320,87 393,33 2.505,10 *)

- LDR (%) 85,72 89,32 94,18 96,95 *)

Kredit (Miliar Rp) Berdasarkan Bank Pelapor 3.587,51 3.983,86 4.298,29 4.600,06

- Modal Kerja 1.666,32 1.850,17 1.933,60 2.050,24

- Konsumsi 1.704,35 1.910,75 2.122,79 2.264,42

- Investasi 216,84 222,94 241,90 285,40

- LDR (%) 80,14 83,22 86,24 88,96

Kredit UMKM (Miliar Rp) 3.257,53 3.565,04 3.864,71 4.115,89

Kredit Mikro 1.670,68 1.780,90 1.941,99 2.013,62

Kredit Kecil 822,35 925,17 1.072,88 1.125,23

Kredit Menengah 764,50 858,97 849,84 977,04

NPLs gross (%) 6,74 7,14 6,88 6,30

NPLs netto (%) 2,85 3,79 3,73 3,61

BPR :

Total Aset (Miliar Rp) 104,80 148,72 170,87 193,07

DPK (Miliar Rp) 40,07 49,76 56,40 54,50

- Tabungan (Miliar Rp) 7,89 9,68 11,46 11,58

- Deposito (Miliar Rp) 32,18 40,08 44,94 42,92

Kredit (Miliar Rp) 75,43 99,24 118,72 113,07

- Modal Kerja 12,08 13,73 16,30 17,35

- Konsumsi 60,98 83,18 100,05 93,28

- Investasi 2,37 2,33 2,37 2,44

Kredit UMKM 75,43 99,24 118,72 113,07

Rasio NPLs gross (%) 4,44 2,36 1,88 1,70

Rasio NPL Netto (%) 3,57 1,53 1,09 0,79

LDR (%) 188,26 199,44 210,51 207,48 Ket. : *) Posisi November 2007

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

56 

TABEL INDIKATOR EKONOMI

c. Sistem Pembayaran

2007 Indikator 2006

Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

SISTEM PEMBAYARAN

Posisi Kas Gabungan (Miliar Rp) 183,00 209,95 585,70 216,72

Inflow (Miliar Rp) 2.317,25 182,70 274,16 393,97

Outflow (Miliar Rp) 3.310,35 706,21 540,84 1.042,44

Pemusnahan Uang (Miliar Rp) 492,90 84,29 99,96 91,94

Transaksi RTGS

- Inflow (Miliar Rp) 13.145,98 3.720,97 4.498,76 4.408,78

- Outflow (Miliar Rp) 17.566,98 3.413,28 4.787,68 5.258,92

Nominal Kliring (Miliar Rp) 3.435,83 670,41 1.381,52 1.641,77

Volume Kliring (Lembar) 137.602 28.404 34.730 29.436

Rata-Rata Harian Nominal Kliring (Miliar Rp) 13,96 11,03 21,89 27,86

Rata-Rata Harian Volume Kliring (Lembar) 558 467 543 504

Rata-Rata Harian Nominal Cek/BG Kosong (%) 0,50 0,62 0,33 0,37

Rata-Rata Harian Volume Cek/BG Kosong (%) 0,78 0,57 0,61 0,84

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

57

Perekonomian Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuh 7,66% (y-o-y)

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

6

BAB 1 

PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

Perekonomian Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuh

sebesar 7,66% (y-o-y), melambat dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya sebesar 8,09% (y-o-y). Perlambatan pertumbuhan pada triwulan

laporan terutama akibat melambatnya pertumbuhan sektor pertanian, sektor

listrik dan air bersih serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Sektor pertanian mengalami perlambatan pertumbuhan antara lain akibat

bergesernya masa panen dan kondisi cuaca yang kurang baik (pada subsektor

perikanan). Sektor listrik dan air bersih tumbuh lebih lambat terutama pada

subsektor listrik akibat adanya gangguan pasokan energi listrik saat terjadi

kerusakan PLTU Mpanau. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

melambat pertumbuhannya antara lain akibat kenaikan biaya sewa bangunan

dan jasa perusahaan. 

Graf ik  1.1. La ju P ertumbuhan P D RB  Sulawes i T engah A tas  D asar H arga  Ko nstan 2000 

­20,00 

­15,00 

­10,00 

­5,00 

0,00 

5,00 

10,00 

15,00 

Tr III­05  Tr IV­05  Tr I­06  Tr II­06  Tr III­06  Tr IV­06  Tr I­07  Tr II­07  Tr III­07  Tr IV­07 

0,00 

1,00 

2,00 

3,00 

4,00 

5,00 

6,00 

7,00 

8,00 

9,00 

10,00 

q­t­q  y­o­y

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2007

terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga, investasi dan konsumsi

pemerintah. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didukung oleh faktor

musiman hari raya keagamaan dan tahun baru serta perbaikan daya beli

masyarakat yang tercermin dari tren kenaikan nilai tukar petani (NTP).

Sementara itu, pertumbuhan investasi dan konsumsi pemerintah terjadi seiring

dengan peningkatan belanja daerah menjelang akhir tahun. Untuk keseluruhan

tahun 2007, perekonomian Sulawesi Tengah diperkirakan tumbuh 7,96% atau

sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 7,97%.

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

58

Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh sebesar 8,07% (y-o-y)

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

7

1. PERMINTAAN DAERAH

Konsumsi rumah tangga, investasi (sebagaimana tercermin dari

Pembentukan Modal Tetap Bruto) dan konsumsi pemerintah merupakan

pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan

IV-2007 dengan kontribusi terhadap pertumbuhan (share of growth) masing-

masing sebesar 4,57%, 1,59% dan 1,34%. Sementara itu, ekspor netto

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan sebesar 0,07%.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuh 8,07%

(y-o-y) dengan nilai tambah bruto mencapai Rp2.297,83 miliar. Konsumsi rumah

tangga merupakan penyumbang dominan pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tengah. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didukung oleh faktor musiman

hari raya keagamaan dan tahun baru serta perbaikan daya beli masyarakat yang

tercermin dari tren kenaikan nilai tukar petani (NTP).

Tabel 1.1. PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah)

2006 *) 2007 **)

Rincian Tr III Tr IV Tr II Tr III Tr IV

1.Konsumsi RT - Makanan - Non Makanan

1.914,75 1.164,70

750,05

2.126,32 1.287,67

838,65

1.895,93 1.200,06

695,87

2.087,29 1.266,45

820,84

2.297,84 1.380,15

917,69

2.Konsumsi Lembaga Nirlaba 46,30 46,14 39,49 47,58 48,16

3.Konsumsi Pemerintah 491,21 633,05 410,64 528,05 676,21

4.PMTB 645,15 737,62 660,21 699,07 799,68

5.Ekspor - Antar Propinsi - Antar Negara

503,18 287,44 215,74

484,52 284,74 199,78

564,91 104,83 460,08

578,13 108,26 469,87

578,62 112,84 465,78

6.Impor - Antar Propinsi - Antar Negara

343,88 337,58

6,30

446,44 441,68

4,76

234,06 233,84

0,22

388,28 388,03

0,25

544,93 544,91

0,02

PDRB 3.256,71 3.581,21 3.337,12 3.551,84 3.855,58

Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Data sementara

**) Data sangat sementara

Perkiraan pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut dikonfirmasi oleh

beberapa prompt indicator seperti peningkatan konsumsi listrik, peningkatan

penjualan kendaraan bermotor serta peningkatan jumlah pelanggan dan

pemakaian pulsa telepon. Pada triwulan laporan, volume penjualan listrik PLN

mengalami kenaikan sebesar 6,11% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan

IV-2006 sebesar 6,07% (y-o-y). Volume penjualan kendaraan bermotor (motor

dan mobil) mengalami peningkatan 61,28% (y-o-y) atau meningkat

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 29,20% (y-o-y).

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

59 

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

8

Sementara itu, jumlah pelanggan dan pemakaian pulsa telepon mengalami

peningkatan masing-masing 10,13% (y-o-y) dan 0,47% (y-o-y).

Dari sisi pembiayaan bank, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercermin

dari peningkatan outstanding kredit konsumsi perbankan Sulawesi Tengah. Pada

bulan Desember 2007, kredit konsumsi perbankan tumbuh 33,56% (y-o-y), lebih

tinggi daripada kredit jenis lainnya (investasi dan modal kerja). Hal yang

mendukung pertumbuhan kredit pada triwulan laporan antara lain tren

penurunan suku bunga kredit, promosi produk dan jasa perbankan dan

perbaikan daya beli masyarakat.

Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%)

2006 *) 2007 **)

Rincian Tr III Tr IV Tr II Tr III Tr IV

1.Konsumsi RT

- Makanan

- Non Makanan

9,62

9,15

10,36

9,36

8,63

10,51

9,25

8,38

10,80

9,01

8,74

9,44

8,07

7,18

9,43

2.Konsumsi Lembaga Nirlaba 11,59 8,66 6,16 2,79 4,37

3.Konsumsi Pemerintah 7,08 6,71 7,43 7,50 6,82

4.PMTB 8,97 7,64 10,51 8,36 8,41

5.Ekspor

- Antar Propinsi

- Antar Negara

9,98

59,50

-22,20

0,98

42,39

-28,60

11,93

38,07

7,30

14,89

-62,34

117,79

19,42

-60,37

133,15

6.Impor

- Antar Propinsi

- Antar Negara

6,80

10,77

-63,44

3,38

3,04

47,89

18,33

33,99

-99,07

12,91

14,94

-95,99

22,06

23,37

-99,62

PDRB 9,49 8,09 9,09 9,06 7,66

Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Data sementara (y-o-y)

**) Data sangat sementara (y-o-y)

Investasi pemerintah maupun swasta pada triwulan IV-2007 diperkirakan

tumbuh 8,41%(y-o-y) dengan nilai tambah bruto sebesar Rp799,68 miliar.

Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2006. Peningkatan

pertumbuhan investasi terutama didorong oleh kenaikan belanja modal Pemda

menjelang akhir tahun dan dapat dikonfirmasi dari peningkatan penjualan truk,

peningkatan realisasi pengadaan semen, kenaikan nominal perputaran kliring,

kenaikan uang kartal keluar (outflow) dari Bank Indonesia Palu serta kenaikan

volume dan nominal transaksi melalui BI-RTGS. Selain itu, keberadaan berbagai

proyek milik swasta ikut memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

peningkatan pertumbuhan investasi. Proyek swasta tersebut antara lain

pembangunan ruko di berbagai daerah, realisasi investasi pembangunan hotel

Investasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,41% (y-o-y)

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

60

Konsumsi pemerintah tumbuh 6,82 (y-o-y)

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

9

berbintang di Kota Palu dan pembangunan pusat perbelanjaan modern di

Kabupaten Banggai (Kota Luwuk).

Grafik 1.2. Realisasi Pengadaan Semen di Sulawesi Tengah Tahun 2007

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

Tr.1 Tr.II Tr.III Tr.IV

2007

Ton

Untuk terus meningkatkan pertumbuhan investasi di Sulawesi Tengah,

dibutuhkan berbagai stimulus dari Pemerintah Daerah misalnya penyediaan

infrastruktur yang memadai (terutama listrik, pelabuhan dan jalan), kemudahan

berinvestasi, jaminan keamanan untuk berusaha dan menghilangkan high cost

economy. Dengan berbagai stimulus tersebut, investasi di Sulawesi Tengah

diharapkan tetap tumbuh positif dan menjadi salah satu motor penggerak

perekonomian daerah sehingga mampu menyediakan lapangan kerja dan

mendorong perkembangan sektor lain.

Sementara itu, kontribusi perbankan terhadap pembiayaan investasi di

Sulawesi Tengah dari waktu ke waktu menunjukkan peningkatan yang

signifikan seiring dengan tren penurunan suku bunga kredit dan kondisi

makroekonomi yang kondusif. Sampai dengan akhir tahun 2007 kredit investasi

perbankan bertumbuh 31,31% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

pada akhir tahun 2006 sebesar 5,97% (y-o-y). Demikian juga pangsanya terhadap

keseluruhan kredit, mengalami peningkatan yaitu dari 5,98% menjadi 6,11%.

Pada triwulan IV-2007 konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh sebesar

6,82% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2006 sebesar 6,71% (y-o-y)

dengan nilai tambah bruto mencapai Rp676,21 miliar. Peningkatan

pertumbuhan konsumsi pemerintah didorong oleh kenaikan realisasi konsumsi

pemerintah terutama untuk belanja pegawai serta belanja barang dan jasa

menjelang akhir tahun. Hal ini tercermin dari penurunan simpanan (terutama

giro) milik Pemerintah Daerah diperbankan. Pada akhir triwulan III-2007

simpanan milik Pemerintah Daerah tercatat sebesar Rp1.132,81 miliar,

sedangkan pada akhir triwulan IV-2007 tercatat sebesar Rp586,36 miliar.

Ekspor barang dan jasa dari Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2007

diperkirakan tumbuh 19,42% (y-o-y), mengalami peningkatan dibandingkan

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

61

Impor barang dan jasa pada triwulan laporan tumbuh 22,06% (y-o-y)

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

10

triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,98% (y-o-y). Peningkatan

tersebut didorong oleh membaiknya kinerja ekspor antar-negara (baik dilihat

dari nilai maupun volume), sedangkan ekspor antar-propinsi mengalami

penurunan pertumbuhan. Berdasarkan data Ditjen Bea dan Cukai, nilai dan

volume ekspor antar-negara Sulawesi Tengah periode Januari-November 2007

mencapai USD 230,26 juta dengan volume 166,87 ribu ton, meningkat

dibandingkan periode yang sama tahun 2006 sebesar USD 188,69 juta dengan

volume 162,79 ribu ton. Berdasarkan komoditasnya, ekspor Sulawesi Tengah

selama tahun 2007 masih didominasi komoditas kakao yaitu sekitar 80,29%.

Sementara itu, penurunan pertumbuhan ekspor antar-propinsi dipengaruhi oleh

faktor cuaca yang kurang baik dan bergesernya masa panen tanaman karena

sebagian dari ekspor antar-propinsi berupa komoditas pertanian.

Untuk meningkatkan nilai ekspor non-migas Sulawesi Tengah, khususnya

komoditas kakao, dalam jangka menengah Pemerintah Daerah perlu berupaya

membangun industri pengolahan kakao. Industri tersebut tidak hanya

berpotensi memperbaiki kinerja ekspor non-migas, namun juga akan menambah

lapangan kerja baru dan berperan penting mengurangi angka kemiskinan.

Pembiayaan industri pengolahan kakao dapat melibatkan Pemerintah Daerah

sentra produksi kakao, investor dan perbankan.

Impor barang dan jasa di Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2007

diperkirakan tumbuh 22,06% (y-o-y) atau naik dibandingkan triwulan yang sama

tahun sebelumnya sebesar 3,38% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan tersebut

didorong oleh impor antar-propinsi yang tumbuh 23,37% (y-o-y) seiring dengan

meningkatnya kebutuhan barang konsumsi (terutama makanan jadi dan

sandang) menghadapi hari raya keagamaan dan tahun baru. Sedangkan impor

antar-negara tumbuh negatif yaitu sebesar -99,62% (y-o-y) seiring dengan

menurunnya impor barang modal antara lain untuk pembangkit tenaga listrik.

Proses pembangunan PLTA Poso II dengan kapasitas ±195 MW diperkirakan akan

mendorong peningkatan impor barang modal Sulawesi Tengah pada tahun 2008

ini.

2. PENAWARAN DAERAH

Dari sisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi mengalami

peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya

kecuali sektor pertanian, sektor listrik dan air bersih serta sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan. Namun demikian, sektor pertanian masih

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

62

Sektor pertanian mengalami perlambatan pertumbuhan

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

11

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan (share of growth) terbesar yaitu

3,39%, diikuti sektor jasa-jasa (1,14%) dan sektor perdagangan, hotel dan

restoran (1,01%).

Tabel 1.3. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah)

2006 *) 2007 **)

Rincian Tr III Tr IV Tr II Tr III Tr IV

1.Pertanian 1.387,98 1.674,68 1.431,34 1.500,29 1.705,68

2.Pertambangan&Penggalian 80,07 87,02 95,74 104,05 109,89

3.Industri Pengolahan 205,79 207,34 211,02 222,89 229,23

4.Listrik&Air Bersih 24,81 29,83 23,92 26,27 29,93

5.Bangunan 212,89 250,25 206,42 243,50 270,75

6.Perdag, Hotel&Restoran 437,83 447,13 429,57 473,88 508,63

7.Angkutan&Komunikasi 233,05 220,48 244,66 249,37 248,87

8.Keu, Sewa&Js.Perusahaan 148,31 166,82 143,67 160,34 179,38

9.Jasa-Jasa 525,98 497,66 550,78 571,25 573,22

PDRB 3.256,71 3.581,21 3.337,12 3.551,84 3.855,58

Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Data sementara

**) Data sangat sementara

Sektor pertanian pada triwulan IV-2007 tumbuh 1,85% (y-o-y), melambat

dibandingkan triwulan IV-2006 sebesar 7,00% (y-o-y). Sektor pertanian

mengalami perlambatan pertumbuhan antara lain akibat bergesernya masa

panen dan kondisi cuaca yang kurang baik (pada subsektor perikanan).

Subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor perkebunan masing-masing

tumbuh 0,31% (y-o-y) dan 1,54% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan

yang sama tahun sebelumnya. Untuk tahun 2007, angka ramalan III (ARAM III)

produksi padi Sulawesi Tengah sebesar 786.340 ton diperkirakan tidak tercapai

dan mengalami deviasi sekitar 1,46% sehingga produksi padi tahun 2007 hanya

mencapai 774.833 ton. Jika dibandingkan dengan produksi padi tahun 2006

(739.777 ton), produksi padi tahun 2007 diperkirakan naik 4,74%.

Tabel 1.4. Produksi Padi Sulawesi Tengah

Keterangan ATAP 2006 ARAM III 2007

Padi (sawah dan ladang)

Luas Panen (ha) 179.078 188.495

Produktivitas (ton/ha) 41,31 41,72

Produksi (ton) 739.777 786.340

Sumber : BPS Sulteng

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

63

Sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 15,18% (y-o-y)

Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 13,76% (y-o-y)

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

12

Sektor jasa-jasa pada triwulan IV-2007 tercatat tumbuh 15,18% (y-o-y),

meningkat dibandingkan triwulan IV-2006 sebesar 10,02% (y-o-y). Dalam

struktur PDRB Sulawesi Tengah, sektor ini memiliki pangsa 14,87% atau terbesar

kedua setelah sektor pertanian. Subsektor jasa-jasa pemerintahan umum

memberikan kontribusi sebesar 10,36% terhadap pertumbuhan sektor jasa-jasa,

sedangkan subsektor jasa-jasa swasta memberikan kontribusi sebesar 4,82%.

Pada subsektor jasa-jasa swasta, jenis usaha hiburan dan rekreasi mengalami

pertumbuhan negatif sebagai akibat berkurangnya kegiatan hiburan pada saat

bulan puasa. Sementara itu, jenis usaha perorangan dan rumah tangga

mengalami peningkatan seiring dengan masih terbatasnya tambahan lapangan

kerja bagi para pencari kerja.

Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%)

2006 **) 2007 **)

Rincian Tr III Tr IV Tr II Tr III Tr IV

1.Pertanian 9,09 7,00 7,55 8,09 1,85

2.Pertambangan&Penggalian 4,98 19,32 28,67 29,95 26,29

3.Industri Pengolahan 6,11 3,11 8,09 8,31 10,56

4.Listrik&Air Bersih 7,86 6,06 6,08 5,91 0,33

5.Bangunan 12,96 7,72 10,06 14,38 8,19

6.Perdag, Hotel&Restoran 10,58 8,99 8,53 8,23 13,76

7.Angkutan&Komunikasi 11,89 10,90 17,71 7,00 12,88

8.Keu, Sewa&Js.Perusahaan 9,10 9,54 8,09 8,11 7,52

9.Jasa-Jasa 9,64 10,02 7,58 8,61 15,18

PDRB 9,49 8,09 9,09 9,06 7,66

Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Data sementara (y-o-y)

**) Data sangat sementara (y-o-y)

Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan IV-2007 diperkirakan

tumbuh 13,76% (y-o-y) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada

triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,99% (y-o-y). Peningkatan

pertumbuhan tersebut didorong oleh meningkatnya pertumbuhan pada

subsektor perdagangan besar dan eceran seiring dengan naiknya permintaan

barang konsumsi menjelang hari raya keagamaan dan tahun baru. Hal ini

dikonfirmasi oleh kenaikan volume bongkar muat barang dan jumlah kapal yang

bersandar di pelabuhan laut Pantoloan, Donggala dan Tolitoli. Adapun

perlambatan pada subsektor hotel dikonfirmasi oleh penurunan tingkat

penghunian kamar hotel.

Sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan tumbuh 12,88%

(y-o-y), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan IV-2006 sebesar 10,90%

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

64

Sektor industri pengolahan diperkirakan tumbuh 10,56% (y-o-y)...

Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 26,29% (y-o-y)

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

13

(y-o-y). Prompt indicator pada subsektor angkutan menunjukkan bahwa jumlah

penumpang angkutan laut dan angkutan udara pada triwulan laporan

meningkat. Sementara itu pada subsektor komunikasi, pertumbuhan tercermin

dari peningkatan jumlah pelanggan dan pemakaian pulsa telepon. Berbagai

program promosi dari operator telepon seluler juga memberikan andil besar

terhadap peningkatan tersebut.

Grafik 1.3. Perkembangan Kedatangan-Keberangkatan Penumpang Angkutan Laut dan Angkutan Udara

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

90.000

100.000

Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV

2006 2007

Kedatangan Keberangkatan 

\

Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2007 diperkirakan

tumbuh 26,29% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2006 sebesar

19,32% (y-o-y). Subsektor pertambangan tumbuh 67,58% (y-o-y), sedangkan

subsektor penggalian tumbuh 6,30% (y-o-y). Pertumbuhan subsektor

pertambangan dikonfirmasi oleh meningkatnya produksi minyak bumi di

Lapangan Tiaka-Kabupaten Morowali dari sekitar 1.500 barel per-hari menjadi

3.200 barel per-hari. Sementara itu, pertumbuhan subsektor penggalian

diperkirakan didorong oleh meningkatnya permintaan bahan galian C, baik

untuk kebutuhan pembangunan di Sulawesi Tengah maupun di daerah lainnya.

Sektor industri pengolahan pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh

10,56% (y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan IV-2006 sebesar 3,11% (y-o-y)

dengan nilai tambah bruto mencapai Rp229,23 miliar. Peningkatan

pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan seluruh subsektor, kecuali subsektor

kertas dan barang cetakan. Subsektor kayu dan hasil hutan lainnya memberikan

kontribusi terbesar terhadap peningkatan pertumbuhan sektor industri

pengolahan seiring dengan semakin membaiknya pasokan bahan baku pasca

intensifnya operasi penertiban hasil hutan/kayu. Subsektor makanan, minuman

dan tembakau mengalami peningkatan pertumbuhan seiring dengan naiknya

permintaan menjelang hari raya keagamaan, libur panjang dan tahun baru.

Subsektor semen dan barang galian bukan logam meningkat pertumbuhannya

seiring dengan meningkatnya permintaan semen di akhir tahun terutama untuk

proyek-proyek Pemerintah Daerah.

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

65

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh 7,52% (y-o-y)

Sektor bangunan tumbuh 8,19% (y-o-y)

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

14

Pertumbuhan sektor listrik dan air bersih pada triwulan IV-2007

diperkirakan sebesar 0,33% (y-o-y), melambat dibandingkan triwulan yang sama

tahun sebelumnya sebesar 6,06% (y-o-y). Sektor listrik dan air bersih tumbuh

lebih lambat terutama pada subsektor listrik akibat adanya gangguan pasokan

energi listrik saat terjadi kerusakan PLTU Mpanau. Berdasarkan informasi dari

PLN Cabang Palu, PLTU Mpanau I dan II memberikan kontribusi 48,39% terhadap

daya mampu PLN di Kota Palu.

Sektor bangunan pada triwulan IV-2007 diperkirakan tumbuh 8,19%

(y-o-y), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan IV-2006 sebesar 7,72%

(y-o-y), seiring dengan banyaknya realisasi proyek infrastruktur dan properti

menjelang akhir tahun. Peningkatan pertumbuhan tersebut dikonfirmasi oleh

kenaikan realisasi pengadaan semen di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan.

Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan untuk sektor konstruksi sampai dengan

bulan Desember 2007 tumbuh 100,43% (y-o-y) atau di atas pertumbuhan kredit

perbankan secara keseluruhan sebesar 28,67% (y-o-y).

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan IV-2007

diperkirakan tumbuh 7,52% (y-o-y), melambat dibandingkan triwulan yang sama

tahun sebelumnya sebesar 9,54% (y-o-y). Perlambatan pertumbuhan sektor ini

antara lain akibat kenaikan biaya sewa bangunan dan jasa perusahaan. Pangsa

sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terhadap pembentukan PDRB

Sulawesi Tengah pada triwulan laporan tercatat 4,65% dengan kontribusi

terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,36%. Sampai dengan triwulan

laporan, subsektor bank masih mendominasi pembentukan nilai tambah bruto

pada sektor ini dengan pangsa 38,73%.

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

66 

Boks 1

KONDISI KETENAGALISTRIKAN DI KOTA PALU, KABUPATEN PARIGI MOUTONG,

KABUPATEN POSO DAN KABUPATEN MOROWALI

PT.PLN (Persero) Cabang Palu bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan listrik di

4 kabupaten/kota yaitu Kota Palu, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Poso dan Kabupaten

Morowali. Dalam waktu 3 bulan terakhir, pasokan energi listrik di wilayah kerja PT/PLN (Persero)

Cabang Palu, khususnya Kota Palu, mengalami defisit sehingga pemadaman bergilir menjadi hal

yang tidak terhindarkan. Pemadaman bergilir tentunya menimbulkan dampak yang cukup serius

antara lain peningkatan biaya produksi pada berbagai jenis usaha, berkurangnya pendapatan

usaha (termasuk UMKM), peningkatan konsumsi BBM subsidi dan non-susbsidi dan terganggunya

berbagai aktivitas masyarakat. Selain itu, pemadaman bergilir juga berpengaruh pada

perlambatan pertumbuhan sektor listrik dan air bersih, juga sektor ekonomi lainnya.

Tabel. Neraca Daya Sistem Kelistrikan PT.PLN (Persero) Cabang Palu

Daerah Daya Terpasang

(KW) Daya Mampu (KW) Beban Puncak (KW)

Kota Palu PLTD Silae PLTU Mpanau Unit I PLTU Mpanau Unit II

Total

43.700 15.000 15.000 73.700

22.400 11.000 10.000 43.400 40.215

Kota Parigi 8.672 5.300 5.435

Kota Poso dan Tentena 8.996 6.760 6.648

Kolonedale 3.580 1.820 1.949 Sumber : PT.PLN (Persero) Cabang Palu

Berdasarkan keterangan dari PT.PLN (Persero) Cabang Palu, gangguan pasokan energi listrik

di Kota Palu dan sekitarnya tersebut disebabkan gangguan operasional pada PLTU Mpanau.

Namun demikian, sejak awal Februari 2008, pemadaman bergilir sudah jarang terjadi seiring

dengan kembali normalnya operasional PLTU Mpanau.

Dalam jangka menengah, PT.PLN (Persero) Cabang Palu dan stakeholders terkait lainnya

merencanakan penyelesaian pembangunan 5 pembangkit listrik non-BBM sebagai berikut :

- PLTU Mpanau Unit III dengan kapasitas 30 MW tahun 2008/2009

- PLTGB Poso dengan kapasitas 2,4 MW tahun 2009

- PLTM Sawidago dengan kapasitas 0,9 MW tahun 2009

- PLTA Poso II dengan kapasitas 3 x 65 MW tahun 2010

- PLTU Mpanau Unit IV dengan kapasitas 30 MW tahun 2011

Pembangunan 5 pembangkit listrik non-BBM tersebut diharapkan mampu menjamin ketersediaan

energi listrik di Sulawesi Tengah sekaligus mendorong pertumbuhan investasi.

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

67 

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI

15

BAB 2 

PERKEMBANGAN INFLASI

Laju inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) Kota Palu pada triwulan IV-2007

mencapai 3,84% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

1,60% (q-t-q). Berdasarkan kelompoknya, penyumbang utama inflasi pada

triwulan laporan adalah kelompok bahan makanan, kelompok perumahan, air,

listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok sandang. Sementara itu berdasarkan

disagregasinya, penyumbang utama inflasi adalah kelompok volatile foods.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya inflasi Kota Palu pada triwulan

IV-2007 antara lain meningkatnya permintaan masyarakat terkait dengan

datangnya hari-hari besar keagamaan dan tahun baru, keterbatasan pasokan

akibat ketidaklancaran distribusi dan cuaca yang kurang baik, serta

ketergantungan pada pasokan barang dan jasa daerah lain. Secara tahunan, laju

inflasi mencapai 8,13% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan tahun 2006 sebesar

8,69% (y-o-y), namun demikian lebih tinggi daripada laju inflasi nasional sebesar

6,59% (y-o-y).

G r a f i k   2 . 1 .   P e r k e m b a n g a n   I n f l a s i   T a h u n a n   ( y ­ o ­ y  )

0

2

4

6

8

1 0

1 2

1 4

1 6

1 8

2 0

T r IV - 0 4 T r I - 0 5 T r I I - 0 5 T r I I I - 0 5 T r I V - 0 5 T r I - 0 6 T r I I - 0 6 T r I I I - 0 6 T r I V - 0 6 T r I - 0 7 T r I I - 0 7 T r I I I - 0 7 T r IV - 0 7

Pers

en (%

)

K o t a P a l u N a s io n a l

Laju inflasi inti Kota Palu mengalami peningkatan yaitu dari 2,02% (q-t-q)

pada triwulan III-2007 menjadi 2,82% (q-t-q) pada triwulan laporan. Secara

tahunan, inflasi inti juga mengalami peningkatan yaitu dari 7,13% (y-o-y) pada

triwulan sebelumnya menjadi sebesar 7,87% (y-o-y) pada triwulan IV-2007.

Peningkatan inflasi inti terutama berasal dari imported inflation dan ekspektasi

inflasi yang masih relatif tinggi terkait dengan peningkatan harga komoditas

internasional. Perkembangan nilai tukar rupiah yang stabil, walaupun sempat

melemah berdampak pada minimalnya tekanan inflasi dari faktor eksternal.

Laju inflasi IHK Kota Palu pada triwulan IV-2007 mencapai 3,84% (q-t-q)

Laju inflasi inti Kota Palu mengalami peningkatan

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

68 

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI

16

Inflasi kelompok harga yang dikendalikan pemerintah (administered prices)

pada triwulan IV-2007 tercatat sebesar 0,30% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 2,24% (q-t-q). Kelompok administered prices

memberikan sumbangan inflasi terendah dibandingkan kelompok volatile foods

dan kelompok inti sejalan dengan tidak adanya penerapan kebijakan

administered prices strategis. Inflasi kelompok administered prices pada triwulan

laporan berasal dari kenaikan harga gas elpiji dan angkutan antar-kota. Harga

gas elpiji naik akibat kelangkaan pasokan, sedangkan angkutan antar-kota naik

lebih disebabkan faktor musiman. Untuk menormalkan kembali harga gas elpiji

maka diperlukan peningkatan koordinasi antara Pemda, Pertamina dan

distributor. Secara tahunan, inflasi administered prices tercatat sebesar 6,58%

(y-o-y).

Grafik 2.2. Disagregasi Inflasi (q­t­q )

(10,00)

(5,00)

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2003 2004 2005 2006 2007 

%

IHK administered prices volatile foods inti

Sementara itu, inflasi volatile foods pada triwulan laporan tercatat sebesar

8,25% (q-t-q), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2007 yaitu sebesar

0,37% (q-t-q). Secara tahunan, inflasi volatile foods tercatat sebesar 9,64%

(y-o-y). Peningkatan laju inflasi volatile foods terutama didorong oleh kurangnya

pasokan dan meningkatnya permintaan menghadapi hari raya keagamaan dan

tahun baru. Komoditas kelompok volatile foods yang dominan memberikan

sumbangan inflasi adalah beras, ayam hidup, daging ayam kampung, ikan

bandeng, ikan ekor kuning, ikan kembung, ikan layang, ikan selar, ikan teri, ikan

tongkol, telur ayam ras, tomat sayur, bawang merah, cabe merah dan cabe

rawit. Khusus untuk komoditas beras, kenaikan yang terjadi relatif tidak begitu

tinggi seiring dengan mencukupinya persediaan beras Perum BULOG Divisi

Regional Sulawesi Tengah (posisi 27 Desember 2007 sebanyak 15.649 ton).

Persediaan beras tersebut digunakan Perum BULOG antara lain untuk bantuan

darurat/bencana dan pengendalian harga beras.

Inflasi volatile foods pada triwulan laporan tercatat sebesar 8,25% (q-t-q)...

Kelompok administered prices memberikan sumbangan inflasi terendah...

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

69 

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI

17

Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi (y­o­y )

(10,00)

(5,00)

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

45,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2003 2004 2005 2006 2007

%

IHK administered prices volatile foods inti

Berdasarkan kelompoknya, inflasi triwulanan tertinggi terjadi pada

kelompok bahan makanan sebesar 8,41% (q-t-q) dan kelompok sandang sebesar

5,78% (q-t-q). Kenaikan harga pada kelompok bahan makanan disebabkan oleh

kurangnya pasokan dan meningkatnya permintaan bertepatan dengan hari raya

keagamaan, sedangkan pada kelompok sandang lebih disebabkan oleh

meningkatnya permintaan pakaian untuk keperluan hari raya keagamaan.

Sementara itu, penyumbang utama inflasi Kota Palu selama triwulan laporan

adalah kelompok bahan makanan (2,72%), kelompok perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar (0,50%) dan kelompok sandang (0,40%). Dari sisi komoditas,

yang dominan menyumbang inflasi antara lain beras, mie kering instan, ikan

teri, tomat sayur, bawang merah, cabe merah, cabe rawit, semen, tukang bukan

mandor dan emas perhiasan.

Grafik 2.4. Sumbangan Kelompok Pengeluaran Terhadap Inflasi Triwulanan (q­t­q ) Kota Palu Triwulan IV­2007

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

4,50

Umum Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor

Persen

(%

)

Kelompok bahan makanan pada triwulan IV-2007 mengalami inflasi sebesar

8,41% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,96%

(q-t-q). Pada triwulan laporan kelompok bahan makanan mengalami tekanan

inflasi paling besar. Inflasi tersebut didorong oleh kenaikan harga pada

subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya (2,30%), subkelompok

daging dan hasil-hasilnya (5,11%), subkelompok ikan segar (12,27%),

subkelompok telur, susu dan hasil-hasilnya (8,37%), subkelompok sayur-sayuran

Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 8,41% (q-t-q)

Kelompok bahan makanan mengalami inflasi triwulanan tertinggi

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

70 

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI

18

(12,49%), subkelompok kacang-kacangan (7,41%), subkelompok buah-buahan

(10,16%), subkelompok bumbu-bumbuan (28,49%), subkelompok lemak dan

minyak (3,80%) dan subkelompok bahan makanan lainnya (6,85%). Sementara

itu, subkelompok ikan diawetkan mengalami penurunan harga (deflasi) sebesar

-9,67% (q-t-q). Adapun jenis barang dan jasa yang dominan memberikan

sumbangan inflasi antara lain beras, mie kering instan, ikan ekor kuning, ikan

layang, ikan teri, telur ayam ras, tahu mentah, tempe, bawang merah, cabe

merah dan cabe rawit. Beberapa faktor yang mempengaruhi inflasi pada

kelompok bahan makanan antara lain kenaikan harga komoditas internasional

terutama gandum dan kedelai, kurangnya pasokan dan meningkatnya

permintaan masyarakat menjelang hari raya keagamaan dan tahun baru.

Inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

tercatat sebesar 0,11% (q-t-q) atau lebih rendah dibandingkan triwulan III-2007

sebesar 0,70% (q-t-q). Berkurangnya tekanan inflasi pada kelompok ini

disebabkan mencukupinya pasokan dan penyesuaian harga telah dilakukan pada

triwulan sebelumnya. Dari tiga subkelompok dalam keranjang kelompok ini,

hanya subkelompok makanan jadi yang mendapatkan tekanan inflasi yaitu

untuk komoditas soto dan sop. Sementara itu, subkelompok minuman yang

tidak beralkohol mengalami deflasi sebesar -0,43% (q-t-q) dan subkelompok

tembakau dan minuman beralkohol tidak mengalami perubahan harga.

Tabel 2. Inflasi Kota Palu Menurut Kelompok Barang dan Jasa

2006 2007

Tr IV Tr III Tr IV Kelompok

q-t-q y-o-y q-t-q y-o-y q-t-q y-o-y

Umum 1,74 8,69 1,60 5,94 3,84 8,13

Bahan Makanan 2,72 20,82 0,96 4,74 8,41 10,54

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 0,83 3,00 0,70 4,66 0,11 3,90

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 1,88 3,72 2,92 10,40 2,16 10,70

Sandang 2,39 6,87 1,63 6,64 5,78 10,16

Kesehatan 2,18 4,44 0,22 8,06 3,60 9,56

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0,01 6,92 6,14 7,76 1,33 9,19

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

0,30 1,01 0,92 1,46 0,08 1,23

Sumber : BPS Sulteng, diolah

Inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau tercatat sebesar 0,11% (q-t-q)

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

71 

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI

19

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan

IV-2007 mengalami inflasi sebesar 2,16% (q-t-q), lebih rendah daripada triwulan

sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 2,92%. Inflasi pada kelompok ini

didorong oleh kenaikan harga pada seluruh subkelompok terutama

subkelompok biaya tempat tinggal. Adapun komoditas yang dominan

memberikan sumbangan kenaikan harga (inflasi) yaitu kayu balokan, kayu lapis,

semen, seng, tegel, tukang bukan mandor, gas elpiji, gelas minum, meja kursi

tamu, panci, piring dan pembasmi nyamuk bakar. Perlu diinformasikan bahwa di

Kota Palu sejak bulan Desember 2007 terjadi kelangkaan semen dan gas elpiji.

Untuk meminimalkan kelangkaan dua komoditas tersebut Pemerintah Daerah

perlu meningkatkan koordinasi dengan stkeholders terkait.

Kelompok sandang pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 5,78%

(q-t-q), lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2007 sebesar 1,63% (q-t-q). Semua

subkelompok yang ada dalam kelompok ini mengalami inflasi, dan yang

tertinggi terjadi pada subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar

20,86% (q-t-q). Faktor pendorong kenaikan harga pada kelompok ini terutama

akibat meningkatnya permintaan menghadapi hari raya keagamaan. Komoditas

pada kelompok ini yang dominan memberikan sumbangan inflasi yaitu celana

panjang jeans, celana panjang, kaos oblong, kemeja pendek katun, baju kaos,

gaun, kaos kutang, emas perhiasan dan jam tangan.

Pada triwulan IV-2007, kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar

3,60% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya

sebesar 0,22% (q-t-q). Inflasi pada kelompok ini disebabkan kenaikan harga

pada seluruh subkelompok, kecuali subkelompok jasa perawatan jasmani yang

tidak mengalami perubahan harga. Adapun komoditas yang memberikan

sumbangan inflasi yaitu dokter umum, obat dengan resep, obat batuk, obat

gosok, vitamin, hand body lotion, minyak rambut, pembersih, sabun mandi dan

shampo.

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan laporan

mengalami inflasi sebesar 1,33% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 6,14% (q-t-q). Inflasi kelompok ini disebabkan oleh kenaikan

harga pada subkelompok rekreasi, sedangkan subkelompok lainnya tidak

mengalami perubahan harga. Faktor pendorong kenaikan harga pada kelompok

ini adalah liburan panjang dan prilaku masyarakat membeli barang elektronik

menjelang hari raya keagamaan sehingga permintaan meningkat. Adapun

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 2,16% (q-t-q)

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi sebesar 1,33% (q-t-q)

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

72 

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI

20

komoditas yang mengalami kenaikan harga yaitu televisi berwarna, VCD/DVD

player, sepeda anak, rekreasi dan ongkos cetak film.

Inflasi kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan

IV-2007 sebesar 0,08% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan triwulan III-2007

sebesar 0,92% (q-t-q). Kelompok ini mengalami inflasi paling rendah

dibandingkan kelompok lainnya. Inflasi terjadi pada subkelompok transpor dan

subkelompok komunikasi dan pengiriman. Sementara itu, subkelompok sarana

dan penunjang transpor dan subkelompok jasa keuangan tidak mengalami

perubahan harga. Faktor yang mempengaruhi inflasi pada kelompok transpor,

komunikasi dan jasa keuangan antara lain meningkatnya permintaan dan

kenaikan biaya operasional. Adapun komoditas yang mengalami kenaikan harga

(inflasi) yaitu angkutan udara, mobil, sepeda motor dan biaya pengiriman

barang.

Inflasi kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan tercatat sebesar 0,08% (q-t-q)

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

73 

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

21

BAB 3 

PERKEMBANGAN PERBANKAN

Penurunan level BI Rate di akhir triwulan IV-2007 sebesar 25 basis poin

sehingga menjadi 8,00% diikuti dengan penurunan suku bunga simpanan dan

suku bunga kredit, termasuk di Sulawesi Tengah. Suku bunga deposito 1 bulan

perbankan Sulawesi Tengah turun dari 7,00% di akhir triwulan III-2007 menjadi

6,70% di akhir triwulan laporan. Demikian juga rata-rata tertimbang (weighted

average) suku bunga kredit, mengalami penurunan yang cukup signifikan. Suku

bunga kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi masing-masing

turun dari 14,64%, 14,42% dan 15,17% di akhir triwulan sebelumnya menjadi

14,21%, 14,11% dan 14,92% di akhir triwulan IV-2007. Sementara itu, suku

bunga penjaminan deposito 1 bulan masih tertahan di level 8,25%.

Grafik 3.1. Perkembangan Suku Bunga

0,00

3,00

6,00

9,00

12,00

15,00

18,00

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2005 2006 2007

Pers

en (%

)

BI Rate r tabungan perbankan Sulteng r deposito 1 bln perbankan Sulteng r kredit perbankan Sulteng

Dari sisi penghimpunan dana, posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan

Sulawesi Tengah sampai dengan akhir tahun 2007 tumbuh sebesar 16,44%

sehingga menjadi Rp5.225,65 miliar. Pertumbuhan tersebut mencerminkan

kepercayaan masyarakat yang masih tinggi terhadap perbankan di tengah tren

penurunan suku bunga simpanan. Berdasarkan jenis simpanan masyarakat,

deposito dan tabungan tumbuh positif di akhir triwulan laporan, sedangkan giro

mengalami pertumbuhan negatif seiring dengan turunnya giro milik Pemerintah

Daerah. Sebagaimana diketahui, giro masyarakat di perbankan Sulawesi Tengah

didominasi oleh giro milik Pemerintah Daerah, dan di akhir tahun realisasi

belanja daerah diperkirakan meningkat sehingga pencairan dana milik

Pemerintah Daerah (terutama giro) juga meningkat.

Penurunan level BI Rate di akhir triwulan IV-2007 diikuti oleh penurunan suku bunga simpanan dan suku bunga kredit...

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

74 

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

22

Dari sisi penyaluran kredit, pertumbuhan kredit terus berakselerasi

melampaui perkiraan pertumbuhan di awal tahun 2007. Total penyaluran kredit

perbankan Sulawesi Tengah sampai dengan triwulan IV-2007 tercatat sebesar

Rp4.713,13 miliar atau meningkat 28,67% (y-o-y). Berdasarkan jenis

penggunaannya, kredit perbankan didominasi kredit konsumsi (50,02%) dan

kredit modal kerja (43,87%), sedangkan kredit investasi masih terbatas dengan

pangsa 6,11%. Akselerasi penyaluran kredit ini mencerminkan semakin

membaiknya fungsi intermediasi perbankan, dan semakin meningkatnya

pembiayaan ke sektor riil.

1. PERKEMBANGAN MONETER

Nilai tukar rupiah sepanjang triwulan IV-2007 secara rata-rata masih

menguat. Di awal triwulan, rupiah bergerak cukup stabil dan sempat menguat

hingga mencapai Rp9.060/USD. Memasuki akhir November 2007 rupiah

terdepresiasi hingga sempat mencapai level terendah Rp9.418/USD akibat

sentimen negatif kenaikan harga minyak dunia dan imbas penurunan pasar

saham Amerika Serikat. Pelemahan juga terjadi di akhir Desember 2007 akibat

pesimisme pasar terhadap langkah penurunan suku bunga bank sentral Amerika

Serikat yang tidak sesuai ekspektasi. Namun demikian, secara rata-rata

triwulanan rupiah masih menguat tipis sebesar 0,12% yaitu dari Rp9.250/USD

pada triwulan III-2007 menjadi Rp9.238/USD di triwulan IV-2007.

Perkembangan moneter di Propinsi Sulawesi Tengah antara lain tercermin

dari komponen-komponen uang beredar regional. Pada akhir triwulan IV-2007

uang giral tercatat sebesar Rp1.285,46 miliar atau turun -27,80% dibandingkan

akhir triwulan III-2007 sebesar Rp1.780,41 miliar. Penurunan uang giral tersebut

terutama karena turunnya giro milik Pemerintah Daerah. Sebagaimana

diketahui, giro masyarakat di perbankan Sulawesi Tengah didominasi oleh giro

milik Pemerintah Daerah, dan di akhir tahun realisasi belanja daerah cenderung

meningkat sehingga pencairan dana milik Pemerintah Daerah (terutama giro)

juga meningkat. Sementara itu, posisi uang kuasi mengalami kenaikan sebesar

20,85% yaitu dari Rp3.260,38 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar

Rp3.940,18 miliar. Kenaikan tersebut didorong oleh meningkatnya

penghimpunan DPK jenis tabungan.

Nilai tukar rupiah secara rata-rata masih menguat...

Pertumbuhan kredit terus berakselerasi melampaui perkiraan pertumbuhan di awal tahun 2007...

Uang giral turun 27,80% (q-t-q), sedangkan uang kuasi naik 20,85% (q-t-q)...

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

75 

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

23

Tabel 3.1. Perkembangan Komponen Uang Beredar Regional (Miliar Rupiah)

2005 2006 2007 Komponen Des Sept Des Jun Sept Des

Uang Giral 942,28 1.493,98 1.407,93 1.695,77 1.780,41 1.285,46 Uang Kuasi - Deposito - Tabungan

2.455,11 844,16

1.610,95

2.591,25 965,19

1.626,06

3.079,74 963,76

2.115,98

3.140,87 981,24

2.159,63

3.260,38 996,69

2.263,69

3.940,18 995,45

2.944,73 Sumber : Bank Indonesia Palu

2. PERKEMBANGAN PERBANKAN

Kondisi perbankan Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2007 tetap

menunjukkan perkembangan yang relatif baik sebagaimana tercermin dari

berbagai indikator kinerja perbankan seperti perkembangan aset,

perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK), pertumbuhan kredit, perkembangan

kualitas kredit dan Loans to Deposit Ratio (LDR).

2.1. ASET DAN JARINGAN KANTOR

Aset perbankan Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2007 mencapai

Rp6.906,86 miliar atau tumbuh 1,69% dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar Rp6.792,02 miliar. Peningkatan aset tersebut dipengaruhi oleh

pertumbuhan DPK dan kredit perbankan selama triwulan laporan. Kelompok

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tercatat masih mengalami pertumbuhan aset

tertinggi (q-t-q) yaitu sebesar 12,99%, diikuti bank umum swasta (6,19%) dan

bank umum pemerintah (0,68%). Pangsa terbesar aset perbankan masih pada

kelompok bank umum pemerintah yaitu sebesar 83,92%. Hal ini disebabkan

jaringan kantornya yang lebih banyak dan menyebar hampir di semua

kabupaten/kota di Sulawesi Tengah.

Tabel 3.2. Perkembangan Total Aset Perbankan (Miliar Rupiah)

2005 2006 2007 Keterangan Des Sept Des Jun Sept Des

Bank Umum Pemerintah 3.940,33 4.863,65 5.237,31 5.513,89 5.756,94 5.796,07

Bank Umum Swasta 534,14 620,18 702,86 781,48 864,22 917,72

BPR 61,06 84,07 104,80 148,72 170,87 193,07

Total 4.535,53 5.567,90 6.044,97 6.444,09 6.792,03 6.906,86

Sumber : Bank Indonesia Palu

Berdasarkan daerah bank pelapor, aset perbankan tumbuh positif (q-t-q) di

Kota Palu (1,83%), Kabupaten Donggala (24,73%) dan Kabupaten Poso (3,05%).

Sementara itu, aset perbankan di Kabupaten Banggai dan Kabupaten Tolitoli

tercatat turun masing-masing -6,68% dan -6,53%. Adapun pangsa terbesar aset

Aset perbankan tumbuh 1,69% (q-t-q)...

Aset perbankan di Kabupaten Banggai dan Kabupaten Tolitoli mengalami penurunan...

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

76 

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

24

perbankan masih terdapat di Kota Palu yang mencapai 58,37%, sedangkan yang

terkecil di Kabupaten Donggala yaitu 5,92% 1 .

Sejalan dengan peningkatan aset perbankan dan dalam rangka memperluas

pelayanan kepada masyarakat, jaringan kantor bank selama triwulan IV-2007

mengalami penambahan. Hal ini ditandai dengan beroperasinya 3 kantor bank

dan 3 ATM baru sehingga jumlah bank di Sulawesi Tengah pada akhir triwulan

laporan tercatat sebanyak 18 bank dengan 137 kantor dan 80 ATM yang tersebar

di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Tengah. Dari jumlah tersebut, sebagian

besar kantor bank terdapat di Kota Palu yaitu sebanyak 37 kantor. Selain itu,

dari sekitar 105 kecamatan yang ada di Sulawesi Tengah, belum seluruhnya

memiliki jaringan kantor bank. Untuk itu Bank Indonesia Palu akan berupaya

mendorong perbankan untuk memperluas jaringan kantornya terutama di

daerah/kecamatan yang belum tersentuh layanan perbankan, tentunya dengan

memperhitungkan faktor cost dan benefit.

Grafik 3.2. Distribusi Kantor Bank di Sulawesi Tengah Triwulan IV­2007

3

18

6

12

13

14

4

24

6

37

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Banggai Kepulauan

Banggai

Morowali

Poso

Donggala

Tolitoli

Buol

Parigi Moutong

Tojo Unauna

Palu

Jumlah Bank

2.2. PENGHIMPUNAN DANA

Penyerapan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan Sulawesi Tengah pada

triwulan IV-2007 secara keseluruhan mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya. DPK pada triwulan laporan mencapai Rp5.225,65 miliar

atau 75,66% dari total aset perbankan. Jumlah tersebut naik Rp184,86 miliar

atau 3,67% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya sebesar Rp5.040,79 miliar.

Kenaikan tersebut disebabkan meningkatnya DPK jenis tabungan yaitu dari

Rp2.263,69 miliar menjadi Rp2.944,73 miliar. Pertumbuhan DPK mencerminkan

kepercayaan masyarakat yang masih tinggi terhadap perbankan di tengah tren

penurunan suku bunga simpanan dan didukung oleh upaya bank menarik dana

1 Data perbankan di Kabupaten Morowali dan Kabupaten Buol tidak ditampilkan karena hanya terdapat 1 buah kantor

bank pelapor

Jaringan kantor bank pada triwulan laporan bertambah 3 kantor bank dan 3 ATM...

DPK pada triwulan IV-2007 mencapai Rp5.225,65 miliar...

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

77 

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

25

dengan cara memberi insentif berupa hadiah atau fasilitas pelayanan perbankan

seperti ATM, pembayaran listrik, pembayaran telepon dan lainnya.

Tabel 3.3. Perkembangan Dana Perbankan Berdasarkan Golongan Pemilik di Bank Umum (Miliar Rupiah)

2007 Golongan Pemilik Des.2006

Jun Sept Des

Pemerintah Pusat

Pemerintah Daerah

Perusahaan Swasta

Perorangan

Lainnya

314,01

520,22

209,69

3.180,91

222,78

156,78

1.122,91

83,59

3.202,94

220,66

58,95

1.132,81

99,76

3.457,82

235,05

72,70

586,36

233,18

4.067,72

210,35

Jumlah 4.447,61 4.786,88 4.984,39 5.170,31

Dari struktur atau komposisi penempatan DPK, masyarakat Sulawesi Tengah

masih lebih banyak menempatkan dananya dalam bentuk tabungan yaitu

sebesar 56,35%, disusul kemudian dalam bentuk giro sebesar 24,60% dan dalam

bentuk deposito sebesar 19,05%. Masyarakat lebih banyak menempatkan

dananya dalam bentuk tabungan antara lain disebabkan jangka waktu

penarikan tabungan lebih fleksibel melalui ATM maupun kantor bank dan

hadiah yang ditawarkan bank cukup banyak. Dengan struktur dana pihak ketiga

yang didominasi oleh dana jangka pendek, maka respon perbankan Sulawesi

Tengah terhadap kebijakan tingkat bunga yang dikeluarkan oleh otoritas

moneter (Bank Indonesia) relatif cepat.

Tabel 3.4. Penghimpunan Dana Perbankan (Miliar Rupiah) 2005 2006 2007

Keterangan Des Sept Des Jun Sept Des

Bank Umum Pemerintah

- Giro

- Deposito

- Tabungan

2.897,78

890,40

608,57

1.398,81

3.531,49

1.440,17

691,04

1.400,28

3.851,76

1.348,88

674,32

1.828,56

4.172,91

1.621,57

698,53

1.852,81

4.330,45

1.702,62

704,17

1.923,66

4.444,85

1.190,82

701,35

2.552,68

Bank Umum Swasta

- Giro

- Deposito

- Tabungan

460,20

51,88

203,66

204,66

524,52

53,81

250,72

219,99

595,84

59,05

257,25

279,54

613,97

74,20

242,63

297,14

653,95

77,80

247,58

328,57

726,30

94,64

251,18

380,48

BPR

- Deposito

- Tabungan

39,41

31,94

7,47

29,23

23,44

5,79

40,07

32,18

7,89

49,76

40,08

9,68

56,39

44,93

11,46

54,50

42,92

11,58

Total DPK 3.397,39 4.085,24 4.487,67 4.836,64 5.040,79 5.225,65

Sumber : Bank Indonesia Palu

Berdasarkan daerah bank pelapor, DPK perbankan pada triwulan IV-2007

hanya tumbuh positif di Kota Palu yaitu sebesar 7,81% (q-t-q), sedangkan di

kabupaten lainnya tumbuh negatif. Pangsa penghimpunan DPK terbesar masih

terdapat di Kota Palu yang mencapai 56,160% dan yang terkecil di Kabupaten

Masyarakat Sulawesi Tengah lebih banyak menempatkan dananya dalam bentuk tabungan

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

78 

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

26

Donggala sebesar 5,38%. Pertumbuhan DPK perbankan di berbagai

kabupaten/kota di Sulawesi Tengah dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain

aktivitas perekonomian daerah, jaringan kantor bank, serta realisasi pendapatan

dan belanja daerah.

2.3. PENYALURAN KREDIT

Pertumbuhan kredit pada triwulan IV-2007 sebesar 6,70% (q-t-q), lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,18% (q-t-q). Secara

keseluruhan, selama tahun 2007 kredit perbankan di Sulawesi Tengah tumbuh

sebesar 28,67%, melampaui target pertumbuhan kredit di awal tahun 2007 yaitu

sekitar 20,00%. Sumber pertumbuhan kredit pada triwulan IV-2007 antara lain

karena penggunaan plafon kredit baru yang disetujui oleh perbankan. Plafon

kredit baru yang disetujui (kumulatif) selama triwulan laporan tercatat sebesar

Rp749.68 miliar, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

Rp774,56 miliar.

Tabel 3.5. Perkembangan Kredit Perbankan (Miliar Rupiah)

2005 2006 2007 Keterangan

Des Sept Des Jun Sept Des

Jenis Penggunaan - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi

3.101,80 1.376,59

206,86 1.518,35

3.544,02 1.618,16

207,56 1.718,30

3.662,94 1.678,40

219,21 1.765,33

4.083,11 1.863,91

225,27 1.993,93

4.417,02 1.949,90

244,27 2.222,85

4.713,13 2.067,59

287,84 2.357,70

Sektor Ekonomi - Pertanian - Pertambangan - Perindustrian - Listrik, Gas&Air - Konstruksi - Perdag., Rest&Hotel - Pengangkutan - Jasa-Jasa - Lain-Lain

3.101,80 212,67

16,77 113,17

- 67,39

1.051,37 29,93 78,89

1.531,61

3.544,02 223,34 16,11 98,27

- 85,68

1.261,21 28,79 98,73

1.731,89

3.662,94 203,67

12,14 107,18

- 82,11

1.337,18 26,76

115,13 1.778,77

4.083,11 192,32

16,86 117,41

- 103,94

1.518,11 33,40 97,38

2.003,69

4.417,02 214,89

14,78 88,94 0,25

180,03 1.576,57

33,95 77,35

2.230,26

4.713,13 170,78

33,72 105,50

0,25 164,57

1.760,78 31,14 80,01

2.366,38

Kelompok Bank - Bank Umum Pemerintah - Bank Umum Swasta - BPR

3.101,80 2.723,33

324,34 54,13

3.544,02 3.094,97

381,82 67,23

3.662,94 3.186,40

401,11 75,43

4.083,11 3.518,34

465,53 99,24

4.417,02 3.763,13

535,17 118,72

4.713,13 4.012,67

587,39 113,07

Sumber : Bank Indonesia Palu

Peningkatan kredit memberikan dampak positif terhadap profitabilitas

bank. Net interest income (NII) naik 36,38% yaitu dari Rp196,86 miliar pada

triwulan III-2007 menjadi Rp268,48 miliar pada triwulan laporan. Net interest

margin (NIM) yang mencerminkan kemampuan pendapatan bunga menutupi

beban bunga tercatat sebesar 8,86% atau di atas 3%. Selain itu, biaya

operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional (BOPO) mengalami

perbaikan yaitu dari 65,33% pada triwulan sebelumnya menjadi 63,84% pada

Peningkatan kredit berdampak positif terhadap profitabilitas bank...

Kredit tumbuh 6,70% (q-t-q)

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

79 

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

27

triwulan IV-2007. Penurunan BOPO tersebut menunjukkan semakin efisiennya

pengelolaan bank. Sementara itu, return on asset (ROA) tercatat sebesar 4,77%

atau di atas target 1,50%.

Distribusi kredit per-sektor ekonomi maupun jenis penggunaan dan

kelompok bank tidak mengalami perubahan yang berarti dari waktu ke waktu.

Berdasarkan sektor ekonomi, kredit perbankan pada triwulan laporan masih

didominasi sektor lain-lain (50,21%), sektor perdagangan (37,36 %) dan sektor

pertanian (3,62%). Berdasarkan jenis penggunaan, pangsa kredit modal kerja

tercatat sebesar 43,87%, kredit investasi sebesar 6,11% dan kredit konsumsi

sebesar 50,02%. Pada triwulan laporan kredit investasi mengalami pertumbuhan

tertinggi yaitu sebesar 17,84% (q-t-q), diikuti kredit konsumsi sebesar 6,07%

(q-t-q) dan kredit modal kerja sebesar 6,04% (q-t-q).

Pangsa terbesar penyaluran kredit masih pada bank umum pemerintah

yang mencapai 85,14%, diikuti bank umum swasta dan BPR masing-masing

dengan pangsa 12,46% dan 2,40%. Berdasarkan daerah bank pelapor, pangsa

terbesar penyaluran kredit masih berada di Kota Palu yaitu sebesar 55,49%. Hal

ini disebabkan jumlah kantor bank yang lebih banyak, infrastruktur lebih

memadai dan kegiatan perekonomian yang lebih berkembang sebagai ibukota

propinsi.

Loans to Deposit Ratio (LDR atau rasio kredit terhadap DPK) perbankan di

Sulawesi Tengah pada akhir triwulan IV-2007 tercatat sebesar 90,19% atau

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 87,63%. Kenaikan LDR

perbankan disebabkan pertumbuhan kredit pada triwulan laporan lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan DPK seiring dengan semakin meningkatnya

kegiatan usaha yang menggunakan kredit perbankan.

Kredit UMKM

Perbankan, termasuk di Sulawesi Tengah, memiliki peranan besar dalam

mendorong pembangunan ekonomi daerah terutama melalui pembiayaan

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Oleh sebab itu Bank Indonesia Palu

terus berupaya mendorong perbankan untuk meningkatkan pembiayaan/kredit

kepada UMKM melalui berbagai program dan kegiatan antara lain pameran

perbankan dan produk UMKM, pelatihan Konsultan Keuangan Mitra Bank

(KKMB), survei dan riset komoditas unggulan daerah, memfasilitasi

pembentukan skema penjaminan kredit serta memfasilitasi kerjasama BPR

dengan bank umum/lembaga lain (linkage program). Linkage program

Perbankan memiliki peranan besar dalam mendorong pembangunan ekonomi daerah...

LDR perbankan pada triwulan IV-2007 tercatat sebesar 90,19%...

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

80 

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

28

merupakan kerjasama bank umum dengan BPR untuk meningkatkan peran dan

kontribusi perbankan dalam penyaluran kredit dan mendukung pengembangan

UMKM serta meningkatkan efisiensi dan kemampuan SDM BPR yang dilandasi

semangat kemitraan. Berbagai upaya tersebut tampaknya cukup berhasil,

tercermin dari perkembangan kredit UMKM pada triwulan IV-2007 yang tumbuh

6,16% (q-t-q) sehingga menjadi Rp4.228,96 miliar atau 89,73% dari total kredit

perbankan.

Tabel 3.6. Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Sulawesi Tengah (Miliar Rupiah)

2005 2006 2007 Keterangan

Des Des Jun Sept Des Kredit Mikro 1.358,85 1.746,11 1.880,14 2.060,70 2.126,69

Kredit Kecil 714,93 822,35 925,17 1.072,88 1.125,23

Kredit Menengah 847,90 764,50 858,97 849,84 977,04

Kredit UMKM 2.921,68 3.332,96 3.664,28 3.983,42 4.228,96

Sumber : Bank Indonesia Palu

Sampai dengan akhir triwulan laporan, jumlah UMKM yang dibiayai

perbankan Sulawesi Tengah diperkirakan sekitar 129.480 unit usaha atau 22,94%

dari keseluruhan unit usaha di Sulawesi Tengah. Berdasarkan hasil Sensus

Ekonomi 2006 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah,

jumlah unit usaha di Sulawesi Tengah sebanyak 564.408 unit usaha yang terdiri

dari 193.630 unit usaha non-pertanian dan 370.778 unit usaha pertanian.

2.4. KOLEKTIBILITAS KREDIT

Pertumbuhan kredit yang cukup menggembirakan pada triwulan laporan

ikut mempengaruhi adanya peningkatan kualitas kredit. Kualitas kredit bank

umum pada triwulan IV-2007 mengalami peningkatan dibandingkan dengan

kondisi triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari turunnya rasio Non

Performing Loans (NPLs) gross bank umum pada triwulan laporan dibandingkan

triwulan sebelumnya, yaitu dari 6,88% menjadi 6,30%. Sementara itu secara net,

NPLs bank umum tercatat sebesar 3,61%.

Kualitas kredit bank umum meningkat...

Jumlah UMKM yang dibiayai perbankan Sulawesi Tengah sekitar 129.480 unit usaha...

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

81 

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

29

Tabel 3.7. Kolektibilitas Kredit Bank Umum (Miliar Rupiah)

2005 2006 2007 Kolektibilitas

Des Sept Des Jun Sept Des Jumlah Kredit 3.047,67 3.476,79 3.587,51 3.983,87 4.298,30 4.600,06

Lancar 2.662,05 2.965,55 3.143,55 3.451,17 3.728,77 4.082,28

Dalam Perhatian Khusus 237,66 260,09 202,19 248,08 273,78 228,20

Kurang Lancar 41,47 58,92 20,02 31,28 31,72 35,86

Diragukan 32,19 27,94 23,26 28,70 36,82 21,25

Macet 74,30 164,28 198,49 224,64 227,21 232,47

NPLs Gross (%) 4,85 7,22 6,74 7,14 6,88 6,30

NPLs net (%) 1,49 2,51 2,85 3,79 3,73 3,61

Sumber : Bank Indonesia Palu

Kredit sektor perdagangan pada triwulan III-2007 memberikan sumbangan

NPLs terbesar yaitu Rp159,89 miliar. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

kontribusi kredit sektor perdagangan terhadap pembentukan NPLs gross

mengalami penurunan yaitu dari 55,76% menjadi 55,21%. Sementara itu,

kontribusi kredit sektor perindustrian dan sektor lain-lain dalam pembentukan

NPLs gross cenderung meningkat seiring dengan memburuknya kinerja kedua

sektor pada triwulan laporan. Hal ini dikonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV-2007 yang menunjukkan bahwa sektor industri

pengolahan mengalami kontraksi (SBT -0,18%).

Tabel 3.8. Perkembangan NPLs Gross Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi (Juta Rupiah)

Desember 2006 September 2007 Desember 2007 Keterangan

% NPL % NPL Nominal % NPL Nominal % NPL Pertanian 14.597 7,32 27.608 13,20 27.157 16,47

Pertambangan 3.822 31,48 475 3,21 475 1,41

Perindustrian 29.539 27,62 12.085 13,64 12.312 11,73

Listrik, Gas dan Air - - - - - -

Konstruksi 5.264 6,41 24.100 13,39 21.634 13,15

Perdagangan 135.369 10,18 164.907 10,53 159.889 9,14

Pengangkutan 811 3,03 1.104 3,25 1.030 3,31

Jasa-Jasa 3.794 3,34 4.242 5,63 3.388 4,35

Lain-Lain 48.577 2,83 61.227 2,87 63.699 2,80

Total 241.773 6,74 295.748 6,88 289.584 6,30

Sumber : Bank Indonesia Palu

Perbaikan kualitas kredit juga terjadi pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR),

tercermin dari penurunan NPLs gross yaitu dari 1,88% pada triwulan III-2007

menjadi sebesar 1,70% pada triwulan laporan. Meningkatnya kualitas kredit BPR

sejalan dengan peningkatan kredit dan dilakukannya proses restrukturisasi

Kualitas kredit BPR juga mengalami perbaikan...

Kredit sektor perdagangan masih memberikan sumbangan NPLs terbesar...

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

82 

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

30

kredit. Apabila dihitung secara netto, NPLs BPR berada pada angka 0,79 atau

masih di bawah batas indikatif 5%.

Tabel 3.9. Kolektibilitas Kredit BPR (Miliar Rupiah)

2005 2006 2007 Kolektibilitas

Des Sept Des Jun Sept Des Lancar 53,22 64,48 72,08 96,90 116,49 111,14 Kurang Lancar 0,35 1,36 1,71 0,68 0,64 0,73 Diragukan 0,36 0,98 1,30 1,20 0,88 0,48 Macet 0,19 0,41 0,34 0,46 0,72 0,72 NPLs Gross (%) 1,67 4,09 4,44 2,36 1,88 1,70

Sumber : Bank Indonesia Palu

Untuk memitigasi risiko kredit atau kemungkinan peningkatan NPLs maka

perbankan di Sulawesi Tengah dapat menempuh beberapa langkah

sebagai berikut :

- Peningkatan fungsi manajemen risiko di bidang perkreditan antara lain

dengan membentuk unit manajemen risiko kredit dan mengikuti sertifikasi

manajemen risiko.

- Optimalisasi pemanfaatan informasi kredit untuk mengurangi informasi

asimetris sehingga dapat memitigasi risiko kredit lebih dini. Bank umum

maupun BPR yang menjadi bank pelapor Sistem Informasi Debitur (SID)

dapat memanfaatkan SID yang berguna dalam mendukung pengambilan

keputusan.

- Meningkatkan keahlian SDM dan infrastruktur untuk mendukung ekspansi

kredit.

- Restrukturisasi dan hapus buku untuk menahan kenaikan kredit bermasalah.

- Memastikan kecukupan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Kredit

(PPPK).

- Menjaga permodalan yang memadai untuk mengatasi berbagai risiko.

- Melakukan penjaminan kredit bekerjasama dengan lembaga penjaminan

kredit yang sudah ada seperti PT. Askrindo (Persero) dan Perum Sarana

Pengembangan Usaha (Perum SPU).

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

83 

Boks 2

PERTEMUAN TAHUNAN PERBANKAN 2008

Dalam rangka mendiseminasikan berbagai inisiatif dan langkah-langkah kebijakan yang akan

diambil Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan otoritas perbankan di tahun 2008 kepada

stakeholders, maka untuk kesekian kalinya Bank Indonesia Palu pada tanggal 23 Januari 2008

malam kembali menyelenggarakan Pertemuan Tahunan Perbankan bertempat di Silae Hotel and

Convention Center Palu. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Gubernur Sulawesi Tengah yang

diwakili oleh Sekretaris Daerah Sulawesi Tengah dan unsur MUSPIDA Sulawesi Tengah lainnya,

Pimpinan DPRD Sulawesi Tengah, Pemerintah Kota Palu, Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong,

Pemerintah Kabupaten Donggala, Pimpinan DPRD Palu, Pimpinan DPRD Parigi Moutong, Pimpinan

DPRD Donggala, Pimpinan Perbankan se-Sulawesi Tengah dan Pimpinan Badan/Instansi.

Agenda utama Pertemuan Tahunan Perbankan adalah pembacaan pidato Gubernur Bank

Indonesia oleh Pemimpin Bank Indonesia Palu. Adapun tema pidato pertemuan tersebut yaitu

Meretas Jalan Stabilitas, Mengawal Pembangunan Ekonomi Negeri . Inisiatif Bank Indonesia di

tahun 2008 dibagi dalam 4 kelompok besar yaitu di bidang moneter, bidang perbankan, bidang

sistem pembayaran dan bidang sektor riil.

Bidang Moneter

1. Memperdalam pasar keuangan domestik melalui pengaktifan kembali instrumen-instrumen

dan jenis transaksi yang telah dimiliki yaitu SBI tenor 6 dan 9 bulan, transaksi Repo SUN dan FX

swap.

2. Memperkuat efektifitas penerapan Inflation Targeting Framework (ITF)

3. Membangun perangkat analisa kebijakan menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

2015

Bidang Perbankan

1. Melanjutkan proses konsolidasi dan penataan kembali struktur industri perbankan nasional

2. Menetapkan arah pengembangan industri BPR ke depan

3. Langkah-langkah dalam upaya mempercepat pertumbuhan Perbankan Syariah

Bidang Sistem Pembayaran

Bank Indonesia memandang perlu untuk mewujudkan sistem pembayaran nasional yang semakin

bermanfaat bagi masyarakat dan semakin sesuai dengan International best practices. Dalam kaitan

ini implementasi Sistem Bank Indonesia Government Electronic Banking (BIG-eB) akan

ditingkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan yang disediakannya untuk mendukung monitoring

dan transaksi keuangan Pemerintah Pusat

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

84 

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

31

BAB 4 

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Dalam rangka menjaga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sistem

pembayaran nasional, berbagai kebijakan telah dilakukan oleh Bank Indonesia,

baik dalam transaksi tunai maupun non tunai. Perkembangan transaksi

pembayaran tunai diketahui melalui aliran uang kartal masuk dan aliran uang

kartal keluar di Bank Indonesia, sedangkan perkembangan transaksi

pembayaran non tunai dapat diketahui melalui aktivitas kliring dan BI-RTGS.

Di bidang pembayaran tunai, Bank Indonesia merupakan satu-satunya

lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah

serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran. Dalam hal ini,

kebijakan Bank Indonesia, termasuk di Propinsi Sulawesi Tengah, diarahkan

untuk memenuhi ketersediaan uang kartal dalam jumlah yang cukup dan

pecahan yang sesuai, menjaga kualitas yang layak edar, melakukan tindakan

untuk menanggulangi meluasnya peredaran uang palsu dan meningkatkan

pelayanan perkasan.

Di bidang pembayaran non-tunai, Bank Indonesia berwenang mengatur

sistem kliring antar bank dalam mata uang rupiah dan valuta asing (valas).

Penyelenggaraan kliring tersebut dapat dilakukan secara langsung oleh Bank

Indonesia atau pihak lain dengan persetujuan Bank Indonesia. Selain

penyelenggaraan kliring, penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar bank

dalam mata uang rupiah dan valas diselenggarakan juga oleh Bank Indonesia

atau pihak lain dengan persetujuan Bank Indonesia.

1. PERKEMBANGAN UANG KARTAL (INFLOW / OUTFLOW)

Perkembangan uang kartal masuk (inflow) dan uang kartal keluar (outflow)

di Bank Indonesia Palu pada triwulan IV-2007 mengalami peningkatan yang

signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan

meningkatnya kebutuhan uang tunai masyarakat menghadapi hari raya

keagamaan dan tahun baru.

Jumlah inflow di Bank Indonesia Palu pada triwulan IV-2007 tercatat

sebesar Rp393,97 miliar atau naik 43,70% dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar Rp274,16 miliar. Sementara itu, jumlah outflow tercatat sebesar

Bank Indonesia merupakan satu- satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah...

Inflow dan outflow mengalami peningkatan yang signifikan...

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

85 

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

32

Rp1.042,44 miliar atau naik 92,74% dibandingkan triwulan III-2007 sebesar

Rp540,84 miliar. Dengan demikian pada triwulan laporan Bank Indonesia Palu

mengalami net outflow sebesar Rp648,47 miliar.

G r a f i k   4 . 1 .   P e r k e m b a n g a n   I n f l o w ­ O u t f l o w

0

2 0 0

4 0 0

6 0 0

8 0 0

1 0 0 0

1 2 0 0

1 4 0 0

T r IV - 0 4 T r I- 0 5 T r I I- 0 5 T r I I I- 0 5 T r IV -0 5 T r I- 0 6 T r I I- 0 6 T r II I- 0 6 T r IV - 0 6 T r I- 0 7 T r II- 0 7 T r II I - 0 7 T r IV - 0 7

Mili

ar R

p

In f lo w O u t f lo w

Jumlah inflow di Bank Indonesia Palu selama tahun 2007 sebesar Rp1.307,38

miliar atau turun -43,58% dibandingkan tahun 2006 sebesar Rp2.317,25 miliar,

sedangkan jumlah outflow sebesar Rp2.535,14 miliar atau turun -23,42%

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp3.310,35 miliar. Penurunan ini terkait

dengan pemberlakuan ketentuan setoran bayaran bagi bank di wilayah kerja

Bank Indonesia Palu sejak awal tahun 2007 yaitu penyetoran uang kartal ke

Bank Indonesia hanya untuk uang yang tidak layak edar. Dengan demikian,

apabila ingin menggunakan data aliran uang kartal masuk dan aliran uang

kartal keluar sebagai indikator kebutuhan transaksi tunai masyarakat harus lebih

berhati-hati, terutama apabila ingin membandingkannya dengan periode

sebelumnya.

Grafik 4.2. Laju Pertumbuhan Inflow dan Outflow Tahun 2000 ­ 2007

49,60

39,09

19,43

28,87

16,21

8,49

18,66

(43,58)

43,98

28,07 24,63

15,20 13,41

6,49

23,64

(23,42)

-60

-40

-20

0

20

40

60

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

%

Inflow Outflow

Dalam rangka menjaga agar uang rupiah yang diedarkan dalam kondisi

layak edar, Bank Indonesia Palu selama triwulan IV-2007 telah memusnahkan

uang kertas yang tidak layak edar sebanyak Rp91,94 miliar atau turun -8,02%

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp99,96 miliar.

Jumlah inflow selama tahun 2007 turun -43,58%...

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

86 

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

33

G ra f i k  4 .3 .   P e rk em b a n g a n  P T T B

-

1 0 0

2 0 0

3 0 0

4 0 0

5 0 0

6 0 0

7 0 0

T r IV - 0 4 T r I-0 5 T r II-0 5 T r III- 0 5 T r IV -0 5 T r I-0 6 T r II- 0 6 T r III- 0 6 T r IV -0 6 T r I- 0 7 T r II-0 7 T r III-0 7 T r IV - 0 7

Mili

ar R

p 0 ,0 0

5 ,0 0

1 0 ,0 0

1 5 ,0 0

2 0 ,0 0

2 5 ,0 0

3 0 ,0 0

3 5 ,0 0

4 0 ,0 0

4 5 ,0 0

5 0 ,0 0

Pers

en (%

)

In f lo w P T T B R a sio P T T B T h d In f lo w

Sementara itu, untuk memperluas layanan penukaran uang sampai ke

daerah-daerah terpencil di Sulawesi Tengah, Bank Indonesia Palu sejak tanggal

16 Oktober 2006 telah melakukan kerjasama penukaran uang rupiah tidak layak

edar dengan PT Pos Indonesia (Persero) yang untuk tahap awal melayani

masyarakat yang berada di daerah Tentena, Beteleme, Kolonedale, Bungku dan

Tomata. Bank Indonesia Palu berharap kerjasama tersebut berhasil sehingga

dapat dikembangkan di seluruh wilayah Sulawesi Tengah terutama daerah

terpencil di Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Tolitoli. Hasil

evaluasi Bank Indonesia Palu pada bulan Agustus 2007 menunjukkan bahwa

realisasi penukaran uang tidak layak edar oleh PT.Pos Indonesia (Persero) masih

relatif kecil. Periode Oktober 2006 September 2007 jumlah uang tidak layak

edar yang berhasil disetorkan PT.Pos Indonesia (Persero) ke Bank Indonesia Palu

hanya mencapai Rp328,95 juta atau sekitar Rp27,41 juta per-bulan. Kendala yang

dihadapi PT.Pos Indonesia (Persero) dalam kerjasama tersebut antara lain

terbatasnya SDM dan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat. Untuk mengatasi

hal itu PT.Pos Indonesia (Persero) akan berupaya menambah SDM dan

meningkatkan sosialisasi melalui leaflet maupun spanduk.

2. PERKEMBANGAN UANG PALSU YANG DITEMUKAN

Pada triwulan IV-2007 jumlah uang palsu yang ditemukan sebanyak

10 lembar, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 7 lembar.

Untuk meminimalisir jumlah uang palsu, Bank Indonesia Palu telah menjalin

kerjasama dengan pihak-pihak terkait dan secara berkesinambungan

melaksanakan kegiatan sosialisasi mengenai pengenalan ciri-ciri keaslian uang

rupiah kepada masyarakat. Tujuan dari sosialisasi tersebut adalah untuk

memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat umum tentang

ciri-ciri keaslian uang rupiah, sehingga masyarakat diharapkan aktif membantu

mengamankan uang rupiah dari pemalsuan. Pada periode Januari

Desember 2007, uang palsu yang paling banyak ditemukan adalah pecahan

Selama triwulan VI-2007 jumlah uang palsu yang ditemukan sebanyak 10 lembar...

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

87 

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

34

Rp100.000 (27 lembar), diikuti pecahan Rp50.000 (15 lembar) dan pecahan

Rp20.000 (4 lembar). Sementara itu, untuk pecahan lainnya belum ditemukan

adanya uang palsu.

Tabel 4.1. Jumlah Uang Palsu Yang Ditemukan (Lembar)

2007 Pecahan Mata Uang (Nominal)

2005 2006 Tr I Tr II Tr III Tr IV

Rp100.000 108 3.459 13 9 2 3

Rp50.000 15 14 4 1 4 6

Rp20.000 10 2 1 1 1 1

Rp10.000 11 1 - - - -

Jumlah 144 3.476 18 11 7 10 Sumber : Bank Indonesia Palu

3. PERKEMBANGAN KLIRING LOKAL

Pasal 16 Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.3 tahun 2004

menyatakan bahwa Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring antar

bank dalam mata uang rupiah dan valas. Adanya kliring diharapkan dapat

meningkatkan penggunaan instrumen pembayaran giral dan mendorong

masyarakat untuk menyimpan dana di bank. Secara umum manfaat yang dapat

diperoleh dengan adanya penyelenggaraan kliring untuk transaksi antar bank

adalah memberikan alternatif bagi masyarakat dalam melakukan suatu

pembayaran yang aman, efektif dan efisien, dan bagi bank merupakan salah

satu layanan kepada nasabah dan dapat menjadi salah satu sumber fee based

income.

Dalam rangka meningkatkan kecepatan dan keakuratan settlement

sehingga lebih memberikan kepastian dalam penyelesaian transaksi serta

meminimalkan risiko kegagalam settlement, maka sejak bulan September 2006

Kantor Bank Indonesia Palu telah menerapkan Sistem Kliring Nasional Bank

Indonesia (SKNBI). Terlaksananya transmisi arus dana melalui SKNBI secara real

time, otomatis akan mempercepat perputaran uang (velocity of money) dan

mengurangi floating dana karena tidak ada lagi penundaan (time lag) dalam

settlement sebagaimana terjadi pada sistem kliring lokal. Sementara itu,

penerapan SKNBI di Kota Tolitoli dan Kota Luwuk telah dimulai sejak bulan

November 2007.

Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring antar bank...

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

88 

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

35

Pada triwulan IV-2007, jumlah warkat kliring turun 15,24% yaitu dari 34.730

lembar pada triwulan III-2007 menjadi 29.436 lembar pada triwulan laporan.

Sementara itu, nominal perputaran kliring meningkat 18,84% dibandingkan

triwulan sebelumnya sehingga menjadi Rp1.641,77 miliar. Peningkatan tersebut

didorong oleh realisasi pembayaran proyek-proyek Pemerintah Daerah

menjelang akhir tahun 2007.

Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong

2006 2007 Keterangan

Tr III Tr IV Tr II Tr III Tr IV Perputaran Kliring

- Lembar

- Nominal (Miliar Rp)

34.079

886,74

30.500

1.079,94

28.404

670,41

34.730

1.381,52

29.436

1.641,77

Rata-Rata Harian Perputaran Kliring

- Lembar

- Nominal (Miliar Rp)

541

14,08

510

18,04

467

11,03

543

21,89

504

27,86

Persentase Rata-Rata Tolakan Cek

dan BG Kosong per-hari

- Lembar (%)

- Nominal (%)

0,59

0,33

1,17

0,80

0,57

0,62

0,61

0,33

0,84

0,37

Sumber : Bank Indonesia Palu

Untuk rata-rata warkat tolakan cek/BG kosong per-hari tercatat sebesar

0,84% (naik 37,70% dibandingkan triwulan sebelumnya), sedangkan rata-rata

nominal tolakan cek/BG kosong per-hari tercatat sebesar 0,37% (naik 12,12%

dibandingkan triwulan sebelumnya). Guna menjamin kepercayaan masyarakat

terhadap cek dan bilyet giro (BG), Bank Indonesia telah menyempurnakan

aturan pelaksana tata usaha Daftar Hitam Nasional (DHN) melalui Surat Edaran

No.9/13/DASP tanggal 15 Juni 2007. Dengan dikeluarkannya peraturan DHN ini

diharapkan akan tercipta efisiensi dalam administrasi DH yaitu hanya satu kali

penerbitan DH secara nasional setiap periode penerbitan. Bagi bank tentunya

akan mempercepat dan memudahkan bank dalam proses identifikasi calon

nasabah yang akan membuka atau memperoleh fasilitas rekening giro dengan

memanfaatkan data nasabah yang tercantum dalam DHN.

4. PERKEMBANGAN BI-RTGS

Aliran dana keluar (outflow) dari Kota Palu melalui BI-RTGS pada triwulan

IV-2007 tercatat sebesar Rp5.258,92 miliar atau naik 9,84% dibandingkan

triwulan III-2007 sebesar Rp4.787,68 miliar dengan volume transaksi sebanyak

13.635 transaksi. Sementara itu, aliran dana masuk (inflow) tercatat turun

-2,00% dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga menjadi Rp4.408,78 miliar

Outflow dari Kota Palu melalui BI-RTGS naik 9,84%...

Perputaran kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.641,77 miliar...

Rata-rata warkat tolakan cek/BG kosong per-hari tercatat sebesar 0,84%...

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

89 

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

36

dengan volume transaksi sebanyak 10.056 transaksi. Peningkatan volume

transaksi melalui BI-RTGS menunjukkan semakin meningkatnya aktifitas

perekonomian di Sulawesi Tengah.

Tabel 4.3. Perkembangan Transaksi BI-RTGS di KBI Palu

Inflow Outflow Net Outflow Keterangan Nominal

(Miliar Rp) Volume

Transaksi Nominal

(Miliar Rp) Volume

Transaksi Nominal

(Miliar Rp)

Trw I-2006

Trw II-2006

Trw III-2006

Trw IV-2006

Trw I-2007

Trw II-2007

Trw III-2007

Trw IV-2007

2.421,06

2.972,69

3.362,53

4.389,70

2.578,80

3.720,97

4.498,76

4.408,78

1.857

2.888

3.109

4.334

2.483

3.439

3.774

10.056

4.762,01

3.718,49

4.342,50

4.743,98

3.352,34

3.413,28

4.787,68

5.258,92

3.229

3.630

3.896

3.767

3.220

3.229

4.112

13.635

2.340,95

745,81

979,97

354,28

773,54

-307,69

288,92

850,14

Sumber : Bank Indonesia Palu

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

90

Kondisi ketenagakerjaan posisi Agustus 2007 menunjukkan adanya perbaikan

BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

37

BAB 5 

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2007 yang relatif tinggi dan

di atas pertumbuhan ekonomi nasional, serta terkendalinya laju inflasi secara

bertahap mampu memperbaiki kesejahteraan masyarakat Sulawesi Tengah.

Pendapatan per-kapita penduduk cenderung meningkat dan didukung dengan

pertumbuhan populasi penduduk yang rendah. Selain itu, tingkat pengangguran

dan angka kemiskinan mengalami penurunan walaupun belum sesuai dengan

yang diharapkan.

1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN

Kondisi ketenagakerjaaan di Sulawesi Tengah posisi Agustus 2007

menunjukkan adanya perbaikan. Pada bulan Agustus 2007 tingkat

pengangguran terbuka (TPT) di Sulawesi Tengah tercatat 8,39% atau lebih

rendah dibandingkan bulan Agustus 2006 sebesar 10,31%, dan bahkan masih di

bawah TPT nasional sebesar 9,11%. Faktor utama yang mempengaruhi

perbaikan tersebut adalah pertumbuhan ekonomi.

Grafik 5.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tengah

5,85

7,71

10,31

8,90

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

Agts.2004 Nop.2005 Agts.2006 Agts.2007

Persen

(%

)

TPT

Sumber : BPS Sulteng

Pada bulan Agustus 2007, persentase penduduk yang bekerja di sektor

pertanian mengalami penurunan yang cukup berarti. Pada Agustus 2007

penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian sebesar 59,60%, lebih rendah

dibandingkan Agustus 2006 sebesar 68,90%. Hal ini disebabkan karena faktor

cuaca yang kurang baik ditandai dengan meningkatnya gelombang pasang

sehingga kegiatan di sektor pertanian menurun khususnya subsektor perikanan.

Sementara itu, penyerapan tenaga kerja di sektor industri, sektor bangunan,

sektor perdagangan, sektor angkutan dan sektor jasa kemasyarakatan

mengalami peningkatan yang signifikan.

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

91

Jumlah pencari kerja terdaftar pada triwulan IV-2007 tercatat sebanyak 47.030 orang

UMP Sulawesi Tengah tahun 2008 sebesar Rp670.000 per-bulan

BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

38

Grafik 5.2. Perkembangan Angkatan Kerja yang Bekerja Berdasarkan Sektor Ekonomi

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

Perta

nian

Perta

mbangan

Industri

Listrik, G

as dan Air

Bangunan

Perdagangan

Pengangkutan

Keuangan dan Jasa Perusahaan

Jasa Kem

asyarakatan

Jumlah

Jumlah

Agustus 2006 Agustus 2007

Sumber : BPS Sulteng

Jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kantor Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Propinsi Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2007 tercatat sebanyak

47.030 orang atau naik 2,06% dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan

jumlah pencari kerja tersebut terkait dengan adanya pendaftaran CPNS pusat

maupun daerah di bulan Oktober dan November 2007.

Tabel 5.1. Perkembangan Ketenagakerjaan 2006 2007

Indikator Tenaga Kerja Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV *)

Jumlah Kasus PHK 3 - - 24 16 5

Jumlah TK yang di PHK 3 - - 26 36 5

Pencari Kerja yang Terdaftar **) 26.435 44.776 44.864 45.631 46.079 47.030

Sumber : Disnakertrans Sulteng Ket : *) Angka sementara

Upah Minimum Propinsi (UMP) Sulawesi Tengah tahun 2008 ditetapkan

sebesar Rp670.000 per-bulan atau naik 8,94% dibandingkan tahun 2007 sebesar

Rp615.000. Namun demikian, angka tersebut masih berada di bawah angka

Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Sulawesi Tengah tahun 2008.

Grafik 5.3. Perkembangan UMP di Sulawesi Tengah

-

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

450.000

500.000

550.000

600.000

650.000

700.000

750.000

800.000

850.000

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

100,00%

110,00%

UMP (Rupiah) KHL (Rupiah) UMP/KHL (%)

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

92

Persentase penduduk miskin turun dari 24,09% tahun 2006 menjadi 22,42% tahun 2007

BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

39

2. KEMISKINAN

Beberapa indikator kemiskinan di Sulawesi Tengah tahun 2007

menunjukkan perkembangan positif. Persentase penduduk miskin turun dari

24,09% tahun 2006 menjadi 22,42% tahun 2007. Penurunan tersebut terjadi di

wilayah perkotaan maupun pedesaan. Indeks kedalaman kemiskinan dan indeks

keparahan kemiskinan menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya

masing-masing dari 6,49% menjadi 4,47% dan dari 2,00% menjadi 1,38%.

Perkembangan positif beberapa indikator kemiskinan secara langsung maupun

tidak langsung terkait dengan keberhasilan Bank Indonesia dan Pemerintah

meningkatkan daya beli masyarakat melalui stabilisasi harga (tingkat inflasi yang

rendah) dan stabilisasi makroekonomi. Sebagaimana diketahui, rendahnya inflasi

dan kondisi makroekonomi yang stabil merupakan kondisi yang berpihak pada

masyakarat miskin, mengingat kaum miskin sangat rentan terhadap dampak

buruk merosotnya pendapatan riil atau hilangnya pekerjaan.

Tabel 5.2. Perkembangan Indikator Indikator Kemiskinan di Propinsi Sulawesi Tengah

Keterangan 2004 2005 2006 2007

Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa)

Kota

Desa

486,30

70,50

415,80

527,50

73,20

454,30

566,10

76,60

489,50

557,50

67,10

490,40

Persentase Penduduk Miskin (%)

Kota

Desa

21,69

15,33

23,33

21,80

14,41

23,76

24,09

15,52

26,37

22,42

12,86

24,97

Indeks Kedalaman Kemiskinan (%)

Kota

Desa

4,03

3,19

4,73

4,18

2,26

4,64

6,49

2,71

7,47

4,47

2,15

5,08

Indeks Keparahan Kemiskinan (%)

Kota

Desa

1,14

0,96

1,37

1,20

0,63

4,18

2,00

0,72

6,49

1,38

0,57

1,60

Sumber : BPS Sulteng

Sebagai bentuk kompensasi atas kenaikan harga BBM pada bulan

Oktober 2005 dan dalam rangka menanggulangi kemiskinan, Pemerintah Pusat

sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2006 telah menyalurkan dana sebesar

Rp4,60 triliun bagi sekitar 15,50 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) melalui

program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Penyaluran dana dilaksanakan oleh PT.

Pos Indonesia (Persero), sedangkan penyediaan data RTM dilakukan oleh Badan

Pusat Statistik (BPS). Di Sulawesi Tengah, BLT diberikan kepada 211.373 RTM.

Namun demikian, mulai tahun 2007 program BLT ditiadakan dan diganti dengan

program baru yang dinamakan Bantuan Uang Tunai Bersyarat (BUTB). Program

baru tersebut diyakini lebih baik dibandingkan BLT karena tidak sekedar

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

93

Terkait dengan kebijakan stabilisasi pangan tahun 2008, Pemerintah akan menambah jatah Raskin menjadi 15 kg/bulan/RTM

BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

40

menanggulangi kemiskinan, namun juga berkaitan dengan peningkatan kualitas

manusia khususnya pengurangan angka kematian bayi, peningkatan kesehatan

ibu hamil dan peningkatan kesempatan pendidikan. Sedikit berbeda dengan

BLT, penerima BUTB adalah Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). BUTB saat ini

masih diujicobakan di tiga daerah yaitu Gorontalo, Sulawesi Utara dan Jakarta.

Grafik 5.4. Realisasi Penyaluran Raskin di Sulawesi Tengah Tahun 2007

2.247

1.742

2.846

1.208

3.343

1.540

3.075

1.140

2.806

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

Jan. 2007 Feb. 2007 Mar. 2007 Apr. 2007 Mei 2007 Jun. 2007 Jul. 2007 Agts. 2007 Sept. 2007

Sumber : Perum Bulog Divre Sulteng

Jum

lah (to

n)

Selain itu, untuk mengatasi rawan pangan dan penurunan daya beli

masyarakat, termasuk di Propinsi Sulawesi Tengah, maka sejak pertengahan

tahun 1998 sampai dengan saat ini Pemerintah Pusat telah menugaskan Perum

Bulog untuk melaksanakan penyaluran Raskin (beras untuk keluarga miskin).

Berdasarkan data tahun 2006, di Sulawesi Tengah terdapat 211.373 rumah

tangga miskin (RTM) yang tersebar di 9 kabupaten dan 1 kota. Jumlah RTM

paling banyak terdapat di Kabupaten Donggala (50.378 RTM), sedangkan yang

paling sedikit terdapat di Kabupaten Buol (11.857 RTM). RTM adalah sasaran

atau penerima Raskin yang disalurkan Perum Bulog Divisi Regional Sulteng tiap

bulan. Adapun jatah Raskin tahun 2008 adalah sebanyak 10 kg/bulan/RTM

dengan harga tebus Rp1.600/kg. Terkait dengan kebijakan stabilisasi pangan

tahun 2008, Pemerintah akan menambah jatah Raskin menjadi 15 kg/bulan/RTM.

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

94 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH

41

BAB 6 

KEUANGAN DAERAH

Secara keseluruhan operasi keuangan Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah

sampai dengan triwulan III-2007 masih mencatat surplus anggaran sebesar

Rp278,98 miliar. Besarnya surplus terkait dengan masih rendahnya penyerapan

belanja daerah, terutama untuk komponen belanja modal. Penyerapan belanja

daerah sampai dengan triwulan III-2007 mencapai Rp304,95 miliar atau 43,82%.

Tabel 6. Realisasi Pendapatan dan Belanja Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007

Keterangan Target

(Juta Rupiah)

Realisasi *)

(Juta Rupiah)

Realisasi / Target

(%)

PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pajak Daerah

Retribusi Daerah Bagian Laba Usaha Daerah Lain-Lain PAD

Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak & Bukan Pajak Dana Alokasi Umum (DAU)

Lain-Lain Pendapatan Yang Sah

156.194,66 133.787,50

15.172,76 3.810,64 3.423,76

537.029,72 34.900,72

502.129,00 5.734,81

131.507,74 112.947,12

9.043,20 -

9.517,42 452.419,71

33.978,88 418.440,83

-

84,19 84,42

59,60 -

277,98 84,24 97,36 83,33

-

Jumlah Pendapatan 698.959,19 583.927,45 83,54

BELANJA Belanja Tidak Langsung

Belanja Pegawai Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil & Bantuan Keu. Belanja Tak Terduga

Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang & Jasa Belanja Modal

350.248,03 210.945,81

32.843,71 102.458,51

4.000,00 345.611,16

56.467,49 181.703,94 107.439,73

148.213,73 91.035,81 1.242,20

55.713,41 222,31

156.732,79 30.491,95 91.872,00 34.368,84

42,32 43,16 3,78

54,38 5,56

45,35 54,00 50,56 31,99

Jumlah Belanja 695.859,19 304.946,52 43,82

Sumber : Pemda Sulawesi Tengah Ket : *) Realisasi s/d triwulan III-2007

Sementara itu, realisasi pendapatan daerah telah mencapai Rp583,93 miliar

atau 83,54%. Dari jumlah tersebut, sebagian besar berasal dari dana

perimbangan (77,48), diikuti PAD (22,52%). Dari semua komponen pendapatan

daerah, realisasi lain-lain PAD yang sah mencapai 277,98%, tertinggi

dibandingkan komponen lainnya. Hal ini diperkirakan berhubungan dengan

masih rendahnya realisasi belanja daerah sehingga simpanan Pemerintah

Operasi keuangan Pemerintah Propinsi sampai dengan triwulan III-2007 mencatat surplus sebesar Rp278,98 miliar...

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

95 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH

42

Propinsi di perbankan meningkat, dan akhirnya pendapatan bunga/jasa giro

juga mengalami peningkatan.

Berdasarkan penetapan perkiraan alokasi dana bagi hasil (DBH) sumber

daya alam minyak bumi tahun 2007 yang dikeluarkan Departemen Keuangan,

alokasi DBH minyak bumi untuk Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah adalah

sebesar Rp3,57 miliar, lebih tinggi dari target DBH bukan pajak yang ditetapkan

dalam APBD Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah sebesar Rp2,87 miliar. Dengan

demikian, realisasi DBH bukan pajak pada akhir tahun 2007 diperkirakan akan

lebih tinggi dari target.

Untuk meningkatkan kinerja keuangan Pemerintah Propinsi Sulawesi

Tengah, dari sisi pendapatan maupun belanja daerah, perlu dilakukan beberapa

langkah sebagai berikut :

1. Peningkatan kualitas SDM; misalnya dalam hal penguasaan mekanisme

pengadaan barang/jasa pemerintah, pemahaman terhadap peraturan dan

perundangan yang berlaku, sistem akuntansi, dan sebagainya.

2. Evaluasi berkala lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terhadap

realisasi pendapatan dan belanja daerah.

3. Peningkatan kualitas proses penetapan APBD, termasuk ketepatan waktunya

sesuai dengan peraturan dan perundangan.

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

96 

BAB 7. PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI

43

BAB 7 

PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI

1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Prospek perekonomian Sulawesi Tengah tahun 2008 diperkirakan tetap

optimis, walaupun dihadapkan pada tantangan yang semakin berat.

Perekonomian diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari tahun 2007 dengan

konsumsi rumah tangga tetap sebagai motor utama penggerak. Pertumbuhan

konsumsi rumah tangga terutama didorong oleh perbaikan daya beli masyarakat

yang berasal dari kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) sekitar 20% dan Upah

Minimum Propinsi (UMP) serta pemberian tunjangan untuk tenaga

kependidikan. Dari sisi pembiayaan, tren penurunan suku bunga di tahun 2007

juga memberikan modal ke depan pada meningkatnya konsumsi rumah tangga.

Investasi sebagaimana tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) akan mengambil peran lebih besar seiring dengan peningkatan belanja

modal Pemerintah Daerah dan swasta. Beberapa proyek swasta yang

diperkirakan akan meningkatkan investasi pada tahun 2008 antara lain

pembangunan pusat perbelanjaan di Kota Luwuk, pembangunan hotel

berbintang di Kota Palu, pembangunan kilang LNG Donggi Senoro di

Kabupaten Banggai dengan nilai investasi antara USD 700 juta USD 1 miliar

(belum termasuk untuk industri hilirnya), pembangunan PLTA Poso II di

Kabupaten Poso dan pembangunan PLTU Mpanau unit III di Kota Palu. Proyek

swasta tersebut akan mendorong peningkatan impor antar-negara terutama

untuk barang modal. Sementara itu, ekspor Sulawesi Tengah terutama ekspor

antar-negara akan tetap menunjukkan pertumbuhan yang tinggi seiring dengan

peningkatan produksi dan harga komoditas unggulan daerah.

Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2008 masih

didominasi oleh sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan, hotel

dan restoran. Kinerja sektor pertanian tahun 2008 diperkirakan lebih baik

dibandingkan tahun 2007, terutama untuk subsektor tanaman bahan makanan

dan subsektor perkebunan. Peningkatan output sektor pertanian didorong oleh

peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanaman. Hal ini didukung

dengan komitmen Pemerintah yang telah mengalokasikan anggaran subsidi

Prospek perekonomian Sulawesi Tengah tahun 2008 diperkirakan tetap optimis...

Investasi akan mengambil peran lebih besar...

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

97 

BAB 7. PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI

44

kepada petani berupa pupuk, bunga kredit program dan benih, disamping juga

anggaran untuk penyediaan dan perbaikan infrastruktur pertanian, serta

pengendalian hama dan penyakit. Berdasarkan data dari Departemen

Keuangan, pada tahun 2008 Sulawesi Tengah mendapatkan alokasi dana

infrastruktur sarana dan prasarana sebesar Rp152,30 miliar serta Dana Alokasi

Khusus (DAK) sebesar Rp578,98 miliar. Penggunaan dana tersebut salah satunya

untuk perbaikan dan penyediaan infrastruktur pertanian seperti irigasi dan

pencetakan sawah baru.

Sementara itu, pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran

terutama digerakkan oleh kenaikan konsumsi rumah tangga yang merupakan

cerminan dari membaiknya daya beli masyarakat. Sebagai akibatnya, aktivitas di

subsektor perdagangan besar dan eceran diperkirakan meningkat cukup tinggi

dan masih mendominasi pertumbuhan sektor ini.

2. PROSPEK INFLASI

Berdasarkan data dan perkembangan terkini, inflasi IHK Kota Palu tahun

2008 diperkirakan sekitar 7±1%. Tekanan inflasi terutama berasal dari imported

inflation. Sementara itu, tekanan inflasi administered prices dan volatile foods

diperkirakan akan memberi tekanan minimal pada tahun 2008. Namun

demikian, laju inflasi Kota Palu yang cukup tinggi di awal tahun 2008 perlu

diwaspadai karena akan mendorong peningkatan ekspektasi inflasi masyarakat

di masa yang akan datang.

3. PROSPEK PERBANKAN

Berdasarkan perkembangan berbagai indikator perbankan sampai dengan

akhir tahun 2007, perbankan Sulawesi Tengah pada tahun 2008 diperkirakan

masih tetap stabil dengan beberapa pencapaian antara lain pertumbuhan kredit

sekitar 20% dan NPLs netto di bawah 5%. Faktor yang mendukung

perkembangan perbankan tahun 2008 antara lain tren penurunan suku bunga

selama tahun 2007, peningkatan jumlah jaringan kantor bank, perbaikan daya

beli masyarakat dan peningkatan belanja daerah.

Inflasi IHK Kota Palu diperkirakan sekitar 7±1%...

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

98 

LAMPIRAN

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

99 

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Inflasi

Inflasi month to month

Inflasi year to date

Inflasi year on year

Inflasi quarter to quarter

Inflasi inti (core inflation)

Inflasi volatile foods

Adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum dalam

satu periode. Umumnya inflasi diukur dengan melihat perubahan

harga sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh

sebagian besar masyarakat seperti tercermin pada perkembangan

Indeks Harga Konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya,

inflasi dapat dipengaruhi baik oleh sisi permintaan maupun sisi

penawaran.

Adalah perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks Harga

Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan

sebelumnya (inflasi bulanan), dan sering disingkat (m-t-m).

Adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga perubahan

Indeks Harga Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK

bulan Desember tahun sebelumnya (inflasi kumulatif), dan sering

disingkat (y-t-d).

Adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga perubahan

Indeks Harga Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK

bulan yang sama tahun sebelumnya (inflasi tahunan), dan sering

disingkat (y-o-y).

Adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga perubahan

Indeks Harga Konsumen pada akhir triwulan yang bersangkutan

dibandingkan IHK akhir triwulan sebelumnya (inflasi triwulanan),

dan sering disingkat (q-t-q).

Adalah inflasi komoditas yang perkembangan harganya

dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum (faktor-

faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar dan

keseimbangan permintaan dan penawaran agregat) yang akan

berdampak pada perubahan harga-harga secara umum dan lebih

bersifat permanen.

Adalah inflasi kelompok komoditas bahan makanan yang

perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor

tertentu.

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

100 

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Inflasi administered prices

Uang kartal

Uang kuasi

Uang giral

LDR

NPLs

PPAP

Cash Inflow

Cash outflow

Adalah inflasi kelompok komoditas yang perkembangan

harganya diatur oleh pemerintah.

Adalah uang kertas, uang logam, komemoratif koin dan uang

kertas komemoratif yang dikeluarkan oleh bank sentral yang

menjadi alat pembayaran yang sah di suatu negara.

Adalah kewajiban sistem moneter dalam bentuk deposito

berjangka, tabungan dalam rupiah dan saldo rekening valuta

asing milik penduduk. Berdasarkan standar penyusunan dan

penyajian statistik secara internasional yang terbaru, BPR/BPRS

dimasukkan sebagai anggota sistem moneter sehingga tabungan

dan deposito yang ada di BPR/BPRS diperhitungkan sebagai uang

kuasi.

Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang,

simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang

seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam rupiah pada

sistem moneter.

Adalah rasio total kredit terhadap total Dana Pihak Ketiga (DPK).

DPK terdiri dari deposito berjangka, tabungan dan giro. LDR

singkatan dari Loans to Deposit Ratio.

Adalah kredit-kredit di perbankan yang tergolong kolektibilitas

tidak lancar, yaitu kurang lancar, diragukan dan macet

berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. NPLs singkatan dari Non

Performing Loans.

Adalah sejumlah dana yang dialokasikan untuk mengantisipasi

tidak tertagihnya aktiva produktif yang tergolong kurang lancar,

diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia.

Aktiva produktif dalam hal ini adalah kredit. PPAP singkatan dari

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif.

Adalah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia, misalnya

melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank-bank umum.

Adalah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia melalui

proses penarikan tunai bank umum dari giro di Bank Indonesia

atau pembayaran tunai melalui Bank Indonesia.

BANK INDONESIA PALU 

BAB 6. KEUANGAN DAERAH 

101 

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Net flow

PTTB

PDB-PDRB

DAU

DAK

Bagi Hasil

Adalah selisih antara outflow dan inflow.

Adalah kegiatan pemusnahan uang atau Pemberian Tanda Tidak

Berharga, sebagai upaya Bank Indonesia untuk menyediakan

uang kartal yang layak dan segar (fit for circulation) untuk

bertransaksi.

Adalah sebuah analisis perhitungan pertumbuhan ekonomi

dengan menghitung seluruh nilai tambah yang terjadi di sebuah

wilayah tertentu pada waktu tertentu. Untuk skala nasional

disebut Produk Domestik Bruto (PDB) dan untuk skala

regional/daerah disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

DAU singkatan dari Dana Alokasi Umum. DAU merupakan

transfer yang bersifat umum (block grant) untuk mengatasi

masalah ketimpangan horisontal (antar daerah) dengan tujuan

utama pemerataan kemampuan keuangan antar daerah.

DAK singkatan dari Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan

transfer yang bersifat khusus (specific grant) untuk memenuhi

pembiayaan kebutuhan khusus daerah dan atau kepentingan

nasional.

Merupakan dana perimbangan untuk mengatasi masalah

ketimpangan vertikal (antara pusat dan daerah) yang dilakukan

melalui pembagian hasil antara pemerintah pusat dan daerah

penghasil, dari sebagian penerimaan perpajakan (nasional) dan

penerimaan sumber daya alam.