bab 4. sifat thermal padatan.doc
TRANSCRIPT
SIFAT THERMAL ZAT PADAT
Panas jenis zat padat merupakan salah satu sifat thermal zat padat yang penting.
Kenyataannya seperti yang akan ditunjukkan pada bab ini adalah sangat sulit untuk
memahami hasil eksperimen dari panas jenis padatan kecuali dengan memperkenalkan
mekanika statistik kuantum. Oleh karena itu pada bagian ini akan dibahas beberapa teori
panas jenis didasarkan pada perkembangan mekanika statistik.
1. Getaran Thermal
Atom-atom dalam padatan berada dalam keadaan vibrasi thermal yang mantap.
Frekwensi dan amplitudo dari getaran-getaran thermal atom-atom dalam padatan dapat
ditentukan dengan menggunakan dasar pemikiran bahwa padatan disusun dari atom-atom
diskrit, dan sifat diskrit ini harus diguanakan dalam perhitungan getaran kisi. Akan tetapi bila
panjang gelombang dari gelombang yang dihasilkan oleh getaran thermal sangat panjang
maka padatan dapat dipandang sebagai sebuah medium kontinu. Gelombang yang dihasilkan
oleh getaran yang demikian dikenal dengan gelombang elastik.
Untuk menjelaskan penjalaran gelombang elastik tinjaulah sebuah sampel dari sebuah
batang panjang seperti ditunjukkan gambar 4.1.
Anggaplah pada batang terjadi sebuah gelombang longitudinal dalam arah x, dan menyatakan
perpindahan elastik pada titik x adalah u(x). Strain didefinisikan sebagai;
4.1
stress didefinisikan sebagai gaya per satuan luas yang juga merupakan fungsi dari x, menurut
hukum Hooke, stress bergantung pada strain dalam bentuk;
4.2
1
x x + dx
Gb. 4.1 Gelombang elastik dalam batang
S = Y.e
dimana konstanta elastik Y dikenal sebagai modulus Young. Dengan menggunakan hukum
kedua Newton maka dinamika dari segmen batang dx yang mengalami getaran thermal dapat
diturunkan sebagai berikut;
4.3
di mana ρ adalam kerapatan massa batang dan A adalam penampang yang dilewati
gelombang. Dengan menuliskan dan dengan mengganti S sesuai
persamaan 4.2 dan kemudian menggunakan persamaan 3.1 diperoleh persamaan dinamika
gelombang sebagai;
4.4
yang dikenal dengan persamaan gelombang satu dimensi. Penyelesaian dari persamaan
gelombang 4.4 adalah
4.5
dengan k adalah bilangan gelombang ( ), ω adalah frekwensi gelombang dan A adalah
amplitudo gelombang. Dengan memasukkan persamaan 4.5 ke persamaan 4.4 diperoleh;
4.6
dengan
4.7
Persamaan 4.6 yang menghubungkan frekwensi dan bilangan gelombang disebut persamaan
dispersi. Persamaan 4.7 menyatakan bahwa kecepatan penjalaran gelombang mekanik yang
terjadi pada padatan merupakan sifat-sifat medium padatan yang dipengaruhi oleh sifat
elestisitas medium dan kerapatan massa medium. Gambar 4.2 menunjukkan hubungan
dispersi gelombang elastik, yaitu merupakan sebuah garis lurus yang slope (kemiringannya)
sama dengan kecepatan gelombang bunyi, di mana ω berhubungan linier terhadap k
2
ω
k
ω=v.k
Gb. 4.2 Hubungan dispersi gelombang elastik
Persamaan 4.7 juga dapat digunakan untuk modulus Young. Hasil pengukuran menunjukkan
suatu padatan tertentu memiliki kerapatan massa ρ = 5 gr/cm3 dengan kecepatan 5 x 105 m/s
memiliki Y = 1,25 x 1012 gr/cm.s2.
Persamaan di atas diturunkan untuk sebuah gelombang longitudinal, akan tetapi cara
yang sama juga dapat diterapkan untuk gelombang transversal. Dalam memahami gelombang
elastik seperti diuraikan di atas digunakan pendekatan zat padat sebagai medium kontinu
isotropik, akan tetapi kenyataannya kristal padatan tidak isotropik (anisotropik) dan efek dari
ketidak isotropikan kristal mengarah pada ketidak hoginannya nilai-nilai karakteriktik
( modulus young, konduktivitas) dari kristal tersebut.
Untuk memahami lebih jauh dari efek ketidak isotropikan kristal digunakan
pendekatan matematika Tensor. Untuk kesederhanaan pembahasan selanjutnya pada
pembahasan zat padat digunakan pendekatan zat padat isotropik.
2. Mode Mode Keadaan Kerapatan
Tinjaulah gelombang elastik yang dihasilkan sebuah batang gambar 4.1, dalam mana
gelombang hanya menjalar dalam arah satu dimensi. Penyelesaian yang dihasilkan seperti
persamaan 4.5 dapat dinyatakan dengan;
4.8
dalam hal ini faktor temporal dari persamaan 3.5 ditiadakan, karena tidak diperlukan dalam
pembahasan. Selanjutnya dibahas efek dari syarat batas (boundary condition) dari persamaan
4.8. Syarat batas tersebut dihasilkan dari penerapan efek luar dari ujung-ujung batang. Jenis
dari syarat batas yang sering diterapkan adalah syarat batas periodik, yaitu ujung kanan
batang dibatasi sedemikian sehingga memiliki keadaan ossilasi yang sama dengan ujung kiri
batang. Misalkan panjang batang atadalah L dengan mengambil titik awan pada titik ujung
kiri batang maka syarat periodik menyatakan;
3
u(x = 0) = u(x = L) 4.9
di mana adalah penyelesaian dari persamaan 4.8. Jika dimasukkan ke persamaan 4.9
diperoleh;
4.10
persamaan ini menentukan sebuah keadaan dari nilai k yang bisa diterima dan hanya nilai k
dari persamaan 4.10 tersebutlah yang diijinkan. Karena untuk setiap bilangan bulat
n, dengan demikian nilai k yang dijinkan adalah;
4.11
dengan n = 0, ±1, ±2, ±3, …. Bila harga-harga tersebut dilukiskan sepanjang sumbu k, maka
terbentuk sebuah ruang titik-titik beraturan satu dimensi, seperti ditunjukkan gambar 4.3
Masing-masing harga k persamaan 4.11 atau masing-masing titik gambar 4.3 menyatakan
sebuah mode getar. Misalkan dipilih sebuah interval tertentu dk dalam ruang k dan
selanjutnya dapat ditentukan jumlah dari mode-mode getar yang terjadi dalam interval k.
Dengan mengambil L cukup besar maka titik-titik dapat dipandang sebagai kuasi kontinu.
Karena jarak antara titik-titik adalah 2π/L maka jumlah mode-mode getar dalam interval dk
adalah
4.12
tetapi k dengan ω adalah saling berhubungan melalui persamaan dispersi, dengan demikian
dapat ditentukan jumlah mode-mode getar dalam interval frekwensi d ω yang terletak antara
ω sampai ω + dω. Rapat keadaan g(ω) didefinisikan sedemikian sehingga g(ω) dω
emnyatakan jumlah mode getar yang terjadi interval frekwensi antara ω sampai ω + d ω.
Dari definisi tersebut dapat dituiskan
g(ω) d ω = 4.13
4
02π/L
k
Gb. 4.3 Harga-harga k yang diijinkan
atau dapat dinyatakan rapat keadaan mode-mode getar adalah
4.14
persamaan 4.14 merupakan persamaan umum untuk kasus satu dimensi, yang menunjukkan
bahwa rapat keadaan g(ω) ditentukan oleh persamaan dispersi. Untuk hubungan linier
persamaan 4.6 dω/dk = v sehingga persamaan 4.14 dapat dinyatakan;
4.15
yang merupakan harga konstan tidak bergantung pada ω.
Hasil yang diperoleh dalam pembahasan getaran satu dimensi dapat dikembangkan
untuk kasus getaran tiga dimensi. Penyelesaian gelombang untuk kasus tiga dimensi
dinyatakan dengan;
4.16
di mana penjalaran gelombang digambarkan oleh vektor k yang arahnya menunjukkan arah
penjalaran gelombang dan besarnya berbanding terbalik dengan panjang gelombang. Dalam
pembahasan gelombang dalam medium tiga dimensi sekali lagi diperlukan efek dari syarat
batas untuk tiga dimensi. Untuk penyederhanaan pembahasan tinjaulah batang sebagai
medium tiga dimensi dalam bentuk kubus yang sisi-sisinya adalah L. Dengan menerapkan
syarat batas periodik maka diperoleh harga-harag k yang diijinkan yaitu yang memenuhi
persyaratan;
4.17
yaitu harga-harga yang dihasilkan
4.18
dimana adalah pasangan tiga buah bilangan bulat. Harga-harga k yang diijinkan
untuk gelombang tiga dimensi. Dalam ruang k seperti yang ditunjukkan gambar 4.4 tiap-tiap
pasangan tiga harga menyatakan sebuah titik dalam ruang k yang menyatakan
sebuah mode getar yang diijinkan.
5
kz
Volume dari masing-masing titik dalam ruang k adalah (2π/L)3. Jumlah mode-mode getar
adalah sama dengan jumlah titik-titik pasangan harga k yang diijinkan dalam ruang bola.
Volume bola yang jari-jarinya k yaitu (4π/3).k3, karena volume tiap titik adalah (2π/L)3 maka
jumlah mode-mode getar yang diijinkan dalam ruang k adalah
4.19
dengan V = L3 adalah volume sampel padatan. Persamaan 4.19 menyatakan jumlah semua
gelombang yang diijinkan yang memiliki harga k lebih kecil dari harga tertentu dan menjalar
keseluruh arah. Dengan menurunkan persamaan 4.19 terhadap k diperoleh
4.20
yang menyatakan jumlah mode getar dalam elemen kulit bola yang jari-jarinya antara k
sampai (k + dk)
Kembali pada pengertian rapat keadaan g(ω) sedemikian sehingga g(ω)dω adalah
jumlah mode-mode getar yang frekwensinya terletak dalam interval ω sampai ω + d ω.
Jumlah ini dapat ditentukan dari persamaan 4.20 dengan mengubah variabel k menjadi ω
dengan menggunakan persamaan dispersi ω = v.k, sehingga diperoleh
4.21
6
kx
ky
k k + dk
Gb. 4.4 Ruang k dalam gelombang tiga dimensi
Berdasarkan persamaan 4.21 maka rapat keadaan dari mode-mode getar gelombang yang
diijinkan yang frekwensinya ω adalah
4.22
Grafik g(ω) terhadap ω dari persamaan 4.22 dilukiskan oleh gambar 4.5 berikut
Dari persamaan 4.22 ditunjukkan bahwa g(ω) meningkat dengan ω2, tidak seperti pada kasus
satu dimensi dimana g(ω) berharga konstan tidak bergantung pada ω. Kenaikan ini
merupakan fakta bahwa volume dari elemen bola dalam gambar 4.4 bertambah terhadap k2.
3. Energi Getaran Thermal
Untuk menentukan amplitudo dari getaran thermal dapat ditentukan dari energi rata-
rata dari sebuah getaran satu dimensi yang dalam keadaan kesetimbangan thermal terhadap
lingkungannya. Probabilitas relatif getaran demikian memiliki energi E pada suhu T diberikan
oleh faktor Boltzmann , dengan demikian energi rata-rata getaran dalam
kesetimbangan thermal dinyatakan
4.23
Jumlah energi getaran pada setiap saat dinyatakan dengan
4.24
dengan v menyatakan kecepatan partikel, K konstanta elastisitas dan x perpindahan dari posisi
kesetimbangan.
7
g(ω)
ω0
Gb. 4.5 Grafik g(ω) terhadap ω
Dengan memasukkan persamaan 4.24 kepersamaan 4.23 diperoleh energi rata-rata
adalah
4.25
dengan memasukkan E yang dinyatakan oleh persamaan 4.24 ke persamaan 4.25 diperoleh
4.26
dengan memisalkan
dan
diperoleh
4.27
dan
4.28
dengan memasukkan persamaan 4.27 dan 4.28 ke persamaan 4.26 dihasilkan persamaan;
4.29
Persamaan 4.29 merupakan sebuah bentuk fungsi khusus yang dikenal sebagai bentuk fungsi
Gama. Untuk menyelesaikan persamaan 4.29 digunakan formula sebagai berikut;
8
dan 4.30
dengan demikian hasil dari persamaan 4.29 adalah
4.31
Rata-rata energi kenietik sama dengan rata-rata energi potensial yaitu sebesar , sehingga
rata-rata energi getaran partikel adalah sebesar kT.
Dalam mekanika statistik telah dibahas bahwa getaran sebuah partikel dalam satu
dimensi memiliki dua derajat kebebasan, satu derajat kebebasan berkaitan dengan masing-
masing dari dua mode energi yang dimiliki yaitu dengan . Dengan demikian untuk getran
dalam tiga dimensi masing-masing partikel akan memiliki tiga derajat kebebasan, pada tiap
derajat kebebasan akan menyumbangkan rata-rata energi getaran sebesar kT. Sehingga tiap
getaran sebuah partikel dalam tiga dimensi akan memberikan sumbangan energi rata-rata
sebesar 3 kT.
Amplitudo dari sebuah getaran harmonik adalah perpindahan maksimum pada sisi-sisi
posisi kesetimbangan. Bila x = A maka semua energi berupa energi potensial .
Dengan pendekatan ini diperoleh rata-rata amplitudo getaran yang dihasilkan adalah
4.32
Persamaan 4.32 menyatakan rata-rata ampitudo getaran partikel dalam kesetimbangan
thermal pada suhu T. Persamaan 4.32 menunjukkan bahwa rata-rata amplitudo bergantung
pada K dan T dan bukan bergantung pada massa partikel.
4. Panas Jenis Padatan
Bila temperatur suatu padatan dinaikkan, maka energi dalam dari padatan tersebut
akan bertambah. Jika energi dalam dari suatu padatan dihasilkan oleh energi vibrasi dari
atom-atom penyusun padatan maka panas jenis padatan akan dapat ditentukan secara
langsung dari hasil pembahasan tentang energi getaran sebelumnya.
Tinjaulah panas jenis molar padatan pada volume konstan cv, yang didefinisikan
sebagai energi yang harus ditambahkan pada 1 kmole suatu zat padatan yang volumenya di
9
atur konstan untuk menaikkan suhunya 1oC. Panas jenis suatu zat padat pada tekanan konstan
cp adalah 3% sampai 5% lebih tinggi dari cv, karena pada proses tekanan tetap menghasilkan
usaha untuk mengubah volume selain meningkatkan energi dalam padatan.
Vibrasi dari masing-masing atom dalam padatan dapat diuraikan menjadi tiga
komponen sepanjang sumbu yang saling tegak lurus. Dengan demikian vibrasi masing-
masing atom penyusun padatan dapat dipandang sebagai tiga buah osilator harmonik,
sehingga energi rata-rata ossilator yang dihasilkan oleh tiap atom adalah 3 kT, karena
untuk tiap ossilator harmonik. Tiap Kmole padatan mengandung sebanyak No = 6,02 x 1026
atom. Dengan demikian jumlah energi tiap kmole padatan adalah;
4.33
dengan R = No.k = 8,31 x 103 Joule/kmole.K = 1,99 kkal/kmole.K merupakan konstanta
universal dari gas. Panas jenis padatan pada volume konstan dinyatakan oleh
4.34
dengan demikian panas jenis padatan diperoleh
cV = = 5,97 kkal/kmole.K 4.45
Dulong dan Petit kemudian menunjukkan hasil secara eksperimen bahwa panas jenis padatan
pada suhu kamar dan suhu yang lebih besar adalah cV ≈ 3R, yang dikenal dengan hukum
Dulong-Petit. Akan tetapi hukum Dulong-Petit gagal menjelaskan panas jenis untuk unsur-
unsur ringan seperti Boron, Beryllium dan Carbon seperti diamond yang masing-masing
memiliki panas jenis secara berurutan 3,34; 3,85 dan 1,46 kkal/kmole.K pasa suhu kamar.
Bahkan hukum Dulong-Petit juga gagal menjelaskan panas jenis semua zat padat yang turun
secara tajam sebagai fungsi T3 pada suhu rendah mendekati nol pada suhu mendekati 0 K.
Gambar 4.4 menunjukkan bagimana panas jenis berubah terhadap T untuk beberapa jenis
padatan. Kedua kegagalan dari hukum Dulong-Petit merupakan kegagalan yang sangat serius
terhadap hasil eksperimen.
10
5. Teori Enstein
Dalam tahun 1907 Enstein menunjukkan kesalahan mendasar dari persamaan 4.45
yang terletak pada gambaran kT dari energi rata-rata per ossilator dalam sebuah padatan.
Kesalahan ini sama sama seperti kesalahan yang ada pada formula Rayleigh-Jeans yang
menganggap sepetrum adalah kontinu, tetapi sebenarnya energi adalah terkuantisasi dalam
kelipatan hυ. Enstein memperlakukan atom-atom dalam padatan sebagai ossilator-ossilator
yang tidak saling bergantung satu dengan yang lainnya, dengan energi masing-masing
ossilator dinyatakan dalam mekanika kuantum berbeda dengan teori kalsik. Menurut teori
mekanika kuantum energi dari sebuah ossilator terisoalsi adalah
En = n hυ = n 4.46
11
CV (
kkal
/km
ole.
K)
Suhu Absolut ( K )
TimahAluminium Silikon
Karbon (diamond)
0 200 400 600 800 1000 1200
1
2
3
4
5
6
7
Gb. 4.6 Perubahan panas jenis terhadap suhu dari beberapa padatan
dengan n adalah bilangan bulat posistip (n = 0, 1, 2, 3 ……..) . Persamaan 4.46 menyatakan
energi sebuah ossilator terisolasi, akan tetapi ossilasi atom-atom padatan adalah tidak
terisoalsi, atom-atom secara kontinu melakukan pertukaran-pertukaran energi dengan energi
thermal lingkungannya padatan. Oleh karena itu energi padatan secara kontinu berubah-ubah,
tetapi harga energi rata-rata pada kesetimbangan thermal dinyatakan
4.47
faktor dikenal dengan faktor Boltamann yang menyatakan probabilitas ossilator
memiliki keadaan energi En. Dengan memasukkan persamaan 4.46 ke persamaan 4.47 dan
menyatakan persamaan 4.47 dalam bentuk;
sehingga sumasi di dalam logaritma akan menjadi deret geometri tak hingga. Dengan
menjumlahkan deret tersebut dan mendiferensial maka diperoleh energi rata-rata per
ossilator menurut Enstein adalah
4.48
dengan demikian jumlah keseluruhan energi ossilator adalah
4.49
Dari persamaan 4.49 dapat ditentukan panas jenis molar dari padatan yaitu
4.50
Untuk memberi intepretasi dari persamaan 4.50, untuk suhu tinggi pada mana berlaku
keadaan hυ << kT sehingga
4.51
karena , sehingga pada suhu tinggi 4.50 menjadi . Dengan
demikian panas jenis molar diperoleh , yang sesuai dengan hukum Dulong-Petit.
12
Untuk suhu rendah >> kT maka >> 1 sehingga persamaan 4.50 menjadi
4.52
yang menunjukkan bahwa rata-rata energi turun secara eksponesial terhadap turunnya suhu
padatan. Dari persamaan 4.52 dapat diturunkan panas jenis molar padatan yang menghasilkan
4.53
yang menunjukkan bahwa panas jenis molar padatan turun secara eksponensial terhadap
turunnya suhu padatan. Formulasi Enstein untuk cv turun mendekati nol pada temperatur
yang sangat rendah, yang bertentangan dengan hukum Dulong-Petit.
Enstein juga mengemukakan bahwa kemungkinan energi dari sebuah ossilator
harmonik adalah
n = 0, 1 , 2, …… 4.54
persamaan 4.54 menyatakan bahwa ossilator pada keadaan dasar memiliki energi sebesar ½
artinya energi pada keadaan dasar tidak sama dengan nol seperti yang diperoleh dari
pembahasan klasik di atas. Energi keadaan dasar ½ tersebut dikenal dengan energi titik
nol. Keberadaan energi titik nol tidak mempengaruhi analisis terhadap panas jenis padatan
karena energi titik nol tidak bergantung suhu padatan.
6. Teori Debye
Walaupun teori Enstein dapat dengan sukses menunjukkan keadaan panas jenis
padatan pada suhu tinggi yang sesuai dengan hukum Dulong-Petit dan mampu menjelaskan
turunnya panas jenis molar padatan pada suhu rendah, akan tetapi teori Enstein gagal
menjelaskan hasil eksperimen yang menunjukkan bahwa turunnya panas jenis molar padatan
sebagai fungsi T3.
Enstein dalam menganalisis panas jenis padatan memandang bahwa padatan disusun
oleh atom-atom yang berfungsi sebagai sumber-sumber ossilator yang terisolasi tidak saling
bergantung satu sama lainnya dan masing-masing ossilator memiliki energi sebesar .
Debye pada tahun 1912 mengembangkan teori panas jenis dengan mempertimbangkan efek
koupling antara ossilator dari atom-atom tetangga terdekatnya. Debye memandang padatan
sebagai sebuah zat kontinum elastik. Energi dalam dari padatan dihasilkan oleh energi
13
gelombang elastik berdiri, seperti sistem gelombang elektromagnet dalam sebuah kotak hitam
yang mengandung energi terkuantisasi. Kauntum energi dalam padatan disebut dengan fonon
yang menjalar dengan kecepatan cahaya
Jumlah gelombang elastik berdiri yang frekwensinya antara ω sampai ω + dω sesuai
dengan persamaan 4.22 yaitu . Dengan demikian jumlah mode-
mode gelombang elastik berdiri persatuan volume yang frekwensinya antara υ sampai υ + dυ
adalah
4.55
dengan v adalah kecepatan gelombang. Dalam padatan terdapat dua jenis gelombang yang
dapat terjadi yaitu gelombang longitudinal dan gelombang transversal yang masing-masing
memiliki harga kecepatan berbeda yaitu vl dan vt, lebih jauh juga terdapat dua arah polarisasi
dari gelombang transversal, sehingga pernyataan pesamaan 4.55 menjadi
4.56
Energi rata-rata dari gelombang elastik yang terjadi dapat diperoleh dari persamaan 4.46 yang
dikembangkan oleh Enstein. Dalam perhitungan energi total oleh Debye frekwensi
gelombang elastik dibatasi dari 0 samai υD yang dikenal dengan frekwensi maksimum atau
frekwensi Debye. Dengan demikian energi dalam padatan adalah;
4.57
Batas atas frekwensi adalah frekwensi maksimum tertentu υD yang mengintepretasikan fakta
bahwa tidak dapat terjadi sampai tak hingga gelombang berdiri dalam padatan atau padatan
akan memiliki energi dalam tertentu. Debye berasumsi bahwa jumlah keseluruhan
gelombang-gelombang berdiri dalam padatan adalah 3No. Sehingga dari persamaan 4.56
diperoleh
14
4.58
dengan menggunakan formulasi 4.58 persamaan dapat ditulis kembali menjadi
4.59
untuk lebih menyederhanakan bentuk integral persamaan 4.59 adalah lebih tepat mengubah
variabel υ ke sebuah besaran tanpa dimensi x di mana yang menghasilkan ,
di samping itu didefinisikan suhu karakteristik Debye . Dalam x dan θ persamaan
4.59 menjadi
= 4.60
dengan demikian panas jenis molar pada volume konstan adalah
4.61
persamaan 4.61 menunjukkan bahwa panas jenis merupakan fungsi T/θ. Selanjutnya untuk
dua keadaan suhu yang ekstrem yaitu suhu tinggi dan suhu rendah dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Untuk suhu tinggi maka θ/T. adalah sangat kecil sehingga selanjutnya
diperoleh
dan
15
dengan demikian untuk suhu tinggi persamaan 5.61 menhasilkan , yang sesuai
dengan hasil eksperimen.
Untuk suhu rendah θ/T maka suku kedua dalam kurung siku persamaan 4.61
menjadi kecil sekali dapat diabaikan dan batas atas integral suku pertama menjadi ∞. Karena
maka pada suhu rendah persamaan 4.61 menhasilkan
4.62
hasil yang ditunjukkan persamaan 4.62 menunjukan bahwa hasil perhitungan sesuai dengan
hasil eksperimen yang menyatakan bahwa panas jenis padatan sebagai fungsi T3. Pada suhu
sedang panas jenis padatan sesuai dengan formula Debye harus dihitung secara numerik.
Prubahan panas jenis padatan terhadap T/θ sesuai dengan teori Debye ditunjukkan oleh
gambar 4.7
16
Gb. 4.7 Perubahan panas jenis terhadap T/θ menurut teori debye
CV (
kkal
/km
ole.
K)
0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5
1
2
3
4
5
6
T/θ
17