bab 5
DESCRIPTION
bgTRANSCRIPT
BAB 5
PENUTUP
Sindrom pierre robin adalah sekelompok kelainan yang terutama ditandai dengan adanya
rahang bawah yang sangat kecil dengan lidah yang jatuh ke belakang dan mengarah ke bawah.
Bisa juga disertai dengan tingginya lengkung langit-langit mulut atau celah langit-langit (Tewfik,
2014; Morokuma et al., 2010).
Prevalensi sindroma ini terjadi kira-kira 1 dari 8500 kelahiran hidup, dengan ratio
perbandingan antara laki-laki dan wanita adalah 1: 1. Sindroma ini mungkin dikarenakan adanya
gangguan autosomal resesif yang diwariskan. Secara klinis akan ditemukan antara lain
micrognathia, glossoptosis dan terdapat celah palatum (Tewfik, 2014; Jakobsen, 2006).
Kondisi klinis seperti micrognathia dan glossoptosis dapat menyebabkan sumbatan jalan
nafas pada saat inspirasi terutama saat anak tertidur, sehingga menyebabkan pengeluaran energi
yang meningkat. Karena masalah respirasi tersebut pemberian makan mungkin menjadi sangat
sulit serta risiko untuk terjadinya bronkopneumonia juga meningkat dikarenakan kemungkinan
terjadinya aspirasi saat bayi menelan.
Penatalaksanaan pada sindroma ini dapat dibedakan menjadi terapi konservatif dan
operasi. Mayoritas dari pasien-pasien dengan sindroma ini dapat ditangani dengan menempatkan
bayi pada posisi membungkuk sehingga gaya tarik bumi akan menarik lidah ke depan dan
saluran udara tetap terbuka sampai terjadi pertumbuhan yang adekuat dari rahangnya. Jika terapi
ini gagal, harus dipetimbangkan untuk dilakukan perlekatan lidah dengan bibir (dengan menarik
lidah ke depan) seperti yang dilakukan pada pasien ini.