bab 5 kkn tanggul
DESCRIPTION
KKN tanggulTRANSCRIPT
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Musyawarah Masyarakat Desa
Kegiatan pelaksanaan KKN-PPM ini akan dilakukan melalui strategi pendekatan masyarakat dengan Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD). Kegiatan MMD ini akan dilakukan melalui 3 kali di desa Tanggul Kulon. Adapun hasil dari MMD sebagai
berikut;
Tabel 5.1. Pelaksanaan Dan Hasil Musyawarah Masyarakat Desa
No. Nama Desa Kegiatan Waktu Pelaksanaan dan Tempat
Pelaksanaan
Hasil Kegiatan
1. Tanggul
Kulon
MMD I Waktu, Jum’at 21 Juni 2014
Tempat; Balai Desa Tanggul Kulon
Hasil dari Musyawarah Masyarakat Desa I
tersebut adalah diterimanya mahasiswa KKN oleh
pihak desa dan warga desa setempat. Hal ini akan
memudahkan mahasiswa dalam melakukan
kegiatan di Desa Tanggul Kulon terutama dalam
melakukan screening, pengkajian maupun
intervensi kepada penderita TB yang menjadi
sasaran program ini.
22
MMD II Waktu; Jumat 27 Juni 2014
Tempat; Balai desa Tanggul Kulon
Pada acara ini mahasiswa memaparkan
kepada pihak desa dan warga tentang program
yang akan dilaksanakan selama 2 bulan ke depan
dimana juga dilakukan sebuah diskusi tentang
kapan dan bagaimana program tersebut akan
dilaksanakan sehingga tercapai kesepakatan
bersama antara mahasiswa dan warga serta
perangkat desa untuk dapat melaksanakan
Program Santun Tuberculosis (PESAT), ini.
Dari hasil pengkajian, Jumlah penduduk di Desa Tanggul Kulon adalah 11.394 jiwa dengan total Kepala Keluarga sejumlah 3.359 KK, komposisi menurut klasifikikasi umur yaitu, 0-12 bulan, 1-5 tahun, 7-18 tahun, 18-56 tahun. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin Laki-laki sebesar 5.569 jiwa dan perempuan 5.825 jiwa, sedangkan di Tanggul Kulon sendiri dilihat dari catatan puskesmas Tanggul khusus pada Tanggul Kulon adalah sejumlah 10 kasus yang menjalani
23
pengobatan TB Paru yaitu 7 orang laki-laki dan 3 orang lainnya adalah perempuan
Program yang akan dilaksanakan Program Santun Tuberculosis (PESAT) yaitu sebagai berikut;
a. Pelatihan PMO
b. Pembentukan kader TB
c. Pembentukan Paguyuban Penderita TB
d. Pembentukan peguyuban masyarakat peduli
TB
e. Pelibatan tokoh lokal
f. Melakukan deteksi dini pada warga
masyarakat
g. Melakukan deteksi dini pada warga
masyarakat
Rencana tidak lanjut yang direncanakan oleh
kelompok Desa Tanggul Kulon untuk Program
Santun Tuberculosis (PESAT) antara lain :
24
MMD III Waktu; Jumat, 22 Agustus 2014
Tempat; Balai Desa Tanggul Kulon
a. Pemerintah desa dan kader berkolaborasi
dengan puskesmas jelbuk untuk menambah
keterampilan kader posyandu di desa
Sucopangepok dalam hal screening balita gizi
kurang sesuai dengan anjuran Departemen
Kesehatan.
b. Pemerintah desa Sucopangepok dan bidan
desa menyusun perencanaan anggaran dana
untuk pembagian MP-ASI bagi balita gizi
kurang di desa Sucopangepok.
c. Bidan desa mengawai peaksanaan system 5
meja posyandu yang dilaksanakan oleh kader
posyandu sesuai dengan ketentuan.
d. Pelatihan kader yang dibina oleh Bidan desa
diseluruh desa Sucopangepok
e. Pengontrolan dan penimbangan berkelanjutan
yang berfokus terhadap baduta yang
teridentifikasi dalam program Gerakan Bebas
Gizi Buruk untuk memantau pertumbuhan
25
berat badan yang dilakukan oleh kader
posyandu dan dilaporkan kepada bidan desa
untuk ditindak lanjut.
f. Pemerintah desa Sucopangepok bekerjasama
dengan masyarakat untuk tetap menanam
tanaman local sebagai bahan baku pembuatan
MP-ASI untuk peningkatan status gizi baduta
di desa Sucopangepok.
g. Pelaporan oleh kader posyandu dan bidan
desa kepada puskesmas Jelbuk terhadap
penemuan kasus gizi kurang di desa
Sucopangepok.
26
5.2 Screening Dan Pemetaan Masalah Penyakit TB Paru Di Desa Tanggul
Kulon
Puskesmas merupakan upaya pembangunan kesehatan untuk jenjang
tingkat pertama. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota yang bertanggungjawab untuk menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Salah satu Puseksemas di Kabupaten Jember
yang memiliki indikator pencapaian gizi buruk adalah Puskesmas Jelbuk.
Puskesmas Jelbuk saat ini menempati nomor urut ke 48 dari 49 puskesmas di
Kabupaten Jember dalam pencapaian program pelayanan kesehatan. Data BGM
(Bawah Garis Merah) baru di Pukesmas Jelbuk akhir tahun 2012 menunujukkan
dari 111 Balita mengalami gizi sangat kurang 15 balita, gizi kurang 60 balita, dan
gizi normal 36 balita. Permasalahan gizi kurang dan gizi sangat kurang di
Kecamatan Jelbuk tersebar di 6 desa, yaitu Desa Jelbuk, Desa Sucopangepok,
Desa Panduman, Desa Sukowiryo, Desa Sukojember, dan Desa Sugerkidul.
Kelompok usia 6 bulan samapai 24 bulan merupakan usia emas
pertumbuhan dan perkembangan anak. Hasil screening antropometri bawah dua
tahun (Baduta) yang dilakukan di enam desa diketahui terdapat
Penentuan baduta gizi kurang menggunakan beberapa alat ukur. Alat ukur
yang digunakan adalah NCHS, standar deviasi antoprometri status gizi anak dan
z-skor. Penggunaan tiga alat ukur dilakukan untuk menentukan alat ukur yang
paling cocok untuk program ini. NCHS merupakan alat ukur pertumbuhan balita
dan baduta yang digunakan secara internasional. NCHS dikeluarkan CDC dan
disetujui oleh WHO pada tahun 2000. Standar deviasi antoprometri status gizi
anak dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2010. Klasifikasi
status gizi berdasarkan baku WHO-NCHS ada tiga cara penyajian klasifikasi
status gizi, yaitu persen median, skor simpangan baku (Z-score), dan persentil.
Penyajian publikasi hasil penelitian-penelitian pada jurnal internasional lebih
banyak menggunakan Z-score. Klasifikasi status gizi berdasarkan Z-score
merupakan suatu metode untuk mengukur deviasi hasil pengukuran antropometri
terhadap nilai median buku rujukan. Sistem Z-score ternyata dapat
mengidentifikasi lebih jauh batas-batas dari data rujukan yang sesungguhnya.
37
Sistem Z-score mampu mengklasifikasikan status gizi secara akurat dibandingkan
persen median dan persentil. Selain itu, meskipun menggunakan indeks
antropometri yang berbeda, limit yang digunakan untuk klasifikasi status gizi
tetap konsisten.
Alasan menggunakan hasil pengolahanan data z-skore karena
memperhitungkan efisiensi waktu, tenaga dan dana. Hasil z-skor dipilih juga
karena hasil lebih konsisten dan tepat sasaran. Pada z-skore dipilih perbandingan
BB/umur dari pada BB/TB. Berat badan/umur dipilih karena sensitif untuk
mengukur gizi kurang akut.
Hasil data yang diperoleh dari penghitungan Z Score di Desa Suger Kidul di
dapatkan hasil bahwa jumlah balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 11
balita. Pengolahan data menggunakan Z-skor ditemukan 21 baduta gizi kurang di
Desa Panduman. Pengkajian menggunakan Z Score yang digunakan untuk
menentukan status gizi balita, terdapat 22 balita yang mengalami gizi kurang di
desa Jelbuk. Jumlah gizi kurang setiap Dusun di Desa Sukowiryo berdasarkan alat
ukur Z score dapat disimpulkan bahwa jumlah total balita mengalami gizi kurang
di Desa Sukowiryo terdapat 17 balita. Berdasarkan pengkajian dan analisis data di
Desa Sucopangepok, terdapat bayi usia 6-24 bulan, yaitu sebanyak 20 bayi
dengan gizi kurang, dan Desa Sukojember sebanyak 21 balita. Total Bawah Dua
tahun berdasarkan Z score dengan kriteria gizi kurang yakni sebanyak 112 baduta
sasaran.
Diagram 5.1 Hasil Sreening Z-Score Status Gizi Bawah Dua Tahun
38
Fungsi perencanaan diperlukan suatu program untuk mengatasi gizi buruk
yang terdapat di Kecamatan Jelbuk melalui program “GERBASGIBUR”
(Gerakan Bebas Gizi Buruk), yakni dari masing-masing desa terdapat berbagai
program antar lain di Desa Sukojember “PORSI BATAS” (Program Sigap Gizi
BALITA Sehat), di Desa Jelbuk terdapat “KuBisa Sehat” (Kader Mampu, Ibu
Bisa, Bayi Sehat), di Desa Sucopangepok terdapat Pilus Sehati (Posyandu
Interaktif Plus Senyum Sehat Bernutrisi), KREMES (KREasi MEmaSak) MP-ASI
di Desa Panduman, Sukowiryo memiliki “Anak Sehat dan Ibu Trampil” (Asi
Trampil), dan di Desa Sugerkidul terdapat Gerakan Peduli Gizi Baduta
(GeLiGiTa).. Program tersebut terdiri dari beberapa kegiatan yaitu Posyandu Plus
melalui Nursing Feeding Center, pelatihan kader kesehatan, pendidikan
kesehatan, pelatihan dalam membuat makanan pendamping ASI, lomba kader,
lomba posyandu dan lain-lain. Untuk kegiatan Posyandu Plus setiap posyandu
akan terdapat penambahan program yaitu pemberian makanan tambahan (PMT)
dengan menggunakan bahan-bahan lokal sehingga masyarakat tidak kesulitan
dalam mancari bahan untuk makanan pendamping ASI (MP ASI) yang
sebelumnya tidak diberikan saat kegiatan posyandu namun langsung diberikan
dari rumah ke rumah secara langsung kepada balita sasaran dan tidak diberikan
secara merata atau tidak keseluruhan mendapatkan MP-ASI.
5.3 Pembentukan Program Posyandu Plus Dengan Potensi Masyarakat
1. Pembentukan Struktur Posyandu Dan Tugas Pokok Pengurus
Posyandu
Posyandu yang dilakukan di tiap desa telah dilakukan dengan baik. Pada
posyandu di bulan Agustus telah dilakukan sistem lima meja dan sudah terbentuk
struktur kepengurusan posyandu ( Terlampir ). Terbentuknya kepengurusan
posyandu merupakan usaha untuk menguatkan organisasi posyandu. Dengan
adanya struktur kepengurusan membuat kerja dan pembagian tugas masing-
masing anggota lebih jelas. Struktur posyandu juga memudahkan petugas
39
kesehatan untuk menghubungi posyandu. Berikut merupakan tugas pokok dan
fungsi dari pengurus Posyandu :
A. Ketua
1) Melakukan koordinasi antar kader dalam setiap penyelenggaraan
Posyandu
2) Memastikan kelengkapan sarana dan alat-alat dalam pelaksanaan
Posyandu, seperti ; timbangan berat badan, alat pengukur tinggi
badan, meja
3) Melakukan fungsi koordinasi dengan bidan wilyah dalam penemuan
dan pelaporan terkait masalah kesehatan
4) Meningkatkan motivasi anggota pengurus dalam melaksanakan sistem
5 meja plus dalam pelaksanaan pemberian PMT/MPASI
B. Sekertaris
1) Melakukan fungsi pencatatan data dari setiap hasil kegiatan Posyandu
yang dilakukan
2) Melakukan fungsi penyimpanan/arsip data-data Posyandu
3) Menyiapkan catatan pelaporan dari hasil/perkembangan setiap
kegiatan Posyandu
C. Bendahara
1) Melakukan fungsi penyimpanan kas Posyandu
2) Melakukan fungsi pencatatan dari setiap alur masuk keluarnya
penggunaan kas Posyandu
D. Anggota
1) Membantu jalannya pelaksanaan Posyandu pada meja 1 sampai meja
5
2) Memotivasi warga sasaran di wilayah posyandu untuk aktif dalam
kegiatan Posyandu
3) Meningkatkan motivasi peserta dalam mengikuti sistem 5 meja plus
dan pelaksanaan pemberian PMT/MPASI pada bayi dan balita secara
mandiri.
40
Monitoring dan evaluiasi harus tetap dilakukan setiap selesai melakukan
Posyandu. Monitoring dilakukan untuk mengetahui perkembangan Posyandu.
Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari
Posyandu yang telah dilakukan.monitoring tidak harus dilakukan olehtenaga
kesehatan desa. Monitoring juga bisa dilakukan oleh perangkat desa, tokoh
masyarakat dan masyarakat. Posyandu merupakan milik bersama sehingga semua
orang merasa memiliki Posyandu.
2. Pendidikan Kesehatan Dan Peer Group
1) Desa Sucopangepok
Peer group merupakan proses diskusi kelompok yang disertai dengan
penyuluhan kepada ibu baduta sasaran dan perwakilan kader dari setiap dusun.
Kegiatan peer group di Desa Sucopangepok dilaksanakan pada hari senin tanggal
19 Agustus 2013 di Balai Desa Sucopangepok. Peserta yang diundang adalah
seluruh ibu dari baduta BGM yang telah menjadi sasaran di Desa Sucopangeppok,
beserta perwakilan kader dari masing-masing dusun (1 kader setiap dusunnya),
dan juga perangkat desa seperti ibu PKK dan Bidan desa. Peserta yang diundang
dalam kegiatan Peer group ini berjumlah 28 peserta, akan tetapi peserta yang hadir
berjumlah 22 orang. Ke-enam peserta yang tidak hadir telah didatangi ke
rumahnya, beberapa siantaranya mengtakan bahwa tidak dapat hadir karena
anaknya sakit, ada pula yang tidak hadir karena sibuk membantu saudaranya yang
sedang menikah.
Kegiatan peer group ini ditujukan untuk mengumpulkan ibu dengan baduta
BGM yang ada di Desa Sucopangepok agar mereka saling mengenal dan bertukar
informasi. Ibu-ibu tersebut dikelompokan sesuai dengan umur. Dilihat dari
perkembangan badutanya, ada beberapa baduta yang mengalami penurunan berat
badan, ada yang tetap dan ada pula yang mengalami kenaikan berat badan yang
signifikan. Disinilah ibu-ibu yang badutanya mengalami kenaikan berat badan
diminta untuk memberikan kiat-kiat bagaimana agar BB anak bisa meningkat, dan
41
memberikan motivasi kepada ibu-ibu yang lain agar mereka juga dapat meniru
keberhasilan dari ibu tersebut dalam menaikan BB anaknya.
Selain kegiatan tukar pendapat dan berbagi informasi, kami juga memberikan
sedikit penyuluhan kesehatan mengenai gizi yang diperlukan balita sesuai dengan
tahap tumbuh kembangnya. Hal ini ditujukan agar para ibu dapat mengerti dan
mengaplikasikan pemberian menu makanan pada anak yang sesuai dengan tahap
pertumbuhan dan jumlah zat gizi yang diperlukan. Selain itu, penyuluhan tentang
tahap tumbuh kembang anak juga diberikan kepada para unudangan. Hal ini
dilakukan agar para ibu dapat mengerti dan memahami hal-hal apa saja yang
seharusnya dapat dilakukan anak sesuai dengan usianya, dan ibu dapat segera
mengetahui apabila anak mengalami kegagalan dalam pencapaian tahap tumbuh
kembang.
2) Desa Sukojember
Pendidikan Kesehatan Gosok Gigi dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2013
pukul 15.00 WIB– selesai di halaman depan Posko Kelompok 82 Dusun Krajan
Barat Desa Sukojember, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember. Hasil kegiatan
kegiatan pendidikan kesehatan gosok gigi berjalan dengan baik dan lancar. Peserta
pendidikan kesehatan yang hadir dalam acara tersebut terdiri dari 20 anak usia
prasekolah dan sekolah yang berasal dari dusun Krajan Barat Desa Sukojember.
Peserta mengikuti kegiatan dengan antusias dan mampu mendemontrasikan ulang
cara menggosok gigi yang benar dan tepat serta mampu mengulang materi yang
telah diberikan saat diberikan pertanyaan.
Kegiatan Pendidikan Kesehatan “Cuci Tangan Bersih” dilakukan pada
Minggu, 21 Juli 2013 pukul 15.00 – selesai di Halaman Posko 82 di Desa
Sukojember, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember. Peserta pendidikan kesehatan
yang hadir dalam acara tersebut terdiri dari 20 orang, meliputi anak-anak TK dan
sekolah yang bertempat tinggal di sekitar posko 82,di Desa Sukojember. Peserta
mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan dengan tertib dan berpartisipasi aktif
dari awal kegiatan hingga akhir kegiatan. Peseta juga mengikuti praktik cuci
tangan secara mandiri seperti yang sudah dicontohkan oleh mahasiswa.
42
3) Desa Sugerkidul
Diskusi ( peer group ) kader dilakukan pada hari selasa 20 agustus 2013
bertempat disalah satu rumah kader Desa Sugerkidul Kecamatan Jelbuk.
Kegiatan dilakukan selama dua jam dimulai pada pukul 10.00 sampai dengan
12.00. Dalam kegiatan ini terdapat 8 peserta yang melakukan diskusi terkait
dengan makanan pendamping ASI. Mahasiswa dan para kader serta masyarakat
melakukan diskusi menentukan pilihan makanan pendamping ASI yang baik dan
sesuai dengan kebutuhan serta tingkat ekonomi masyarakat setempat.
Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan di Dusun Kebun dilaksanakan pada
hari kamis tanggal 22 Agustus 2013 pada pukul 18.00-19.00 WIB. Materi yang
disampaikan yaitu pendidikan kesehatan terkait hipertensi dan asam urat yang
bertempat di masjid saat pelaksanaan pengajian bapak-bapak Dusun Kebun.
Rencana tindak lanjut pada pelaksanaan pendidikan kesehatan di Dusun Kebun
yaitu masyarakat bersedia memerikasakan diri ke pelayanan kesehatan apabila
ditemukan tanda-tanda seperti sakit kepala, nyeri tengkuk, mudah marah dan lain-
lain; masyarakat memerikasakan tekanan darah dan asam urat setiap bulannya di
pelayanan kesehatan; Masyarakat memiliki pola hidup sehat dalam kehidupan
sehari-hari.
4) Desa Jelbuk
Kegiatan peer group dilaksanakan di salah satu rumah warga pada hari
rabu tanggal 14 agustus 2013 pada pukul 15.00 WIB di Dusun Krajan Timur, hari
rabu tanggal 14 agustus 2013 pada pukul 09.00 WIB di Dusun Tenggir Barat, hari
kamis tanggal 15 agustus 2013 pada pukul 15.00 WIB di Dusun Krajan Barat dan
tanggal 15 agustus 2013 pada pukul 09.00 WIB di Dusun Tenggir Timur. Isi dari
kegiatan peer group ini merupakan penyuluhan mengenai gizi bagi balita
khususnya usia 6 – 24 bulan. Penyuluhan ini berisi pengertian gizi, pentingnya
gizi bagi balita khususnya usia 6 – 24 bulan, gizi yang dibutuhkan bagi balita usia
6 – 24 bulan, makanan-makanan local yang memiliki kandungan gizi yang tinggi,
kandungan gizi yang ada dalam beberapa bahan makanan dan komposisi makanan
yang bergizi bagi balita usia 6 – 24 bulan. Selama kegiatan peer group berjalan
43
lancar dan peserta terlihat antusias namun masih kurang aktif. Kegiatan peer
group ini berjalan kurang lebih selama satu jam dan terdiri dari beberapa sesi
yaitu sesi pertama perkenalan dan penjelasan tujuan, sesi kedua penyuluhan
tentang gizi dan sesi terakhir yaitu sesi evaluasi, Tanya jawab dan penutupan.
Hasil evaluasi dilihat dari hasil tanya jawab peserta. Dari hasil evaluasi tersebut
didapatkan hasil bahwa pengetahuan para ibu yang mempunyai balita 6 – 24 bulan
kurang memiliki pengetahuan mengenai gizi balita. Hal tersebut dapat di ketahui
dari banyaknya pertanyaan yang muncul dari ibu-ibu yang datang disertai dengan
jawaban yang salah ataupun kurang tepat setelah diberi pertanyaan oleh
mahasiswa.
5) Desa Sukowiryo
Tanggal 3 Agustus 2013 pukul 08.00 WIB di Sukowiryo mahasiswa
KKN-PPM melakukan pendidikan kesehatan terkait MP-ASI sekaligus evaluasi
MP-ASI yang selama ini diberikan kepada baduta bawah garis merah (BGM).
Respon yang diberikan bahwa orang tua kooperatif dalam memberikan MP-ASI
kepada baduta.
6) Desa Panduman
Peer group kremes adalah peer group yang di dalamnya terdapat ibu
dengan anak usia baduta dan kader posyandu. Peer group kremes dilaksanakan di
sela-sela acara kremes, dimana peserta yang sedang tidak tampil dalam Lomba
KreMes berkumpul di dalam satu ruang mendiskusikan masalah pada balita dan
tata cara penanganan yang biasa dilakukan. Para anggota peer group antusias
dalam mengikuti kegiatan ini. Kegiatan ini dilakukan dengan format semi-
informal dimana para anggota menyampaikan pengalaman dan pertanyaan seputar
masalah pada balita dan kemudian mendiskusikannya berdasarkan pengetahuan
dan pengalaman masing-masing. Mahasiswa yang ikut serta hanya memberikan
tanggapan apabila ada pendapat yang kurang tepat dan seketika itu juga
disampaikan dari sudut pandang Ilmu Keperawatan. Berikut adalah topik yang
dibahas selama peer group berlangsung:
44
1. Cuci tangan bersih dan lima waktu penting cuci tangan pakai sabun
2. Diare pada anak
3. Penting gizi untuk balita
5.4 Pembentukan Kader Terlatih Dalam Masalah Gizi BurukFungsi pengorganisasian yang belum berjalan baik terkait gizi buruk di
Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember salah satunya adalah tidak adanya program
pelatihan kader dalam mengenal ciri-ciri gizi buruk. Kegiatan program pelatihan
dan pemberdayaan Kader telah dilakukan dengan kegiatan Pelatihan Kader yang
dilakukan di tiap desa dan telah dilakukan pemberdayaan Kader dengan masing-
masing kegiatan di setiap desa. Hasil rincian kegiatan pelatihan dan
pemberdayaan Kader yang telah dilakukan di setiap desa adalah sebagai berikut;
a) Desa Sugerkidul
Pelatihan dan Penyegaran Kader Posyandu dilaksanakan selama dua hari
pada tanggal 22 dan 23 Agustus 2013 bertempat di Balai Desa Suger Kidul pada
pukul 08.00–11.00 WIB. Tujuan kegiatan Pelatihan dan Penyegaran Kader
Posyandu yaitu meningkatkan pengetahuan kader mengenai Posyandu Plus dan
status gizi Baduta sehingga diharapkan kader mampu secara mandiri untuk
membantu meningkatkan status kesehatan Baduta, khususnya dalam penanganan
masalah gizi Baduta.
45
Grafik 5.1. Hasil Pelatihan Kader Desa Sugerkidul
Grafik 5.1 menunjukkan hasil Pretest dan Posttest tingkat pengetahuan
kader saat mengikuti pelatihan. Hasil dari pelatihan yang dilaksanakan di Desa
Sugerkidul didapatkan peningkatan pengetahuan Kader setelah mengikuti
pelatihan. Hasil evaluasi kegiatan hari pertama yaitu pemateri memberikan materi
terkait posyandu plus, konsep dasar gizi, dan MP-ASI kepada peserta. Setelah
diberikan materi peserta akan diberikan waktu untuk sesi tanya jawab dan diskusi.
Dalam penyuluhan ini peserta sangat antusias dan aktif. Peserta mampu
mengulang materi yang telah dijelaskan ketika pemateri memberikan pertanyaan
kepada peserta.
Kegiatan kedua yang dilakukan yaitu role play kegiatan posyandu plus dan
demonstrasi MP-ASI. Dalam kegiatan ini peserta mampu mempraktikan hasil
penyuluhan dengan bermain peran sebagai petugas posyandu. Peserta diminta
mempraktikan dengan menggunakan sistem 5 meja posyandu. Peserta juga diajak
untuk berpartisipasi dalam demonstrasi MP-ASI.
b) Desa Jelbuk
Kegiatan pelatihan kader dan pemberdayaan kader ini dilaksanakan pada
tanggal 24 Juli 2013 yang dimulai pada pukul 09.00 WIB s.d selesai di Balai Desa
Jelbuk Kecamatan Jelbuk. Tujuan dari pelatihan ini adalah Memberikan
pengetahuan baru kepada kader mengenai gizi, posyandu serta MP-ASI sehingga
kader dapat secara mandiri membantu peningkatan gizi di Desa Jelbuk. Agar
terbentuk suatu koordinasi antar kader sehingga pemerataan tugas dapat terlihat
dan dapat berjalan dengan baik demi keberhasilan posyandu dalam desa Jelbuk.
46
Grafik 5.2 Hasil Pelatihan Kader Desa Jelbuk
Grafik 5.2 menunjukkan hasil pretest dan posttest dari pelatihan kader di
Desa Jelbuk, dari grafik kita dapat mengetahui hasil peningkatan pengetahuan
kader tentang Posyandu dan pelaksanaan Posyandu dengan sistem 5 meja plus,
gizi, dan MP ASI. Pelatihan kader yang dihadiri oleh kader sebanyak 11 orang
berlangsung lancar. Semua kader yang datang sangat antusias dengan kegiatan ini.
Kader diberikan pretest saat sebelum dimulainya acara dan setelah acara
berlangsung, kader juga diberikan post test dimana dari hasil pretest, kader dapat
menjawab dengan baik. Setelah acara selesai kader juga diberi post test dimana
setelah dinilai didapatkan hasil dari 11 kader semua kader mengalami peningkatan
dari segi hasil. Semua kader mengalami peningkatan nilai tidak ada kader yang
tetap dan turun. Hal ini menandakan secara kuantitatif, kemampuan kognitif dari
para kader juga meningkat setelah diberikan pelatihan. Dari sudut pandang
kualitatif para kader yang telah datang diberikan amanah untuk memberikan
pengetahuan yang didapat kepada kader yang lain, sehingga diharapkan para
kader yang lain juga mendapatkan pengetahuan tentang gizi, posyandu, MP-ASI.
c) Desa Sukowiryo
Pelatihan kader Posyandu Plus dilakukan pada hari Sabtu tanggal 27 Juli
2013 di Balai Desa Sukowiryo. Kegiatan diikuti oleh kader Posyandu yang berada
di Desa Sukowiryo, kegiatan pelatihan kader mengundang sebanyak 25 kader dari
5 Posyandu. Kader yang datang mengikuti pelatihan sebanyak 16 kader. Kegiatan
pelatihan kader diadakan satu hari. Acara pelatihan dimulai dengan pembukaan,
pretest, presentasi materi, praktik dan postest. Pretest dan posttest menggunakan
format yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh semua desa di Kecamatan
Jelbuk, pretest diberikan sebelum materi dipresentasikan, dan posttest dilakukan
setelah demo memasak, sebelum acara diakhiri.
47
Grafik 5.3. Hasil Pelatihan Kader Desa Sukowiryo
Hambatan yang dijumpai pada saat kegiatan pelatihan kader yaitu adanya
kader yang tidak hadir dalam acara kegiatan pelatihan dikarenakan bekerja
ataupun karena kesibukan yang lain. Kesimpulan yang didapatkan pada pelatihan
kader yaitu terdapat 15 kader yang nilainya meningkat setelah mengikuti pelatihan
kader, 1 kader yang nilainya mengalmi penurunan, 4 kader yang nilainya tetap,
dan 1 kader yang nilai posttestnya tidak diketahui, karena kader tidak mengikuti
acara pelatihan hingga selesai.
d) Desa Sukojember
Pelatihan kader Posyandu Plus dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 2013
pukul 08.00 sampai dengan selesai di Balai Desa Sukojember. Hasil kegiatan
kegiatan pelatihan kader Posyandu Plus yang dilakukan pada hari Rabu, tanggal
31 Juli 2013 berjalan dengan baik dan lancar. Peserta pelatihan kader yang hadir
dalam acara tersebut terdiri dari 13 orang, meliputi perwakilan kader dari masing-
masing dusun di Desa Sukojember.
48
Grafik 5.4. Hasil Pelatihan Kader Desa Sukojember
e) Desa Panduman
Kegiatan kegiatan pelatihan kader Posyandu Plus yang dilakukan pada
hari Kamis –Jumat, tanggal 25-26 Juli 2013 pukul 08.00 berjalan dengan baik dan
lancar. Peserta pelatihan kader yang hadir dalam acara tersebut terdiri dari 11
orang, yang terdiri atas 10 orang perwakilan kader dari masing-masing dusun di
Desa Panduman dan satu orang ketua Tim Penggerak PKK Desa Panduman dan
bidan Desa Panduman. Dilihat dari jumlah peserta yang datang, rata-rata semua
perwakilan tiap posyandu hadir dalam acara Pelatihan Posyandu Plus, akan tetapi
hanya ada satu perwakilan dari Dusun Bacem yang tidak menghadiri acara ini
dikarenakan ada kepentingan lain. Sehingga pelatihan Posyandu Plus dilakukan
dirumah salah satu kader di dusun bacem.
49
Grafik 5.5. Hasil Pelatihan Kader Desa Panduman
Grafik 5.5 menunjukkan Hasil pre test kader posyandu memiliki rentang
pengetahuan yang baik dengan rata-rata nilai sebesar 87,6. Sedangkan hasil post
test setelah diberikan pelatihan kader memiliki rentang pengetahuan baik dengan
rata-rata nilai sebesar 93,8. Hal ini mengartikan bahwa pengetahuan kader
mengalami peningkatan sebesar 6,2%. Pre test dan post tes yang dilakukan untuk
mengukur kemampuan kognitif kader. Dengan hasil tersebut menunjukkan
potensi yang besar dari kader-kader yang ada di Desa Panduman. Kader juga
mengucapkan banyak terima kasih telah diadakannya pelatihan ini. Kader
beralasan ada beberapa materi yang belum dipahami terutama tentang MP-ASI
dan sistem lima meja.
f) Desa Sucopangepok
Kegiatan pelatihan kader dilaksanakan selama 2 hari, yaitu pada hari Sabtu
dan Minggu, 27-28 Juli 2013. Pada hari pertama dihadiri 23 kader, dan peda hari
kedua dihadiri 28 kader. Hari pertama dilakukan pelatihan kader dengan sesi
penyampaian materi. Materi yang disampaikan ada dua, yang pertama berupa cara
pengisian KMS, yang didalamnya juga diberikan cara menimbang yang benar saat
Posyandu. Kemudian materi yang kedua yaitu tentang pemberian gizi yang baik
kepada bayi dan balita. Kemudian di hari kedua, dilakukan demo masak yang
dipraktekkan oleh teman-teman Mahasiswa. Dalam demo masak ini dipraktekkan
dua menu yaitu menu Palu Butung dan Tempe ikan. Dalam kegiatan pelatihan
50
kader dilakukan evaluasi dengan cara memberikan pretest dan posttest untuk
mengevaluasi kognitif peserta pelatihan. Berdasarkan hasil pre test, terdapat 112
jumlah salah. Pada hasil post test, didapatkan jumlah salah sebanyak 72 jawaban.
Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pelatihan
memberikan perubahan signifikan terhadap aspek kognitif kader. Berikut grafik
dari pretest dan posttest;
Grafik 5.6. Hasil Pelatihan Kader Desa Sucopangepok
Dari hasil pretest dan posttest yang dilakukan pada ibu-ibu baduta di desa
Sucopangepok ini didapatkan bahwa tingkat pengetahuan ibu-ibu baduta sebelum
dan setelah diberi penyuluhan tentang kebutuhan gizi pada baduta dan tahap
tumbuh kembang baduta tidak terlalu mendapatkan hasil yang signifikan. Ini
dapat dilihat dari 21 ibu yang mengikuti pretest dan posttest didapatkan bahwa
sebanyak 10 orang ibu (47,6%) mendapatkan hasil posttest yang lebih rendah
daripada hasil pretestnya, 6 orang ibu (28,6%) yang hasil posttestnya lebih tinggi
daripada hasil pretestnya, 3 orang ibu (14,3%) tidak mengalami peningkatan
ataupun penurunan hasil posttest, serta 2 orang ibu (9,5%) yang tidak lengkap.
51
5.5 Nursing Feeding Center di Posyandu Plus
1. Sukowiryo
Tabel 5.2. Pelaksanan MP-ASI di Desa Sukowiryo
No. Minggu
ke-
Tanggal Menu MP-ASI
1. I 22-28 Juli 2013 Menu ubi merah tahu
2. II 29 Juli – 4 Agustus 2013 Menu hati tahu
3. III 12-18 Agustus 2013 Menu jagung ikan giling dan
formula ayam
4. IV 19-25 Agustus 2013 Menu tempe wortel dan menu
palu butung
5. V 26-31 Agustus 2013 Menutempe ikan dan menu
kentang susu
Menu yang diatas dipilih berdasarkan kemudahan dalam mencari bahan baku
yang tersedia di Desa Sukowiryo dan tidak menimbulkan alergi bagi baduta
sasaran. Pemilihan manu yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan hasil
yang maksimal dari pemberian MP-ASI. Hasil pencapaian dari pelaksanaan MP-
ASI di desa Sukowiryo sebagai berikut :
Grafik 5.7. Perkembangan Berat Badan Bawah Dua Tahun Sasaran
52
Hasil kenaikan berat badan baduta binaan jika dibandingkan dengan berat
badan awal sebesar 800 gr. Penimbangan kedua menunjukkan penurunan berat
badan dikarenakan banyak baduta sasaran yang sakit. Pada penimbangan
selanjutnya terlihat peningkatan berat badan dan baduta sasaran menghabiskan
porsi MP-ASI yang diberikan. Pada penimbangan terakhir rata-rata berat badan
baduta sasaran hampir 8 Kg. Peningkatan ini menunjukkan pemberian MP-ASI
kepada baduta sasaran di Desa Sukowiryo bisa meningkatkan berat badan.
2. Jelbuk
Tabel 5.3. Pelaksanan MP-ASI di Desa Jelbuk
No. Minggu
ke-
Tanggal Menu MP-ASI
1. I 22-28 Juli 2013 Menu ayam tempe dan menu telur
2. II 29 Juli – 4 Agustus 2013 Menu ayam dan menu hati tahu
3. III 12-18 Agustus 2013 Menupundutdan menu ikan tempe
4. IV 19-25 Agustus 2013 Menu bubur jalo dan menu
gangan waluh balamak
5. V 26-31 Agustus 2013 Menu kanji rumbi dan menu telur
Menu yang diatas dipilih berdasarkan kemudahan dalam mencari bahan
baku yang tersedia di Desa Jelbuk dan tidak menimbulkan alergi bagi baduta
sasaran. Pemilihan manu memperhatikan kebutuhan gizi badita sasaran supaya
hasilnya bisa maksimal. Hasil pencapaian dari pelaksanaan MP-ASI di Desa
Jelbuk sebagai berikut :
53
Grafik 5.8. Perkembangan Berat Badan Bawah Dua Tahun Sasaran
Selama pemberian MP-ASI selama 2 bulan, keluarga sangat antusias dengan
bahan makanan yang diberikan dan berat badan baduta sasaran mengalami
peningkatan. Rata-rata peningkatan berat badan baduta sasaran di Desa Jelbuk
hampir 900 gr. Berat badan baduta sasaran mengalmai peningkatan sejak pertama
kali diberi MP-ASI. Pada panimbangan terakhir rata-rata berat badan baduta
sasaran 8,54 Kg jauh meningkat jika dibandingkan dengan berat badan awal yang
hanya 7,6 Kg. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian MP-ASI di
Desa Jelbuk mampu meningkatkan berat badan baduta sasaran.
3. Sucopangepok
Tabel 5.4. Pelaksanan MP-ASI di Desa Sucopangepok
No. Tanggal Hari Menu MP-ASI
1. 22 Juli-
31
Agustus
2013
Senin-Rabu Formula kacang hijau kuning
telur, formula Kole-kole, formula
Liteka
2. Kamis-Minggu Formula Telur, formula Palu
butung, formula Ayam tempe dan
54
formula tempe ikan
Menu yang diatas dipilih berdasarkan kemudahan dalam mencari bahan
baku yang tersedia di Desa Sucopangepok dan tidak menimbulkan alergi bagi
baduta sasaran. Pemilihan manu memperhatikan kebutuhan gizi badita sasaran
supaya hasilnya bisa maksimal dan bisa dilanjutkan oleh masyarakat. Hasil
pencapaian dari pelaksanaan MP-ASI di Desa Sucopangepok sebagai berikut :
Grafik 5.9. Perkembangan Berat Badan Bawah Dua Tahun Sasaran
Rata-rata kenaikan berat badan baduta sasaran jika dibandingkan dengan
berat badan awal sebesar 150 gr. Peningkatan berat badan yang signifikan terjadi
pada baduta dengan nafsu makan yang cukup baik. Hal tersebut dapat
diidentifikasi berdasarkan evaluasi kunjungan penanggung jawab dusun kepada
keluarga baduta.Penimbangan ketiga menunjukkan penurunan berat badan
dikarenakan banyak baduta sasaran yang sakit. Pada penimbangan terakhir rata-
rata berat badan baduta sasaran 8,52 Kg. Peningkatan ini menunjukkan pemberian
MP-ASI di Desa Sucopangepok bisa meningkatkan berat badan naduta sasaran.
55
4. Panduman
Tabel 5.5. Pelaksanan MP-ASI di Desa Panduman
No. Minggu
ke-
Tanggal Menu MP-ASI
1. I 22-28 Juli 2013 Menu ayam
2. II 29 Juli – 4 Agustus 2013 Menu babongko
3. III 12-18 Agustus 2013 Menutempe
4. IV 19-25 Agustus 2013 Menu liteka
5. V 26-31 Agustus 2013 Menu kole-kole
Menu yang diatas dipilih berdasarkan kemudahan dalam mencari bahan baku
yang tersedia di Desa Panduman dan tidak menimbulkan alergi bagi baduta
sasaran. Pemilihan manu memperhatikan kebutuhan gizi badita sasaran supaya
hasilnya bisa maksimal dan tidak berlebihan. Hasil pencapaian dari pelaksanaan
MP-ASI di Desa Panduman sebagai berikut :
Grafik 5.10. Perkembangan Berat Badan Bawah Dua Tahun Sasaran
Rata-rata kenaikan berat badan baduta sasaran jika dibandingkan dengan
berat badan awal sebesar 1,2 Kg. Peningkatan berat badan yang signifikan
56
ditunjang dari nafsu makan yang baik dan ketepatan memilih menu yang
diberikan. Penimbangan keempat menunjukkan penurunan berat badan
dikarenakan banyak baduta sasaran yang terkena diare pada saat hari raya. Pada
penimbangan terakhir rata-rata berat badan baduta sasaran 8,9 Kg, jauh meningkat
dari berat badan awal. Peningkatan ini menunjukkan pemberian MP-ASI di Desa
Panduman bisa meningkatkan berat badan baduta sasaran.
5. Sukojember
Tabel 5.6. Pelaksanaan MP-ASI di Desa Sukojember
No. Minggu
ke-
Tanggal Menu MP-ASI
1. I 22-28 Juli 2013 Menu tempe, babongko, ayam,
kedelai dan kole-kole
2. II 29 Juli – 4 Agustus 2013 Menu kacang ijo kuning telur,
susu pisang, tempe ikan, bubur
jalo dan singkong
3. III 12-18 Agustus 2013 Menu tempe ikan, ayam, tempe
wortel, susu pisang dan kacang
ijo telur
4. IV 19-25 Agustus 2013
5. V 26-31 Agustus 2013
Menu yang diatas dipilih berdasarkan kemudahan dalam mencari bahan baku
yang tersedia di Desa Sukojember dan tidak menimbulkan alergi bagi baduta
sasaran. Pemilihan manu memperhatikan kebutuhan gizi badita sasaran supaya
hasilnya bisa maksimal dan bisa dilanjutkan oleh masyarakat. Hasil pencapaian
dari pelaksanaan MP-ASI di Desa Sukojember sebagai berikut :
57
Grafik 5.11. Perkembangan Berat Badan Bawah Dua Tahun Sasaran
Rata-rata kenaikan berat badan baduta sasaran jika dibandingkan dengan
berat badan awal sebesar 400 gr. Peningkatan berat badan yang signifikan terjadi
pada baduta dengan nafsu makan yang cukup baik. Penimbangan kelima
menunjukkan penurunan berat badan dikarenakan banyak baduta sasaran yang
sakit. Pada penimbangan terakhir rata-rata berat badan baduta sasaran 8 Kg
meningkat jauh jika dibandingkan dengan berat badan awal. Peningkatan ini
menunjukkan pemberian MP-ASI di Desa Sukojember bisa meningkatkan berat
badan baduta sasaran.
6. Sugerkidul
Tabel 5.7 Pelaksanan MP-ASI di Desa Sugerkidul
No. Minggu
ke-
Tanggal Menu MP-ASI
1. I 22-28 Juli 2013 Menu ayam tempe dan menu telur
2. II 29 Juli – 4 Agustus 2013 Menu ayam dan menu hati tahu
3. III 12-18 Agustus 2013 Menu pundut dan menu ikan
tempe
58
4. IV 19-25 Agustus 2013 Menu bubur jalo dan menu
gangan waluh balamak
5. V 26-31 Agustus 2013 Menu kanji rumbi dan menu telur
Menu yang diatas dipilih berdasarkan kemudahan dalam mencari bahan baku
yang tersedia di Desa Sugerkidul dan tidak menimbulkan alergi bagi baduta
sasaran. Pemilihan menu juga memperhatikan kebutuhan gizi badita sasaran
supaya hasilnya bisa maksimal. Hasil pencapaian dari pelaksanaan MP-ASI di
Desa Sugerkidul sebagai berikut :
Grafik 5.12. Perkembangan Berat Badan Bawah Dua Tahun Sasaran
Rata-rata kenaikan berat badan baduta sasaran jika dibandingkan dengan
berat badan awal sebesar 500 gr. Peningkatan berat badan yang signifikan
ditunjang nafsu makan yang cukup baik dan pemilihan menu yang tepat.
Penimbangan ketiga menunjukkan penurunan berat badan dikarenakan banyak
baduta sasaran yang sakit. Pada penimbangan terakhir rata-rata berat badan baduta
sasaran 8,45 Kg. Peningkatan ini menunjukkan pemberian MP-ASI di Desa
Sugerkidul bisa meningkatkan berat badan naduta sasaran.
59