bab 5 kba 2010
TRANSCRIPT
BAB V PERENCANAAN BANGUNAN PELENGKAP
Bangunan utama adalah semua bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran
air untuk membelokan air ke dalam jaringan saluran irigasi agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi,
biasanya dilengkapi dengan kantong lumpur agar dapat mengurangi kandungan sedimen yang
berlebihan serta memungkinkan untuk mengukur air yang masuk.
Bangunan utama terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut:
bangunan pengelak
bangunan pengambilan
bangunan pembilas (penguras)
kantong lumpur
pekerjaan sungai
bangunan-bangunan pelengkap
3.1 BENDUNG
3.1.1 Pengantar (pengertian)…,fungsi, jenis-jenis mercu/bendung, **
Bangunan bendung adalah sebuah ambang yang diletakan melintang diatas dasar sungai
supaya permukaan air pada sungai tersebut menjadi lebih tinggi dari tinggi air semula. Tetapi jika
muka air sungai sudah cukup tinggi, dapat dipertimbangkan pembuatan pengmbilan bebas bangunan
yang dapat mengambil air dalam jumlah yang cukup banyak selama waktu pemberian air irigasi tanpa
membutuhkan tinggi muka air yang tetap disungai.
Adapun fungsi dari bendungan (weir) antara lain :
1. Pada debit kecil bendung harus menutup sungai dan menaikan muka air.
2. Pada debit besar sebagian saja air diambil dan sebagian besar akan melintasi punggung bendung,
sehingga bendung seperti ini berfungsi sebagai peluap.
Bila bangunan pengelak juga dipakai untuk mengatur elevasi muka air di sungai, maka ada dua
tipe yang dapat digunakan, yaitu:
(1). Bendung pelimpah dan
(2). Bendung gerak (barrage)
3.1.2 Perencanaan Bendung
Perencanaan hidraulis bendung pelimpah meliputi: penentuan lebar bendung, perencanaan
mercu, pangkal bendung dan peredam energi.
1). Penentuan lebar bendung
Lebar bendung yaitu jarak antara pangkal-pangkal bendung (abutment). Lebar
bendung sebaiknya sama dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil. Pada sungai
bagian hilir, lebar rata-rata dapat diambil pada kondisi debit penuh (bankfull discharge),
sedangkan pada ruas sungai di bagian hulu hal ini sulit ditentukan. Secara umum, untuk
menetukan lebar rata-rata bendung dapat berdasarkan pada debit banjir rata-rata tahunan.
Lebar maksimum bendung hendaknya tidak lebih dari 1,2 kali lebar rata-rata sungai
pada ruas yang stabil. Untuk sungai-sungai yang mengangkut bahan-bahan sediment kasar
yang berat, lebar bendung tersebut harus lebih disesuaikan lagi terhadap lebar rata-rata sungai,
dan sebaiknya tidak diambil 1,2 kali lebar sungai tersebut.
Agar pembuatan bangunan peredam energi tidak terlalu mahal, maka aliran per satuan
lebar, hendaknya dibatasi sampai sekitar 12 ~ 14 m3/dt./m, yang memberikan tinggi energi
maksimum sebesar 3,5 ~ 4,5 m.
Lebar efektif mercu (Be) berhubungan dengan lebar mercu yang sebenarnya (B), yaitu
jarak antar pangkal-pangkal bendung atau pilar, dengan persamaan sbb:
Be = B – 2 (n.Kp + Ka) H1
dengan:
n = jumlah pilar
Kp = koefisien kontraksi pilar
Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
H1 = tinggi energi, m
Nilai-nilai koefisien konstraksi Kp dan Ka adalah sbb:
Nilai koefisien kontaksi pilar (Kp)
Kondisi Kp
Untuk pilar berujung segi empat dengan sudut-sudut yang
dibulatkan pada jari-jari yang hamper sama dengan 0,1 dari
tebal pilar
0.02
Untuk pilar berujung bulat 0.01
Untuk pilar berujung runcing 0
Nilai koefisien kontraksi abutment (Ka)
Kondisi Kp
Untuk pangkal tembok segi empat dengan tembok hulu
pada 90o ke arah aliran
0.20
Untuk pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 90o
ke arah aliran dengan 0.5 H1> r >0.15 H1
0.10
Untuk pangkal tembok bulat dimana r >0.5 H1 dan tembok
hulu tidak lebih dari 90o ke arah aliran
0
Dalam memperhitungkan lebar efektif, lebar pembilas yang sebenarnya (dengan bagian depan
terbuka) sebaiknya diambil 80% dari lebar rencana untuk mengkompensasi perbedaan koefisien
debit dibandingkan dengan mercu bendung itu sendiri.
2). Perencanaan mercu
Tipe mercu yang umum digunakan di Indonesia, untuk bendung pelimpah ada dua tipr,
yaitu: tipe Ogee dan tipe bulat. Kedua tipe tersebut dapat dipakai untuk konstruksi beton
maupun pasangan batu atau kombinasi keduanya. Kemiringan maksimum muka bendung
bagian hilir yang direncanakan adalah 1 : 1.
a). mercu bulat
Bendung dengan mercu bulat memiliki koefisien debit yang lebih tinggi (44%) diabndingkan
koefisien bendung ambang lebar. Pada sungai, hal ini akan memberikan keuntungan karena
bangunan ini akan mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisien debit lebih
tinggi karena lengkung streamline dan tekanan negative pada mercu.
Tekanan pada mercu adalah fungsi perbandingan antara H1 dan r(H1/r) (Gambar 5. ). Untuk
bendung dengan dua jari-jari (R1 dan R2), jari-jari hilir akan digunakan untuk menemukan
harga koefisien debit. Untuk menghindari bahaya kavitasi local, tekanan minimum pada mercu
bendung harus dibatasi sampai -4 mtekanan air, jika mercu terbuat dari beton, untuk pasangan
batu, tekanan subatmosfir sebaiknya dibatasi sampai -1 m tekanan air. Jari-jari mercu bendung
pasangan batu berkisar antara 0.3 ~ 0.7 kali H1maks dan untuk mercu bendung beton bekisar 0.1
~ 0.7 kali H1maks. (Gambar 5. ).
Persamaan tinggi energi debit untuk bendung ambang pendek dengan pengontrol segi empat
adalah:
5.1
13
2
3
2bHgCQ d
dengan:
Q = debit (m3/dt)
Cd = koefisien debit (Cd = CoC1C2)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
b = panjang mercu (m)
H1 = tinggi energi di atas mercu (m)
Koefisien debit Cd adalah hasil dari:
Co yang merupakan fungsi H1/r (Gambar 5. )
C1 yang merupakan fungsi p/H1 (Gambar 5. )
C2 yang merupakan fungsi p/H1 dan kemiringan muka hulu bendung (Gambar 5. )
Co mempunyai harga maksimum 1.49 jika H1/r > 5.0 seperti ditunjukkan pada Gambar 5. .
Harga-harga Co pada Gambar 5. valid apabila mercu bendung cukup tinggi di atas dasar rata-
rata alur pengarah (p/h1 >= 1.5). Dalam tahap perencanaan p dapat diambil setengah dari jarak
mercu sampai dasar rata-rata sungai sebelum bendung tersebut dibuat. Untuk harga-harga p/H1
yang kurang dari 1.5, maka factor pengurangan C1 dapat diperoleh dari Gambar 5.
Harga-harga koefisien koreksi untuk pengaruh kemiringan muka bendung bagian hulu terhadap
debit diberikan pada Gambar 5. . Harga koefisien koreksi C2 diandaikan kurang lebih sama
dengan harga koreksi untuk bentuk mercu tipe Ogee.
Harga-harga factor pengurangan aliran tenggelam f sebagai fungsi perbandingan tenggelam
dapat diperoleh dari Gambar 5. . Faktor pengurangan aliran tenggelam mengurangi debit dalam
keadaan tenggelam.
b). mercu Ogee
Mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi. Oleh karena itu
mercu ini idak akan memberikan tekanan subatmosfir pada permukaan mercu sewaktu bendung
mengalirkan air pada debit rencana. Untuk debit yang lebih rendah, air akan memberikan
tekanan ke bawah pada mercu.
Untuk merencanakan permukaan mercu Ogee bagian hilir,US Army Corps of Engineers telah
mengembangkan persamaan berikut:
n
dd h
X
Kh
Y
1
dengan:
X = absis permukaan hilir
Y = ordinat permukaan hilir
hd = tinggi energi rencana di atas mercu
K dan n : harga parameter yang nilainya tergantung pada kecepatan aliran dan
kemiringan permukaan belakang.
Harga-harga K dan n
Kemiringan permukaan hilir K n
Vertical 2.000 1.850
3 : 1 1.936 1.836
3 : 2 1.939 1.810
1 : 1 1.873 1.776
Bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan permukaan hilir.
Persamaan antara tinggi energi dan debit untuk bendung mercu Ogee adalah:
5.1
13
2
3
2bHgCQ d
dengan:
Q = debit (m3/dt)
Cd = koefisien debit (Cd = CoC1C2)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
b = panjang mercu (m)
H1 = tinggi energi di atas mercu (m)
Koefisien debit efektif Ce adalah hasil dari Co, C1 dan C2 : (Ce = CoC1C2)
Co adalah konstanta (=1.30)
C1 adalah fungsi p/hd dan H1/hd,
C2 adalah factor koreksi untuk permukaan hulu
Faktor koreksi C1 ditunjukkan pada Gambar 5. dan dipakai untuk berbagai tinggi bendung di
atas dasar sungai.
Harga-harga C1 pada Gambar 5. berlaku untuk bendung mercu Ogee dengan permukaan hulu
vertical. Apabila permukaan bendung bagian hulu miring, maka harus digunakan koefisien
koreksi tak berdimensi, C2. Nilai-nilai C2 dapat diperoleh dari Gambar 5. .
Gambar 4.11 menyajikan faktor pengurangan aliran tenggelam f untuk dua perbandingan, yaitu
perbandingan aliran tenggelam H2/H1 dan p2/H1.
3). Pangkal bendung
Pangkal bendung (abutment) menghubungkan bendung dengan tanggul-tanggul sungai dan
tanggul-tanggul banjir. Pangkal bendung harus mengarahkan aliran air dengan tenang di
sepanjang permukaannya dan tidak menimbulkan turbulensi. Dimensi-dimensi yang dianjurkan
untuk pangkal bendung dan peralihan, ditunjukkan pada Gambar 4.14.
Elevasi pangkal bendung di sisi hulu bendung sebaiknya lebih tinggi daripada elevasi air yang
terbendung selama terjadi debit rencana. Tinggi jagaan (freeboard) yang harus diberikan adalah
0.75 ~ 1.50 m, tergantung pada kurva debit sungai di tempat tersebut. Untuk kurva debit yang
datar cukup digunakan tinggi jagaan sebesar 0.75 m, sedangkan untuk kurva debit yang curam
diperlukan tinggi jagaan sebesar 1.50 m untuk memberikan tingkat keamanan yang sama.
4). Peredam energi
Aliran di atas bendung di sungai dapat menunjukkan berbagai perilaku di sebelah hilir bendung
akibat kedalaman air yang ada h2. Kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dari pola aliran di
atas bendung, ditunjukkan pada Gambar 4.15.
Kasus A Menunjukkan aliran tenggelam yang menimbulkan sedikit saja
gangguan di permukaan berupa timbulnya gelombang.
Kasus B Menunjukkan loncatan tenggelam yang lebih diakibatkan oleh
kedalaman air yang lebih besar, daripada oleh kedalaman
konjugasi.
Kasus C Keadaan loncat air di mana keadaan air hilir kurang dari
kedalaman konjugasi loncat air tersebut.
Kasus D Terjadi apabila kedalaman air hilir kurang dari kedalaman
konjugasi, loncatan air akan bergerak ke hilir.
Keadaan ini sebaiknya tidak boleh terjadi, karena loncatan air
akan menyebabkan gerusan pada bagian sungai yang tidak
terlindungi.
Hasil Perhitungan dimensi Bendung di tunjukkan pada Tabel xx berikut:
Tabel xx Dimensi Bendung
No Keterangan Simbol Desain Satuan
1 Debit banjir Qb
m³/det
2 Lebar sungai Q
m³/det
3 Lebar bendung
B
m
4 Lebar efektif bendung
Be
m
5 tinggi mercu
P
m
6 jari-jari mercu
R
m
7 tinggi terjunan
z
m
8 kedalaman kolam olak
N
m
9 panjang kolam olak
Lj
m
10 kedalaman endsill
m
11 kedalaman pelindung hilir
DR
m
12 panjang pelindung hilir
L
m
13 kedalaman cut off dari lantai hulu
m
14 tebal kolam olak bagian depan
m
15 tebal kolam olak bagian belakang
m
16 Panjang turap
m
17 tinggi energi muka air diatas mercu
H1
m
18 tinggi muka air diatas mercu
h1
m
19 tinggi energi muka air di hilir bendung
H2
m
20 tinggi muka air di hilir bendung
Y2
m
21 tinggi tanggul hulu bendung Hhulu m
22 tinggi tanggul hilir bendung Hhilir m
Gambar xx Tampak Atas Bendung (Gambar Desain Sendiri)
3.2 INTAKE dan BANGUNAN PEMBILAS INTAKE
3.2.1 Pengantar (pengertian)…, **contoh:
Pengambilan adalah sebuah bangunan berupa pintu air. Air irigasi dibelokkan dari sungai
melalui bangunan ini. Pertimbangan utama dalam merencanakan sebuah bangunan pengambilan
adalah debit rencana pengelakan sedimen (KP-02, 1986). Bangunan ini dibuat untuk mengatur
banyaknya air yang masuk kedalam saluran sesuai dengan debit yang dibutuhkan dan untuk menjaga
agar air banjir tidak masuk kedalam saluran irigasi.
Pada tubuh bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan pembilas (lihat Gambar 1.3)
guna mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan saluran irigasi. Pembilas dapat
direncanakan sebagai:
(1) pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan
(2) pembilas bawah (undersluice)
(3) shunt undersluice
(4) pembilas bawah tipe boks.
3.2.2 Perencanaan dimensi intake **
Kapasitas pengambilan harus sekurang-kurangnya 120% dari kebutuhan pengambilan
(dimension requirement) guna menambah fleksibilitas dan agar dapat memenuhi kebutuhan yang lebih
tinggi selama umur proyek.
Dengan kecepatan masuk sebesar 1,0 – 2,0 m/dt yang merupakan besaran perencanaan
normal, dapat diharapkan bahwa butir-butir berdiameter 0,01 sampai 0,04 m dapat masuk.
Dimensi intake diketahui dengan menggunakan persamaan :
Q = μ b a (2gZ)0.5
di mana:
Q = debit, m3/dt
μ = koefisiensi debit: untuk bukaan di bawah permukaan air dengan kehilangan tinggi energi, μ = 0,80
b = lebar bukaan, m
a = tinggi bukaan, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≈ 9,8)
Elevasi ambang bangunan pengambilan ditentukan dari tinggi dasar sungai. Ambang
direncana di atas dasar dengan ketentuan berikut:
- 0,50 m jika sungai hanya mengangkut lanau
- 1,00 m bila sungai juga mengangkut pasir dan kerikil
- 1,50 m kalau sungai mengangkut batu-batu bongkah.
Hasil Perhitungan dimensi intake di tunjukkan pada Tabel xx berikut:
Tabel xx Dimensi Intake
No Keterangan Simbol Pengambilan
Satuan Kanan Kiri
1 Debit Rencana Qn 1,00 1,00 m³/det
2 Debit Desain Q 1,20 1,20 m³/det
3 Koefisien μ 0,80 0,80
4 Lebar efektif bef 2,00 2,00 m
5 Kehilangan energi z 0,20 0,20 m
6 Tinggi bukaan a 0,38 0,38 m
7 jumlah pintu
8 jumlah stangdrat
9 lebar pintu
m
10 tinggi pintu
m
11 tebal pintu
m
12 tinggi gawangan
m
13 ambang hulu pintu pengambilan p
m
14 ambang hilir pintu pengambilan d
m
Gambar xx menyajikan potongan memanjang pintu pengambilan.
Gambar xx Potongan Memanjang Pintu Pengambilan(Gambar Desain Sendiri)
3.2.3 Hitungan dimensi Bangunan Pembilas **
Lantai pembilas merupakan kantong tempat mengendapnya bahanbahan kasar di depan
pembilas pengambilan. Sedimen yang terkumpul dapat dibilas dengan jalan membuka pintu pembilas
secara berkala guna menciptakan aliran terkonsentrasi tepat di depan pengambilan.
lebar pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya sama dengan 1/6 – 1/10 dari lebar
bersih bendung (jarak antara pangkalpangkalnya), untuk sungai-sungai yang lebarnya kurang dari 100
m. lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total pengambilan termasuk pilar-pilarnya.
Dengan pedoman diatas maka lebar pembilas didapatkan sebesar 0,6 m. Juga untuk panjang
dinding pemisah, dapat diberikan harga empiris (KP-02, 1986). Dalam hal ini sudut a diambil sekitar
600 sampai 70
0.
Hasil Perhitungan dimensi Pembilas Intake di tunjukkan pada Tabel xx berikut:
Tabel xx Dimensi Pembilas Intake
No Keterangan Simbol Pengambilan
Satuan Kanan Kiri
1 Lebar efektif Bsc 1,00 1,00 m
2 jumlah pintu n 1,20 1,20 m
3 jumlah stangdrat
2 2 buah
4 lebar pintu Lp 2,00 2,00 m
5 tinggi pintu Hp 0,20 0,20 m
6 tebal pintu Tp 0,38 0,38 m
Berikut pada Gambar xx diperlihatkan tampak atas bangunan pengambilan (intake) dan
Pembilas.
Gambar xx Pengambilan dan Pembilas (Gambar Desain Sendiri)
3.3 KANTONG LUMPUR+PENGURAS
3.3.1 Pengantar (pengertian)…, **
Kantong Lumpur / saluran penangkap pasir merupakan perbesaran dari potongan melintang
saluran sampai panjang tertentu untuk mengurangi kecepatan aliran sehingga memungkinkan partikel-
partikel / sedimen untuk mengendap. Bangunan ini terletak pada bagian awal saluran primer / saluran
induk dibelakang bangunan pengambilan.
3.3.2 Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Ukuran kantong Lumpur
a. Panjang kantong Lumpur antara 200 m samoai dengan 500 m. Panjang kantong Lumpur
dipengaruhi oleh diameter sediment yang akan mengendap, topografi dan kemungkinan
dilakukannya pembilasan.
b. Kedalaman tampungan di ujung kantong Lumpur ± 1 m untuk jaringan kecil (debit aliran
sampai dengan 10 m3/detik) dan ± 2 m untuk jaringan sangat besar (debit aliran sampai
dengan 100 m3/detik)
2. Penentuan sediment yang masuk dalam satu periode pembilasan
Untuk mengetahui banyaknya aliran sediment yang masuk dapat ditentukan dengan volume
tampangan, yaitu dari :
a. Pengukuran langsung di lapangan
b. Rumus-rumus angkutan sediment
c. Kantong Lumpur lain yang sejenis
3. Hal-hal lain yang penting
a. Ukuran sediment, baik sediment kasar maupun sediment melayang.
b. Kebutuhan pengambilan air irigasi.
c. Topografi pada kantong Lumpur.
d. Pemeliharaan kantong Lumpur,
e. Pengecekan terhadap fungsi kantong Lumpur.
(operasional, perawatan, pengurasan, dsb) **
3.3.3 Perencanaan Kantong Lumpur
a. berdasar volume tampungan **
b. berdasar kecepatan pengendapan **
c. berdasarkan proses pembilasan (pengosongan KL) **
Hasil Perhitungan dimensi Kantong Lumpur di tunjukkan pada Tabel xx berikut:
Tabel xx Dimensi Kantong Lumpur
No Keterangan Simbol Desain Satuan
1 debit aliran Qn
m³/det
2 debit sedimen Qs
m³/det
3 debit pembilasan
Qp
m
4 kedalaman basah normal
Hn
m
5 kemiringan sal normal (K.L. penuh)
In
m
6 penurunan hilir normal dari hulu
IL
m
7 kedalaman hilir kantong lumpur (penuh)
ds
m
8 kedalaman hulu kantong lumpur (penuh)
di
m
9 kemiringan dasar sal kantong lumpur
Is
m
10 kedalaman hulu kantong lumpur penuh
HKLU
m
11 kedalaman hulu kantong lumpur penuh
HKLI m
12 lebar saluran
B
m
13 panjang kantong lumpur
L
m
3.3.4 Perencanaan Bangunan Penguras Kantong Lumpur dan Saluran Penguras
Bangunan pembilas tidak boleh mejadi gangguan selama pembilasan dilakukan .Oleh sebab
itu aliran pada pintu pembilas harus tidak tenggelam .Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
keadaan ini selalu terjadi pada debit sungai dibawah Q1/5 .Penurunan kecepatan aliran akan berarti
menurunnya kapasitas angkutan sedimen. Oleh karena itu kecepatan pembilas di depan pintu tidak
boleh berkurang.
Dengan kecepatan masuk sebesar 1,0 – 2,0 m/dt yang merupakan besaran perencanaan
normal, dapat diharapkan bahwa butir-butir berdiameter 0,01 sampai 0,04 m dapat masuk.
Dimensi intake diketahui dengan menggunakan persamaan :
Q = μ b a (2gZ)0.5
di mana:
Q = debit, m3/dt
μ = koefisiensi debit: untuk bukaan di bawah permukaan air dengan kehilangan tinggi energi, μ = 0,80
b = lebar bukaan, m
a = tinggi bukaan, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≈ 9,8)
Hasil Perhitungan dimensi penguras kantong lumpur di tunjukkan pada Tabel xx berikut:
Tabel xx Dimensi Penguras Kantong Lumpur
No Keterangan Simbol Pengambilan
Satuan Kanan Kiri
1 Debit Rencana Qn 1,00 1,00 m³/det
2 Debit Desain Q 1,20 1,20 m³/det
3 Koefisien μ 0,80 0,80
4 Lebar efektif bef 2,00 2,00 m
5 Kehilangan energi z 0,20 0,20 m
6 Tinggi bukaan a 0,38 0,38 m
7 jumlah pintu
8 jumlah stangdrat
9 lebar pintu
m
10 tinggi pintu
m
11 tebal pintu
m
12 tinggi gawangan
m
3.3.5 Hitungan dimensi pengambilan primer **
Dengan kecepatan masuk sebesar 1,0 – 2,0 m/dt yang merupakan besaran perencanaan
normal, dapat diharapkan bahwa butir-butir berdiameter 0,01 sampai 0,04 m dapat masuk.
Dimensi intake diketahui dengan menggunakan persamaan :
Q = μ b a (2gZ)0.5
di mana:
Q = debit, m3/dt
μ = koefisiensi debit: untuk bukaan di bawah permukaan air dengan kehilangan tinggi energi, μ = 0,80
b = lebar bukaan, m
a = tinggi bukaan, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≈ 9,8)
Elevasi ambang bangunan pengambilan ditentukan dari tinggi dasar sungai. Ambang
direncana di atas dasar dengan ketentuan berikut:
- 0,50 m jika sungai hanya mengangkut lanau
- 1,00 m bila sungai juga mengangkut pasir dan kerikil
- 1,50 m kalau sungai mengangkut batu-batu bongkah.
Hasil Perhitungan dimensi pengambilan primer di tunjukkan pada Tabel xx berikut:
Tabel xx Dimensi pengambilan primer
No Keterangan Simbol Pengambilan
Satuan Kanan Kiri
1 Debit Rencana Qn 1,00 1,00 m³/det
2 Debit Desain Q 1,20 1,20 m³/det
3 Koefisien μ 0,80 0,80
4 Lebar efektif bef 2,00 2,00 m
5 Kehilangan energi z 0,20 0,20 m
6 Tinggi bukaan a 0,38 0,38 m
7 jumlah pintu
8 jumlah stangdrat
9 lebar pintu
m
10 tinggi pintu
m
11 tebal pintu
m
12 tinggi gawangan
m
13 ambang hulu pintu pengambilan p
m
14 ambang hilir pintu pengambilan d
m
Gambar xx Kantong Lumpur dan Penguras
3.4 SALURAN PEMBAWA dan BAGI SADAP
3.4.1 Pengantar (pengertian)…, **
Bangunan bagi dibuat apabila air irigasi dibagi dari saluran primer ke saluran sekunder.
Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan mengatur air yang mengalir ke
berbagai saluran. Salah satu dari pintu bangunan bagi berfungsi sebagai pintu pengatur muka air,
sedangkan pintu sadap lainnya mengatur debit. Biasanya pintu pengatur dipasang pada saluran
terbesar, sedangkan alat-alat pengukur dan pengatur dipasang pada bangunan-bangunan sadap yang
lebih kecil.
Bangunan sadap sekunder akan memberikan air ke saluran sekunder dan akan melayani lebih
dari satu petak tersier. Pemilihan tipe bangunan pengukur debit pada bangunan sadap sekunder
tergantung pada ukuran saluran sekunder yang akan diberi air serta besarnya kehilangan energi yang
diijinkan.
3.4.2 Perencanaan Saluran Primer, Sekunder, Tersier **
3.4.3 Perencanaan Bangunan Bagi Sadap **
Dalam merencanakan bangunan pengatur, hendaknya diperhitungkan kemungkinan terjadinya
keadaan-keadaan darurat seperti debit penuh sementara pintu-pintu tertutup. Bangunan sebaiknya
dilindungi dari bahaya seperti ini dengan pelimpah samping di saluran hulu, atau kapasitas yang
memadai diatas pintu, atau alat ukur tambahan dengan mercu setinggi debit rencana.