bab 4 potensi permasalahan dan prospek an pesisir

Upload: ediariyanto

Post on 12-Jul-2015

1.079 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

BAB

4

Potens Permas i, alaan, dan Pros pek Pengembangan Pes ir is1 POTENSI DAN PERMASALAHAN PESISIR SECARA UMUMWilayah pesisir didefinisikan sebagai daerah pertemuan antara darat dan laut; kearah darat, wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin, sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup wilayah dengan ciri-ciri yang dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Definisi diatas memberikan suatu pengertian bahwa ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang beragam dan saling berinteraksi antara habitat tersebut. Selain mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. ekosistem pesisir. Dalam sautu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih sistem lingkungan (ekosistem) dan sumber daya pesisir. Ekosistem pesisir bersifat alami ataupun buatan. Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir antara lain adalah terumbu karang (coral reefs), hutan mangroves, padang lamun, pantai berpasir (sandy beach), formasi pascaprea, formasi baringtonia, estuaria, laguna dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa : tambak, sawah pasang Umumnya kegiatan pembanguna secara langsung maupun tidak langsung berdampak merugikan terhadap

4-1

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

surut, kawasan pariwisata, kawasan industri, agroindustri dan kawasan pemukiman. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kawasan pesisir pantai merupakan suatu kawasan yang mempunyai kerawanan dan sekaligus potensi strategis ditinjau dari aspek penataan ruang, yaitu suatu kawasan yang secara geografis spasial penting, namun belum banyak dilakukan upaya penataan permanfaatan ruangnya secara terintegrasi/ terpadu, baik antar kawasan dalam suatu wilayah administratif maupun antar wilayah administratif. Kerawanan yang terdapat pada kawasan pesisir berkaitan dengan fungsi lindung/ekologis, dimana posisi geografisnya merupakan peralihan antara ekosistem daratan dan ekosistem perairan/ lautan, sehingga seringkali dijumpai sumberdaya alam yang spesifik, seperti terumbu karang, hutan bakau, resting area, untuk berbagai satwa dan sebagainya. Potensi strategis yang dimiliki oleh kawasan pesisir berkaitan dengan nilai ekonomis yang terdapat di kawasan ini, baik yang berbasis pemanfaatan sumber alam daya alam, seperti perikanan (pelabuhan). budidaya (tambak), kehutanan, yang pariwisata, dan sebagainya, maupun yang tidak berbasis pada sumber daya seperti perhubungan Beberapa pemanfaatan berhubungan dengan fungsi budidaya ini cenderung bersifat ekspansif sehingga kawasan ini rentan/ rawan terhadap terjadinya perubahan penggunaan lahan, khususnya konflik penggunaan lahan (landuse conflicts) antara fungsi lindung dengan fungsi budi daya.

1.1

POTENSI PESISIRSumberdaya pesisir Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati

laut tropis terkaya di dunia, dimana 30% hutan bakau dudina ada di Indonesia, 30% terumbu karang dunia ada di Indonesia, 60% konsumsi protein berasal dari sumberdaya ikan, 90% ikan berasal dari perairan peisisr dalam radius 12 mil laut dari garis pantai. Ekosistem pesisir dapat mengurangi dampak bencana alam seperti tsunami, banjir dan erosi pantai. Sumberdaya pesisir penting bagi budaya dan tradisi masyarakat lokal serta media pertahanan keamanan (DKP : 2003). Potensi pembangunan yang terdapat di wilayah pesisir secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) kelompok, yaitu sumberdaya pulih, sumberdaya tak

4-2

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

dapat pulih dan jasa-jasa lingkungan. Adapun sumberdaya yang dapat pulih kembali atau dapat diperbaharui meliputi : a. Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir. Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi bermacam biota, penahan abrasi, penahan amukam angin taufan, dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut dan lain sebagainya, hutan mangrove juga mempunyai fungsi ekonomi seperti penyedia kayu, daun-daunan sebagai bahan baku obat-obatan. Salah satu contoh kegunaan nyata mangrove; keberadaan areal amgrove yang luas di sekitar tambak dapat menyebabkan keragaman makrobenton dan kandungan bahan organik di tambak menjadi lebih tinggi bila dibandingkan dengan tambah yang disekitarnya hanya mempunyai mangrove yang sempit. Kualitas tanah aktual kearah mangrove kandungan bahan organik tambak semakin tinggi, begitu juga kandungan debunya. Sedangkan kandungan pasir, semakin menurun kearah mangrove (Gunarto et.all : 2002). Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam sebagai tempat

berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya, dan antara makhluk hidup itu sendiri. Terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oelh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau (Alikodra : 2000). Segenap kegunaan ini telah dimanfaatkan secara tradisional oleh sebagian besar masyarakat pesisir di tanah air. Potensi lain dari hutan mangrove yang belum dikembangkan secara optimal adalah kawasan wisata alam. Padahal negara lain seperti Malaysia dan Australia, wisata alam mangrove sudah berkembang lama dan menguntungkan (Dahuri et.al : 1996). Mangrove tumbuh subur di daerah tropis dekat ekuator. Namun demikian mereka juga dapat tumbuh didaerah subtropis, yaitu sampai sekitar 350 LU di Asia dan sekitar 350 LS di Afrika, Australia dan Selandia Baru. Di tingkat Asean, jumlah area hutan mangrove yang terbesar adalah di Indonesia, diikuti oleh Malaysia, Thailand, Filiphina dan Singapura. Sedangkan aera

4-3

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

mangrove yang terluas di Indonesia tercatat di Irian Jaya (Supriharyono : 2000). b. Terumbu Karang Indonesia memiliki kurang lebih 50.000 km2 ekosistem terumbu karang yang tersebar di seluruh wilayah pesisir dan lautan (Dahuri et.al : 1996). Terumbu karang mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, pelindung fisik, tempat pemijahan, tempat bermain dan asihan berbagai biota. Terumbu karang juga menghasilkan berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomi penting seperti berbagai jenis hasil perikanan, dan sebagai bahan konstruksi. Dari segi estetika, terumbu karang dapat menampilkan pemandangan yang sangat indah. Didalam ekosistem terumbu karang pada umumnya yang merupakan biota dominan ialah karang batu. Dengan kerangka yang keras dan bentuk serta ukurannya yang beraneka ragam, karang batu dipakai sebagai tempat hidup, berlindung dan mencari makan oleh berbagai jenis biota lain seperti krustasea, moluska, ekonodermata, porifera, ikan, bahkan oleh jenis-jenis koelenterata. Salah satu jenis koelenterata yang tidak kalah penting peranannya dalam pembentukan fisik terumbu karang ialah karang lunak atau lebih dikenal sebagai Alcyonaria corals. Menurut Sukmara et.al (2002) ada empat fungsi pokok dari terumbu karang, yaitu 1) fungsi pariwisata; keindahan karang, kekayaan biologi dan kejernihan airnya membuat kawasan terumbu karang terkenal sebagai tempat rekreasi, 2) fungsi perikanan; sebagai tempat ikan-ikan karang yang harganya mahal sehingga nelayan banyak menangkap di kawasan ini, 3) fungsi perlindungan pantai; terumbu karang tepi dan penghalang adalah pemecah gelombang alami yang melindungi pantai dari abrasi, banjir pantai, dan peristiwa perusakan lainnya yang diakibatkan oleh fenomena air laut, dan 4) fungsi keanekaragaman hayati; ekosistem ini mempunyai produktivitas dan keanekaragaman dan jenis biota yang tinggi. Keanekaragaman hayati yang hidup di ekosistem terumbu karang per unit area sebanding atau lebih besar dibandingkan dengan hal yang sama di hutan tropis. c. Rumput Laut Potensi rumput laut (algae) di perairan Indonesia mencakup areal seluas 29.700 ha dengan potensi produksi sebesar 482.400 ton/tahun.

4-4

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

Pemanfaatan rumput laut untuk industri terutama pada senyawa kimia yang terkandung didalamnya, khususnya karaginan, agarm dan algin. Melihat besarnya potensi pemanfaatan algae, terutama untuk ekspor, maka saat ini telah diupayakan untuk dibudidayakan. Misalnya Euchema sp. Telah dicoba di Kepulauan Seribu (Jakarta), Bali, Pulau Samaringa (Sulawei Tengah, Pulan Telang (Riau) dan Pulau Teluk Lampung (Dahuri et.al : 1996). Usaha budidaya rumput laut telah banyak dilakukan dan masih bisa ditingkatkan. Keterlibatan semua pihak dalam teknologi pembudidayaan dan pemasaran merupakan faktor yang menentukam dalam menggairahkan masyarakat untuk mengembangkan budidaya rumput laut. Peranan pemerintah dalam d. Perikanan Tangkap Pada usaha penangkapan ikan, perlu adanya peningkatan ketrampilan bagi masyarakat dengan menggunakan teknologi baru yang efisien. Hal ini untuk mengantisipasi persaingan penangkapan oleh negara lain yang sering masuk ke perairan Indonesia dengan teknologi yang lebih maju. Usaha ini melibatkan semua pihak mulai dari masyarakat nelayan, pengusaha dan pemerintah serta pihak terkait lainnya. Hal lain yang perlu dilakukan adalah memberi pengertian pada masyarakat nelayan tentang bahaya penangkapan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bahan peledak atau penggunaan racun. e. Bahan Mineral Sumberdaya yang tidak dapat pulih terdiri dari seluruh mineral dan geologi, yang termasuk kedalamnya antara lain minyak gas, batubara, emas, timah, nikel, bijih besi, granit, tanah liat, pasir dan lain-lain. Sumberdaya geologi lainnya adalah bahan baku industri dan bahan bangunan, antara lain kaolin, pasir kuarsa, pasir bangunan, kerikil dan batu pondasi. Sedangkan potensi jasa-jasa lingkungan yang dimaksud meliputi fungsi kawasan pesisir dan lautan sebagai tempat rekreasi dan pariwisata, media transportasi dan komunikasi, sumber energi, sarana pendidikan dan pelatihan, pertahanan dan keamanan, penampungan limbah, pengatur iklim, kawasan lindung, dan sistem penunjang kehidupan serta fungsi fisiologis lainnya.

4-5

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

1.2

PERMASALAHAN PESISIRBeberapa permasalahan penting yang dapat di ungkapkan dalam

penelitianini diantaranya adalah seperti berikut: a. Sumber daya alam dan lingkungan hidup Keadaan geografis perairan pantai dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu wilayah pantai utara dan wilayah pantai selatan. Perairan selat Madura dan pantai utara merupakan daerah selasar benua yang dangkal dan landai,dengan komoditi yang dominan adalah iakan dasar dan ikan permukaan. Perairan pantai selatan merupakan perairan dalam dengan komoditi yang dominan adalah ikan pelagis seperti Lemuru dan Tuna. Perairan pantai utara Jawa Timur masih sangat dipengaruhi oleh Musim Barat yang berlangsung sekitar bulan Desember hingga Maret. Selama musim ini gelombang laut sangat besar sehingga aktivitas penangkapan ikan berkurang dan akibatnya produksi ikan rendah. Perairan pantai, khususnya di tempat-tempat pendaratan ikan, telah mengalami pendangkalan dan pencamaran bahan organik yang berasal dari limbah rumah tangga dan limbah industri pengolhan hasil ikan. Situasi perkampungan nelayan pantai umumnya tampak kumuh, rumahrumah penduduk berhempitan satu sama lain. Sumber air bersih relatif terbatas, sehingga memenuhi kebutuhan sehari-hari biasanya penduduk membeli air bersih (air PDAM atau air sumur) dari penjualan air. b. Teknologi Alat Tangkap Dan Penangkapan Sistem perikanan demersal elah berkembang di perairan pantai utara Jawa Timur dengan alat tangkap berupa purse-seine, dogol, gil-nen dan trammelnet. Jenis ikan tangkapan yang dominan adalah iakan layang, llemuru/tembang, udang dan teri. Sistem perikanan samudera telah berkembang di perairan pantai selatan dengan alat tangkap yang dominan berupa purseseine, gillnet permukaan, dan pancing prawe. Jenis ikan tangkapan yang dominan adalah tuna (tongkol), lemuru, cucut. Ditinjau dari kelayakan pendeganya, ekonominya ternyata dan alat dengan tankap mempetimbangkan yang layak untuk

pendapatan

dikembangkan ialah purse-seine, gillnet, dan payang sangat layak untuk dikembangkan disemua lokasi. Pengenalan tipe alat yang sama dengan desain baru merupakan jalur invasi yang prospektif.4-6

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

Respon nelayan terhadap inovasi teknologi penangkapan umumnya cukup besar, baik terhadap sumber teknololgi pemerintah maupun swasta malaui para pedagang ikan. Dalam proses adopsi tekhnologi diperlukan efek demonstratif yang bisa diamati dan dialami lansung oleh nelayan. c. Teknologi Pascatangkap Secara umum teknologi pascatangkap dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (i)tradsional dengan aneka komoditi ikan kering, terasi, ikan asap, ikan pindang, dan (ii) modren dengan komoditi andalannya tepung ikan dan kalengan. Tradisional dilakukukan oleh para pengolah dengan skala kecil hingga menengah, sedangkan tenologi modern dilakukan oleh para pengusah besar. Berkembangnya teknololgi modern di suatu lokasi ternyata sangat ditentukan oleh tesedianya bahan baku. Teknololgi pengawetan ikan dengan menggunakan proses rantai dingin dilakukan khusus untuk komoditi ekspor ikan segar. Industri pengolahan ikan dipedesaan pantai umumnya mampu memberikan nilai tambah sekitar 9 45% terhadap komoditi ikan basah. Akan tetapi sebagian besar usaha pengolahan ikan oleh nelayan masih belum dilakukan secara baik dan bersifat sambilan. Usaha pengolahan ikan yang mempunyai prospek bagus di wilayah perairan pantai selatan adalah tepung ikan dan minyak ikan, sedanglkan di wilayah perairan pantai utara umumnya adalah ikan kering. d. Sosial Ekonomi

Distribusi pendapatan nelayan diwilayah pedesaan pantai umumnya tidak merata diantara kelompok fungsional masyarakat. Pendapatan nelayan pemilik perahu (juragan darat) dengan alat tangkap purse-seine, gillnet, dan payang rata-rata cukup tinggi, jauh berada diatas kriteria garis kemiskinan yang berlaku sekarang. Sementara itu rataan pendapatan nelayan kecil pemilik paceklik sampan/jukung rataan dan pendega berada pada batas ambang kemiskinan denagn fluktuasi musiman yang sangat besar. Pada musim pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan sedangkan pada musim panen raya ikan rataan pendapatannya bisa melonjak diatas garis kemiskinan. Dalam rangka untuk meningkatkan pendapatan nelayan secara proposional maka usaha penangkapan secara berkelompok yang melibatkan nelayan kecil dan pendega patut direkayasa. Dalam hubungan ini inovasi kredit

4-7

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

disarankan melalui sistem kredit bagi hasil antara nelayan dengan lembaga sumber kredit. Rata-rata tingkat pendidikan formal warga pedesaan pantai masih rendah umumnya hanya berpendidikan sekolah dasar atau yang sederajat. Akses nelayan terhadap fasilitas pendidikan formal diatas tingkat sekolah dasar rata-rata masih sangat terbatas. Dalam hal pendidikan ini ternyata respon nelayan terhadap lembaga Madrasah sangat besar. Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan kemampuan lembaga Madrasah tersebut untuk melakukan transfer teknologi kepada anak didik. Peranan para kyai dan santri di wilayah pedesaan pantai pada umumnya sangat besar dalam kehidupan bermasyarakat. e. Kendala Perkembangan Wilayah Pesisir Pantai Tiga faktor utama yang menyebabkan lambatnya perkembangan teknologi yang dapat berdampak pada perbaikan kesejahteraan nelayan pendega adalah (i) faktor ekonomi, (ii) faktor sosial budaya,(iii) faktor sosial politik. Beberapa kendala yang termasuk faktor ekonomi adalah (1) sektor perekonomian wilayah yang masih didominasi oleh sektor primer penangkapan ikan, (2) penguasaan skill, modal dan teknologi oleh nelayan sangat terbatas,(3) distribusi pendapatan yang relatif tidak merata,(4) prasarana penunjang perekonomian di pedesaan yang masih terbatas, (5) hampir seluruh komoditi perikanan yang dihasilkan dipasarkan keluar daerah sehingga sebagian besar nilai tambah komoditi dinikmati oleh lembaga perantara yang terlibat dalam pemasaran. Beberapa kendala sosial budaya adalah (1) struktur dan poal perilaku sosial budaya yang masih berorientasi kepada kebutuhan subsisten,(2) sarana pelayanan sosial yang masih terbatas, (3) proporsi penduduk usia muda cukup besar dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah,(4) tingkat pengangguran musiman yang cukup besar,(5) kualitas kehidupan rata-rata masih rendah. Beberapa kendala sosial politik adalah (1) partisipasi masyarakat pedesaan pantai di dalam pembangunan belum dapat tersalurkan secara lugas (pendekatan top down masih lebih kuat dibandingkan dengan bottom up), (2) birokrasi pembangunan masih belum mampu menyentuh kepentingan nelayan pendega dan sektor tradisional,(3) keterbatasan akses nelayan

4-8

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

pendega untuk berperan serta lebih luas.

dalam kegiatan-kegiatan ekonomi yang

Berdasarkan kondisi seperti di atas maka diperlukan disaign-disaign khusus untuk mengembangkan pedesaan pantai dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dasar atau kebutuhan fisik, minimum segenap warga masyarakat dan sekaligus melestarikan sumber daya yang tersedia. Secara ringkas beberapa permasalahan yang dihadapi kawasan pesisir pantai antara lain : 1. Kondisi sumber daya pesisir yang semakin terbatas dan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas. 2. Tekanan pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi. 3. Perkembangan kawasan pesisir saat ini sudah sedemikian pesat namun disisi lain perkembangan tersebut tanpa pedoman pada aspek tata ruang 4. Pendayagunaan sumber daya pesisir dan pantai masih kurang mencerminkan adanya pembagian fungsi kawasan 5. Aktifitas manusia di kawasan pesisir dan pantai telah menimbulkan permasalahan antara lain : a. Intrusi air laut akibat pemanfaatan air bawah tanah di kawasan pesisir yang tidak terkendali, khususnya di wilayah Surabaya dan Gresik, sehingga kurang layak untuk dikonsumsi sebagai sumber air bersih; b. Degradasi kualitas ekossitem mangrove akibat kegiatan budidaya tambak c. dan kegiatan raklamasi pantai untuk pengembangan kawasan terbangun sebagai perumahan, industri dan pelabuhan; Terjadinya abrasi pantai akibat berkurangnya hutang mangrove di sepanjang pantai utara Jawa Timur dan P. Madura, yang dapat mengancam keberadaan desa-desa pantai dan jaringan jalan regional; d. Pendangkalan pantai akiobat tingginya sedimentasi, baik yang terjadi secara alamiah maupun hasil rekayasa masyarakat setempat; e. Kerusakan karang laut (terumbu karang) dan biota laut serta kerusakan f. karena penambangan dan penangkapan ikan menggunakan bahan peledak; Pencemaran pantai dari limbah industri dan limbah kota, dimana tingka pencemaran sungai di Surabaya telah mencapai tingkat yang

4-9

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

mengkhawatirkan, bahkan beban limbah di perairan pantai Jawa Timur tergolong sangat tinggi. Sungai tersebut berperan sebagai tempat pembuangan limbah industri dan rmah tangga ke wilayah pesisir dimana terdapat sumber daya perairan yang penting bagi perikanan dan akua kultur. Oleh karena itu, upaya penataan kawasan ini perlu dilakukan secara terpadu/terintegrasi dengan kontinuitas fisik kawasan tanpa memandang batas wilayah administratif, serta memerlukan perlakuan khusus terhadap wilayah-wilayah yang memiliki ruang di Kawasan Pesisir Pantai. karakteristik tertentu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun suatu pedoman pengarutan

2

POTENSI, PERMASALAHAN DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PESISIR KABUPATEN MALANG

2.1

POTENSI PESISIR KABUPATEN MALANGPotensi yang terkandung di wilayah pesisir Kabupaten Malang ditinjau

dari aspek sumberdaya alam, sosial ekonomi dan prasarana wilayah diuraikan sebagai berikut ini. a) EKOSISTEM PESISIR Sebagai Kawasan Lindung yang Masih Terpelihara

Kawasan pesisir Malang Selatan ditinjau dari kondisi fisiknya sebagian besar merupakan kawasan dengan fungsi perlindungan, baik perlindungan bagi kawasan di bawahnya, perlindungan setempat, perlindungan sempadan pantai, maupun cagar alam. Sebagai kawasan lindung ini diharapkan mampu memberikan perlindungan kawasan bagi wilayah yang ada disekitarnya, menjaga keseimbangan ekologi serta menjamin keberlangsungan ekosistem disekitarnya.

4 - 10

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

Kawasan Lindung Pulau Sempu di Kecamatan Sumbermanjing Wetan

Kawasan Hutan Pulau Sempu di Kecamatan Sumbermanjing Wetan

Gambar 4.1 Kawasan Lindung Pulau Sempu di Kabupaten Malang Memiliki Ekosistem yang Khas untuk Menunjang Perikanan Tangkap

Kawasan pesisir Malang Selatan mempunyai potensi ekosistem khas yang sangat menunjang perikanan laut. Ekosistem yang khas ini diantaranya adalah : Adanya Pulau Sempu Ekosistem hutan bakau (mangrove) Terumbu karang

Disamping untuk menunjang perikanan laut, ekosistem yang khas ini diharapkan mampu memberikan kontribusi secara ekonomi terhadap perkembangan ekonomi wilayah dengan mengedepankan aspek konservasi atau pengelolaan lingkungannya untuk menjaga kelestarian ekosistem itu sendiri.

Mangrove di Pulau Sempu di Kecamatan Sumbermanjing Wetan

Pulau Sempu di Kecamatan Sendang Biru

Gambar 4.2 Ekosistem Pesisir yang Khas di Pesisir Kabupaten Malang

4 - 11

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

Pendorong Pengembangan Ekonomi

Kawasan pesisir Malang Selatan memiliki potensi pengembangan kegiatan ekonomi seperti : Potensi obyek wisata Potensi perikanan tangkap Potensi perikanan tambak potensi pertambangan

Pulau Sempu memiliki fungsi sebagai kawasan lindung (cagar alam), yang harus tetap di upayakan untuk lestari dan dijaga agar ekosistem di dalamnya tidak punah. Keberadaan potensi-potensi tersebut sebagian besar masih belum dikelola atau masih dalam kondisi yang alamiah. Pengelolaan sumberdaya alam untuk kepentingan pengembangan ekonomi harus menjamin keberlanjutan atau mempertimbangkan kepentingan masa mendatang serta berwawasan lingkungan hidup.

Potensi Wisata Ekologi Pantai di Kecamatan Bantur

Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan Sumbermanjing Wetan

Potensi Perikanan Budidaya di Kecamatan Tirtoyudo

Potensi Pertambangan (Kaolin dan Zeolit) di Kecamatan Sumbermanjing Wetan

Gambar 4.3 Potensi Pengembangan Ekonomi di Pesisir Kabupaten Malang

4 - 12

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

Pengembangan Pelabuhan Skala Nasional Internasional dan Kawasan Industri

Salah satu kawasan pesisir di Kabupaten Malang yang memiliki potensi untuk pengembangan pelabuhan skala Nasional Internasional adalah wilayah pesisir di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, yang terletak di Desa Sitiarjo, yaitu Kawasan Pesisir Sendang Biru. Disamping untuk pengembangan pengembangan pelabuhan, kawasan kawasan peruntukan ini juga potensial yang untuk industri menunjang

pengembangan pelabuhan tersebut, seperti industri pergudangan, industri pengalengan, dan lain sebagainya.

Dermaga Pelabuhan di Kecamatan Sumbermanjing Wetan

Dermaga Pelabuhan di Kecamatan Sumbermanjing Wetan

Gambar 4.4 Pelabuhan Perikanan di Kabupaten Malang

b) TRANSPORTASI LAUT Adanya Perlindungan Untuk Kawasan Pelabuhan

Di Pantai Malang bagian Selatan terdapat Pulau Sempu yang menjadi perlindungan alamiah pantai. Dengan adanya Pulau Sempu, kawasan pelabuhan Sendang Biru Kecamatan Sumbermanjing Wetan dapat terlindungi dari potensi terjadinya ombak besar atau tsunami. Potensi alamiah ini harus mendapatkan perlindungan dan pengelolaan untuk mendukung keberlansungan kawasan pelabuhan. Selat Sempu Mendukung Untuk Pengembangan Transportasi Laut

Antara Pulau Sempu dan wilayah pesisir Sendang Biru dihubungkan oleh Selat Sempu yang memiliki karakteristik ombak yang sangat tenang, arus yang lemah serta kedalaman yang cukup untuk mendukung pelayaran dan pengembangan transportasi kelautan.

4 - 13

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

Ketersediaan Lahan yang Luas untuk Pengembangan Pelabuhan Laut

Kawasan pesisir Sendang Biru memiliki ketersediaan lahan yang cukup luas sebagai area pengembangan pelabuhan laut. Lahan yang tersedia berupa dataran pantai yang memungkinkan untuk pengembangan pelabuhan laut. Ekosistem pada lahan yang ada tersebut masih terpelihara dengan baik sehingga dalam pengembangan pelabuhan laut diharapkan masih mampu menjaga kelestarian ekosistem yang ada dalam batas yang diijinkan. Sudah terdapat Kegiatan Pelabuhan Perikanan

Pada saat ini wilayah pesisir Sendang Biru telah ada kegiatan pelabuhan perikanan yang memiliki skala yang relatif besar, sebagai pusat pendaratan ikan yang didukung dengan keberadaan Tempat Pelelangan Ikan atau TPI. Kegiatan yang telah ada tersebut telah mampu mengangkat potensi di sektor perikanan di Kabupaten Malang khususnya perikanan tangkap. Adanya Jalan Lintas Selatan (JLS)

Pengembangan Jalan Lintas Selatan (JLS) di wilayah pesisir Kabupaten Malang melintasi semua wilayah kecamatan pesisir di Kabupaten Malang, yang hingga saat ini masih dalam proses pelaksanaan pembangunan. Pengembangan Jalan Lintas Selatan diharapkan akan mendorong lalu lintas barang dan orang yang memberi peluang pengembangan kawasan pelabuhan Sendang Biru. Disamping itu pengembangan JLS diharapkan mampu meningkatkan kegiatan perekonomian di wilayah pesisir.

Selat Sempu Potensial Untuk Pelabuhan di Kecamatan Sumbermanjing Wetan

Pengembangan JLS di Bajulmati di Kecamatan Gedangan

Gambar 4.5 Pengembangan Jalur Lintas Selatan di Kabupaten Malang

4 - 14

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

c) PERIKANAN Adanya Kawasan Perikanan yang Memiliki Pertumbuhan Cepat

Dalam pola ruang wilayah Kabupaten Malang, kawasan perikanan yang memiliki pertumbuhan cepat adalah kawasan perikanan Sendangbiru. Kawasan perikanan ini sebagai pengembangan perikanan tangkap (laut) yang didukung dengan keberadaan pelabuhan dan pendaratan ikan. Kawasan perikanan ini diharapkan mampu mendorong perkembangan wilayah pesisir yang ada di wilayah Kabupaten Malang. Potensi Perikanan Tangkap dan Perikanan Darat di wilayah Pesisir

Wilayah pesisir Kabupaten Malang merupakan bagian dari kawasan pesisir pantai selatan (PANSELA) Pulau Jawa yang memiliki keragaman potensi hasil perikanan khususnya perikanan tangkap atau perikanan laut. Luas potensi perairan laut Kabupaten Malang mencapai 570.801 km2 (setara 57.080 ha). Jika rata-rata produksi per hektar per tahun = 456,66 kg, maka potensi produksi perikanan laut dapat mencapai 26.066,2 ton ikan per tahun. Namun berdasarkan data produksi riil tahun 2008 baru mencapai 4.068,7 ton atau sekitar 15,9 % dari potensi yang ada. Selain produksi perikanan, wilayah pesisir di Kabupaten Malang juga memiliki potensi rumput laut, terumbu karang, ikan hias yang melimpah. Disamping perikanan tangkap (laut) wilayah pesisir di Kabupaten Malang juga memiliki potensi dalam pengembangan perikanan darat, berupa karamba di Kecamatan Sumbermanjingwetan, Kecamatan Gedangan dan Kecamatan Tirtoyudo.

Produksi Perikanan Laut di Kecamatan Sumbermanjing

Gambar 4.6 Potensi Perikanan Tangkap di Kabupaten Malang

4 - 15

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

Berkembangnya Pusat Pendaratan Ikan dan Tempat Pelelangan Ikan serta Rencana Pengembangan Pelabuhan Perikanan

Berkembangnya kegiatan perikanan laut di wilayah pesisir Kabupaten Malang ditunjang dengan keberadaan Pusat Pendaratan Ikan (PPI) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), seperti PPI Pondok Dadap di Kecamatan Sumbermanjingwetan dan TPI Licin di Kecamatan Ampelgading. Untuk mendukung kegiatan perikanan khususnya perikanan tangkap (laut), Kabupaten perikanan, Malang yaitu melakukan Pelabuhan upaya pengembangan di pelabuhan Kecamatan Sendangbiru

Sumbermanjingwetan Pelabuhan TPI Sipelot di Kecamatan Tirtoyudo. Pelabuhan memberikan perikanan kontribusi yang dikembangkan diharapkan ekonomi mampu wilayah

terhadap

pertumbuhan

Kabupaten Malang, dan dalam jangka panjang diharapkan terbentuk jaringan (lingkage) dengan pelabuhan-pelabuhan perikanan di wilayah kabupaten disekitarnya sehingga terbentuk jaringan (network) dalam pemasaran produk perikanan.

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pondok Dadap di Kecamatan Sumbermanjing Wetan

Gambar 4.7 PPI di Kabupaten Malang

d) KAWASAN PARIWISATA Potensi Wisata Pantai

Potensi pariwisata di wilayah pesisir Kabupaten Malang terdapat di Kecamatan Tirtoyudo Pantai Donomulyo, dan Bantur, Gedangan, Sumbermanjingwetan, yang potensial Pantai Ampelgading. Pantai Beberapa Pantai pantai

dikembangkan adalah Pantai Mondangan, Pantai Jonggring Saloko, Ngliyep, Bantol, Kondangmerak,

4 - 16

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

Balekambang, Pantai Wonogoro, Pantai Bajulmati, Pantai Sendangbiru, Pantai Tamban, Pantai Tambakasri, Pantai Lenggoksono, Pantai Sipelot, Pantai Licin. Pantai yang telah dikenal atau memiliki skala regional adalah Pantai Ngliyep di Kecamatan Donomulyo dan Pantai Balekambang di Kecamatan Bantur.

Pantai Balekambang di Kecamatan Bantur

Pantai Ngliyep di Kecamatan Donomulyo

Pantai Sendang Biru di Kecamatan Sumbermanjing Wetan

Pantai Bajul Mati di Kecamatan Gedangan

Pantai Kondang Merak di Kecamatan Bantur

Pantai Sipelot di Kecamatan Tirtoyudo

Gambar 4.8 Wisata Pantai di Kabupaten Malang

4 - 17

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

Potensi Wisata Cagar Alam

Wilayah

pesisir

Kabupaten

Malang,

yaitu

di

Kecamatan

Sumbermanjingwetan memiliki kawasan cagar alam yang berupa Pulau Sempu. Pulau ini disamping sebagai kawasan lindung juga dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata cagar alam yang memiliki nilai ekonomis bagi pengembangan ekonomi wilayah. Pengembangan wisata ini tetap menghindari kerusakan kawasan lindung.

BKSDA Jawa Timur II di Kecamatan Sumbermanjinng Wetan

Segara Anakan di Pulau Sempu di Kecamatan Sumbermanjing Wetan

Gambar 4.9 Ekosistem Pesisir yang Khas di Kabupaten Malang

2.2

PERMASALAHAN PESISIR KABUPATEN MALANGPermasalahan yang terkandung di wilayah pesisir Kabupaten Malang

ditinjau dari aspek sumberdaya alam, sosial ekonomi dan prasarana wilayah diuraikan sebagai berikut ini. a) EKOSISTEM PESISIR Ancaman Selatan Kerusakan Wilayah Pesisir Akibat Gelombang Air Laut

Semua potensi yang terkandung dalam ekosistem pesisir atau laut di wilayah pesisir Kabupaten Malang dikhawatirkan akan mengalami kerusakan pantai akibat adanya gelombang air laut selatan yang cukup besar. Karakteristik ombak di Pantai Selatan (PANSELA) lebih besar jika dibandingkan dengan Pantai Utara (PANTURA), sehingga kondisi yang demikian ancaman memberikan ombak ini pengaruh merupakan yang faktor cukup besar terhadap dalam kelangsungan hidup di wilayah pesisir Kabupaten Malang, mengingat pembatas alami pengembangan wilayah.

4 - 18

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

Ancaman Kerusakan Perairan Pesisir Akibat Penangkapan Ikan dengan Peledak

Disamping karena ombak laut yang besar, wilayah perairan pesisir dikhawatirkan mengalami kerusakan akibat penangkapan ikan oleh nelayan yang menggunakan bahan peledak yang berbahaya. Penggunaan bahan peledak ini dapat mengancam biota air lainnya seperti terumbu karang. Alih Fungsi Lahan di Pesisir

Wilayah pesisir di Kabupaten Malang sebagian besar berupa kawasan lindung. Pada saat ini kondisi kawasan lindung di wilayah tersebut sebagian mengalami alih fungsi lahan dari kawasan lindung menjadi kawasan budidaya, seperti permukiman penduduk, lahan pertanian budidaya dan perkebunan. Alih fungsi lahan ini didorong oleh faktor sosial ekonomi masyarakat pesisir dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekonomi. Adanya alih fungsi lahan akan menyebabkan serangkaian dampak atau permasalahan wilayah baru seperti di rawan banjir, longsor, juga kekeringan sedimentasi. Eksploitasi Sumberdaya yang Tidak Ramah Lingkungan

pada

perlindungan

bawahnya,

dan

berpengaruh terhadap kondisi wilayah pantai antara lain terjadinya

Banyaknya kegiatan-kegiatan eksploitasi sumber daya yang tersedia di kawasan pesisir dan perairan Malang Selatan yang tidak ramah lingkungan, sehingga dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan seperti : berkurangnya hutan bakau akibat penebangan akan menyebabkan abrasi gelombang laut yang cukup besar, penangkapan ikan dengan peledak yang dapat merusak ekosistem terumbu karang, penebangan dan pembukaan areal tambak pada hutan mangrove dan sejenisnya. Pengelolaan Kawasan Pesisir yang Kurang Optimal

Kurangnya pengelolaan kawasan pesisir yang ada di wilayah Kabupaten Malang dan pemeliharaan sarana-prasarana yang ada misalnya kondisi pantai dan lingkungan sekitarnya yang terlihat masih kotor dan kurang terurus, sarana prasarana obyek wisata yang kurang berkembang, sarana-prasarana perikanan yang kurang memadai merupakan salah

4 - 19

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

satu

permasalahan

yang

harus

mendapatkan

perhatian

dalam

pengembangan wilayah pesisir secara terpadu. b) TRANSPORTASI LAUT Ombak dan Gelombang Cukup Besar pada Musim Barat

Pada saat musim barat, ombak dan gelombang laut cukup besar, yang mengancam aktivitas transportasi laut. Pelabuhan Sendangbiru direncanakan sebagai Pelabuhan Nasional-Internasional, sehingga faktor pembatas alam berupa ombak dan gelombang laut yang cukup besar ini akan mempengaruhi pelayaran menuju pelabuhan. Kesulitan Pembebasan Lahan Guna Pengembangan Pelabuhan

Lahan yang potensial untuk pengembangan pelabuhan di wilayah pesisir merupakan kawasan hutan baik hutan produksi maupun hutan lindung, yang memerlukan proses dan prosedur relatif panjang dan rumit dalam rangka alih fungsi lahan, karena bersifat lintas sektor. Kesulitan pembebasan lahan untuk pengembangan pelabuhan menjadi hambatan atau permasalahan dalam rangka penyediaan lahan sebagai kawasan pelabuhan. Pengelolaan Lingkungan di Kawasan Pesisir yang Kurang Optimal

Kawasan pelabuhan yang berfungsi salah satu prasarana transportasi laut, kondisinya saat ini masih belum optimal pengelolaannya, yang ditandai dengan kondisi air laut yang kotor yang disebabkan karena aktivitas nelayan di pelabuhan. Hal ini disamping menurunkan estetika pelabuhan juga dapat mengganggu kelancaraan transportasi kelautan. Keterbatasan Pendukung Kegiatan Ekspor

Pelabuhan Sendangbiru yang direncanakan sebagai pelabuhan NasionalInternasional hingga saat ini masih mengalami keterbatasan fasilitas atau sarana pendukung bagi kegiatan ekspor, seperti peruntukan pergudangan maupun kawasan peruntukan industri pendukung. Keterbatasan ini menjadi hambatan dalam rangka pengembangan pelabuhan yang memiliki skala Nasional maupun Internasional. Pengembangan Kebutuhan JLS yang Belum Sepenuhnya Berjalan Sesuai

4 - 20

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

Rencana pengembangan JLS pada satu sisi diprakirakan akan membawa perubahan yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah, bahkan ekonomi regional. Namun dalam proses pelaksanaan pembangunannya masih mengalami beberapa kendala seperti kegiatan pengadaan atau pembebasan lahan. Pengembangan JLS yang belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan kebutuhan dan diprakirakan masih relatif lama untuk dapat difungsikan secara penuh juga akan membawa pengaruh terhadap kegiatan ekonomi wilayah. c) PERIKANAN Kurangnya Alternatif Pengolahan Hasil Produksi Perikanan

Potensi perikanan khususnya perikanan tangkap di wilayah Kabupaten Malang cukup besar dengan adanya wilayah perairan yang memiliki keragaman sumberdaya alam kelautan. Hasil produksi perikanan tangkap pada umumnya langsung didistribusikan kepada pengepul atau konsumen secara langsung. Kegiatan pengolahan hasil produksi perikanan masih belum berjalan, yang diakibatkan karena keterbatasan peralatan pengolahan, padahal kegiatan pengolahan perikanan dapat meningkatkan nilai tambah atau nilai jual hasil perikanan. Berkurangnya Debit Air Musim Kemarau untuk Pengembangan

Perikanan Darat

Kegiatan air sungai

budidaya di

perikanan pesisir

darat

sangat

dipengaruhi

oleh

ketersediaan air atau debit air sungai. Pada saat musim kemarau, debit wilayah kegiatan mengalami perikanan penurunan, darat yang sehingga berupa mempengaruhi budidaya

karamba. Penurunan debit air ini merupakan faktor pembatas alamiah yang menjadi permasalahan dalam pengembangan budidaya perikanan darat. Penurunan Kualitas Lahan untuk Tambak akibat Pencemaran

Untuk pengembangan kawasan perikanan tambak permasalahan yang dihadapi adalah menurunnya kualitas lahan untuk tambak akibat adanya pencemaran dari wilayah darat berupa sisa obat hama (pestisida) yang larut bersama air sungai atau air permukaan lainnya. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap tingkat produktivitas perikanan tambak yang ada di wilayah pesisir.

4 - 21

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

Pencemaran Air ke Wilayah Perairan Pantai

Wilayah perairan merupakan daerah akhir pengaliran dari daratan, sehingga tingkat pencemaran di perairan pantai ini cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya kegiatan budidaya di wilayah daratan dan mempengaruhi ekosistem wilayah pantai dan perairan yang pada akhirnya berakibat pada potensi lestari perikanan laut. Pencemaran air ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas air laut, yang mempengaruhi biota perairan yang ada di pesisir maupun biota di wilayah perairan, termasuk potensi sumberdaya alam kelautan yang berupa ikan, terumbu karang, rumput laut dan hutang mangrove. Penangkapan Ikan yang Tidak Ramah Lingkungan

Adanya kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan yang tidak ramah lingkungan ini akan menyebabkan rusaknya ekosistem perairan dan pantai sehingga dapat menimbulkan serangkaian dampak negatif lainya yang berpengaruh terhadap keberadaan potensi perikanan tangkap yang ada di wilayah pesisir Kabupaten Malang. d) PARIWISATA Belum Mampu Bersaing dalam Skala Regional dan Nasional

Potensi pariwisata yang besar dan sangat banyak belum mampu bersaing dalam skala regional dan nasional, dan banyaknya obyek wisata menjadikan sukar untuk mengembangkan dalam skala besar secara bersamaan. Kurangnya Pengembangan Keterkaitan Obyek Wisata

Kurangnya pengembangan keterkaitan obyek wisata sebagai satu kesatuan sistem menjadi permasalahan dalam pengembangan pariwisata yang ada di wilayah pesisir Kabupaten Malang.

2.3

PROSPEK PENGEMBANGAN PESISIR KABUPATEN MALANGProspek pengembangan wilayah pesisir pada masa mendatang di

Kabupaten Malang adalah sebagai berikut : a) EKOSISTEM PESISIR

4 - 22

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

Pemanfaatan kawasan lindung di kawasan pesisir Malang Selatan untuk kegiatan lain dengan tidak merusak/mengganggu keseimbangan kelestarian lingkungan, yakni seperti: memberikan manfaat ekonomi pengembangan kegatan wisata meningkatkan kesadaran

alam, untuk kegiatan penelitian dan wisata pendidikan, sehingga selain juga masyarakat terhadap pentingnya kelestarian lingkungan terutama di kawasan pesisir yang cenderung rentan terhadap perubahan di wilayah darat maupun perairan. Peningkatan pemanfaatan potensi yang terdapat di kawasan pesisir Malang Selatan khususnya perikanan tangkap atau perikanan perairan laut secara ramah lingkungan akan mendorong keberlanjutan dalam jangka panjang. Perlindungan Pulau Sempu yang ada di Kecamatan Sumbermanjing Wetan sebagai kawasan wisata dan cagar alam sesuai dengan fungsi dan perannya. Kawasan hutan lindung mempunyai potensi alam yang menarik dapat dikembangkan untuk kegiatan wisata (eco tourism), yaitu wisata alam pantai, dengan tanpa mengubah fungsi lindung yang ditetapkan pada kawasan, sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi. Pemanfaatan potensi sumber daya alam dan pengembangan kegiatan potensial (wisata, pelabuhan) di kawasan pesisir Malang Selatan ini dapat dioptimalkan apabila dikembangkan akses menuju kawasan maupun akses yang menghubungkan antar kawasan di wilayah pesisir. Untuk pengembangan dan pengelolaannya diperlukan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat. Kawasan Sendangbiru sangat potensial untuk pengembangan pelabuhan dan kawasan industri dalam skala besar. b) TRANSPORTASI LAUT Dengan dukungan pengembangan skala besar Kawasan Sendangbiru memiliki kemampuan uantuk dikembangkan sebagai pelabuhan laut untuk angkutan barang. Pada kawasan sekitar Pantai Tamban yang bersebelahan dengan Pantai Sendangbiru memiliki lahan yang cukup luas untuk pengembangan pelabuhan pada bagian daratan. Letaknya di tepi Samudra Indonesia, Kawasan Sendangbiru dapat didorong menjadi pelabuhan berskala Nasional Internasional.

4 - 23

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

Peningkatan infrastruktur khususnya Jalan Lintas Selatan dan ke arah Kota Malang akan mendorong percepatan perwujudan Sendangbiru menjadi Pelabuhan Nasional-Internasional.

c) PERIKANAN Prospek pengembangan kegiatan perikanan tangkap sangat besar di wilayah pesisir Malang, dimana terkait dengan adanya rencana pengembangan pelabuhan perikanan dan pelabuhan umum NasionalInternasional di Kawasan Sendangbiru. d) PARIWISATA Prospek pengembangan kawasan pariwisata berupa wisata pantai sangat besar di wilayah Pesisir Kabupaten Malang baik yang telah berkembang maupun yang belum dikembangkan secara optimal, mengingat daya tarik ekologi pantai serta ekologi kawasan lindung yang ada di wilayah pesisir selatan Kabupaten cukup tinggi.

3

POTENSI, PERMASALAHAN DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PESISIR KABUPATEN SITUBONDO

3.1

POTENSI PESISIR KABUPATEN SITUBONDOPotensi yang terkandung di wilayah pesisir Kabupaten Situbondo ditinjau

dari aspek sumberdaya alam, sosial ekonomi dan prasarana wilayah diuraikan sebagai berikut ini. a) EKOSISTEM PESISIR Kawasan pesisir Kabupaten Situbondo ditinjau dari kondisi fisiknya sebagian besar merupakan kawasan dengan fungsi perlindungan, baik perlindungan bagi kawasan di bawahnya, perlindungan setempat, perlindungan sempadan pantai, maupun cagar alam. Kawasan pesisir Kabupaten Situbondo memiliki potensi terumbu karang dan hutan mangrove yang dapat menunjang perikanan laut. Terumbu karang di Kabupaten Situbondo terdapat hampir di setiap wilayah laut kabupaten sejauh 4 mil dengan luas 4,7 km2 dan hutan mangrove terdapat di Kecamatan Arjasa dan Kecamatan Panarukan.

4 - 24

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

Jenis mangrove yang terdapat di Kabupaten Situbondo adalah tinjang dan api-api. Sebagian besar wilayahnya berada pada kawasan pesisir sehingga terbukanya peluang pengembangan di sektor pesisir dan kelautan seperti pariwisata dan perikanan. Kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Situbondo berada di sepanjang pantai di Kecamatan Banyuglugur, Besuki, Suboh, Mlandingan, Bungatan, Kendit, Panarukan, Kapongan, Mangaran, Arjasa, Jangkar, Asembagus, dan Banyuutih dengan luas keseluruhan 229 ha. Potensi kawasan ini juga dimanfaatkan untuk tambak dan alih fungsi bakau untuk tambak direncanakan maksimum 20% dari total luas hutan baku yang ada.

Taman Nasional Baluran di Kecamatan Banyuputih

Hutan Mangrove di Kecamatan Panarukan

Gambar 4.10 Kawasan Lindung di Kabupaten Situbondo

b) TRANSPORTASI LAUT

4 - 25

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

Pelabuhan Kalbut potensial untuk dikembangkan menjadi Pelabuhan Nasional yang mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah Situbondo. Sektor pelabuhan dapat meningkatkan perkembangan terutama di wilayah pesisir sera mampu menumbuhkan aktivitas dan perkembangan sektor industri. Pelabuhan Jangkar memiliki potensi untuk mendukung pergerakan ekonomi dan mampu meningkatkan hubungan jaringan regional terutama dengan Pulau Madura.

Pelabuhan Kalbut di Kecamatan Mangaran

Gambar 4.11 Pelabuhan Kalbut di Kabupaten Situbondo

Pelabuhan Jangkar di Kecamatan Jangkar

Gambar 4.12 Pelabuhan Jangkar di Kabupaten Situbondo

Adanya pelabuhan rakyat di wilayah pesisir mampu yang mendukung kegiatan masyarakat dalam kegiatan perikanan pada perairan umum (Selat Madura), hal ini akan mendukung perkembangan ekonomi secara internal.

4 - 26

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

Pelabuhan Panarukan di Kecamatan Panarukan

Gambar 4.13 Pelabuhan Rakyat di Kabupaten Situbondo

c) PERIKANAN Potensi perikanan di Kabupaten Situbondo dengan usaha-usaha penangkapan ikan di laut, budidaya tambak, budidaya air tawar, budidaya air laut, pembenihan, dan usaha pengolahan. Pengembangan prasarana dan sarana Tempat Pelelangan Ikan (TPI) untuk mendukung perkembangan produksi perikanan tangkap di wilayah pesisir Kabupaten Situbondo.

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Panarukan di Kecamatan Panarukan

Gambar 4.14 TPI di Kabupaten Situbondo

4 - 27

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

d) PARIWISATA Kabupaten Situbondi memiliki potensi pariwisata berupa wisata pantai yang ada di wilayah pesisir, yaitu : Pantai Pasir Putih Pantai Berigheen Pantai Pathek Pantai Banongan Pantai Bama Pantai Lempuyang Pantai Tangsi Pantai Tampora Pantai Keperan

Disamping wisata pantai, potensi dibidang pariwisata yang berkembang adalah wisata pelabuhan, yaitu : Pelabuhan Rakyat Kalbut Pelabuhan Rakyat Panarukan Pelabuhan Rakyat Besuki Pelabuhan Jangkar

Pantai Berigheen di Kecamatan Panarukan

Pantai Bama di Kecamatan Banyuputih

Pantai Tangsi di Kecamatan Mangaran

Pantai Lempuyang di Kecamatan Banyuputih

Gambar 4.15 Wisata Pantai di Kabupaten Situbondo

4 - 28

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

3.2

PERMASALAHAN PESISIR KABUPATEN SITUBONDOPermasalahan yang ada di wilayah pesisir Kabupaten Situbondo ditinjau

dari aspek fisik alamiah, sumberdaya alam, sosial ekonomi dan prasarana dan sarana wilayah adalah sebagai berikut : a) EKOSISTEM PESISIR Terumbu karang di Kabupaten Sitondo tidak terpelihara dengan baik, terjadi kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan nelayan yang menangkap ikan denan bom ikan, jangkar, kapal, dan lain sebagainya. Banyaknya kegiatan-kegiatan eksploitasi sumberdaya yang tersedia di kawasan pesisir dan perairan Situbondo yang tidak ramah lingkungan, sehingga dapat mengakibatkan bakau kerusakan lingkungan yang seperti dapat berkurangnya hutan akibat penenbangan

menyebabkan abrasi gelombang laut yang cukup besar, penangkapan ikan dengan peledak yang dapat merusak ekosistem terumbu karang, penebangan dan pembukaan areal tambak pada hutan mangrove dan sejenisnya. Kurangnya pengelolaan kawasan dan pemeliharan sarana prasarana yang ada, misalnya kondisi pantai dan lingkungan sekitarnya yang masih terlihat kotor dan kurang tertata, sarana prasarana obyek wisata yang kurang berkebang, sarana prasarana perikanan yang kurang memadai. Terjadinya alih fungi lahan dari hutan bakau terbangun. b) TRANPSORTASI LAUT Kondisi pelabuhan yang ada masih belum memenuhi standar yang optimal. Perkembangan pelabuhan lambat karena belum dilengkapi sarana dan prasarana penunjang. Secara internal masih kurangnya lahan untuk pengembangan industri dalam mendukung perkembangan ekonomi. Secara eksternal belum dapat bersaing dengan pelabuhan-pelabuhan skala nasional lainnya. c) PERIKANAN Wilayah perairan merupakan daerah akhir pengaliran dari laut sehingga tingkat pencemaran di perairan pantai ini cendeung meningkat seiring menjadi kawasan

4 - 29

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

dengan meningkatnya kegiatan budidaya di wilayah daratan dan mempengaruhi ekosistem wilayah pantai dan perairan yang pada akhirnya berakibat pada potensi lestari peikanan laut. Adanya kegiatan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan juga menyebakan rusaknya ekosistem perairan dan pantai yang akan mempengaruhi potens lestari perikanan tangkap. d) Pariwisata Potensi wisata yang besar di wilayah pesisir belum mampu bersaing dalam skala regional dan nasional, serta banyaknya obyek wisata mejadikan sukar untuk mengembangkan dalam skala besar secara bersamaan.

3.3

PROSPEK PENGEMBANGAN PESISIR KABUPATEN SITUBONDOProspek pengembangan wilayah pesisir pada masa mendatang di

Kabupaten Situbondo adalah sebagai berikut : a) EKOSISTEM PESISIR Pemanfaatan sumberdaya alam dan pengembangan kegiatan potensial (wisata dan pelabuhan) di kawasan pesisir Situbondo ini dapat dioptimalkan apabila dikembangkan akses menuju kawasan maupun akses yang menghubungkan antar kawasan di wilayah pesisir. Untuk pengembangan dan pengelolaan diperlukan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat Pemanfaatan kawasan lindung di kawasan pesisir Situbondo untuk kegiatan lain dengan tidak merusak atau mengganggu keseimbangan kelestarian lingkungan, yaitu seperti pengembangan kegiatan wisata alam, kegiatan penelitian dan wisata pendidikan, sehingga selain memberikan manfaat ekonomi juga meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kelestarian lingkungan terutama di kawasan pesisir yang cenderung rentan terhadap perubahan di wilayah darat maupun perairan. Peningkatan pemanfaatan potensi yang terdapat di kawasan pesisir Situbondo khususnya perikanan tangkap secara ramah lingkungan akan mendorong keberlanjutan dalam jangka panjang. Hutan bakau dapat dikembangkan menjadi kawasan budidaya tambak guna meningkatkan ekonomi masyarakat.

4 - 30

Potensi ekonomi pengelolaan sumberdaya pesisir pantai Provinsi jawa timur

b) TRANPSORTASI LAUT Meningkatnya ekonomi daerah melalui keberadaan pelabuhan. Tumbuhnya sektor-sektor lainnya yang mampu menunjang perkembangan wilayah melalui sektor industri dan transportasi laut. Pengembangan pelabuhan Kalbut mnejadi pelabuhan berskala nasional.

c) PERIKANAN Wilayah pesisir di Kabupaten Situbondo dapat dikembangkan budidaya air laut, perikanan darat dan pembenihan. d) PARIWISATA Obyek wisata bahari yang sangat besar dengan didukung jumlah pantai yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi pariwisata bahari yang berskala regional maupun nasional.

4 - 31